ANALISIS PERMINTAAN TANAMAN OBAT PADA INDUSTRI OBAT TRADISIONAL DI KALIMANTAN SELATAN Astik Drianti Universitas Kutai Kartanegara Tenggarong ABSTRACT The objective of the research was to find out the variety and the number of medicinal crop used in traditional medicine industry in South Kalimantan. It also tried to find out the development of the demand of medicinal crop in the traditional medicine industry in South Kalimantan, its projection in the next ten years (2007-2016). The research employed Minitab Version 11.12 as the supporting device of data processing. The demand of medicinal crop in the traditional medicine industry in South Kalimantan consisted of 12 variety of medicinal crop. The trend and the projection of medicinal crop demand was S curve (pearl reed logistic), with the downturn resulted from the decrease of traditional medicine industry in South Kalimantan, and the consumer taste shift from traditional medicine to standard herbal and functional food. Moreover, it was estimated that the downturn was resulted from undeveloped technology of traditional medicine industry. Keywords: medicinal crop, trend and projection. Sejak Badan Kesehatan Dunia PENDAHULUAN (WHO) mencanangkan untuk back to Latar Belakang Maraknya gerakan kembali ke nature atau ”kembali ke alam” yakni (back membuat menganjurkan masyarakat menggunakan kecenderungan penggunaan bahan obat pengobatan dari bahan-bahan alami dan alam/herbal di dunia semakin meningkat. menghindari Gerakan tersebut kimiawi, banyak bermunculan obat-obat perubahan lingkungan, alam manusia, to dan nature), dilatarbelakangi pola perkembangan tradisional yang bahan dasarnya tanaman, pola jamur, cacing, jangkrik, dan lain-lain (Tresna, 2008). menunjukkan minimnya efek negatif ditimbulkan dari obat-obatan hidup penyakit. Slogan back to nature yang yang konsumsi penggunaan Indonesia dikenal secara luas sebagai mega center keanekaragaman tumbuhan obat dan juga ekonomis hayati menarik didunia, yang terdiri dari tumbuhan minat masyarakat untuk (biodiversity) yang terbesar kembali menggunakan obat-obatan dari tropis dan biota laut. bahan alami. (Hembing, 2007). Indonesia terdapat sekitar 30.000 jenis Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 6 No. 1 Januari 2012 Di wilayah 31 tumbuhan dan 7.000 diantaranya diduga memiliki khasiat sebagai obat. Tujuan Penelitian Obat Mengetahui jenis dan jumlah tradisional Indonesia dikenal sebagai tanaman obat yang digunakan dalam jamu, telah digunakan secara luas oleh indutri obat tradisional diKalimantan masyarakat Indonesia sejak berabad- Selatan. abad yang lalu, untuk menjaga kesehatan perkembangan permintaan dan harga dan tanaman mengatasi berbagai penyakit.(Sampurno, 2007). Serta obat Mengetahui pada industri obat tradisional di Kalimantan Selatan, serta Yurnalis Ngayoh (2005) dalam proyeksinya 10 tahun kedepan (2007 – sambutan Seminar Sehari Potensi dan 2016). Pengembangan Tanaman Obat Sebagai TINJAUAN PUSTAKA Aset Daerah di Samarinda 12 Desember Permintaan 2005, menyebutkan bahwa beberapa Permintaan adalah jumlah barang industri pengolahan obat tradisional dan atau jasa yang ingin dan mampu dibeli jamu di Kalimantan Selatan mempunyai oleh konsumen, pada berbagai tingkat nilai harga, dan pada periode tertentu. Pada jual lebih dan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap dasarnya Pendapatan Asli Daerah (PAD). kebutuhan yang berbeda. Ada banyak hal yang Perumusan Masalah Penggunaan obat tradisional yang meningkat dalam berarti juga penggunaan peningkatan bahan baku. setiap orang mempengaruhi memiliki munculnya kebutuhan tersebut seperti adat istiadat, agama dan kepercayaan, alam dan peradaban. Sebagaimana kebutuhan Kalimantan selatan dengan keragaman permintaan setiap konsumen tidaklah hayatinya yang khusus juga memiliki sama, dimana permintaan seseorang potensi tumbuhan obat yang beragam. terhadap Sehingga perlu diketahui jenis tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : obat apa saja yang digunakan dalam 1. Harga industri obat tradisional, berapa jumlah 2. Pendapatan permintaan tanaman dan bagaimana perkembangannya permintaannya, serta perkembangan harganya? suatu barang atau jasa 3. Harga barang lain yang berkaitan 4. Selera konsumen 5. Banyaknya/ Intensitas konsumen Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 6 No. 1 Januari 2012 32 merupakan bentuk sediaan yang paling Tanaman obat Menurut Permenkes RI No. banyak diproduksi. Perkembangan 246/Menkes/Per/V/1990 dalam Hidayat serapan tumbuhan obat untuk industi (2007) obat tradisional adalah Bahan relatif stabil selama lima tahun. Untuk atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan obat budidaya berkisar antara tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, 60,22% - 66,47%, serapan tumbuhan sediaan galenik atau campuran dari obat hutan antara 17,46% - 19,63%, bahan- bahan tersebut, yang secara serapan tumbuhan obat impor antara tradisional telah untuk 5,81% - 9,89% dan serapan tumbuhan pengobatan berdasarkan pengalaman. obat liar antara 8,67% - 16,30%. Obat tradisional lisensi adalah obat Terdapat enam tumbuhan obat yang tradisional asing yang diproduksi oleh mempunyai nilai jual diatas satu milyar suatu industri obat tradisional atas rupiah yaitu merica, kencur, cabe jawa, persetujuan kapulaga, jahe dan adas, dan empat digunakan dari perusaah yang bersangkutan dengan memakai merk dan diantaranya nama ekspor yaitu merica, kencur, kapulaga dagang Sedangkan perusahaan Industri obat tersebut. tradisional dan jahe. merupakan komoditas Sedangkan untuk tumbuhan (IOT) adalah industri yang memproduksi obat hutan terdapat 22 tumbuhan obat obat tradisional dengan total aset di atas yang memiliki nilai penting terhadap Rp. 600.000.000,- tidak termasuk harga kelangkaan dan 11 tumbuhan obat yang tanah dan bangunan. Industri kecil obat dinyatakan tumbuhan langka. tradisional (IKOT) adalah industri obat Winarti dan Nurdjanah (2005) tradisional dengan total aset tidak lebih menyimpulkan bahwa tanaman rempah dari Rp. 600.000.000,- tidak termasuk dan obat mempunyai potensi besar harga tanah dan bangunan. sebagai sumber makanan dan minuman Purwandari (2001) menyimpulkan bahwa perkembangan tradisional industri menyebabkan obat beberapa fungsional seiring dengan makin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan. industri besar memperluas pemasaran Keberadaan pangan fungsional tidak produknya ke Perkembangan luar negeri. hanya bermanfaat bagi masyarakat atau teknologi membuat konsumen, tetapi juga bagi pemerintah sediaan obat tradisional menjadi semakin beragam, namun serbuk maupun industri pangan. Bagi masih Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 6 No. 1 Januari 2012 33 konsumen, pangan fungsional bentuk tabulasi, Sedangkan untuk bermanfaat untuk mencegah penyakit, mengetahui trend dan proyeksi dari meningkatkan imunitas, memperlambat permintaan tanaman obat, digunakan proses penuaan, serta meningkatkan model kurva S atau S-curve, dan growth penampilan fisik. Bagi industri pangan, curve karena model ini diharapkan pangan fungsional akan memberikan memberi kesempatan yang tidak terbatas untuk keadaan sesungguhnya. secara inovatif memformulasikan proyeksi Model produk-produk yang mempunyai nilai memproyeksi tambah bagi masyarakat. tanaman dilaksanakan digunakan banyaknya obat pada untuk permintaan industri obat curve (pearl reed logistic) ini digunakan Lokasi dan Waktu Penelitian ini mendekati tradisional adalah model kurva S atau S- METODE PENELITIAN Penelitian yang yang di karena pola data yang berupa kurva S. Ynt = 1/a + bXnt ............................(14) wilayah Propinsi Kalimantan Selatan. Dimulai dari April 2008 sampai dengan dimana: April 2009, yakni diawali dengan tahap Ynt = proyeksi permintaan tanaman obat persiapan dan pengumpulan data hingga a = konstanta penyusunan laporan. b = koefisien Jenis dan Sumber Data Xnt = permintaan tanaman obat pada tahun t Penelitian ini menggunakan Data Analisis Sekunder pertahun dengan deret waktu (time series) selama 12 tahun. Terdiri dari data tahun 1995 sampai tahun 2006. Data diperoleh dari Instansi terkait trend dan proyeksi memerlukan berbagai model yang paling baik bagi masing-masing data. memudahkan pengolahan Untuk data pada yakni Badan Pusat Statistik Propinsi penelitian ini menggunakan bantuan Kalimantan Selatan yaitu data industri program aplikasi yakni program Minitab obat tradisional yang terdapat di Propinsi versi 11.12. Kalimantan Selatan. HASIL DAN PEMBAHASAN Teknik Analisis Data Jenis dan Jumlah Permintaan Analisis data dilakukan secara Permintaan bahan baku utama deskriptif dimana jenis dan jumlah pada permintaan tanaman obat dibuat dalam Kalimantan Selatan dibedakan menjadi Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 6 No. 1 Januari 2012 industri obat tradisional di 34 tanaman obat dan tumbuhan obat. obat tradisional di Kalimantan Selatan Terdapat 12 jenis tanaman obat budidaya sejak tahun 1995 – 2006 adalah tanaman yang digunakan dalam industri obat jintan sebanyak 630.083 kg (54,039%), tradisional di Kalimantan Selatan sejak kemudian temulawak sebanyak 213.319 tahun 1995 – 2006 (Lampiran 2). kg (18,301%) dan kumis kucing 107.836 Tanaman obat yang paling banyak kg, seperti terllihat pada table 1 digunakan sebagai bahan baku industri No Tabel 1 Permintaan tanaman obat pada industri obat tradisional di Kalimatan Selatan 1995 - 2006 Jenis Jumlah permintaan Persentase (%) (Kg) 1 Temulawak 213.319 18,301 2 Lempuyang 20.048 1,719 3 Kunyit 6.289 0,539 4 Majakani 6.542 0,561 5 Ketumbar 11.036 0,946 6 Kumis kucing 107.836 9,248 7 Kencur 20.253 1,737 8 Cabe jawa 85.905 7,367 9 Pala 17.263 1,481 10 Adas 23.961 2,055 11 Klabat 23.381 2,005 12 Jintan 630.083 54,039 1.165.988 100,00 Jumlah Sumber: Pengolahan data, 2008. Jumlah penggunaan tanaman obat pada industri obat tradisional Banyaknya permintaan pada tahun 2001 di ini dikarenakan banyaknya permintaan Kalimantan Selatan sejak tahun 1995 tanaman jintan sebesar 103.781 kg sampai tahun 2006 terbanyak pada tahun (Lampiran 1) dan tanaman cabe jawa 2001 yakni sebanyak 203.415 Kg. sebesar 14.537 kg. Tabel 2 Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 6 No. 1 Januari 2012 35 Jumlah permintaan tanaman obat pada Industri obat di Kalimantan Selatan 1995 – 2005 Tahun Jumlah permintaan tanaman obat (kg) 1995 99.862 1996 147.833 1997 83.159 1998 74.314 1999 91.202 2000 76.597 2001 203.415 2002 52.585 2003 122.110 2004 120.528 2005 55.919 2006 38.646 Jumlah 1.165.988 Sumber: Pengolahan Data, 2008. Permintaan terendah pada tahun 2006 sebanyak 38.646 Kg ( menengah dan besar, perusahaan jamu Singa Banteng tidak lagi terkategori sebagai perusahaan berskala menengah dan besar karena jumlah tenaga kerja Tabel 2). karena yang awalnya berjumlah lebih dari 20 obat orang yakni 21 orang berkurang menjadi tradisional di Kalimantan Selatan yang dibawah 20 orang yakni 17 orang. awalnya empat industri obat tradisional Penurunan jumlah tenaga kerja pada berskala menengah dan besar yakni perusahaan jamu Singa Banteng karena perusahaan menurunnya penjualan produk jamu berkurangnya Hal jumlah jamu ini industri Pucuk Sirih, perusahaan jamu Sarigading, perusahaan tersebut jamu Rumput Fatimah dan perusahaan merasionalisasi jumlah tenaga kerjanya. jamu Singa Banteng, industri obat menjadi tradisional sehingga perusahaan harus tiga berskala Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 6 No. 1 Januari 2012 36 Trend dan Proyeksi Permintaan obat tradisional di Kalimantan Selatan a. Trend Permintaan Tanaman Obat mengalami fluktuasi yang cukup tinggi. Salah satu yang Permintaan tanaman obat pada mempengaruhi permintaan suatu barang industri obat di Kalimantan Selatan adalah sendiri. mengalami peningkatan yang cukup Permintaan tanaman obat pada industri tajam adalah pada tahun 1996 dan 2001 ( harga faktor barang itu sebagai mana mestinya. Kondisi ini terus berlangsung dan mencapai masa perbaikan pada tahun ke-6 yakni pada tahun 2001. Permintaan tanaman obat Tabel 2), namun kembali menurun pada tahun 1997 dan 2006. mulai meningkat yang menunjukkan Hal ini terjadi karena krisis moneter peningkatan industri obat tradisional. yang Trend dari permintaan tanaman melanda pada tahun 1997 sehingga obat pada industri obat di Kalimantan membuat Selatan adalah berupa kurva S, atau S- industri tidak mampu menyerap tanaman obat dalam jumlah curve (Pearl reed logistic). S-Curve Trend Model Yt = (10**6)/(9.35942 + 0.723278*(1.21519**t)) Actual 200000 Fits Forecasts Actual Fits Forecasts Jumlah 100000 MAPE: MAD: MSD: 0 0 10 29 30763 2.00E+09 20 Tahun Gambar 1. Trend dan proyeksi permintaan tanaman obat pada industri obat di Kalimantan Selatan. Selain harga, penurunan Banjarmasin Post (2009) menyebutkan permintaan tanaman obat juga karena bahwa turunnya permintaan terhadap berkurangnya yang jamu disebabkan kesulitan ekonomi yang menggunakan tanaman obat. Harian membuat turunya daya beli masyarakat industri Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 6 No. 1 Januari 2012 37 dan banyaknya jamu yang menjanjikan industri obat tradisional ini terlihat hasil secara instan, meski sebenarnya kecenderungan penurunan permintaan jamu-jamu tersebut mengandung bahan jumlah kimia. bertentangan dengan kesimpulan Katno b. Proyeksi Permintaan Tanaman Obat dan Pramono (2005) bahwa penggunaan Proyeksi tanaman permintaan obat pada obat tradisional di Kalimantan selatan selama 10 tahun yang akan datang cenderung menurun. Proyeksi permintaan masingmasing tanaman obat pada industri obat tradisional (Lampiran 2) memperlihatkan beberapa tanaman diproyeksi permintaanya tetap seperti Temulawak dan Kencur, sedangkan yang lain ada yang cenderung menurun permintaannya dan ada yang meningkat. Berdasarkan hasil obat. Hal ini bahan alam, baik sebagai obat maupun individual industri tanaman tujuan lain cenderung meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature serta krisis berkepanjangan yang mengakibatkan masyarakat. tanaman turunnya Obat obat daya beli tradisional dan banyak digunakan masyarakat menengah kebawah terutama dalam upaya preventif, promotif dan rehabilitatif. Sementara ini banyak orang beranggapan bahwa penggunaan tanaman obat atau obat tradisional relatif lebih aman dibandingkan obat sintesis. proyeksi terhadap permintaan tanaman obat pada Karena anggapan bahwa obat tradisional tidak memiliki efek samping. Tabel 3 Proyeksi Permintaan Tanaman Obat pada Industri obat tradisional di Kalimantan Selatan selama 10 tahun Tahun Jumlah permintataan (Kg) 2007 54.132,5 2008 48.937,0 2009 43.825,6 2010 38.889,5 2011 34.207,6 2012 29.841,9 2013 25.835,1 2014 22.211,1 2015 18.976,4 Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 6 No. 1 Januari 2012 38 2016 16.123,1 Sumber: Pengolahan data, 2008. Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 6 No. 1 Januari 2012 39 Penurunan permintaan ini juga jumlah industri obat tradisional di diduga karena jenuhnya pasar terhadap Kalimantan Selatan, dan diduga karena obat tradisional atau jamu. Diduga juga bergesernya selera konsumen dari obat karena bergesernya selera konsumen tradisional kepada herbal terstandar dan yang obat pangan fungsional, selain itu diduga tradisional atau jamu menjadi herbal atau teknologi yang tidak berkembang dari pangan fungsional, selain itu penurunan industri obat tradisional tersebut. ini juga diduga karena faktor teknologi Saran yang tidak mengalami perkembangan. 1. Perlunya penelitian mengenai faktor- awalnya mengkonsumsi faktor yang mempengaruhi penurunan KESIMPULAN DAN SARAN permintaan tanaman dan obat. Kesimpulan Permintaan tanaman obat pada 2. Perlu penelitian dengan model yang industri obat tradisional di Propinsi lebih Kalimantan Selatan pada tahun 1995 – memprediksi harga di masa yang akan 2006 terdiri dari 12 jenis dari tanaman datang dengan faktor yang lebih obat. kompleks. Tanaman yang paling banyak permintaannya adalah Jintan sebanyak 3. Trend baik khusunya permintaan tanaman dalam obat 630.083 kg (54,039%) dari total tanaman memang mengalami fluktuasi, namun obat yang digunakan. Kunyit merupakan dengan adanya program diversifikasi tanaman dan maraknya gerakan kembali ke obat yang paling sedikit digunakan sebesar 6.289 kg (0,539%). Trend dan proyeksi permintaan alam tanaman obat tetap akan menjadi pilihan. Penting bagi pihak industri tanaman obat berupa kurva S, atau S- untuk curve (Pearl reed logistic) memberikan pengembangan produk tidak sekedar hasil dengan kecenderungan permintaan berupa obat tradisional/jamu namun yang semakin menurun. Demikian pula lebih pada pangan fungsional. trend dan proyeksi permintaan tumbuhan melakukan penelitian dan 4. Keadaan perekonomian yang tidak obat pada industri obat di Kalimantan stabil Selatan berupa kurva S, atau S-curve tradisional berskala kecil mengalami (Pearl dengan kesulitan bertahan maka diharapkan kecenderungan yang semakin menurun bagi pemerintah daerah memberikan hal ini di sebabkan karena menurunnya insentif bagi pelaku industri kecil dan reed logistic) membuat industri obat menengah. Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 6 No. 1 Januari 2012 40 DAFTAR PUSTAKA Anggraini, Dwi. 2002. Ingin Payudara Montok? Gunakan Jahe. Harian Umum Suara Merdeka. Sabtu 21 September 2002. http://www.suaramerdeka.com. Diakses 6 Juni 2009. Handayani, Lestari dan Suharmiati. 2008. Meracik Obat Tradisional Secara Rasional. http://www.tempo.co.id. Diakses 12 maret 2008. Hembing. 2007. Pemanfaatan Herbal Untuk Kesehatan dan Pengobatan Penyakit. http://www.cbn.net.id. Diakses 12 maret 2008. Hidayat, Moch. Amrun. 2007. Tradisional. http://elearning.unej.ac.id. Diakses 12 Maret 2008. Obat Purwandari, Sri Sudaryati. 2001. Studi Serapan Tumbuhan Obat Sebagai Bahan Baku pada Berbagai Industri Obat Tradisional di Indonesia. Program Pasca Sarjana. IPB. Bogor. Sampurno. 2007. Prospek Farma 2007. http://strategic-manage.com. Diakses 12 Maret 2008. Tresna, P. 2008. Produk Kesehatan Herbal Amankah? [http://widyawarta.penabur.org. Diakses 12 Maret 2008.] Winarti, Christina dan Nurdjanah, Nanan. 2005. Peluang Tanaman Rempah dan Obat Sebagai Sumber Pangan Fungsional. Jurnal Litbang Pertanian edisi 24 (2): 47 - 55. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian. Bogor. Katno dan Pramono. 2005. Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat dan Obat Tradisional. http://cintaialam.tripod.com. Diakses 1 April 2009. Ngayoh, Yurnalis. 2005. Pasak Bumi Diminati Masyarakat Malaysia. http://www.kaltimprov.go.id. Diakses 1 April 2009. Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 6 No. 1 Januari 2012 41