POLA KOMUNIKASI PEMILIH PEMULA DALAM MEMPEROLEH INFORMASI MENGENAI PEMILU (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Pemilih Pemula dalam Memperoleh Informasi Politik Saat Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014 di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Angkatan 2013 ) Ulfi Fatchiyatul Jannah Dwi Tiyanto Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract This research is interesting to study because it can give you an idea of how patterns of interpersonal communication and the use of the media run by Voters Beginner located in Communication Studies Program, Sebelas Maret University ,FISIP Force in 2013, in obtaining political information on the Election of President and Vice President. And to know the barriers they face in getting information Politics. The methodology used is descriptive qualitative research that discusses in depth the communication patterns of habituation Voters Beginners get Political Information. This study refers to the model of information retrieval belong to Wilson and David Ellis, where this model explains that the use of existing information for the needs of information, which can be found in the information systems and other sources indicate that the information search behavior involving other people to exchange information. The research data obtained by in-depth interviews and literature study of previous research is the theme of which is almost the same. Purposive sampling technique is used to select the 16 informants research, while the process of data analysis includes data reduction, data display, and conclusion drawing and verification. The results of this study indicate that the pattern of voters conducted through face-to-face interaction between can be classified on the pattern of interpersonal communication, group, organization, then for Media Communication Patterns can be made into patterns of communication Advertising, conventional media communication patterns and New Media. Then that becomes the bottleneck in the New voters get political information is internal barriers include external factors include the psychological and environmental factors voters. Keywords: qualitative description, communication patterns, voters beginners,election 1 Pendahuluan Pemilu adalah salah satu instrument untuk menegakkan demokrasi, karena dalam pemilu mengikutsertakan rakyat sehingga akan terwujud azas kedaulatan di tangan rakyat dan pada akhirnya akan tercipta suatu hubungan kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. Kondisi demokrasi Indonesia sendiri membaik pasca reformasi, dimana dilakukan banyak perubahan di sisi tata cara pemilihan aparatur Negara. Sejak UUD 1945 di amandemen kedudukan Presiden tidak lagi dibawah MPR dan aturan untuk mengajukan calon Presiden dan Waklil Presiden dalam Pemilu kini diperketat. Dari data yang dirilis KPU, jumlah total pemilih yang telah terdaftar untuk pemilu tahun 2014 adalah 186.612.255 orang penduduk Indonesia. Dari jumlah tersebut 20-30%nya adalah pemilih pemula. Dengan demikian, jumlah pemilih muda sebanyak 40.749.503 orang. Dalam pemilu, jumlah itu sangat besar dan bisa menentukan dalam suksesnya pemilihan umum. Dalam jurnal Janine Dermody , Stuart Hanmer-Lloyd and Richard Scullion, Young People Behafior: Alienated youth and (or) an interested and critical citizenry? (2010 : 421). Menyebutkan bahwa kaum muda cenderung tidak percaya pada pemerintah Sinisme yang di tunjukkan kaum muda ini berpengaruh pada terus meningkatnya angka Golput. Di Indonesia sendiri faktanya partisipasi pemilih pemula pada pemilu 2004 dan 2009 semakin rendah. Sehingga perlu untuk memberikan informasi yang benar kepada pemilih pemula untuk menekan angka Golput. Menurut Siska Sasmita yang di kutip dari kumpulan jurnal Peran Informasi Politik Terhadap Partisipasi Pemilih Pemula dalam Pemilu atau Pilkada (2011 : 217). Pemilih pemula dalam beberapa kasus memiliki keaktifanan serta partisipasi yang positif dalam menjaring informasi politik .Selain itu pemilih pemula yang berperan aktif dalam organisasi social baik di lingkungan kampus cenderung memiliki informasi politik yang lebih baik. Saat ini informasi dapat diakses dengan mudah membuat pemerintah kesulitan untuk mengontrol persebaran informasi politik yang ada. Berikut adalah tabel perubahan peggunaan teknologi dalam komunikasi politik seperti berikut; 2 Tabel 1.2 Strategi Kampanye Pemilihan di Indonesia Tahun Strategi sosialisasi dan kampanye Pemilu Pemilu 1955 Rapat umum, pidato, Pemasangan gambar partai denga media dinding atau anyaman bamboo, pers partisipan Pemilu 1977 Rapat Umum, Pidato, arak – arakan motor dan mobil, kampanye monologis di TVRI dan RRI , Iklan di media di larang Pemilu 1999 Rapat umum, pidato, arak – arakan motor dan mobil, media luar (baliho, spanduk, umbul- umbul, poster, bendera dll) iklan (media cetak , radio, tv), polling, talk show (radio & tv), pers partisipan. Internet (web site) Pemilu 2004 Rapat umum, pidato, arak – arakan motor dan mobil, media luar (baliho , spanduk, umbul- umbul, poster,bendera , dll),iklan (media cetak, radio, tv), polling, talk show, (radio dan tv), media cetak dan elektronik menyediakan ruang khusus untuk liputan kampanye dan pemilu, internet (web site, blog) Pemilu 2009 Rapat umum, pidato, media luar (balohi, spanduk, umbul- umbul, poster , bendera, dll) iklan (media cetak, radio, tv)polling, talk show(radio dan tv), media cetak dan elektronik menyediakan ruang khusus untuk liputan kampanye dan pemilu, internet (web site dan blog), situs jejaring sosial (terutama facebook, selain itu juga menggunakan twitter dan yahoo messanger) Sumber : Joni Rusdiana “Komunikasi Politik: Media Mssa dan Kampanye Pemilihan” (New Media : Teori dan Praktek, Kumpulan artikel Dosen Ilmu Komunikasi FISIP UNS 2009) 2011. hlm. 167-178 Perubahan pada teknologi dan karakteristik pemilih pemula juga berpengaruh pada perubahan pola mencari informasi pada pemilih pemula. Sehingga menjadi penting untuk mengetahui pola komunikasi pengaksesan informasi mengenai pemilu pada mereka. Hal ini dapat di jadikan panduan sosialisasi mengenai pemilu. Dengan Metode Deskriptif Kualitatif menurut Sugiyono (2008 : 15) bahwa penelitian kualitatif deskriptif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme yang biasanya digunakan untuk meneliti pada kondisi objektif yang alamiah dimana peneliti berperan sebagai instrumen kunci. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah mengetahui pola komunikasi yang dilakukan oleh pemilih pemula dalam menperoleh informasi politik mengenai Pemilu Presiden dan Wakil Presinen 2014 di kalangan mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2013, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3 Telaah Pustaka 1. Definisi Komunikasi Menurut Bernard Barelson & Garry A. Steiner Komunikasi adalah proses transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, grafis, angka, dsb (Mulyana,2008 : 62). Komunikasi dapat juga diartikan secara sederhana sebagai sebuah proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara verbal maupun nonverbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.Inilah yang menjadi salah satu syarat dari keefektifan sebuah komunikasi dimana adanya kesamaan pemahaman komunikator ke komunikan. 2. Komunikasi Politik Komunikasi Politik dapat diartikan sebagai suatu proses dan kegiatan – kegiatan membentuk sikap perilaku politik yang terintegrasi ke dalam suatu sistem politik dengan menggunakan symbol- symbol yang berarti (Harun, 2006 : 5). Kehadiran komunikasi politik adalah untuk mewujudkan kondisi harmonis, berkelanjutannya sistem politik secara berkesinambungan yang dapat mengayomi seluruh individu dalam sistem tersebut. Dimana komunikasi politik adalah komunikasi yang diarahkan pada pencapaian suatu pengaruh sedemikian rupa, sehingga masalah yang dibahas oleh jenis kegiatan komunikasi tersebut dapat mengikat semua kelompok atau warganya melalui suatu sanksi yang ditentukan bersama oleh lembaga politik (Ardinal,2009:28) dalam (Maswardi Rauf,1993:10). Unsure komunikasi sama seperti unsure komunikasi pada umumnya, yaitu; Komunikator politik , Komunikan , Isi Komunikasi (Pesan – pesan), Media Komunikasi, Tujuan Komunikasi, Sumber dan Efek (Harun, 2006: 10). 3. Informasi Beberapa ahli merumuskan tentang pengertian informasi seperti (Krikelas : 1983) informasi adalah suatu rangsangan yang menciptakan ketidak pastian , 4 membuat seseorang sadar akan kebutuhan dan menciptakan suatu perubahan dalam tingkat tertentu” sedangkan (Kaniki : 1992) mengemukakan “informasi adalah ide, fakta, karya imajinatif pikiran, data yang berpotensi untuk pengambilan keputusan , pemecahan masalah serta jawaban atas pertanyaan yang dapat mengurangi ketidak pastian. Dari pengertian diatas dapat disimpulakan bahwa informasi memiliki fungsi sebagai pemecah masalah. Secara sederhana, informasi merupakan pesan yang diterima dan dipahami. Dalam hal data , informasi dapat didefinisikan sebagai kumpulan fakta yang dari padanya kita menarik suatu kesimpulan. 3.1. Informasi Politik Informasi politik dalam undang – undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan informasi menyatakan informasi sebagai keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda – tanda yang mengandung nilai makna dan pesan, baik data, fakta maupun penjelasan yang dapat dilihat , didengar dan dibaca yang disajikan dalam perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik maupun nonelektronik. Dengan demikian pemahaman tentang informasi politik mengacu pada definisi pemrosesan, manipulasi, dan pengorganisasian data yang berkaitan dengan politik dalam suatu cara demi menambah pengetahuan bagi yang menerimanya, sehingga dapat menciptakan kesimpulan, memberikan jawaban atau hanya untuk member pertimbangan atas apa yang harus dilakuka.. Didalam konteks politik, informasi adalah kekuatan. Informasi mengenai hal – hal penting memiliki relevansi dengan tarik – menarik kepentingan memperebutkan alokasi sumber daya public dinilai sebagai factor penting dalam pengambilan keputusan (Pawito, 2009 : 259). 3.2. Perilaku Pencarian Informasi Kuhlthau (1991) berpendapat bahwa timbunya kesenjangan dalam diri manusia akhirnya mendorong manusia untuk mencari informasi guna mengetahui permasalahan yang dialaminya. Sehingga seseorang mencari informasi karena kebutuhan, dimana kemudian kebutuhan pemenuhan informasi mendorong 5 terjadinya perilaku pencarian informasi. Perilaku pencarian informasi adalah kegiatan seeorang yang dilakukan untuk mendapatkan informasi. Dimana untuk memenuhi kebutuhan tersebut seseorang mencari informasi dengan menggunakan berbagai sumber informasi, sumber informasi terdiri dari sumber informasi internal dan eksternal. Sumber informasi internal adalah dapat berupa memori catatan pribadi, atau hasil pengamatan. Sedangkan sumber eksternal adalah berupa sumber informasi yang didapat dengan cara berhubungan langsung dengan sumber informasi terekam atau tertulis. 3.3 Model Perilaku Pencarian informasi Model peilaku pencarian informasi dalam penelitian ini adalah model yang diperkenalkan oleh Wilson dan Davit Ellis. Menurut model Wilson (1981) yang sering disebut dengan a model of information behavior. Model ini menjelaskan bahwa penggunaan informasi ada karena kebutuhan informasi, sehingga pencarian informasi dilakukan. Informasi dapat dicari di sistem informasi maupun sumber yang lainnya. Apabila pencarian berhasil dan memuaskan pengguna , maka informasi tersebut akan diteruskan ke pada orang lain. Model ini menunjukkan bahwa perilaku pencarian informasi melibatkan orang lain untuk pertukaran informasi dan informasi tersebut digunakan untuk kepentingan sendiri maupun orang lain. Selanjutnya Wilson (1999) juga mengungkapkan adanya hambatan dalam pencarian informasi, hambatan tersebut adalah : (a) Hambatan dari dalam individu (diri sendiri), yang berasal dari ketidak mampuan memanfaatkan fasilitas, factor biaya , pemuasan bahasa asing dan waktu. (b) Hambatan yang disebabkan oleh hubungan antar individu (orang lain), ketika sumber informasi yang dibutuhkan oleh peneliti dimiliki oang lain, namun mengalami hambatan dalam mengakses sumber tersebut. (c) Hambatan yang di sebabkan oleh lingkungan, yang meliputi fasilitas dalam mengakses informasi, keterbatasan koneksi , waktu perolehan informasi serta politik dan ideologi. Semantara itu Ellis (1987) melakukan penelitian pencarian informasi yang disebut dengan behavioral models of seeking strategies. Model pencarian 6 informasi yang dirumuskan oleh Ellis ini sudah mencakup pencarianyang menggunakan teknologi computer dan ditujukan pada pencari informasi yang berpengalaman. Model pencarian sebanyak 6 tahapan yaitu : Starting ,Chaining ,Browsing ,Differentiating, Monitoring ,Extracting Keenam kelompok kegiatan ini tidak mesti dilalkukan secara berurutan dan secara satu persatu. Bisa saja sesorang pengguna informasi ke – enam kegiatan itu secara bersamaan. 4. Pola Komunikasi Menurut Little John (2009) komunikasi berpola merurut pesan tertentu dalam suatu masyarakat, tingkat pendidikan , wilayah geografis, dan ciri – ciri organisasi sosial yang lain. Pada tingkat individual , komunikasi berpola pada tingkat ekspresi dan interpretasi kepribadian pola komunikasi adalah suatu kecenderungan gejala umum yang menggambarkan cara berkomunikasi yang terjadi dalam kelompok social tertentu. Pola komunikasi adalah bagaimana kebiasaan dari suatu kelompok untuk berinteraksi, bertukar informasi, pikiran dan penetahuan. Pola komunikasi juga dapat dikatakan sebagai cara seseorang atau kelompok berinteraksi dengan menggunakan symbol – symbol yang telah disepakati sebelumnya dalam kurun waktu tertentu dan terjadi berulang – ulang. Blumer mencatat tindakan kelompok terdiri atas pola – pola yang stabil dan selalu berulang dan memiliki makna umum dan tetap bagi anggota mereka (Little, 2009 : 65). 5. Pemilu Presiden Untuk menegaskan bahwa Indonesia menjalankan sistem pemerintahan presidensiil pemerintah meng amandemen UUD 1945. Perubahan ini terlihat dari jumlah pasal yang hanya 37 menjadi 73 pasal, perubahan tersebut ditandai pada perubahan serta memperjelas isi Pasal-pasal mengenai kekuasaan presiden yang mengatakan bahwa Presiden Republik Indonesia memegang pemerintahan menurut UUD dan dipilih langsung oleh rakyat. 7 kekuasaan Pemilu Indonesia menggunakan sistem proposional, secara garis besar sistem ini berlaku dimana alokasi jumlah kursi di lembaga perwakilan berdasarkan pada perolehan suara masing – masing peserta pemilu. Kemudian aturan Pemilu Presiden 2009 dan 2014 Indonesia menggunakan undang-undang No 42 Tahun 2008 dimana Hanya partai Politik atau gabungan partai politik yang menguasai suara lebih dari 20% kursi di Dewan Perwakilan Rakyat atau memenangi 25% suara nasional yang dapat mengajukan Calon Presiden atau calon wakil presiden. Dan jika tidak ada Pasangan lebih dari 50% dari jumlah suara dengan sedikitnya 20% suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari 50% jumlah provinsi di Indonesia. 6. Pemilih Pemula Menurut hukum dalam aturan penyelenggaraan pemilu yang tercantum dalam UU No 10 tahun 2008 tentang Pemilihan Umum (Bab IV tentang Hak Memilih pada Pasal 19) di sebutkan bahwa warga negara Indonesia yang pada hari pemungutan suara telah genap berumur 17 (tujuh belas ) tahun atau lebih atau sudah pernah kawin mempunyai hak memilih (ayat 1). Posisi pemilih merupakan posisi yang sangat penting dalam menentukan arah demokrasi sebuah negara. Menurut Eep Saefullah, untuk menjadikan pemilih betul-betul sebagai penentu, diperlukan setidaknya dua syarat, yaitu: 1. Pemilih memiliki pengetahuan minimal serta menggunakan akal sehat dan nuraninya. 2. Pemilu yang demokratis, sebab semakin pemilu tersebut tidak demokratis maka para pemilihnya semakin tidak menentukan. Sajian dan Analisis Data Pada dasarnya setiap orang dapat menjadi komunikator politik, hanya bobotnya berbeda. Menurut Leonard Doob yang kemudian di sitir oleh Nimmo (1993), komunikator politik dapat dikategorikan dalam tiga tipologi: (1) poli- tikus atau disingkat “pols”; (2) komunikator profrsional atau “pross”;dan (3) aktivitas 8 atau disingkat “vois”. Dimana KPU sebagai “Pross” yaitu komunikator professional. Dari sisi strategi sosislisasi yang diakukan KPU Kota Surakarta menggunakan dua metode sosialisasi metode kultural untuk pemilih segment pemilih pemula. Dengan adanya metode kultural membuat masyarakat di segmentasikan kedalam beberapa golongan. Strategi kultural dimaksutkan untuk mendekati komunikan dengan cara masuk pada budaya dan kebiasaan mereka. Dalam menerapkan strategi kultural KPU Surakarta di bantu oleh Relawan Demokrasi, dimana mereka menjadi agen sosialisasi yang mensosialisasikan pemilu ke kelompok masyarakat yang berbeda kelompok. Selain itu KPU juga melakukan banyak event yang dianggap strategis untuk menyentuh kalangan Pemilih Pemula. Tabel.1.1 Pola Komunikasi sosialisasi KPU kepadapemilih pemula di Surakarta Jenis Komunikasi Komunikasi Antarpribadi Komunikasi Kelompok Komunikasi Iklan Komunikasi Massa Kegiatan Sosialisasi secaralangsung di tempat- tempat nongkrong Seminar dengan skala besar dan Kegiatan Hiburan di tempat umum Pemasangan spanduk dan penebaran Famplet Televisi lokal (Talk show dan Pertunjukan Rakyat) Radio (Talk Show Radio ) Internet (Bekerja sama dengan Timlo.net untuk menayangkan berita secara streaming) Sumber : Data diolah A. Pola komunikasi Pemilih Pemula FISIP UNS dalam mendapatkan informasi mengenai Pemilu Presiden 2014 1. Pola Komunikasi Antarpribadi a. Teman Ada dua saluran untuk komunikasi antarpribadi yang membantu sistem belajar politik, yakni keluarga dan lingkungan yang terdiri atas kawan – kawan dekat yang sering disebut teman sebaya (Nimmo, 2000 : 110). Dalam lingkungan mahasiswa, komunikasi interpersonal diantara teman sebaya masih sangat 9 potensial untuk menyebarkan pesan politik. Dimana mereka menjadi suatu komunitas belajar dimana terjadi pembentukan peran dan standart sosial yang berhubungan dengan pekerjaan dan prestsasi. (Santrock, 2007). Seperti yang disampaikan Anin bahwa lingkungan Pertemanan yang berada di FISIP UNS pun sudah terbagi atas hal yang mereka suka sehingga lebih mudah untuk mencari informasi mengenai pemilu di kalangan teman. Selain itu biasanya informasi yang diterima melalui opini dari obrolan yang mereka Pengaruh lingkungan yang memang kental akan politik membuat Pemilih pemula yang seorang mahasiswa FISIP tidak sulit untuk mendapatkan informasi mengenai Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014. Hal ini di nilai sebagai opini publik. Dimana opini publik sebagai komunikasi mengenai hal tertentu yang jika dibawakan dalam bentuk atau cara tertentu kepada orang tertentu akan membawa efek tertentu pula (Bernard Berelson). b. Keluarga Komunikasi antarpribadi di dalam keluraga di pahami sebagai hubungan timbal balik antara anggota keluarga untuk berbagi hal dan makna dalam keluarga dan sebagai rujukan untuk memahami informasi politik. Tujuan dari komunikasi interpersonal dalam keluarga adalah untuk mengetahui dunia luar . untuk mengubah sikap dan perilaku. Seperti yang di ungkapkan Shiela bahwa lingkungan keluargalah yang membuat dia menjadi lebih peka terhadap permasalahan politik apa lagi pada masa Pemilu Presiden 2014. Seperti yang disampaikan Davit E. Apter bahwa sosialisasi politik dimana yang pertama adalah proses belajar dalam keluarga. Pada tahap ini tingkat peniruan dimana penanaman nilai-nilai dasar yang bersifat elementer dan bersifat transparansi antar pribadi. Sehingga orientasi fundamental ini membangun kepribadian politiknya. Informasi politik dari keluarga turut membantu proses belajar anak untuk mengidentifikasi dirinya dengan kelompok tertentu sehingga dapat membuat keputusan politiknya sendiri. Kemudian fakta bahwa keluarga merupakan sumber terpenting dalam belajar politik politik karena, hal ini di 10 tunjang tentang banyaknya kesamaan di antara orientasi politik orang tua dan anaknya (Nimmo, 2000 : 110) . c. Dosen Opinion leader merupakan salah satu aspek yang tidak dapat dipisahkan dari Komunikasi politik. Secara umum opinion leader di artikan sebagai orang yang secara informal dapat mempengaruhi tindakan atau sikap dari orang lain. Opinion leadaer menjadi sumber informasi dan pendapat. Ia juga cakap mempengaruhi orang lain secara informal dan ajeg (Labib, 2007). Factor komunikasi face to face yang dilakukan pada saat kuliah membuat informasi yang di berikan dosen lebih jelas. Disadari atau tidak setiap materi yang disampaikan pada saat kuliah ataupun saat obrolan nonformal mereka akan banyak mendapat informasi mengenai Pilpres 2014. Secara formal dosen memberikan banyak masukan informasi kepada mahasiswa lewat materi kuliah yang terkait dengan teori politik serta media massa. Hal ini membuat mahasiswa komunikasi lebih memahami kehidupan berpolitik dan bermedia pada saat pilpres 2014. Faktor lingkungan yang mendukung terjalinnya komunikasi politik yang berbentuk interaksi antarpersonal. Dosen sebagai opinion leader karena memang mempunyai posisi yang cukup kuat untuk mempengaruhi pemilih pemula dengan kekuatan seseorang yang dianggap paham mengenai politik. 2. Pola Komunikasi Kelompok Dalam kehidupan mahasiswa di dalam lingkungannya pastinya akan membentuk kelompok – kelompok mahasiswa berdasarkan kegiatan yang sama ataupun dengan ketertarikan yang sama. Kelompok merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dalam kehidupan sehari – hari, kelompok ini bisa bersifat primer ataupun sekunder. Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam satu kelompok “kecil” seperti dalam rapat,pertemuan , seminar dan sebagainya (Arifin, 1984). Kelompok merupakan tempat untuk memenuhi harapan dan keinginan berbagai informasi dalam setiap aspek kehidupan, sehingga biasanya kelompok dijadikan tempat belajar bagi para 11 anggotanya. Deddy Mulyana (2005) mendefinisikan kelompok sebagai sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama , mengenal satu sama lain , dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok. Kelompok dalam Penelitian ini lebih di spesifikasikan sebagai kelompok yang bersifat Informal maupun Formal. a.Diskusi Salah satunya Komunikasi formal, dimana komunikasi formatnya lebih formal seperti diskusi dan seminar. Seperti yang diungkapkan Anin, Zana dan Yasinta bahwa mereka lebih tertarik pada diskusi. Diskusi adalah salah satu bentuk kegiatan berbicara dimana dilakukan beberapa orang untuk bertukar pikiran, gagasan, pendapat dengan tujuan untuk mencari kesepakatan atau kesepahaman. Banyak yang memilih diskusi dengan alasan pola diskusi non formal, seperti obrolan karena obrolan yang berupa diskusi ringan dianggap beberapa Pemilih Pemula dapat membuat mereka lebih terbuka dalam menyampaikan informasi. Format sosialisasi face to face dengan anggota diskusi yang tidak terlalu banyak membuat komunikasi yang terjalin lebih mendalam dan fade back yang di dapatkan cepat. 3. Pola Komunikasi Organisasi Organisasi dalam konteks ini di jadikan kelompok rujukan yaitu menurut Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership group) dan kelompok rujukan (reference group). Organisasi adalah salah satu wadah seorang mahasiswa untuk mendapatkan wawasan yang lebih banyak, dengan bergabung aktif dalam organisasi kemahasiswaan yang bersifat intra ataupun eksra kampus berefek kepada perubahan yang signifikan terhadap wawasan, cara berpikir, pengetahuan dan ilmu-ilmu sosialisasi, serta menajemen kepemimpinan yang notabene tidak diajarkan dalam kurikulum normatif Perguruan Tinggi. 12 Dari hasil wawancara peneliti melihat bahwa mahasiswa yang notabene nya adalah pemilih pemula yang mengikuti organisasi mendapatkan informasi mengenai Pilpres 2014 di dalam organisasi lewat kakak tingkat. Seperti yang dikatakan Dea dan Ika yang mengikuti organisasi pengembangan bakat bahwa saat mereka berada di organisasi masing - masing , obrolan mengenai Pilpres 2014 selalu menjadi topik hanggat. Selain organisasi pengembangan bakat, ada pula organisasi yang memang lekat dengan politik yaitu BEM dan DEMA. Ditemukan kecenderungan bahwa Pemilih pemula di FISIP UNS yang mengikuti organisasi berbasik politik, mereka lebih intens memberikan dan mendapat informasi mengenai Pemili Presiden 2014 secara formal maupun Non formal. Secara formal mahasiswa yang mengikuti organisasi seperti BEM akan memiliki intensitas bersentuhan serta bertukar informasi mengenai politik dan isu mengenai Pilpres 2014 lebih banyak. 4. Pola Komunikasi Iklan Menurut Kaid dan Holtz-Bacha dalam Danial (2009: 93) iklan politik didefinisikan sebagai suatu pesan terkontrol yang dikomunikasikan melalui berbagai saluran yang didesain untuk mempromosikan ketertarikan politik dari seseorang, partai, kelompok, pemerintah atau suatu organisasi. Selain itu fungsi Iklan politik juga adalah untuk mempersuasi masyarakat untuk tercapainya tujuan komunikasi politik, dimana masyarakat mau menggunakan hak pilih mereka dalam pemilu Presiden 2014. Mereka mengungkapkan bahwa iklan yang ditayangkan di Televisi lebih menarik di bandingkan dengan iklan luar ruangan yang cenderung monoton. Iklan yang untuk media televisi memang lebih mudah di terima oleh khalayak. Dimana iklan audiovisual lebih di nikmati dan mudah di mengerti oleh Pemilih Pemula, ini seperti yang jelaskan oleh Ramon Wiliams dan Simon During dalam (Bungin, 2008: 107) mengenai iklan televisi yang telah mengangkat medium iklan kedalam konteks yang sangat kompleks namun jelas, berimajinasi namun konseptual, penuh fantasi namun nyata. Banyak kelebihan dari Iklan televise yang 13 membuatnya efektif dalam menyampaikan pesan. Karakteristik pemilih pemula yang menyukai ide kreatif membuat Iklan luar ruangan tidak terlalu menarik perhatian mereka. 5. Pola Komunikasi Media Massa Pola penggunaan media untuk memenehi kebutuhan akan informasi tergantung pada karakteristik pemakainya. Menurut Doris Graber bahwa Ras , suku, agama, gender, usia , pendapatan , pendidikan dan besarnya kota merupakan variable yang berpengaruh terhadap kebiasaan menggunakan media. Dalam komunikasi politik yang terjadi pada pola komunikasi dalam mendapatkan informasi mengenai Pemilu Presiden, memungkinkan pemilih pemula untuk aktif mencari informasi mengenai melalui media massa yang dianggap dapat memuaskan mereka seperti teori Uses and Gratification atau kegunaan dan kepuasan. Herbert Blumer dan Elihu Katz (1974) mengatakan bahwa teori ini menjelaskan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dari berbagai jenis media yanga ada pemilih pemula ini memiliki pilihan media masing - masing dengan alasan yang beragam. Dengan definisi media massa dari Gerbner (1967) komunukasi massa adalah produksi distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat indrustri. Jawaban dari responden di kelompokkan atas media konvensional dan New media a. Media Konvensional Media konvensional dipahami sebagai media yang sudah biasa di pakai oleh masyarakat pada umumnya yang belum terintegrasi dengan computer atau perangkat digital. Seperti TV, Radio, Koran, Majalah dan lain-lain. Dari macam – macam media konvensional ini yang paling popular adalah televisi, Salah satu keunggulan televisi yang membuat banyak masyarakat tidak meninggalkannya walaupun sudah ada media baru yang lebih canggih ialah sifatnya yang audio visual dan mudah untuk di temukan karena sudah menjadi alat komunikasi yang 14 gampang dan murah dalam mendapatkan informasi. Para Informan mengaku lebih sering melihat televisi sehingga mereka mengungkapkan bahwa format acara Talk Show yang membahas mengenai penting nya pemilu dari sudut pandang anak muda maupun politikus menjadi hal yang menarik untuk di simak. Berbeda dengan Zana , dia mengakui bahwa untuk media dalam mencari berita mengenai Pilpres dia lebih cenderung mengikuti dan percaya pada media cetak seperti Koran. Setiap media yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan informasi mempunyai kelebihan dan kekurangan. Terlepas dari peran pemilik media yang membuat pemberitaan menjadi tidak netral harus diakui memang media konvensional televise dan koran memiliki proses pengolahan berita yang cukup selektif, sehingga tidak semua informasi bisa di tayangkan dengan mudah. Kedua media ini mempunyai aturan atau kode etik pemberitaan sehingga melindungi penonton atau masyarakat dari berita bohong. Tidak seperti internet dimana berita yang tersebar di tuli soleh orang – orang yang tidak di ketahui dan tak jarang beritanya menyesatkan. b. New Media Seperti yang di katakana West dan Turner “New media yang terdiri atas teknologi berbasis komputer. Teknologi ini termasyk e-mail, internet, televise kabel digital, teknologi video seperti DVD, pesan instant, (instant messaging)dan telepon genggam (2009 : 41). Seperti Flew (2002 : 10) mendefinisikan new media dengan menekannkan pada format isi media yang dikombinasi dan kesatuan data baik teks, suara , gambar, dan sebagainya dalam format digital. Kemudian di sebarkan melalui jaringan internet. Para pemilih pemula yang ingin mencari informasi menggunakan media internet menyadari bahwa internet memberikan banyak informasi mengenai pemilu presiden, berita baik maupun negative. Seperti yang di terangkan dalam jurnal internasional The use of the internet by political parties and candidates in Scotland during the 2010 UK general election campaign oleh Graeme Baxter, Rita Marcella and Evaggelos Varfis (2011; 475). mengungkapkan bahwa 15 penggunaan media internet (Facebook dan Twitter) untuk komunikasi politik adalah sebuah langkah yang efektif untuk mengajak masyarakat ikut aktif dalam proses kampanye dan mendorong partisipasi politik. Hasilnya cukup efektif dalam mengajak masyarakat untuk berperan aktif dalam Pemilu. Ini sejalan dengan hasil dari Penelitian pola komunikasi pemilih pemula di Prodi Ilmu Komunikasi dalam mendapatkan informasi mengenai Pilpres 2014. Para Informan menyebutkan Media sosial facebook dan Twitter adalah salah satu sumber untuk mendapatkan informasi mengenai Pilpres. Facebook adalah jejaring pertemanan yang memungkinkan para penggunanya untuk ber interaksi secara personal dengan berbagai macam fitur yang mendukung untuk berekspresi dan berdiskusi. Dengan fitur yang komplit facebook menjadi salah satu jejaring sosial yang nuansa kampanyenya terasa, seperti yang di sampaikan Amalia, dia mengaku, dari beberapa jejaring sosial yang dia punya Facebook lah yang dia anggap paling gencar memberikan informasi mengenai pemilu. Selain Facebook jejaring sosial yang akrab dikalangan anak muda adalah Twitter. Twitter adalah media sosial micro blogging yang memungkinkan penggunanya untuk memosting berita ataupun foto hanya dengan 140 karakter. Karakter Twitter yang dapat menyampaikan pesan secara singkat dan selalu up date setiap detiknnya memungkinkan Twitter untuk menjadi wadah dalam memberitakan hal dengan lebih cepat. Seperti yang di ceritakan anin bahwa banyak peristiwa – peristiwa yang di beritakan di televisi maupun koran berawal dari twiteer. Interaksi yang terjalin di twitter dimulai dari keaktifan user untuk melihat TL (Time Line). A. Faktor penghambat pemilih pemula dalam mendapatkan informasi politik mengenai Pemilu Presiden 2014 di kalangan mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP UNS Angkatan 2013 Hambatan Perilaku Pencarian Informasi enurut Wilson (1999) juga mengungkapkan adanya hambatan dalam pencarian informasi, hambatan tersebut adalah : a) Hambatan dari dalam individu (diri sendiri), b) Hambatan yang 16 disebabkan oleh hubungan antar individu. c) Hambatan yang di sebabkan oleh lingkungan. a. Hambatan dari dalam individu (diri sendiri) Hambatan yang berasal dari ketidak mampuan memanfaatkan fasilitas, factor biaya , pemuasan bahasa asing dan waktu. Yang dapat juga berkaitan dengan terkait dengan faktor psikologis, kognitif, demografis, interpersonal. Factor psikologis seringkali menjadi hambatan dalam komunikasi, hal ini umumnya di sebabkan oleh komunikator tidak terlaulu perduli pada kesiapan diri komunikan sehingga pesan yang di sampaikan sulit berhasil. Hamabatan yang terjadi pada diri sendiri ini dapat di golongkan menjadi berikur; Prasangka Prasangka merupakan salah satu hambatan berat bagi kegiatan komunikasi, karena orang yang berprasangka belum apa – apa sudah bersikap menentang komunikator. Pada orang yang bersikap prasangka emosinya menyebabkab dia menarik kesimpulan tanpa menggunakan pikiran secara rasional (Effendy, 2004 : 12). Seperti yang dikatakan wara prasangka yang dia rasakan pada kinerja dan masalalu para calon presiden itu membuat Wara menjadi ragu dalam menentukan pilihan. Wara menilai bahwa track record mereka dalam menjalankan tugas di jabatan mereka sebelumnya membuat wara menilai salah satu capres tidak layak. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan seseorang juga mempengaruhi mengenai ideologi yang dia anut sehingga akan berpengaruh juga pada pilihan politik mereka. Hal yang paling terasa akan mempengaruhi hambatan komunkasi politik adalah tinggkat pendidikan. Dimana tingkat pendidikan akan banyak mempengaruhi cara seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain. Ini terlihat dari wawasan politik, pilihan politik , hingga bahasa yang dia gunakan. Seperti yang dirasakan Ika dalam sosialisasi Pemilu 2014 yang dilakukan KPU, Ika merasa bahwa 17 sosialisasi mengenai Visi dan Misi Calon Presiden menggunakan bahasa yang tidak sesuai dengan pemilih pemula sehingga kadang tidak dimengerti oleh mahasiswa. Para narasumber KPU yang pastinya adalah orang orang yang berpendidikan lebih tinggi dari mahasiswa membuat kosa kata yang dipakai kadang kadang tidak di mengerti dan kurang akrab di telinga anak muda. b. Hambatan yang disebabkan oleh hubungan antar individu (orang lain) Hambatan yang datang ketika sumber informasi yang dibutuhkan oleh peneliti dimiliki oang lain, namun mengalami hambatan dalam mengakses sumber tersebut. Interest Interest atau kepentinganakan membuat seseorang selektif dalam mengan ggapi atau menghayati pesan. Dalam hambatan Psikologis mengenai interest, Pemilih pemula merasakan kesulitan dalam memilih media sebagai sumber informasi mereka, untuk mengetahui informasi Pemilu secara netral dengan pemberitaan yang berimbang. Karena media televisi yang dekat dan mudah di temui sudah terindikasi memihah capres. Kebanyakan dari informan mengeluhkan hambatan dalam mendapatkan informasi adalah ketidak netralan media.sehingga informasinya akan menyesatkan ini menjadi kesulitan tersendiri untuk mereka. c. Hambatan yang di sebabkan oleh lingkungan Hambatan yang meliputi fasilitas dalam mengakses informasi, keterbatasan koneksi , waktu perolehan informasi serta politik dan ideologi Motivasi Motivasi Merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu (Gerungan, 1983 : 142). Susila merasa hambatan yang ia temui adalah waktu yang sedikit, karena kesibukan kemahasiswaannya menyebabkan motivasi mencari danmendapatkan informasi kurang. Selain itu biasanya mahasiswa motivasinya menjadi rendah untuk mencari informasi mengenai pemilu, karena keterbatasan peralatan penunjang untuk mencari 18 informasi. Mengakses informasi lewat gadget, tapi bila kuota nya habis atau tidak ada koneksi dia malas untuk mencari informasi. Kesimpulan Pemilih pemula melakukan pencarian informasi politik karena dorongan untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, karena berada di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Dalam tahapan pencarian informasi; Starting ,Chaining ,Browsing ,Differentiating, Monitoring ,Extracting Keenam kelompok kegiatan ini juga dilakukan oleh pemilih pemula dalam pola komunikasi antarpribadi, dan ke-enam tahapan kegiatan tersebut bisa dilakukan secara bersama – sama jika pencarian informasi dilakukan dengan New Media (Internet). Pola Komunikasi yang terbentuk melalui kebiasaan pencarian informasi tersebut ialah; mahasiswa Ilmu komunikasi UNS kebanyakan mendapat informasi politik dari lingkungan sekitar mereka. Baik secara antarpersonal maupun bermedia. Dalam pola antarpersonal komunikasi politik yang terjalin, pemilih pemula mendapat informasi politik yang bersumber dari lingkungan keluarga, teman sebaya dan pubic opinion yang berada di lingkungan kampus. Dalam pola bermedia pemilih pemula masih menjadikan televisi sebagai media utama yang memberikan informasi, tetapi disamping itu internet dijadikan penyeimbang informasi politik yang mereka dapat agar menjadi pemilih cerdas. Biasanya mereka mengaksesnya lewat media sosial yaitu Facebook dan Twitter. Saran 1. Pelaksanaan pendidikan politik sejak dini pada anak secara formal maupun non formal akan membentuk karakter diri mereka menjadi anak yang mengerti politik, sehingga saat dewasa dan sudah mendapatkan hak pilih mereka akan menjadi pemilih cerdas yang mengerti pentingnya pemilu. 2. Dengan berkembangnya teknologi komunikasi membuat pemilih pemula lebih aktif di dalam menggunakan new media sebagai sumber informasi, sehingga pemerintah diharapkan juga lebih aktif dalam sosialisasi lewat new media. 19 3. Dalam penggunaan iklan sebagai sarana sosialisasi dan persuasi sebaiknya memaksimalkan penggunaan iklan audio visal dengan konsep yang manarik dan kreatif Daftar Pustaka Mulyana, Deddy.(2008). ILMU KOMUNIKASI:Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nimmo, Dan. (2006). KOMUNIKASI POLITIK Khalayak dan Efek,Bandung :PT Remaja Rosdakarya. Fiske, John., (2010), CULTURAL AND COMMUNICATION STUDIES: Sebuah Pengantar Paling Komperhensif. Yogyakarta: Jalasutra Marijan, Kacung,.(2010).SISTEM POLITIK INDONESIA: Konsolidasi Demokrasi Pasca-Orde Baru. (edisi,pertama). Jakarta :KENCANA. Effendy, Onong Uchjana. (1986). DINAMIKA KOMUNIKASI. Bandung: PT Rosdakarya. Liliweri, Alo. 2011. KOMUNIKASI Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Kencana. Nasrullah, Rulli. (2012). KOMUNIKASI ANTARBUDAYA Di Era Budaya Siber. Jakarta: Kencana.. Danial, Akhmad. (2009). Iklan Politik Tv. Yogyakarta :Lkis Janine Dermody , Stuart Hanmer-Lloyd and Richard Scullion, (2010) “Young people and voting behaviour: alienated youth and (or) an interested and critical citizenry?”( European Journal of Marketing Vol. 44 No. ¾,The Business School, University of Gloucestershire, Cheltenham, UK, and London School of Economics, London, UK).hlm. 421 Graeme Baxter, Rita Marcella and Evaggelos Varfis “The use of the internet by political parties and candidates in Scotland during the 2010 UK general election campaign”, (2013), (New Information Perspectives Vol. 65 No. 5, Department of Information Management, Aberdeen Business School, Robert Gordon University, Aberdeen, UK), hlm. 515 Siska Sasmita, “Peran Informasi Politik Terhadap Partisipasi Pemilih Pemula dalam Pemilu atau Pilkada”,(2011), (Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.2, No.1, Jurusan Administrasi Negara, Universitas Negeri Padang,Sumatra Barat,hlm 21 Rivalna Rivai, “Perilaku Pencarian Informasi Pejabat di Fakultas Tarbiyah Institute Agama Islam Negeri”,(2011), (Tesis : Fakutas Ilmu Pengetahuan Budaya Program Studi Ilmu Perpustakaan,Depok) 20