- Jurnal Kommas

advertisement
PENGARUH IKLAN PARTAI POLITIK PERINDO (PERSATUAN
INDONESIA) DI TELEVISI TERHADAP PERSEPSI PEMILIH PEMULA
(Studi Eksplanatif Kuantitatif Pengaruh Iklan Partai Politik Perindo
(Persatuan Indonesia) di Televisi terhadap Persepsi Pemilih Pemula di SMA
Negeri 2 Surakarta)
Aditya Dananjaya
Haryanto
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
Groups of beginner voters do not have strong political coverage but has
great potential to vote in National Elections or the region elections. Political
Parties Perindo as a newcomers party try to influence perceptions in order to
increase begginer voters interest through television advertising. The purpose of
this study to know is there any influence of political parties Perindo advertising
on television on the begginer voters perception in SMAN 2 Surakarta and to know
is there any influence of the family environment and social relations to Perindo
political party advertising on television and the begginer voters perception in
SMAN 2 Surakarta.
This study uses the message receptions theory that states essentially active
audiences reception and can not be separated from the view of morality, both at
the level observed, reception or in making conclusions.
The basic method that used is quantitative method by using a random
sampling of students/ grade 3 at SMAN 2 Surakarta with the characteristics of at
least 17 years, have never had giving the voting rights in national elections or
regional elections, and never exposure a Perindo party advertising on television.
The data analysis that used is simple linear regression and moderating
regression.
The results showed that the Perindo political party`advertising on
television by 8.8% impact on the begginer voters perception in SMA N 2
Surakarta and moderating variables which raised the family environment and the
social environment is not sufficiently proven to be capable of strengthening or
weakening effect on the perception of voters starter after it was exposure Perindo
political party advertising.
Keywords : Advertising impact, political party, beginer voters.
Pendahuluan
Pemilu maupun Pilkada merupakan sarana demokrasi yang telah digunakan
di berbagai negara, termasuk di Indonesia yang masyarakatnya heterogen.
Kesadaran politik masyarakat merupakan faktor yang dominan dalam partisipasi
politik masyarakat, dalam arti pengetahuan dan kesadaran akan hak serta
kewajiban yang berkaitan dengan lingkungan masyarakat dan kegiatan politik
menjadi ukuran dan kadar seseorang terlibat dalam proses partisipasi politik.
Dalam menjalankan partisipasi politik melalui Pemilu/ Pilkada, pemilih dibagi
menjadi tiga golongan, yakni : Pertama, pemilih rasional, merupakan pemilih
yang benar-benar memilih partai berdasarkan penilaian dan analisis mendalam.
Kedua, pemilih kritis emosional, merupakan pemilih yang masih idealis dan tidak
kenal kompromi. Ketiga, pemilih pemula, merupakan pemilih yang baru pertama
kali memilih karena usia mereka baru memasuki usia pemilih.
Menurut pasal 1 ayat (22) UU No 10 tahun 2008, pemilih adalah warga
negara Indonesia yang telah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau
sudah/ pernah kawin, kemudian pasal 19 ayat (1 dan 2) UU No. 10 tahun 2008
menerangkan bahwa pemilih yang mempunyai hak memilih adalah warga negara
Indonesia yang didaftar oleh penyelenggara pemilu/ pilkada dalam daftar pemilih
dan pada hari pemungutan suara telah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau
lebih atau sudah/ pernah kawin. Pemilih pemula memiliki karakter yang berbeda
dengan pemilih yang sudah terlibat pemilu periode sebelumya yaitu: (a) Belum
pernah memilih atau melakukan penentuan suara di dalam TPS. (b) Belum
memiliki pengalaman memilih. (c) Kurang Rasional. (d) Biasanya adalah pemilih
muda yang masih penuh gejolak dan semangat, dan apabila tidak dikendalikan
akan memiliki efek terhadap konflik-konflik sosial di dalam pemilu. (e) Menjadi
sasaran peserta pemilu karena jumlahnya yang cukup besar. (f) Memiliki rasa
ingin tahu, mencoba, dan berpartisispasi dalam pemilu, meskipun kadang dengan
bebagai latar belakang yang rasional dan semu (Rindry, 2015: 4).
Pemilih pemula adalah mereka yang berstatus pelajar, mahasiswa, serta
pekerja muda atau mereka yang baru akan mempunyai pengalaman pertama kali
di dalam mencoblos. Bagi pemilih yang sudah pernah memilih atau menyalurkan
suaranya dalam sebuah Pemilu/ Pilkada merupakan hal yang dirasa sudah biasa.
Namun bagi pemilih pemula faktor usia memainkan peran yang penting, dimana
untuk pertama kalinya pemilih menyalurkan hak suaranya dalam sebuah Pemilu/
Pilkada merupakan hal yang mudah untuk terkena pengaruh. Data yang diperoleh
dari KPU tentang jumlah pemilih pemula pada Pemilu 2014 berjumlah sekitar 14
juta orang.
Pemilih pemula, merupakan potensi suara yang patut di
pertimbangkan untuk di bidik oleh partai politik.
Kelompok pemilih pemula ini belum mempunyai jangkauan politik yang
cukup kuat sehingga membuka peluang yang sangat besar untuk di rangkul oleh
partai politik manapun. Hal ini membuat para tim sukses atau kader partai politik
berlomba-lomba memberikan pengaruh atau menarik simpati dari calon pemilih
pemula. Banyak cara yang dipakai kader partai atau tim sukses untuk menarik
minat pemilih pemula, salah satunya dengan memasang iklan sebagai sarana
sosialisasi partai politik.
Iklan politik berfungsi untuk membujuk dan meyakinkan khalayak media
massa untuk memberikan suaranya terhadap pemasang iklan, selain itu iklan
politik berfungsi sebagai pemberi ciri khas atau tanda tertentu sehingga dapat
dengan mudah untuk dikenali oleh para masyarakat, disamping itu iklan politik
mempunyai tujuan agar dapat menumbuhkan kesadaran akan arti penting Pemilu/
Pilkada. Namun demikian pemilih pemula sebagai sasaran yang dibidik untuk
memberikan partisipasi politiknya tidak dengan mudah dapat terpengaruh, karena
“swing voters” ini belum secara penuh memiliki kesadaran berpartisipasi dalam
Pemilu/ Pilkada, selain itu pengetahuan serta pengalaman tentang politiknya
dirasa belum cukup.
Partai Politik Perindo sebagai pendatang baru yang dahulunya organisasi
masyarakat kemudian bertransformasi menjadi sebuah Partai Politik pada tahun
2014 berupaya menggenjot ketertarikan masyarakat dalam upaya menjaring kader
ataupun para pemilih guna memenangkan perhelatan Pemilu/ Pilkada yang kelak
akan digelar. Partai Politik Perindo sangat gencar dalam melakukan aktifitas
penjaringan kader/ pemilih dengan jalan memasang iklan di televisi. Pemasangan
iklan Partai Politik Perindo di televisi diharapkan mampu menjaring para pemilih
pemula dalam upaya pemenangan Pemilu/ Pilkada yang kelak akan digelar.
Pemasangan iklan di televisi yang dilakukan oleh Partai Politik Perindo
dalam upaya menggenjot maupun menarik minat para pemilih pemula adalah
dengan jalan memasang sebuah iklan dengan konsep baru, yakni dengan
menampilkan mars Partai Politik Perindo itu sendiri. Melalui iklan di televisi yang
dipasang oleh Partai Politik Perindo di stasiun televesi Global TV, MNC TV, dan
RCTI dengan menampilkan mars Perindo, Partai Politik Perindo berusaha
menggambarkan bagaimana cita-cita Partai Politik Perindo, dimana didalam mars
tersebut terselip visi dan misi Partai Politik Perindo kedepannya. Iklan Partai
Politik Perindo ditayangkan pada saat waktu prime time, dimana iklan tersebut
ditayangkan pada saat-saat khalayak sedang menghabiskan waktunya di depan
televisi atau waktu dimana khalayak lebih banyak melakukan aktivitasnya untuk
menonton televisi ketimbang waktu-waktu lainnya. Pemasangan iklan Partai
Politik Perindo di media massa televisi adalah salah satu cara mudah untuk
memperkenalkan diri kepada masyarakat khususnya pemilih pemula, dengan
harapan iklan tersebut mampu membuat isu-isu positif demi mempengaruhi
persepsi pemilih pemula. Iklan yang dikemas dengan lagu beritme ketukan cepat
atau mars tersebut sejatinya merupakan ciptaan dari Liliana Tanoesoedibjo yang
tidak lain merupakan isteri dari ketua umum Partai Politik Perindo. Dalam
membangun persepsi positif, iklan Partai Politik Perindo menampilkan shoot
gambar berupa kekayaan alam Indonesia, ragam budaya yang ada di Indonesia,
keberhasilan UKM binaan Partai Politik Perindo, serta kegiatan-kegiatan sosial
yang dilakukan oleh Partai Politik Perindo.
Iklan Partai Politik yang dilakukan Perindo berupaya untuk mempengaruhi
persepsi guna meningkatkan ketertarikan partisipasi politik para pemilih pemula
yang kelak nantinya menjatuhkan pilihan suaranya dalam Pemilu/ Pilkada.
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan
yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan
(Rakhmat, 2007: 51). Sesuai dengan teori Message Receptions pada dasarnya
melihat khalayak aktif meresepsi dan tidak dapat lepas dari pandangan moralnya,
baik pada taraf mengamati, meresepsi atau dalam membuat kesimpulan.
Khalayak dapat memaknai sesuatu secara berbeda berdasarkan pada kesadaran
atau cara subjek dalam memahami objek dan peristiwa dengan pengalaman
individu berupa faktor psikologis, sosial, ataupun pengalaman pribadi yang
dimiliki. “Pada teori Message Reception, Stuart Hall menyatakan adanya suatu
jenjang atau kunci yang digunakan agar pemaknaan audience dapat dijelaskan,
yakni terdapat tiga posisi: Accepting atau dominant, Negotiated, dan
Oppositional” (dalam Littlejohn, 2001: 12).
Dari data awal yang dikumpulkan peneliti pada tanggal 29 Maret 2016
dengan 30 responden siswa-siswi kelas 3 SMA Negeri 2 Surakarta yang dipilih
secara acak, diketahui sebanyak 17 siswa dan 7 siswi menonton (diterpa) iklan
Partai Politik Perindo setidaknya satu kali tiap hari pada saat menonton televisi,
dan sebanyak 1 siswa 5 siswi yang dijumpai peneliti diketahui tidak menonton
(diterpa) iklan Partai Politik Perindo. Dari data awal yang diperoleh peneliti
melalui survei dengan menggunakan metode random sampling, diketahui lebih
dari setengah responden diterpa iklan Partai Politik Perindo.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Iklan Partai Politik Perindo (Persatuan
Indonesia) di Televisi terhadap Persepsi Pemilih Pemula” guna mengetahui
seberapa besar efek yang ditimbulkan iklan Partai Politik Perindo dalam
mempengaruhi pemilih pemula di SMA N 2 Surakarta dan seberapa besar
pengaruh lingkungan keluarga maupun lingkungan sosial mampu mempengaruhi
hubungan iklan Partai Politik Perindo di televisi dan persepsi pemilih pemula di
SMA N 2 Surakarta.
Landasan Teori
1. Iklan Partai Politik
Iklan merupakan elemen yang tidak dapat terpisahkan dari media massa.
Di era modern globalisasi saat ini iklan menjadi faktor utama untuk
mempengaruhi khalayak. Dengan kata lain, iklan menjadi faktor vital yang
sengaja dirancang sebagai proses komunikasi yang bertujuan pada suatu bentuk
pemasaran guna mempengaruhi khalayak terhadap penjualan barang, jasa, serta
gagasan atau ide-ide melalui saluran tertentu dalam bentuk yang informatif,
menarik perhatian, dan bersifat persuasif. Pembuat iklan sengaja membuat
iklan dan menggunakan media massa sebagai sarana untuk mempengaruhi
khalayak, karena melalui media massa efek yang ditimbulkan bersifat masif.
Menurut John S. Wright, “iklan merupakan proses komunikasi yang
mempunyai kekuatan yang sangat penting sebagai alat pemasaran yang
membantu menjual barang, jasa, serta gagasan atau ide-ide melalui saluran
tertentu dalam bentuk informasi yang persuasif”. (Sri Setyowati-Wiryanto,
2011, hal. 23). Iklan menjadi faktor yang sangat penting yang secara sengaja
dirancang dibentuk sebagai sebuah proses komunikasi dengan tujuan pada
suatu wujud pemasaran untuk mempengaruhi khalayak terhadap penjualan
barang, jasa, serta gagasan atau ide-ide melalui saluran tertentu yang
diwujudkan dalam bentuk yang informatif, menarik perhatian, dan bersifat
persuasif.
Sedangkan iklan politik erat kaitannya dengan sebuah usaha kampanye.
Kampanye memberikan perhatian pada usaha mengarahkan, mengukuhkan,
dan meningkatkan tren perilaku, mengarahkan tujuan yang diterima secara
sosial oleh pihak berkepentingan dengan demikian kampanye ditujukan untuk
membangkitkan dampak khusus yang diharapkan pada khalayak dalam masa
tertentu dan melalui kegiatan komunikasi yang dirancang. Dalam kampanye
kemasan konten isi, slogan, siapa yang menyampaikan memegang peran
penting untuk menarik khalayak. Kemasan konten isi, slogan, dan siapa yang
menyampaikan kampanye menjadi penting agar selalu diingat oleh khalayak.
Dengan mudahnya diingat khalayak semakin terbuka pula efek kampanye
mempengaruhi khalayak. Setelah terpengaruh isi kampanye khalayak akan
menjatuhkan pilihannya sesuai harapan yang dituju oleh pembuat kampanye.
“Menurut Imawan, kampanye merupakan usaha persuasi untuk
mengajak orang lain yang belum sefaham atau belum yakin terhadap idea-idea
yang ditawarkan pihak yang berkampanye agar mereka bersedia bergabung dan
mendukung pihak tersebut”. (Wiryanto, 2011, hal. 32). Dalam kampanye
politik berbagai media digunakan untuk mampu menjaring suara, penyajian
kampanye politik diatur dengan berbagai cara dan bentuk dengan harapan
proses komunikasi tersebut mampu memberikan hasil yang nyata. Dengan kata
lain kampanye, komunikasi, media, dan pemberi suara merupakan keterikatan
dalam sebuah proses penciptaan efek untuk menjaring suara.
2. Komunikasi
“Bernard Berelson dan Gary A. Steiner mendefinisikan komunikasi
sebagai transmisi informasi, gagasan, emosi, ketrampilan, dan sebagaiannya,
dengan menggunakan simbol-simbol, dan sebagaiannya. Tindakan atau proses
transmisi itulah yang disebut komunikasi.” (Wiryanto, 2004, hal. 7).
Komunikasi adalah bentuk penyampaian informasi, berupa gagasan, ide, atau
suatu bentuk ungkapan emosi tertentu yang disengaja maupun tidak disengaja,
yang kemudian diolah dengan menggunakan ketrampilan yang dikemas
melalui simbol-simbol dan sebagaiannya. Tindakan transmisi atau sebuah
tindakan penyampaian informasi tadi itulah yang dimaknai sebagai sebuah
komunikasi.
John Fiske mendefinisikan adanya dua mahzab utama dalam studi ilmu
komunikasi. Mahzab pertama, melihat komunikasi sebagai transmisi pesan.
Komunikasi sebagai sebuah proses bagaimana pengirim dan penerima pesan
mengkonstruksi (encode) dan menerjemahkannya (decode), dan dengan
bagaimana transmitter menggunakan saluran atau media komunikasi, sehingga
menimbulkan sebuah efek. Mahzab kedua, melihat komunikasi sebagai sebuah
penumbuhan makna, “pesan merupakan suatu konstruksi tanda yang melalui
interaksinya dengan penerima, menghasilkan makna.” (John Fiske, 2004, hal.
8). Dimana dalam mahzab ini komunikator dianggap tidak ada. Komunikan
hanya memaknai sebuah pesan yang ada, tanpa berpikir siapakah komunikator
yang membuat pesan.
Mahzab komunikasi sebagai sebuah penumbuhan makna melihat komunikasi
sebagai produksi dan pertukaran makna. Mazhab ini berkaitan dengan
bagaimana pesan berinteraksi dengan orang-orang dalam rangka menghasilkan
makna, yakni berkenaan dengan peran pesan dalam kebudayaan. Mazhab
komunikasi sebagai sebuah penumnbuhan makna banyak menggunakan istilahistilah seperti pertandaan. Dengan demikian pada dasarnya mahzab komunikasi
sebagai penumbuhan makna menekankan pada pesan dan bagaimana pesan
tersebut dimaknai, namun demikian proses penemuan makna oleh komunikan
dapat terjadi ketika komunikan berinteraksi dan bernegosiasi dengan pesan
yang didapatnya. Sebuah negosiasi dalam pemaknaan pesan terjadi karena
komunikan menyertakan aspek-aspek subyektivitas pengalaman budaya yang
dimiliki untuk berhubungan dengan kode ataupun tanda yang menyusun
sebuah pesan yang diperoleh komunikan.
Untuk penelitian ini peneliti akan menempatkan penelitian berdasarkan
mahzab penumbuhan makna. Dalam penumbuhan makna, transmisi pesan yang
diterima oleh komunikan adalah hanya sebatas pemaknaan pesan. Meskipun
pada dasarnya sebuah pesan tertransmisi karena adanya komunikator, namun
pada pemaknaan pesan seorang komunikan tidak memikirkan siapa
komunikator pembuat pesan tersebut. Hal ini sejalan dengan teori C-R-E
(Channel-Respons-Effect), pusat perhatian ditujukan kepada arus komunikasi
yang dimulai dari pesan-pesan yang disampaikan melalui media sampai pada
tanggapan atau efek pesan. Teori C-R-E yang mekanistis itu memuat setiap
pesan yang disampaikan melalui media akan menghasilkan respons
(tanggapan)
dan
membuahkan
efek
tanpa
memperhatikan
siapakah
komunikator dibalik pesan rangsangan yang didapat komunikan.
3. Teori Message Receptions
Teori Message Receptions pada dasarnya melihat khalayak aktif
meresepsi dan tidak dapat lepas dari pandangan moralnya, baik pada taraf
mengamati, meresepsi atau dalam membuat kesimpulan. Khalayak dapat
memaknai sesuatu secara berbeda berdasarkan pada kesadaran atau cara
subjek dalam memahami objek dan peristiwa dengan pengalaman individu
berupa faktor psikologis, sosial, ataupun pengalaman pribadi yang dimiliki.
“Pada teori Message Reception, Stuart Hall menyatakan adanya suatu
jenjang atau kunci yang digunakan agar pemaknaan audience dapat
dijelaskan, yakni terdapat tiga posisi: Accepting atau dominant, Negotiated,
dan Oppositional”. (dalam Littlejohn, 2001: 12). Ketika khalayak menyandi
balik dalam suatu komunikasi, maka terdapat 3 posisi, yakni :
a. Accepting
Audience cenderung menyikapi konten secara positif, dalam arti
khalayak dalam posisi ini sejalan dengan kode-kode program (yang
didalamnya terkandung nilai-nilai, sikap, keyakinan, dan asumsi) dan
secara penuh menerima makna yang disodorkan dan dikehendaki oleh
pembuat konten program.
b. Negotiated
Khalayak yang masuk posisi ini akan melakukan pemaknaan yang
memuat bauran unsur-unsur adaptif dan oposisional, yaitu mengakui
legitimasi dari kode dominan, tetapi pada level yang lebih terbatas,
mengadaptasi konten sesuai kondisi sosial mereka. Secara garis besar
khalayak dalam posisi ini memiliki posisi tawar dengan memodifikasi
pesan yang diterima sedemikian rupa sehingga mencerminkan posisi dan
minat pribadinya.
c. Oppositional
Khalayak yang masuk posisi ini memiliki pemaknaan yang sangat
berbeda sama sekali dengan makna dominan, khalayak sangat
berlawanan dengan tujuan media dalam memberikan penilaiannya.
Khalayak menolak makna pesan yang dikirim dan kemudian menentukan
frame alternatif sendiri di dalam memaknai atau menginterpretasikan
pesan.
Iklan politik yang sengaja digenjot oleh Partai Politik Perindo
untuk mampu menarik minat para pemilih pemula kaitannya dengan teori
message receptions tidak semata-mata mampu mempengaruhi para
pemilih pemula untuk menjatuhkan pilihannya dan memberikan hak
suaranya pada Partai Politik Perindo. Khalayak khususnya para pemilih
pemula tidak dapat lepas dari pandangan moralnya, baik pada taraf
mengamati, meresepsi atau dalam membuat kesimpulan. Pemilih pemula
dapat memaknai sesuatu secara berbeda berdasarkan pada kesadaran atau
cara subjek dalam memahami objek dan peristiwa dengan pengalaman
individu berupa faktor psikologis, sosial, ataupun pengalaman pribadi
yang dimiliki. Sehingga khalayak memiliki 3 posisi dalam menentukan
sikap, yakni : Accepted (menerima), Negotiated (memiliki posisi tawar),
dan Oppositional (menolak).
4. Teori Efek Moderat
Teori efek ini dikenal pada 1970 sampai dengan 1980-an. Zaman
yang terus berubah dan perkembangan komunikasi massa semakin pesat
diiringi peningkatan pendidikan masyarakat, efek komunikasi ikut
berubah. Dua efek yang muncul sebelumnya dianggap terlalu “berat
sebelah”, sehingga efek moderat muncul sebagai koreksi dari kedua efek
tersebut. “Ada banyak variabel yang ikut mempengaruhi proses
penerimaan pesan. Artinya, efek dimiliki media massa, tetapi penerimaan
efek itu juga dipengaruhi faktor lain, seperti tingkat pendidikan,
lingkungan sosial, kebutuhan, dan sistem nilai yang dianut. Semakin
tinggi tingkat pendidikan individu, semakin selektif untuk menerima
pesan-pesan media massa.” (Nurudin, 2007: 206).
Pada teori efek moderat, ada banyak variabel yang ikut
mempengaruhi proses penerimaan pesan dan penerimaan efek yakni
tingkat pendidikan, lingkungan sosial, kebutuhan, sistem nilai yang
dianutnya, dan sangat tergantung pada individu yang diterpa pesan media
massa. Pemilih pemula adalah individu yang sangat baru untuk
memahami dan masuk dalam dunia politik, pengalaman yang berbeda,
lingkungan sosial yang berbeda, kebutuhan, sistem sosial yang berbedabeda pula sehingga proses penerimaan pesan, efek, dan persepsi yang
berbeda-beda akan iklan Partai Politik Perindo ditanggapi oleh pemilih
pemula sebagai swing votters.
Metode Penelitian
Penelitian dengan mengangkat judul “Pengaruh Iklan Partai Politik Perindo
(Persatuan Indonesia) di Televisi terhadap Persepsi Pemilih Pemula” ini
menggunakan proses penelitian kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa ataupun siswi kelas 3 di SMA N 2 Surakarta dengan ciri-ciri : berusia
minimal 17 tahun, belum pernah memiliki pengalaman dalam memberikan hak
suaranya dalam Pemilu/ Pilkada, pernah melihat iklan partai politik Perindo di
televisi. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik pengambilan sampel secara
acak (random sampling) dengan rumus Slovin sehingga besarnya sampel yang
diambil adalah 75 responden. Teknik pengambilan sampling dilaksanakan secara
random dengan komposisi 7 siswa/ siswi pada 5 kelas dan 8 siswa/ siswi untuk 5
kelas lainnya. Dalam penelitian ini digunakan rumus statistik Regresi Linear
Sederhana dan Regresi Moderasi dengan toleransi kesalahan yang masih dapat
diterima 10%.
Pembahasan
Tujuan utama dari analisis data ini adalah Untuk mengetahui adakah
pengaruh iklan Partai Politik Perindo di televisi terhadap persepsi pemilih pemula
di SMA N 2 Surakarta dan untuk mengetahui adakah pengaruh lingkungan
keluarga dan sosial terhadap hubungan iklan Partai Politik Perindo di televisi dan
persepsi pemilih pemula di SMA N 2 Surakarta. Rumus yang digunakan untuk
pengujian adalah regresi linear sederhana dan regresi moderasi.
Rumus Regresi Linear Sederhana :
Y= a+bX
a dan b merupakan bilangan konstan
X : Variabel yang diketahui (independent variable)
Y : Variabel yang diramalkan (dependent variable)
Setelah data diolah, menghasilkan ouput SPSS sebagai berikut:
Tabel 4.8
Uji Regresi Linear Sederhana
Model Summary
Model
R
R Square
Adjusted R
Square
1
.296a
.088
.075
Std. Error of the
Estimate
2.00702
a. Predictors: (Constant), V_X
Tabel 4.9
Uji Regresi Linear Sederhana
ANOVAb
Model
Sum of
Squares
Df
Mean Square
1 Regression
28.292
1
28.292
Residual
294.054
73
4.028
Total
322.347
74
F
7.024
Sig.
.010a
a. Predictors: (Constant), V_X
b. Dependent Variable: V_Y
Tabel 4.10
Uji Regresi Linear Sederhana
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
B
1
(Constant)
Standardized
Coefficients
Std. Error
6.396
1.345
.186
.070
V_X
T
Sig.
Beta
.296
4.755
.000
2.650
.010
a. Dependent Variable: V_Y
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa iklan Partai Politik Perindo di televisi
memberikan pengaruh sebesar 8.8% terhadap persepsi pemilih pemula di SMA N
2 Surakarta. Secara signifikan pula iklan Partai Politik Perindo di televisi
berpengaruh terhadap persepsi pemilih pemula di SMA N 2 Surakarta karena nilai
Sig pada tabel Anova sebesar 0.010 lebih kecil dari 0.1 dan T hitung pada tabel
Coefficients sebesar 2.650. Nilai T hitung yang lebih besar daripada nilai T tabel
yang telah ditentukan (1.29294) menunjukkan signifikansi untuk menjawab
hipotesa, sehingga hipotesa terbukti atau diterima dengan adanya pengaruh Iklan
Partai Politik Perindo di televisi terhadap persepsi pemilih pemula di SMAN 2
Surakarta.
Rumus Regresi Moderasi :
Y=a+b1X1+b2X2+b3X3+b3X3+b3X1X2+...
Variabel perkalian antara X1 dan X2 merupakan variabel moderating oleh
karena menggambarkan pengaruh moderating variabel X2 terhadap hubungan X1
dan Y.
Setelah data diolah, menghasilkan ouput SPSS sebagai berikut:
Tabel 4.11
Uji Regresi Moderasi
Model Summary
Model
R
R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1
.396a
.157
.096
1.98453
a. Predictors: (Constant), x_ms, V_M_K, V_X, V_M_S, x_mk
Tabel 4.12
Uji Regresi Moderasi
ANOVAb
Model
Sum of Squares
Df
Mean Square
1 Regression
50.601
5
10.120
Residual
271.746
69
3.938
Total
322.347
74
a. Predictors: (Constant), x_ms, V_M_K, V_X, V_M_S, x_mk
b. Dependent Variable: V_Y
F
2.570
Sig.
.034a
Tabel 4.13
Uji Regresi Moderasi
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
B
1 (Constant)
Standardized
Coefficients
Std. Error
-2.281
8.063
.494
.405
V_M_K
1.097
V_M_S
t
Sig.
Beta
-.283
.778
.788
1.218
.227
.699
1.319
1.569
.121
-.136
.445
-.279
-.307
.760
x_mk
-.049
.036
-1.682
-1.373
.174
x_ms
.010
.023
.585
.424
.673
V_X
a. Dependent Variable: V_Y
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa variabel moderasi lingkungan keluarga
dan lingkungan sosial memiliki nilai signifikansi lebih dari 0.1. Variabel moderasi
lingkungan keluarga memiliki nilai Sig sebesar 0.174 (0.174 > 0.1) serta variabel
moderasi lingkungan sosial memiliki nilai Sig sebesar 0.673 (0.673 > 0.1).
Dengan temuan hasil olah data tersebut, hipotesa peneliti tidak terbukti, karena
tidak ada pengaruh lingkungan keluarga dan lingkungan sosial terhadap hubungan
iklan Partai Politik Perindo di televisi dan persepsi pemilih pemula di SMA N 2
Surakarta.
Kesimpulan
1. Dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa iklan Partai Politik Perindo di
televisi hanya mampu memberikan pengaruh yang kecil terhadap persepsi
pemilih pemula di SMA N 2 Surakarta untuk memberikan hak suaranya.
Besaran nilai efek yang kecil tentunya bukanlah harapan Partai Politik Perindo
sebagai pemasang iklan di televisi. Efek elektoral dengan menjatuhkan pilihan
akibat imbas persepsi pemilih pemula setelah diterpa iklan Partai Perindo
dirasa sulit untuk terwujud, karena iklan tidak serta merta mampu
mempengaruhi pemilih pemula lantaran track record Partai Perindo yang
belum benar-benar teruji. Partai Perindo sendiri dirasa belum memberikan efek
nyata pada kehidupan masyarakat dan pemilih pemula menyadari hal tersebut,
apalagi status Partai Perindo sebagai partai politik yang baru terbentuk turut
mempengaruhi persepsi pemilih pemula dalam menjatuhkan pilihan hak
suaranya.
2. Lingkungan keluarga dan lingkungan sosial tidak cukup terbukti untuk mampu
memberikan efek penguatan atau pelemahan terhadap persepsi pemilih pemula
setelah diterpa iklan Partai Politik Perindo di televisi. Lingkungan keluarga dan
sosial tidak cukup mampu mempengaruhi pemilih pemula untuk menjatuhkan
pilihan dan mempersepsi efek iklan Partai Politik Perindo karena setiap
individu pada pemilih pemula memiliki sistem nilai, keyakinan, dan
kepercayaan yang berbeda-beda pada setiap individunya, hal inilah yang
memberikan dorongan setiap individu menjadi individu yang independen
dalam menentukan pilihan yang akan diambil. Dilain sisi pengambilan
keputusan yang akan dipilih oleh pemilih pemula didorong oleh usaha mandiri
pemilih pemula untuk mengetahui seluk beluk mengenai Partai Politik Perindo,
rekam jejak Partai Politik Perindo, implementasi visi-misi Partai Politik
Perindo, hal-hal nyata yang coba diberikan oleh Partai Politik Perindo pada
masyarakat, dan informasi-informasi lain sebagai penunjang dasar pemilih
pemula menjatuhkan pilihan.
Saran
1. Pemilih pemula telah mengalami kecenderungan mengalami masa transisi
berkembang menjadi masyarakat yang modern, dimana kemajuan informasi
teknologi semakin pesat dalam membantu pemilih pemilih untuk mencari dan
mendapatkan informasi. Pemilih pemula bertambah cerdas dalam menilai
setiap Partai Politik dan lebih berhati-hati dalam menjatuhkan pilihan
keputusan suaranya. Hendaknya setiap Partai Politik tidak hanya gencar
melakukan pemasangan iklan, melainkan melakukan kerja nyata dan
memberikan dedikasi terhadap kemajuan bangsa dan negara.
2. Menilik keadaan dimana efektifitas dan efisiensi dari sebuah iklan Partai Politik
yang layak untuk dipertanyakan dan ditelaah lebih lanjut, seharusnya partaipartai politik dirasa perlu untuk melakukan evaluasi
strategi komunikasi
mereka. Hal ini diperlukan agar kampanye politik di media massa tidak hanya
sebatas berlandaskan oleh logika dengan semakin banyak melakukan iklan dan
semakin sering muncul di televisi, semakin besar pula peluang untuk
mendapatkan dukungan.
Daftar Pustaka
Alfioty, Rindry. (2015). Studi Golput pada Pemilih Pemula (Kasus Pemilukada
Gubenur Riau Tahun 2013 di Kelurahan Rejosari Kecamatan Tenayan
Raya), dalam JOM FISIP Volume 2 Nomor 2.
Fiske, John. (2004). Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar
Paling Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra.
Littlejohn, Stephen W. (2001). Theories of Human Communication. USA:
Wadsworth.
Nurudin. (2007). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.
Rakhmat, Jalaluddin. (2007). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Sri Setyowati dan Wiryanto. (2011). Promosi dan Periklanan. Surakarta: UNS
Press.
Undang - Undang nomor 10 pasal 1 ayat 22 tahun 2008.
Undang - Undang nomor 10 pasal 19 ayat 1 dan 2 tahun 2008.
Wiryanto. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Grasindo.
Wiryanto. (2011). Komunikasi Pembangunan. Surakarta: UNS Press.
JURNAL
PENGARUH IKLAN PARTAI POLITIK PERINDO (PERSATUAN
INDONESIA) DI TELEVISI TERHADAP PERSEPSI PEMILIH PEMULA
(Studi Eksplanatif Kuantitatif Pengaruh Iklan Partai Politik Perindo
(Persatuan Indonesia) di Televisi terhadap Persepsi Pemilih Pemula di SMA
Negeri 2 Surakarta)
Oleh:
ADITYA DANANJAYA
D0212004
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017
Download