BAB II

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Balanced Scorecard
Balanced scorecard adalah suatu pendekatan untuk memberi penilaian hasil kerja
suatu organisasi yang ditemukan oleh Kaplan dan Norton di tahun 1992 dan
dikembangkan oleh Kaplan dan Atkinson di tahun 1998. Balanced scorecard
menghubungkan antara tujuan suatu perusahaan dengan sudut pandangan finansial,
pelanggan, pembelajaran dan pertumbuhan, dan bisnis proses internal. Dalam menilai
keberhasilan proses yang sedang berlangsung, balanced scorecard tidak hanya
bergantung kepada satu pengukuran keberhasilan saja tetapi kepada keseluruhan aspek
pengukuran.
Balanced scorecard menjelaskan secara rinci visi dan strategi kedalam tujuan,
pengukuran, target, dan inisiatif untuk masing-masing sudut pandang (finansial,
pelanggan, pembelajaran dan pertumbuhan, dan proses bisnis internal).
Gambar 2.1 memperlihatkan hubungan yang terintegrasi antara visi dan strategi
dengan sudut pandang finansial, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan
pertumbuhan. Masing-masing sudut pandang mempunyai tujuannya masing-masing.
Tujuan masing-masing sudut pandang diselaraskan dalam bentuk key performance
indicator.
FINANSIAL
PELANGGAN
VISI dan
STRATEGI
PROSES
BISNIS
INTERNAL
PEMBELAJARAN
dan
PERTUMBUHAN
Gambar 2.1 Balanced Scorecard
2.1.1 Visi dan Strategi
Pada umumnya visi adalah suatu jawaban dari pertanyaan “Apakah bidang bisnis
yang dijalankan?”. Visi suatu perusahaan merupakan aspirasi pandangan pemimpin
tertinggi suatu organisasi usaha. Dimulai dari visi kemudian direncanakan strategi untuk
mencapai visi tersebut. Strategi adalah suatu cara untuk menggerakkan sumber daya yang
ada dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan.
Strategi merupakan kumpulan dari keputusan-keputusan dan langkah-langkah
nyata yang akan menghasilkan formulasi dan implementasi rencana kerja dalam rangka
mencapai tujuan perusahaan. Partisipasi pimpinan tertinggi adalah mutlak dalam
menentukan arah tujuan jangka panjang, proses pengambilan keputusan yang rumit, dan
menyiapkan sumber daya.
Strategi diterapkan pada lapisan manajemen tertinggi, menengah, dan tingkat
operasional. Semakin rendah tingkatan manajemen, maka strategi haruslah semakin rinci,
bertujuan lebih pendek, dan lebih bersifat penerapan. Semakin rendah tingkatan
manajemen, maka akan semakin banyak jumlah departemen, bagian, atau unit kerja.
Semakin rendah tingkat manajemen, maka akan semakin banyak usaha untuk
mengkoordinasi dan mengontrol strategi.
2.1.2 Finansial
Aspek finansial ditujukan untuk menjaga dan meningkatkan nilai ekonomi.
Tujuan suatu usaha adalah memaksimalkan nilai uang para pemegang saham. Dengan
kata lain, langkah-langkah yang diambil haruslah bertujuan memaksimalkan keuntungan
dengan memaksimalkan output dari keterbatasan sumber daya yang ada. Keuntungan
dapat bersifat jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
2.1.3 Pelanggan
Aspek supplier dan pelanggan diterapkan mulai dari pemasok, produsen,
distributor, dan pelanggan. Aspek ini juga diterapkan untuk proses internal di dalam suatu
perusahaan.
Pelanggan mempunyai harapan tertentu terhadap produk atau jasa yang
ditawarkan oleh supplier. Harapan ini dinyatakan dalam karakteristik kualitas untuk
produk atau jasa yang ditawarkan. Di lain pihak, supplier mempunyai keterbatasan dalam
menghasilkan produk atau jasa yang ditawarkan. Keterbatasan ini dinyatakan dalam
process capability. Idealnya terdapat kesamaan persepsi antara karakteristik kualitas dan
process capability.
2.1.4 Proses Bisnis Internal
Proses bisnis internal perlu diidentifikasikan dalam menentukan karakteristik
biaya, mutu, waktu, dan kinerja. Hal ini akan memberikan produk yang berkualitas tinggi
seperti apa yang diharapkan oleh pelanggan.
2.1.5 Pembelajaran dan Pertumbuhan
Tujuan dari persepektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah menyiapkan
infrastruktur dan sumber daya manusia dalam rangka mendukung tujuan ketiga perspektif
lainnya yang telah dibahas sebelumnya.
2.2 Operations Management
Kamus Webster mendefinisikan kata operation sebagai suatu kegiatan atau cara
menjalankan operasi dan sebagai suatu proses dari rangkaian proses. Kata-kata kunci
dalam definisi operation adalah:
1. proses,
2. input (informasi/barang/uang),
3. output (informasi/barang/uang), dan
4. kontrol proses.
KONTROL
INPUT
PROSES
OUTPUT
Gambar 2.2 Input, Output, Proses dan Kontrol
Pada umumnya proses operasi yang terjadi dalam suatu industri manufaktur
teridiri atas proses utama dan proses pendukung. Proses utama terdiri atas:
1. Penerimaan order dari pelanggan,
2. Perencanaan produksi,
3. Proses produksi,
4. Pengiriman barang jadi ke pelanggan.
Sedangkan proses pendukung terdiri atas:
1. Penelitian dan pengembangan produk,
2. Pembelian dan penyimpanan bahan baku,
3. Quality control.
Pelanggan
Penelitian &
Pengembangan
Penerimaan
Order
Gambar 2.3 Business Process
Semua proses diatas pada akhirnya akan menimbulkan biaya-biaya yang akan
dibebankan kepada harga jual produk. Biaya-biaya ini dikelompokkan ke dalam direct
cost, indirect cost, dan hidden cost.
2.2.1 Aktivitas yang Berhubungan dengan Direct Cost
Direct cost berkaitan erat dengan banyaknya produk yang dihasilkan. Hal hal
yang digolongkan ke dalam direct cost adalah:
a. Direct raw material dan packaging cost,
b. Direct labor cost,
c. Energy cost,
d. Freight cost untuk produk yang di kirim ke pelanggan, dan
e. Sales commissions.
2.2.1.1 Direct Raw Material Cost dan Packaging Cost
1. Penentuan harga pokok raw material dan packaging,
2. Penentuan biaya pengiriman raw material dan packaging dari supplier ke
manufatur,
3. Penentuan biaya asuransi pengiriman,
4. Perhitungan biaya import duty,
5. Perhitungan biaya custom clearance dan transportasi, serta
6. Aktivitas yang berhubungan dengan biaya lain-lain.
2.2.1.2 Direct Labor Cost
2.2.1.2.1 Facility Layout
Hubungan antar fungsi di dalam suatu organisasi diukur kedalam tingkat
banyaknya kejadian transaksi dan tingkat pentingnya transaksi tersebut. Semakin sering
dan semakin penting transaksi anatar dua fungsi, maka lokasi kerja kedua fungsi tersebut
ditempatkan pada area yang berdekatan.
2.2.1.2.2 Ergonomics
Tempat kerja direncanakan sedemikian rupa dengan memperhatikan postur posisi
pekerja sehari-hari dalam menjalankan tugas.
2.2.1.3 Energy Cost
Aktivitas yang berhubungan erat dengan penggunaan energi adalah penggunaan
mesin produksi, penerangan, dan pendingin ruangan. Energi lestrik untuk mesin produksi
haruslah digunakan seefektif mungkin. Penggunaan listrik untuk penerangan dapat
dihindari dengan memanfaatkan sinar matahari. Penggunaan pendingin ruangan haruslah
memperhatikan tingkat efisiensinya.
2.2.1.4 Freight Cost ke Pelanggan
Biaya pengiriman tergantung kepada jumlah, jarak, dan jadwal pengiriman.
Proses pengambilan keputusan yang berdasarkan analisa kualitatif dan kuantitatif akan
memberikan hasil yang optimum sehingga biaya pengiriman ke pelanggan dapat
diminimalkan.
2.2.2 Aktivitas yang Berhubungan dengan Indirect Cost
Indirect cost tidak berhubungan langsung dengan banyaknya produk yang
dihasilkan. Hal hal yang termasuk ke dalam indirect cost adalah:
a. Administrative salary,
b. Depresiasi mesin,
c. Asuransi,
d. Biaya periklanan / promosi,
e. Pajak,
f. Sewa property dan transportasi.
2.2.3 Aktivitas yang Berhubungan dengan Hidden Cost
Hal hal yang digolongkan kedalam hidden cost adalah:
a. Quality cost,
b. Inventory cost (inventory carrying cost, controlling cost/stock counting
discrepancy), dan
c. Maintenance failure cost.
2.2.3.1 Manajemen Kualitas
Philip B. Crosby dalam bukunya yang berjudul Quality is free mendefinisikan
quality sebagai berikut: “Menjadikan semua tingkatan manajemen mengerjakan semua
hal lebih baik dari yang biasa dikerjakannya. Semua tingkatan manajemen adalah
manajemen tertinggi, menengah, dan bawah. Adalah tanggung jawab manajemen
tertinggi untuk memastikan bahwa semua fungsi manajemen memiliki kesempatan untuk
memperlihatkan tanggung jawabnya.”
W. Edwards Deming dalam bukunya Out of the Crisis mendefinisikan quality
sebagai berikut: “Pelanggan adalah bagian paling penting dari produksi. Quality harus
ditujukan kepada kebutuhan pelanggan baik saat ini maupun saat yang akan datang.
Quality dimulai dengan tujuan yang ditentukan oleh manajemen. Tujuan ini harus
diterjemahkan oleh engineer dan pihak lainnya kedalam rencana, spesifikasi, test, dan
produksi.”
Implementasi teknik statistik dalam quality control akan dibahas pada bab III.
Teknik ini adalah statistical quality control.
2.2.3.2 Manajemen Persediaan Barang
Persediaan barang merupakan asset yang dapat digolongkan sebagai investasi
yang sangat berhubungan dengan arus kas. Persediaan barang dapat berupa bahan baku,
barang setengah jadi, dan produk jadi.
Persediaan barang diukur dalam bentuk kuantitas dan dalam bentuk nilai rupiah.
2.2.3.3 Manajemen Perawatan
Manajemen perawatan mempunyai dampak terhadap jalannya operasi produksi.
Kegagalan dalam menjalankan manajemen perawatan dapat menyebabkan kegagalan
produksi yang dapat diterjemahkan kedalam biaya dan waktu yang terbuang dengan
percuma.
Download