BUDIDAYA KELINCI Ayo diskusi tentang aku LUCU GA?? Tugas diskusi: 1. Jenis budidaya kelinci 2. Jenis kelinci 3. Ransum kelinci 4. Penyakit kelinci 5. Obat-obatan umum untuk kelinci 6. Budidaya Kelinci Hias 7. PELUANG BISNIS, BUDIDAYA KELINCI HIAS (http://fabians8.blogspot.com/2011/01/budidaya-kelinci-hias.html) Budidaya kelinci memang menggiurkan. Apalagi kelinci hias, harganya bisa 10 kali lipat harga kelinci konsumsi yang biasa kita temui dan di pelihara di setiap rumah. Dan taukah anda kalau kelinci tidak hanya memiliki harga yang mahal tetapi juga urine dan fecesnya dari kelinci pun bisa dijadikan uang. Apabila hobi kita berwisata kuliner pasti sependapat bahwa restoran dengan menu daging kelinci kian menjamur dan berkembang pesat saat ini. Tekstur daging yang lembut dan gurih makin digemari karena kandungan kolesterol daging kelinci jauh lebih rendah dibandingkan daging sapi atau kambing sehingga lebih sehat bila dikonsumsi oleh semua orang dan juga orang yang memiliki penyakit kolesterol tidak perlu khawatir karena bias mencicipi daging kelinci yang gurih dan lembut ini. Sejatinya budidaya kelinci telah lama pula dilakukan orang. Sebab keuntungan beternak kelinci lumayan menggiurkan. Binatang ini sudah siap kawin ketika memasuki usia enam bulan dan masa buntingnya yang relatif pendek, yakni 29-31 hari. Sekali reproduksi kelinci beranak 4-12 ekor anak sekaligus, artinya tidak butuh waktu lama untuk mencapai titik impas usaha. Namun tidak hanya itu, seiring berkembangnya kelompok masyarakat penyuka binatang hias, hewan imut-imut bertubuh mungil dengan bulunya yang lembut itu telah masuk hitungan sebagai incaran para pehobi dan pecinta kelinci yang saat ini kian banyak dan berkembang. Maka dari sisi nilai ekonomi jelas usaha dan budidaya kelinci ini semakin menguntungkan. Bila kita hitung secara lebih rinci, kelinci hias mulai memiliki nilai jual setelah 2,5 bulan. Dalam setahun seekor indukan mengalami tiga kali masa kawin atau tiga kali bunting. Taruh kata, rata-rata sekali beranak melahirkan 5 ekor, berarti dalam setahun menghasilkan 15 anakan. Dengan harga jual Rp 75.000,00-Rp 100.000,00, maka setahun per ekor bisa menghasilkan pendapatan hingga Rp 1.500.000,00, dengan kelangsungan hidup mencapai umur 4 tahun. Indukan yang sudah tidak produktif tersebut masih memiliki nilai ekonomis, yakni sebagai hewan potong di resto atau warung sate kelinci yang kian marak saat ini. Memang benar, untuk memenuhi selera konsumen, kita tidak hanya mengandalkan satu jenis kelinci local saja, melainkan juga mendatangkan beberapa jenis kelinci hias dari luar negeri, seperti lop, angora, rex, hotot, dutch, dwarf, lion, maupun flemish giant, jenis jenis kelinci tersebut memiliki angka jual yang cukup mahal namun anda akan merasa puas apabila anda sudah memilikinya. Kelinci-kelinci tesebut merupakan kelinci yang saat ini sedang popular untuk jenis impor. Perbedaannya, apabila kelinci lokal secara fisik bagian mulut dan telinganya lebih panjang, tubuhnya relatif lebih besar dengan bobotnya 2-3 kg dan biasanya terdapat pola-pola di atas bulu, kelinci jenis impor memiliki banyak jenis motif dan lebih variatif. Ada kelinci berjenis kuping turun, kuping kecil, dan sebagainya. Kelinci jenis hotot yang paling besar bobot tubuhnya hanya 1,5 kg. Tetapi terdapat pula kelinci impor, yakni flemish giant, per ekor beratnya bisa mencapai 10 kg. Diposkan oleh Fabians Vandentilard di 06:58