ISSN 1693-4849 JURNAL PENDIDIKAN SERAMBI ILMU (Wadah Informasi Ilmiah dan Kreativitas Intelektual Pendidikan) VOLUME 24 NOMOR 1 MARET 2016 Aktivitas Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Sistem Ekskresi dengan Menggunakan Metode Peta Konsep Di SMPN 2 Banda Aceh Anita Noviyanti (1-7) Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa Kelas XII TKJ.2 SMK Negeri 1 Bireuen Bima Albert (8-17) Meningkatkan Hasil Belajar Tekanan Hidrostatis melalui NHT Siswa Kelas X TPTU SMK Negeri 1 Bireuen Fatimah Abubakar (18-27) Perkembangan Budaya Politik Di Indonesia M. Yusuf (28-34) Meningkatkan Hasil Belajar Norma Masyarakat Indonesia melalui STAD Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Jeumpa Yusrawati (35-44) Meningkatkan Ketrampilan Menyusun RPP Berbasis K13 melalui Modeling KKKS Gugus III SD Negeri 28 Peusangan Kabupaten Bireuen Zainuddin (45-55) Antisipasi Lembaga Perbankan Di Kota Banda Aceh dalam Mencegah Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) yang Dilakukan oleh Nasabah dan Korporasi Zulfan Yusuf (56-66) Kajian Pedagogical Content Knowledge Calon Guru Rini Sulastri (67-70) Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IX-2 Semester I Tahun 2013/2014 Materi Sejarah Terjadinya Uang dan Pengertian Uang melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Di SMP Negeri 1 Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya Usmayani (71-87) Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Teks Teks Iklan dalam Surat Kabar melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Kelas IX-2 Semester I Tahun Ajaran 2014/2015 SMP Babul Istiqamah Susoh A.Rani (88-105) Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Materi Organ Pernafasan melalui Metode Alat Peraga Kelas V Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016 pada SD Negeri 12 Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya Aidar (106-119) Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Penulisan Laporan Perjalanan dengan Menggunakan Metode Penugasan Di Kelas VIII-1 Semester I Tahun 2014/2015 SMP Negeri Tunas Nusa Kabupaten Aceh Barat Daya Hasmanidar (120-132) Diterbit Oleh FKIP Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu Volume 24 Publikasi Online: jurnal.serambimekkah.ac.id/jurnal-fkip/ Nomor 1 Hal 1-132 Banda Aceh Maret 2016 Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1 28 PERKEMBANGAN BUDAYA POLITIK DI INDONESIA Oleh M. Yusuf* Abstrak Perkembangan budaya politik di Indonesia merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat dengan ciri-ciri yang lebih khas. Istilah budaya politik meliputi masalah legitimasi, pengaturan kekuasaan, proses gejolak masyarakat terhadap kekuasaan yang memerintah. Dengan demikian, budaya politik langsung mempengaruhi kehidupan politik dan menentukan keputusan nasional yang menyangkut pola pengalokasian sumber-sumber daya masyrakat. Almond dan verba mendefinisikan budaya politik sebagai suatu siap orientasi yang khas warga Negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya, dan sikap terhadap peranan warga Negara yang ada didalam sistem itu. Dengan kata lain bagaimana distribusi pola-pola orientasi khusus menuju tujuan politik diantara masyarakat bangsa itu. Budaya Politik Indonesia saat ini adalah Campuran dari Parokial, Kaula, dan Partisipan, dari segi budaya Politik Partisipan, Semua ciri-cirinya telah terjadi di Indonesia dan ciri-ciri budaya politik Parokial juga ada yang memenuhi yaitu seperti berlangsungnya pada masyarakat tradisional dan pada budaya politik kaula ada yang memenuhi seperti warga menyadari sepenuhnya otoritas pemerintah. Kecendrungan Neo-patrimonisalistik dimana salah satu kecendrungan dalam kehidupan politik di Indonesia adalah adanya kecendrungan munculnya budaya politik yang bersifat neo-patrimonisalistik; artinya meskipun memiliki atribut yang bersifat modern dan rasionalistik seperti birokrasi, perilaku negara masih memperlihatkan tradisi dan budaya politik yang berkarakter patrimonial. Perkembangan budaya politik di Indonesia tidak terlepas dari peradaban budaya politik yang terjadi di Indonesia. Kata Kunci : Budaya Politik dan Perkembangannya di Indonesia PENDAHULUAN Setiap warga Negara Indonesia dalam kesehariannya hampir selalu bersentuhan dengan aspek-aspek politik praktis baik yang bersimbol maupun tidak. Proses pelaksanaanya dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung. Secara tidak langsung, berarti sebatas mendengar informasi atau berita-berita tentang peristiwa politik yang terjadi. Secara langsung , berarti orang tersebut terlibat dalam peristiwa politik tertentu. Kehidupan politik yang merupakan bagian dari keseharian dalam interaksi antar warga Negara dengan pemerintah institusi-institusi di luar pemerintah (non-formal) telah menghasilkan dan membentuk variasi pendapat, pandangan dan pengetahuan tentang praktik-praktik perilaku politik dalam semua system politik. Perkembangan budaya politik di Indonesia merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat dengan ciri-ciri yang lebih khas. Istilah budaya politik meliputi masalah M. Yusuf, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen legitimasi, pengaturan kekuasaan, proses gejolak masyarakat terhadap kekuasaan yang memerintah. Dengan demikian, budaya politik langsung mempengaruhi kehidupan politik dan menentukan keputusan nasional yang menyangkut pola pengalokasian sumbersumber daya masyrakat. Budaya politik merupakan sistem nilai dan keyakinan dimiliki bersama oleh masyarakat. Almond dan verba mendefinisikan budaya politik sebagai suatu siap orientasi yang khas warga Negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya, dan sikap terhadap peranan warga Negara yang ada didalam sistem itu. Dengan kata lain bagaimana distribusi pola-pola orientasi khusus menuju tujuan politik diantara masyarakat bangsa itu. Budaya Politik Indonesia saat ini adalah Campuran dari Parokial, Kaula, dan Partisipan, dari segi budaya Politik Partisipan, Semua ciricirinya telah terjadi di Indonesia dan ciri-ciri budaya politik Parokial juga ada yang Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1 memenuhi yaitu seperti berlangsungnya pada masyarakat tradisional dan pada budaya politik kaula ada yang memenuhi seperti warga menyadari sepenuhnya otoritas pemerintah. Setelah era reformasi memang orang menyebut Indonesia telah menggunakan budaya Politik partisipan karena telah bebasnya Demokrasi, partisipatifnya masyarakat dan tidak tunduk akan keputusan atau kinerja pemerintah baru . Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, antara lain: 1. Bagaimana pengertian dari budaya politik? 2. Apa saja komponen dan tipe budaya politik? 3. Bagaimana perkembangan budaya politik di Indonesia? Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk menjelaskan dan meningkatkan pemahaman peserta didik tentang budaya politik, serta mengetahui proses perkembangan budaya politik di Indonesia 1. Peserta didik memahami dan mengerti konsep budaya politik 2. Peserta didik mengetahui komponen dan tipe budaya politik 3. Peserta didik mampu meningkatkan motivasi belajar konsep budaya politik dan mengetahui proses perkembangan budaya politik di Indonesia serta dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. PEMBAHASAN Pengertian Budaya Politik Budaya politik merupakan pola perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan bernegara, penyelenggaraan administrasi negara, politik pemerintahan, hukum, adat istiadat, dan norma kebiasaan yang dihayati oleh seluruh anggota masyarakat setiap harinya. Budaya politik juga dapat di artikan sebagai suatu sistem nilai bersama suatu masyarakat yang memiliki kesadaran untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan kolektif dan penentuan kebijakan publik untuk masyarakat seluruhnya. Ada banyak sarjana ilmu politik yang telah mengkaji tema budaya politik sehingga terdapat variasi konsep tentang budaya politik yang kita ketahui. Namun bila diamati dan dikaji lebih jauh, derajat/tingkat perbedaan konsep tersebut tidaklah begitu besar sehingga tetap dalam satu pemahaman dan rambuM. Yusuf, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen 29 rambu yang sama. Berikut ini merupakan pengertian budaya politik menurut beberapa ahli ilmu politik. Berikut ini merupakan pengertian budaya politik menurut beberapa ahli ilmu politik adalah sebagai berikut : a. Rusadi Sumintapura Budaya politik tidak lain adalah pola tingkah laku individu dan orientasinya terhadap kehidupan poltik yang dihayati oleh para anggota suatu system politik. b. Sidney Verba Budaya politik adalah suatu system kepercayaan empirik, symbol-symbol eksresif, dan nilai-nilai yang menegaskan suatu situasi di mana tindakan politik dilakukan. c. Alan R. Ball Budaya politik adalah suatu susunan yang terdiri dari sikap, kepercayaan, emosi dan nilai-nilai masyarakat yang berhubungan dengan sIstem politik dan isu-isu politik. d. Austin ranney Budaya politik adalah seperangkat pandangan tentang politik dan pemerintahan yang dipegang secara bersama-sama, sebuah pola orientasi terhadap objek-objek politik. e. Gabriel A. Almond dan G. Bingham powell, Jr. Budaya politik berisikan sikap, keyakinan, nilai, dan keterampilan yang berlaku bagi seluruh populasi, juga kecenderungan dan pola- pola khusus yang terdapat pada bagian-bagian tertentu dari populasi. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut diatas (dalam arti umum atau menurut para ahli), dapat ditarik beberapa batasan konseptual tentang budaya politik sebagai berikut: 1). Bahwa konsep budaya politik lebih memberikan penekanan pada perilakuperilaku nonaktual seperti orientasi, sikap, nilai-nilai dan kepercayaankepercayaan. 2). Hal-hal yang diorientasikan dalam budaya politik adalah sisitem politik, artinya pembicaraan tentang budaya politik tidak pernah lepas dari pembicaraan tentang sistem politik. 3). Budaya politik merupakan deskripsi konseptual yang menggambarkan komponen-komponen budaya politik dalam tataran massif, atau mendeskripsikan masyarakat di suatu Negara atau wilayah, bukan per individu. M. Yusuf, Perkembangan Budaya Politik Di Indonesia Dengan memahami pengertian budaya politik, kita akan memperoleh paling tidak dua mannfaat, yakni: a. Sikap warga Negara terhadap system politik akan mempengaruhi tuntutan, tanggapan, dukungan, serta orientasinya terhadap sistem politik itu. b. Hubungan antara budaya politik dengan system politik atau factor-factor apa yang menyebabkan terjadinya pergeseran politik dapat dimengerti. Komponen-komponen Budaya Politik Menurut Ranney, budaya politik memiliki dua komponen utama, yaitu orientasi kognitif (cognitive orientations )dan orientasi afektif (affective orientation). Sementara itu, Almond dan Verba dengan lebih komprehensif mengacu pada apa yang dirumuskan Parsons dan Shils tentang klasifikasi tipe – tipe orientasi, bahwa budaya politik mengandung tiga komponen objek politik berikut: a. Orientasi kognitif : berupa pengetahuan tentang kepercayaan pada politik, peranan, dan segala kewajiban serta input dan outputnya. b. Orientasi afektif : berupa perasaan terhadap sistem politik, peranannya, para actor, dan penampilannya. c. Orientasi evaluatif: berupa keputusan dan pendapat tentang objek- objek politik yang secara tipikal melibatkan standar nilai dan kriteria informasi dan perasaan. Secara umum budaya politik terbagi atas tiga : 1. Budaya politik apatis (acuh, masa bodoh, dan pasif) 2. Budaya politik mobilisasi (didorong atau sengaja dimobilisasi) 3. Budaya politik partisipatif (aktif) Tipe-tipe Budaya Politik · Budaya politik parokial yaitu budaya politik yang tingkat partisipasi politiknya sangat rendah. Budaya politik suatu masyarakat dapat di katakan Parokial apabila frekuensi orientasi mereka terhadap empat dimensi penentu budaya politik mendekati nol atau tidak memiliki perhatian sama sekali terhadap keempat dimensi tersebut. Tipe budaya politik ini umumnya terdapat pada masyarakat suku Afrika atau masyarakat M. Yusuf, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen 30 pedalaman di Indonesia. dalam masyarakat ini tidak ada peran politik yang bersifat khusus. Kepala suku, kepala kampung, kyai, atau dukun,yang biasanya merangkum semua peran yang ada, baik peran yang bersifat politis, ekonomis atau religius. · Budaya politik kaula (subjek),yaitu budaya politik yang masyarakat yang bersangkutan sudah relatif maju baik sosial maupun ekonominya tetapi masih bersifat pasif. Budaya politik suatu masyarakat dapat dikatakan subyek jika terdapat frekuensi orientasi yang tinggi terhadap pengetahuan sistem politik secara umum dan objek output atau terdapat pemahaman mengenai penguatan kebijakan yang di buat oleh pemerintah. Namun frekuensi orientasi mengenai struktur dan peranan dalam pembuatan kebijakan yang dilakukan pemerintah tidak terlalu diperhatikan. Para subyek menyadari akan otoritas pemerintah dan secara efektif mereka di arahkan pada otoritas tersebut. Sikap masyarakat terhadap sistem politik yang ada ditunjukkan melalui rasa bangga atau malah rasa tidak suka. Intinya, dalam kebudayaan politik subyek, sudah ada pengetahuan yang memadai tentang sistem politik secara umum serta proses penguatan kebijakan yang di buat oleh pemerintah. · Budaya politik partisipan,yaitu budaya politik yang ditandai dengan kesadaran politik yang sangat tinggi. Masyarakat mampu memberikan opininya dan aktif dalam kegiatan politik. Dan juga merupakan suatu bentuk budaya politik yang anggota masyarakatnya sudah memiliki pemahaman yang baik mengenai empat dimensi penentu budaya politik. Mereka memiliki pengetahuan yang memadai mengenai sistem politik secara umum, tentang peran pemerintah dalam membuat kebijakan beserta penguatan, dan berpartisipasi aktif dalam proses politik yang berlangsung. Masyarakat cenderung di arahkan pada peran pribadi yang aktif dalam semua dimensi di atas, meskipun perasaan dan evaluasi mereka terhadap peran tersebut bisa saja bersifat menerima atau menolak. Budaya Politik yang Berkembang di Indonesia Gambaran sementara tentang budaya politik Indonesia, yang tentunya harus di telaah dan di buktikan lebih lanjut, adalah pengamatan tentang variabel sebagai berikut : Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1 a. Konfigurasi subkultur di Indonesia masih aneka ragam, walaupun tidak sekompleks yang dihadapi oleh India misalnya, yang menghadapi masalah perbedaan bahasa, agama, kelas, kasta yang semuanya relatif masih rawan/rentan. b. Budaya politik Indonesia yang bersifat Parokial-kaula di satu pihak dan budaya politik partisipan di lain pihak, di satu segi masa masih ketinggalan dalam mempergunakan hak dan dalam memikul tanggung jawab politiknya yang mungkin di sebabkan oleh isolasi dari kebudayaan luar, pengaruh penjajahan, feodalisme, bapakisme, dan ikatan primordial. c. Sikap ikatan primordial yang masih kuat berakar, yang di kenal melalui indikatornya berupa sentimen kedaerahan, kesukaan, keagamaan, perbedaan pendekatan terhadap keagamaan tertentu; purutanisme dan non puritanisme dan lain-lain. d. Kecendrungan budaya politik Indonesia yang masih mengukuhi sikap paternalisme dan sifat patrimonial; sebagai indikatornya dapat di sebutkan antara lain bapakisme, sikap asal bapak senang. e. Dilema interaksi tentang introduksi modernisasi (dengan segala konsekuensinya) dengan pola-pola yang telah lama berakar sebagai tradisi dalam masyarakat. Hirarki yang tegar/ketat dimana masyarakat Jawa, dan sebagian besar masyarakat lain di Indonesia, pada dasarnya bersifat hirarkis. Stratifikasi sosial yang hirarkis ini tampak dari adanya pemilahan tegas antara penguasa (wong gedhe) dengan rakyat kebanyakan (wong cilik). Masingmasing terpisah melalui tatanan hirarkis yang sangat ketat. Alam pikiran dan tatacara sopan santun diekspresikan sedemikian rupa sesuai dengan asal usul kelas masing-masing. Penguasa dapat menggunakan bahasa 'kasar' kepada rakyat kebanyakan. Sebaliknya, rakyat harus mengekspresikan diri kepada penguasa dalam bahasa 'halus'. Dalam kehidupan politik, pengaruh stratifikasi sosial semacam itu antara lain tercemin pada cara penguasa memandang diri dan rakyatnya.· Kecendrungan Patronage dimana pola hubungan Patronage merupakan salah satu budaya politik yang menonjol di Indonesia. Pola hubungan ini bersifat individual. Dalam kehidupan politik, tumbuhnya budaya politik M. Yusuf, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen 31 semacam ini tampak misalnya di kalangan pelaku politik. Mereka lebih memilih mencari dukungan dari atas daripada menggali dukungn dari basisnya. Kecendrungan Neo-patrimonisalistik dimana salah satu kecendrungan dalam kehidupan politik di Indonesia adalah adanya kecendrungan munculnya budaya politik yang bersifat neo-patrimonisalistik; artinya meskipun memiliki atribut yang bersifat modern dan rasionalistik seperti birokrasi, perilaku negara masih memperlihatkan tradisi dan budaya politik yang berkarakter patrimonial. Ciri-ciri birokrasi modern: Adanya suatu struktur hirarkis yang melibatkan pendelegasian wewenang dari atas ke bawah dalam organisasi Adanya posisi-posisi atau jabatan-jabatan yang masing-masing mempunyai tugas dan tanggung jawab yang tegas Adanya aturan-aturan, regulasi-regulasi, dan standar-standar formalyang mengatur bekerjanya organisasi dan tingkah laku anggotanya Adanya personel yang secara teknis memenuhi syarat, yang dipekerjakan atas dasar karier, dengan promosi yang didasarkan pada kualifikasi dan penampilan. Budaya Politik di Indonesia Budaya politik di Indonesia merupakan perwujudan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat Indonesia yang diyakini sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan kegiatan polituk kenegaraan. Budaya politik Indonesia selalu berubah mengikuti perkembangan zaman. Tetapi itu hanya terjadi pada daerah perkotaan dan pedesaan yang telah maju, sedangkan pada daerah-daerah terpencil itu tidak terjadi perubahan karena kurangnya pendidikan dan informasi Indonesia menjalankan pemerintahan republik presidensial multipartai yang demokratis. Seperti juga di negara-negara demokrasi lainnya, sistem politik di Indonesia didasarkan pada Trias Politika yaitu kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif. Kekuasaan legislatif dipegang oleh sebuah lembaga bernama Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang terdiri dari dua badan yaitu DPR yang anggota-anggotanya terdiri dari wakilwakil Partai Politik dan DPD yang anggota- M. Yusuf, Perkembangan Budaya Politik Di Indonesia anggotanya mewakili provinsi yang ada di Indonesia. Setiap daerah diwakili oleh 4 orang yang dipilih langsung oleh rakyat di daerahnya masing-masing. MPR dulunya adalah lembaga tertinggi negara. Namun setelah amandemen ke-4 MPR bukanlah lembaga tertinggi lagi. Keanggotaan MPR berubah setelah Amandemen UUD 1945 pada periode 19992004. Seluruh anggota MPR adalah anggota DPR, ditambah dengan anggota DPD (Dewan Perwakilan Daerah). Anggota DPR dan DPD dipilih melalui pemilu dan dilantik dalam masa jabatan lima tahun. Anggota MPR saat terdiri dari 560 anggota DPR dan 132 anggota DPD. Lembaga eksekutif berpusat pada presiden, wakil presiden, dan kabinet. Kabinet di Indonesia adalah Kabinet Presidensial sehingga para menteri bertanggung jawab kepada presiden dan tidak mewakili partai politik yang ada di parlemen. Lembaga Yudikatif sejak masa reformasi dan adanya amandemen UUD 1945 dijalankan oleh Mahkamah Agung, Komisi Yudisial, dan Mahkamah Konstitusi, termasuk pengaturan administrasi para hakim. Meskipun demikian keberadaan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tetap dipertahankan. Peradaban Budaya Politik di Indonesia Budaya Politik Indonesia saat ini adalah Campuran dari Parokial, Kaula, dan Partisipan, dari segi budaya Politik Partisipan , Semua ciri- cirinya telah terjadi di Indonesia dan ciriciri budaya politik Parokial juga ada yang memenuhi yaitu seperti berlangsungnya pada masyarakat tradisional dan pada budaya politik kaula ada yang memenuhi seperti warga menyadari sepenuhnya otoritas pemerintah. Setelah era reformasi memang orang menyebut Indonesia telah menggunakan budaya Politik partisipan karena telah bebasnya Demokrasi, partisipatifnya masyarakat dan tidak tunduk akan keputusan atau kinerja pemerintah baru . Perlu diketahui ketika era orde baru Demokrasi dikekang. Segala bentuk media dikontrol/diawasi oleh pemerintah lewat Departemen Penerangan supaya tidak mempublikasikan kebobrokan pemerintah. Peradaban budaya politik di Indonesia terbagi kedalam beberapa zaman yaitu sebagai berikut: 1. Zaman Penjajahan Belanda M. Yusuf, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen 32 Zaman ini partai-partai politik tidak dapat hidup damai dan tentram.Hal ini disebabkan setiap partai yang menentang akan ditangkap,diasingkan, dipenjarakan atau disingkirkan.Partai-partai yang pernah ada pada zaman belanda diantaranya adalah Indische Partij (1912), National Indische Partij (1919), Indische Social Demokratische Veriniging (ISDV) Tahun 1915, Partai Komunis Indonesia(1920), Partai Serikat Islam (1923), Partai Nasional Indonesia (1927),Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (1927), Partai Serikat Islam Indonesia (1930), Partai Indonesia (1931), Partai Indonesia Raya (1935), Gerakan Rakyat Indonesia (1937), Gabungan Politik Indonesia (1939). 2. Zaman Penjajahan Jepang Pada masa awal pendudukan, Jepang menyebarkan propaganda yang menarik. Sikap Jepang pada awalnya menunjukkan kelunakan, misalnya: a) mengizinkan bendera Merah Putih dikibarkan di samping benderaJepang, b) melarang penggunaan bahasa Belanda, c) mengizinkan penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, dan d) mengizinkan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Kebijakan Jepang yang lunak ternyata tidak berjalan lama. Jenderal Imamura mengubah semua kebijakannya. Kegiatan politik dilarang dansemua organisasi politik yang ada dibubarkan. Sebagai gantinya Jepang membentuk organisasi-organisasi baru. Tentunya untuk kepentingan Jepang itu sendiri. Organisasi-organisasi yang didirikan Jepang antara lain Gerakan Tiga A, Putera, dan Jawa Hokokai. 3. Zaman Orde Lama Budaya politik yang berkembang pada era ini masih diwarnai dengan sifatprimordialisme. Tokoh politik memperkenalkan gagasan Nasionalisme, Agama, dan Komunisme (Nasakom). Gagasan tersebut menjadi patokan bagi partai-partai yang berkembang pada era Demorasi Terpimpin. Dalam kondisi tersebut tokoh politik dapat memelihara keseimbangan politik.Selain itu, paternalisme juga bahkan dapat hidup lebih subur di kalanganelit-elit politiknya. Pengaturan soal-soal kemasyaraktan lebih cenderung dilakukan secarapaksaan. Hal ini bisa dilihat dari adanya Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1 teror mental yang dilakukan kepada kelompok-kelompok atau orang-orang yang kontrarevolusi ataupun kepada aliran-aliran yang tidak setuju dengan nilai-nilaimutlak yang telah ditetapkan oleh penguasa. Dari masyarakatnya sendiri, besarnya partisipasi berupa tuntutan yangdiajukan kepada pemerintah juga masih melebihi kapasitas sistem yangada. Namun, saluran inputnya dibatasi, yaitu hanya melalui Front Nasional. Input-input yang masuk melalui Front Nasional tersebut menghasilkan output yang berupa output simbolik melalui bentuk rapat-rapat raksasa yang hanya menguntungkan rezim yang sedang berkuasa.Jadi masyarakat berada pada tingkat budaya politik kaula, karena diciptakan atas usaha dari rezim Zaman Orde Lama. 4. Zaman Orde Baru Gaya politik yang didasarkan primordialisme pada era Orde Baru sudah mulai ditinggalkan. Sifat birokrasi yang bercirikan patron-klien melahirkan tipe birokrasi patrimonial.Dari penjelasan diatas, mengindikasikan bahwa budaya politik yangberkembang pada era Orde Baru adalah budaya politik subjek. Dimanasemua keputusan dibuat oleh pemerintah, sedangkan rakyat hanya bisatunduk di bawah pemerintahan otoriterianisme Soeharto. Kalaupun adaproses pengambilan keputusan hanya sebagai formalitas karena keputusan kebijakan publik yang hanya diformulasikan dalam lingkaran elit birokrasi dan militer. 5. Zaman Reformasi Pada masa ini masyarakat mampu memberikan opininya dan aktif dalam kegiatan politik. Dan juga merupakan suatu bentuk budaya politik yang anggota masyarakatnya sudah memiliki pemahaman yang baik mengenai dimensi penentu budaya politik.Mereka memiliki pengetahuan yang memadai mengenai sistem politik secara umum, tentang peran pemerintah dalam membuat kebijakan beserta penguatan, dan berpartisipasi aktif dalam proses politik yang berlangsung. Masyarakat cenderung di arahkan pada peran pribadi yangaktif dalam semua dimensi di atas, meskipun perasaan dan evaluasi mereka terhadap peran tersebut bisa saja bersifat menerima atau menolak. M. Yusuf, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen 33 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari penulisan dan pembahasan yang ada dapat disimpulkan bahwa: 1. Budaya politik merupakan pola perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan bernegara, penyelenggaraan administrasi negara, politik pemerintahan, hukum, adat istiadat, dan norma kebiasaan yang dihayati oleh seluruh anggota masyarakat setiap harinya. Budaya politik juga dapat di artikan sebagai suatu sistem nilai bersama suatu masyarakat yang memiliki kesadaran untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan kolektif dan penentuan kebijakan publik untuk masyarakat seluruhnya. 2. Menurut Ranney, budaya politik memiliki dua komponen utama, yaitu orientasi kognitif (cognitive orientations )dan orientasi afektif (affective orientation). Sementara itu, Almond dan Verba dengan lebih komprehensif mengacu pada apa yang dirumuskan Parsons dan Shils tentang klasifikasi tipe-tipe orientasi. 3. Budaya politik Indonesia yang bersifat Parokial-kaula di satu pihak dan budaya politik partisipan di lain pihak, di satu segi masa masih ketinggalan dalam mempergunakan hak dan dalam memikul tanggung jawab politiknya yang mungkin di sebabkan oleh isolasi dari kebudayaan luar, pengaruh penjajahan, feodalisme, bapakisme, dan ikatan primordial. 4. Budaya politik di Indonesia merupakan perwujudan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat Indonesia yang diyakini sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan kegiatan polituk kenegaraan. Budaya politik Indonesia selalu berubah mengikuti perkembangan zaman. Tetapi itu hanya terjadi pada daerah perkotaan dan pedesaan yang telah maju, sedangkan pada daerah-daerah terpencil itu tidak terjadi perubahan karena kurangnya pendidikan dan informasi. 5. Kecendrungan Neo-patrimonisalistik dimana salah satu kecendrungan dalam kehidupan politik di Indonesia adalah adanya kecendrungan munculnya budaya politik yang bersifat neopatrimonisalistik; artinya meskipun memiliki atribut yang bersifat modern M. Yusuf, Perkembangan Budaya Politik Di Indonesia dan rasionalistik seperti birokrasi, perilaku negara masih memperlihatkan tradisi dan budaya politik yang berkarakter patrimonial. Saran Berkaitan dengan kesimpulan di atas, maka dikemukakan saran bahwa peserta didik hendaknya dapat membaca dan memahami sekaligus dapat mempelajari perkembangan budaya politik di Indonesia lainnya, hal ini untuk mendorong motivasi dan kreatifitas siswa dalam mempelajari dan memahami semua aspek budaya politik dalam kehidupan sehari-hari DAFTAR PUSTAKA Elly M. Setiadi. 2002. PPKn . Jakarta : PT. Sarana Panca Karya Nusa. http://pelajaran-lengkap.blogspot.com/ pengertian-macam-macam-budayapolitik.html Error! Hyperlink reference not valid. http://menarailmuku.blogspot.com/budayapolitik.html http://www.indonesia.go.id/in/sekilasindonesia/politik-dan-pemerintahan http://www.indonesia.go.id/in/sekilasindonesia/peradapan-politik.html http://www.slideshare.net/nisakhairani/ciriciri-budaya-politik-yang-berkembang - di-indonesia?related=1 Retno Listyarti. 2013. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta: Penerbit Erlangga. M. Yusuf, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen 34