BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Strategi Strategi merupakan suatu metode yang digunakan untuk menjembatani antara keadaan saat ini dengan tujuan akhir yang ingin dicapai. “Strategy – it is perspective, position, plan and pattern. Strategy is the bridge between policy or high-order goals on the one hand and tactics or concrete actions on the other. Strategy and tactics together straddle the gap between ends and means.” (Fred Nickols, 2006) Strategi perusahaan adalah strategi yang terdiri atas langkah-langkah kompetitif dan pendekatan-pendekatan bisnis yang digunakan oleh manajer untuk menarik dan memuaskan pelanggan, bersaing, mengembangkan bisnis, melaksanakan operasional sehari-hari, dan mencapai tujuan yang ditargetkan. “ A company’s strategy consist of the competitive moves and business approaches that managers employ to attract and please customer. Complete successfully, grow the business, conduct operations, and achieve targeted objectives.“ (Thompson& Strickland, 2008) 11 12 2.1.1Strategi Bisnis Empat model strategi yang umum diimplementasikan dalam perusahaan untuk mencapai keunggulan kompetitif atas pesaing diperkenalkan Thompson & Strickland (2008) adalah sebagai berikut. • Menjadi perusahaan dengan penawaran harga lebih rendah dibandingkan pesaing. • Memberikan produk dengan kualitaslebih dari pesaing, layanan yang lebih baik, pilihan produk yang lebih luas, atau keunggulan teknologi yang lebih baik. • Fokus pada pasar yang lebih kecil dengan jumlah pesaing sedikit dan menjadi pemimpin pada pasar tersebut. • Membangun keunggulan kompetitif melalui keahlian, dan kekuatan sumber daya perusahaan yang tidak mudah ditiru oleh pesaing. 2.1.2 Strategi SI/TI Strategi IT membahas manajemen perangkat keras organisasi dan sumber daya perangkat lunak dan memungkinkan organisasi untuk mendukung perubahan yang direncanakan di masa depan (Broadbent & Weill, 1993; King, 1996; Henderson & Vankatraman, 1993; Gadiesh & Gilbert, 2001). Definisi ini di lengkapi kembali oleh Gartlan (2007) dengan mendefinsikan strategi TI sebagai alat bisnis strategis yang digunakan sebagai struktur jalan masa depan dan membahas penggunaan dan pengelolaan sumber daya TI, hubungan bisnis IT baik internal maupun eksternal dan aliran dan penyimpanan informasi di seluruh organisasi. Menurut (Ward & Peppard, 2002), IT strategic adalah suatu strategi yang memfokuskan pada kerangka visi dari esensi kebutuhan akan informasi dan sistem 13 yang akan di dukung oleh teknologi dalam sebuah perusahaan tersebut dengan kata lain lebih kepada “IT Supply”. IT strategic terdiri dari dua bagian, yaitu : komponen IS dan komponen IT. Perancangan Perencanaan Strategis SI/TI diharapkan dapat memberikan solusi terhadap permasalahan tersebut dikarenakan SI/TI merupakan faktor yang paling penting didalam menjalankan bisnis perusahaan pada era digital ini.Untuk membuat suatu IT Strategic Planning dibutuhkan suatu kerangka kerja yang menjadi landasan agar hasil yang diharapkan sesuai dengan kebutuhan dan tepat sasaran. Strategic planning merupakan komponen penting dalam menentukan kesuksesan suatu organisasi termasuk bagi perusahaan. Dengan merencanakan strategi perusahaan yang baik, maka tujuan utama dari perusahaan itu akan tercapai. Menurut (Pollalis & Macris, 2008), strategic planning adalah proses memutuskan bagaimana untuk mencapai sekumpulan tujuan strategis. Definisi ini juga berarti pertimbangan masa depan, tetapi menambahkan gagasan penting dan pertimbangan jangka panjang dengan menargetkan tindakan manajemen untuk "tujuan strategis". Strategic planning adalah proses yang dirancang untuk memberikan hasil yang mengakibatkan fungsi organisasi membaik dan strategic planning dirancang untuk memungkinkan organisasi untuk mengatasi kebutuhan masyarakat secara lebih efektif (Lake, 2011). Menurut Amiri et al (2011), Strategic planning adalah teknik manajemen dimaksudkan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan organisasi, tantangan dan peluang yang dihadapi, dan visi masa depan dan bagaimana hal itu 14 akan berusaha untuk mencapai visinya. Strategic planning berfokus pada jangka panjang organisasi tujuan, menilai kemampuan untuk mencapai tujuan tersebut, meneliti faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi organisasi, dan mengidentifikasi strategi yang dirancang untuk menggerakkan organisasi ke depan. Strategic planning adalah serangkaian tindakan yang terintegrasi yang bertujuan untuk meningkatkan jangka panjang kesejahteraan dan kekuatan relatif perusahaan terhadap pesaingnya (Ward & Peppard, 2002). Pada dasarnya terdapat tiga proses yang saling terkait yang dapat berkontribusi pembentukan strategi (Ward & Peppard, 2002), yaitu : a. Strategic thinking Kreatif, pemahaman kewirausahaan menjadi cara-cara mengembangkan usaha b. Strategic planning Sistematis, analisis yang komprehensif untuk mengembangkan plan of action c. Opportunistic decision making Reaksi efektif untuk ancaman dan peluang yang tak terduga. 2.1.3. Keselarasan Strategi bisnis dan SI/TI Mencapai keselarasan antara bisnis dan teknologi informasi (TI) strategi telah lama menjadi isu penting bagi banyak organisasi. Ada banyak pembahasan dalam membahas keselarasan strategis Teknologi Informasi di awal 1990-an yang menjadikan TI terlihat menjadi komponen integral dari organisasi (Broadbent dan Weill 1993, Henderson dan Venkatraman 1993. Ada beberapa perspektif dalam mendefinsikan keselarasan (alignment).Broadbent & Weill (1993) menyebut penyelarasan bisnis dan strategi TI sebagai "sejauh 15 mana strategi bisnis dimungkinkan, didukung dan didorong oleh strategi informasi".King & Teo (1996: 309) mendefinisikan keselarasan sebagai "koordinasi perencanan antara kegiatan bisnis dan fungsi IS perencanaan". Luftman, Papp & Brier (1999) menyatakannya sebagai "kesejajaran yang berfokus pada kegiatan manajemen untuk mencapai tujuan kohesif seluruh organisasi".Secara umum dapat ditulis bahwa keselarasan identik dengan prestasi melekat pada tujuan bersama antara bisnis dan TI. 2.2. Studi literatur Rencana strategis SI/TI yang selaras dengan bisnis membutuhkan proses analisa dan perencanaan yang matang agar tidak menjadi kegagalan dalam implementasinya. Salah satu bentuk implementasi yang banyak menjadi bahan penelitian adalah penerapan ERP dalam perusahaan. Perusahaan yang menggunakan ERP dapat memperoleh kompetitif keuntungan dari cara mereka menerapkan sistem dan kemudian memanfaatkan data yang dihasilkan. Banyak perusahaan yang telah diinstal ERP telah diklaim untuk lebih gesit dalam pasar dari pesaing mereka dengan adat sulit perubahan sistem yang dibuat (Latamore 1999). Keberhasilan implementasi SI/TI dalam perusahaan menunjukkan keberhasilan dalam perencanaan strategisnya. Setyawan (2013) merangkum beberapa cerita sukses dalam implementasi SI/TI. Earthgrains, industri : roti dan kue. Sukses mengimplementas R/3. Penyebab sukses : strategi implementasi yang jelas, setiap departemen menganalisis isu-isu yang ada dan melaporkan ke pihak manajemen, adanya 16 sistem penghargaan untuk menyukseskan sistem tersebut, pengetahuan yang mendalam tentang industri mereka sehingga mengetahui bisnis proses yang penting/tidak penting. 1. Compaq Computers. Penyebab sukses : karena compaq mengimplementasi sistem ERP diluar bisnis inti mereka, sehingga tidak mengganggu jalannya bisnis, contoh nya untuk product forecasting. 2. US Mint, industri pencetak logam koin. Mengimplementasikan People Soft senilai US$ 40 juta Penyebab sukses : semua kebutuhan bisnis dapat di penuhi oleh sistem, karyawan mendapatkan training penggunaan sistem, senior manajemen dari vendor ikut terlibat, organisasi mengetahui bahwa perubahan tersebut mahal dan menyakitkan. US Mint dapat menghemat US$ 80 juta selama 7 tahun setelah sukses mengimplementasi system 3. Mc Donalds, industri makanan cepat saji Mengimplementasi Lawson Software Penyebab sukses : software yang diimplementasi sudah stabil dan methodologi dari implementasi sudah jelas. 4. Dirona SA, produksi persediaan truk Mengimplementasi Thru-Put Tech. Berhasil mengurangi inventori, dan meningkatkan kecepatan pelayanan pemesanan sampai 85% dari waktu sebelum implementasi sistem tersebut. 5. Moore Corporation, industri manufaktur 17 Mengimplementasi SyncQuest Inc. Berhasil memperbaiki proses manufaktur, meningkatkan skedul produksi sampai ke beberapa menit saja. Keberhasilan implementasi Sistem Infromasi dipengaruhi oleh faktor-faktor keterlibatan dari top manajemen, Kebutuhan akan project champion, user training, kemampuan organisasi menyerap teknologi, kemampuan untuk mengerti proses bisnis, project planning, change management, dan manajemen proyek (Applegate 2003). Secara garis besar keberhasilan penerapan sebuah sistem informasi sangat bergantung pada sistem apakah yang dibangun oleh perusahaan, apakah sistem ini mampu mengadaptasi kebutuhan perusahaan, mudah digunakan dan mampu menyajikan segala jenis informasi yang diperlukan (Setyawan 2013). Setyawan (2013) juga menulis 3 faktor yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan sistem informasi adalah : 1. Penggunaan sistem tingkat tinggi (High Levels of System Use) 2. Kepuasan pengguna terhadap sistem (Users Satisfaction With The Systems) 3. Sikap yang menguntungkan (Favourabel Attitude) para pengguna terhadap sistem informasi dan staf dari sistem informasi. 18 2.3 Metode Analisa Strategi Kita dapat mengatakan seberapa berhasil sebuah perusahaan dalam menjalankan strategi SI/TI nya dengan menganalisa apakah: • Proses bisnis dan perencanaan TI sepenuhnya terhubung dan terintegrasi. • Inovasi TI memberikan dampak terhadap strategi bisnis baru yang lebih baik dari strategi sebelumnya • Investasi TI mendapatkan prioritas dalam startegi bisnis • Semua pengeluaran TI – termasuk pengembangan, operasional, perawatan dan pelayanan – selaras dengan strategi bisnis • Team Manajemen secara konsisten mendorong dalam perbaikan strategi TI untuk meningkatkan kontribusinya terhadap bisnis Perencanaan dan manajemen proses fokus pada keseluruhan investasi TI yang ada termasuk proses yg berjalan maupun proyek.Manajer bisnis dan manajer TI berpartisipasi secara efektif dalam pengelolaan proses TI. Indikator-indikator tersebut merupakanCritical Success Factor ( CSF ) dari perencanaan strategis SI/TI ( Benson , 2004). Untuk mengukur dan menganalisa indikator dari CSF tersebut menggunakan alat bantu seperti metode SWOT, IT Balanced Scorecard, Manajemen Portfolio dan Analisa New Information Economics. 2.3.1 Analisa SWOT SWOT adalah singkatan dari bahasa Inggris Strengths (Kekuatan), Weaknesses (Kelemahan), Opportunities (Peluang) dan Threats (Ancaman). Analisa SWOT berguna untuk menganalisa faktor-faktor di dalam organisasi yang memberikan 19 andil terhadap kualitas pelayanan atau salah satu komponennya sambil mempertimbangkan faktor-faktor eksternal. Analisis mengenai sumber daya internal perusahaan (strengths dan weaknesses) dan analisis eksternal perusahaan (opportunities dan threats), yang dikenal juga sebagai analisis SWOT, dapat menyediakan gambaran menyeluruh mengenai posisi bisnis suatu perusahaan, apakah sehat atau tidak sehat. Analisis SWOT diperlukan agar usaha untuk pembuatan strategi dapat sesuai dengan kemampuan sumber daya perusahaan, yang direfleksikan pada keseimbangan antara kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) perusahaan, dan situasi eksternal, yang direfleksikan dalam kondisi kompetitif industri dimana perusahaan itu bergerak, kesempatan (opportunities) yang dimiliki perusahaan, dan ancaman eksternal (threats) terhadap keuntungan dan market share perusahaan. Pemahaman yang baik mengenai SWOT perusahaan, merupakan hal penting dalam pembuatan strategi, agar sumber daya-sumber daya perusahaan dapat digunakan secara optimal untuk mencegah ancaman yang datang atau untuk mengeksekusi kesempatan yang datang. SWOT dapat didefinisikan sebagai berikut (Thompson & Strickland, 2005, pp 8998): 1. Strengths: adalah sesuatu hal yang dapat dilakukan dengan baik dalam perusahaan atau suatu karakteristik yang dapat meningkatkan kompetisi perusahaan. Strengths dapat mengambil berbagai bentuk: - Keahlian perusahaan - Aset-aset fisik yang penting - Sumber daya manusia. 20 - Aset-aset organisasi yang penting. - Aset-aset penting lainnya yang tidak dapat dilihat. - Kemampuan kompetitif perusahaan. - Posisi perusahaan yang menguntungkan dalam pasar. - Kerjasama antar perusahaan 2. Weaknesses: adalah kekurangan yang ada pada perusahaan dibandingkan dengan perusahaan lain atau kondisi yang menempatkan perusahaan pada suatu kerugian. Kelemahan internal perusahan dapat berupa: - Kekurangan dalam kemampuan atau keahlian untuk berkompetisi. - Kurangnya asset-aset yang penting untuk berkompetisi. - Lemah dalam area-area kunci pada kompetisi. 3. Opportunities: merupakan faktor penting dalam membentuk strategi perusahaan. Tergantung pada keadaan perusahaan, opportunitiesatau peluang dapat bervariasi, mulai dari cukup hingga berlebih, cukup menarik hingga sangat menarik.Opportunities yang paling relevan dengan keadaan perusahaan adalah yang menawarkan keuntungan, meningkatkan sisi kompetitif perusahaan, dan yang sesuai dengan sumber daya yang dimiliki perusahaan. 4. Threats: dapat terbentuk dari munculnya teknologi baru yang lebih murah atau lebih baik, pesaing yang memperkenalkan produk baru yang lebih baik masuknya kompetitor baru, peraturan-peraturan baru yang lebih membebani perusahaan daripada kompetitor, kenaikan suku bunga, potensi pengambil alihan perusahaan secara paksa, dan lain-lain. 21 2.3.2 Business Maturity Model Ketidaksinambungan antara IT dan bisnis dapat menjadi batu sandungan bagi perusahaan dalam upaya mereka mencapai nilai/value yang sebenarnya bisa dihasilkan oleh IT. Menurut pernyataan yang diutarakan oleh Ward et al (2002, pp4) bahwa ketidakmampuan organisasi-organisasi dalam menyadari nilai/value dari investasi IS/IT sebagian dikarenakan adanya kekurang selarasan antara bisnis dengan strategi IS/IT. Pentingnya hubungan antara IT dengan bisnisjuga di utarakan olehLutchen (2004, pp 43-44). Menurutnya dengan menyandingkan IT dengan strategi bisnis akan mendorong unit-unit bisnis dan pimpinan-pimpinan di dalam perusahaan untuk menegosiasikan investasi-investasi IT dengan tujuan mendukung lini-lini bisnis, produk-produk, atau bisnis regional dengan cara yang sama mereka menegosiasikan perihal anggaran-anggaran lainnya. Salah satu cara untuk mengetahui bagaimana posisi IT terhadap bisnis ialah dengan melakukan assessment dengan suatu model yang dinamakan dengan Business Value Maturity Model™. Salah satu tujuan dari penggunaan Business Value Maturity Model™ yaitu untuk membantu organisasi memahami jurang pemisah antara kontribusi IT terhadap tujuan organisasi (Benson et al, 2004). 22 Karakteristik jenjang dari Business Value Maturity Model™ dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel2.1BusinessValueMaturityModel™ (Bensonetal,2004a,pp236) 0 1 Nonexistent Initial/AdHoc RepeatableButIntuitive 2 3 DefinedProcess 4 ManagedandMeasurable 5 Optimized Nomanagementprocessesapplythepractice toproducethedesiredoutcomes. Noformalmanagementprocesses,butafew managersattemptto applythepractice informallytoproducetheoutcomes. Noformalmanagementprocesses,butthe ideais understoodandinformallyappliedto producethedesiredoutcomes. Managementprocessesexisttoapplythe practice,butnocompanywidestandardsor enforcement Managementprocesesarestandardpractices; executionsmonitored;outcomesaffectthebusiness. Managementprocessesthatapplythe practicesarecentraltothecompanyand continuouslyimproved. Benson et al (2004) juga mengusulkan suatu bentuk assessment yang menggunakan Business Value Maturity Model™ yang mengandung elemenelemen praktek-praktek NIE, dan menyebutnya dengan istilah Business Value Assessment. Bentuk dari assessment tersebut dapat dilihat berikut ini: 23 Tabel 2.2 BusinessValueAssessment (Bensonetal,2004a,pp243) BusinessValueMaturityModel™ High-LevelAssessmentForm Instruksi: Pilihlahjenjangyangpaling mendekati kenyataansaat ini. OptimizedProcesses Prioritization ManagedandMeasurable Innovation DefinedProcess Explicitly connectingIT strategies and plans tobusinessstrategic intentions. Establishing thebusiness strategicdemand forIT,and then IT’sstrategies and plansforthe supplyofthenecessaryIT capabilities. Repeatable/Intuitive Demand/ Supply Planning Initial/AdHoc KeteranganPraktekNIE Nonexistent PraktekNIE 0 1 2 3 4 5 TranslatingIT opportunitiesinto new businessstrategicintentions and finding newwaysforIT to supportexistingstrategic intentions. 0 1 2 3 4 5 Assessingthe businessimpactof newIT initiativesandprioritizing them accordingtostrategic intentions. 0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4 5 Alignment Assessingthe businessimpact and supportofbusinessstrategic intentionsoftheexistingIT infrastructure,applications, and services Assessingthe quality and service levels forexisting IT resources,as input todemand/supplyplanning Performance Measurement MeasuringIT performance in waysrelated tothe businessand itsstrategicintentions. Strategy-ToBottom- Line Value Chain Connecting the processes doing planning, innovation, prioritization, alignment, and performance measurement with themselves.and with the other appropriate company processes ITImpact Management Establishing and achieving IT’s business value proposition. Managing IT based on business value outcomes. 0 1 2 3 4 5 Portfolio Management Establishing baseline, business value, and performance information for the entire IT investment 0 1 2 3 4 5 Culture Management Establishing baseline, business value, and performance information for the entire IT investment. 0 1 2 3 4 5 24 Business Value Maturity Model digunakan untuk menilai dan meningkatkan kompetensi secara berkelanjutan,serta menghubungkanprosesmanajemen denganefektifseperti: • IT danperencanaanbisnisterintegrasidanterhubungsecarakeseluruhan. • IT memungkinkaninovasi berdampak kepada perencanaan bisnis dan menawarkanstrategibaru. • InvestasiITdiprioritaskandenganstrategibisnis • SeluruhITdijalankanselarasdenganstrategibisnis • KinerjaITdalambisnisdansecarateknisdapatdilacak • Bisnis dan tim manajemen IT dapat melaksanakan proses - prcses yang meningkatkankontribusiITterhadapkinerjabisnis. • PerencanaandanprosesmanajemenberfokusterhadapkeseluruhaninvestasiIT . • ManajerITdanbisnisberpartisipasisecaraefektifdalamseluruhprosesNIE. TujuanpenggunaanBusinessValue MaturityModelsadalahuntuk mengatasihambatanmanajemendarisisibudayadanmeningkatkankemampuan perusahaanuntukmelakukantindakanyang sesuai.Peningkatankemampuan perusahaantersebutdilakukandengancara melakukananalisaterlebihdahulu terhadapkontribusiITdisebuahperusahaan denganberdasarkan level-level yangterdapatdalamBusinessValueMaturityModel. Terdapatbeberaplevel tingkatannilai dalammaturitylevelyangmenjelaskan tentangkeadaan suatu perusahan dalam pemanfatannya atasTI. 1. Level0 – NonExistent 25 DalamlevelinimenggambarkanperusahaanyangtidakmemilikiITbaik pendukungkegiatan operasional ataupun sebagai kunci sebagai dari proses namun hanya bisnisperusahaan. 2. LevelI – Initial/AdHoc Levelini menggambarkanperusahaanyangsudahmemilikiIT berfungsisebagaipendukungkegiatanperusahaandan mendukung proses bisnis dan proses tidak produksi digunakan untuk perusahaan seperti komputerhanyaberfungsisebagaimesinketik. 3. Level2 – RepeatablebutIntuitive Pada levelini menggambarkan perusahaan yang telah memiliki IT besertadengansistemnamunprosesbisnispemsahaantersebutbelumdirancang ulangyangdisesuaikandengansistemyangada sehinggaprosesbisnistidak terintegrasidengansistem. 4. Level3—DefinedProcess LevelinimenjelaskanperusahaanyangmemilikiITbesertadengansistemdan terintegrasidenganprosesbisnisnamunbelum telah lengkap.Umumnyadi perusahaanyangmasukdalamlevelini,sistemhanyaterintegrasidenganproses Finance&Accounting. 5. Level4 – ManageandMeasurable Di levelini menggambarkan proses manajemen merupakanpraktekyang di perusahaan standard,dimanadalam pelaksanaanprosestersebutdilakukanpemantauandan hasilnyamemilikidampakyangsangatsignifikan terhadapbisnissertameningkatkandampakdaribottom-lineITdanmengontrol 26 pengeluaran IT. Dalam levelini, praktek NIE (New Information Economic) belumsepenuhnyadilakukansecaraseimbangantarasatuaspekdenganaspek yanglain. 6. Level5-Optimized Padalevelterakhirdigambarkanbahwaprosesmanajemendiperusahaan telahmengimplementasikan praktek-praktekdariNIE(NewInformation Economic) sebagai pusatdan peningkatan bisnis perusahaan secara terus menerus. 2.4. Prioritasisasi Proyek-Proyek IT Seiring dengan tuntutan bisnis dan perkembangan iklim kompetisi, sekarang ini perusahaan-perusahaan banyak yang beroperasi di dalam lingkungan yang kompleks, dalam pengertian ada beberapa program-program maupun proyek-proyek yang berjalan secara bersamaan. Namun ada kendala umum yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan ini berkaitan dengan situasi di atas. Banyak bisnis tidak memiliki pendekatan yang sistematis saat hendak mengadopsi/menjalankan proyek meskipun sumber daya yang mereka miliki ada batasannya. Akibatnya timbul masalah seleksi proyek, masalah prioritasisasi, dan masalah kriteria batas penerimaan (Syrris, 2009). Salah satu pendekatan sistematis untuk proyek-proyek yang hendak diadopsi ialah dengan praktek prioritasisasi. Menurut Benson et al (2004a, pp 141) Prioritasisasi yang berlandaskan bisnis merupakan suatu perangkat guna mengetahui dampak bottom-line dari proyek-proyek, dan juga untuk menempatkan sumber daya ke proyek-proyek yang paling bernilai tinggi. Ward et al (2002) menambahkan bahwa pendekatan prioritasisasi yang praktis dan konsisten sangat penting artinya jika prioritasisasi ingin diimplementasikan secara 27 sukses. Salah satu cara untuk melakukan praktek prioritasisasi ialah dengan mencari tahu hubungan sebab-akibat dari inisiatif IT dengan strategic intention dari organisasi (Benson et al, 2004). Dengan melakukan assessment ini tehadap semua proyek IT, maka kita bisa mendapatkan perbandingan antara satu insiatif/proyek dengan insiatif/proyek lainnya, dan bisa diurutkan sesuai dengan nilai/valuenya bagi tujuan strategis bisnis. Pentingnya suatu proyek untuk bisa memenuhi strategic intention dari organisasi diutarakan oleh Syrris (2009) yang berpendapat jika suatu proyek yang sukses tetapi tidak berkontribusi terhadap pencapaian tujuan, sederhananya proyek tersebut sebenarnya hanya menghabiskan sumber daya saja. 2.5. IT Alignment Melakukan alignment antara IT dengan terhadap bisnis adalah salah satu upaya yang bertujuan agar IT dapat menghasilkan nilai-nilai yang dibutuhkan oleh bisnis.Ward et al (2002) berpendapat bahwa ada perbedaan antara memiliki hanya memiliki sebuah strategi IS/IT dengan memiliki strategi IS/IT yang memberikan kontribusi terhadap penciptaan nilai/value dari bisnis. Farrell (2003) dalam risetnya menyimpulkan bahwa hasil riset pada beberapa tahun terakhir menemukan bahwa organisasi-organisasi yang melakukan alignment antara IT mereka dengan tujuan korporat, memiliki kinerja keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan yang tidak melakukannya. Oleh sebab itu iaberpendapat bahwa kesuksesan melakukan IT alignment terhadap tujuantujuan korporat menjadi isu yang penting. Konteks mengenai IT alignment ternyata tidak memiliki definisi yang spesifik. Hasil riset yang dilakukan oleh DeLisi et al (2007) mengkonfirmasikan bahwa: 1) 28 Tidak ada definisi mengenai IT alignment yang disepakati secara umum; 2) IT alignment yang optimal sebenarnya merupakan target yang samar- samar dan tidak ada satu bentuk pasti dalam studi tersebut; dan 3) Dalam ketidakhadiran IT alignment yang optimal, beberapa CIO mengadopsi pendekatan-pendekatan yang kreatif yang tampaknya bisa menghasilkan nilai/value bagi perusahaanperusahaan tempat mereka bekerja. Ward et al (2004) sendiri membagi praktek alignment menjadi 3 bagian, yaitu: 1. Strategic Alignment 2. Internal Alignment 3. Functional Alignment 2.5.1. Strategic Alignment Menitikberatkan pada penyelarasan kumpulan aset-aset IT (aplikasi, infrastruktur, layanan, dan manajemen) terhadap strategic intentions dari bisnis. Pertanyaan mendasar yang diajukan untuk penyelarasan jenis ini ialah seberapa baik portfolio aplikasi, infrastruktur, dan layanan dalam mendukung strategic intentions bisnis dan kebutuhan dari operasional bisnis. Pada Gambar 2.1. terdapat ilustrasi yang menampilkan portfolio aplikasi yang diselaraskan/aligned dengan (1) strategic intentions perusahaan, dan (2) proses bisnis perusahaan. Sebagaiakibatnya, maka muncullah 6 jenis pengujian di mana masing-masing pengujianmemiliki templatenya masing-masing. 29 Gambar 2.1 Strategic Alignment: 6 Pengujian (Benson et al, 2004, pp 153) 2.5.2. Internal Alignment Menitikberatkan pada seberapa konsistennya kumpulan aset-aset IT yang satu dengan yang lain (dari kumpulan aset-aset IT berupa aplikasi, infrastruktur, layanan, dan manajemen). Akibatnya timbul pertanyaan mengenai seberapa baiknya infrastruktur IT dan layanan IT dalam mendukung aplikasi. Gambar 2.2 mengilustrasikan praktek Internal Alignment. 30 Gambar 2.2 IT Internal Alignment: 6 Pengujian (Benson et al, 2004, pp 154) 2.5.3. Functional Alignment Pada prioritasisasi, manajemen menyediakan sumber daya untuk inisiatifinisiatif IT yang diusulkan berdasarkan pertimbangan dampak bottom linenya dan hubungannya ke strategic intentions dari bisnis.Pada banyak perusahaan, sumber daya IT yang didedikasikan untuk aktivitas yang ada biasanya besarnya jauh melebihi inisiatif baru yang hendak dikerjakan.Alokasi sumber-sumber daya ini jarang ditelaah kembali untuk melihat kesinambungan kontribusi terhadap bisnis (Benson et al, 2004a).Functional alignment melanjutkan pengujian ini dengan memperhatikan teknologi. perihal kualitas, service level, intensitas penggunaan, dan 31 2.6 IT Balanced Scorecard Balance Scorecard adalah sebuah model yang digunakan untuk mengukur performance management. Balanced scorecard dapat digunakan pada berbagai level yang berbeda (unit bisnis, departemen, grup/individual) dan melibatkan banyak pihak. Pada tahun 1997, Van Grembergen dan Van Bruggen mengadopsi Balanced Scorecard (BSC) untuk digunakan pada Departemen Teknologi Informasi organisasi.Dalam pandangan mereka karena Departemen Teknologi Informasi merupakan penyedia layanan internal maka perspektif yang digunakan harus diubah dan disesuaikan.Dengan melihat bahwa pengguna mereka adalah pegawai internal dan kontribusi mereka dinilai berdasarkan pandangan pihak manajemen maka mereka mengajukan perubahan. Semakin berkembangnya bisinis yang sangat bergantung kepada IT, maka kebutuhan untuk pengelolaan Strategi TI yang sesuai dan sejalan (align) dengan Business strategy sangat dibutuhkan. Martinsons, Davison, dan Tse (1999) menyarankan bahwa keempat perspektif Balanced Scorecard memerlukan modifikasi agar dapat secara efektif menjadi IT Scorecard. Alasan mereka adalah bahwa Unit TI dalam suatu perusahaan biasanya melayani kebutuhan internal, dan proyek yang dilaksanakan biasanya dikerjakan untuk kepentingan end user dan organisasi secara keseluruhan. Martinson dan koleganya (1999) menyarankan empat perspektif untuk IT Balanced Scorecardyaitu : 1. Orientasi Pengguna (User Orientation) 32 Perspektif orientasi pengguna berfokus pada bagaimana pandangan pengguna atau user terhadap departemen IT dengan tujuan menjadi penyedia aplikasi pilihan sistem informasi dan menggali peluang bisnis secara maksimal melaui IT. Untuk mencapai tujuan tersebut, sasaran yang harus dilakukan antara lain member dukungan IT, menyediakan aplikasi pilihan, bekerja sama dengan pengguna dan berusaha untuk memenuhi kepuasaan pengguna. 2. Kontribusi Bisnis (Business Contribution) Perspektif kontribusi perusahaan berfokus kepada bagaiamana manajemen atau perusahaan memandang divisi IT yang ada di perusahaan dengan tujuan untuk mencapai kontribusi bisnis terhadap investasi IT. Sasarannya adalah mengendalikan biaya IT dari aplikasi yang akan digunakan, nilai bisnis dari penggunaan proyek aplikasi IT yang baru dan nilai bisnis dari fungsi aplikasi IT yang sedang berjalan. 3. Keunggulan Operasional (Operational Excellence) Berfokus terhadap seberapa efektif dan efisien proses-proses IT di dalam perusahaan. Pengukuran ini difokuskan kepada proses komputasi komputer dengan misi untuk menyampaikan informasi secara efektif dan tepat waktu pada biaya-biaya dan kualitas pelayanan sesuai dengan tujuan. 4. Orientasi masa depan (Future Orientation) Fokusnya adalah pada infrastruktur perusahaan untuk menunjang tercapainya tujuan-tujuan perspektif lain. Salah satunya pengembangan terhadap Sumber Daya Manusia yaitu dengan mengadakan pelatihan personil IT secara tetap sehingga meningkatkan kehalian staf IT. 33 Martinsons dan kolega juga menyediakan bagaimana mengukur TI terhadap keempat perspektif tersebut sebagai berikut: Tujuan utama IT BSC itu sendiri adalah membuat sebuah keseimbangan antara sasaran jangka pendek dan panjang, antara pengawasan finansial dan nonfinansial dan antara perspektif internal dan eksternal, begitu juga dengan pengukuran tujuan kuantitatif dan tujuan kualitatif. 2.7 Portfolio SI/TI Menurut John Ward dan Peppard( 2002, p299), aplikasi portfolio bisnis McFarlan digunakan untuk memetakan aplikasi yang ada pada saat ini dan juga kebutuhan aplikasi di masa yang akan datang dalam mendukung bisnis organisasi. Pemetaan aplikasi ini dilakukan dengan 4(empat) kuadran yaitu strategic, highpotential, keyoperational, dan support. Pemetaan tersebut dilakukan sesuai kategori penilaian dampak suatu aplikasi terhadap bisnis.Dari hasil pemetaan tersebut diperoleh gambaran mengenai kontribusi sistem informasi terhadap bisnis. Diharapkan hasil ini menjadi masukkan bagi kegiatan perumusan strategi IS/IT dan kemungkinan untuk pengembangan di masa mendatang. 34 Gambar 2.3 Diagram Kuadran Strategis ( Sumber: Ward& Peppard ) Berdasarkan aplikasi portfolio pada Gambar 2.3, pengkategorian sebuah aplikasi dilihat dari peranan sebuah aplikasi dalam mendukung strategi bisnis organisasi, baik pada saat sekarang ataupun di masa yang akan datang. Berikut penjelasan mengenai masing-masing kuadran : 1) Strategic Sebuah aplikasi dapat dikatakan sebagai strategic apabila aplikasi tersebut memiliki pengaruh kritis terhadap keberhasilan bisnis organisasi di masa mendatang dengan memberikan keunggulan kompetitif bagi organisasi. 2) High Potential Sebuah aplikasi dikatakan masuk dalam kuadran high potential apabila aplikasi tersebut menciptakan peluang competitive advantage bagi organisasi di masa mendatang namun belum terealisasi. 35 3) Key operational Sebuah aplikasi dapat dikatakan sebagai key operational atau kunci operasional apabila aplikasi tersebut menunjang kelangsungan bisnis perusahaan, dimana bisnis perusahaan bergantung pada aplikasi tersebut. 4) Support Sebuah aplikasi dapat dikategorikan sebagai support apabila aplikasi tersebut mendukung organisasi dalam meningkatkan bisnis yang efisien dan manajemen yang efektif namun tidak memberikan keunggulan kompetitif. Untuk dapat mengkategorikan sebuah aplikasi ke dalam aplikasi portfolio di atas, diperlukan sebuah alat untuk melakukan penilaian terhadap aplikasi yang ada. 2.8New Information Economics Menurut Benson et al (2004, p99) adalah sekumpulan praktek terkoordinasi yang berdasarkan pada prinsip-prinsip dan aktifitas yang terintegrasi secara efektif menghubungkan strategi bisnis perusahaan dengan inisiatif-inisiatif dan aktifitas TI. 36 Gambar 2.4 Posible Outcomes for companies (Benson et al, 2004) New Information Economics merupakan pandangan yang lengkap mengenai hubungan unit bisnis dengan teknologi informasi, berdasarkan prinsip utama bahwa semua aktivitas dan sumber daya perusahaan harus mendukung strategi perusahaan dan memberikan dampak pada Bottom-line Impact. 2.8.1 Tujuan New Information Economics Tujuan New Information Economics adalah: (Benson et al, 2004, p68-69) • Menyediakan kemampuan melihat secara lengkap pengeluaran di bidang teknologi informasi. • Menetapkan sebuah kerangka kerja (framework) untuk perencanaan melalui anggaran dengan tujuan mendukung rantai nilai strategi ke bottom-line (strategy-to-bottom-line value chain) 37 2.8.2PraktekNewInformationEconomics Praktek dasarNew Information Economics untuk Demand/supply planning dan innovation bertujuan untuk : • Menghubungkan sumber daya yang ada dan yang dibutuhkan dengan tujuan strategis perusahaan. • Membuat pondasi untuk mengakses portfolio yang ada dan mendefinisikan portfolio strategi yang akan datang. • Membuat istilah-istilah yang konsisten antara teknologi informasi dengan bisnis. Praktek dalamNIEpadadasarnya (demand/supply planning, performancemeasurement) terdiridariduabagian,yaitulimapraktek dasar innovation, dan tiga praktek prioritization, alignment, pendukung (IT impact management, portfoliomanagement,culturemanagement). Gambar2.5 PraktekNewInformationEconomics (Benson et al, 2004) 38 Lima praktek dasar dalam New Information Economicsmenciptakan sekumpulanalat untukteknologiinformasidanmanajerbisnis,mencakuppadaprosesbisnisuntukmente rjemahkanstrategibisnisperusahaankeprogramdaninisiatiflainnya diimplementasikan teknologi informasi (Benson, yang dapat R.J., Bugnitz, T.L., Walton,W.B.,2004,p9-p10).Penjelasandarikelimapraktekdasartersebutadalah: 1. Demand/SupplyPlanning Memberikangambaranarahyangjelaskepadadivisiteknologiinformasi mengenai strategibisnis perusahaan dan apa Manajer bisnis dan yang diharapkan perusahaan. teknologi informasi mendapatkan petunjukarahdantujuanperusahaandanapayangdapatdilakukandivisi teknologiinformasiuntukmendukunghaltersebut. 2. Innovation Teknologiinformasibiasanyameresponpadakebutuhanbisnisdantidak jarangarahperubahanbisnistergantungpadaapayangmungkindapat didukungolehteknologiinformasi.Praktekini manajemen bisnis untuk secaraeksplisit membuka menggerakkan kesempatan bisnis yangdimungkinkanolehteknologiinformasidanmenyediakancaramengubahkesemp atanmenjadistrategibisnis sehingga menghasilkan kumpulan kesempatan bisnis yang lebih kompetitif dan kuat. 3. Prioritization Menganalisisdampakbisnisdari inisiatifteknologiinformasi,member prioritaspadaproyek,danlebihberorientasipadaproyekbernilaitinggi.Perusahaan 39 seharusnyamenggunakan uang hanya untuk proyek yang secaralangsungberhubungandengan arah strateginya. 4. Alignment Tidaksemuakegiatanoperasionalyangada padasaat inimendukungdan kritisbagiperusahaan.Agarperusahaandapatmenentukanprioritasdan kebijksanaanyangtepatdalambidangteknologiinformasi,maka setiap aktifitas dibidang teknologi informasi harus sejalan dengan strategi bisnis perusahaan sehingga dapat memudahkan manajer teknologiinformasi dan bisnis dalam mengambil keputusan untuk menentukan prioritas perusahaan dalam informasi dalam berinvestasi di bidang teknologi informasi. 5. Performance measurement Mengukur seberapa besar pengaruh teknologi mendukung strategi bisnis perusahaan. Pada umumnya lebih dalam menghitung kinerja teknologi informasi pada tahap operasional dan taktis, tetapi sangat sulit untuk mengukur kinerja dan dampak teknologi informasi pada tahap bisnis perusahaan. Praktek ini menggabungkan keduanya dan memungkinkan teknologi informasi untuk mengetahui apa yang harus diukur, dan bagaimana mengelola teknologi informasi berdasarkan informasi tersebut. 40 Tiga praktek manajemen pendukung dampak dalam teknologi New Information informasi, Economics adalah manajemen portfolio, dan manajemen pengelolaan budaya. 1. Manajemen dampak teknologi informasi (IT impact management) Pengelolaan dampak teknologi informasi bagi perusahaan berhubungan dengan pengelolaan budaya perusahaan dan menawarkan kerangka kerja untuk menegaskan hal apa saja yang penting bagi perusahaan. 2. Manajemen portfolio (Portfolio management) Pengelolaan portfolio memungkinkan adanya pertimbangan terhadap pengeluaran keseluruhan untuk teknologi informasi dan menyediakan kerangka kerja holistik untuk membuat prioritas dan kebutuhan pengelolaan manajemen. 3. Manajemen pengelolaan budaya (culture management) Pengelolaan budaya memungkinkan perusahaan untuk berhubungan dengan budaya yang ada di perusahaan dengan tujuan menghilangkan hambatan pada proses perubaahan manajemen. 41 2.8.4 Pedoman untuk mendapatkan Hasil New Information Economics Untuk mendapatkan hasil dalam New Information Economics dapat digunakan, Benson, et al (2004) menyarankan pedoman berupa jawaban dari pihak manajemen atas 2 jenis pertanyaan dasar berikut ini: 1. Affordability questions • Apa yang dapat kita peroleh dari investasi di bidang teknologi informasi? • Apakah kita dapat mengurangi biaya untuk teknologi informasi yang tidak perlu? • Apakah kita dapat menggunakan lagi biaya untuk mendukung kebutuhan proyek? 2. Impact questions • Apakah investasi terhadap teknologi informasi sudah tepat sasaran? • Apakah strategi bisnis mendorong tindakan teknologi informasi dan menghasilkan dampak pada bottom-line? • Apakah strategi bisnis mendorong tindakan teknologi informasi dan menghasilkan dampak pada bottom-line? • Apakah kita mendapatkan dampak bottom-line(hasil nilai nilai yang wajar) dari sumber lights-on? 2.8.5 Konsep Portfolio TI dalam NIE Konsep portofolio TI memiliki 4 konsep dasar seperti yang diutarakan Benson (2004), yaitu: 42 1. Konsep manajemen Portofolio diaplikasikan ke seluruh sumber daya TI, yaitu seratus persen dari sumber daya TI, mencakup anggaran operasional dan modal. 2. Konsep sumber investment) daya TI dibagi menjadi investasi baru (new dan pengeluaran TI yang suda ada (Lights-On). Kategori investasi baru adalah proyek, mencakup modal dan anggaran biaya. Sedangkan lights-on adalah aplikasi yang sudah ada, infrastruktur, service dan aktivitas manajemen. Gambar 2.6 pembagian sumber TI pada Portofolio (Sumber : Benson et al 2004) 3. Konsep pengeluaran Lights-On diklasifikasikan dari perspektif TI dan yang terkait pada portofolio manajemen teknologi. Semua sumber daya lights-on pada TI diklasifikasikan menjadi: 1. Aplikasi: aplikasi yang dioperasikan dan mendukung organisasi bisnis. 43 2. Infrastruktur: infrastruktur yang dibangun untuk mendukung aplikasi dan layanan. 3. Service: layanan yang memperluas organisasi bisnis. 4. Manajemen portofolio: sekelompok aktivitas seperti perencanaan, penganggaran dan sumber daya manusia (untuk aktivitas TI). Gambar 2.7 Empat portofolio Lights-On (Sumber: Benson et al 2004) 4. Konsep investasi baru juga diklasifikasikan berdasarkan perspektif bisnis(identik dengan investasi keuangan). Investasi baru terdiri dari strategic, mandatory, new strategic, dan factory. Tujuan dari pembagian ini agar pihak manajemen dapat menyeimbangkan investasi diantara kategori investasi, terutama ditujukkan pada risiko dan pengembalian investasi perusahaan pada TI dan terlebih lagi pada apa yang perusahaan dapat lakukan. 44 2.8.6 Empat faktor Portofolio Lights-On Menurut Benson et al (2004), portfolio lights-on memiliki 4 faktor antara lain: 1. Tingkat layanan, terdiri dari: • Ketersediaan: ketersediaan sebagai masalah bagi proses kerja atau proses bisnis. • Kecepatan merespon: kecepatan merespon pada kebutuhan proses kerja atau proses bisnis. 2. Kualitas, terdiri dari: • Fungsionalitas: fungsionalitas dari aplikasi, infrastruktur, layanan yang berhubungan dengan kebutuhan proses kerja atau proses bisnis. • Keakuratan: keakuratan data atau layanan yang dihasilkan aplikasi, infrastruktur atau layanan yang berhubungan dengan kebutuhan proses kerja atau proses bisnis. 3. Teknologi, terdiri dari: • Arsitektur: tingkat pemenuhan standar aturan arsitektur perusahaan • Dukungan vendor dan stabilitas: tingkat dimana dukungan vendor menjadi masalah dalam mempertemukan kebutuhan. • Dukungan teknis: tingkat dimana dukungan staf teknis diperlukan. • Ketersediaan dukungan pasar atau industri: tingkat dimana dukungan yang diperlukan tersedia oleh pasar. 4. Intensitas pengguna, terdiri dari: • Ketergantungan: tingkat dimana aplikasi, infrastruktur atau layanan adalah penting bagi proses bisnis, organisasi ataupun pengguna individu. 45 • Jangkauan pengguna: seberapa besar pengguna aplikasi, infrastruktur, atau layanan ini dalam organisasi perusahaan. 2.8.7 Dua Faktor Portofolio Proyek TI Portfolio TI memiliki 2 faktor utama (Benson et al,2004), antara lain: 1. Dampak, nilai penyelarasan sistem aplikasi dengan strategic intentionsperusahaan. 2. Risiko, nilai-nilai risiko proyek yang terbagi atas: • Risiko proyek atau organisasi: tingkat dimana kesuksesan proyek bergantung pada keahlian bisnis yang belum dicoba atau pengalaman baru. Risiko ini juga mencakup tingkat dimana organisasi bisnis mampu melakukan perubahan yang dibutuhkan oleh proyek. • Ketidakpastian pendefinisian: tingkat dimana kebutuhan bisnis terdefinisi dengan baik dan jelas, serta secara akurat dapat diubah kedalam informasi dan fungsionalitas aplikasi sistem. • Ketidakpastian teknis: tingkat dimana proyek ketergantungan dengan teknologi baru dan tingkat dimana perusahaan harus melakukan desain dan membuat aplikasi dengan teknologi tersebut. • Risiko infrastruktur sistem informasi: tingkat dimana lingkungan teknis membutuhkan bebrapa faktor, antara lain administrasi data, komunikasi, manajemen proyek dan pengembangan. • Risiko teknis: tingkat dimana penggunaan teknologi tertentu membutuhkan keterampilan pengembangan dan analisis. 46 • Manajemen baru. Faktor risiko meliputi apakah keterampilan tersedia dari vendor atau dari pasar dan apakah training atau perekrutan baru dapat menyediakan keahlian teknis yang dibutuhkan. • Risiko investasi: tingkat dimana investasi proyek dibutuhkan untuk menciptakan kesuksesan proyek. • Risiko manajemen proyek: tingkat dimana manajer proyek tersedia dan mampu menangani kompleksitas proyek dari segi teknis dan organisasi.