CAPITAL GAIN HARAM?? KENAPA?? Capital gain haram? Kenapa? Mungkin pertanyaan itu pernah muncul di benak teman-teman sekalian. Seperti yang telah teman-teman ketahui, bahwa capital gain adalah sebuah istilah yang sering didengar di dunia pasar modal. Mengenai apa itu capital gain, kemudian bagaimana cara mendapatkannya, tidak akan dibahas secara terperinci dalam artikel ini, karena saya yakin teman-teman lebih mengerti daripada saya. Apabila ada dari teman-teman sekalian yang tidak mengetahui apa itu capital gain, saya sarankan teman-teman tanyakan pada dosen manajemen keuangan atau silakan baca buku teks yang membahas masalah tersebut. Saya yakin penjelasannya akan lebih rinci. Yang menjadi permasalahan sekarang adalah ada sebagian orang yang mengatakan bahwa berinvestasi melalui saham itu halal. Namun bila kita berniat mengambil capital gain dari saham, itulah yang diharamkan. Selama ini saya banyak mendengar mengenai hal tersebut. Namun keterangan yang menyebutkan secara rinci mengenai diharamkannya capital gain belum juga saya temukan. Paling-paling keterangan yang ada dibelakang pengharaman itu adalah 'ada unsur maysir-nya'. Sangat aneh rasanya bila kita berbicara masalah halal dan haram tetapi tanpa adanya dalil yang menguatkan pendapat kita. Bagaimana kita dapat menerima bahwa capital gain itu diharamkan, sedangkan apa itu maysir saja kita tidak tahu. Perlu diingat, bahwa agama Islam dibangun diatas ilmu. Sedangkan ilmu dibangun di atas dalil-dalil. Apabila Islam dibangun tanpa ilmu dan dalil-dalil, maka jadilah kita sebagai orang-orang yang bertaklid kepada para ulama-ulama kita layaknya orang yahudi dan nasrani, yang menghalalkan apa yang dihalalkan ulama mereka dan mengharamkan apa yang diharamkan ulama mereka. Perlu diingat juga bahwa tulisan ini adalah hasil penalaran (reasoning) saya dengan keterbatasan ilmu yang saya miliki. Untuk itu tulisan ini tidak bisa dijadikan dalil untuk menghukumi masalah capital gain tersebut. Saya memberanikan diri untuk menulis arikel ini karena banyaknya pertanyaan mengenai masalah capital gain, dan saya hanya mencoba untuk sharing dengan teman-teman sekalian sebatas pengetahuan yang saya miliki. 1 Sebelum lebih jauh kita membahas masalah ini, saya akan nukilkan sabda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Salam yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Abdillah An Nu'man bin Basyir radliallahu ta'ala 'anhuma: )ﺇﻥ: ﻳﻘﻮﻝε ﻋﻦ ﺃﰊ ﻋﺒﺪﺍﷲ ﺍﻟﻨﻌﻤﺎﻥ ﺑﻦ ﺑﺸﲑ ﺭﺿﻲ ﺍﷲ ﺗﻌﺎﱃ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻗﺎﻝ ﲰﻌﺖ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﻓﻤﻦ ﺍﺗﻘﻰ،ﻦ ﻛﺜﲑ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻭﺑﻴﻨﻬﻤﺎ ﺃﻣﻮﺭ ﻣﺸﺘﺒﻬﺎﺕ ﻻ ﻳﻌﻠﻤﻬ، ﻭﺇﻥ ﺍﳊﺮﺍﻡ ﺑﲔ،ﺍﳊﻼﻝ ﺑﲔ ﻛﺎﻟﺮﺍﻋﻲ ﻳﺮﻋﻰ، ﻭﻣﻦ ﻭﻗﻊ ﰲ ﺍﻟﺸﺒﻬﺎﺕ ﻭﻗﻊ ﰲ ﺍﳊﺮﺍﻡ،ﺍﻟﺸﺒﻬﺎﺕ ﻓﻘﺪ ﺍﺳﺘﱪﺃ ﻟﺪﻳﻨﻪ ﻭﻋﺮﺿﻪ ﺃﻻ ﻭﺇﻥ. ﺃﻻ ﻭﺇﻥ ﻟﻜﻞ ﻣﻠﻚ ﲪﻰ ﺃﻻ ﻭﺇﻥ ﲪﻰ ﺍﷲ ﳏﺎﺭﻣﻪ،ﺣﻮﻝ ﺍﳊﻤﻰ ﻳﻮﺷﻚ ﺃﻥ ﻳﺮﺗﻊ ﻓﻴﻪ ﺃﻻ ﻭﻫـﻲ، ﺇﺫﺍ ﺻﻠﺤﺖ ﺻﻠﺢ ﺍﳉﺴﺪ ﻛﻠﻪ ﻭﺇﺫﺍ ﻓﺴﺪﺕ ﻓﺴﺪ ﺍﳉﺴﺪ ﻛﻠﻪ،ﰲ ﺍﳉﺴﺪ ﻣﻀﻐ ﹰﺔ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻭﻣﺴﻠﻢ.(ﺍﻟﻘﻠﺐ Dari sahabat Abi Abdillah An Nu'man bin Basyir Radliallahu Ta'ala 'anhuma, ia berkata: Aku pernah mendengarkan Rasulullah ε bersabda: "Sesungguhnya yang halal itu nyata, dan sesungguhnya yang haram itu nyata, dan antara keduanya (halal dan haram) terdapat hal-hal yang diragukan (syubhat), banyak orang yang tidak mengetahui tentangnya. Maka barang siapa menghindari syubhat, berarti ia telah menjaga agama dan kehormatannya. Dan barang siapa yang terjatuh kedalam halhal syubhat, niscaya ia terjatuh ke dalam hal yang diharamkan. Perumpamaannya bagaikan seorang penggembala yang menggembala (gembalaannya) di sekitar wilayah terlarang, tak lama lagi gembalaannya akan memasuki wilayah itu. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki wilayah terlarang. Ketahuilah bahwa wilayah terlarang Allah adalah hal-hal yang Ia haramkan. Ketahuilah bahwa di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging (jantung) bila ia baik niscaya seluruh jasad (raga) akan baik, dan bila ia rusak, niscaya seluruh jasad akan rusak pula, ketahuilah segumpal daging itu ialah jantung. (Al Bukhari & Muslim) Dari hadits tersebut, Nabi membagi hukum dalam syari'at Islam menjadi tiga bagian, yaitu halal, haram, dan syubhat. Namun sebenarnya hanya ada dua hukum perbuatan yang ada di sisi Allah, yaitu halal dan haram. Adapun mengenai masalah syubhat, timbul karena keterbatasan pemahaman yang dimiliki oleh manusia. Salah satu faktor yang menjadikan suatu perkara itu menjadi syubhat adalah keterbatasan ilmu seseorang mengenai perkara tersebut. Lafadz ﻻ ﻴﻌﻠﻤﻬﻥ ﻜﺜﻴﺭ ﻤﻥ ﺍﻟﻨﺎﺱ, yang artinya adalah, "banyak orang yang tidak mengetahui tentang hukum syubhat-syubhat tersebut", menunjukkan bahwa orang yang tidak mengetahui masalah syubhat banyak jumlahnya. Namun demikian Nabi tidak menyebutkannya secara keseleruhan manusia, sehingga hal ini mengisyaratkan bahwa sebenarnya ada sebagian orang yang mengerti secara jelas hukum perbuatan terhadap suatu perkara. 2 Dengan demikian apabila kita masih ragu mengenai suatu perkara -capital gain misalnya-, maka hal tesebut menjadi syubhat bagi kita. Namun perkara tersebut belum tentu menjadi syubhat bagi orang lain yang telah mengetahui. Itulah mengapa orang yang 'alim (berilmu) lebih utama dibandingkan orang yang jahil (tidak mengetahui). Adapun untuk meninggalkan syubhat adalah sesuatu yang wajib dilakukan oleh seorang muslim menurut pendapat yang paling rajih. Hal tersebut didasarkan pada kaidah fiqhiyyah yang berbunyi ﻤﺎ ﻻ ﻴﺘﻡ ﺍﻟﻭﺍﺠﺏ ﺇﻻ ﺒﻪ ﻓﻬـﻭ ﻭﺍﺠـﺏ, yang atinya "Bila suatu kewajiban tidak dapat dilaksanakan dengan sempurna melainkan dengan melakukan suatu hal, maka hal itu adalah wajib hukumnya". Untuk membahas masalah capital gain ini, kita harus mengerti terlebih dahulu mengenai kaidah-kaidah muamalah maaliyah. Dengan mengerti kaidah-kaidah muamalah maaliyah minimal kita dapat melihat suatu perkara dari sudut pandang syari'at Islam, walaupun kita mengamalkannya untuk diri kita sendiri. Mengenai apa saja kaidah-kaidah muamalah maaliyah tidak akan dibahas pada artikel ini. Saya hanya akan membahas masalah capital gain, berdasarkan kaidah-kaidah yang telah saya pahami. Apakah saham termasuk maal (harta) yang boleh diperjualbelikan? Maal (harta) dalam konteks syari'at adalah ﻫﻭ ﻜل ﻋﻴﻥ ﻤﺒـﺎ ﺤـﺔ ﺍﻟﻨﻔـﻊ ﺒـﻼ ﺤﺎﺠـﺔ (semua benda yang diperbolehkan kemanfaatannya bukan karena hajat). Dengan demikian benda yang tidak mempunyai manfaat, atau bahkan diharamkan oleh syari'at tidak termasuk dalam ruang lingkup muamalat. Demikian juga barang yang diperbolehkan hanya karena kebutuhan dan bersifat darurat saja, tidak termasuk dalam ruang lingkup muamalat maaliyah. Misalnya daging babi tidak tergolong maal (harta) menurut syari'at, walaupun dalam keadaan darurat daging babi halal untuk dimakan. Dengan adanya konsep maal menurut syari'at, maka salah satu konsekuensi logisnya adalah daging babi tidak boleh diperjualbelikan. Para ulama memakai kata harta benda ( )ﺍﻟﻤـﺎلuntuk tiga hal, yaitu barang dagangan, jasa pemanfaatan, dan benda (emas dan perak atau yang menggantikan keduannya dari uang kertas). Melihat 'urf (adat kebiasaan) dari masyarakat tentang saham. Maka dapat kita ketahui bahwa seseorang membeli saham karena dua motif, yang pertama adalah untuk berinvestasi dengan mendapatkan deviden, dan yang kedua adalah untuk dijual kembali dengan maksud mendapatkan keuntungan (capital 3 gain). Saham sebagai alat investasi maka hal tersebut termasuk dalam pembahasan syirkah (perkongsian). Sedangkan bila untuk dijual kembali dengan maksud mendapatkan keuntungan, maka hal tersebut termasuk dalam pembahasan bai' (jual beli). Kemudian pertanyaan yang harus dijawab adalah apakah saham termasuk maal yang boleh diperjualbelikan? Dalam fatwanya, Al-Lajnah ad-Daa-'imah yang diketuai oleh Syaikh bin Bazz rahimahullah menyatakan, "Jika saham-saham itu tidak mewakili uang murni dan diketahui oleh pihak penjual dan pembeli, boleh diperjualbelikan. Hal itu didasarkan pada dalil-dalil yang membolehkan jual beli. Misalnya saham-saham itu mewakili tanah, mobil, bangunan, atau yang lainnya." Saham yang kita pahami saat ini adalah mewakili kepemilikan suatu perusahaan yang nantinya mendapatkan deviden sebagai bagi hasil dari usahanya. Dengan demikian hukum asal jual beli saham adalah boleh sepanjang perusahaan yang mengeluarkan saham tidak bergerak di sektor yang haram. Hal ini berdasarkan kaidah fiqhiyyah, yaitu ( ﺍﻷﺼل ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻌﻤﻼﺕ ﺍﻟﺤلasal dalam muamalat adalah halal). Apakah dalam jual beli saham terkandung maysir dan unsur kedhaliman? Maysir secara terminologi berarti semua muamalah yang membuat orang yang melakukannya berada dalam ketidakjelasan antara untung dan rugi yang bersumber dari Al Gharar dan spekulasinya, dan hal itu menjadi sebab terjadinya permusuhan dan kebencian di antara manusia. Yang perlu digarisbawahi dari ketentuan dasar tersebut adalah maysir bersumber dari Al Gharar (ketidakjelasan) dan dapat menjadi penyebab kebencian di antara manusia. Adapun mengenai transaksi muamalat yang tidak jelas antara untung dan ruginya hal ini belum dapat dikatakan maysir. Misalnya saja dalam perniagaan. Sebagai seorang pedagang kita membeli sesuatu barang untuk dijual kembali. Dari barang yang kita beli tersebut ada unsur spekulasi didalamnya, yaitu apakah kita akan mendapatkan untung dari penjualan barang tersebut atau kita mendapatkan kerugian. Begitu pula dengan saham. Di dalam jual beli saham (trading) dengan motif mendapatkan capital gain pasti terjadi spekulasi. Pertanyaannya adalah apakah spekulasi dalam jual beli saham bersumber dari Al Gharar atau tidak? Bila spekulasinya tidak bersumber dari Al Gharar, maka spekulasi tersebut dihalalkan seperti perniagaan pada umumnya. Namun bila bersumber dari Al Gharar, maka jual 4 beli saham (trading) dengan motif mendapatkan capital gain jelas diharamkan, karena hal tersebut termasuk dalam maysir. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, harus dilakukan penelitian yang memerlukan bukti-bukti empiris tentang masalah tersebut. Hal inilah kiranya yang menjadi keterbatasan saya dalam membahas masalah ini. Dalam artikel ini saya hanya mengacu pada informasi-informasi yang telah saya dapatkan, baik dari perkuliahan ataupun dari sumber yang lain. Jual beli saham sepintas memang seperti perniagaan pada umumnya. Namun bila melihat praktek yang terjadi di lapangan, maka kita dapatkan bahwa dengan mudahnya seseorang meraup keuntungan yang sangat besar dalam sehari. Hal ini perlu dipertanyakan. Karena secara bahasa maysir dapat digunakan untuk pengertian kemudahan dan merasa cukup. Dengan kata lain maysir dapat diartikan sebagai usaha untuk mendapatkan harta tanpa susah payah dan hal tersebut merupakan sebab menjadi kaya (cukup). Pertanyaan selanjutnya adalah apakah keuntungan yang didapat seseorang dari jual beli saham tersebut mendholimi orang lain atau tidak. Dholim adalah lawan kata dari adil yang mempunyai pengertian menempatkan sesuatu pada tempatnya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa dholim adalah segala sesuatu yang tidak ditempatkan pada tempatnya sesuai konteks syari'at. Dalam perniagaan pada umumnya, seorang pedagang biasanya memperoleh keuntungan dari barang yang ia jual. Sedangkan pembelinya mendapatkan manfaat barang tersebut. Adapun bila pembelinya ingin menjual kembali barang yang ia beli, tetapi ternyata barang tersebut tidak laku dijual, maka minimal ia memperoleh manfaat senilai dengan nominal harga barang tersebut. Jadi dalam hal ini tidak ada kedholiman yang dilakukan penjual ataupun pembeli. Sedangkan dalam jual beli saham (trading) perlu diteliti lagi apakah keuntungan yang didapatkan seseorang tersebut merugikan sebagian orang lain atau tidak. Kita ambil contoh, sms berhadiah yang sedang marak saat ini. Orang yang mengikuti sms berhadiah pada hakikatnya telah menyetor uang sebesar tarif per sms undian tersebut. Apabila tarifnya Rp 2.000 per sms, kemudian ia mendapatkan hadiah uang Rp 1.000.000, maka pada hakikatnya ia hanya berhak mendapatkan Rp 2.000 dari jumlah Rp 1.000.000 tersebut. Hal ini dikarenakan uang yang Rp 998.000 adalah milik peserta lain yang tidak beruntung dalam undian tersebut. Dalam kasus ini jelas sekali bahwa pemenang sms berhadiah tersebut telah melakukan kedholiman terhadap peserta lain. Dan bila ada yang mengatakan itu adalah sebuah resiko, maka itulah 5 resiko yang diharamkan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam surat An-Nisa' ayat 29: ¸οt≈pgÏB šχθä3s? βr& HωÎ) È≅ÏÜ≈t6ø9$$Î/ Μà6oΨ÷t/ Νä3s9≡uθøΒr& (#þθè=à2ù's? Ÿω (#θãΨtΒ#u™ š⎥⎪Ï%©!$# $y㕃r'¯≈tƒ ∩⊄®∪ $VϑŠÏmu‘ öΝä3Î/ tβ%x. ©!$# ¨βÎ) 4 öΝä3|¡àΡr& (#þθè=çFø)s? Ÿωuρ 4 öΝä3ΖÏiΒ <Ú#ts? ⎯tã Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu." Jual beli saham mempunyai beraneka macam cara yang ujung-ujungnya menginginkan adanya keuntungan (capital gain). Ada yang melalui kas (cash account), short selling, margin trading, option, ataupun metode-metode yang semisal. Sebagai ilustrasi, jual beli saham dapat dikategorikan sebagai jual beli yang terlarang apabila jual beli tersebut adalah zero sum games, yang pada hakikatnya adalah maysir yang telah diharamkan oleh syari'at. Dalam jual beli saham yang bersifat zero sum games, hanya ada dua kemungkinan, yaitu saya untung dan kamu rugi, atau saya rugi dan kamu untung. Kerugian dan keuntungan tersebut bila dijumlahkan maka hasilnya nol. Itulah mengapa dinamakan zero sum games. Keuntungan yang didapat oleh salah satu pihak dalam praktek seperti ini tidak lepas dari kerugian yang diderita oleh pihak yang lain. Dengan demikian praktek seperti ini merupakan tindakan yang dholim. Kaidah dasar yang lain dalam muamalah adalah jujur dan amanah. Dalam hal ini saya nukilkan pernyataan imam Al Ghazali rahimahullah dalam kitabnya Ihya' Ulumiddin yang menjelaskan masalah ini. 1 Beliau rahimahullah menyatakan, "Menginginkan untuk saudaranya seperti yang ia inginkan untuk dirinya, sehingga semua muamalah yang membuatnya susah dan menyusahkan hati, maka jangan dilakukan untuk saudaranya." Adapun salah satu perinciannya adalah tidak menyembunyikan harganya yang seandainya orang yang ia muamalahi mengetahuinya tentulah ia tidak akan mau. 1 Saya menukilkan pendapat imam Al Ghazali karena bagusnya pendapat beliau tentang masalah ini, bukan karena bagusnya kitab beliau. Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa dalam kitab ihya' ulumiddin banyak terdapat hadits dhoif ataupun palsu yang tidak bisa dijadikan dalil dalam beragama. 6 Sekarang kita lihat pada jual beli saham (trading). Apakah orang yang menjual saham tersebut mau bila ia diposisikan sebagai seorang pembeli. Kita ambil contoh pada kasus option. Apakah penjual yang untung mau diposisikan sebagai pembeli yang merugi? Tentu jawabannya tidak. Sedangkan mengenai jual beli saham dengan cara atau metode yang lain, dapat kita lihat berdasarkan kaidah yang ada. Apabila kita mau diposisikan sebagai penjual atau pembeli, maka tidak ada masalah dengan transaksi tersebut sepanjang tidak melanggar kaidah yang lain. Bagaimana dengan jual beli saham di pasar modal saat ini? Dewasa ini kita mengenal pasar modal sebagai tempat mempertemukan pihakpihak yang memerlukan dana jangka panjang dengan pihak yang memiliki dana tersebut. Adapun menurut UU No. 1995 pasar modal didefinisikan sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan: penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Yang dimaksud dengan penawaran umum adalah kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten (perusahaan) untuk menjual efek tersebut kepada masyarakat. Sedangkan yang dimaksud dengan efek adalah surat berharga yang dapat berupa surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap turunan (derivatif) dari saham/obligasi. Karena banyaknya instrumen yang diperdagangkan dalam pasar modal, untuk pembahasan selanjutnya hanya akan dikhususkan pada jual beli saham saja. Di dalam pasar modal terdapat dua jenis pasar, yaitu pasar primer dan pasar sekunder. Dalam pasar primer (penawaran umum/ Initial Public Offering (IPO)), saham ditawarkan oleh emiten (perusahaan) kepada investor melalui sindikasi penjamin dan agen penjualan. Dalam pasar ini harga saham tetap, tidak dikenakan komisi, dan jangka waktu penawarannya terbatas. Setelah penawaran umum ditutup, maka emiten (perusahaan) mencatatkan sahamnya di bursa. Sejak saat itu, investor hanya bisa membeli saham perusahaan yang bersangkutan di pasar sekunder. Jadi transaksi yang ada di pasar sekunder adalah transaksi antar investor yang sudah tidak melibatkan emiten lagi. Dalam pasar sekunder inilah terjadi berbagai macam bentuk jual beli saham. Beberapa contoh bentuk dari jual beli saham di pasar ini adalah 7 menggunakan kas (cash account) seperti transaksi pada umumnya, short selling, margin trading, serta option. Penjelasannya adalah sebagai berikut. Cash Account Pembelian saham menggunakan kas (cash account) sama halnya dengan jual beli pada umumnya. Pada asalnya hal ini diperbolehkan dengan perincian seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Begitu pula dengan keuntungan (capital gain) yang didapat. Hanya saja ada permasalahan pada transaksi ini ketika terjadi daily trading. Oleh sebab itu ada yang berpendapat bahwa jual beli saham tidak boleh dilakukan secara harian untuk menghindari maysir yang mungkin muncul didalamnya. Transaksi seperti ini dapat menjadi haram ketika seseorang pada hari yang sama membeli dan menjual saham yang sama beberapa kali. Hal ini diharamkan mengingat sistem penyelesaian transaksi (serah terima saham/uang) pada pasar reguler2 dilakukan pada 4 hari kemudian (T+4). Apabila seseorang membeli saham pada siang hari kemudian menjualnya pada sore harinya dihari yang sama, maka sesungguhnya orang tersebut telah menjual barang yang belum diterima. Dan inilah yang membuat transaksi tersebut diharamkan. Hal ini berdasarkan keumuman hadits Nabi : ﻻ ﺗﺒﻊ ﻣﺎ ﻟﻴﺲ ﻋﻨﺪ ﻙ Artinya: "Janganlah kamu menjual sesuatu yang tidak ada padamu." (Diriwayatkan oleh An-Nasa'i, At-Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad, dari Hakim Ibnu Hisyam radliallahu 'anhu) Adapun bila ada yang berpendapat hal itu merupakan bai' salam3, maka hal tersebut tidaklah benar. Meskipun hampir mirip, transaksi tersebut tidak dapat dikatakan bai' salam karena saham yang dibeli tidak dibayar langsung saat transaksi. Namun ditangguhkan pembayarannya sampai penutupan pasar bursa. Sementara dalam bai' salam harga barang harus dibayar terlebih dahulu dalam transaksi. Margin trading Margin trading adalah menggunakan uang pinjaman dari pihak sekuritas, agar kita dapat membeli saham lebih dari modal yang kita miliki. Misalnya bila modal kita 2 Dalam pasar reguler jumlah saham yang diperjualbelikan dengan standar lot (500 saham) & berlaku prinsip price and time priority. Selain pasar reguler, juga terdapat pasar negosiasi dan pasar tunai. 3 Bai' salam adalah jual beli secara ijon dengan menentukan jenisnya ketika akad dan pembayarannya dilakukan dimuka. Jual beli ini tidak termasuk larangan Nabi ﻻ ﺗﺒﻊ ﻣﺎ ﻟﻴﺲ ﻋﻨﺪ ﻙ 8 Rp 100 juta dan mendapat margin 3 kali, maka kita bisa meminjam uang Rp 300 juta (maksimal) sehingga total pembelian dapat mencapai Rp 400 juta. Tentunya pinjaman yang kita dapat bukan cuma-cuma, tetapi dikenakan bunga yang besarnya secara umum lebih tinggi dari bunga bank. Namun demikian, tidak semua nasabah dapat melakukan transaksi ini. Fasilitas margin hanya diberikan oleh pialang kepada nasabah lama dengan potensi yang baik. Lalu, apa keuntungan yang didapat melalui transaksi ini? Keuntungan yang pertama adalah dengan dana yang tersedia kita bisa membeli saham dengan jumlah yang lebih banyak dibandingkan jika hanya melakukan transaksi biasa (cash account). Kedua, transaksi ini berpotensi memberikan keuntungan yang jauh lebih besar dibandingkan jika kita menggunakan uang sendiri. Ilustrasi sederhanya adalah sebagai berikut. Misalnya Bejo memiliki uang Rp 10 juta. Sedangkan harga saham X di pasar adalah Rp 2.000 per lembar. Dengan transaksi biasa (cash account) Bejo harus merogoh koceknya sebesar Rp 10 juta untuk membeli 10 lot saham (1 lot = 500 lembar). Namun misalkan pialang yang digunakan oleh Bejo menawarkan transaksi margin sebesar 200%, artinya Bejo dapat membeli 20 lot saham hanya dengan memiliki uang sebesar Rp 10 juta.. Artinya kekurangan yang sebesar Rp 10 juta dibiayai oleh pialang, dan tentunya Bejo harus membayar bunga atas pinjaman yang diperolehnya. Karena pialang tersebut juga harus meminjam dana dari bank atau pihak lain. Selanjutnya, katakanlah harga saham X naik menjadi Rp 2.500 per lembar. Sehingga keuntungan yang diterima Bejo adalah Rp 5 juta (Rp 500 x 20 lot x 500 lembar) jika dia menjual saham X tersebut. Dengan demikian tingkat keuntungan yang diterima Bejo adalah 50%. Hal ini tentu lebih menguntungkan dibanding jika Bejo menggunakan transaksi biasa. Dengan modal sendiri sebesar Rp 10 juta, keuntungan yang didapat hanyalah Rp 2,5 juta (Rp 500 x 10 lot x 500 lembar), atau hanya 25% saja dari modal. Namun bagaimana nasib Bejo bila ternyata harga saham X jatuh menjadi Rp 1.000 per lembar? Tidak diragukan lagi bahwa Bejo akan kehilangan modalnya yang Rp 10 juta (-Rp 1.000 x 20 lot x 500 lembar). Belum cukup kerugian yang diterima oleh Bejo, karena ia harus membayar bunga pinjaman kepada pialang dan biaya transaksi. Dari ilustrasi di atas, dapat kita lihat secara jelas bahwa sedikitnya ada dua hal hal yang membuat transaksi ini dilarang. Yang pertama adalah adanya bunga yang 9 ditetapkan oleh pialang atas piutang yang diberikannya kepada investor. Hal ini jelasjelas diharamkan karena bunga dalam pinjaman termasuk riba. Adapun dalil-dalil yang menegaskan tentang riba-nya bunga pinjaman telah jelas adanya, sehingga tidak perlu saya bawakan lagi. Sedangkan kaidah syari'at yang menerangkan tentang riba qard (hutang) adalah ـﺎ ﻓﻬـﻭ ﺭﺒـﺎﺭ ﻓﻔﻌ ( ﻜل ﻓـﺭﺽ ﺠـsetiap hutang yang mendatangkan manfaat tambahan maka itu riba). Yang kedua, yaitu apabila transaksi ini dilakukan dalam sehari atau sebelum T+4, dimana belum ada serah terima4 saham yang telah dibeli. Sebagai contoh, Bejo membeli saham X pada siang hari, kemudian menjualnya pada sore hari di hari yang sama. Peristiwa seperti ini termasuk larangan Nabi ( ﻻ ﺘﺒﻊ ﻤﺎ ﻟﻴﺱ ﻋﻨﺩ ﻙJanganlah kamu menjual sesuatu yang tidak ada padamu). Dengan demikian pengharaman ini tidak berlaku apabila saham sudah diserahterimakan kepada pembeli. Sedangkan ada tidaknya maysir dan kedholiman dalam transaksi ini masih menjadi suatu yang syubhat bagi saya. Bila dilihat dari transaksi jual belinya dengan mengabaikan adanya bunga pinjaman dan saham telah diserahterimakan sebelumnya, maka transaksi tersebut layaknya transaksi jual beli biasa. Namun bila dilihat dari keuntungan dan kerugian yang diterima, maka transaksi tersebut lebih mirip perjudian. Untuk kasus ini sebagian orang berdalih telah melakukan analisis yang matang sebelum melakukan margin trading. Hal inilah yang mereka sebut game of skill. Sedangkan bila tanpa analisis, maka transaksinya bisa kita sebut dengan game of chance alias untung-untungan. Apapun namanya bila waktu penjualan saham telah ditentukan sebelumnya, maka hal ini dapat dikategorikan sebagai maysir. Misalnya Bejo membeli saham X pada siang hari, kemudian pada sore harinya Bejo diharuskan untuk melepas sahamnya. Hal inilah yang diharamkan karena termasuk dalam maysir, baik dengan analisis atau tanpa analisis. Kalau mereka yang melakukan analsis masih berdalih dengan menyebutnya sebagai game of chance, maka transaksi ini bisa kita namai dengan skill of chance. Atau dengan kata lain analisis yang dilakukan untuk berjudi. Adapun bila tidak ada perjanjian untuk melepaskan saham, maka hal inilah yang belum saya pahami. Jika memang tidak ada perjanjian sebelumnya, mengapa Bejo 4 Serah terima yang dimaksudkan dalam hal ini pengertiannya dikembalikan kepada 'urf (adat kebiasan) yang dikenal masyarakat. Misalnya pada barang yang dapat dipindahtangankan seperti makanan, perabotan, dan semisalnya, maka serah terimanya secara langsung dari tangan ke tangan. Namun bila barangnya berupa aktiva tetap seperti tanah atau rumah, maka serah terimanya hanya dengan pemindahan sertifikat tanah atau rumah. 10 tidak menunggu hingga harga saham naik atau stabil kembali? Jika jawabannya karena Bejo tidak mau bunga pinjamannya terus bertambah, maka kembali lagi pada kaidah tentang pengharaman bunga. Dalam transaksi ini juga perlu dilihat apakah ada unsur kedholimannya atau tidak. Apabila Bejo untung, apakah ada pihak yang dirugikan? Atau sebaliknya, ketika Bejo rugi apakah ada pihak yang diuntungkan? Apabila terjadi seperti ini, maka hal ini dapat dikategorikan sebagai zero sum games yang dilarang oleh syari'at. Namun ketika Bejo melepas sahamnya dan mendapat keuntungan, sedang pembelinya berniat berinvestasi untuk mendapatkan deviden, maka pembelinya mendapatkan barang (saham) layaknya jual beli biasa. Dengan demikian niat juga mempengaruhi hukum dalam transaksi ini. Short selling Short selling merupakan kebalikan dari margin trading. Short selling adalah menjual saham yang belum dimiliki dengan harapan harga saham tersebut akan menurun pada saat penyerahannya. Dengan cara itulah investor mendapatkan laba. Misalnya Bejo memperkirakan bahwa harga saham X akan turun pada sesi berikutnya. Melihat peluang ini, kemudian Bejo melakukan short selling dengan cara meminjam saham dari investor lain –sebut saja Trimbil- untuk dijual. Katakanlah harga saham X saat itu Rp 2000 per lembar. Bejo meminjam sebanyak 10 lot saham dari Trimbil dan mendapatkan Rp 10 juta (Rp 2000 x 10 lot x 500 lembar) dari penjualannya saat itu. Beberapa waktu kemudian ternyata saham X harganya turun menjadi Rp 1500 per lembar. Bejo kemudian membeli saham X sebanyak 10 lot dengan harga Rp 7,5 juta (Rp 1500 x 10 lot x 500 lembar) untuk dikembalikan kepada Trimbil. Artinya dengan keadaan ini Bejo telah berhasil meraup keuntungan sebesar Rp 2,5 juta (Rp 10 juta – Rp 7,5 juta) tanpa mengeluarkan modal. Namun apabila ternyata harga saham naik menjadi Rp 2500 per lembar, maka Bejo harus mengeluarkan uang sebesar Rp 12,5 juta (Rp 2500 x 10 lot x 500 lembar) untuk mengembalikan 10 lot saham X milik Trimbil. Hal ini mengakibatkan Bejo harus rela untuk tombok Rp 2,5 juta (Rp 10 juta – Rp 12,5 juta). Tentu hal ini menjadi sebuah konsekuensi dari spekulasi yang dilakukan oleh Bejo. Apabila harga saham X turun dia untung, tetapi bila harga saham X naik dia buntung. Sehubungan dengan transaksi ini pada jaman Rasulullah telah ada jual beli fudhuli (orang yang melakukan tindakan spekulasi). Fudhuli adalah seseorang yang 11 tidak memiliki barang, dan tidak pula diizinkan dalam akad oleh sang pemilik barang. Hukum jual beli fudhuli tergantung pada izin dari orang yang memiliki barang. Hal ini adalah pendapat yang paling rajih menurut jumhur ulama dengan dasar hadits 'Urwah Al-Bariqi radliallahu'anhu, dia berkata, "Rasulullah memberiku 1 dinar agar aku membelikan beliau seekor kambing. (Dengan uang itu) aku belikan 2 ekor kambing, lalu aku jual salah satunya dengan harga 1 dinar. Lalu aku bawa kambing dan 1 dinar tadi kepada beliau perkara kambing tersebut, dan beliaupun berdoa: ﺑﺎﺭﻙ ﺍﷲ ﻟﻚ ﰲ ﺻﻔﻘﺔ ﳝﻴﻨﻚ "Semoga Allah memberkahimu pada perdaganganmu." (Diriwayatkan oleh AtTirmidzi dan Ibnu Majah, dihasankan oleh Syaikh Muqbil dalam Ash-Shahihul Musnad) Setelah melihat hadits tersebut, sepintas transaksi short selling hampir sama dengan jual beli fudhuli. Persamaannya adalah seseorang menjual barang yang tidak dimiliki dan dapat meraih keuntungan tanpa modal sepeserpun. Namun bila dicermati lebih jauh, ada perbedaan yang mendasar dari kedua perkara tersebut. Apabila bai' fudhuli, maka spekulasinya tidak berada dalam ketidakjelasan apakah untung atau buntung. Spekulasi yang dilakukan hanyalah spekulasi terhadap amanah yang pada akhirnya harus menunggu izin dari si pemberi amanah. Apabila dia ridha, maka transaksinya sah. Namun apabila dia tidak ridha, maka transaksinya tidak sah. Adapun dalam short selling spekulasinya berada dalam ketidakjelasan antara untung dan buntung. Hal inilah yang dapat dikategorikan sebagai maysir. Apabila ada yang masih ngeyel dan berdalih bahwa ketidakjelasan tersebut dapat diperjelas menggunakan analisis, maka kita jawab apakah semua analisis dapat menjadikan maysir atau gharar menjadi sesuatu yang dihalalkan? Kita ambil contoh dalam taruhan sepak bola. Misalnya tim yang akan bertanding adalah PSS lawan Juventus. Kemudian kita melakukan analisis terhadap kedua tim tersebut. Bagaimana tipe permainannya, siapa saja pemainnya, siapa pelatihnya, bagaimana kondisi para pemainnya saat bertanding, bagaimana track record kedua tim, dan seterusnya. Apakah analisis disini menjadikan taruhan ini dihalalkan? Tentu jawabannya tidak. Salah satu dalil yang mengharamkan maysir adalah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam surat Al-Maa'idah ayat 90: 12 È≅yϑtã ô⎯ÏiΒ Ó§ô_Í‘ ãΝ≈s9ø—F{$#uρ Ü>$|ÁΡF{$#uρ çÅ£øŠyϑø9$#uρ ãôϑsƒø:$# $yϑ¯ΡÎ) (#þθãΨtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# $pκš‰r'¯≈tƒ ∩®⊃∪ tβθßsÎ=øè? öΝä3ª=yès9 çνθç7Ï⊥tGô_$$sù Ç⎯≈sÜø‹¤±9$# Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah 5 , adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan." Option Option merupakan salah satu bentuk surat berharga derivatif atau turunan. Option atau opsi merupakan sebuah kontrak antara dua pihak dimana pihak yang membeli kontrak (disebut taker) mempunyai hak (bukan kewajiban) untuk membeli atau menjual sejumlah tertentu dari sebuah instrumen yang menjadi dasar dari kontrak tersebut. Misalnya saja saham. Dengan demikian maka opsi tersebut disebut opsi saham (stock option). Untuk mendapatkan hak tersebut, maka pihak taker membayar sejumlah premi kepada si penjual kontrak (disebut writer). Ada dua bentuk option yang dikenal, yaitu call option (opsi beli) dan put option (opsi jual). Call option memberikan hak kepada taker untuk membeli sejumlah tertentu dari sebuah instrumen yang menjadi dasar kontrak tersebut. Sebaliknya, put option memberikan hak kepada taker untuk menjual sejumlah tertentu dari sebuah instrumen yang menjadi dasar kontrak tersebut. Aset atau instrumen yang menjadi dasar sebuah kontrak opsi disebut underlying asset. Untuk pembahasan selanjutnya akan saya khususkan pada opsi saham (stock option) yang underlying asset-nya adalah saham itu sendiri. 5 Al Azlaam artinya: anak panah yang belum pakai bulu. orang Arab Jahiliyah menggunakan anak panah yang belum pakai bulu untuk menentukan apakah mereka akan melakukan suatu perbuatan atau tidak. Caranya ialah: mereka ambil tiga buah anak panah yang belum pakai bulu. setelah ditulis masing-masing yaitu dengan: lakukanlah, Jangan lakukan, sedang yang ketiga tidak ditulis apa-apa, diletakkan dalam sebuah tempat dan disimpan dalam Ka'bah. Bila mereka hendak melakukan sesuatu, maka mereka meminta supaya juru kunci ka'bah mengambil sebuah anak panah itu. Terserahlah nanti apakah mereka akan melakukan atau tidak melakukan sesuatu, sesuai dengan tulisan anak panah yang diambil itu. Kalau yang terambil anak panah yang tidak ada tulisannya, Maka undian diulang sekali lagi. 13 Dalam option dikenal istilah-istilah seperti exercise price (harga eksekusi) atau sering juga disebut strike price, yaitu harga yang telah disepakati dalam kontrak opsi tersebut. Sedangkan expiration date atau dapat diartikan sebagai waktu jatuh tempo, merupakan waktu yang disepakati untuk transaksi opsi dapat dilaksanakan. Jika taker melaksanakan haknya untuk membeli atau menjual, maka dikenal dengan istilah exercise (eksekusi). Perlu diingat bahwa dalam opsi, hak untuk membeli atau menjual tidak harus digunakan. Apabila ternyata harga saham tidak sesuai dengan yang diprediksi, maka taker tidak wajib mengeksekusi opsi tersebut. Misalnya saja Bejo (sebagai taker) membeli call option6 untuk saham X dari Trimbil (sebagai writer) dengan harga Rp 2.000 per lembar saham. Apabila sebelum expiration date harga saham X naik menjadi Rp 2.500 per lembar, maka Bejo dapat membeli saham X pada waktu itu hanya dengan harga Rp 2.000 per lembar. Dengan kata lain ia akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 500 dikali dengan jumlah saham yang ia beli. Namun apabila harga saham X turun menjadi Rp 1.500 per lembar, maka Bejo tidak harus melakukan eksekusi. Karena bila ia tetap melakukan eksekusi ia akan mendapat kerugian sebesar Rp 500 dikali jumlah saham yang ia beli. Apabila mengabaikan adanya premi yang harus dibayar Bejo kepada Trimbil, maka hal semacam itu sangat menguntungkan bagi Bejo (taker) karena tidak pernah mendapatkan kerugian. Situasi seperti ini tentu sangat merugikan Trimbil. Oleh karena itu Trimbil menetapkan premi7 yang harus dibayar Bejo untuk membeli call option darinya. Misalnya premi yang dibayar Bejo kepada Trimbil adalah Rp 3 juta per kontrak. Sedangkan Bejo hanya membeli 1 kontrak call option saja. Apabila saham X naik seperti contoh di atas, maka keuntungan yang didapatkan Bejo adalah Rp 5 juta (Rp 500 x 10.000 saham) dikurangi premi sebesar Rp 3 juta, sehingga keuntungannya menjadi Rp 2 juta. Namun apabila saham X turun kemudian Bejo tidak melakukan eksekusi, maka Bejo mendapat kerugian sebesar premi yang ia bayar yaitu Rp 3 juta. Dengan ilustrasi tersebut dapat dengan mudah kita pahami bahwa transaksi option termasuk dalam zero sum games yang diharamkan oleh syari'at Islam. Hal ini dikarenakan apabila Bejo untung, maka Trimbil buntung. Sedangkan bila Bejo buntung, maka Trimbil untung. Adapun salah satu dalil yang mengharamkan praktek seperti ini adalah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam surat An-Nisa' ayat 29: 6 7 1 kontrak = 10.000 opsi saham Marjin awal = Rp 3 juta per kontrak 14 ¸οt≈pgÏB šχθä3s? βr& HωÎ) È≅ÏÜ≈t6ø9$$Î/ Μà6oΨ÷t/ Νä3s9≡uθøΒr& (#þθè=à2ù's? Ÿω (#θãΨtΒ#u™ š⎥⎪Ï%©!$# $y㕃r'¯≈tƒ ∩⊄®∪ $VϑŠÏmu‘ öΝä3Î/ tβ%x. ©!$# ¨βÎ) 4 öΝä3|¡àΡr& (#þθè=çFø)s? Ÿωuρ 4 öΝä3ΖÏiΒ <Ú#ts? ⎯tã Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu." Dalam perkara ini keridhaan kedua belah pihak tetap saja tidak menjadikannya sebagai sesuatu yang dihalalkan. Sebagai contoh apabila ada dua orang berzina dan mereka saling ridha. Apakah perbuatan mereka ini dapat lantas dihalalkan? Sebagai orang yang masih mempunyai akal sehat dan hati nurani, maka kita akan menjawab tidak. Begitu pula dalam perkara ini. Melihat dari ilustrasi-ilustrasi tentang praktek jual beli saham di pasar modal, dapat kita simpulkan bahwa sebagian besar prakteknya tidak sesuai dengan syari'at Islam. Namun, meski sistem pasar modal yang ada di Indonesia saat ini belum sesuai dengan syari'at Islam, tidak menutup kemungkinan untuk didirikannya pasar modal syariah sebagai kelanjutan dari JII (Jakarta Islamic Index). Sehingga tidak hanya menyediakan indeks perusahaan yang halal atau yang haram saja. Namun juga membuat suatu sistem yang sesuai dengan syari'at Islam dengan pemahaman yang benar. Beberapa kesimpulan dan penutup Berdasarkan apa yang telah saya paparkan, ada beberapa kesimpulan yang dapat diperoleh: 1. Jual beli saham dengan berbagai bentuk dan macamnya adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang banyak terdapat syubhat di dalamnya. Namun demikian, ada sebagian orang yang telah mengetahui hukumnya secara syar'i, 2. Bagi seseorang yang merasa bahwa transaksi jual beli saham adalah perkara yang syubhat, maka wajib bagi dirinya untuk menjauhi perkara tersebut, 3. Pada asalnya jual beli saham adalah sesuatu yang diperbolehkan sepanjang tidak ada sesuatu yang membuatnya menjadi haram. Begitu pula dengan keuntungan (capital gain) yang didapatkannya, 15 4. Dalam beberapa praktek jual beli saham, seperti short selling, margin trading, option dan sejenisnya, telah jelas keharamannya. Dalam hal ini bukan capital gain-nya saja yang diharamkan, tetapi lebih mengacu pada bentuk jual belinya, 5. Sistem yang ada pada pasar modal saat ini belum sesuai dengan syari'at Islam, 6. Tidak menutup kemungkinan untuk didirikannya pasar modal yang sesuai dengan syari'at Islam. Itulah beberapa hal yang dapat saya simpulkan dari tulisan saya ini. Sebenarnya permasalahan ini sangatlah komples dan membutuhkan penjelasan yang terperinci. Namun karena keterbatasan yang saya miliki, tulisan ini tidak cukup ilmiah untuk menjelaskan masalah tersebut. Artikel ini juga masih menyisakan beberapa perkara yang belum dibahas. Salah satunya adalah apakah sistem PT yang notabene mengeluarkan saham dan mendukung adanya pasar modal telah sesuai dengan syari'at? Apabila belum, bagaimana dengan bank syariah yang berbentuk PT? Namun demikian, apa yang telah saya share kepada teman-teman sekalian dapat menjadi gambaran bagaimana kita melihat suatu perkara dengan sudut pandang syari'at. Sebagai penutup, saya hanya ingin memotivasi diri saya pribadi dan temanteman sekalian agar jangan berhenti untuk mempelajari ilmu agama ini. Karena dengan memahami ilmu agama dapat menjadi suatu pertanda bahwa seseorang dikehendaki kebaikan oleh Allah di dalam dirinya. . ﻭﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻭﺳﻠﻢ ﻋﻠﻰ ﻧﺒﻴﻨﺎ ﳏﻤﺪ ﻭﻋﻠﻰ ﺁﻟﻪ ﻭﺻﺤﺒﻪ ﺃﲨﻌﲔ،ﻭﺍﷲ ﺗﻌﺎﱃ ﺃﻋﻠﻢ Sleman, 24 Rajab 1428 H/ 8 Agustus 2007 M 05/186718/EK/15948 Semoga Allah mengampuninya 16 REFERENSI Ad-Duwaisy, Syaikh Ahmad bin 'Abdurrazaq. 2005. Fatwa-Fatwa Jual Beli oleh Ulama-Ulama Besar Terkemuka. Bogor: Pustaka Imam Syafi'i. Afifudin, Muhammad. Jual Beli Sesuai Tuntunan Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Salam. Dalam Majalah Asy-Syariah Vol. III/ No. 25/ 1427H/ 2006. Yogyakarta. Al'Ied, Ibnu Daqiq. 2001. Syarah Hadits Arba'in. Yogyakarta: Media Hidayah. Badri, Arifin. Hadits Arba'in No. 6. Makalah dalam Dauroh Diniyah di Masjid Pogung Raya, 2005. Yogyakarta. Hanafi, Mamduh M. 2004. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE. Hidayat, Taufik. Sekilas Short Selling. Dalam http://www.taufikhidayat.blogspot.com/2005/06/sekilas-short-selling.html Idris, Tedy Fardiansyah. Transaksi Marjin: Antara Madu & Racun. Dalam http://www.korantempo.com/news/2002/7/27/Ekonomi%20dan%20Bisnis/21. html Mengenal Kontrak Opsi Saham. Dalam http://www.jsx.co.id/MainMenu/Education/WhatisKontrakOpsiSahamKOS/ta bid/90/lang/id-ID/Default.aspx Modul Pasar Modal. Sarijaya Securities. Syamhudi, Kholid. Muamalah Maliyah dalam Konteks Fikih Islam. Makalah dalam Studi Intensif Fiqih Ekonomi Syariah di Mushola Teknik FT UGM, 5, 26 Mei & 2 Juni 2007. Yogyakarta. 17