CAPITAL GAIN HARAM! Kenapa?

advertisement
CAPITAL GAIN HARAM?? KENAPA??
Capital gain haram? Kenapa? Mungkin pertanyaan itu pernah muncul di
benak teman-teman sekalian. Seperti yang telah teman-teman ketahui, bahwa capital
gain adalah sebuah istilah yang sering didengar di dunia pasar modal. Mengenai apa
itu capital gain, kemudian bagaimana cara mendapatkannya, tidak akan dibahas
secara terperinci dalam artikel ini, karena saya yakin teman-teman lebih mengerti
daripada saya. Apabila ada dari teman-teman sekalian yang tidak mengetahui apa itu
capital gain, saya sarankan teman-teman tanyakan pada dosen manajemen keuangan
atau silakan baca buku teks yang membahas masalah tersebut. Saya yakin
penjelasannya akan lebih rinci.
Yang menjadi permasalahan sekarang adalah ada sebagian orang yang
mengatakan bahwa berinvestasi melalui saham itu halal. Namun bila kita berniat
mengambil capital gain dari saham, itulah yang diharamkan. Selama ini saya banyak
mendengar mengenai hal tersebut. Namun keterangan yang menyebutkan secara rinci
mengenai diharamkannya capital gain belum juga saya temukan. Paling-paling
keterangan yang ada dibelakang pengharaman itu adalah 'ada unsur maysir-nya'.
Sangat aneh rasanya bila kita berbicara masalah halal dan haram tetapi tanpa adanya
dalil yang menguatkan pendapat kita. Bagaimana kita dapat menerima bahwa capital
gain itu diharamkan, sedangkan apa itu maysir saja kita tidak tahu.
Perlu diingat, bahwa agama Islam dibangun diatas ilmu. Sedangkan ilmu
dibangun di atas dalil-dalil. Apabila Islam dibangun tanpa ilmu dan dalil-dalil, maka
jadilah kita sebagai orang-orang yang bertaklid kepada para ulama-ulama kita
layaknya orang yahudi dan nasrani, yang menghalalkan apa yang dihalalkan ulama
mereka dan mengharamkan apa yang diharamkan ulama mereka. Perlu diingat juga
bahwa tulisan ini adalah hasil penalaran (reasoning) saya dengan keterbatasan ilmu
yang saya miliki. Untuk itu tulisan ini tidak bisa dijadikan dalil untuk menghukumi
masalah capital gain tersebut. Saya memberanikan diri untuk menulis arikel ini
karena banyaknya pertanyaan mengenai masalah capital gain, dan saya hanya
mencoba untuk sharing dengan teman-teman sekalian sebatas pengetahuan yang saya
miliki.
1
Sebelum lebih jauh kita membahas masalah ini, saya akan nukilkan sabda
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Salam yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Abdillah
An Nu'man bin Basyir radliallahu ta'ala 'anhuma:
‫ )ﺇﻥ‬:‫ ﻳﻘﻮﻝ‬ε ‫ﻋﻦ ﺃﰊ ﻋﺒﺪﺍﷲ ﺍﻟﻨﻌﻤﺎﻥ ﺑﻦ ﺑﺸﲑ ﺭﺿﻲ ﺍﷲ ﺗﻌﺎﱃ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻗﺎﻝ ﲰﻌﺖ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ‬
‫ ﻓﻤﻦ ﺍﺗﻘﻰ‬،‫ﻦ ﻛﺜﲑ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ‬ ‫ ﻭﺑﻴﻨﻬﻤﺎ ﺃﻣﻮﺭ ﻣﺸﺘﺒﻬﺎﺕ ﻻ ﻳﻌﻠﻤﻬ‬،‫ ﻭﺇﻥ ﺍﳊﺮﺍﻡ ﺑﲔ‬،‫ﺍﳊﻼﻝ ﺑﲔ‬
‫ ﻛﺎﻟﺮﺍﻋﻲ ﻳﺮﻋﻰ‬،‫ ﻭﻣﻦ ﻭﻗﻊ ﰲ ﺍﻟﺸﺒﻬﺎﺕ ﻭﻗﻊ ﰲ ﺍﳊﺮﺍﻡ‬،‫ﺍﻟﺸﺒﻬﺎﺕ ﻓﻘﺪ ﺍﺳﺘﱪﺃ ﻟﺪﻳﻨﻪ ﻭﻋﺮﺿﻪ‬
‫ ﺃﻻ ﻭﺇﻥ‬.‫ ﺃﻻ ﻭﺇﻥ ﻟﻜﻞ ﻣﻠﻚ ﲪﻰ ﺃﻻ ﻭﺇﻥ ﲪﻰ ﺍﷲ ﳏﺎﺭﻣﻪ‬،‫ﺣﻮﻝ ﺍﳊﻤﻰ ﻳﻮﺷﻚ ﺃﻥ ﻳﺮﺗﻊ ﻓﻴﻪ‬
‫ ﺃﻻ ﻭﻫـﻲ‬،‫ ﺇﺫﺍ ﺻﻠﺤﺖ ﺻﻠﺢ ﺍﳉﺴﺪ ﻛﻠﻪ ﻭﺇﺫﺍ ﻓﺴﺪﺕ ﻓﺴﺪ ﺍﳉﺴﺪ ﻛﻠﻪ‬،‫ﰲ ﺍﳉﺴﺪ ﻣﻀﻐ ﹰﺔ‬
‫ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻭﻣﺴﻠﻢ‬.(‫ﺍﻟﻘﻠﺐ‬
Dari sahabat Abi Abdillah An Nu'man bin Basyir Radliallahu Ta'ala 'anhuma,
ia berkata: Aku pernah mendengarkan Rasulullah ε bersabda: "Sesungguhnya yang
halal itu nyata, dan sesungguhnya yang haram itu nyata, dan antara keduanya (halal
dan haram) terdapat hal-hal yang diragukan (syubhat), banyak orang yang tidak
mengetahui tentangnya. Maka barang siapa menghindari syubhat, berarti ia telah
menjaga agama dan kehormatannya. Dan barang siapa yang terjatuh kedalam halhal syubhat, niscaya ia terjatuh ke dalam hal yang diharamkan. Perumpamaannya
bagaikan seorang penggembala yang menggembala (gembalaannya) di sekitar
wilayah terlarang, tak lama lagi gembalaannya akan memasuki wilayah itu.
Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki wilayah terlarang. Ketahuilah bahwa wilayah
terlarang Allah adalah hal-hal yang Ia haramkan. Ketahuilah bahwa di dalam tubuh
manusia terdapat segumpal daging (jantung) bila ia baik niscaya seluruh jasad
(raga) akan baik, dan bila ia rusak, niscaya seluruh jasad akan rusak pula,
ketahuilah segumpal daging itu ialah jantung. (Al Bukhari & Muslim)
Dari hadits tersebut, Nabi membagi hukum dalam syari'at Islam menjadi tiga
bagian, yaitu halal, haram, dan syubhat. Namun sebenarnya hanya ada dua hukum
perbuatan yang ada di sisi Allah, yaitu halal dan haram. Adapun mengenai masalah
syubhat, timbul karena keterbatasan pemahaman yang dimiliki oleh manusia. Salah
satu faktor yang menjadikan suatu perkara itu menjadi syubhat adalah keterbatasan
ilmu seseorang mengenai perkara tersebut. Lafadz ‫ﻻ ﻴﻌﻠﻤﻬﻥ ﻜﺜﻴﺭ ﻤﻥ ﺍﻟﻨﺎﺱ‬, yang artinya
adalah, "banyak orang yang tidak mengetahui tentang hukum syubhat-syubhat
tersebut", menunjukkan bahwa orang yang tidak mengetahui masalah syubhat banyak
jumlahnya. Namun demikian Nabi tidak menyebutkannya secara keseleruhan
manusia, sehingga hal ini mengisyaratkan bahwa sebenarnya ada sebagian orang yang
mengerti secara jelas hukum perbuatan terhadap suatu perkara.
2
Dengan demikian apabila kita masih ragu mengenai suatu perkara -capital
gain misalnya-, maka hal tesebut menjadi syubhat bagi kita. Namun perkara tersebut
belum tentu menjadi syubhat bagi orang lain yang telah mengetahui. Itulah mengapa
orang yang 'alim (berilmu) lebih utama dibandingkan orang yang jahil (tidak
mengetahui). Adapun untuk meninggalkan syubhat adalah sesuatu yang wajib
dilakukan oleh seorang muslim menurut pendapat yang paling rajih. Hal tersebut
didasarkan pada kaidah fiqhiyyah yang berbunyi ‫ﻤﺎ ﻻ ﻴﺘﻡ ﺍﻟﻭﺍﺠﺏ ﺇﻻ ﺒﻪ ﻓﻬـﻭ ﻭﺍﺠـﺏ‬, yang
atinya "Bila suatu kewajiban tidak dapat dilaksanakan dengan sempurna melainkan
dengan melakukan suatu hal, maka hal itu adalah wajib hukumnya".
Untuk membahas masalah capital gain ini, kita harus mengerti terlebih dahulu
mengenai kaidah-kaidah muamalah maaliyah. Dengan mengerti kaidah-kaidah
muamalah maaliyah minimal kita dapat melihat suatu perkara dari sudut pandang
syari'at Islam, walaupun kita mengamalkannya untuk diri kita sendiri. Mengenai apa
saja kaidah-kaidah muamalah maaliyah tidak akan dibahas pada artikel ini. Saya
hanya akan membahas masalah capital gain, berdasarkan kaidah-kaidah yang telah
saya pahami.
Apakah saham termasuk maal (harta) yang boleh diperjualbelikan?
Maal (harta) dalam konteks syari'at adalah ‫ﻫﻭ ﻜل ﻋﻴﻥ ﻤﺒـﺎ ﺤـﺔ ﺍﻟﻨﻔـﻊ ﺒـﻼ ﺤﺎﺠـﺔ‬
(semua benda yang diperbolehkan kemanfaatannya bukan karena hajat). Dengan
demikian benda yang tidak mempunyai manfaat, atau bahkan diharamkan oleh syari'at
tidak termasuk dalam ruang lingkup muamalat. Demikian juga barang yang
diperbolehkan hanya karena kebutuhan dan bersifat darurat saja, tidak termasuk
dalam ruang lingkup muamalat maaliyah. Misalnya daging babi tidak tergolong maal
(harta) menurut syari'at, walaupun dalam keadaan darurat daging babi halal untuk
dimakan. Dengan adanya konsep maal menurut syari'at, maka salah satu konsekuensi
logisnya adalah daging babi tidak boleh diperjualbelikan.
Para ulama memakai kata harta benda (‫ )ﺍﻟﻤـﺎل‬untuk tiga hal, yaitu barang
dagangan, jasa pemanfaatan, dan benda (emas dan perak atau yang menggantikan
keduannya dari uang kertas). Melihat 'urf (adat kebiasaan) dari masyarakat tentang
saham. Maka dapat kita ketahui bahwa seseorang membeli saham karena dua motif,
yang pertama adalah untuk berinvestasi dengan mendapatkan deviden, dan yang
kedua adalah untuk dijual kembali dengan maksud mendapatkan keuntungan (capital
3
gain). Saham sebagai alat investasi maka hal tersebut termasuk dalam pembahasan
syirkah (perkongsian). Sedangkan bila untuk dijual kembali dengan maksud
mendapatkan keuntungan, maka hal tersebut termasuk dalam pembahasan bai' (jual
beli).
Kemudian pertanyaan yang harus dijawab adalah apakah saham termasuk
maal yang boleh diperjualbelikan? Dalam fatwanya, Al-Lajnah ad-Daa-'imah yang
diketuai oleh Syaikh bin Bazz rahimahullah menyatakan, "Jika saham-saham itu tidak
mewakili uang murni dan diketahui oleh pihak penjual dan pembeli, boleh
diperjualbelikan. Hal itu didasarkan pada dalil-dalil yang membolehkan jual beli.
Misalnya saham-saham itu mewakili tanah, mobil, bangunan, atau yang lainnya."
Saham yang kita pahami saat ini adalah mewakili kepemilikan suatu perusahaan yang
nantinya mendapatkan deviden sebagai bagi hasil dari usahanya. Dengan demikian
hukum asal jual beli saham adalah boleh sepanjang perusahaan yang mengeluarkan
saham tidak bergerak di sektor yang haram. Hal ini berdasarkan kaidah fiqhiyyah,
yaitu ‫( ﺍﻷﺼل ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻌﻤﻼﺕ ﺍﻟﺤل‬asal dalam muamalat adalah halal).
Apakah dalam jual beli saham terkandung maysir dan unsur kedhaliman?
Maysir secara terminologi berarti semua muamalah yang membuat orang yang
melakukannya berada dalam ketidakjelasan antara untung dan rugi yang bersumber
dari Al Gharar dan spekulasinya, dan hal itu menjadi sebab terjadinya permusuhan
dan kebencian di antara manusia. Yang perlu digarisbawahi dari ketentuan dasar
tersebut adalah maysir bersumber dari Al Gharar (ketidakjelasan) dan dapat menjadi
penyebab kebencian di antara manusia. Adapun mengenai transaksi muamalat yang
tidak jelas antara untung dan ruginya hal ini belum dapat dikatakan maysir. Misalnya
saja dalam perniagaan. Sebagai seorang pedagang kita membeli sesuatu barang untuk
dijual kembali. Dari barang yang kita beli tersebut ada unsur spekulasi didalamnya,
yaitu apakah kita akan mendapatkan untung dari penjualan barang tersebut atau kita
mendapatkan kerugian.
Begitu pula dengan saham. Di dalam jual beli saham (trading) dengan motif
mendapatkan capital gain pasti terjadi spekulasi. Pertanyaannya adalah apakah
spekulasi dalam jual beli saham bersumber dari Al Gharar atau tidak? Bila
spekulasinya tidak bersumber dari Al Gharar, maka spekulasi tersebut dihalalkan
seperti perniagaan pada umumnya. Namun bila bersumber dari Al Gharar, maka jual
4
beli saham (trading) dengan motif mendapatkan capital gain jelas diharamkan, karena
hal tersebut termasuk dalam maysir.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, harus dilakukan penelitian yang
memerlukan bukti-bukti empiris tentang masalah tersebut. Hal inilah kiranya yang
menjadi keterbatasan saya dalam membahas masalah ini. Dalam artikel ini saya hanya
mengacu pada informasi-informasi yang telah saya dapatkan, baik dari perkuliahan
ataupun dari sumber yang lain.
Jual beli saham sepintas memang seperti perniagaan pada umumnya. Namun
bila melihat praktek yang terjadi di lapangan, maka kita dapatkan bahwa dengan
mudahnya seseorang meraup keuntungan yang sangat besar dalam sehari. Hal ini
perlu dipertanyakan. Karena secara bahasa maysir dapat digunakan untuk pengertian
kemudahan dan merasa cukup. Dengan kata lain maysir dapat diartikan sebagai usaha
untuk mendapatkan harta tanpa susah payah dan hal tersebut merupakan sebab
menjadi kaya (cukup).
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah keuntungan yang didapat seseorang dari
jual beli saham tersebut mendholimi orang lain atau tidak. Dholim adalah lawan kata
dari adil yang mempunyai pengertian menempatkan sesuatu pada tempatnya. Dengan
demikian dapat dipahami bahwa dholim adalah segala sesuatu yang tidak ditempatkan
pada tempatnya sesuai konteks syari'at. Dalam perniagaan pada umumnya, seorang
pedagang biasanya memperoleh keuntungan dari barang yang ia jual. Sedangkan
pembelinya mendapatkan manfaat barang tersebut. Adapun bila pembelinya ingin
menjual kembali barang yang ia beli, tetapi ternyata barang tersebut tidak laku dijual,
maka minimal ia memperoleh manfaat senilai dengan nominal harga barang tersebut.
Jadi dalam hal ini tidak ada kedholiman yang dilakukan penjual ataupun pembeli.
Sedangkan dalam jual beli saham (trading) perlu diteliti lagi apakah
keuntungan yang didapatkan seseorang tersebut merugikan sebagian orang lain atau
tidak. Kita ambil contoh, sms berhadiah yang sedang marak saat ini. Orang yang
mengikuti sms berhadiah pada hakikatnya telah menyetor uang sebesar tarif per sms
undian tersebut. Apabila tarifnya Rp 2.000 per sms, kemudian ia mendapatkan hadiah
uang Rp 1.000.000, maka pada hakikatnya ia hanya berhak mendapatkan Rp 2.000
dari jumlah Rp 1.000.000 tersebut. Hal ini dikarenakan uang yang Rp 998.000 adalah
milik peserta lain yang tidak beruntung dalam undian tersebut. Dalam kasus ini jelas
sekali bahwa pemenang sms berhadiah tersebut telah melakukan kedholiman terhadap
peserta lain. Dan bila ada yang mengatakan itu adalah sebuah resiko, maka itulah
5
resiko yang diharamkan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam surat An-Nisa'
ayat 29:
¸οt≈pgÏB šχθä3s? βr& HωÎ) È≅ÏÜ≈t6ø9$$Î/ Μà6oΨ÷t/ Νä3s9≡uθøΒr& (#þθè=à2ù's? Ÿω (#θãΨtΒ#u™ š⎥⎪Ï%©!$# $y㕃r'¯≈tƒ
∩⊄®∪ $VϑŠÏmu‘ öΝä3Î/ tβ%x. ©!$# ¨βÎ) 4 öΝä3|¡àΡr& (#þθè=çFø)s? Ÿωuρ 4 öΝä3ΖÏiΒ <Ú#ts? ⎯tã
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu;
Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu."
Jual beli saham mempunyai beraneka macam cara yang ujung-ujungnya
menginginkan adanya keuntungan (capital gain). Ada yang melalui kas (cash
account), short selling, margin trading, option, ataupun metode-metode yang semisal.
Sebagai ilustrasi, jual beli saham dapat dikategorikan sebagai jual beli yang terlarang
apabila jual beli tersebut adalah zero sum games, yang pada hakikatnya adalah maysir
yang telah diharamkan oleh syari'at. Dalam jual beli saham yang bersifat zero sum
games, hanya ada dua kemungkinan, yaitu saya untung dan kamu rugi, atau saya rugi
dan kamu untung. Kerugian dan keuntungan tersebut bila dijumlahkan maka hasilnya
nol. Itulah mengapa dinamakan zero sum games. Keuntungan yang didapat oleh salah
satu pihak dalam praktek seperti ini tidak lepas dari kerugian yang diderita oleh pihak
yang lain. Dengan demikian praktek seperti ini merupakan tindakan yang dholim.
Kaidah dasar yang lain dalam muamalah adalah jujur dan amanah. Dalam hal
ini saya nukilkan pernyataan imam Al Ghazali rahimahullah dalam kitabnya Ihya'
Ulumiddin yang menjelaskan masalah ini.
1
Beliau rahimahullah menyatakan,
"Menginginkan untuk saudaranya seperti yang ia inginkan untuk dirinya, sehingga
semua muamalah yang membuatnya susah dan menyusahkan hati, maka jangan
dilakukan untuk saudaranya." Adapun salah satu perinciannya adalah tidak
menyembunyikan
harganya
yang
seandainya
orang
yang
ia
muamalahi
mengetahuinya tentulah ia tidak akan mau.
1
Saya menukilkan pendapat imam Al Ghazali karena bagusnya pendapat beliau tentang masalah ini,
bukan karena bagusnya kitab beliau. Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa dalam kitab ihya'
ulumiddin banyak terdapat hadits dhoif ataupun palsu yang tidak bisa dijadikan dalil dalam beragama.
6
Sekarang kita lihat pada jual beli saham (trading). Apakah orang yang menjual
saham tersebut mau bila ia diposisikan sebagai seorang pembeli. Kita ambil contoh
pada kasus option. Apakah penjual yang untung mau diposisikan sebagai pembeli
yang merugi? Tentu jawabannya tidak. Sedangkan mengenai jual beli saham dengan
cara atau metode yang lain, dapat kita lihat berdasarkan kaidah yang ada. Apabila kita
mau diposisikan sebagai penjual atau pembeli, maka tidak ada masalah dengan
transaksi tersebut sepanjang tidak melanggar kaidah yang lain.
Bagaimana dengan jual beli saham di pasar modal saat ini?
Dewasa ini kita mengenal pasar modal sebagai tempat mempertemukan pihakpihak yang memerlukan dana jangka panjang dengan pihak yang memiliki dana
tersebut. Adapun menurut UU No. 1995 pasar modal didefinisikan sebagai kegiatan
yang bersangkutan dengan: penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan
publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi
yang berkaitan dengan efek.
Yang dimaksud dengan penawaran umum adalah kegiatan penawaran efek
yang dilakukan oleh emiten (perusahaan) untuk menjual efek tersebut kepada
masyarakat. Sedangkan yang dimaksud dengan efek adalah surat berharga yang dapat
berupa surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti
hutang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan
setiap turunan (derivatif) dari saham/obligasi. Karena banyaknya instrumen yang
diperdagangkan dalam pasar modal, untuk pembahasan selanjutnya hanya akan
dikhususkan pada jual beli saham saja.
Di dalam pasar modal terdapat dua jenis pasar, yaitu pasar primer dan pasar
sekunder. Dalam pasar primer (penawaran umum/ Initial Public Offering (IPO)),
saham ditawarkan oleh emiten (perusahaan) kepada investor melalui sindikasi
penjamin dan agen penjualan. Dalam pasar ini harga saham tetap, tidak dikenakan
komisi, dan jangka waktu penawarannya terbatas. Setelah penawaran umum ditutup,
maka emiten (perusahaan) mencatatkan sahamnya di bursa. Sejak saat itu, investor
hanya bisa membeli saham perusahaan yang bersangkutan di pasar sekunder. Jadi
transaksi yang ada di pasar sekunder adalah transaksi antar investor yang sudah tidak
melibatkan emiten lagi. Dalam pasar sekunder inilah terjadi berbagai macam bentuk
jual beli saham. Beberapa contoh bentuk dari jual beli saham di pasar ini adalah
7
menggunakan kas (cash account) seperti transaksi pada umumnya, short selling,
margin trading, serta option. Penjelasannya adalah sebagai berikut.
Cash Account
Pembelian saham menggunakan kas (cash account) sama halnya dengan jual
beli pada umumnya. Pada asalnya hal ini diperbolehkan dengan perincian seperti yang
telah disebutkan sebelumnya. Begitu pula dengan keuntungan (capital gain) yang
didapat. Hanya saja ada permasalahan pada transaksi ini ketika terjadi daily trading.
Oleh sebab itu ada yang berpendapat bahwa jual beli saham tidak boleh dilakukan
secara harian untuk menghindari maysir yang mungkin muncul didalamnya. Transaksi
seperti ini dapat menjadi haram ketika seseorang pada hari yang sama membeli dan
menjual saham yang sama beberapa kali. Hal ini diharamkan mengingat sistem
penyelesaian transaksi (serah terima saham/uang) pada pasar reguler2 dilakukan pada
4 hari kemudian (T+4). Apabila seseorang membeli saham pada siang hari kemudian
menjualnya pada sore harinya dihari yang sama, maka sesungguhnya orang tersebut
telah menjual barang yang belum diterima. Dan inilah yang membuat transaksi
tersebut diharamkan. Hal ini berdasarkan keumuman hadits Nabi :
‫ﻻ ﺗﺒﻊ ﻣﺎ ﻟﻴﺲ ﻋﻨﺪ ﻙ‬
Artinya: "Janganlah kamu menjual sesuatu yang tidak ada padamu." (Diriwayatkan
oleh An-Nasa'i, At-Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad, dari Hakim Ibnu
Hisyam radliallahu 'anhu)
Adapun bila ada yang berpendapat hal itu merupakan bai' salam3, maka hal
tersebut tidaklah benar. Meskipun hampir mirip, transaksi tersebut tidak dapat
dikatakan bai' salam karena saham yang dibeli tidak dibayar langsung saat transaksi.
Namun ditangguhkan pembayarannya sampai penutupan pasar bursa. Sementara
dalam bai' salam harga barang harus dibayar terlebih dahulu dalam transaksi.
Margin trading
Margin trading adalah menggunakan uang pinjaman dari pihak sekuritas, agar
kita dapat membeli saham lebih dari modal yang kita miliki. Misalnya bila modal kita
2
Dalam pasar reguler jumlah saham yang diperjualbelikan dengan standar lot (500 saham) & berlaku
prinsip price and time priority. Selain pasar reguler, juga terdapat pasar negosiasi dan pasar tunai.
3
Bai' salam adalah jual beli secara ijon dengan menentukan jenisnya ketika akad dan pembayarannya
dilakukan dimuka. Jual beli ini tidak termasuk larangan Nabi ‫ﻻ ﺗﺒﻊ ﻣﺎ ﻟﻴﺲ ﻋﻨﺪ ﻙ‬
8
Rp 100 juta dan mendapat margin 3 kali, maka kita bisa meminjam uang Rp 300 juta
(maksimal) sehingga total pembelian dapat mencapai Rp 400 juta. Tentunya pinjaman
yang kita dapat bukan cuma-cuma, tetapi dikenakan bunga yang besarnya secara
umum lebih tinggi dari bunga bank. Namun demikian, tidak semua nasabah dapat
melakukan transaksi ini. Fasilitas margin hanya diberikan oleh pialang kepada
nasabah lama dengan potensi yang baik.
Lalu, apa keuntungan yang didapat melalui transaksi ini? Keuntungan yang
pertama adalah dengan dana yang tersedia kita bisa membeli saham dengan jumlah
yang lebih banyak dibandingkan jika hanya melakukan transaksi biasa (cash account).
Kedua, transaksi ini berpotensi memberikan keuntungan yang jauh lebih besar
dibandingkan jika kita menggunakan uang sendiri. Ilustrasi sederhanya adalah sebagai
berikut.
Misalnya Bejo memiliki uang Rp 10 juta. Sedangkan harga saham X di pasar
adalah Rp 2.000 per lembar. Dengan transaksi biasa (cash account) Bejo harus
merogoh koceknya sebesar Rp 10 juta untuk membeli 10 lot saham (1 lot = 500
lembar). Namun misalkan pialang yang digunakan oleh Bejo menawarkan transaksi
margin sebesar 200%, artinya Bejo dapat membeli 20 lot saham hanya dengan
memiliki uang sebesar Rp 10 juta.. Artinya kekurangan yang sebesar Rp 10 juta
dibiayai oleh pialang, dan tentunya Bejo harus membayar bunga atas pinjaman yang
diperolehnya. Karena pialang tersebut juga harus meminjam dana dari bank atau
pihak lain.
Selanjutnya, katakanlah harga saham X naik menjadi Rp 2.500 per lembar.
Sehingga keuntungan yang diterima Bejo adalah Rp 5 juta (Rp 500 x 20 lot x 500
lembar) jika dia menjual saham X tersebut. Dengan demikian tingkat keuntungan
yang diterima Bejo adalah 50%. Hal ini tentu lebih menguntungkan dibanding jika
Bejo menggunakan transaksi biasa. Dengan modal sendiri sebesar Rp 10 juta,
keuntungan yang didapat hanyalah Rp 2,5 juta (Rp 500 x 10 lot x 500 lembar), atau
hanya 25% saja dari modal. Namun bagaimana nasib Bejo bila ternyata harga saham
X jatuh menjadi Rp 1.000 per lembar? Tidak diragukan lagi bahwa Bejo akan
kehilangan modalnya yang Rp 10 juta (-Rp 1.000 x 20 lot x 500 lembar). Belum
cukup kerugian yang diterima oleh Bejo, karena ia harus membayar bunga pinjaman
kepada pialang dan biaya transaksi.
Dari ilustrasi di atas, dapat kita lihat secara jelas bahwa sedikitnya ada dua hal
hal yang membuat transaksi ini dilarang. Yang pertama adalah adanya bunga yang
9
ditetapkan oleh pialang atas piutang yang diberikannya kepada investor. Hal ini jelasjelas diharamkan karena bunga dalam pinjaman termasuk riba. Adapun dalil-dalil
yang menegaskan tentang riba-nya bunga pinjaman telah jelas adanya, sehingga tidak
perlu saya bawakan lagi. Sedangkan kaidah syari'at yang menerangkan tentang riba
qard (hutang) adalah ‫ـﺎ ﻓﻬـﻭ ﺭﺒـﺎ‬‫ﺭ ﻓﻔﻌ‬ ‫( ﻜل ﻓـﺭﺽ ﺠـ‬setiap hutang yang mendatangkan
manfaat tambahan maka itu riba).
Yang kedua, yaitu apabila transaksi ini dilakukan dalam sehari atau sebelum
T+4, dimana belum ada serah terima4 saham yang telah dibeli. Sebagai contoh, Bejo
membeli saham X pada siang hari, kemudian menjualnya pada sore hari di hari yang
sama. Peristiwa seperti ini termasuk larangan Nabi ‫( ﻻ ﺘﺒﻊ ﻤﺎ ﻟﻴﺱ ﻋﻨﺩ ﻙ‬Janganlah kamu
menjual sesuatu yang tidak ada padamu). Dengan demikian pengharaman ini tidak
berlaku apabila saham sudah diserahterimakan kepada pembeli.
Sedangkan ada tidaknya maysir dan kedholiman dalam transaksi ini masih
menjadi suatu yang syubhat bagi saya. Bila dilihat dari transaksi jual belinya dengan
mengabaikan adanya bunga pinjaman dan saham telah diserahterimakan sebelumnya,
maka transaksi tersebut layaknya transaksi jual beli biasa. Namun bila dilihat dari
keuntungan dan kerugian yang diterima, maka transaksi tersebut lebih mirip
perjudian. Untuk kasus ini sebagian orang berdalih telah melakukan analisis yang
matang sebelum melakukan margin trading. Hal inilah yang mereka sebut game of
skill. Sedangkan bila tanpa analisis, maka transaksinya bisa kita sebut dengan game of
chance alias untung-untungan.
Apapun namanya bila waktu penjualan saham telah ditentukan sebelumnya,
maka hal ini dapat dikategorikan sebagai maysir. Misalnya Bejo membeli saham X
pada siang hari, kemudian pada sore harinya Bejo diharuskan untuk melepas
sahamnya. Hal inilah yang diharamkan karena termasuk dalam maysir, baik dengan
analisis atau tanpa analisis. Kalau mereka yang melakukan analsis masih berdalih
dengan menyebutnya sebagai game of chance, maka transaksi ini bisa kita namai
dengan skill of chance. Atau dengan kata lain analisis yang dilakukan untuk berjudi.
Adapun bila tidak ada perjanjian untuk melepaskan saham, maka hal inilah yang
belum saya pahami. Jika memang tidak ada perjanjian sebelumnya, mengapa Bejo
4
Serah terima yang dimaksudkan dalam hal ini pengertiannya dikembalikan kepada 'urf (adat
kebiasan) yang dikenal masyarakat. Misalnya pada barang yang dapat dipindahtangankan seperti
makanan, perabotan, dan semisalnya, maka serah terimanya secara langsung dari tangan ke tangan.
Namun bila barangnya berupa aktiva tetap seperti tanah atau rumah, maka serah terimanya hanya
dengan pemindahan sertifikat tanah atau rumah.
10
tidak menunggu hingga harga saham naik atau stabil kembali? Jika jawabannya
karena Bejo tidak mau bunga pinjamannya terus bertambah, maka kembali lagi pada
kaidah tentang pengharaman bunga.
Dalam transaksi ini juga perlu dilihat apakah ada unsur kedholimannya atau
tidak. Apabila Bejo untung, apakah ada pihak yang dirugikan? Atau sebaliknya,
ketika Bejo rugi apakah ada pihak yang diuntungkan? Apabila terjadi seperti ini,
maka hal ini dapat dikategorikan sebagai zero sum games yang dilarang oleh syari'at.
Namun ketika Bejo melepas sahamnya dan mendapat keuntungan, sedang pembelinya
berniat berinvestasi untuk mendapatkan deviden, maka pembelinya mendapatkan
barang (saham) layaknya jual beli biasa. Dengan demikian niat juga mempengaruhi
hukum dalam transaksi ini.
Short selling
Short selling merupakan kebalikan dari margin trading. Short selling adalah
menjual saham yang belum dimiliki dengan harapan harga saham tersebut akan
menurun pada saat penyerahannya. Dengan cara itulah investor mendapatkan laba.
Misalnya Bejo memperkirakan bahwa harga saham X akan turun pada sesi
berikutnya. Melihat peluang ini, kemudian Bejo melakukan short selling dengan cara
meminjam saham dari investor lain –sebut saja Trimbil- untuk dijual. Katakanlah
harga saham X saat itu Rp 2000 per lembar. Bejo meminjam sebanyak 10 lot saham
dari Trimbil dan mendapatkan Rp 10 juta (Rp 2000 x 10 lot x 500 lembar) dari
penjualannya saat itu. Beberapa waktu kemudian ternyata saham X harganya turun
menjadi Rp 1500 per lembar. Bejo kemudian membeli saham X sebanyak 10 lot
dengan harga Rp 7,5 juta (Rp 1500 x 10 lot x 500 lembar) untuk dikembalikan kepada
Trimbil. Artinya dengan keadaan ini Bejo telah berhasil meraup keuntungan sebesar
Rp 2,5 juta (Rp 10 juta – Rp 7,5 juta) tanpa mengeluarkan modal.
Namun apabila ternyata harga saham naik menjadi Rp 2500 per lembar, maka
Bejo harus mengeluarkan uang sebesar Rp 12,5 juta (Rp 2500 x 10 lot x 500 lembar)
untuk mengembalikan 10 lot saham X milik Trimbil. Hal ini mengakibatkan Bejo
harus rela untuk tombok Rp 2,5 juta (Rp 10 juta – Rp 12,5 juta). Tentu hal ini menjadi
sebuah konsekuensi dari spekulasi yang dilakukan oleh Bejo. Apabila harga saham X
turun dia untung, tetapi bila harga saham X naik dia buntung.
Sehubungan dengan transaksi ini pada jaman Rasulullah telah ada jual beli
fudhuli (orang yang melakukan tindakan spekulasi). Fudhuli adalah seseorang yang
11
tidak memiliki barang, dan tidak pula diizinkan dalam akad oleh sang pemilik barang.
Hukum jual beli fudhuli tergantung pada izin dari orang yang memiliki barang. Hal ini
adalah pendapat yang paling rajih menurut jumhur ulama dengan dasar hadits 'Urwah
Al-Bariqi radliallahu'anhu, dia berkata, "Rasulullah memberiku 1 dinar agar aku
membelikan beliau seekor kambing. (Dengan uang itu) aku belikan 2 ekor kambing,
lalu aku jual salah satunya dengan harga 1 dinar. Lalu aku bawa kambing dan 1
dinar tadi kepada beliau perkara kambing tersebut, dan beliaupun berdoa:
‫ﺑﺎﺭﻙ ﺍﷲ ﻟﻚ ﰲ ﺻﻔﻘﺔ ﳝﻴﻨﻚ‬
"Semoga Allah memberkahimu pada perdaganganmu." (Diriwayatkan oleh AtTirmidzi dan Ibnu Majah, dihasankan oleh Syaikh Muqbil dalam Ash-Shahihul
Musnad)
Setelah melihat hadits tersebut, sepintas transaksi short selling hampir sama
dengan jual beli fudhuli. Persamaannya adalah seseorang menjual barang yang tidak
dimiliki dan dapat meraih keuntungan tanpa modal sepeserpun. Namun bila dicermati
lebih jauh, ada perbedaan yang mendasar dari kedua perkara tersebut. Apabila bai'
fudhuli, maka spekulasinya tidak berada dalam ketidakjelasan apakah untung atau
buntung. Spekulasi yang dilakukan hanyalah spekulasi terhadap amanah yang pada
akhirnya harus menunggu izin dari si pemberi amanah. Apabila dia ridha, maka
transaksinya sah. Namun apabila dia tidak ridha, maka transaksinya tidak sah.
Adapun dalam short selling spekulasinya berada dalam ketidakjelasan antara
untung dan buntung. Hal inilah yang dapat dikategorikan sebagai maysir. Apabila ada
yang masih ngeyel dan berdalih bahwa ketidakjelasan tersebut dapat diperjelas
menggunakan analisis, maka kita jawab apakah semua analisis dapat menjadikan
maysir atau gharar menjadi sesuatu yang dihalalkan? Kita ambil contoh dalam
taruhan sepak bola. Misalnya tim yang akan bertanding adalah PSS lawan Juventus.
Kemudian kita melakukan analisis terhadap kedua tim tersebut. Bagaimana tipe
permainannya, siapa saja pemainnya, siapa pelatihnya, bagaimana kondisi para
pemainnya saat bertanding, bagaimana track record kedua tim, dan seterusnya.
Apakah analisis disini menjadikan taruhan ini dihalalkan? Tentu jawabannya tidak.
Salah satu dalil yang mengharamkan maysir adalah firman Allah Subhanahu wa
Ta'ala dalam surat Al-Maa'idah ayat 90:
12
È≅yϑtã ô⎯ÏiΒ Ó§ô_Í‘ ãΝ≈s9ø—F{$#uρ Ü>$|ÁΡF{$#uρ çÅ£øŠyϑø9$#uρ ãôϑsƒø:$# $yϑ¯ΡÎ) (#þθãΨtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# $pκš‰r'¯≈tƒ
∩®⊃∪ tβθßsÎ=øè? öΝä3ª=yès9 çνθç7Ï⊥tGô_$$sù Ç⎯≈sÜø‹¤±9$#
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah 5 , adalah termasuk
perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan."
Option
Option merupakan salah satu bentuk surat berharga derivatif atau turunan.
Option atau opsi merupakan sebuah kontrak antara dua pihak dimana pihak yang
membeli kontrak (disebut taker) mempunyai hak (bukan kewajiban) untuk membeli
atau menjual sejumlah tertentu dari sebuah instrumen yang menjadi dasar dari kontrak
tersebut. Misalnya saja saham. Dengan demikian maka opsi tersebut disebut opsi
saham (stock option). Untuk mendapatkan hak tersebut, maka pihak taker membayar
sejumlah premi kepada si penjual kontrak (disebut writer).
Ada dua bentuk option yang dikenal, yaitu call option (opsi beli) dan put
option (opsi jual). Call option memberikan hak kepada taker untuk membeli sejumlah
tertentu dari sebuah instrumen yang menjadi dasar kontrak tersebut. Sebaliknya, put
option memberikan hak kepada taker untuk menjual sejumlah tertentu dari sebuah
instrumen yang menjadi dasar kontrak tersebut. Aset atau instrumen yang menjadi
dasar sebuah kontrak opsi disebut underlying asset. Untuk pembahasan selanjutnya
akan saya khususkan pada opsi saham (stock option) yang underlying asset-nya
adalah saham itu sendiri.
5
Al Azlaam artinya: anak panah yang belum pakai bulu. orang Arab Jahiliyah menggunakan anak
panah yang belum pakai bulu untuk menentukan apakah mereka akan melakukan suatu perbuatan atau
tidak. Caranya ialah: mereka ambil tiga buah anak panah yang belum pakai bulu. setelah ditulis
masing-masing yaitu dengan: lakukanlah, Jangan lakukan, sedang yang ketiga tidak ditulis apa-apa,
diletakkan dalam sebuah tempat dan disimpan dalam Ka'bah. Bila mereka hendak melakukan sesuatu,
maka mereka meminta supaya juru kunci ka'bah mengambil sebuah anak panah itu. Terserahlah nanti
apakah mereka akan melakukan atau tidak melakukan sesuatu, sesuai dengan tulisan anak panah yang
diambil itu. Kalau yang terambil anak panah yang tidak ada tulisannya, Maka undian diulang sekali
lagi.
13
Dalam option dikenal istilah-istilah seperti exercise price (harga eksekusi)
atau sering juga disebut strike price, yaitu harga yang telah disepakati dalam kontrak
opsi tersebut. Sedangkan expiration date atau dapat diartikan sebagai waktu jatuh
tempo, merupakan waktu yang disepakati untuk transaksi opsi dapat dilaksanakan.
Jika taker melaksanakan haknya untuk membeli atau menjual, maka dikenal dengan
istilah exercise (eksekusi). Perlu diingat bahwa dalam opsi, hak untuk membeli atau
menjual tidak harus digunakan. Apabila ternyata harga saham tidak sesuai dengan
yang diprediksi, maka taker tidak wajib mengeksekusi opsi tersebut.
Misalnya saja Bejo (sebagai taker) membeli call option6 untuk saham X dari
Trimbil (sebagai writer) dengan harga Rp 2.000 per lembar saham. Apabila sebelum
expiration date harga saham X naik menjadi Rp 2.500 per lembar, maka Bejo dapat
membeli saham X pada waktu itu hanya dengan harga Rp 2.000 per lembar. Dengan
kata lain ia akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 500 dikali dengan jumlah
saham yang ia beli. Namun apabila harga saham X turun menjadi Rp 1.500 per
lembar, maka Bejo tidak harus melakukan eksekusi. Karena bila ia tetap melakukan
eksekusi ia akan mendapat kerugian sebesar Rp 500 dikali jumlah saham yang ia beli.
Apabila mengabaikan adanya premi yang harus dibayar Bejo kepada Trimbil,
maka hal semacam itu sangat menguntungkan bagi Bejo (taker) karena tidak pernah
mendapatkan kerugian. Situasi seperti ini tentu sangat merugikan Trimbil. Oleh
karena itu Trimbil menetapkan premi7 yang harus dibayar Bejo untuk membeli call
option darinya. Misalnya premi yang dibayar Bejo kepada Trimbil adalah Rp 3 juta
per kontrak. Sedangkan Bejo hanya membeli 1 kontrak call option saja. Apabila
saham X naik seperti contoh di atas, maka keuntungan yang didapatkan Bejo adalah
Rp 5 juta (Rp 500 x 10.000 saham) dikurangi premi sebesar Rp 3 juta, sehingga
keuntungannya menjadi Rp 2 juta. Namun apabila saham X turun kemudian Bejo
tidak melakukan eksekusi, maka Bejo mendapat kerugian sebesar premi yang ia bayar
yaitu Rp 3 juta.
Dengan ilustrasi tersebut dapat dengan mudah kita pahami bahwa transaksi
option termasuk dalam zero sum games yang diharamkan oleh syari'at Islam. Hal ini
dikarenakan apabila Bejo untung, maka Trimbil buntung. Sedangkan bila Bejo
buntung, maka Trimbil untung. Adapun salah satu dalil yang mengharamkan praktek
seperti ini adalah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam surat An-Nisa' ayat 29:
6
7
1 kontrak = 10.000 opsi saham
Marjin awal = Rp 3 juta per kontrak
14
¸οt≈pgÏB šχθä3s? βr& HωÎ) È≅ÏÜ≈t6ø9$$Î/ Μà6oΨ÷t/ Νä3s9≡uθøΒr& (#þθè=à2ù's? Ÿω (#θãΨtΒ#u™ š⎥⎪Ï%©!$# $y㕃r'¯≈tƒ
∩⊄®∪ $VϑŠÏmu‘ öΝä3Î/ tβ%x. ©!$# ¨βÎ) 4 öΝä3|¡àΡr& (#þθè=çFø)s? Ÿωuρ 4 öΝä3ΖÏiΒ <Ú#ts? ⎯tã
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu;
Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu."
Dalam perkara ini keridhaan kedua belah pihak tetap saja tidak menjadikannya
sebagai sesuatu yang dihalalkan. Sebagai contoh apabila ada dua orang berzina dan
mereka saling ridha. Apakah perbuatan mereka ini dapat lantas dihalalkan? Sebagai
orang yang masih mempunyai akal sehat dan hati nurani, maka kita akan menjawab
tidak. Begitu pula dalam perkara ini.
Melihat dari ilustrasi-ilustrasi tentang praktek jual beli saham di pasar modal,
dapat kita simpulkan bahwa sebagian besar prakteknya tidak sesuai dengan syari'at
Islam. Namun, meski sistem pasar modal yang ada di Indonesia saat ini belum sesuai
dengan syari'at Islam, tidak menutup kemungkinan untuk didirikannya pasar modal
syariah sebagai kelanjutan dari JII (Jakarta Islamic Index). Sehingga tidak hanya
menyediakan indeks perusahaan yang halal atau yang haram saja. Namun juga
membuat suatu sistem yang sesuai dengan syari'at Islam dengan pemahaman yang
benar.
Beberapa kesimpulan dan penutup
Berdasarkan apa yang telah saya paparkan, ada beberapa kesimpulan yang
dapat diperoleh:
1. Jual beli saham dengan berbagai bentuk dan macamnya adalah suatu masalah
yang sangat kompleks, yang banyak terdapat syubhat di dalamnya. Namun
demikian, ada sebagian orang yang telah mengetahui hukumnya secara syar'i,
2. Bagi seseorang yang merasa bahwa transaksi jual beli saham adalah perkara yang
syubhat, maka wajib bagi dirinya untuk menjauhi perkara tersebut,
3. Pada asalnya jual beli saham adalah sesuatu yang diperbolehkan sepanjang tidak
ada sesuatu yang membuatnya menjadi haram. Begitu pula dengan keuntungan
(capital gain) yang didapatkannya,
15
4. Dalam beberapa praktek jual beli saham, seperti short selling, margin trading,
option dan sejenisnya, telah jelas keharamannya. Dalam hal ini bukan capital
gain-nya saja yang diharamkan, tetapi lebih mengacu pada bentuk jual belinya,
5. Sistem yang ada pada pasar modal saat ini belum sesuai dengan syari'at Islam,
6. Tidak menutup kemungkinan untuk didirikannya pasar modal yang sesuai dengan
syari'at Islam.
Itulah beberapa hal yang dapat saya simpulkan dari tulisan saya ini.
Sebenarnya permasalahan ini sangatlah komples dan membutuhkan penjelasan yang
terperinci. Namun karena keterbatasan yang saya miliki, tulisan ini tidak cukup ilmiah
untuk menjelaskan masalah tersebut. Artikel ini juga masih menyisakan beberapa
perkara yang belum dibahas. Salah satunya adalah apakah sistem PT yang notabene
mengeluarkan saham dan mendukung adanya pasar modal telah sesuai dengan
syari'at? Apabila belum, bagaimana dengan bank syariah yang berbentuk PT?
Namun demikian, apa yang telah saya share kepada teman-teman sekalian
dapat menjadi gambaran bagaimana kita melihat suatu perkara dengan sudut pandang
syari'at. Sebagai penutup, saya hanya ingin memotivasi diri saya pribadi dan temanteman sekalian agar jangan berhenti untuk mempelajari ilmu agama ini. Karena
dengan memahami ilmu agama dapat menjadi suatu pertanda bahwa seseorang
dikehendaki kebaikan oleh Allah di dalam dirinya.
.‫ ﻭﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻭﺳﻠﻢ ﻋﻠﻰ ﻧﺒﻴﻨﺎ ﳏﻤﺪ ﻭﻋﻠﻰ ﺁﻟﻪ ﻭﺻﺤﺒﻪ ﺃﲨﻌﲔ‬،‫ﻭﺍﷲ ﺗﻌﺎﱃ ﺃﻋﻠﻢ‬
Sleman, 24 Rajab 1428 H/ 8 Agustus 2007 M
05/186718/EK/15948
Semoga Allah mengampuninya
16
REFERENSI
Ad-Duwaisy, Syaikh Ahmad bin 'Abdurrazaq. 2005. Fatwa-Fatwa Jual Beli oleh
Ulama-Ulama Besar Terkemuka. Bogor: Pustaka Imam Syafi'i.
Afifudin, Muhammad. Jual Beli Sesuai Tuntunan Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Salam.
Dalam Majalah Asy-Syariah Vol. III/ No. 25/ 1427H/ 2006. Yogyakarta.
Al'Ied, Ibnu Daqiq. 2001. Syarah Hadits Arba'in. Yogyakarta: Media Hidayah.
Badri, Arifin. Hadits Arba'in No. 6. Makalah dalam Dauroh Diniyah di Masjid
Pogung Raya, 2005. Yogyakarta.
Hanafi, Mamduh M. 2004. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE.
Hidayat, Taufik. Sekilas Short Selling. Dalam
http://www.taufikhidayat.blogspot.com/2005/06/sekilas-short-selling.html
Idris, Tedy Fardiansyah. Transaksi Marjin: Antara Madu & Racun. Dalam
http://www.korantempo.com/news/2002/7/27/Ekonomi%20dan%20Bisnis/21.
html
Mengenal Kontrak Opsi Saham. Dalam
http://www.jsx.co.id/MainMenu/Education/WhatisKontrakOpsiSahamKOS/ta
bid/90/lang/id-ID/Default.aspx
Modul Pasar Modal. Sarijaya Securities.
Syamhudi, Kholid. Muamalah Maliyah dalam Konteks Fikih Islam. Makalah dalam
Studi Intensif Fiqih Ekonomi Syariah di Mushola Teknik FT UGM, 5, 26 Mei
& 2 Juni 2007. Yogyakarta.
17
Download