bab 2 landasan teori

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori – Teori Umum
Dalam analisa dan perancangan sistem informasi penulis harus memahami terlebih
dahulu pengertian sistem informasi agar dapat melakukannya. Berikut adalah
pengertian sistem informasi secara umum:
2.1.1 Data
Berdasarkan pendapat Rainer (2011:10) Data adalah deskripsi dasar
dari sebuah aktivitas,dan transaksi yang dicatat, diklasifikasi, dan
disimpan tetapi belum terorganisir untuk menyampaikan maksud yang
spesifik.
Sedangkan menurut O’Brien (2010:34), data merupakan bentuk
jamak dari datum, data mewakili baik bentuk tunggal maupun jamak.
Data adalah fakta atau hasil observasi mentah yang biasanya mengenai
fenomena fisik atau transaksi bisnis. detilnya, data adalah pengukuran
objektif dari attribute dari entitas.
Kesimpulannya data dapat disebut juga fakta mentah yang
mendeskripsikan suatu kejadian, dan belum memiliki arti bagi user.
2.1.2 Sistem
Berikut ini adalah pengertian sistem menurut para ahli.
Menurut Satzinger (2005:30) berpendapat bahwa sistem
adalah kumpulan komponen yang saling berhubungan dan berfungsi
untuk mencapai sebuah hasil.
7
8
Menurut McLeod (2009:4), sistem adalah sekumpulan elemen
yang saling terintegrasi memiliki maksud dan tujuan yang sama.
Menurut Fitzgerald (1981:5) pengertian Sistem adalah
kesatuan
jaringan
kerja
dari
prosedur-prosedur
yang
saling
berhubungan, dan bekerja secara bersama-sama untuk mencapai suatu
tujuan tertentu.
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem adalah
kumpulan komponen yang terintegrasi dan memiliki maksud dan
tujuan yang sama dan mengeluarkan output.
2.1.3 Informasi
Informasi merupakan sebuah data yang sudah diproses dan sudah
memiliki manfaat bagi penggunanya, itu adalah pandangan umum
tentang informasi, berikut ini penulis berikan pengertian informasi
menurut para ahli.
Menurut Pearlson (2009:13) informasi adalah data yang sudah
mengandung maksud dan tujuan untuk user.
Menurut Rainer (2011:10) informasi merupakan data yang telah
diorganisir sehingga memiliki arti dan nilai bagi pengguna.
Kesimpulan yang penulis ambil adalah informasi merupakan
pengolahan data yang lebih lanjut dan memiliki nilai dan manfaat
tersendiri untuk penggunanya.
9
2.1.4 Sistem Informasi
Sistem informasi adalah sebuah sistem diamana informasi yang ada
didalamnya diolah dengan baik mulai dari penyimpanan, penyaluran,
dan penggunaan dari informasi itu sendiri.
Menurut Satzinger (2005:7) berpendapat, merupaka komponen yang
saling berhubungan dalam mengumpulkan, memproses, menyimpan,
dan menyediakan sebagai hasil.dari kebutuhan informasi untuk
menyelesaikan pekerjaan bisnis.
Sedangkan menurut O’Brien (2010:4), sistem informasi dapat
merupakan kombinasi teratur apapun dari orang, hardware, software,
jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan,
mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.
Kesimpulannya adalah sistem informasi merupakan kolaborasi antara
sistem,
manusia,
komputer
serta
jaringan
komunikasi
yang
menghasilkan suatu informasi yang berguna bagi user.
Menurut O’brien (2010:26) ada 4 konsep dari sistem informasi
1. Technology
Untuk memproses informasi dibutuhkan komponen teknologi
yang
terdiri
dari
Application
hardware,
software,
data
management, dan telecommunication network technology
2. Application
dibutuhkan
untuk
menghubungkan
bisnis
dengan
sistem
informasi.
3. Development
Pengembangan pengguanaan informasi merupakan salah satu
komponen penting dalam sistem informsi, development meliputi
merancang komponen dasar sistem informasi
4. Management
10
Memanage sistem informasi dapat meningkatkan kualitas,
meningkatkan business value, dan meningkatkan keamanan
sistem.
Selain itu sistem informasi juga memiliki 3 fungsi utama yaitu :
1. Input
“involves capturing and assembling elements that enter the
system to beprocessed. For example, raw materials, energy,
data, and human effort must be secured and organized for
processing”
Menangkap dan menumpulkan elemen yang dimasukan
kedalam sistem untuk di proses, contohnya bahan baku,
energi, data, usaha manusia harus diamankan dan di susun
untuk kepentingan proses.
2. Process
“involves transformation processes that convert input into
output. Examples are manufacturing processes, the human
breathing process, or mathematical calculations.”
Proses adalah fungsi yang mengkonversi input menjadi sebuah
output,
contohnya
seperti
proses
manufaktur,
proses
pernapasan manusia, atau kalkulasi matematis.
3. Output
“involves transferring elements that have been produced by a
transformation process to their ultimate destination. For
example, finished products, human services, and management
information must be transmitted to their human users.”
Fungsi untuk mentransfer elemen yang sudah di proses ke
tujuan aslinya, contohnya seperti produk jadi, service
perusahaan, dan manajemen informasi yang harus di kirim
kepada user
11
2.1.5 Sistem Informasi Akutansi
sistem informasi akutansi ada dipersimpangan antara 2 ilmu yaitu
sistem informasi dan akutansi, biasanya sistem informasi akutansi
mempelajari kegiatan akutansi yang sudah terkomputerisasi dan
terintegrasi dengan sebuah sistem.
“An accounting information system is a collection of data and
processing procedures that creates needed information for its users”
Menurut Hall (2011:p5) sistem informasi akutansi adalah kumpulan
data dan prosedur pemerosesan yang menyediakan informasi yang
dibutuhkan oleh user.
2.1.6 Knowledge management
Menurut O’brien (2010:15) Knowledge management adalah
sistem berbasis knowledge yang digunakan untuk mendukung
pembuatan, pengaturan, dan penyebaran knowledge untuk para
karyawan dan manager yang ada di seluruh perusahaan.
Menurut Pearlson (2009:347) Knowledge management adalah
proses menciptakan, menangkap, mengkodifikasi, dan mentransfer
knowledge untuk mendapatkan keunggulan kompetitif.
2.1.7 Customer Relationship Management
Menurut
O’brien
(2010:309)
Customer
relationship
management adalah sistem yang digunakan untuk menjaga hubungan
baik perusahaan dengan customer dengan menyediakan gambaran
secara menyeluruh tentang customer touch point
Menurut
Pearlson
(2009:p60)
Customer
relationship
management adalah kegiatan management yang dilakukan untuk
menjaga customer dan menarik minat customer baru.
12
2.1.8 Software
Menurut O’brien (2010:130) sofware adalah istilah umum untuk
mendeskripsikan berbagai jenis program yang digunakan untuk
mengoperasikan
dan
mengendalikan
komputer
dan
hardware
pendukungnya.
Ada beberapa tipe dari software :
1. application software
Application software adalah berbagai macam program yang dapat
dibagi lagi berdasarkan fungsi dan kategorinya masing-masing.
2.system software
Mengandung program yang dapat mengatur dan mendukung fungsi
sistem komputer dan aktivitas pemerosesan informasi.
Sumber O’brien (2010:133)
Gambar 2.1 Tipe Software
2.1.9 Framework untuk perencanaan penelitian
Melakukan perencanaan sebelum melakukan penelitian adalah hal
yang sangat penting untuk dilakukan karena perencanaan yang
matang akan mempengaruhi hasil dari penelitian yang kita lakukan.
13
Menurut Cohen (2007:79) reserach framework terdiri dari :
1. Orienting decision
Menentukan
batasan-batasan
penelitian,
orienting
decision
bersifat strategis, orienting decision mengatur sifat umum dari
penelitian sebelum menentukan orienting decision ada beberapa
pertanyaan yang harus dipertimbangkan.
a. Siapa yang menginginkan penelitian?
b. Untuk siapa penelitian dilakukan
c. Siapa audience yang sesuai dengan penelitian
d. Apa pengaruh yang dimiliki oleh penerima hasil penelitian?
e. Apa tujuan umum dari penelitian?
f. Apa prioritas dan kendala yang dihadapi dalam penelitian?
g. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk meyelesaikan
penelitian?
h. Siapa yang memiliki penelitian ?
i. Siapa yang memiliki data penelitian?
j. Masalah etis yang dihadapi pada saat menjalankan penelitian?
k. Sumber daya apa yang dibutuhkan penelitian?
2. Research design and methodology
Jika orienting decision bersifat strategis maka research design and
methodology
lebih
bersifat
methodology
membangun
taktis,
research
practicalities
design
dari
and
penelitian.
Pertanyaan yang harus dipertimbangan dalam menyusun research
design and methodology :
a. tujuan rinci dari penelitian ?
b. apa tujuan umum penelitian dan bagaimana melaksanakannya?
c. rincian dari research question?
d. apa yang harus difokuskan dalam penelitian guna menjawab
research question?
e. Metodologi apa yang digunakan dalam penelitian?
f. Bagaimana menentukan validity dan reliability ?
14
g. Data yang seperti apa yang dibutuhkan?
h. Dari siapa data tersebut di dapatkan?
i. Dimana data tersebut dapat di dapatkan?
j. Bagaimana cara untuk mengumpulkan data?
k. Siapa yang akan menjalankan penelitian?
Berikut adalah element dari reserach design
Sumber Louis (2007:79)
Gambar 2.2 Elemen Research Design
3. Data analysis
Peneliti harus memikirkan bagaimana cara untuk menganalisa data
yang diperoleh dari proses pengumpulan data, hal ini menjadi
sangat penting karena menentukan bentuk dan instrumen
penelitian.
4. Presenting and reporting result
Selain menentukan cara untuk menganalisa data peneliti juga
harus menentukan bentuk dari laporan yang akan dibuat setelah
15
proses analisa data, pemilihan bentuk laporan harus didasarkan
pada kepentingan audience, berikut adalah hal-hal yang harus
dipertimbangan sebelum menentukan bentuk lapoarn :
a. Bagaimana cara menulis dan membuat laporan?
b. Kapan laporan akan dibuat?
c. Bagaimana cara memperesentasikan hasil penelitian?
d. Untuk siapa laporan dibuat?
e. Seberapa banyak laporan yang dibutuhkan?.
2.1.10 Metode pengumpulan data
Dalam penulisan ilmiah penulis diharuskan dapat menggunakan
metode yang sesuai dalam pengumpulan data untuk keperluan
penelitian, berikut adalah beberapa jenis metode pengumpulan data
menurut Sugiyono :
1. Observasi
Menurut Sugiyono (2008:203) metode observasi adalah metode
yang cocok digunakan apabila penelitian yang dilakukan
berhubungan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala
alam, dan responden yang diamati tidak terlalu besar.
2. Wawancara
Menurut
Sugiyono
(2008:410)
wawancara
adalah
proses
pertemuan antara 2 orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat digambarkan makna suatu
topik tertentu.
Biasanya wawancara digunakan jika peneliti ingin melakukan
studi pendahuluan untuk menentukan permasalahan yang harus
diteliti, tetapi bisa juga digunakan karena peneliti ingin
mengetahui informasi yang lebih mendalam dari responden.
Sugiyono memaparkan panduan untuk melakukan wawancara
pada bukunya (2008:415) yaitu sebagai berikut :
16
a. menetapkan kepada siapa wawancara itu dilakukan
b. menyiapkan
pokok-pokok
masalah
yang
akan
dibicarakan
c. mengawali atau membuka alur wawancara
d. melangsungkan alur wawancara
e. mengonfirmasi
ikhtisar
hasil
wawancara
dan
mengakhirinya
f. menulis hasil wawancara kedalam catatan lapangan
g. mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang
telah diperoleh.
3. Kuesioner
Menurut
sugiyono
(2008:199)
kuesioner
adalah
teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila
peneliti tau dengan pasti variable yang akan diukur dan tahu apa
yang diharapkan dari responden.
2.1.11 Teori Produksi
Menurut Miller (2000:295) produksi adalah penggunaan atau
pemanfaatan sumber daya yang mengubah suatu komoditi menjadi
komoditi yang berbeda, baik dalam pengertian apa, dan dimana atau
kapan komoditi-komoditi itu dialokasikan, maupun dalam pengertian
apa yang dapat dikerjakan oleh konsumen oleh komoditi itu
2.1.9.1 Faktor Produksi
Menurut Sudarman (2004:75), Faktor produksi adalah jenis-jenis
sumber daya yang digunakan dalam proses produksi untuk
menghasilkan barang atau jasa. Besar kecilnya barang dan jasa dari
hasil produksi tersebut merupakan fungsi produksi dari faktor
produksi
17
2.2 Teori-teori khusus
Teori khusus yang akan dibahas meliputi praktek NIE, value chain dan halhal lainnya yang berkaitan dengan topic IT valuation.
2.2.1 Pengertian NIE
Menurut Benson (2004:9) dalam bukunya yang berjudul From
business strategy to IT action New Information Economic (NIE)
adalah kumpulan dari praktek yang dikordinasi berdasarkan prinsip
dan
aktivitas
menghubungkan
yang
antara
terintegrasi
bisnis
sehingga
dengan
secara
manajemen
efektif
IT,
dan
menghubungkan strategi bisnis perusahaan dengan inisiatif IT.
Tujuan utama dari NIE sendiri adalah untuk membantu perusahaan
dalam menentukan investasi yang sesuai dengan tujuan strategis dan
efektivitas operasional bisnis.
2.2.2 Lima praktek NIE
Menurut Benson dalam bukunya yang berjudul From business
strategy to IT action (2004:9) praktek NIE (New Information
Economics) adalah praktek dasar dari NIE yang digunakan untuk
menterjemahkan strategi bisnis perusahaan kedalam sebuah program
dan inisiatif IT.
18
Sumber Benson, 2004:9
Gambar 2.3 New Information Economic Practice
Ada 5 praktek NIE yaitu :
1. NIE practice 1 : Strategic demand/supply planning
Menerjemahkan strategi bisnis kedalam tahapan yang dapat
memberikan arahan yang jelas pada IT sehingga sesuai dengan
tujuan strategis perusahaan. Manager bisnis dan IT mencapai
kesepakatan tentang tujuan perusahaan dan menentukan kegiatan
yang dapat dibantu oleh IT.
Management strategic intention menghasilkan penggerak untuk
IT; strategic IT requirement menghasilkan business strategic
“demand” bagi IT; dimana IT strategic plan harus menghasilkan
technology solution segabai strategic “supply” . hasilnya adalah
sebuah strategic agenda untuk penggunaan IT pada bisnis yang
dapat juga diterjemahkan menjadi IT plans dan IT action.
2. NIE practice 2 : Innovation
Perubahan pada strategi bisnis yang disesuaikan dengan
memaksimalkan kemapuan IT yang dimiliki perushaan. IT
biasanya merespon kebutuhan bisnis, tetapi tidak jarang
perubahan bisnis didasarkan pada IT. Praktek ini secara explicit
menggerakan
manajemen
bisnis
untuk
menguak
business
opportunity yang dimungkinkan oleh IT dan juga menyediakan
cara untuk merubah opportunity tersebut kedalam strategi bisnis
19
dan perencanaan taktis. Hasilnya adalah business oportunity yang
lebih kuat dan kompetitif.
3. NIE practice 3 : Prioritization
Menilai dampak bisnis terhadap inisiatif IT, memberi prioritas
pada proyek, dan menetapkan sumberdaya untuk proyek yang
bernilai tinggi. Perusahaan harus mengeluarkan dana hanya pada
proyek yang secara langsung berhubungan dengan tujuan strategis
perushaan. Praktek ini memberi tahu project manager, tentang
proyek mana yang paling mendukung strategic intention
perusahaan, mengurutkan mereka berdasarkan dampak bisnis
diamasa depan. Sebagai hasil, uang yang dikeluarkan pada tempat
yang tepat untuk alasan yang benar pula, dengan persetujuan
business manager dan IT manager terhadap sebuah keputusan.
4. NIE practice 4 : Alignment
Mengukur dampak bisnis pada kegiatan IT yang sudah ada. Dana
yang dihabiskan untuk merawat sistem yang sudah ada adalah
dana yang tidak digunakan untuk pengembangan baru. Praktek ini
bertujuan untuk menentukan alokasi sumberdaya terhadap IT yang
selaras dengan strategic intention perusahaan. Hasil dari praktek
ini adalah pendekatan yang masuk akal untuk mengeluarkan dana
untuk aktivitas yang sudah ada.(menilai IT yang selaras dengan
tujuan bisnis)
5. NIE practice 5 : Performance Measurement
Mengukur performa IT yang berhubungan dengan bisnis. Praktek
ini memungkinkan IT untuk menentukan apa yang harus diukur,
bagaimana cara mengatur IT berdasarkan pengukuran tersebut,
dan bagaimana cara untuk mengkomunikasikan performa IT pada
manager dengan cara yang mereka pahami. Hasilnya adalah
peningkatan performa IT dan meningkatkan komunikasi dengan
business management.
20
Selain 5 praktek diatas Robert J. Benson, Thomas L. Bugnitz, dan
William B. Walton juga menjelaskan tentang 3 praktek yang dapat
mendukung ke 5 praktek NIE tersebut yaitu :
1. IT Impact Management
Praktek pendukung ini bertujuan untuk memastikan keberhasilan
pengimplementasian praktek NIE dan mencapai peneriaman dan
penyelarasan
tujuan
dari
pengendalian
pengeluaran
dan
peningkatan dampak IT pada bottom-line.
2.
Portfolios and Portfolios Management
Praktek
ini
bertujuan
untuk
memastikan
bahwa
seluruh
sumberdaya IT yang dimiliki perusahaan sejalan dengan strategi
bisnis perusahaan.
3.
Culture Management
Tujuan dari praktek ini adalah untuk member pemahaman pada
anggota management tentang dampak IT, dan menyesuaikan
proses bisnis untuk mendapatkan dampak IT yang maksimal.
2.2.3 Tujuan NIE
Setiap praktek dalam NIE mempunyai tujuan yang berbeda-beda
seperti yang dikemukakan oleh Benson dalam bukunya yang berjudul
From business strategy to IT action (2004:69) adalah sebagai berikut :
Tujuan secara keseluruhan :
1. menyediakan pandangan secara menyeluruh tentang
pengeluaran IT
2. membangun
penganggaran.
kerangka
untuk
perencanaan
melalui
21
Tujuan strategic demand/Supply planning and Inovation NIE practice:
1. Mengubungkan
dibutuhkan
sumberdaya
perusahaan
yang
untuk
ada
dan
mendukung
yang
strategic
intention,
2.
Menentukan dasar untuk mengukur portfolio yang ada dan
strategic portfolio yang akan datang,
3. Menentukan kosakata yang konsisten untuk IT dan bisnis,
4. Mendeskripsikan diaman sumberdaya IT diterapkan dan
menghubungkan IT dengan budget dan proses perencanaan
perusahaan,
5. Menyediakan
framework
untuk
mendefinisikan
IT
requirement, termasuk pembaruan dan pertumbuhan IT,
6. Menentukan hubungan pada pengukuran performa.
Tujuan Prioritization NIE practice :
1. Menentukan tujuan strategis bisnis untuk mengalokasikan
dan memprioritaskan sumberdaya ,
2. Menyediakan prospective untuk kebutuhan investasi
dimasa yang akan datang,
3. Menyediakan
dasar
untuk
mengukur
resiko
dan
keuntungan proyek.
Tujuan Alginment NIE practice :
1. menentukan dasar untuk melakukan service, quality,
reliability, dan risk assesment
2.
menentukan informasi dalam beberapa tahun kedepan
guna kepentingan penyelarasan,
3. Menggambarkan
100%
pengeluaran
IT
dan
menghubungkannya dengan tujuan strategis perusahaan.
Tujuan performance measurement NIE practice :
1. Menyediakan framework untuk keperluan pengukuran
performa dari 100% pengeluran IT,
22
2. Menghubungkan
pengukuran
performa
dengan
perencanaan strategis perusahaan,
3. Menghubungkan bussiness performance yang terpengaruh
oleh IT portfolio.
2.2.4 Strategi pembiayaan IT
Menurut Benson dalam bukunya yang berjudul From business
strategy to IT action (2004:4) strategi pembiayaan IT adalah strategi
yang diguankan untuk menentukan cost dan impact yang sesuai untuk
perusahaan dalam menentukan right decision/right result.
Sumber Benson, 2004, p5
Gambar 2.4 Kemungkinan Pengeluaran Biaya
Ada 4 jenis strategi dalam pembiayaan IT yaitu :
1. Reduce cost objective
Mengatur kinerja IT agar tetap berjalan sepert biasa tetapi dana
pembiayaan IT berkurang.
2. Stable cost objective
Dana pembiayaan IT sama seperti sebelumnya (stable) tetapi
kinerja IT harus meningkat.
23
3. Sweet spot objective
Dana pembiayaan IT berkurang dan kinerja IT meningkat.
4. Higher Growth
Pertumbuhan secara besar-besaran mulai dari dana pembiayaan IT
sehingga berdampak langsung pada peningkatan kinerja IT.
2.2.3 Portfolio
Menurut Benson dalam bukunya yang berjudul From business
strategy to IT action (2004:47) Portfolio adalah sekumpulan
sumberdaya protfolio manajemen yang digunakan dalam praktek NIE
sebagai tools untuk perencanaan dan pengambilan keputusan yang
berhubungan dengan investasi dan sumberdaya IT.
Portfolio juga berkaitan erat dengan praktek NIE berikut adalah
gambar yang menunjukan keterkaitan protfolio dengan NIE
24
Sumber Benson, 2004, p53
Gambar 2.5 Keterkaitan Portfolio Terhadap NIE (2004:53)
Ada 4 konsep dari portfolio Menurut Benson (2004:61) yaitu :
1. Konsep 1 : protfolio management diterapkan pada seluruh
sumberdaya IT perusahaan.
2. Konsep 2 : sumber daya IT dipisahkan menjadi investasi baru dan
pengeluaran IT yang sudah ada
25
Sumber Benson, 2004:57
Gambar 2.6 Portfolio Konsep 2
3. Konsep 3 : pengeluaran IT yang sudah ada diklasifikasikan
berdasarkan
prespektif
IT,
sehingga
berhubungan
dengan
technology management dalam portfolio
Sumber Benson, 2004:59
Gambar 2.7 portfolio konsep 3
4. Konsep 4 : investasi baru diklsifikasikan berdasarkan prespektif
bisnis, sama seperti investasi financial.
26
Sumber Benson, 2004:59
Gambar 2.8 Portfolio Konsep 4
Contoh Portfolio Menurut Hudiarto (2012) Mengukur investasi sistem informasi
pada kantor pusat bank BUMN menggunakan metode New Information Economics,
35, 1-8.
Tabel 2.1 Portfolio
2.2.4 Deliverable Strategy to Bottom-Line Value Chain
Menurut Benson dalam bukunya yang berjudul From business
strategy to IT action (2004 : 94) deliverable strategy to bottom-line
27
value chain adalah sebuah diagram yang berisi 12 elemen yang
menyediakan informasi kontekstual tentang informasi tentang dimana
setiap praktek NIE
dioprasikan dan dijalankan untuk menetukan
hubungan antara proses dan informasi yang berasal dari strategi bisnis
dan bottom-line outcomes.
Singkatnya Deliverable strategy to bottom-line value chain adalah
sebuah diagram berisi 12 elemen yang digunakan perusahaan untuk
mengontrol praktek NIE yang sudah dijalankan, apakah investasi IT
yang akan dilakukan perusahaan sudah sejalan dengan tujuan strategis
perusahaan, dan untuk mengetahui dampak IT terhadap bottom-line.
Sumber Benson, 2004, p94
Gambar 2.9 Deliverable Strategy to Bottom-Line Value Chain
Berikut adalah penjelasan gambar diatas:
1. Strategic intention
Berisi tentang tujuan strategis perusahaan (strategic intention) dan
juga misi perusahaan yang digunakan pada seluruh praktek NIE.
2. Assessed portfolio
Sebuah portfolio yang berisi informasi tentang alignment, service,
quality, technology, dan intensity. Yang berfungsi untuk kegiatan
perencanaan dan pengembangan kebutuhan strategis IT.
28
3. Strategic IT agenda
Strategic IT agenda mendefinisikan tentang apa yang diharapkan
oleh perusahaan dari IT yang mereka miliki agar bisa sejalan
dengan tujuan strategis perusahaan.
4. Strategic IT plan
Strategic IT plan mendefinisikan tentang apa-apa saja yang harus
dilakukan oleh organisasi IT untuk memenuhi kebutuhan dari
strategic IT agenda.
5. Strategic IT requirement
Strategic IT requirement berisi tentang inisiatif perusahaan untuk
3 sampai 5 tahun kedepan guna memenuhi kebutuhan bisnis
dimasa depan, inisiatif tersebut diprioritaskan berdasarkan tujuan
bisnis perusahaan.
6. Project
Project berisi tentang informasi proyek yang dimiliki perusahaan
saat ini.
7. Annual Project plan
Berisi tentang project tahunan yang akan dilaksanakan oleh
perusahaan pada tahun ini.
8. Annual business plan
Berisi tentang rencana tahunan taktis dan operasional untuk
seluruh unit bisnis.
9. IT Plan
IT plan berisi tentang rencana tahunan taktis dan operasional
untuk IT yang dimiliki oleh perusahaan
10. Project budget
Berisi tentang alokasi dana untuk pelaksanaan project dalam 1
tahun.
11. Lights-on budget
Lights-on budget berisi rincian dana yang digunakan untuk
membiayai aktivitas IT yang sudah dioprasikan.
12. Performance measurement
Berisi laporan mengenai
perusahaan.
IT dan penggunaannya dalam
29
Berikut ini adalah table yang menjelaskan tentang deskripsi mengenai
12 element deliverable.
Tabel 2.2 Description of the 12 Deliverable
Strategic to Bottom-Line Value Chain
Strategic Planning
Deliverable Name
Deliverable Description
1
Business Strategy intention
Mission plus weighted strategic intention
2
Assesed portfolio
As is alignment, service, quality, technology,
use
3
Strategic IT agenda for use of IT
Strategic intention to strategic initiatives
4
Strategic IT Plan
Strategic intention to strategic initiatives
5
IT Strategic Requierment
Initiatives—3 to 5 years horizon—portfolio
format
6
Project
Real, doable project
7
Annual Project Plan
One year annual horizon—with portfolio
format
Annual Tactical Planning
8
Annual Business Plan
Documentation
according
to
company
according
to
company
according
to
company
according
to
company
according
to
company
practices
9
Annual IT Plan
Documentation
practices
10
11
Annual
and
Capital Documentation
ProjectBudgets
practices
Annual Lights-On Budget
Documentation
practices
12
Performance
Metrics
Measurement Documentation
practices
Sumber benson, 2004, p96
2.2.5 Keterkaitan NIE dan Bottom-Line value chain
Menurut Benson dalam bukunya yang berjudul From business
strategy to IT action (2004:91) ada 3 point dasar yang wajib
dijalankan oleh management perusahaan untuk menghasilkan proses
management yang efektif yaitu :
30
1. perusahaan harus menjalankan 12 elemen dalam strategy to
bottom-line value chain,
2.
managment perusahaan harus menerapkan praktek NIE pada
management process yang ada,
3. Perusahaan harus fokus menjalankan strategy bottom-line value
chain dan NIE.
Dari point-point diatas dapat kita lihat keterkaitan yang sangat erat
antara strategy bottom-line value chain dan NIE, berikut adalah
penjabaran secara detail hubungan strategy bottom-line value
chain dan NIE.
1. Strategic Deman/Supply Planning
Sumber Benson, 2004:172
Gambar 2.10 Strategic Demand/Supply Planning in
the Value Chain
Ada 2 hubungan dalam perencanaan antara tujuan strategis
bisnis dan IT, yang pertama adalah dimana kita akan
menempatkan IT strategic, plan, dan action untuk mendukung
tujuan strategis bisnis, untuk menjalankan tujuan strategis
bisnis dengan merubah proses bisnis untuk mencapai hasil
yang dibutuhkan perusahaan. Hubungan tersebuat adalah yang
menjadi dasar untuk strategic demand/supply planning.
demand akan menunjukan apa yang dibutuhkan bisnis
terhadap IT; supply mendefinisikan bagaimana IT dapat
31
memenuhi demand yang ada. Strategic demand/supply
planning memastikan supply konsisten dengan demand.
2. Innovation
Sumber Benson, 2004:187
Gambar 2.11 Innovation in the Value Chain
Hubungan yang ke 2 berhubungan dengan kemampuan IT
untuk berinovasi dan berkontribusi terhadap tujuan strategis
baru. Hubungan ini menjadi dasar bagi innovation planning.
3. Prioritization
Sumber Benson, 2004:143
Gambar 2.12 Prioritization in the Value Chain
Praktek NIE prioritization terfokus pada pengukuran value
bisnis, berdasarkan dampak IT terhadap bottom-line dari
tujuan investasi IT.
32
Inti dari praktek prioritization adalah untuk mengalokasikan
sumberdaya hanya untuk project yang memiliki nilai yang
tinggi, agar inisiatif IT sejalan dengan tujuan strategis
perusahaan.
4. Alignment
Sumber Benson, 2004:151
Gambar 2.13 Alignment in the Value Chain
Menyelaraskan IT dengan strategi dan operasi bisnis,
dengan cara memaksimalkan sumberdaya IT yang ada untuk
tujuan meningkatkan performa bisnis.
5. Performance measurement
Sumber Benson, 2004:200
Gambar 2.14 Performance Measurement in the Value
Chain
33
Mengukur performa IT yang ada diperusahaan, untuk
menentukan performa dari IT yang ada dari segi efisiensi
biaya, ketersediaan infrastruktur, dan ketepatan jadwal IT,
namun perusahaan biasanya menggunakan atribut kecepatan,
dan invoasi untuk mendeskripsikan performa IT
2.2.6 dampak pada Bottom-line berdasarkan hubungan sebab akibat
Menurut Benson dalam bukunya yang berjudul From business
strategy to IT action (2004:36) bottom-line impact sangat dipengaruhi
oleh tindakan yang diambil oleh management prusahaan untuk
beberapa tahun kedepan (future management action).
Dan future management action sangat dipengaruhi oleh strategic
intention, strategic intention sendiri adalah keinginan management
untuk meningkatkan efektifitas strategi atau kegiatan operasional
perusahaan yang akan berdampak pada bottom-line.
Sumber Benson, 2004:36
Gambar 2.15 Cause and Effect to the Bottom-Line
Menurut Robert J. Benson, Thomas L. Bugnitz, dan William B.
Walton (2004:37) ada 2 jenis strategic intention yang pertama
efektifitas operasional dan efektifitas strategis, pengertian dari
34
efektifitas operasional sendiri adalah melakukan aktivitas/proses
bisnis yang serupa dengan pesaing tetapi dilakukan dengan lebih baik.
Sedangkan menurut Benson dalam bukunya yang berjudul From
business strategy to IT action (2004:37) efektifitas strategis adalah
melakukan aktivitas/proses bisnis yang berbeda dari pesaing.
Dari kedua pernyataan diatas dapat kita lihat perbedaan dari efektifitas
operasional dan efektifitas strategis, efektifitas operasional lebih
bersifat umum karena biasanya proses yang termasuk dalam
efektifitas operasional adalah aktivitas-aktivitas yang hampir semua
perusahaan melakukannya seperti : proses penjualan, proses produksi,
pendistribusian barang/jasa, dan lain-lain.
Sedangkan efektifitas strategis lebih bersifat unik tidak semua
perusahaan mempunyai aktivitas/proses bisnis tersebut, dan biasanya
dijadikan perusahaan untuk meningkatkan nilai dari produk yang
dihasilkan seperti : peningkatan kualitas barang/jasa, peningkatan
kualitas customer service, menentukan segmen pasar, dan lain-lain.
Sumber Benson, 2004:38
Gambar 2.16 contoh Strategic Intention (2004:38)
35
Menurut Robert J. Benson, Thomas L. Bugnitz, dan William B.
Walton (2004:39) ada 3 prinsip dampak pada bottom-line (Principles
of it’s bottom-line impact) yaitu :
Bottom-line principles 1 : dampak IT pada bottom-line bergantung
pada kontribusi langsung IT terhadap peningkatan keuntungan.
Bottom-line principles 2 : Kontribusi IT secara langsung untuk
meningkatkan keuntungan bergantung pada peran IT pada usaha
peningkatan efektifitas operasional dan strategis perusahaan.
Bottom-line principles 3 : IT dapat meningkatkan efektifitas
operasional dan strategis perusahaan dengan cara menjalankan IT
sesuai dengan management strategic intention.
2.2.7 Strategi dan kategori Investasi
Menurut Benson dalam bukunya yang berjudul From business
strategy to IT action (2004:139) ada 5 jenis kategori investasi IT dan
strategi untuk mengatasinya yaitu :
(skala 1-5)
Tabel 2.3 Investment Category
Investment Category
Investment Strategy
Abandon
Application should be
Alignment low
Abandon
Crisis
Application are candidate for
Alignment is high (4,5)
New investment to improve
Quality is low (1,2)
Quality, especially with high
Alignment (new project)
Noncritical stabilize
Alignment is moderate. spend as
Alignment is moderate (3) Little as possible on maintenance
And enhancement
Improve only as needed
Although alignment is high
36
Alignment is high (4,5)
Quality is adequate. Spend
Quality is moderate (3)
Money only in emergency or
As resource are left over
Excellent monitor
Monitor application for quality
Alignment is high (4,5)
Issues. Spend money to maintain
Quality is high (4,5)
Quality levels, but new investment
Is likely not necessary.
Sumber Benson, 2004:134
Penjelasan dari table diatas :
1. Abandon kondisi dimana IT sudah tidak sejalan dengan tujuan
strategis perusahaan, sehingga disarankan untuk meninggalkan IT
tersebut.
2. Crisis kondisi dimana IT sangat mendukung tujuan strategis
perusahaan tetapi tidak ditunjang dengan kualitas yang baik, maka
disarankan untuk mendanai IT tersebut guna memperbaiki
kualitasnya.
3. Noncritical stabilize kondisi dimana IT yang ada cukup
mendukung tujuan strategis perusahaan diikuti dengan kualitas
yang memenuhi standard, jadi pada kondisi ini disarankan untuk
mengeluarkan dana seminimal mungkin pada maintenance dan
pengembangan IT.
4. Improve only as needed kondisi dimana IT sangat mendukung
tujuan strategis perusahaan dan kualitasnya juga memenuhi
standard, untuk kondisi ini disarankan untuk tidak banyak
mengeluarkan dana untuk IT ini kecuali dalam keadaan darurat
atau masih ada dana yang tersisa.
5. Excellent monitor kondisi dimana IT sangat mendukung tujuan
strategis perusahaan dan ditunjang dengan kulitas IT yang tinggi,
37
pada kondisi ini disarankan untuk mengeluarkan dana hanya untuk
keperluan monitoring dan menjaga kualitas, investasi pada IT baru
tidak terlalu dibutuhkan.
2.2.8 Porter’s Five Competitive Forces Model
Menurut Pearson (2009:53) Porter’s Five Competitive Forces
Model adalah sebuah framework yang menyediakan pandangan klasik
kepada manager terhadap kekuatan utama yang membentuk
lingkungan yang kompetitif dari sebuah perusahaan. Kelima kekuatan
kompetitif ini dapat diaplikasikan agar dapat mempengaruhi satu
sama lainnya. Pandangan ini mengingatkan manager bahwa kekuatan
kompetitif ini tidak hanya dihasilkan dari tindakan langsung
kompetitor. Kekuatan-kekuatan kompetitif tersebut dibagi menjadi
lima jenis, di antaranya adalah:
1. Potential Threat of New Entrants
Melakukan bisnis di pasar yang dapat menghasilkan
keuntungan besar seringkali dapat menjadi lahan bagi
pesaing bisnis yang merupakan pendatang baru, oleh
karena itu perusahaan saat ini banyak menciptakan
penghalang-penghalang bagi pendatang baru tersebut,
yaitu dengan membuat atau menawarkan barang maupun
jasa yang sulit untuk digantikan oleh pelanggan. Barang
atau jasa tersebut biasanya bersifat unik.
2. Bargaining Power of Buyers
Pelanggan merupakan hal yang sangat penting untuk
diperhatikan oleh perusahaan, karena bila tidak ada
pelanggan yang membeli barang atau jasa yang dijual oleh
perusahaan maka tidak akan ada keuntungan yang didapat.
Perusahaan diusahakan untuk mempunyai kemampuan
dalam menjaga loyalitas pelanggan di antaranya dengan
cara menjaga harga barang atau jasa agar sesuai dengan
38
pelanggan
sehingga
pelanggan
dapat
setia
dengan
perusahaan.
3. Bargaining Power of Suppliers
Kekuatan yang dimiliki oleh pemasok terkadang dapat
mempengaruhi
keuntungan
yang
didapatkan
oleh
perusahaan. Hal ini dapat terjadi apabila perusahaan hanya
memiliki satu pemasok untuk barang yang diproduksi,
bahan baku yang diberikan oleh pemasok tersebut
mungkin
saja
kurang
berkualitas
sehingga
dapat
mempengaruhi kualitas produk yang akan dijual oleh
perusahaan.
Oleh karena itu,
sangat baik apabila
perusahaan memiliki lebih dari satu pemasok untuk dapat
meningkatkan kualitas barang yang dihasilkan.
4. Threat of Substitute Products
Potensi akan produk pengganti di dalam sebuah pasar
tergantung oleh keinginan pelanggan untuk mengganti
produk tersebut, harga dan performa produk pengganti
tersebut, dan tingkatan perubahan biaya yang dihadapi
oleh pelanggan. Gudang informasi dan kreativitas sangat
dibutuhkan untuk mengurangi ancaman dari produk
pengganti,
karena
perusahaan
dapat
memanfaatkan
informasi tersebut untuk membuat produk yang unik
sehingga pelanggan tidak merasa perlu untuk berpindah ke
produk lain.
5. Industry Competitors
Pesaing bisnis perusahaan merupakan ancaman serius bagi
perusahaan, karena itu kekuatan suatu perusahaan dapat
diukur dari daya saing perusahaan itu sendiri terhadap
kompetitor
39
2.2.10 Analisa SWOT
Menurut kurtz (2008:45), SWOT analisis adalah suatu alat
perencanaan strategik yang penting untuk membantu perencanaan untuk
membandingkan kekuatan dan kelemahan internal organisasi dengan
kesempatan dan ancaman dari eksternal.
Step-step yang dilakukan untuk menyusun analisa SWOT menurut Menurut
kurtz (2008, p46)
Sumber Kurtz(2008:46)
Gambar 2.18 Langkah-langkah SWOT
Menurut Bernard (2005, p118) SWOT adalah aktivitas dasar yang harus
dilakukan oleh perusahaan dalam mengembangkan strategic plan, SWOT
terdiri dari :
1. Strength
Kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan itu sendiri, biasanya strength
berasal dari internal perusahaan itu sendiri
2. Weakness
Kelemahan yang dimiliki perusahaan biasanya terjadi akibat kurangnya
inovasi yang dilakukan perusahaan, dan kelemahan berasal dari internal
perusahaan itu sendiri
3. Opportunity
Peluang datang dari luar perusahaan, maka dari itu peluang bersifat
external
4. Threat
40
Ancaman bersal dari luar perusahaan seperti ancaman competitor, produk
pengganti, dan lain-lain, maka dari itu threat bersifat external
Sumber Bernard (2005:118)
Gambar 2.19 SWOT
2.2.11 Analisa PEST
Menurut Peppard (2002,:70) PEST adalah analisa yang dilakukan
pada lingkungan external makro yang dapat mempengaruhi
perusahaan. PEST sangat penting bagi perusahaan sebagai bahan
pertimbangan dalam melakukan proses marketing terhadap suatu
lingkungan.
Analisa PEST terdiri dari Politik, Ekonomi, Sosial, dan Teknologi
komponen tersebut berfungsi untuk menggambarkan lingkungan kerja
dari faktor lingkungan makro dalam proses pengamatan lingkungan.
41
Sumber http://pestleanalysis.com/what-is-pest-analysis/
Gambar 2.20 PEST
1. Politik
Berkaitan dengan ketetapan dan kebijakan pemerintah serta legal
issue yang dimiliki perusahaan
2. Ekonomi
Berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi internal dan external
perusahaan.
3. Sosial
Berkaitan dengan lingkungan sosial, komunitas sosial,
kesejahteraan pekerja, kesehatan pekerja, dan lain-lain.
4. Teknologi
Berkaitan dengan perkembangan teknologi didalam perusahaan.
42
2.2.12 Matrix EFAS
Menurut Rangkuti (2006:22), sebelum membuat matrik EFAS (External
Factors Analysis Summary), kita perlu mengetahui terlebih dahulu faktor strategi
eksternal. Berikut ini adalah cara-cara penentuan faktor strategi eksternal (EFAS)
Tabel 2.4 Matrik EFAS (External Strategy Factor Analysis Summary)
FAKTOR STRATEGI
BOBOT
RATING
EKSTERNAL
BABOT*RATIN
G
CATATA
N
Peluang
Total Peluang
Ancaman
Total Ancaman
Total EFAS
Penjelasan :
1. Menginput nilai peluang dan ancaman dalam kolom 1.
2. Memberikan nilai bobot dalam kolom 2, mulai dari 1,0
(sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Jumlah
semua bobot tidak boleh lebih dari 1,00.
3. Menentukan rating dalam kolom 3, yang mempunyai skala
mulai dari 4 (outstanding) sampai 1 (poor) berdasarkan
kondisi dari perusahaan. Pemberian nilai rating untuk
peluang 1 berarti sdikit peluang dan 4 berarti banyak
peluang, sedangkan untuk ancaman 1 berarti banyak
ancaman dan 4 berarti sedikit ancaman.
4. Mengalikan bobot kolom 2 dengan rating di kolom 3,
kemudian hasil pembobotan untuk masing-masing faktor
yang nilainya mulai dari 4,0 sampai 1,0 pada kolom 4.
5. Pada kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan
mengapa faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor
pembobotannya dihitung.
43
Menjumlahkan skor pembobotan (kolom 4), untuk memperoleh total nilai
bagi perusahaan yang menunjukan bagaimana perusahaan bereaksi terhadap
faktor-faktor strategi eksternalnya dan juga dapat digunakan untuk
perbandingan dengan perusahaan pesaing.
2.2.13 IFAS
Menurut Rangkuti (2006:24), faktor-faktor strategis internal suatu
perusahaan sangat dibuthukan, untuk menyusun matrix IFAS (Interval
Strategic Factors Analysis Summary)
untuk merumuskan faktor-faktor
strategis internal tersebut dalam kerangka kekuatan (Strength) dan kelemahan
(Weakness) perusahaan.
Table 2.5 MATRIKS IFAS (Interval Strategic Factors Analysis Summary)
FAKTOR STRATEGI
BOBOT RATING
BABOT*RATING
CATATAN
INTERNAL
Kekuatan
Total Peluang
Kelemahan
Total Kelemahan
Total IFAS
Penjelasan :
1. Menginput nilai kekuatan dan kelemahan dalam kolom 1.
2. Memberikan nilai bobot dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat
penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Jumlah semua bobot
tersebut tidak boleh lebih dari 1,00.
3. memberikan rating dalam kolom 3, yang mempunyai skala mulai
dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan kondisi
perusahaan tersebut. Pemberian nilai rating untuk kekuatan 1
berarti kekuatan kecil dan 4 berarti kekuatan besar, sedangkan
untuk ancaman 1 berarti kelemahan besar dan 4 berarti kelemahan
kecil.
44
4. Mengalikan bobot kolom 2 dengan rating di kolom 3, kemudian
hasilnya pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya
mulai dari 4,0 sampai 1,0 pada kolom 4.
5. Pada kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa
faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya
dihitung.
6. Menjumlahkan skor pembobotan (kolom 4), untuk memperoleh
total nilai bagi perusahaan yang menunjukan bagaimana
perusahaan bereaksi terhadap faktor-faktor strategi internalnya
dan juga dapat digunakan untuk perbandingan dengan perusahaan
pesaing.
Download