BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hewan eksotis seperti kelinci dewasa ini banyak dikembangbiakkan baik untuk sektor konsumsi maupun hewan hias. Namun, beberapa pemilik tidak berkeinginan untuk memiliki banyak kelinci sehingga bagi dokter hewan sangat baik untuk menyarankan kastrasi bagi kelinci jantan. Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas dan mutu kulit bulu kelinci terutama kelinci Rex jantan adalah dengan kastrasi. Kastrasi adalah memutuskan saluran reproduksi kelinci jantan dengan jalan memotong vasdeferen atau epididimis yang menghubungkan testis dengan penis, sehingga kelinci tidak dapat memproduksi semen/spermatozoa, akibatnya kelinci menjadi mandul/invertil. Teknik kastrasi ada 3 cara : yaitu pengikatan epididimis/operasi, insisi pada testis dan injeksi. Namun yang paling mudah dan efektif dilakukan adalah pengikatan epididimis pada kelinci umur < 2.5 bulan karena ternak tidak terlalu kuat bergerak sehingga memudahkan melakukan kastrasi, waktu relatif lebih lama sesudah dikastrasi dan sebelum ternak dipotong pada umur 5 – 6 bulan, sehingga bobot badan lebih besar serta mutu kulit yang lebih baik dari cara kastrasi yang lainnya 1.2 Tujuan Adapun tujuan dilakukannya kastrasi antara lain, meningkatkan produktivitas dan mutu kulit bulu kelinci terutama kelinci Rex jantan, mengurangi over populasi kelinci. 1.3 Manfaat Adapun manfaat dilakukannya kastrasi pada kelinci antara lain, mutu bulu kelinci dapat meningkat serta membantu owner untuk mengurangi populasi kelinci BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Orchiectomy Orchiectomy atau Kastrasi adalah memutuskan saluran reproduksi kelinci jantan dengan jalan memotong vasdeferen atau epididimis yang menghubungkan testis dengan penis, sehingga kelinci tidak dapat memproduksi semen/spermatozoa, akibatnya kelinci menjadi mandul/in vertil. Kastrasi dapat mempercepat pertumbuhan karena hormon androgen yang digunakan untuk reproduksi dihilangkan sehingga lebih ditujukan untuk pertumbuhan. Selain kulit bulu yang dihasilkan menjadi lebih tipis dan lemas dan mungkin bulu yang lebih mengkilap. Sisi negatif kastrasi, pada umumnya akan meningkatkan jumlah lemak, namun hal ini diduga dapat meningkatkan kilapan pada bulu, sehingga meningkatkan nilai tambah pada bulu (Mitchell, 2012) 2.2 Anatomi Reproduksi Kelinci Jantan Organ utama sistem reproduksi kelinci jantan adalah testis yang berfungsi menghasilkan spermatozoa dan hormon yang dapat mempengaruhi fungsi reproduksi dan tingkah laku kelinci, Testis terdiri atas sepasang organ yang berbentuk oval dengan panjang kurang lebih 25mm dan berat setiap testis kira-kira 2g tergantung pada umur, berat badan dan jenis kelinci. Spermatozoa dihasilkan di dalam tubulus seminiferus testis atas pengaruh FSH (Follicle Stimulating Hormone) sedangkan testosteron diproduksi oleh sel Leydig atas pengaruh ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormone). Jumlah Sel Leydig berbeda antar spesies. Pada kelinci dan tikus sel Leydig berkembang sangat baik dan menghuni tempat yang sangat luas dari volume total testis. Epididimis adalah suatu struktur memanjang yang melekat pada testis yang terdiri atas kepala, badan dan ekor. Fungsi epididimis ada 4 yaitu: transportasi, konsentrasi, pendewasaan dan penyimpanan spermatozoa. Di dalam epididimis untuk menjadi spermatozoa yang fungsional, spermatozoa mengalami perubahan secara biokimia maupun morfologi (Harcourt-Brown & Chitty, 2014). 2.3 Fisiologi Kelinci Pulsus normal kelinci 120 – 150 kali/menit. Laju respirasi 30 – 60 kali/menit. Sedangkan suhu tubuh normal kelinci 101.3 – 104F atau 38°C - 39°C (Harcourt-Brown & Chitty, 2014). 2.4 Premedikasi Premedikasi adalah pemberian zat kimia sebelum tindakan anestesi umum dengan tujuan utama menenangkan pasien, menghasilkan induksi anestesi yang halus, mengurangi dosis anestetikum, mengurangi nyeri selama operasi maupun pasca operasi. Pemberian premedikasi juga bertujuan untuk mengurangi metabolisme basal sehingga induksi dan pemeliharaan anestesi menjadi lebih mudah dan memerlukan obat anestesi yang lebih sedikit dengan mengurangi dosis anestesi, akan membuat hewan penderita sadar lebih cepat setelah operasi selesai. Trauma pembedahan sering menyebabkan gerak refleks dari hewan penderita sehingga pemberian analgetika dapat diberikan untuk menekan refleks yang tidak diinginkan atau mencegah gerak tubuh yang tidak disadari. Acepromazine digunakan sebagai tranquilizer pada anjing dan kucing. Termasuk golongan phenotiazine, cara kerjanya dengan mendepres dopamin, dimetabolisme di hati dan diekskresikan melalui urin. Acepromazine dapat digunakan sebagai sedasi ketika transportasi hewan sehingga hewan merasa nyaman dan seperti tertidur. Efek samping acepromazine yaitu hipotensi, anemia dan dehidrasi. Pada kuda dan anjing ras boxer penggunaan acepromazine sebaiknya dihindari (Setiawan, 2012). Acepromazine adalah golongan phenothiazine neuroleptik yang mempunyai potensi untuk memblok postsinapsis reseptor dopamin. Dopamin terutama berfungsi sebagai penghambat aktivitas otak (Adams 2008). Acepromazine mendepres susunan syaraf pusat (CNS) sehingga menghasilkan efek sedasi, relaksasi otot, dan menurunkan aktifitas refleks. Selain itu efek lainnya adalah anti kholinergik, antihistamin dan memblok alphaadrenergik. Acepromazine seperti golongan phenothiazine lainnya dimetabolisme di hati dan ekresinya melalui urin. Acepromazine digunakan sebagai agen preanestesi, sebagai pengontrol satwa liar, antiemetik pada anjing dan kucing dan sebagai tranquilizer pada kuda. Acepromazine akan lebih efektif apabila dikombinasikan dengan tranquilizer lainnya dan dengan senyawa yang mempunyai potensi sebagai anestesi general. Tranquilizer harus diberikan dalam dosis yang kecil selama anestesi general dan hewan yang lemah, hewan dengan penyakit jantung, hypovolemik atau shock (Setiawan, 2012). 2.5 Anestesi Pemberian obat anestesi dimaksudkan untuk menghilangkan kesadaran dan rasa sakit serta mengurangi timbulnya konvulsi otot saat terjadinya relaksasi otot, dengan demikian tindakan operasi dapat dilakukan pada pasien dengan aman. Tujuan dari pemberian anestesi adalah mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dengan meminimalkan kerusakan beberapa organ tubuh terutama pada pasien dengan kondisi khusus, seperti pada pasien tua, bayi, atau penderita penyakit komplikasi. Selain itu, tujuan anestesi juga untuk membuat hewan tidak terlalu banyak bergerak bila dibutuhkan relaksasi muskulus (Yudaniayanti & Maulana, 2010). Ketamin merupakan jenis obat anestesi yang dapat digunakan pada hampir semua jenis hewan. Ketamin dapat menimbulkan efek yang membahayakan, yaitu takikardia, hipersalivasi, meningkatkan ketegangan otot, nyeri pada tempat penyuntikan, dan bila berlebihan dosis akan menyebabkan pemulihan berjalan lamban dan bahkan membahanyakan. Efek samping yang tidak diharapkan dari suatu pembiusan itu dapat diatasi dengan mengkombinasikan obat-obatan dan mengambil kelebihan masing-masing sifat yang diharapkan. Kombinasi yang paling sering digunakan untuk ketamin adalah xylazine. Kedua obat ini merupakan agen kombinasi yang saling melengkapi antara efek analgesik dan relaksasiotot, ketamin memberikan efek analgesik sedangkan xylazine menyebabkan relaksasi otot yang baik. Penggunaan xylazine dapat mengurangi sekresi saliva dan peningkatan tekanan darah yang diakibatkan oleh penggunaan ketamin. Penggunaan kombinasi ketaminxylazine sebagai anestesi umum juga mempunyai banyak keuntungan, antara lain : mudah dalam pemberian, ekonomis, induksinya cepat begitu puladengan pemulihannya, mempunyai pengaruh relaksasi yang baik dan jarang menimbulkan komplikasi klinis (Yudaniayanti & Maulana, 2010). 2.6 Terapi Cairan Terapi cairan merupakan tindakan pengobatan yang penting pada pasien dalam kondisi kritis. Proses pembedahan sangat banyak menghilangkan cairan tubuh, sehingga harus dilakukan penggantian cairan tubuh secara cepat. Tujuan utama pemberian terapi cairan yaitu untuk mengatasi dehidrasi, pemulihan volume sirkulasi darah pada keadaan hipovolemia maupun shock dan mempertahankan kadar elektrolit dan asam basa tubuh kedalam batas normal (Suartha, 2010b). Jenis cairan yang digunakan dalam terapi cairan dikelompokkan menjadi larutan kristaloid dan koloid. Larutan kristaloid adalah larutan yang dapat menembus membran sel dengan mudah. Larutan ini mengandung elektrolit dalam berbagai macam komposisi. Kandungan utamanya adalah natrium. Apabila dimasukkan ke dalam tubuh, lebih dari 75% larutan kristaloid akan meninggalkan ruang intravaskular dalam waktu 30 menit setelah pemberian. Larutan koloid adalah larutan yang memiliki osmolalitas lebih tinggi dari cairan ekstraseluler. Larutan koloid tidak dapat menembus dinding pembuluh darah dan menjaga tekanan osmotik cairan darah. Pemberian cairan koloid bersamaan dengan cairan kristaloid pada waktu resustensi atau maintenance akan memulihkan dan mempertahankan tekanan intravaskular (Suartha, 2010b). Normal saline atau NaCl 0.9% merupakan larutan fisiologis yang memiliki kandungan 154mEq Natrium (Na) dan 154mEq Chloride. Larutan ini tergolongan pada cairan isotonik. Larutan isotonik adalah larutan yang memiliki osmolalitas sama dengan serum darah sehingga sangat berguna untuk maintenance dan terapi shock. Namun, jenis larutan ini harus dihindari pada pasien yang menderita gagal jantung, hipertensi dan asidosis metabolik (Suartha, 2010b). BAB III METODOLOGI 3.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Alat: 1. Silet 2. Tali restrain 3. Scalpel handle 4. Blade 5. Gunting tajam-tumpul 6. Gunting tajam-tajam 7. Pinset anatomis 8. Pinset Chirurgis 9. Arteri clamp 10. Needle holder 11. Needle 12. Towel 13. Handscoen 14. Spoit / Alat suntik 15. Tampon Bahan: 1. Kelinci 2. Cutgut chromic 3,0 3. Alkohol 4. Betadine 5. Acepromazine 6. Ketamin 7. Xylazine 3.2 Prosedur Operasi 3.2.1 Persiapan Alat 3.2.2 Persiapan Hewan 3.2.3 Persiapan Operator 3.2.4 Prosedur Operasi BAB IV HASIL 4.1 Analisa Prosedur Sebelum melakukan operasi, alat-alat yang digunakan seperti blade dan scalpel, arteri clamp, gunting tajam-tajam, jarum ujung segitga, pinset chirurgis dan anatomis harus berada dalam keadaan steril agar tidak terjadi kontaminasi yang dapat menghambat proses penyembuhan luka (Komang et al, 2011). Prosedur kastrasi yang dilakukan yakni kastrasi tertutup. Pada kastrasi tertutup, sayatan hanya sampai pada tunika dartos, sehingga testis masih terbungkus oleh tunika vaginalis communis. Pengikatan dan penyayatan dilakukan pada funniculus spermaticus. Metode ini biasanya dilakukan pada anjing jenis kecil atau masih muda, dan kucing. Keuntungan cara ini adalah dengan tidak dibukanya tunica vaginalis, maka dapat menghindari kemungkinan terjadinya hernia skrotalis (Komang, 2011). 4.2 Analisa Hasil No. Gambar + keterangan 1. No. Gambar + Keterangan 4. Pasien diposisikan rebah dorsal diatas meja operasi dengan keempat kaki difiksasi dengan menggunakan tali. Pada situs operasi diberikan iodine. 2. Dikuakkan bagian testis dan didorong testis ke rongga inguinal. 5. Duk dipasang di situs operasi dengan keempat sisinya dijepit di kulit dengan menggunakan duk clamp. Testis pada dikeluarkan. corda spermatica 3. 6. Incise jaringan subkutan pada fascia spermatica. 7. Dilakukan ligasi pada corda spermatica menggunakan forceps. kemudian diligasi dengan benang absorbable 1-1-1. 10. Dilakukan incise pada corda spermatica. Hal yang sama dilakukan pada kedua sisi testis. 8. Hasil orchidectomy ‘Healthy’ . pada kelinci 11. Jaringan sisa incise direposisi pada lokasi semula lalu diberikan pehacaine pada situs operasi . Dipasang e-collar untuk mencegah hewan menggigit luka post operasi dan mempercepat kesembuhan. 9. Luka ditutup dengan jahitan Simple interrupted suture menggunakan benang non-absobable. Hari 1 Gambar Keterangan • Deskripsi : Jahitan belum tertutup sempurna, tidak ada jahitan terbuka, tidak ada inflamasi, tidak ada pendarahan Terapi : enroflokasin, ketoprofen 2 • Deskripsi : Jahitan belum tertutup sempurna, tidak ada cairan Terapi : enroflokasin, ketoprofen 3 • Deskripsi : Luka mulai menutup, ada pembengkakan disekitar luka, tidak ada cairan atau pendarahan Terapi : enroflokasin, ketoprofen 4 • Deskripsi : Luka mulai menutup, tidak ada pendarahan atau cairan Terapi : enroflokasin 5 • Deskripsi : Luka menyatu dengan baik, tidak ada pendarahan atau cairan Terapi : enroflokasin 6 • Deskripsi : Luka menyatu dengan baik, bekas luka masih terlihat, tidak ada cairan atau pendarahan Terapi : - 4.3 Terapi Cairan Pada operasi bedah orchiectomy, pemberian terapi cairan bertujuan untuk menggantikan volume cairan tubuh yang hilang akibat proses operasi. Cairan tubuh normal kucing kira – kira 60 – 70ml/kg. Fungsi pemberian terapi cairan yaitu secepatnya mengembalikan sirkulasi darah agar cukup untuk proses perfusi jaringan. Pada pasien hipovolemik pasca operasi, cairan yang dapat diberikan yaitu cairan isotonis yang diberikan melalui intravena pada satu jam pertama (45 – 60ml/kg) tanpa efek samping (Fossum, 2019). Bedah orchiectomy kali ini menggunakan cairan Normal Saline (0.9%). NS merupakan cairan kristalodi yang berisi kompone elektrolit dan non elektrolit yang berfungsi mengganti seluruh cairan tubuh yang hilang. Keuntungan dari cairan ini yaitu mampu mengganti kehilangan cairan interstitial dan intravacular, minim koagulasi serta tidak berisiko alergi (Fossum, 2019). Penggunaan NaCl 0.9% sangat disarankan pada pasien untuk maintenance dan terapi shock (Suartha, 2010). BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Orchidektomi atau kastrasi merupakan sebuah prosedur operasi/bedah dengan tujuan membuang testis hewan. Terdapat dua tipe kastrasi yakni kastrasi terbuka dan kastrasi tertutup. Pada praktikum kali ini dilakukan prosedur kastrasi tertutup. Pada kastrasi tertutup, sayatan hanya sampai pada tunika dartos, sehingga testis masih terbungkus oleh tunika vaginalis communis. Pengikatan dan penyayatan dilakukan pada funniculus spermaticus. 5.2 Saran Untuk praktikum selanjutnya, pemberitahuan pemeriksaan diharapkan tidak dilakukan secara mendadak DAFTAR PUSTAKA Fossum, T. W. (2019). Small Animal Surgery 5th Edition (5th Editio; Theresa Welsch Fossum, ed.). Philadelphia: Elsevier. Harcourt-Brown, F., & Chitty, J. (2014). BSAVA Manual of Rabbit Surgery, Dentistry and Imaging. I Komang Wiarsa Sardjana dan Diah Kusumawati. 2011. Bedah Veteriner, Cetakan Pertama. Airlangga University Press, Surabaya. Mitchell, M. A. (2012). Manual of Exotic Pet Practice. Missouri: Saunders Elsevier. Setiawan, R. (2012). POTENSI PENGGUNAAN ACEPROMAZINE SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF ANESTESI IKAN NILA ( Oreochromis niloticus ). Institut Pertanian Bogor. Suartha, I. N. (2010). Terapi Cairan pada Anjing dan Kucing. Buletin Veteriner Udayana, 2(2), 69–83. Yudaniayanti, I. S., & Maulana, E. (2010). Profil Penggunaan Kombinasi Ketamin-Xylazine dan KetaminMidazolam Sebagai Anestesi Umum Terhadap Gambaran Fisiologis Tubuh pada Kelinci Jantan Profile Of Combination Ketamin Xylazine And Ketamin Midazolam Toward Physiologycal Change In Male Rabbit. Veterinaria Medika, 3(1), 23–30.