Media Elektronik Iklan Tolak Angin dengan Iklan bintang tujuh masuk angin Tolak Angin Sido Muncul http://www.youtube.com/watch?v=vtsO1A2q9A4 PT.Sido Muncul mengeluarkan iklan tolak angin versi “orang pintar”. Pesan yang disampaikan melalui slogannya “ orang pintar minum tolak angin” sangat terlihat jelas ditunjukan untuk pasar menengah atas. Merubah image sebagai produk jamu yang kuno menjadi produk jamu yang modern (obat herbal). Penggunaan artis/selebriti yang mendapatkan perhatian dari masyarakat yang akhirnya mendapatkan tanggapan positif. Karena pada pandangan masyarakat, artis masih dianggap menjadi seorang panutan dalam penggunaan produk dan sangat dikagumi. Model iklan yang menarik dan populer bisa menambah kepercayaan akan produk, yang pada akhirnya mampu “memaksa” khalayak sasaran untuk membeli. Gambaran pabrik jamu milik Sido Muncul telah mengalami modernisasi (sebagaian tenaga manusia ditampilkan dalam iklan, seolah tolak angin ingin ditegaskan sebagai jamu yang memang berstandard farmasi. Iklan Tolak Angin saat ini tidak semata-mata bersifat persuasif semata tetapi di dalam iklan Tolak Angin terdapat informasi-informasi yang menunujukkan bahwa Tolak Angin peduli dengan budaya Indonesia. Hal ini cukup wajar karena secara posisi jamu Tolak Angin sudah cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia karena secara usia produk ini sudah lama, maka iklan-iklan Tolak Angin ini sebenarnya lebih bersifat reminder (pengingat) kepada masyarakat. Iklan Tolak Angin bukan lagi sebagai sarana utama untuk memasarkan produk tetapi menjadi pengingat dan informasi apa saja yang dilakukan oleh Tolak Angin untuk menjaga loyalitas konsumen. Bintang Tujuh Masuk Angin dengan tag “Minum Jamu Tolak Angin Kok Mesti Pintar” adalah pilihan strategi yang kurang “pintar” dari tim pemasaran Bintang Toedjoe – bagaimanapun tidak akan ada yang bisa menandingi Tag Sido Muncul “Orang Pintar Minum Tolak Angin” adalah tag yang tidak bisa dilawan kebenaranya di benak konsumen. Semua orang ingin pintar itu adalah premis yang tidak terbantahkan, sama seperti semua orang ingin kaya. Artinya kalaupun tak bisa pintar, setidaknya dengan minum Tolak Angin ya Sudah Pintar. Kalau kemudian Bintangin membuat Tag “Minum Tolak Angin Kok Mesti Pintar” adalah antitesis dari keinginan konsumen dari strata manapun ia yang pada dasarnya punya hasrat untuk pintar. Bintangin Mesti Kreatif Lagi bikin Tag kalau tidak Bintangin tidak akan bisa bertarung dengan “Tolak Angin” “raksasa” di kelasnya. Petikan iklan tersebut kurang lebih seperti ini: Suami (bersiul memanggil burung kesayangannya yang hilang):”Bejo.. Jo…”. Istri:”Mas, kamu kok ngurusi burungmu terus sih?” Suami (sendawa) Istri:”Tuh.. kan masuk angin” Suami: “Masuk angin? Orang bejo kayak saya, masuk angin ya minum BTMA (dst tentang khasiat produk) (Suara kicauan burung) :”Waa.. Bejo-ku balik” Istri:”Maas (suara lembut merayu) Suami:”Istriku seneng, Lha bejo ku gede” Komentar saya, kenapa jaman sudah jauh maju, banyak orang kreatif tapi iklan ini masih saja berkutat seputar istri yang cemburu pada suami yang terlalu sibuk mengurusi burungnya? Lagipula ini iklan jamu masuk angin kan? Suara sendawa memang lebih mudah ditangkap sebagai gejala masuk angin oleh pendengar radio sebagai sasaran pasar. Tapi tak bisakah diganti dengan hal lain?. Tak ada sendawa tapi cukup mengingatkan saya dengan produk ini dengan moto “Bejo”nya. Ada masih banyak iklan lain di televisi yang juga mengkomersialisasikan sendawa. Apa sekarang sudah lumrah saja bersendawa dengan keras? Penggunaan model artis/ selebritis yaang kurang menarik perhatian masyarakat yaitu Asri Welas dengan Butet Kertaradjasa. Serta konsep iklan yang kurang mengena dan tidak ada unsur edukasinya. Media Koran Koran jawapos dengan Koran Surya Koran Jawapos Jawapos , 9 februari 2009 Tulisannya simple (mungkin simple is the best red.)… Rossi No. 1 … Yamaha No.1 … Semua tahu Rossi dan Yamaha No. 1 …. !!! maksudnya yaitu: Rossi No. 1… jika korannya terbit hari ini dan tahun sekarang… yaagh tentu saja benar… dan sulit terbantahkan… !!! karena Rossi juara MotoGP … dan MotoGP itu.. ajang paling bergengsi… !!! Kemudian Yamaha No. 1… jika konteks nya MotoGP… dan pemenang konstruktor MotoGP… memang Yamaha… dan ini sekali lagi sulit dibantahkan… !!! Dan dari uraian Rossi dan Yamaha No. 1…. dilanjutkan dengan konklusi berikutnya… !!! Apa itu… ??? Semua Tahu Rossi dan Yamaha No. 1… !!! Iya, kalau konteksnya MotoGP itu benar.Namun memang, bahasa marketing ini ‘menembak’ mindset konsumen untuk membeli product Yamaha. Kompas edisi selasa, 21 Desember 2010 Ternyata, iklan yang mencantumkan logo Wahana dan Honda itu, cukup jelas memamerkan pemasangan strobo atau lampu berwarna merah dan biru. Bagi sebagian orang, sepintas tak ada yang aneh dalam iklan tersebut. Namun, bagi para penggiat keselamatan jalan, pemasangan strobo tersebut menjadi iklan yang mencengangkan. Maklum, Honda yang di Indonesia identik dengan PT Astra Honda Motor (AHM), selaku produsen sepeda motor Honda, mengklaim diri sebagai pelopor keselamatan bersepeda motor alias safety riding. Aroma tersebut cukup kentara dalam iklan-iklan mereka di siaran televisi dengan jargon…”Jangan lupa pakai helm yah.” Media Reklame Gudang Garam Gudang Garam International : Pria Punya Selera Maksudnya : Pria yang punya selera merokok.. Sampoerna Hijau Sampoerna Hijau : Nggak Ada Loe, Nggak Rame Maksudnya: Nggak ada rokok ini, nongkrong pasti ga akan asik