Kelompok I - Aufaa Shafira W - Dian Rahmawati - Mei Rizqinaa Z.L. (04) - Rona Hafida H.P. (05) - Tiea Khatija (09) - M. Dewanadi S. (10) (12) (16) 1. • • • • Menganalisis budaya politik di Indonesia Mendeskripsikan pengertian budaya politik Menganalisis tipe-tipe budaya politik yang berkembang dalam masyarakat Indonesia Mendeskripsikan pentingnya sosialisasi pengembangan budaya politik Menampilkan peran serta budaya politik partisipan A B • Pengertian Umum Budaya Politik • Pengertian Budaya Politik yang Dijadikan Pedoman C • Budaya Politik Menurut para Ahli D • Manfaat jika Dapat Memahami Budaya Politik E • Objek dan Orientasi Politik F • Kesimpulan Budaya politik merupakan sistem nilai dan keyakinan yang dimiliki bersama oleh masyarakat Setiap unsur masyarakat memiliki budaya politik yang berbeda Menurut Benedict Anderson, kebudayaan di Indonesia cenderung membagi secara tajam antara kelompok elit dengan kelompok massa Merupakan aspek politik dari nilai-nilai yang terdiri atas pengetahuan, adat istiadat, tahayul, & mitos. Dapat dilihat dari aspek doktrin dan aspek generiknya (bentuk). Hakikat dan ciri budaya politik yaitu menyangkut masalah nilai-nilai sebagai prinsip dasar. Bentuk budaya politik menyangkut sikap dan norma. Rusadi Kantaprawira pola tingkah laku individu dan orientasinya terhadap kehidupan politik yang dihayati oleh para anggota suatu sistem politik. Sidney Verba suatu sistem kepercayaan empirik, simbolsimbol ekspresif dan nilai-nilai yang menegaskan suatu situasi dimana tindakan politik dilakukan. Alan R. Ball suatu susunan yang terdiri dari sikap, kepercayaan, emosi dan nilai-nilai masyarakat yang berhubungan dengan sistem politik dan isu-isu politik. Austin Ranney seperangkat pandangan-pandangan tentang politik dan pemerintahan yang dipegang secara bersama-sama; sebuah pola orientasi-orientasi terhadap objek-objek politik. Gabriel A. Almond dan G. Bingham Powell, Jr. berisikan sikap, keyakinan, nilai dan keterampilan yang berlaku bagi seluruh populasi, juga kecenderungan dan pola-pola khusus yang terdapat pada bagian-bagian tertentu dari populasi. Adanya sikap warga negara terhadap sistem politik yang memengaruhi tuntutan-tuntutan, tanggapan, dukungan serta orientasinya terhadap sistem politik yang ada. Dapat mengerti dan memahami hubungan antara budaya politik dengan sistem politik atau faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya pergeseran politik. Komponen Objek Politik Pembeda Orientasi Politik Pengertian pandangan, pendapat, sikap, dan keyakinan warga negara terhadap objek politik. Dibagi 3, yaitu : suatu hal yang dijadikan sasaran dari orientasi politik warga negara. Pembagian Dibagi 3, yaitu : nya (1)Objek politik umum (sistem politik secara keseluruhan), yang meliputi sejarah bangsa, simbol negara, lembaga – lembaga negara, dsb. (2) Objek politik input lembaga/pranata politik yang termasuk proses input dalam sistem politik, seperti partai politik, ormas, dsb. (3) Objek politik output, contohnya Birokrasi (lembaga penyelenggara negara), lembaga-lembaga peradilan, undang-undang, dan peraturan. (1)Orientasi kognitif, yaitu berupa pengetahuan tentang kepercayaan pada politik, peranan dan segala kewajibannya serta input dan outputnya. (2)Orientasi afektif, yaitu perasaan (sikap) terhadap sistem politik, peranannya, para aktor dan penampilannya. (3)Orientasi evaluatif, yaitu keputusan dan pendapat (penilaian) tentang objekobjek politik yang secara tipikal melibatkan standar nilai dan kriteria dengan informasi dan perasaan. Menurut G. Almond dan S. Verba, bahwa objek orientasi politik warga negara adalah sistem politik yang terbagi ke dalam tiga golongan objek, yaitu : ◦ Peranan atau struktur khusus seperti badan legislatif, eksekutif atau birokrat. ◦ Pemegang jabatan, seperti pemimpin monarki, legislator dan administrator. ◦ Kebijaksanaan, keputusan atau penguatan keputusan, struktur pemegang jabatan. Budaya Politik adalah pola tingkah laku individu dan orientasinya terhadap sistem politik Berdasarkan Sikap yang Ditunjukkan Berdasarkan Sikap Terhadap Tradisi dan Perubahan Berdasarkan Orientasi Politiknya Tipe Budaya Politik Indonesia Ciri-ciri Budaya Politik 1. 2. Budaya Politik Militan Budaya politik militan tidak memandang perbedaan sebagai usaha mencari alternatif yangterbaik, tetapi melihatnya sebagai usaha jahat yang menantang. Budaya Politik Toleransi Budaya politik toleransi adalah budaya politik yang pemikirannya berpusat pada masalah atau ide yang harus dinilai. 1. 2. Budaya Politik yang Memiliki Sikap Mental Absolut Budaya politik yang mempunyai sikap mental absolut memiliki nilai-nilai dan kepercayaan yang dianggap selalu sempurna dan tidak dapat diubah lagi. Budaya Politik yang Memiliki Sikap Mental Akomodatif Struktur mental yang bersifat akomodatif biasanya terbuka dan bersedia menerima apa saja yang dianggap berharga. Ia dapat melepas ikatan tradisi, kritis terhadap diri sendiri, dan bersedia menilai berdasarkan perkembangan masa kini. a. b. c. Budaya Politik Parokial (parochial political culture), yaitu tingkat partisipasi politiknya sangat rendah yang disebabkan faktor kognitif. Budaya Politik Kaula (subject political culture), yaitu masyarakat bersangkutan sudah relatif maju tetapi masih bersifat pasif. Budaya Politik Partisipan (participant political culture), yaitu budaya politik yang ditandai dengan kesadaran politik yang sangat tinggi. Contoh : membayar pajak sesuai dengan ketentuan, melaksanakan pemilu secara sadar dan bertanggung jawab, dsb. Parokial Kaula Partisipan Frekuensi orientasi terhadap sistem sebagai objek umum,objek input,output,pribadi sebagai partisipasi aktif mendekati nol Terdapat frekuensi orientasi yang tinggi terhadap sistem diferensiatif dan aspek output,namun frekuensi orientasi terhadap sistem sebagai objek input dan pribadi sebagai partisipasi aktif mendekati nol Frekuensi orientasi terhadap sistem sebagai objek umum,objek input,output,pribadi sebagai partisipasi aktif mendekati satu Tidak terdapat peran-peran politik yang khusus dari masyarakat Orientasi subjek lebih bersifat afektif dan normatif dari pada kognitif Masyarakt berperan secara aktif Orientasi parokial menyatakan absennya harapan-harapan akan perubahan yang komparatif yang diinisiasikan oleh sistem politik Hubungannya dengan sistem politik secara umum dan dengan output administratif secara esensial merupakan hubungan yang pasif Bentuk kultur di mana anggota masyarakt cenderung diorientasikan secara eksplisit terhadap sistem politik secara komprehensif dan terhadap struktur dan proses politik serta administratif Parokialisme murni berlangsung dalam sistem tradisional yang lebih sederhana dimana spesialisasi politik berada pada jenjang yang sangat minimum Seiring di dalam masyarakat dimana tidak terdapat struktur input yang terindikasi Anggota masyarakat partisipatif terhadap objek politik Sebagian besar masyarakat Indonesia masih berpendidikan rendah dan tidak mau tahu menahu soal politik, sehingga bisa dibilang berbudaya politik parokhial. Sebagian lain, yang berpendidikan telah sadar akan politik Indonesia, tapi tetap tidak begitu peduli dengannya. Maka bisa juga dibilang berbudaya politik Kaula. Namun, sebagian kecil masyarakat yang berpendidikan tinggi, telah “melek” politik dan berperan secara aktif di dalamnya, dan dapat disebut berbudaya politik partisipan. Tapi, pada hakikatnya, secara keseluruhan tipe budaya politik di Indonesia adalah Parokhial-Kaula. Menyangkut masalah legitimasi Pengaturan kekuasaan Proses pembuatan kebijakan pemerintah Perilaku aparat negara, dan sebagainya. Definisi Definisi para Ahli Proses Sosialisasi Politik Sarana Sosialisasi Politik Komunikasi Politik Sosialisasi politik adalah proses yang perlu dilalui para anggota masyarakat agar dapat memperoleh sikap dan orientasi terhadap kehidupan politik yang berlangsung dalam masyarakat. adalah bahwa adanya sosialisasi kesadaran politik ini akan menimbulkan kepedulian warga negara terhadap sisrtem politik yang ada, sehingga akan memunculkan partisipasi politik yang tinggi. Gabriel A. Almond Sosialisasi politik merupakan sarana bagi sustu generasi untuk menyampaikan patokan keyakinan politik bagi generasi berikutnya. Irvin L. Child Dalam sosialisasi politik, individu dituntut untuk mengembangkan tingkah laku aktualnya dengan standarstandar dari kelompoknya. Richard E. Dawson Sosialisasi dapat dipandang sebagai suatu pewarisan pengetahuan, nilai-nilai, dan pandangan politik dari sarana sosialisasi kepada warga negara baru dan mereke yang baru menginjak dewasa. Alfian Pendidikan politik adalah usaha untuk menggubah proses sosialisasi politik masyarakat agar nilai-nilai yang terkandung dalam suatu sistem politik dapat dihayati, sehingga melahirkan sikap dan perilaku politik yang mendukung sistem politik yang ideal dan hendak dibangun Proses sosialisasi politik berjalan terus menerus, proses ini dapat berupa pengajaran secara langsung dengan melibatkan komunikasi informasi, nilai-nilai, atau perasaan-perasaan mengenai politik secara tegas. Menurut Easton dan Hess : Pengenalan otoritas melalui individu tertentu, seperti orangtua, presiden dan polisi Perkembangan pembedaan antara otoritas internal dan eksternal, yaitu antara pejabat swasta dan pejabat pemerintah Pengenalan institusi-institusi politik yang impersonal, seperti kongres (parlemen), mahkamah agung, dan pemungutan suara (pemilu) Perkembangan pembedaan antara institusi-institusi politik dan orang-orang yang terlibat dalam aktivitas yang diasosiasikan dengan insitusi tersebut Keluarga Wadah penanaman nilai-nilai politik yang paling efektif dan efisien, terutama dalam hal pembentukan sikap terhadap wewenang kekuasaan. Sekolah Siswa dapat memperoleh pengetahuan awal tentang kehidupan politik serta nilai-nilai politik yang benar menurut sudut pandang akademis. Partai Politik Melalui perekrutan anggota kader maupun simpatisannya, partai politik mampu menanamkan nilai dan norma politik dari satu generasi ke generasi berikutnya. Fungsi parpol adalah sebagai sarana a. Sosialisasi politik b. Rekrutmen politik c. Komunikasi politik d. Pengatur konflik e. Pendidikan politik Pendidikan politik oleh parpol masih belum maksimal, dapat dilihat dari belum sadar dan belum “melek” nya masyarakat indonesia mengenai pentingnya memahami politik itu sendiri. Tempat kerja, kelompok bermain, media massa, dll. Komunikasi politik, menurut Almond dan Powell, merupakan suatu fungsi sistem yang mendasar dengan konsekuensi melihara ataupun meubah kebudayaan politik dan struktur politik. Menurut Hyman sosialisasi politik merupakan proses belajar yang kontinu, baik belajar secara emosional maupun indoktrinasi politik yang nyata dan dimediai oleh segala partisipasi dan pengalaman individu. Oleh karena itu, komunikasi politik berfungsi sebagai suatu proses sosialisasi bagi anggota masyarakat. Pengertian Partisipasi Politik Konsep Partisipasi Politik Praktik Partisipasi Politik Tingkatan Partisipasi Politik Kategori Partisipasi Politik Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang /sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik (penentuan sikap dan keterlibatan hasrat setiap individu dalam situasi dan kondisi organisasinya). Contoh : mengikuti pemilu dan mlakukan upaya – upaya untuk memengaruhi kebijakan pemerintah. Penyebab timbulnya gerakan ke arah partisipasi politik yang lebih luas dalam proses politik menurut Myron Weiner : ◦ Modernisasi di segala bidang kehidupan ◦ Perubahan – perubahan struktur kelas sosial ◦ Pengaruh kaum intelektual dan komunikasi massa modern ◦ Konflik antarkelompok pemimpin politik ◦ Keterlibatan pemerintah yang meluas dalam urusan sosial, ekonomi, dan kebudayaan Konsep partisipasi politik memberikan gambaran apa dan bagaimana partisipasi politik itu. Beberapa konsep partisipasi politik menurut para ahli: Tokoh Kevin R. Hardwick Miriam Budiardjo Ramlan Surbakti Michael Rush dan Philip Althoft Kesimpulan + tambahan Partisipasi politik memberi perhatian pada cara-cara warga negara berinteraksi dengan pemerintah, warga negara berupaya menyampaikan kepentingan-kepentingan mereka terhadap pejabat-pejabat publik agar mampu mewujudkan kepentingan-kepentingan tersebut. Indikator: ◦ Terdapat interaksi antara warga negara dengan pemerintah ◦ Terdapat usaha warga negara untuk memengaruhi pejabat publik Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, dengan jalan memilih pimpinan negara, dan secara langsung atau tidak langsung memengaruhi kebijakan pemerintah. Indikator: ◦ Berupa kegiatan individu atau kelompok. ◦ Bertujuan ikut aktif dalam kehidupan politik, memilih pimpinan publik atau memengaruhi kebijakan publik. Partisipasi politik ialah keikutsertaan warga negara biasa dalam menentukan segala keputusan menyangkut atau memengaruhi hidupnya. Partisipasi politik berarti keikutsertaan warga negara biasa (yang tidak mempunyai kewenangan) dalam memengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Indikator: ◦ Keikutsertaan warga negara dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan politik. ◦ Dilakukan oleh warga negara biasa. Partisipasi politik adalah keterlibatan individu sampai pada bermacam-macam tingkatan di dalam sistem politik. Indikator: ◦ Berwujud keterlibatan individu dalam sistem politik. ◦ Memiliki tingkatan-tingkatan partisipasi. Jadi, partisipasi politik yang dilakukan termanifestasikan dalam kegiatan – kegiatan sukarela yang nyata dilakukan(tidak menekankan pada sikap-sikap) Batasan penggunaan konsep partisipasi politik menurut Ramlan Surbakti: ◦ Berupa kegiatan/perilaku luar individu warga negara biasa yang dapat diamati, bukan sikap dan orientasi ◦ Diarahkan untuk memengaruhi pemerintah sebagai pembuat dan pelaksana kebijakan(misal: memberikan alternatif kebijakan/mendukung/menolak kebijakan) ◦ Kegiatan yang berhasil/gagal tetap memengaruhi pemerintah ◦ Dapat dilaksanakan secara langsung/tidak langsung ◦ Dapat dilakukan melalui prosedur yang wajar (konvensional) maupun konvensional, dengan kekerasan atau tanpa kekerasan. Bentuk partisipasi politik Konvensional dan Non Konvensional: Konvensional Non Konvensional Voting Pengajuan petisi Diskusi politik Demo Kampanye Konfrontasi Membentuk dan bergabung Mogok dalam kelompok kepentingan Komunikasi individual dengan pejabat politik administratif Tindak kekerasan politik terhadap harta benda(perusakan, dll) dan terhadap manusia(pembunuhan, penculikan, dll) Konsep partisipasi politik berbeda dengan konsep perilaku politik. Institusi politik yang menjadi sasaran/objek politik dalam partisipasi politik adalah pemerintah sebagai pemegang otoritas. Hal yang paling prinsipil tentang keterlibatan warga negara secara langsung/tidak terjadi dalam suprastruktur politik. 5 bentuk kegiatan utama dalam partisipasi politik menurut Huntington dan Nelson : ◦ Kegiatan pemilihan (contoh: voting, ikut pemilu) ◦ Lobbying upaya menghubungi pejabat/pemimpin politik untuk memengaruhi keputusan mereka tentang persoalan yang menyangkut sejumlah besar orang. ◦ Kegiatan organisasi (contoh: HMM = Himpunan Mahasiswa Muhammadiyah). ◦ Mencari koneksi dengan pejabat pemerintah yang bertujuan mendapatkan keuntungan untuk kelompok kecil ◦ Tindakan kekerasan 7 bentuk partisipasi politik individual menurut Milbrarth M. L. Goel : No Bentuk Partisipasi Keterangan 1. Aphatetic inactives Tidak beraktivitas yang partisipatif. 2. Passive supporters Memilih secara reguler/teratur, menghindari parade patriatik, membayar pajak, ‘mencintai’ negara. 3. Contact specialist Pejabat penghubung lokal (daerah), propinsi dan nasional dalam masalah-masalah tertentu. 4. Communicators Mengikuti informasi-informasi politik, terlibat dalam dialog, menulis surat pada editor surat kabar, mengirim pesan-pesan dukungan dan protes terhadap pemimpin-pemimpin politik. No Bentuk Partisipasi Keterangan 5. Party and campaign workers Bekerja untuk partai politik atau kandidat, meyakinkan orang lain tentang bagaimana memilih, menghadiri pertemuan-pertemuan, menyumbang uang pada partai politik dan kandidat, bergabung dan mendukung partai politik, dipilih jadi kandidat partai politik. 6. Community activists Bekerja dengan orang lain berkaitan dengan masalah-masalah lokal, membentuk kelompok untuk menangani problem-problem lokal, keanggotaan aktif dalam organisasi-organisasi kemasyarakatan, melakukan kontak terhadap pejabat-pejabat berkenaan dengan isu-isu sosial. 7. Protesters Bergabung dalam demonstrasi-demonstrasi publik di jalanan, melakukan kerusuhan bila perlu, melakukan protes keras bila pemerintah melakukan sesuatu yang salah, menghadapi pertemuanpertemuan protes, menolak mematuhi aturanaturan. Semakin tinggi tingkat partisipasi politik, semakin tinggi intensitasnya, dan semakin kecil luas cakupannya. Demikian - Pejabat partai sepenuh waktu pula sebaliknya. 1 2 3 4 - Pemimpin partai/kelompok kepentingan - Petugas kampanye - Anggota aktif partai/kelompok kepentingan dalam proyekproyek sosial - Menghadiri rapat umum anggota partai/kelompok kepentingan - Membicarakan masalah politik - Mengikuti perkembangan politik - Memberikan suara - Orang-orang apolitis Kategori Pengamat: Seperti menghadiri rapat umum, memberikan suara dalam pemilu, menjadi anggota kelompok kepentingan, mendiskusikan masalah politik, perhatian pada perkembangan politik, dan usaha meyakinkan orang lain. (Proporsi atau lingkup jumlah orang yang terlibat tinggi) Intensitas Partisipasi: ◦ Jika dikaitkan arti pentingnya bagi sistem politik, praktikpraktik tersebut tingkat hubungannya rendah, atau tingkat efektivitasnya dalam memengaruhi kebijakan yang dibuat oleh pemerintah membutuhkan waktu dan sumber daya yang cukup banyak. Kategori Aktivis: Jumlahnya terbatas, hanya diperuntukkan bagi sejumlah kecil orang (terutama elit politik) yang memiliki kesempatan untuk terlibat dalam proses politik dengan mekanisme dan kekuatan pengaruh seperti ini. Kegiatan yang dilakukan tidak hanya ditempuh dengan cara formal—prosedural. Hal ini dikarenakan terdapat juga warga negara yang berusaha memengaruhi proses politik dengan cara nonformal, seperti pembunuhan, terorisme, dan pembajakan. Intensitas Partisipasi: ◦ Yang memiliki intensitas tinggi dalam partisipasi politik: para pejabat umum, pejabat partai penuh waktu, dan pimpinan kelompok kepentingan. Mereka memiliki akses yang cukup kuat untuk melakuan hubungan “pribadi” dengan pejabat-pejabat pemerintah. ◦ Jika dilihat secara objektif, praktik-praktik ini meskipun ilegal namun memiliki intensitas atau daya pengaruh yang cukup kuat agar bisa diperhatikan pemerintah dengan serius, sekaligus sebagai tekanan agar kebijakan-kebijakan pemerintah menguntungkan kelompok-kelompok yang menggunakan cara-cara tersebut. Althoff mengatakan bahwa hirarki yang terjadi dalam partisipasi politik sangat bergantung pada akibat besar yang disebabkannya terhadap sistem politik. Menurutnya, tingkatan partisipasi politik adalah sebagai berikut: ◦ Menduduki jabatan politik/administratif ◦ Mencari jabatan politik /administratif ◦ Keanggotaan aktif suatu organisasi politik ◦ Keanggotaan pasif suatu organisasi politik ◦ Keanggotaan aktif suatu organisasi semu politik ◦ Keanggotaan pasif suatu organisasi semu politik ◦ Partisipasi dalam rapat umum, demonstrasi, dan sebagainya. ◦ Partisipasi dalam diskusi politik informal minat umum dalam berbagai bidang politik ◦ Voting Jadi, umumnya partisipasi politik berbanding terbalik dengan intensitasnya.