FINANSIAL 22 SALDO UANG ELEKTRONIK Rabu, 8 Juni 2016 KINERJA BANK DAERAH Aset BPD Merekah Bisnis/Endang Muchtar Pengunjung melintas di depan mesin elektronik anjungan tunai mandiri, disalah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Selasa (7/6). Pelaku bisnis perbankan menanggapi wacana bank sentral menaikkan saldo uang elektronik secara positif karena saldo saat ini terlalu minim. Mereka berharap saldo uang elektronik naik hingga dua kali lipat dari ketentuan saat ini sebesar Rp5 juta. TRANSAKSI MASYARAKAT Peredaran Uang Palsu di Daerah Marak JAKARTA — Temuan uang palsu di berbagai daerah tercatat meningkat. Khusus wilayah Manado misalnya, temuan uang palsu selama Januari – Mei 2016 mencapai 202 lembar, atau sudah melampaui temuan sepanjang tahun lalu yang hanya 196 lembar. David Eka Issetiabudi & Yanuarius Viodeogo [email protected] Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Utara A. Yusnang mengatakan temuan uang palsu selama lima bulan awal 2016 cukup marak. Menurutnya, sosialisasi dan imbauan kepada masyarakat akan ditingkatkan. “Temuan uang palsu di Manado cukup besar, hingga Mei sudah melampaui temuan sepanjang 2015,” ujarnya, Senin (6/6). Dia menuturkan berbagai upaya dan strategi yang telah dilakukan Bank Indonesia dapat menekan peredaran uang palsu di wilayah Manado dan sekitarnya. “Kami menekankan bagaimana melihat keaslian uang, bukan memberi informasi tentang uang palsunya.” Dia mengimbau masyarakat lebih waspada serta berharap perbankan ikut berkontribusi menekan peredaran uang palsu. Apalagi menjelang Lebaran di mana transaksi masyarakat cenderung meningkat. Setali tiga uang, peredaran uang palsu di Malang sampai Mei 2016 dan sekitarnya juga meningkat pesat. Deputi Kepala Kantor Perwakilan BI Malang Bidang Sistem Pembayaran dan Manajemen Intern Rini Mustikaningsih mengatakan sampai dengan Mei 2016 ditemukan 3.336 lembar uang palsu. Padahal pada periode yang sama pada tahun lalu hanya ditemukan 2.000 lembar. Menurutnya, uang palsu ditemukan berbagai wilayah antara lain di Kota Malang, Kab. Malang, dan Kota Batu, Kab. Pasuruan dan Kota Pasuruan, serta di Kab. Probolinggo dan Kota Probolinggo. Dia mengatakan kondisi fisik uang palsu yang ditemukan tidaklah terlalu canggih, salah satunya tidak memiliki nomor seri. “Kalau uang tidak ada serinya, kan, gampang, berarti dapat dipastikan palsu,” ujarnya Selasa (7/6). UANG KARTAL Di sisi lain, pada Ramadan kali ini Bank Indonesia menyiapkan uang kartal senilai Rp1,82 triliun di Sulawesi Utara dan Gorontalo untuk menjamin kelancaran transaksi masyarakat. Jumlah tersebut lebih besar 14% dari tahun sebelumnya. MANADO — Kendati tekanan ekonomi masih membayangi, sejumlah bank pembangunan daerah masih mampu memacu kinerja. PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Utara Gorontalo atau Bank Sulutgo berhasil membukukan pertumbuhan aset 13,11% year-on-year menjadi Rp14,21 triliun per April 2016. Direktur Utama PT Bank Sulutgo James Ch. Salibana mengatakan kinerja perseroan rerata bertumbuh dua digit. Hanya kredit yang bertumbuh di bawah 10%. “Untuk modal inti, kami telah mencapai Rp930 miliar, memang belum sampai Rp1 triliun tetapi setidaknya sudah lebih dekat. Kami berjalan on the track, pertumbuhan kinerja yang kami targetkan tahun lalu optimistis tercapai,” ujarnya, belum lama ini. Data dari Bank Sulutgo posisi April 2016 menunjukkan aset meningkat 13,11% dari Rp13,56 triliun pada 2015 menjadi Rp14,21 triliun. Adapun dana pihak ketiga naik 13,6% menjadi Rp12,16 triliun. Salibana mengatakan peningkatan DPK didominasi oleh giro, diikuti tabungan, sedangkan deposito justru turun 0,45%. “Kredit bertumbuh 8,56%, laba sebelum pajak posisinya Rp137,59 miliar,” katanya. Salibana menuturkan indikator kesehatan bank, seperti NPL net dalam kondisi sehat atau berada pada 0,57%, rasio kecukupan modal sebesar 14,73%, atau di atas toleransi kecukupan modal Bank Indonesia sebesar 8%. Kendati demikian, loan to funding ratio berada pada posisi 67,32% atau di bawah yang dipersyaratkan yakni minimal 78% sampai dengan 92%. Hal ini menunjukkan belum optimalnya pemanfaatan dana masyarakat pada sektor kredit. “Jika dibandingkan dengan kinerja tahun lalu, dalam kondisi keuangan yang hampir sama seperti tahun ini, pelayanan kepada nasabah lebih baik. Sekarang, tentu kami ingin meningkatnya lagi, terus berbenah,” kata Salibana. Pertumbuhan aset juga dibukukan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. atau Bank Jatim. “Perbaikan kinerja kami selama Mei juga tercermin dari total aset,” ujar Direktur Utama Bank Jatim R. Soeroso, Senin (6/6). Total aset Bank Jatim pada Mei 2016 tercatat Rp52,69 triliun, atau naik 10,70% (y-o-y). Adapun penyaluran kredit mencapai Rp29,13 triliun, atau naik 5,85%, sedangkan laba bersih tercatat Rp477,21 miliar, atau naik 13,50%. Di sisi lain, perolehan dana pihak ketiga (DPK) pada periode Mei 2016 meningkat 11,80% menjadi Rp44,99 triliun. Tabungan menjadi penyumbang tertinggi dalam pertumbuhan DPK Bank Jatim yakni sebesar Rp11,78 triliun atau naik 21,19%. Adapun giro tercatat Rp20,81 triliun, atau naik 19,17%, sedangkan deposito sejumlah Rp12,39 triliun, atau turun 5,61%. Tingginya pertumbuhan tabungan dan giro membuat porsi dana murah Bank Jatim mencapai 72,45%. Realisasi ini meningkat dari sekitar 67,37% pada Mei 2015. (David Eka Issetiabudi/ Dini Hariyanti) BJB-PEGADAIAN Temuan Uang Rupiah Palsu (dalam lembar) Keterangan Mar-16 Rasio temuan uang Rupiah palsu (lembar per 1 juta UYD > 1000, angka kumulatif) 3 Nasional 5.012 Sumatera 1.052 Keterangan DKI Jakarta Jawa Bali Nusra Kalimantan Sulampua Mar-16 3.021 504 322 113 Sumber: Bank Indonesia. Bisnis/Ilham Nesabana Peter Jacobs, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Utara, mengatakan pada 20 – 30 Juni Bank Indonesia beserta perbankan akan turun ke lapangan untuk mempermudah masyarakat untuk mendapatkan uang pecahan kecil (UPK). “Pertumbuhan kebutuhan uang kartal di Sulut tidak tinggi karena struktur masyarakat yang mayoritas bukan muslim. Pertumbuhan permintaan juga disesuaikan dengan pertumbuhan ekonomi,” ujarnya, Senin (6/6). Peter menuturkan kebutuhan uang kartal disiapkan sesuai dengan laporan proyeksi kebutuhan perbankan. Menurutnya, fokus penyebaran uang kartal ialah langsung ke masyarakat, bukan kepada dunia usaha. “Di Sulut kebutuhannya Rp1,08 triliun, sedangkan untuk Gorontalo Rp813 miliar,” ujarnya. Jumlah uang kartal yang disiapkan itu sudah termasuk kebutuhan untuk memenuhi pencairan gaji ke-14 maupun tunjangan hari raya (THR). Bank Indonesia juga mengimbau masyarakat yang ingin bertransaksi dalam jumlah besar untuk menggunakan nontunai. Sementara itu, di Kalimantan Barat Bank Indonesia menyedia- Temuan uang palsu di Manado hingga Mei 2016 sudah melampaui temuan sepanjang 2015. kan uang tunai Rp2,1 triliun untuk kebutuhan selama Ramadan dan Lebaran tahun ini. Jumlah itu lebih banyak Rp400 miliar dibandingkan dengan tahun Ramadan lalu. Kepala BI Perwakilan Kalbar Dwi Suslamanto mengatakan, uang yang diedarkan tahun ini lebih banyak karena selain memenuhi kebutuhan di kas titipan juga untuk ketersediaan gaji ke-13 dan 14 bagi PNS, TNI dan Polri. “Kas titipan di Singkawang, Ketapang dan Sintang. Untuk kas keliling kami jadwalkan di Kecamatan Paloh dan Sekura Kabupaten Sambas dan delapan titik di Kota Pontianak,” kata Dwi kepada Bisnis, Selasa (7/6). Menurutnya, tahun ini BI menunjuk lokasi kas keliling yang masuk kategori terpencil dan jauh dari pelayanan perbankan yaitu Paloh dan Sekura. Kondisi jalan menuju ke sana rusak parah dengan jarak tempuh hampir 3 jam perjalanan dari Kota Sambas dan Singkawang. (k24) Karyawan melayani nasabah di Bank BJB Kantor Cabang Utama Bandung, Jawa Barat, Rabu (1/6). PT BPD Jawa Barat dan Banten, menggandeng PT Pegadaian (Persero) dengan melakukan Penandatangan Perjanjian kerja sama kredit jangka pendek. Bank BJB akan menyalurkan kredit ke Pegadaian senilai Rp750 miliar dengan jangka waktu 12 bulan untuk menghadapi pertumbuhan kredit menjelang puasa dan Lebaran yang biasanya mengalami pertumbuhan antara 15-20% dibandingkan dengan bulan lainnya. PERBANKAN KEDIRI & MADIUN POTENSI BISNIS Allianz Kembangkan Pembiayaan Mikro JAKARTA – Allianz Indonesia mengembangkan skema pembiayaan baru bagi usaha mikro, kecil, dan menengah. Joachim Wessling, Country Manager dan Direktur Utama Allianz Life Indonesia, mengatakan pembiayaan yang dikembangkan ini menghapus stigma lama di mana lembaga pembiayaan identik dengan proses yang rumit dan banyak birokrasi yang harus dilalui. “Tidak ada bunga dalam produk pembiayaan kami, ini seperti micro private equity,” kata Joachim, Selasa (7/6). Dia menuturkan dalam skema pembiayaan mikro yang ditawarkan Allianz Indonesia ini nasabah tidak dibebani bunga. Selain itu jangka waktu pengembalian juga fleksibel disesuaikan dengan kemampuan. Nasabah juga tidak perlu memberikan jaminan. “Program ini merupakan yang pertama di Indonesia dan di dunia,” ujarnya. Dia menuturkan sistem pembiayaan ini menggunakan pendekatan syariah. Jika nasabah mengembalikan pinjamannya dan memberikan sebagian keuntungan usaha kepada program, maka Allianz melalui program Trust Network Finance (TNF) akan memberikan pinjaman yang lebih besar lagi sesuai perkembangan usaha. Dia mengatakan program TNF ini sepenuhnya sesuai dengan prinsip syariah. Untuk dapat mengikuti program TNF, penerima dana investasi terpilih harus mengikuti tiga tahapan utama yakni seleksi, pendampingan, dan formalisasi bisnis. Indra Yuliawan, Head CSR Allianz Bisnis/Rachman Indonesia, mengatakan untuk tahun pertama pihaknya masih menetapkan program ini sebagai pilot project melalui corporate social responsibility (CSR) di Yayasan Allianz Peduli. Dia mengatakan untuk tahun pertama ini perseroan menargetkan dapat mengucurkan investasi usaha ini bagi 100 pelaku UMKM. Jika setelah evaluasi tahap pertama ini sesuai dengan target yang diharapkan dan pembiayaan dengan prinsip syariah ini dapat berkembang, pihaknya akan meluncurkan program yang lebih luas dan diharapkan dapat menjangkau lebih dari 1.000 nasabah. Indra mengatakan dana yang dikeluarkan untuk tahap awal berkisar Rp1 juta-Rp2 juta per mitra. Jumlahnya akan terus ditambah sesuai perkembangan kapasitas mitra. Dia mengatakan pada tahap tertentu mitra harus mengubah bentuk badan usahanya dari usaha perserorangan menjadi badan hukum. Dalam posisi ini, pinjaman yang dikucurkan akan diubah menjadi penyertaan modal. Adapun pemilik usaha tetap menjadi pemegang saham mayoritas. “Model ini juga memungkinkan mengumpulkan dana dari angel investor maupun crowdfunding,” katanya. Dia menuturkan jika telah memasuki tahapan pengumpulan dana dari crowdfunding, maka program ini akan dipisahkan dari Yayasan Allianz Peduli dan dimungkinkan menjadi entitas usaha tersendiri. (Anggara Pernando) Kredit Bermasalah Makin Bertambah KEDIRI – Rasio kredit bermasalah di eks-Karesidenan Kediri dan Madiun naik ke posisi 2,66% per Maret 2016 dari 2,33% setahun sebelumnya. Kendati sejalan dengan pertumbuhan kredit, kenaikan non performing loan itu dinilai mencerminkan belum pulihnya ekonomi. Data Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kediri yang diperoleh Bisnis menyebutkan jumlah kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) per Maret 2016 mencapai Rp1,3 triliun. Realisasi itu meningkat 16,9% dari posisi setahun sebelumnya yang tercatat Rp1,1 triliun. Rasio NPL pun serta-merta naik dari 2,33% menjadi 2,66%. Kepala OJK Kediri Slamet Wibowo mengatakan kenaikan NPL merupakan konsekuensi dari pertumbuhan kredit di kedua wilayah kerja OJK Kediri itu. Posisi kredit per Maret di 13 kabupaten/ kota di kedua eks-karesidenan itu mencapai Rp47,8 triliun, atau tumbuh 2,6% (year on year). Kendati demikian, Slamet mengatakan ekonomi yang belum pulih turut memengaruhi kemampuan debitur memenuhi kewajiban utang. “Perlambatan aktivitas masih terjadi di beberapa sektor,” katanya, Senin (6/6). Data itu tak memerinci sektor apa saja yang mengalami kenaikan NPL karena penurunan aktivitas ekonomi. Namun, Slamet sebelumnya menyampaikan daya beli yang belum pulih membuat aktivitas produksi sektor industri berjalan lamban. Hal itu tecermin dari kontraksi pe- nyaluran kredit ke sektor tersebut. OJK Kediri mencatat penyaluran kredit sektor industri per Maret 2016 hanya Rp10,4 triliun atau turun 13,1% (y-o-y). Selain industri rokok, penyaluran kredit ke industri penggilingan padi, pakan ternak, minuman, pengolahan dan pengawetan ikan, farmasi dan jamu, serta bahan galian bukan logam juga turun drastis hingga 20%. Hal itu ditengarai terjadi terkena dampak pelemahan daya beli. Tulungagung memiliki rasio kredit bermasalah paling tinggi di antara 13 kabupaten/kota di eks-Karesidenan Kediri dan Madiun. NPL di Kota Marmer mencapai Rp117,2 miliar atau 3,17% dari posisi kredit per Maret 2016 yang tercatat Rp3,7 triliun. Sebaliknya, Ponorogo memiliki rasio NPL terendah yakni 1,5%. Kredit bermasalah di Bumi Reog tercatat Rp38,8 miliar dari total outstanding Rp2,6 triliun. “Memang NPL naik, tapi saya kira kualitas kredit di eks-Karesidenan Kediri dan Madiun masih aman. NPL masih di bawah 5%,” ujar Slamet. Secara nasional, sebagian besar sektor utama penyaluran kredit mencatatkan kenaikan NPL sepanjang kuartal I/2016. Sektor perdagangan besar dan eceran mencatatkan kenaikan kredit bermasalah paling besar. Menurut data Bank Indonesia, dari sepuluh sektor utama kredit bank umum, sembilan sektor mencatatkan kenaikan kredit bermasalah. (Sri Mas Sari)