representasi islam pada iklan-iklan partai perindo di televisi jurusan

advertisement
REPRESENTASI ISLAM PADA IKLAN-IKLAN
PARTAI PERINDO DI TELEVISI
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Giovanni
NIM: 1112051000142
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437H /2016M
REPRESENTASI ISLAM PADA IKLAN-IKLAN
PARTAI PERINDO DI TELEVISI
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Giovanni
NIM: 1112051000142
Pembimbing,
Drs. Jumroni, M.Si
NIP: 19630515 199203 1 006
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437H /2016M
ABSTRAK
Giovanni
Representasi Islam pada Iklan-Iklan Partai Perindo di Televisi
Iklan merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh suatu institusi atau
perusahaan dalam rangka mempromosikan barang ataupun jasa yang mereka
miliki. Iklan akan melibatkan media massa. Dari sejumlah besar media, iklan yang
dimuat melalui televisi dinilai lebih kuat dibandingkan dengan media lainnya. Hal
ini dikarenakan televisi memiliki jangkauan yang luas, fleksibel, dan berbagai
keunggulan lainnya. Iklan politik sendiri merupakan suatu upaya, kandidat atau
partai politik dalam berkomunikasi dengan khalayak. Partai Perindo yang
merupakan pimpinan Hary Tanoesoedibjo, sejak 2015 lalu gencar meluncurkan
iklan-iklan partainya di RCTI, MNC TV dan Global TV. Iklan tersebut diantaranya
ialah Versi Indonesia Sejahtera, Versi Orasi Hary Tanoesoedibjo, Versi Siapakah
Indonesia, dan Versi Ramadhan. Iklan-iklan tersebut juga kerap kali
menggambarkan berbagai agama di Indonesia salah satunya Islam.
Pertanyaan penelitian ini diantaranya ialah, bagaimana makna denotasi,
konotasi, dan mitos Islam yang terdapat dalam Iklan-iklan Partai Perindo Versi
Indonesia Sejahtera, Versi Orasi Hary Tanoesoedibjo, Versi Siapakah Indonesia,
dan Versi Ramadhan, berdasarkan model Roland Barthes? Bagaimana Islam
direpresentasikan dalam Iklan-iklan Partai Perindo Versi Indonesia Sejahtera,
Versi Orasi Hary Tanoesoedibjo, Versi Siapakah Indonesia, dan Versi Ramadhan?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan masuk ke dalam
jenis penelitian deskriptif. Dimana penelitian ini bertujuan untuk memberikan
gambaran mengenai suatu fenomena secara detil. Paradigma penelitian yang
digunakan ialah paradigma konstruktivis yang berdasar pada pemikiran umum
tentang teori-teori yang dihasilkan oleh peneliti dan teoritis aliran konstruktivis.
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah analisis semiotika model
Roland Barthes.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini ialah teori semiotika model
Roland Barthes dan konsep representasi Islam. Dalam semiotika model Roland
Barthes, sistem signifikansi terbagi ke dalam dua tingkatan, dimana denotasi
merupakan sistem signifikansi tingkat pertama, sementara konotasi merupakan
tingkat kedua. Konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai
‘mitos’, yang berfungsi guna mengungkapkan pembenaran bagi nilai-nilai
dominan yang berlaku dalam periode tertentu. Adapun Representasi Islam ialah
bagaimana Islam dilukiskan, digambarkan, diimajinasikan dalam suatu objek.
Hasil penelitian ini menampilkan beberapa tanda yang muncul dalam
adegan-adegan pada iklan-iklan tersebut. Adapun peneliti kemudian menemukan
beberapa tanda dalam adegan-adegan tersebut yang mampu membangun makna
dalam iklan sebagai Representasi Islam. Peneliti menyimpulkan bahwa pada
iklan-iklan Partai Perindo tersebut Islam direpresentasikan dalam tataran universal
yakni terkait kondisi sosial dan ekonomi umat Islam. Meskipun begitu peneliti
juga menemukan sedikit nilai-nilai atau ajaran Islam yang tergambar dalam iklan
Partai Perindo Versi Ramadhan.
Kata kunci: Iklan, Representasi, Islam, Semiotika, Perindo.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah
SWT, yang selalu mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga pada akhirnya
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Representasi Islam dalam
Iklan-Iklan Partai Perindo di Televisi”. Shalawat serta salam senantiasa
tercurah bagi junjungan besar Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umat
manusia kepada jalan kebenaran.
Adapun skripsi ini merupakan tugas akhir yang disusun guna memenuhi
salah satu persyaratan yang telah ditentukan dalam menempuh program studi
Strata Satu (S1) Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam hal ini, penulis tentu menyadari bahwa skripsi ini tidak akan mampu
terselesaikan tanpa bantuan dari pihak lain yang telah memberikan bimbingan,
nasihat, serta motivasi baik secara moral maupun material. Oleh karenanya,
penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr. H. Arief Subhan, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
2. Drs. Masran, M.A, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
3. Fita Fathurokhmah SS, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
4. Drs. Jumroni, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktunya guna memberikan bimbingan, arahan serta inspirasi yang amat
berharga bagi penulis.
ii
5. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan berbagai pengarahan, pengalaman, serta bimbingan kepada
penulis selama dalam masa perkuliahan.
6. Segenap Pimpinan serta Karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah melayani penulis dalam
menggunakan buku-buku serta literatur yang penulis butuhkan selama
penyusunan skripsi ini.
7. Kedua orang tua tercinta, Eduard Funck dan Titin Kustini, yang selalu menjadi
inspirasi serta memberikan dukungan baik secara moral maupun material
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Kakak saya Edwina Cornelia Maria Funck yang selalu memberikan nasihat
serta motivasi kepada penulis.
9. Jonas Niko Nugroho dan Ridho Fallah Adli sahabat hingga liang lahat yang
selalu membagi tawa luar biasa sejak lama.
10. Akbar Ramadhan, Fahmi Syamsi, Dani Perdana, Trisaka Oktarian sahabat
perkuliahan, yang selalu memberikan masukan serta kecerian.
11. Para pemain futsal anti kejuaraan, Achmad Faizal, Arif Faturrahman, Ahmad
Fikri, Arif Syahrizal, Taufik Abdullah, Ridho Andriansyah, Ferdy Rizki,
Rahmat Agung, Hidayatul Munir, Indra Ramadhan, Asep Hermawan tetaplah
mencari keceriaan dalam setiap permainan.
12. Kawan senasib sejak semester awal, Milki Amirussaleh, Hilman Zulfahmi, M.
Aidilah, Anissah Bilqis, Dityan Zahra, yang selalu berbagi kesulitan maupun
kebahagiaan.
iii
13. Keluarga Besar KPI angkatan 2012 serta kakak-kakak senior dan adik-adik
junior yang sudah memberikan inspirasi kepada peneliti.
14. Keluarga besar KKN Semarak 2015 serta Keluarga besar Desa Cibetok
semoga tali silaturahmi tetap tersambung diantara kita.
15. Keluarga besar Teras KPI, yang selalu menjadi tempat bagi penulis dalam
menyalurkan hobi sekaligus mengasah kempuan penulis.
16. Orang-orang yang telah memberikan dukungan dan membaca skripsi ini yang
mohon maaf belum dapat saya cantumkan namanya.
Penulis berharap semoga skripsi ini mampu memberikan manfaat bagi
para pembaca khususnya mahasiswa Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam,
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikianlah pengantar yang dapat penulis sampaikan, akhir kata penulis mohon
maaf jika terdapat kesalahan penulisan dalam skripsi ini.
Jakarta, Mei 2016
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii
BAB I
PENDAHULUAN…......……………………………… .................1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................1
B. Fokus Penelitian .........................................................................6
C. Tujuan Penelitian .......................................................................7
D. Manfaat Penelitian .....................................................................8
E. Tinjauan Pustaka ........................................................................8
F. Metodologi Penelitian ..............................................................10
G. Sistematika Penulisan ..............................................................13
BAB II
KERANGKA TEORI...................................................................15
A. Teori Semiotika ........................................................................15
B. Representasi Islam ...................................................................21
C. Iklan..........................................................................................25
BAB III
GAMBARAN UMUM ..................................................................38
A. Profil Hary Tanoesoedibjo .......................................................38
B. Profil Partai Perindo .................................................................39
C. Visi Misi Partai Perindo ...........................................................41
D. Struktur Kepengurusan Partai Perindo .....................................42
E. Iklan-Iklan Partai Perindo ........................................................43
BAB IV
ANALISIS DATA…......……………………………… ..............48
A. Analisis Semiotika Scene Representasi Islam ..........................48
B. Representasi Makna dalam Iklan-iklan Partai Perindo ............70
PENUTUP…......……………………………… ...........................74
A. Kesimpulan ..............................................................................74
B. Kritik dan Saran .......................................................................76
DAFTAR PUSTAKA…......……………………………… .................................77
LAMPIRAN ..........................................................................................................78
BAB V
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Peta Tanda Roland Barthes…......……………………………… .......18
Tabel 3.1 Struktur Pengurus DPP Perindo ..........................................................42
Tabel 4.1 Scene (00:00:06-00:00:08) ..................................................................49
Tabel 4.2 Scene (00:00:10-00:00:15) ..................................................................55
Tabel 4.3 Scene (00:00:15-00:00:29) ..................................................................58
Tabel 4.4 Scene (00:00:01-00:00:29) ..................................................................64
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.Iklan Partai PerindoVersi Indonesia Sejahtera ...................................80
Lampiran 2.Iklan Partai PerindoVersi Orasi Hary Tanoesoedibjo ........................84
Lampiran 3.Iklan Partai Perindo Versi Siapakah Indonesia? ...............................87
Lampiran 4.Iklan Partai PerindoVersi Ramadhan .................................................91
Lampiran 5.Dokumen Brosur Partai Perindo .........................................................93
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Iklan merupakan suatu kegiatan yang digunakan untuk mempersuasi
konsumen oleh sejumlah atau suatu institusi bukan personal. Dalam definisi
ini dapat kita lihat bahwa iklan merupakan suatu pengisi media massa, karena
iklan haruslah menggunakan media yang spesifik untuk dapat menerpa orang
banyak.
Iklan atau advertising dapat didefinisikan sebagai “any paid form of
non personal communication about an organization, product, service, or idea
by an identified sponsor” (setiap bentuk komunikasi nonpersonal mengenai
suatu organisasi, produk, servis, atau ide yang dibayar oleh satu sponsor yang
diketahui).1 Adapun maksud dari kata nonpersonal berarti suatu iklan
melibatkan media massa (TV, radio, majalah, koran) yang mampu
mengirimkan pesan kepada sejumlah besar kelompok individu pada saat
bersamaan.
Dengan demikian sifat nonpersonal iklan berarti pada umumnya tidak
tersedia kesempatan untuk mendapatkan umpan balik yang segera dari
penerima pesan (kecuali dalam hal direct response advertising).2 Oleh karena
itu, sebelum pesan iklan dikirimkan pemasang iklan harus betul-betul
mempertimbangkan bagaimana audiensi akan menginterpretasikan dan
memberikan respons terhadap pesan iklan yang dimaksud.
1
Morissan, Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu (Jakarta:Kencana Prenada
Media Group, 2010), h. 17.
2
Morissan, Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu (Jakarta:Kencana Prenada
Media Group, 2010), h. 18.
1
2
Iklan merupakan salah satu bentuk promosi yang paling dikenal dan
paling banyak dibahas orang, hal ini dimungkinkan karena daya jangkauannya
yang luas. Iklan di media massa dapat digunakan untuk menciptakan citra
merek dan daya tarik simbolis bagi suatu perusahaan atau institusi.
Iklan di televisi memiliki kelebihan yang cukup kuat dibandingkan
dengan media lainnya. Hal ini dikarenakan, televisi memiliki berbagai
kelebihan dibandingkan dengan jenis media lainnya yang mencakup daya
jangkau luas, selektivitas dan fleksibilitas, fokus perhatian, kreativitas dan
efek, prestise, serta waktu tertentu.3
Dalam dunia pertelevisian, sistem teknologi telah menguasai jalan
pikiran masyarakat, televisi menguasai pikiran-pikiran manusia dengan cara
membangun teater dalam manusia (theater of mind), sebagaimana gambaran
realistis dalam iklan televisi.4 Iklan-iklan yang terdapat di televisi biasa dibuat
dengan berisikan adegan-adegan yang mengagumkan serta mampu membawa
pemirsanya kepadakesan dunia lain yang maha dahsyat. Ketika televisi
dimatikan penggambaran realitas dalam media tersebut kemudian hidup dalam
pikiran manusia. Bahkan penggambaran tersebut mengalami distorsi yang
mampu menciptakan cerita realitas lain yang terus menerus hidup dalam
pikiran tersebut.5
Dalam dunia politik, iklan televisi juga biasa digunakan oleh para
calon kandidat atau partai politik dalam menyampaikan pesan-pesannya.
3
Morissan, Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu (Jakarta:Kencana Prenada
Media Group, 2010), h. 240.
4
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 221.
5
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 222.
3
Adapun iklan tersebut biasa dikenal dengan sebutan iklan politik. Lynda Lee
Kaid mendefinisikan iklan politik sebagai proses komunikasi dimana sebuah
sumber (kandidat atau partai politik), mengambil kesempatan untuk
menunjukan pesan-pesan politik mereka melalui saluran media massa dalam
rangka mempengaruhi sikap, kepercayaan, dan perilaku politik khalayak.6
Representasi merupakan kegunaan dari tanda. Marcel Danesi
mendefinisikan
representasi
sebagai
berikut:
“proses
merekam
ide,
pengetahuan atau pesan dalam beberapa cara fisik disebut representasi. Ini
dapat didefinisikan lebih tepat sebagai kegunaan dari tanda yaitu untuk
menyambungkan, melukiskan, meniru sesuatu yang dirasa, dimengerti,
diimajinasikan atau dirasakan dalam beberapa bentuk fisik”.7
Menurut Stuart Hall sebagaimana dikutip Indiwan Seto terdapat dua
proses representasi. Pertama, representasi mental, yaitu konsep tentang
‘sesuatu’ yang ada di kepala kita masing-masing. Kedua, ‘bahasa’, yang
berperan penting dalam proses konstruksi makna. Konsep abstrak yang ada
dalam kepala kita harus diterjemahkan dalam ‘bahasa’ yang lazim, supaya kita
dapat menghubungkan konsep dan ide-ide kita tentang sesuatu dengan tanda
dari simbol-simbol tertentu.8
Partai Persatuan Indonesia (Perindo) merupakan partai yang baru
dideklarasikan pada tanggal 7 Februari 2015 lalu. Partai ini didirikan oleh
Hary Tanoesoedibjo yang juga merupakan salah satu pengusaha media besar
di Indonesia. Awalnya partai ini merupakan sebuah ormas yang sudah berdiri
6
Lynda Lee Kaid, Handbook of Political Communications Research (New Jersey:
Lawrence Erlbaum Associates, 2004), h. 156.
7
Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 24.
8
Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi
Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 148.
4
sejak tahun 2013. Hary Tanoesoedibjo merupakan salah satu pendiri partai
politik di Indonesia yang beragama non muslim.
Adapun pada pertengahan tahun 2015 lalu, Partai Perindo mulai gencar
meluncurkan berbagai iklan. Iklan-iklan tersebut kemudian seringkali
disiarkan di stasiun-stasiun televisi dibawah MNC Group seperti, RCTI, MNC
TV dan Global TV yang tak lain juga berada dibawah kepemimpinan Hary
Tanoesoedibjo.
Beberapa versi iklan Perindo yang diluncurkan sejak tahun 2015 lalu
diantaranya ialah, versi Indonesia sejahtera, versi orasi Hary Tanoesoedibjo,
versi Siapakah Indonesia, dan versi Ramadhan. Dalam beberapa iklan tersebut
menggambarkan tentang keberagaman Indonesia yang terdiri dari berbagai
suku, bangsa, dan agama. Islam yang sebagai salah satu agama yang juga
merupakan agama mayoritas di Indonesia tentunya juga turut digambarkan
dalam iklan-iklan tersebut.
Islam merupakan agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada
Nabi Muhammad SAW yang merupakan nabi dan rasul paling akhir, untuk
menjadi petunjuk atau pedoman hidup bagi seluruh manusia hingga akhir
zaman. Kata “Islam” berasal dari bahasa Arab: “SLM” (Sin, Lam, Mim) yang
artinya antara lain: Damai, Suci, Patuh dan taat (tidak pernah membantah).9
Dalam pengertian agama, kata Islam berarti kepatuhan kepada
kehendak dan kemauan Allah serta taat kepada hukum-Nya. Hubungan antara
pengertian menurut kata dasar dan pengertian menurut agama erat dan nyata
sekali, yaitu: “Hanya dengan kepatuhan kepada kehendak Allah dan tunduk
9
Hammudah Abdalati, Islam Suatu Kepastian (Jakarta: Media Da’wah, 1983), h. 13.
5
kepada hukum-hukum-Nya seseorang dapat mencapai kedamaian yang
sesungguhnya dan memperoleh kesucian yang abadi”.10
Seperti yang telah kita ketahui, Islam merupakan agama mayoritas di
Indonesia.Hal ini dapat dilihat berdasarkan data sensus penduduk pada tahun
2010 dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data tersebut menunjukan bahwa
pemeluk agama islam di Indonesia mencapai 207 juta jiwa lebih atau sekitar
87% dari jumlah penduduk di Indonesia.11
Tanda-tanda merupakan dasar dari seluruh komunikasi. Dengan
perantaraan tanda-tanda, manusia mampu melakukan komunikasi dengan
sesamanya. Banyak hal yang dapat dikomunikasikan dalam hidup kita di
dunia ini.
Metode analisis atau ilmu yang digunakan untuk mengkaji tanda
dikenal dengan istilah semiotika. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita
gunakan dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah
manusia dan bersama-sama manusia.12
Semiotika berasal dari kata yunani Semeion, yang berarti tanda. Tanda
itu sendiri didefinisikan sebagai suatu -yang atas dasar konvensi sosial yang
terbangun sebelumnya – dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Tanda
pada awalnya dimaknai sebagai suatu hal yang menunjuk pada adanya hal
lain, contohnya, asap menandai adanya api. Adapun, semiotika secara
terminologis, dapat diidentifikasikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan
Hammudah Abdalati, Islam Suatu Kepastian (Jakarta: Media Da’wah, 1983), h. 13.
Data Badan Pusat Statistik tahun 2010, “Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang
Dianut”, diakses pada 7 Februari 2016 dari http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/ tabel?tid=321.
12
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 15.
10
11
6
luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda.13
Semiotika atau dalam istilah Barthes semiologi, pada dasarnya hendak
mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things).
Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukan dengan
mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai disini berarti tidak hanya
melihat
objek
sebagai
pembawa
informasi,
bagaimana
objek
itu
berkomunikasi, akan tetapi juga menkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.14
Menurut Littlejhon suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, dan
makna (meaning) ialah hubungan antara suatu objek atau idea dan suatu
tanda.15
Mengingat Indonesia yang merupakan negara dengan Agama Islam
sebagai mayoritas, serta iklan-iklan Partai Perindo yang merupakan partai
pimpinan Hary Tanoesoedibjo coba mengambarkan keberagaman di Indonesia
salah satunya agama yang dimana Islam termasuk didalamnya, maka peneliti
tertarik untuk melihat bagaimana Islam direpresentasikan melalui tanda-tanda
yang terdapat dalam iklan-iklan Partai Perindo di atas. Sehingga berdasarkan
alasan tersebut maka peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian dengan
judul “Representasi Islam pada Iklan-iklan Partai Perindo di Televisi”.
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini hanya fokus pada beberapa Iklan Partai Perindo yang
ditayangkan di stasiun televisi dibawah MNC Group seperti RCTI, MNC TV,
dan Global TV pada tahun 2015. Adapun iklan-iklan tersebut diantaranya ialah
13
Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi
Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 7.
14
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 16.
15
Sthephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss, Teori Komunikasi (Jakarta: Salemba
Humanika, 2009), h. 54.
7
Iklan Partai Perindo Versi Indonesia Sejahtera, Versi Orasi Hary
Tanoesoedibjo, Versi Siapakah Indonesia, dan Versi Ramadhan. Selain itu,
penelitian ini juga hanya akan memberikan fokus pada tanda-tanda yang
merepresentasikan unsur-unsur keislaman dalam Iklan-iklan Partai Perindo
tersebut.
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini, adalah sesuai
dengan analisis semiotika model Roland Barthes yang diantaranya ialah:
1. Bagaimana makna denotasi, konotasi, dan mitos Islam yang terdapat
dalam Iklan-iklan Partai Perindo Versi Indonesia Sejahtera, Versi Orasi
Hary Tanoesoedibjo, Versi Siapakah Indonesia, dan Versi Ramadhan?
2. Bagaimana Islam direpresentasikan dalam Iklan-iklan Partai Perindo Versi
Indonesia Sejahtera, Versi Orasi Hary Tanoesoedibjo, Versi Siapakah
Indonesia, dan Versi Ramadhan, berdasarkan model Roland Barthes?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
ialah:
1. Untuk mengetahui makna denotasi, konotasi dan mitos yang terdapat
dalam Iklan-iklan Partai Perindo Versi Indonesia sejahtera, Versi Orasi
Hary Tanoesoedibjo, Versi Siapakah Indonesia, dan Versi Ramadhan.
2. Untuk
mendapatkan
temuan-temuan
tentang
seperti
apa
Islam
direpresentasikan dalam Iklan-iklan Partai Perindo Versi Indonesia
Sejahtera, Versi Orasi Hary Tanoesoedibjo, Versi Siapakah Indonesia, dan
Versi Ramadhan berdasarkan model Roland Barthes.
8
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
a. Mengkaji unsur-unsur keislaman yang direpresentasikan dalam iklaniklan Partai Perindo Versi Indonesia sejahtera, Versi Orasi Hary
Tanoesoedibjo, Versi Siapakah Indonesia, dan Versi Ramadhan.
b. Mendalami pemahaman tentang penelitian semiotika model Roland
Barthes dalam ranah periklanan khususnya dan komunikasi pada
umumnya.
2. Manfaat Praktis
a. Mengetahui strategi kreatif yang ada di balik Iklan-iklan Partai Perindo
sehingga mampu menjadi bahan pertimbangan bagi insan periklanan
khususnya,para akademisi dan khalayak pada umumnya.
b. Mengetahui bagaimana Islam direpresentasikan dalam iklan-iklan
Partai Perindo sehingga mampu menjadi bahan kajian maupun
pertimbangan bagi para politisi, akademisi dan khalayak pada
umumnya.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan judul penelitian ini, peneliti sebelumnya telah
melakukan tinjauan kepustakaan di Perpustakaan Umum dan Perpustakaan
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Adapun beberapa penelitian yang hampir serupa
diantaranya:
Yusrina Rahma Dewi menemukan bahwa, iklan kampanye politik
pilpres 2014 Aburizal Bakrie versi “Untuk Ibu” di tvOne merepresentasikan
9
makna menyambut hari ibu, makna berterima kasih kepada ibu, makna bangga
terhadap sosok ibu, makna menghormati ibu, makna pengorbanan terbesar
adalah pada ibu, makna surga di telapak kaki ibu, makna berbakti kepada
ibu.16 Kesamaan yang terdapat dalam penelitian tersebut dengan penelitian ini
ialah sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma
konstruktivis. Sementara itu yang membedakan dengan penelitian ini adalah,
penelitian tersebut menggunakan teori analisis semiotika model Charles
Sanders Peirce, sementara penelitian ini menggunakan model Roland Barthes.
Kemudian perbedaan juga terdapat pada subjek dan objek penelitian yang
diambil oleh peneliti.
Alvina Malvi menemukan bahwa, terdapat representasi citra politik
yang sengaja dibuat oleh pihak yang sangat penting di dalam partai politik ini.
kekuatan frekuensi yang di miliki HT menjadikan partai yang mengusung
dirinya bebas mempromosikan.17 Penelitian tersebut memiliki kesamaan
dengan penelitian ini yakni sama-sama mengunakan pendekatan kualitatif dan
bersifat deskriptif. Adapun hal yang membedakan penelitian tersebut dengan
penelitian ini ialah terdapat pada, subjek dan objek yang diambil serta metode
analisis yang digunakan. Penelitian tersebut menggunakan teori semiotika
model Charles Sanders Peirce, sementara itu penelitian ini menggunakan
model Roland Barthes.
16
Yusrina Rahma Dewi, Representasi Makna Ibu dalam Iklan Kampanye Politik (Kajian
Semiotika Iklan Kampanye Politik Pilpres 2014 Aburizal Bakrie Versi “Untuk Ibu” di tvOne
(Skripsi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
Jakarta, 2014).
17
Alvina Malvi, Representasi Citra Politik dalam Iklan Hanura WIN-HT bersih peduli
tegas di RCTI (Skripsi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2014).
10
Nurleli menemukan bahwa, pada bagian pengantar film PK
menggambarkan Islam di tengah kehidupan sosial dan politik. Sementara itu
dalam bagian kisah utama film PK banyak menggambarkan tentang ketauhitan
dan ajaran-ajaran Islam.18 Kesamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini
adalah sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif
dan menggunakan paradigm konstruktivis. Selain itu juga sama-sama
menggunakan teori semiotika model Roland Barthes. Adapun yang
membedakan ialah objek penelitian yang diambil dimana penelitian ini
mengambil
iklan-iklan
Partai
Perindo
sementara
penelitian
tersebut
mengambil Film PK.
F. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
pendekatan penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor menyatakan bahwa
penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku
orang-orang yang diamati.19
Penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian yang bersifat
deskriptif. Menurut Kenneth D. Bailey, penelitian deskriptif adalah suatu
penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu
fenomena secara detil (untuk menggambarkan apa yang terjadi).20
18
Nurleli, Representasi Islam dalam Film PK (Skripsi Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2015).
19
Robert C. Bogdan dan Steven J. Taylor, Introduction to Qualitative Research Methods:
A Phenomenological Approach in The Social Science, alih bahasa Arif Furchan, Jhon Willey and
Son (Surabaya: Usaha Nasional, 1992), h. 21-22.
20
Kenneth D. Bailey, Methods of Social Research (New York: Free Press, 1994) h. 40.
11
Adapun paradigma penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan paradigma konstuktivis. Paradigma konstruktivis berdasar
pada pemikiran umum tentang teori-teori yang dihasilkan oleh peneliti dan
teoritisi aliran konstruktivis. Menurut LittleJhon teori-teori aliran
konstruktivis berdasarkan pada ide bahwa realitas bukanlah bentukan yang
objektif, tetapi dikonstruksi melalui proses interaksi dalam kelompok,
masyarakat, budaya.21
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah iklan-iklan Partai Perindo Versi
Indonesia Sejahtera, Versi Orasi Hary Tanoesoedibjo, Versi Siapakah
Indonesia?, dan Versi Ramadhan. Adapun yang menjadi objek penelitian
ini adalah potongan-potongan gambar dari iklan-iklan tersebut yang
merepresentasikan Islam.
3. Metode Penelitian
Dalam menganalisis penelitian ini, metode analisis yang digunakan
ialah teori Semiotika model Roland Barthes. Dalam semiotika model ini,
sistem signifikansi terbagi ke dalam dua tingkatan, dimana denotasi
merupakan sistem signifikansi tingkat pertama, sementara konotasi
merupakan tingkat kedua. Dalam kerangka Barthes, konotasi identik
dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai ‘mitos’, dan berfungsi
untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai
dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu.22
21
Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi
Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 165.
22
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 71.
12
4. Tahapan Penelitian
a. Pengumpulan Data
1) Observasi
Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara mengadakan penelitian secara teliti, serta
pencatatan secara sistematis (Arikunto, 2002).23 Adapun observasi
dalam penelitian ini adalah dengan melihat langsung serta
mencermati setiap makna-makna yang dikemukakan pada objek
penelitian.
2) Dokumentasi
Dokumentasi merupakan kumpulan sejumlah besar fakta dan
data tersimpan. Secara detil bahan dokumenter terbagi beberapa
macam, yaitu otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan
harian, memorial, kliping, dokumen pemerintah atau swasta, data
di server dan flashdisk, data tersimpan di website dan lain-lain.24
Adapun dalam penelitian ini, dokumentasi digunakan untuk
memperkuat data, yakni dengan mencari dokumentasi berupa profil
partai. Selain itu, peneliti juga mengambil dokumentasi iklan-iklan
Partai
Perindo
dengan
mengunduh
video
dari
situs
www.youtube.com.
b. Pengolahan Data
Dalam penelitian ini, pengolahan data dilakukan melalui
23
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik (Jakarta:Bumi
Aksara, 2013), h. 143.
24
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013), h. 175.
13
beberapa tahap, yang pertama data dikelompokkan, disederhanakan
dan kemudian dikemas dalam bentuk tabel.Kemudian data-data
tersebut dikategorikan sesuai dengan metode analisis yang digunakan.
c. Analisis Data
Hasil temuan penelitian nantinya akan dikumpulkan dan
ditafsir dengan model semiotika Roland Barthes. Hasil temuan juga
akan dianalisis dengan menggunakan paradigma konstruktivisme
untuk melihat betapa kreatifnya pengiklan dalam merepresentasikan
Islam pada iklan-iklan Partai Perindo Versi Indonesia Sejahtera, Versi
Orasi Hary Tanoesoedibjo, Versi Siapakah Indonesia?, dan Versi
Ramadhan.
G. Sistematika Penulisan
Penulis memulai penulisan skripsi ini dengan pendahuluan yang
penulis letakan di Bab I. Adapun pada bab pendahuluan tersebut berisikan
Latar Belakang untuk menjelaskan mengapa penulis tertarik mengambil
penelitian ini. Kemudian berturut-turut dilanjutkan dengan Fokus Penelitian,
Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Kerangka Konsep,
Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
Selanjutnya, selayaknya karya ilmah diperlukan kajian teoritis yang
penulisan letakan di Bab II. Adapun pada bab ini penulis membahas tentang
Analisis Semiotika Roland Barthes yang merupakan teori analisis yang
penulis gunakan dalam penelitian ini. Kemudian penulis juga menambahkan
penjelasan tentang pengertian Representasi Islam yang menjadi konsep bagi
penulis. Adapun pengertian iklan juga turut penulis cantumkan dalam bab ini.
14
Sebagai gambaran umum penulis merasa perlu untuk memperjelas
profil dari apa yang penulis teliti, maka penulis meletakan gambaran umum di
Bab III. Adapun dalam bab ini penulis menjelaskan tentang profil Hary
Tanoesoedibjo sebagai ketua umum Partai Perindo, kemudian dilanjutkan
dengan Profil Partai Perindo. Adapun kemudian penulis juga mencantukan
gambaran umum dari iklan-iklan Partai Perindo Versi Indonesia Sejahtera,
Versi Orasi Hary Tanoesoedibjo, Versi Siapakah Indonesia?, dan Versi
Ramadhan
Sebagai inti skripsi ini penulis kemudian meletakan hasil analisis pada
Bab IV dengan analisis semiotika model Roland Barthes dari iklan-iklan
Partai Perindo Versi Indonesia Sejahtera, Versi Orasi Hary Tanoesoedibjo,
Versi
Siapakah
Indonesia?,
dan
Versi
Ramadhan,
adapun
penulis
menganalisis melalui tanda-tanda verbal dan nonverbal terkait makna
Denotasi, Konotasi dan Mitos. Pada bab ini penulis juga mencantumkan hasilhasil temuan yakni mengenai representasi Islam yang muncul pada iklan-iklan
partai perindo tersebut.
Akhirnya sebagai penutup, penulis letakan pada Bab V. Pada bab
terakhir ini penulis menuliskan kesimpulan penelitian serta kritik dan saran.
Dimana kritik penulis tujukan untuk partai perindo sebagai pembuat iklan,
adapun saran penulis tujukan untuk partai perindo khususnya, serta bagi insan
periklanan pada umumnya.
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Semiotika
1. Pengertian Semiotika
Semiotika merupakan suatu ilmu atau metode analisis yang biasa
digunakan untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah basis dari seluruh
komunikasi. Manusia dengan mengunakan perantara tanda-tanda dapat
melakukan komunikasi dengan sesamanya.1 Dalam semiotika, suatu tanda
dianggap mewakili atau menandakan sesuatu selain dirinya sendiri.
Secara etimologis, kata semiotika sendiri berasal dari bahasa
Yunani semeion yang berarti tanda atau seme yang berarti penafsir tanda.
Semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika
dan poetika. Pada masa itu, tanda masih bermakna sesuatu hal yang
menunjuk pada adanya hal lain, contoh asap menandai adanya api.2
Adapun secara terminologis, semiotika dapat diidentifikasikan sebagai
ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa,
seluruh kebudayaan sebagai tanda.3
Apabila diterapkan pada tanda-tanda bahasa, maka huruf, kata,
kalimat tidaklah memiliki arti pada dirinya sendiri. Tanda-tanda itu hanya
mengemban arti dalam kaitannya dengan pembacanya.4 Pembaca itulah
yang kemudian menghubungkan tanda dengan apa yang ditandakan sesuai
dengan ketentuan dalam sistem bahasa yang bersangkutan.
1
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 15.
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 17.
3
Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi
Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 8.
4
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 17.
2
15
16
Pada dasarnya, analisis semiotika memang merupakan suatu upaya
guna merasakan sesuatu yang janggal, sesuatu yang perlu dipertanyakan
lebih lanjut ketika kita membaca teks atau narasi/wacana tertentu.5
Semiotika atau yang dalam istilah Barthes, semiologi pada
dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity),
memaknai hal-hal (things). Adapun memaknai dalam hal ini tidaklah dapat
disamakan dengan mengkomunikasikan. Memaknai berarti bahwa setiap
objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu
hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari
tanda.6
Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, dan makna
ialah hubungan antara suatu objek atau ide dan suatu tanda. Konsep dasar
tersebut mengikat bersama seperangkat teori yang amat luas berurusan
dengan simbol, bahasa, wacana, dan bentuk-bentuk non verbal, teori-teori
yang menjelaskan bagaimana tanda berhubungan dengan maknanya dan
bagaimana tanda disusun.7
Dengan semiotika, kita kemudian langsung akan berurusan dengan
tanda-tanda. Lechte mendefinisikan semiotika sebagai teori tentang tanda
dan penandaan.8 Kemudian secara lebih jelas, Segers mendefinisikan
semiotika sebagai sebuah disiplin yang menyelidiki semua bentuk
komunikasi yang terjadi dengan sarana
signs ‘tanda-tanda’ dan
berdasarkan pada sign system (code) sistem tanda.9
5
Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi
Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 8.
6
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 15.
7
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 16.
8
John Lechte, 50 Filsuf Kontemporer; dari Strukturalisme sampai Posmodernitas.
Penerjemah A. Gunawan Admiranto, (Yogyakarta: Kanisius, 2001), h. 191.
9
Rien T. Segers, Evaluasi Teks Sastra. Penerjemah Suminto A. Sayuti (Yogyakarta:
Adicita Karya Nusa, 2000), h. 4.
17
Dari beberapa pengertian diatas dapat kita lihat bahwa para ahli
memandang semiotika sebagai ilmu atau proses yang berhubungan dengan
tanda. Intinya semiotika menaruh perhatian pada apapun yang dapat
dinyatakan sebagai tanda yang tentunya membawa makna ataupun
mewakili hal lain selain dirinya.
2. Semiotika Roland Barthes
Roland Barthes dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis
yang rajin mempraktikan model linguistik dan semiologi Saussurean.
Barthes juga dikenal sebagai intelektual dan kritikus sastra Prancis yang
ternama; eksponen penerapan strukturalisme dan semiotika pada studi
sastra. Bertens kemudian menyebutnya sebagai tokoh yang memainkan
peranan sentral dalam strukturalisme tahun 1960-an dan 70-an.10
Barthes berpendapat bahwa bahasa adalah sebuah sistem tanda
yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam
waktu tertentu. Ia mengajukan pandangan ini dalam Writing Degree Zero
(1953; terj. Inggris 1977) dan Critical Essays (1964; terj, Inggris 1972).11
Barthes telah banyak menulis buku, yang beberapa diantaranya
telah menjadi bahan rujukan penting untuk studi semiotika di Indonesia.
Salah satunya berjudul Mytologies (Mitologi-Mitologi) (1957) yang
banyak mendapat sorotan. Dalam karyanya ini, ia menganalisis data
cultural yang dikenal umum seperti balap sepeda Tour de France, reklame
dalam surat kabar dan lain-lain sebagai gejala masyarakat borjuis.12
10
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 63.
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 63.
12
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 64.
11
18
Sebagai kunci dari analisisnya, Barthes melontarkan konsep
tentang konotasi dan denotasi. Barthes menggunakan versi yang jauh lebih
sederhana ketika membahas glossematic sign (tanda-tanda glosematic).
Mengabaikan dimensi dari bentuk dan substansi, Barthes mendefinisikan
sebuah tanda (sign) sebagai sebuah sistem yang terdiri dari (E) sebuah
ekspresi atau signifier dalam hubungannya (R) dengan content
(atau
signified) (C): ERC.13
Sebuah sistem data primer (primary sign system) dapat menjadi
sebuah elemen dari dari sebuah sistem tanda yang lebih lengkap dan
memiliki makna yang berbeda ketimbang semula.
E2 = (E1R1C1 ) R2 C214
Dengan begitu, primary sign
merupakan denotative sementara
secondary sign merupakan salah satu dari connotative semiotics. Konsep
konotatif inilah yang kemudian menjadi kunci penting dari model
semiotika Roland Barthes. Adapun Barthes kemudian menciptakan peta
tentang bagaimana tanda bekerja.15
Tabel 2.1. Peta Tanda Roland Barthes
1. Signifier
(Penanda)
2. Signified
(Petanda)
3. Denotative Sign (Tanda Denotatif)
4. Connotative Signifier (Penanda
Konotatif)
5. Connotative Signified
(Petanda Konotatif)
6. Connotative Sign (Tanda Konotatif)
13
Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi
Komunikasi,(Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 21.
14
Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi
Komunikasi,(Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 21.
15
Paul Cobley dan Litza Jansz, Introducing Semiotics (New York: Totem Books, 1999)
h. 51.
19
Fiske kemudian menyebut model ini sebagai signifikansi dua
tahap.16 Melalui model ini, Barthes menjelaskan bahwa signifikansi tahap
pertama merupakan hubungan antara siginifier (ekspresi) dan signified
(content) dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Inilah yang
disebut Barthes sebagai denotasi yaitu makna paling nyata dari suatu tanda
(sign).
Dalam pengertian umum, denotasi biasanya dimengerti sebagai
makna harfiah, makna yang sesungguhnya, bahkan kadang kala juga
dirancukan dengan referensi atau acuan. Proses signifikansi yang secara
tradisional disebut sebagai denotasi ini biasanya mengacu kepada
penggunaan bahasa dengan arti yang sesuai dengan apa yang terucap.17
Adapun konotasi merupakan istilah yang digunakan oleh Barthes
guna menunjukan signifikansi tahap kedua. Konotasi menunjukan adanya
interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaaan atau emosi
pembaca serta nilai-nilai kebudayaannya. Konotasi memiliki makna yang
subjektif atau setidaknya intersubjektif.18 Dengan demikian dapat kita
pahami bahwa, denotasi merupakan apa yang digambarkan tanda terhadap
sebuah
objek,
sementara
konotasi
adalah
bagaimana
cara
menggambarkannya.
Konotasi bekerja dalam tingkat subjektif sehingga kehadirannya
tidak disadari. Pembaca mudah sekali membaca makna konotatif sebagai
16
John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 140.
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 70.
18
Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi
Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 21.
17
20
fakta denotatif.19 Inilah yang juga menjadi salah satu tujuan dari analisis
semiotika, yakni untuk menyediakan metode analisis, kerangka berpikir,
sekaligus mengatasi terjadinya kesalahan baca atau kesalahan dalam
mengartikan makna suatu tanda.
Pada signifikansi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda
bekerja melalui mitos. Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan
atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. Mitos
merupakan produk kelas sosial yang sudah mempunyai suatu dominasi.20
Mitos merupakan suatu wahana dimana suatu ideologi berwujud.
Mitos dapat berangkai menjadi mitologi yang memainkan peranan penting
dalam kesatuan-kesatuan budaya.21 Adapun Umar Junus berangapan
bahwa, mitos tidak dibentuk melalui penyelidikan, akan tetapi melalui
anggapan berdasarkan observasi kasar yang digeneralisasikan oleh
karenanya lebih banyak hidup dalam masyarakat.22
Mitos mungkin hidup dalam ‘gosip’ kemudian ia mungkin
dibuktikan dengan tindakan nyata. Sikap kita terhadap sesuatu ditentukan
oleh mitos yang ada dalam diri kita. Mitos ini menyebabkan kita
mempunyai prasangka tertentu terhadap suatu hal yang dinyatakan dalam
mitos.23
Dari beberapa penjelasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa
denotasi merupakan makna harifiah atau makna sesungguhnya yang pada
19
Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian
Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 22.
20
Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian
Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 21.
21
Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian
Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 22.
22
Umar Junus, Mitos dan Komunikasi (Jakarta: Sinar Harapan, 1981), h. 74.
23
Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian
Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 23.
dan Skripsi
dan Skripsi
dan Skripsi
dan Skripsi
21
dasarnya meliputi hal-hal yang ditunjuk oleh kata-kata. Konotasi adalah
suatu jenis makna dimana stimulus dan respon mengandung nilai-nilai
emosional. Sementara itu, mitos merupakan makna yang berfungsi untuk
mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan
yang berlaku dalam suatu periode tertentu.
B. Representasi Islam
Representasi merupakan kegunaan dari tanda. Marcel Danesi
mendefinisikannya sebagai aktivitas pembentukan ilmu pengetahuan yang
dimungkinkan kapasitas otak untuk dilakukan oleh semua manusia. Lebih jauh
Danesi kemudian mencontohkan representasi dengan sebuah konstruksi X
yang dapat mewakilkan atau memberikan suatu bentuk kepada suatu materiil
atau konsep tentang Y.24
Representasi dapat didefinisikan lebih jelasnya sebagai penggunaan
tanda (gambar, bunyi, dan lain-lain) unuk menghubungkan, menggambarkan,
memotret, atau mereproduksi sesuatu yang dilihat, diindera, dibayangkan, atau
dirasakan dalam bentuk fisik tertentu. Sebagai contoh misalnya konsep sex
diwakili atau ditandai oleh gambar sepasang sejoli yang sedang berciuman
romantis.25
Stuart Hall, sebagaimana dikutip oleh Indiwan Seto mengemukakan
dua proses representasi. Pertama, representasi mental yaitu konsep tentang
sesuatu yang ada di kepala kita masing-masing. Representasi mental masih
merupakan sesuatu yang abstrak. Kedua, bahasa, yang berperan penting dalam
proses konstruksi makna.26
24
Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 24.
Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 25.
26
Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi
Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 148.
25
22
Konsep abstrak yang telah ada dalam pikiran kita haruslah diterjemahkan
dalam bahasa yang lazim. Hal ini perlu dilakukan agar kita mampu
menghubungkan konsep dan ide-ide kita tentang sesuatu dengan tanda dari
simbol-simbol tertentu.
John Fiske, merumuskan representasi melalui tiga proses, diantaranya
realitas, representasi, dan ideologi.27 Pertama, realitas, dalam proses ini
peristiwa atau ide dikonstruksi sebagai realitas oleh media dalam bentuk
bahasa gambar ini umumnya behubungan dengan aspek seperti pakaian,
lingkungan, ucapan ekspresi dan lain-lain.28
Kedua, representasi, dalam proses ini realitas digambarkan dalam
perangkat-perangkat teknis, seperti bahasa tulis, gambar, grafik, animasi, dan
lain-lain. Ketiga, tahap ideologis, dalam proses ini peristiwa-peristiwa
dihubungkan dan diorganisasikan ke dalam konvensi-konvensi yang diterima
secara ideologis. Bagaimana kode-kode representasi dihubungkan dan
diorganisasikan ke dalam koherensi sosial atau kepercayaan dominan yang
ada dalam masyarakat.29
Islam merupakan agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW yang merupakan nabi dan rasul paling akhir, untuk menjadi
petunjuk atau pedoman hidup bagi seluruh manusia hingga akhir zaman. Kata
“Islam” berasal dari bahasa Arab: “SLM” (Sin, Lam, Mim) yang artinya
antara lain: Damai, Suci, Patuh dan taat (tidak pernah membantah).30
27
John Fiske, Television Culture, (London: Routledge, 1987), h. 5.
Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi
Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 149.
29
Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi
Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 149.
30
Hammudah Abdalati, Islam Suatu Kepastian (Jakarta: Media Da’wah, 1983), h.13.
28
23
Dalam pengertian agama, kata Islam berarti kepatuhan kepada kehendak
dan kemauan Allah SWT serta taat kepada hukum-Nya. Hubungan antara
pengertian menurut kata dasar dan pengertian menurut agama erat dan nyata
sekali, yaitu: “Hanya dengan kepatuhan kepada kehendak Allah dan tunduk
kepada hukum-hukum-Nya seseorang dapat mencapai kedamaian yang
sesungguhnya dan memperoleh kesucian yang abadi”.31
Nama Islam yang berasal dari kata salama yang terutama berarti ‘damai’
tertulis dalam Al Quran Surat al-Anfal ayat 61 yang berbunyi:
           
     
Artinya:
“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, Maka condonglah
kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah.Sesungguhnya Dialah yang
Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”32
Dalam ayat diatas dapat kita lihat bahwa kata ‘salm’ berarti damai atau
perdamaian. Kata Islam yang dipergunakan menjadi nama dari ajaran Allah itu
justru menunjukan esensi atau inti dan isi ajaran itu. Inti pengertian dari kata
islam adalah masuk ke dalam serasi, cocok, dan damai.33
Hal tersebut kemudian menjadi salah satu makna serta ciri utama dari
Islam, yakni bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa umat
manusia pada perdamaian. Adapun para pengikutnya ialah mereka yang
membina dirinya sebagai sosok seseorang yang cinta pada kedamaian. Serta
senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Islam bukanlah agama yang didasarkan pada pribadi penyebarnya,
melainkan pada Tuhan. Muhammad hanyalah orang yang terpilih untuk
Hammudah Abdalati, Islam Suatu Kepastian (Jakarta: Media Da’wah, 1983), h.13.
Terjemahan diambil dari Al Quran Digital Versi 2.0
33
Akmal Hawi, Dasar-Dasar Studi Islam (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2014),
31
32
h. 3.
24
menyampaikan petunjuknya.34 Tugas Rasulullah Muhammad SAW hanyalah
untuk menyampaikan ajaran, menerangkan dan mencontohkan bagaimana
caranya mempraktikkan isi ajaran Allah SWT. Adapun mereka yang
mengikuti ajaran Islam dinamakan Muslim.
Islam adalah pengabdian kepada Allah SWT, hendaklah penganutnya
mematuhi hukum-hukum Nya. Ini tak berarti menghilangkan kemerdekaan
pribadi atau berserah diri tanpa ikhtiar. Setiap orang yang berfikir atau
percaya, secara langsung tentu mengerti apa yang dimaksud dengan
pengertian ‘Islam’. Arti ketuhanan dalam Islam adalah memberikan
pengarahan untuk menjadikan manusia sebagai suatu ciptaan-Nya yang
terbaik, yakni lengkap dengan akal budi sempurna.35
Manusia adalah makhluk yang terpilih dan dilengkapi dengan akal dan
kekuatan untuk membuat pilihan. Karena manusia memiliki kekuatan akal dan
kekuatan untuk menentukan pilihan, maka ia ditunjuk untuk patuh kepada
kehendak-kehendak Allah serta patuh kepada hukum-hukum Nya. Bila ia
memilih kepatuhan kepada hukum Allah SWT, maka ia akan berhasil
menciptakan keharmonisan dan kesejahteraan antara dirinya sendiri dan
seluruh unsur alam yang lain yang mempunyai kewajiban untuk patuh kepada
Allah SWT. Tapi bila ia memilih untuk mengingkari Allah SWT ia akan
terjerumus kepada jalan yang salah. Selain itu ia akan celaka dan akan
mendapat hukuman dari sang pencipta hukum itu.36
Dengan melihat penjelasan tentang Islam di atas dapat kita simpulkan
bahwa Islam merupakan agama yang membawa umat manusia pada
34
S.H. Nasr, Islam Dalam Cita dan Fakta (Jakarta: PT. Panca Gemilang Indah, 1983),
35
Hammudah Abdalati, Islam Suatu Kepastian (Jakarta: Media Da’wah, 1983), h. 17.
Hammudah Abdalati, Islam Suatu Kepastian (Jakarta: Media Da’wah, 1983), h.17.
h. 3.
36
25
perdamaian. Islam juga mengajarkan pada penganutnya tentang kepatuhan
kepada Allah SWT. Hanya dengan kepatuhan kepada kehendak Allah dan
tunduk kepada hukum-hukum-Nya seseorang dapat mencapai kedamaian yang
sesungguhnya dan memperoleh kesucian yang abadi.
Berdasarkan penjabaran mengenai representasi dan Islam diatas dapat kita
tarik kesimpulan bahwa yang dimaksud representasi Islam ialah bagaimana
agama yang diwahyukan oleh Allah SWT dan agama yang dikenal senantiasa
membawa umat manusia pada perdamaian tersebut kemudian digambarkan,
diimajinasikan atau dimaknai melalui tanda-tanda tertentu dalam suatu objek.
C. Iklan
1. Pengertian Iklan
Iklan atau advertising dapat didefinisikan sebagai “any paid form
of non personal communication about an organization, product, service,
or idea by an identified sponsor” (setiap bentuk komunikasi nonpersonal
mengenai suatu organisasi, produk, servis, atau ide yang dibayar oleh satu
sponsor yang diketahui).37 Adapun maksud dari kata nonpersonal berarti
suatu iklan melibatkan media massa (TV, radio, majalah, koran) yang
mampu mengirimkan pesan kepada sejumlah besar kelompok individu
pada saat bersamaan.
Dengan demikian sifat nonpersonal iklan berarti pada umumnya
tidak tersedia kesempatan untuk mendapatkan umpan balik yang segera
dari penerima pesan (kecuali dalam hal direct response advertising).38
37
Morissan, Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2010), h. 17.
38
Morissan, Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2010), h. 18.
26
Oleh karena itu, sebelum pesan iklan dikirimkan pemasang iklan harus
betul-betul
mempertimbangkan
bagaimana
audiensi
akan
menginterpretasikan dan memberikan respons terhadap pesan iklan yang
dimaksud.
Sebagai salah satu bentuk komunikasi, Iklan banyak berhubungan
dengan bagaimana pesan-pesan promosi disampaikan. Frank Jefkins
mengatakan “Iklan adalah sesuatu yang bertujuan untuk membuat kita
mengetahui apa yang ingin kita jual ataupun beli”.39 Dari definisi tersebut
dapat kita lihat bahwa pada hakikatnya iklan merupakan suatu cara
penyampaian tentang sesuatu yang ingin dijual atau dibeli.
Sementara itu, Wells, Burnett dan Mortaty seperti dikutip oleh
Indiwan Seto mendefinisikan iklan sebagai suatu bentuk komunikasi yang
dibayar oleh non personal dari sponsor yang dikenal dengan menggunakan
media massa untuk mengajak atau mempengaruhi khalayak.40
Iklan
merupakan
suatu
kegiatan
yang
digunakan
untuk
mempersuasi konsumen oleh sejumlah atau suatu institusi bukan personal.
Dalam definisi ini dapat kita lihat bahwa iklan merupakan suatu pengisi
media massa, karena iklan haruslah menggunakan media yang spesifik
untuk dapat menerpa orang banyak.
Adapun iklan dipandang sebagai salah satu bentuk promosi yang
paling dikenal dan paling banyak dibahas orang, hal ini dimungkinkan
karena daya jangkauannya yang luas. Iklan di media massa dapat
digunakan untuk menciptakan citra merek dan daya tarik simbolis bagi
suatu perusahaan atau institusi.
39
Frank Jefkins, Advertising Today (London: International Textbook Co., 1976), h. 5.
Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi
Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 151.
40
27
2. Iklan Politik
Lynda Lee Kaid mendefinisikan iklan politik sebagai proses
komunikasi dimana sebuah sumber (kandidat atau partai politik),
mengambil kesempatan untuk menunjukan pesan-pesan politik mereka
melalui saluran media massa dalam rangka mempengaruhi sikap,
kepercayaan, dan perilaku politik khalayak.41
Penelitian di barat tentang iklan politik di televisi menemukan
bahwa iklan mempengaruhi kandidat untuk belajar bagaimana calon
pemilih mereka, membantu mereka untuk mengidentifikasi prioritas, dan
mempengaruhi standar penilaian dan atribusi dari kesalahan. Iklan politik
di televisi telah menempati posisi penting dalam studi komunikasi
politik.42
Perlof dan Kinsey sebagaimana dikutip oleh Gun Gun Heryanto
dan Shulhan Rumaru, menyebutkan bahwa konsultan percaya seorang
kandidat umumnya harus menghabiskan sebagian dana kampanyenya pada
iklan televisi. Hal ini tentu saja mengasumsikan bahwa kampanye cukup
besar, bahkan untuk mempertimbangkan penggunaan televisi.43
Konten dan pesan yang terdapat dalam iklan politik, tentunya
bermuatan tentang politik. Muatan pesan dalam iklan politik meliputi
informasi visi-misi politik, jargon, platform, program politik, serta fungsi
produk yang disampaikan.Iklan tersebut tentu memiliki fungsi persuasif
41
Lynda Lee Kaid, Handbook of Political Communications Research (New Jersey:
Lawrence Erlbaum Associates, 2004), h. 156.
42
Gun Gun Heryanto dan Shulhan Rumaru,Komunikasi Politik Sebuah Pengantar
(Bogor: PT Ghalia Indonesia, 2013), h. 40.
43
Gun Gun Heryanto dan Shulhan Rumaru,Komunikasi Politik Sebuah Pengantar
(Bogor: PT Ghalia Indonesia, 2013), h. 40.
28
yang amat kuat, karena media elektronik seperti televisi misalnya hadir
dengan kekuatan audio visual yang dahsyat dari segi interaksi.
Beriklan melalui media massa tentu mampu menjangkau khalayak
yang sangat luas dengan pesan sederhana yang memungkinkan penerima
memahami produk yang diinformasikan, fungsinya, dan hubungannya
dengan setiap produk sejenis yang lain. Sederhananya, Gun Gun Heryanto
dan Shulhan Rumaru menyebutkan bahwa iklan mampu membujuk
khalayak untuk melewati beberapa tahapan dalam menerima informasi,
diantaranya tahap ketertarikan, pemahaman, penyadaran terhadap produk,
pembentukan opini, dan tahap pengambilan keputusan secara rasional
untuk memilih suatu partai politik.44
3. Kekuatan dan Kelemahan Iklan Televisi
Televisi sebagai salah satu media massa tentu memiliki kekuatan
dan kelemahannya sendiri dalam menjalan kan tugasnya sebagai media
penyampai pesan. Iklan televisi yang tentunya disiarkan melalui media
televisi juga mampu menerima pengaruh dari kekuatan dan kelemahan
yang dimiliki oleh media televise. Berikut merupakan kekuatan dan
kelemahan iklan televisi.
a. Kekuatan Iklan Televisi
1) Daya Jangkau Luas
Penetrasi televisi saat ini sudah sangat luas, khususnya
televisi yang bersiaran secara nasional. Daya jangkau siaran yang
luas
44
ini
memungkinkan
pemasar
memperkenalkan
dan
Gun Gun Heryanto dan Shulhan Rumaru, Komunikasi Politik Sebuah Pengantar
(Bogor: PT Ghalia Indonesia, 2013), h. 40.
29
mempromosikan produk barunya secara serentak dalam wilayah
yang luas bahkan ke seluruh wilayah suatu negara. 45 Karena
jangkauannya yang luas televisi menjadi media ideal untuk
mengiklankan berbagai produk.
2) Selektivitas dan Fleksibilitas
Selektivitas memungkinkan televisi menyasar langsung
pada
kelompok
audiensi
tertentu.
Stasiun
televisi
dapat
menayangkan program siaran yang mampu menarik perhatian
kelompok audiensi tertentu yang menjadi target promosi suatu
produk tertentu. Selain itu siaran iklan di televisi menurut WillisAldridge memiliki fleksibilitas yang memungkinakn penyesuaian
terhadap kebutuhan dan kepentingan khusus.Dalam hal ini
pemasang iklan dapat membuat variasi isei pesan iklan yang
disesuaikan
dengan
kebutuhan
atau
karakteristik
wilayah
setempat.46
3) Fokus Perhatian
Siaran iklan televisi akan selalu menjadi pusat perhatian
audiensi pada saat iklan ditayangkan. Jika audiensi tidak
memindahkan saluran, maka ia harus menyaksikan tayangan iklan
televisi itu satu per satu.47
45
Morissan, Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2010), h. 241.
46
Morissan, Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2010), h. 242.
47
Morissan, Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2010), h. 242.
30
4) Kreativitas dan Efek
Televisi merupakan media iklan yang paling efektif karena
dapat menunjukan cara bekerja suatu produk pada saat digunakan.
Selain itu pemasang iklan juga terkadang ingin menekankan pada
aspek hiburan dalam iklan yang ditayangkan dan tidak ingin
menunjukan aspek komerseial yang mencolok.48
5) Prestise
Perusahaan yang mengiklankan produknya di televisi
biasanya akan menjadi sangat dikenal rang. Baik perusahaan atau
lembaga yang memproduksi barang tersebut maupun barangnya itu
sendiri akan menerima status khusus dari masyarakat.49
6) Waktu Tertentu
Suatu produk dapat diiklankan di televisi pada waktu-waktu
tertentu ketika pembeli potensialnya berada di depan televisi.
Sehingga pemasang iklan akan menghindari waktu-waktu tertentu
pada saat konsumen mereka tidak menonton televisi.50
b. Kelemahan Iklan Televisi
1) Biaya Mahal
Walaupun televisi diakui sebagai media yang efisien dalam
menjangkau audiensi dalam jumlah besar namun televisi
48
Morissan, Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2010), h 242.
49
Morissan, Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2010), h. 243.
50
Morissan, Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2010), h. 243.
31
merupakan media paling mahal untuk beriklan.Adapun biaya yang
dikenakan kepada pemasang iklan televisi dihitung berdasarkan
detik.51
2) Informasi Terbatas
Dengan durasi iklan yang rata-rata hanya 30 detik dalam
sekali tayang, maka pemasang iklan tidak memiliki cukup waktu
untuk secara leluasa memberikan informasi yang lengkap.52
3) Selektivitas Terbatas
Pemasang iklan televisi memang masih dapat membidik
target audiensi tertentu melalui berbagai jenis program yang
ditayangkan, namun demikian televisi belum mampu menandingi
radio, surat kabar, dan majalah dalam menjangkau segmen audiensi
secara lebih khusus.53
4) Penghindaran
Kelemahan lain iklan televisi ialah kecenderungan audiensi
untuk menghindari pada saat iklan ditayangkan. Penelitian
menunjukan
bahwa
audiensi
menggunakan
kesempatan
penayangan iklan untuk melakukan pekerjaan lain misalnya ke
kamar
mandi,
mengobrol,
hingga
memindahkan
saluran
(zapping).54
51
Morissan, Periklanan:
Media Group, 2010), h. 244.
52
Morissan, Periklanan:
Media Group, 2010), h. 244.
53
Morissan, Periklanan:
Media Group, 2010), h. 245.
54
Morissan, Periklanan:
Media Group, 2010), h. 246.
Komunikasi Pemasaran Terpadu (Jakarta: Kencana Prenada
Komunikasi Pemasaran Terpadu (Jakarta: Kencana Prenada
Komunikasi Pemasaran Terpadu (Jakarta: Kencana Prenada
Komunikasi Pemasaran Terpadu (Jakarta: Kencana Prenada
32
5) Tempat Terbatas
Berbeda dengan media cetak, Stasiun televisi tidak dapat
seenaknya memperpanjang waktu siaran iklan dalam suatu
program.55
4. Iklan Televisi Sebagai Konstruksi Realitas Sosial dalam Media
Dalam dunia pertelevisian, sistem teknologi telah menguasai jalan
pikiran masyarakat, televisi menguasai pikiran-pikiran manusia dengan
cara membangun teater dalam pikiran manusia (theater of mind),
sebagaimana gambaran realistis dalam iklan televisi. Iklan-iklan yang
terdapat di televisi biasa dibuat dengan berisikan adegan-adegan yang
mengagumkan serta mampu membawa pemirsanya kepada kesan dunia
lain yang maha dahsyat.56
Realitas iklan televisi merupakan gambaran terhadap sebuah dunia
yang hanya ada dalam televisi. Realitas itu dibangun berdasarkan pada
penggambaran realitas seorang copywriter dan visualiser tentang dunia
atau citra produk yang diinginkannya. Ketika televisi dimatikan
penggambaran realitas dalam media tersebut kemudian hidup dalam
pikiran manusia. Bahkan penggambaran tersebut mengalami distorsi yang
mampu menciptakan cerita realitas lain yang terus menerus hidup dalam
pikiran tersebut.57
Dalam
membangun
sebuah
realitas,
kemampuan
seorang
copywriter dan visualiser, juga dipengaruhi oleh klien, lingkungan
55
Morissan, Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2010), h. 246.
56
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 221.
57
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 222.
33
mereka, budaya, pandangan terhadap produk, pengetahuan tentang dunia
periklanan, keahlian teknologi dan lainnya. Penciptaan realitas tersebut
menggunakan satu model produksi yang oleh Baudrillard disebutnya
dengan simulasi, yaitu penciptaan model-model nyata yang tanpa asal-usul
atau realitas awal. Hal ini olehnya disebut (hiper reality). Melalui model
simulasi, manusia dijebak di dalam satu ruang, yang disadari-nya sebagai
nyata, meskipun sesungguhnya semu, maya, atau khalayan belaka.58
Lebih dalam Piliang mengungkapkan bahwa, ruang realitas semu
itu dapat digambarkan melalui analogi peta. Bila di dalam suatu ruang
nyata sebuah peta merupakan representasi dari sebuah territorial, maka di
dalam model simulasi, petalah yang mendahului teritorial. Realitas
(teritorial) sosial, kebudayaan, atau politik, kini dibangun berdasarkan
model-model (peta) fantasi yang ditawarkan televisi, iklan, bintangbintang layar perak, sinetron, atau tokoh-tokoh kartun.59
Wacana simulasi adalah ruang pengetahuan yang dikonstruksikan
oleh iklan televisi, dimana manusia mendiami suatu ruang realitas, dimana
perbedaan antara yang nyata dan fantasi, atau yang benar dengan yang
palsu menjadi sangat tipis. Manusia hidup dalam dunia maya dan khayal
televisi dan informasi lebih nyata dari pengetahuan sejarah dan etika,
namun sama-sama membentuk sikap manusia.60
Iklan
sebagai
bentuk
komunikasi
pemasaran,
harus
bisa
menyampaikan tujuan-tujuan pemasaran kepada khalayaknya. Yakni,
58
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 223.
59
Yasraf Amir Piliang, Sebuah Dunia yang Dilipat, Realitas Kebudayaan Menjelang
Milenium Ketiga dan Matinya Postmodernisme (Bandung: Mizan, 1998), h. 228.
60
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 224.
34
dengan menonjolkan hal-hal baik serta nilai guna yang dimiliki suatu
produk dan sebaliknya, sebisa mungkin iklan menutupi keburukan dari
suatu produk tersebut.
Pesan iklan yang dekat dengan konsumen tentu akan lebih diterima
konsumen. Dalam konstruksi pesannya, iklan berusaha menghadirkan
figur-figur tertentu yang dekat dengan konsumen. Iklan juga berusaha
menggambarkan konstruksi pasar yang dibidik olehnya.
5. Macam-Macam Shot, Sudut dan Gerak Kamera
Dalam pengambilan gambar sebuah video atau film, terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan. Beberapa hal utama yang harus
diperhatikan dalam mengambil gambar sebuah video diantaranya ialah
macam-macam shot, sudut pengambilan gambar serta gerak kamera.
Ketiga hal tersebut perlu diperhatikan guna menemukan bagaimana
shot yang tepat sehingga mampu menimbulkan kesan tersendiri di
dalamnya. Selain itu hal-hal tersebut juga mampu menunjukan tingkat
emosi, situasi, dan kondisi dari suatu objek. Berikut merupakan penjelasan
ketiga hal tersebut.
a. Jenis Shot
1) Extreme Close Up (ECU), merupakan pengambilan gambar sangat
dekat sekali, sampai pori-pori kulit pun terlihat. Memperlihatkan
detail suatu objek secara jelas.
2) Big Close Up (BCU), pengambilan gambar dari atas kepala hingga
dagu objek. Menonjolkan objek untuk menimbulkan ekspresi
tertentu.
35
3) Close Up (CU), pengambilan gambar dari tepat atas kepala sampai
bawah leher. Untuk memberi gambaran objek secara jelas.
4) Medium Close Up (MCU), pengambilan gambar sebatas kepala
hingga dada. Untuk menegaskan profil seseorang.
5) Medium Shot (MS), pengambilan gambar sebatas dari kepala
hingga
pinggang.
Bertujuan
untuk
memperlihatkan
sosok
seseorang.
6) Full Shot (FS), pengambilan gambar penuh dari atas kepala hingga
kaki. Memperlihatkan objek secara keseluruhan.
7) Long Shot (LS), pengambilan gambar melebihi full shot.
Menunjukan objek dengan latar belakangnya.
8) One Shot (1S), pengambilan gambar satu objek. Memperlihatkan
seseorang dalambingkai (in frame).
9) Two Shot (2S) pengambilan gambar dua objek. Biasanya
memperlihatkan adegan dua orang sedang bercakap.
10) Group Shot (GS) pengambilan gambar sekelompok orang.
Misalnya ada adegan pasukan sedang berbaris atau lainnya.61
Adapun jenis-jenis shot yang digunakan dalam iklan partai perindo
Versi Indonesia Sejahtera, Versi Orasi Hary Tanoesoedibjo, Versi
Siapakah Indonesia dan Versi Ramadhan ialah, Close Up, Medium
Close Up, Medium Shot, Long Shot, Two Shot, dan Group Shot.
b. Sudut Pengambilan Gambar
1) Frog Eye, teknik pengambilan gambar dengan ketinggian kamera
Bartho B.S, “Teknik Pengambilan Gambar Video,” artikel diakses pada 13 Maret 2016
dari http://www.dumetschool.com/blog/ Teknik-Pengambilan-Gambar-Video.
61
36
sejajar dengan dasar (alas) kedudukan obyek atau dengan
ketingggian yang lebih rendah dari dasar (alas) kedudukan obyek.
Dengan teknik ini dihasilkan suatu pemandangan objek yang
sangat besar. Biasanya terjadi distorsi perspektif berupa pengecilan
ukuran subjek, sehingga menghasilkan kesan keangkuhan,
keagungan, dan kekokohan.
2) Low Angle, sudut pengambilan dari arah bawah objek sehingga
kesan objek jadi membesar.
3) Eye Level, sudut pengambilan gambar sejajar dengan objek.
Hasilnya memperlihatkan tengkapan pandangan mata sesorang
yang berdiri atau pandangan mata seseorang yang mempunyai
ketinggian tubuh tepat tingginya sama dengan objek. Sering juga
disebut dengan normal shot.
4) High Angle, sudut pengambilan dari atas objek sehingga kesan
objek jadi mengecil. Selain itu teknik pengambilan gambar ini
mempunyai kesan dramatis, yakni kesan kerdil.
5) Bird Eye, teknik pengambilan gambar yang dilakukan juru kamera
dengan ketinggian kamera di atas ketinggian objek yang direkam.
Hasil perekaman teknik ini memperliatkan lingkungan yang
demikian luas dengan benda-benda lain yang tampak di bawah
demikian kecil.
6) Slanted, ini merupakan perekaman dengan sudut tidak frontal dari
depan atau frontal dari samping objek, melainkan dari sudut 45°
dari objek, sehinga objek lain ikut masuk kedalam bingkai rekam.
37
7) Over Shoulder, merupakan versi close-up dari slanted shot
sehingga seakan-akan objek lain di-shot dari bahu objek utama.62
Adapun sudut pengambilan gambar yang digunakan dalam iklan
partai perindo Versi Indonesia Sejahtera, Versi Orasi Hary
Tanoesoedibjo, Versi Siapakah Indonesia dan Versi Ramadhan ialah
High Angle, Low Angle, Eye Level, Bird eye, dan Slanted.
c. Gerakan Kamera
1) Panning, adalah gerakan kamera secara horizontal (posisi kamera
tetap di tempat) dari kiri ke kanan atau sebaliknya. Pan Right
merupakan gerak kamera mendatar dari kiri ke kanan. Sementara
Pan Left merupakan gerakan kamera medatar dari kanan ke kiri.
2) Tilting, merupakan gerakan kamera sevara vertikal (posisi kamera
tetap di tempat) dari atas ke bawah ataupun sebaliknya. Tilt Up
merupakan gerak kamera secara vertikal dari bawah ke atas.
Sementara Tilt Down merupakan gerak kamera secara vertikal dari
atas ke bawah.
3) Tracking, merupakan gerakan kamera mendekati atau menhjauhi
objek. Track In merupakan gerak kamera mendekati objek. Track
Outmerupakan gerak kamera menjauhi objek.63
Adapun dari ketiga gerakan kamera di atas, ketiganya sama-sama
digunakan dalam iklan partai perindo Versi Indonesia Sejahtera, Versi
Orasi Hary Tanoesoedibjo, Versi Siapakah Indonesia dan Versi
Ramadhan.
Bartho B.S, “Teknik Pengambilan Gambar Video,” artikel diakses pada 13 Maret 2016
dari http://www.dumetschool.com/blog/ Teknik-Pengambilan-Gambar-Video.
63
Cecep SWP, “Jenis-Jenis Shot, Sudut dan Gerakan Kamera,” artikel diakses pada 13
Maret 2016 dari https://misteridigital.wordpress.com/ 2007/07/01/jenis-jenis-shot-sudut-dangerakan-kamera/.
62
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Profil Hary Tanoesoedibjo
Bambang Hary Iswanto Tanoesoedibjo merupakan salah seorang
pengusaha besar dan tokoh politik di Indonesia. Pria yang lebih dikenal
dengan nama Hary Tanoesoedibjo ini lahir di Surabaya, 26 September 1965.
Hary Tanoesoedibjo merupakan lulusan Master of Business Administration
dari Ottawa University, Ottawa, Kanada (1989).Adapun gelar Master of
Buseiness Administration hanya dicapainya dalam waktu satu tahun saja.1
Hary Tanoesoedibjo kerap kali dijuluki sebagai ‘Raja Bisnis Multimedia’
apalagi sejak dirinya mengambil alih PT Bimantara Citra Tbk pada tahun 2000
lalu. Sejak saat itu ia berambisi untuk menjadi penguasa bisnis media
penyiaran dan telekomunikasi. Kini hal tersebut bukan lah sekedar ambisi,
Hary Tanoesoedibjo mempunyai tiga stasiun TV swasta diantaranya, RCTI,
TPI, dan Global TV, selain itu ia juga mempunyai stasiun radio Trijaya FM,
serta media cetak Harian Seputar Indonesia dan majalah ekonomi. Adapun
untuk media online Hary Tanoesoedibjo memiliki Okezone.com dan
Sindonews.com. Seluruh media tersebut berada di bawah naungan MNC
Group.
Kiprah Hary Tanoesoedibjo di dunia politik dimulai sejak tahun 2011 lalu.
Saat itu dirinya bergabung dengan Partai Nasdem bentukan Surya Paloh. Sejak
saat itu pula namanya semakin sering muncul di televisi.2 Dua tahun berselang
perpecahan internal yang terjadi dalam tubuh Partai Nasdem, membuat Hary
Intelijen, “Hary Tanoesoedibjo,” artikel diakses pada 26 Mei 2016 dari
https://www.intelijen.co.id/12936/.
2
Rinjani Nursafitri. “Profil Hary Tanoesoedibjo, CEO MNC Group,” artikel diakses pada
26 Mei 2016 dari http://www.orangterkayaindonesia.com/profil-hary-tanoesoedibjo-orang-superkaya-di-indonesia/.
1
38
39
Tanoesoedibjo memilih untuk mengundurkan diri dan keluar dari partai
tersebut. Namun tak lama kemudian Hary Tanoesoedibjo bergabung dengan
Partai Hanura.
Setelah empat bulan bergabung dengan partai pimpinan Wiranto tersebut,
Hary Tanoesoedibjo kemudian mendeklarasikan diri menjadi calon wakil
presiden 2014 mendampingi Wiranto.3 Adapun pada 7 Februari 2015 lalu ia
mendeklarasikan Partai Persatuan Indonesia (Perindo). Perindo sendiri
berawal dari ormas yang terbentuk pada 24 Februari 2013.
Menjadi Ketua Umum Partai Perindo, membuat Hary Tanoesoedibjo
menjadi salah satu ketua umum partai yang beragama Non Muslim. Namun,
Ayah Hary Tanoesoedibjo yang bernama Ahmad Tanoesoedibjo merupakan
seorang Tionghoa Muslim.Beliau bahkan sempat menjabat sebagai Ketua
China Muslim se-Jawa Timur dan dikenal dekat dengan mendiang Gus Dur.4
B. Profil Partai PERINDO
Partai Perindo berawal dari sebuah organisasi kemasyarakatan non
partisan yang dideklarasikan oleh Hary Tanoesoedibjo bersama beberapa
tokoh nasional di Jakarta pada tanggal 24 Februari 2013. Perindo
mendedikasikan diri pada pengembangan dan pemberdayaan masyarakat kelas
bawah, tak terkecuali generasi muda dan perempuan dalam rangka
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Transformasi Partai Perindo dari bentuk organisasi kemasyarakatan
menjadi partai politik, ditandai dengan turunnya Keputusan Menteri Hukum
Rinjani Nursafitri. “Profil Hary Tanoesoedibjo, CEO MNC Group,” artikel diakses pada
26 Mei 2016 dari http://www.orangterkayaindonesia.com/profil-hary-tanoesoedibjo-orang-superkaya-di-indonesia/.
4
Rinjani Nursafitri. “Profil Hary Tanoesoedibjo, CEO MNC Group,” artikel diakses pada
26 Mei 2016 dari http://www.orangterkayaindonesia.com/profil-hary-tanoesoedibjo-orang-superkaya-di-indonesia/.
3
40
dan Hak Asasi Republik Indonesia Nomor: M.HH-03.AH.11.01 Tahun 2014,
tanggal 8 Oktober 2014. Dengan ini partai perindo telah sah sebagai partai
politik yang berbadan hukum.5 Adapun pada tanggal 7 Februari 2015 lalu,
Hary Tanoesoedibjo telah mendeklarasikan Perindo sebagai partai.
Platform Partai Perindo adalah mewujudkan kesejahteraan lahir batin bagi
seluruh rakyat Insonesia. Bagi Perindo guna mewujudkan kesejahteraan dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat haruslah melalui suatu perubahan
yang menyeluruh, sistematis, terpadu dan terarah.6
Indonesia sebagai negara kesejahteraan (welfare state) memiliki landasan
ideologis dan konstitusional yang sangat kuat. Dalam mewujudkan hal
tersebut, Partai Perindo berpegang pada nilai-nilai Pancasila, karena dinilai
telah memenuhi lima prinsip negara kesejahteraan.
Adapun partai politik sebagai salah satu pilar demokrasi dengan segala
sumber daya yang dimilikinya bersama dengan kekuatan masyarakat lainnya
ikut ambil peranan dalam pembangunan kesejahteraan.Dalam hal ini, Partai
Perindo mengaku hadir untuk menginspirasi partai-partai politik dan kekuatan
masyarakat lainnya agar lebih peka dan peduli terhadap masalah
kesejahteraan, guna memenuhi kebutuhan dasar masyarakat yang masih jauh
berada di bawah garis kemiskinan.
Dalam masyarakat yang sejahtera, stabilitas politik dan demokrasi akan
lebih mudah diwujudkan karena rasionalitas akan lebih didahulukan dari pada
emosionalitas dalam menyelesaikan masalah apapun. Partai Perindo mengaku
5
Partai Perindo, “Profil Partai,” artikel diakses pada 19 Maret 2016 dari
https://partaiperindo.com/?page_id=6.
6
Partai Perindo, “Profil Partai,” artikel diakses pada 19 Maret 2016 dari
https://partaiperindo.com/?page_id=6.
41
setuju dengan pendapat tersebut. Perindo berkeyakinan bahwa stabilitas
politik dan kualitas demokrasi di Indonesia akan terwujud apabila kebutuhan
dan hak dasar rakyat terpenuhi. Berbagai tindakan koruptif juga diyakini akan
menghilang seiring dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan rakyat.
C. Visi Misi Partai Perindo
1. Visi
Mewujudkan Indonesia yang berkemajuan, bersatu, adil, makmur,
sejahtera, berdaulat, bermartabat dan berbudaya.7
2. Misi
a. Mewujudkan pemerintahan yang berkeadilan, yang menjunjung tinggi
nilai-nilai hukum sesuai dengan UUD 1945.
b. Mewujudkan pemerintahan yang bebas dari korupsi, kolusi dan
nepotisme untuk Indonesia yang mandiri dan bermartabat.
c. Mewujudkan Indonesia yang berdaulat, bermartabat dalam rangka
menjaga keutuhan NKRI.
d. Menciptakan masyarakat adil, makmur, dan sejahtera berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik
indonesia.
e. Menegakan hak dan kewajiban asasi manusia dan supremasi hukum
yang susuai Pancasila dan UUD 1945 untuk mewujudkan keadilan dan
kepastian hukum guna melindungi kehidupan rakyat, bangsa dan
negara.
f. Mendorong tumbuhnya ekonomi nasional yang berkontribusi langsung
Partai Perindo, “Profil Partai,” artikel diakses pada 19 Maret 2016 dari
https://partaiperindo.com/?page_id=6.
7
42
pada kesejahteraan warga negara Indonesia.8
D. Struktur Kepengurusan Partai Perindo
Berikut merupakan susunan kepengurusan pusat Partai Perindo.Adapun
data didapatkan dari situs resmi Perindo. Adapun susunan partai dapat dilihat
dalam tabel berikut:9
Tabel 3.1. Struktur Pengurus DPP Perindo
Majelis Persatuan Partai
Ketua
: HARY TANOESOEDIBJO
Sekretaris
: DAVID FERNANDO AUDY
Anggota
: HENRY SUPARMAN
Anggota
: LILIANA TANOESOEDIBJO
Anggota
: AHMAD ROFIQ
Dewan Pimpinan Pusat
Ketua Umum
: HARY TANOESOEDIBJO
Ketua Bidang Organisasi
: SYAFRIL NASUTION
Ketua Bidang Kader, Anggota
: ARMYN GULTOM
dan Saksi
Ketua Bidang Litbang dan IT
: SURURI ALFARUQ
Ketua Bidang Politik
: ARYA MAHENDRA SINULINGGA
Ketua Bidang Pendidikan dan
: BUDIYANTO DARMASTONO
Kebudayaan
Ketua Bidang Hukum dan
: CHRISTOPHORUS TAUFIK
Advokasi
Ketua Bidang Pemberdayaan
: RATIH PURNAMASARI
Perempuan
Ketua Bidang Sosial Ekonomi
: A. WISHNU HANDOYONO
Ketua Bidang Hubungan Antar
: MOHAMMAD YAMIN TAWARY
Lembaga
8
Partai Perindo, “Profil Partai,” artikel diakses pada 19 Maret 2016 dari
https://partaiperindo.com/?page_id=6.
9
Partai Perindo, “Struktur Pengurus DPP,” artikel diakses pada 19 Maret 2016 dari
https://partaiperindo.com/?page_id=6.
43
Ketua Bidang Pemuda, Pemilih
: ANNA LUTHFIE
pemula
Sekretaris Jenderal
: AHMAD ROFIQ
Wakil Sekretaris Jenderal I
: MUHAMMAD SOPIYAN
Wakil Sekretaris Jenderal II
: ABD. KHALIQ AHMAD
Wakil Sekretaris Jenderal III
: DONNY FERDIANSYAH
Wakil Sekretaris Jenderal IV
: EFFENDY SYAHPUTRA
Wakil Sekretaris Jenderal V
: AJUN DAMAYANTI
Wakil Sekretaris Jenderal VI
: SUSY MEILINA
Wakil Sekretaris Jenderal VII
: ANGELA HERLIANI
TANOESOEDIBJO
Wakil Sekretaris Jenderal VIII
: HENDRIKKAWILARANG
LUNTUNGAN
Wakil Sekretaris Jenderal IX
: DEBORA DEBBY WAGE
Wakil Sekretaris Jenderal X
: R. FATHOR RAHMAN
Wakil Sekretaris Jenderal XI
: MUHAMMAD AMIN
Bendahara Umum
: HENRY SUPARMAN
Bendahara I
: STIEN MARIA SCHOUTEN
Bendahara II
: THE JENNY
Bendahara III
: EVA MUTIA
Bendahara IV
: ANDI CAKRA WAHYUDI
Mahkamah Partai
Ketua
: SYAFRIL NASUTION
Sekretaris
: CHRISTOPHORUS TAUFIK
Anggota
:
a. ARMYN GULTOM
b. M. BUDI RUSTANTO
c. AGUS MULYANTO
E. Iklan-Iklan Partai Perindo
1. Versi Indonesia Sejahtera
Iklan Partai Perindo Versi Indonesia Sejahtera, merupakan iklan yang
memiliki durasi 29 detik. Iklan ini menggambarkan visi dan misi Partai
44
Perindo yang dinarasikan dengan cukup lugas. Gambar video yang
terdapat dalam iklan ini cukup padat. Banyak sekali keragaman bangsa
Indonesia yang divisualisasikan dalam iklan ini. Mulai dari keragaman
suku, budaya, agama, profesi dan lain sebagainya.
Pada bagian awal digambarkan bendera Partai Perindo yang dikibarkan
bersebelahan dengan Bendera Indonesia. Selain itu juga digambarkan
banyak orang dengan beragam penampilan mengibarkan berndera
Indonesia. Bagian ini diperkuat dengan narasi “Partai Perindo lahir untuk
berjuang”. Berikutnya dalam iklan ini divisualisasilam gambar anak-anak
sekolah dengan narasi “Cita-cita kemerdekaan yang belum terwujud”.
Berikutnya digambarkan sekelompok orang dengan busana dari
berbagai latar belakang yang saling berpegangan disertai dengan narasi
“Marilah bergandeng tangan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa”.
Selanjutnya, sosok Hary Tanoesoedibjo beserta Liliana Tanoesoedibjo di
munculkan dengan narasi “Membangun negeri ke depan, Indonesia yang
kita cintai”.
Adapun pada bagian akhir, berbagai infrastruktur negara digambarkan
dengan narasi “Menjadikan Indonesia negara maju, Indonesia yang
berdaulat adil dan makmur”. Iklan ini kemudian ditutup dengan
gerombolan orang dengan berbagai busana berteriak, “Partai Perindo
untuk Indonesia Sejahtera”.
2. Versi Orasi Hary Tanoesoedibjo
Pada iklan ini divisualisasikan Hary Tanoesoedibjo yang sedang
berpidato di depan para kader serta pendukung Partai Perindo. Visual
45
tersebut merupakan gambar video yang diambil dalam acara deklarasi
Partai Perindo. Adapun narasi yang disampaikan oleh Hary Tanoesoedibjo
dalam iklan tersebut berisikan tentang platform Partai Perindo sebagai
partai baru di Indonesia.
Selain memvisualisasikan pidato Hary Tanoesodibjo, dalam iklan
berdurasi 57 detik tersebut, terdapat pula berbagai visual tentang gambaran
masyarakat Indonesia. Baik profesi, budaya, serta golongan masyarakat
turut digambarkan dalam iklan tersebut. Adapun narasi yang digunakan
dalam iklan tersebut merupakan teks pidato Hary Tanoesoedibjo dalam
deklarasi partai yang berisikan sebagai berikut:
“Agar Indonesia dapat menjadi negara maju, diperlukan
pertumbuhan yang lebih pesat lagi. Namun juga pada saat yang
bersamaan menyentuh dan memberikan manfaat bagi masyarakat
golongan ekonomi lemah, yang pada umumnya adalah, UMKM, petani,
para nelayan, serta buruh dan pengangguran, serta beberapa kelompok
profesi lainnya, seperti guru dan lain-lain. Kita selama ini terfokus pada
pertumbuhan ekonomi makro dan kurang memperhatikan distribusi atas
pertumbuhan tersebut.Kita semua tentunya ingin rakyat Indonesia
memiliki kualitas hidup yang layak dan bermartabat. Partai Perindo,
untuk Indonesia sejahtera.”
3. Versi Siapakah Indonesia?
Iklan Partai Perindo yang berdurasi 59 detik ini, coba mengambarkan
siapakah mereka yang layak disebut Indonesia. Visual yang muncul
pertama dalam iklan ini ialah sebuah tulisan dan narasi yang berbunyi
46
‘Siapakah Indonesia?’ yang kemudian disusul dengan barisan orang
dengan pakaian adat yang mewakili beberapa suku diantaranya Jawa,
Dayak, dan Papua. Kemudian diikuti dengan tulisan dan teks berbunyi
‘atau lebih dari 300 suku lainya’.
Setelah itu masuk visual orang yang berpakaian mencirikan beberapa
Agama atau kepercayaan yang ada di Indonesia diantaranya Islam,
Katolik, Kristen, Budha, Hindu, dan Kong Hu Cu yang kemudian disusul
dengan narasi berbunyi ‘dan aliran kepercayaan lainya’. Berikutnya,
terdapat juga visual yang mengambarkan orang berpakaian rapih dan
sederhana yang mencirikan strata ekonomi.
Terakhir semua itu disusul dengan visual Hary Tanoesoedibjo yang
sedang menyambangi masyarakat dangan narasi ‘mereka yang tulus hati
mencintai negeri ini mereka yang terus berjuang bertindak secara nyata,
menyejahterakan indonesia’.Serta ditutup dengan lambang Partai Perindo
dengan narasi ‘Perindo untuk Indonesia sejahtera’.
4. Versi Ramadhan
Iklan ini diluncurkan dalam rangka menyambut bulan Ramadhan 1436
H/2015 M. Adapun nuansa Islam dalam iklan berdurasi 29 detik ini cukup
dominan. Dalam iklan tersebut divisualisasikan, Hary Tanoesoedibjo
Ketua Umum Partai Perindo dan Liliana Tanoesoedibjo berdiri di depan
latar masjid yang mirip dengan arsitektur Masjid Sheikh Zayed di Abu
Dhabi, Uni Emirat Arab dengan pakaian yang mencirikan Islam di
Indonesia.
Hary Tanoesoedibjo mengatakan ‘Ramadhan bulan yang penuh
47
berkah
saatnya
kita
semua
memanfaatkan
momen
ini
dengan
meningkatkan ibadah dan ketaqwaan, memperbaiki diri agar bangsa dan
negeri ini menuju masyarakat adil, damai, dan sejahtera’. Berikutnya
disusul dengan ucapan selamat menunaikan Ibadah Puasa dari Partai
Perindo yang diwakili oleh Hary Tanoesoedibjo.
Kemudian iklan tersebut ditutup dengan jejeran beberapa artis di
Indonesia diantaranya Dude Herlino, Alysa Soebandono, Ayu Tingting,
Donita dan Adi Nugroho. Kelimanya menyampaikan doa untuk Indonesia
pada Ramadhan tersebut.
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Analisis Semiotika Scene Representasi Islam
Iklan
sebagai
bentuk
komunikasi
pemasaran,
harus
bisa
menyampaikan tujuan-tujuan pemasaran kepada khalayaknya. Iklan politik
yang merupakan suatu proses komunikasi dari kandidat atau partai politik
kepada khalayaknya yang bertujuan untuk mengekspos komunikan melalui
saluran media massa dari pesan-pesan politik dalam rangka mempengaruhi
sikap, dan perilaku politik khalayak.
Pesan iklan yang dekat dengan konsumen tentu akan lebih diterima
konsumen. Dalam konstruksi pesannya, iklan berusaha menghadirkan figurfigur
tertentu
yang
dekat
dengan
konsumen.Iklan
juga
berusaha
menggambarkan konstruksi pasar yang dibidik olehnya.
Partai Perindo yang dipimpin oleh Hary Tanoesoedibjo pada tahun
2015 lalu meluncurkan beberapa iklannya yang beberapa diantaranya ialah,
Versi Indonesia sejahtera, Versi Orasi Hary Tanoesoedibjo, Versi Siapakah
Indonesia, dan Versi Ramadhan. Dalam penelitian ini, iklan tersebut akan
dibedah melalui teori semiotika model Roland Barthes. Karena peneliti ingin
melihat bagaimana Islam direpresentasikan dalam iklan-iklan tersebut, maka
peneliti hanya akan mengambil scene-scene yang menggambarkan Islam
dalam iklan-iklan Partai Perindo tersebut.
1. Versi Indonesia Sejahtera
Dalam iklan Versi Indonesia sejahtera terdapat scene
yang
menggambarkan beberapa orang dengan menggunakan pakaian yang
48
49
identik
dengan
agama-agama
di
Indonesia
sedang
bergandeng
tangan.Dalam scene tersebut juga terdapat seseorang yang mengenakan
pakaian yang sangat identik dengan Islam di Indonesia.
Tabel 4.1.Scene (00:00:06-00:00:08)
Visual
Narasi
Type of Shot
Close
Up(CU),
pengambilan
gambar
dari tepat atas kepala
sampai bawah leher.
Untuk
memberi
gambaran objek secara
jelas.
Marilah
bergandeng
tangan
menjaga
persatuan
dan
kesatuan
bangsa.
Group
Shot
(GS)
pengambilan
gambar
sekelompok
orang.
Misalnya ada adegan
pasukan sedang berbaris
atau lainnya.
Bird
Eye,
teknik
pengambilan
gambar
yang dilakukan juru
kamera
dengan
ketinggian kamera di
atas ketinggian objek
yang direkam. Hasil
perekaman teknik ini
memperliatkan
lingkungan
yang
demikian luas dengan
benda-benda lain yang
tampak
di
bawah
demikian kecil.
50
a. Denotasi
Pada gambar pertama kedua dan ketiga terlihat gambar dua tangan
yang sedang bergandengan. Baju yang digunakan oleh pemilik tangan
terlihat seperti pakaian atau busana yang identik dengan beberapa
agama di Indonesia. Adapun pada gambar keempat terlihat jelas enam
orang yang menggunakan pakaian atau busana yang identik dengan
beberapa agama di Indonesia. Keenam orang tersebut terlihat sedang
bergandengan tangan di atas atap sebuah gedung dengan latar belakang
gedung-gedung bertingkat.
b. Konotasi
Dalam scene tersebut terlihat keenam orang dengan menggunakan
pakaian yang identik dengan agama-agama di Indonesia saling
bergandengan tangan di atas atap sebuah gedung. Pada gambar
pertama kedua dan ketiga tipe pengambilan gambar yang digunakan
ialah close up, kepada objek yang berupa tangan yang sedang saling
bergandengan. Hal ini diikuti dengan narasi ‘marilah bergandeng
tangan’. Adapun pengambilan gambaran secara close up biasanya
digunakan untuk memberikan gambaran objek secara jelas. Dalam hal
ini, memberikan penekanan terhadap narasi tersebut. Visual dan narasi
yang dihadirkan satu sama lainnya saling menekankan maksud satu
sama lain.
Pada gambar keempat, teknik pengambilan gambar yang
digunakan ialah group shoot yang biasa digunakan untuk mengambil
gambar sekelompok orang. Adapun sudut pengambilan gambar yang
51
digunakan ialah bird eye yang dimana hasil perekaman teknik ini
memperlihatkan lingkungan yang demikian luas.
Dengan penggunaan kedua teknik tersebut maka semakin
memperjelas gambaran keenam orang yang saling bergandengan
tangan dan berada di atas sebuah gedung dengan latar belakang
gedung-gedung bertingkat. Busana atau pakaian yang digunakan pun
juga semakin terlihat jelas. Mereka menggunakan busana atau pakaian
yang identik dengan agama-agama di Indonesia diantaranya, Islam,
Kristen, Katolik, Kong Hu Cu, Hindu, dan Budha. Dalam gambar
keempat tersebut dapat juga kita lihat bahwa Islam digambarkan
dengan sosok sesorang pria yang menggunakan baju gamis, kopiah dan
mengalungi sorban.
Pada gambar keempat juga di ikuti dengan narasi, ‘menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa’. Dengan pengambilan gambar di atas
atap gedung yang tinggi serta menggunakan latar belakang gedunggedung bertingkat seolah menggambarkan bahwa persatuan dan
kesatuan bangsa berada di atas segalanya. Adapun kelima orang
sedang bergandengan tangan menggambarkan Indonesia sebagai
negara yang kaya akan keanekaragaman kerukunan antar umat
beragama sebagai langkah menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
Islam sebagai salah satu agama di Indonesia juga digambarkan sebagai
agama yang memegang peranan penting dalam hal tersebut.
c. Mitos
Indonesia merupakan negara yang kaya akan suku, bangsa dan
budaya dan agama. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa ditengah
52
keberagaman
tentu
sangat
diperlukan.
Hal
ini
dikarenakan
keanekaragaman tersebut justru seringkali dijadikan isu untuk merusak
keutuhan negara.
Persatuan dan kesatuan bangsa amatlah erat kaitannya dengan
konsep perdamaian. Adapun perdamaian dan Islam berasal dari satu
kata yang sama dan selanjutnya boleh juga disebut bahwa Islam adalah
sinonim dari perdamaian. Salah satu dari sekian banyak nama Allah
adalah damai.1
Setiap kata yang diucapkan Umat Islam dalam setiap shalatnya
adalah kata-kata perdamaian. Ucapan pertama (salam) yang di ucapkan
oleh Umat Islam ketika ia selesai menghadap Allah adalah
perdamaian. Salam dan ucapan sehari-hari yang diucapkan Umat Islam
ketika
saling
bertemu
adalah
ucapan
perdamaian.
Hal
ini
memperlihatkan betapa mendasar dan kuatnya pengertian perdamaian
dalam Islam.2
Dalam konteks toleransi antar umat beragama, Islam memiliki
konsep yang jelas.“Tidak ada paksaan dalam agama”.“Bagi kalian
agama kalian, dan bagi kami agama kami” adalah contoh populer dari
toleransi dalam Islam.Toleransi (Arab: as-samahah) adalah konsep
modern untuk menggambarkan sikap saling menghormati dan saling
bekerja sama di antara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda
baik secara etnis, bahasa, budaya, politik, maupun agama. Karena itu,
toleransi merupakan konsep agung dan mulia yang sepenuhnya
1
2
Hammudah Abdalati, Islam Suatu Kepastian, (Jakarta: Media Da’wah, 1983), h.79.
Hammudah Abdalati, Islam Suatu Kepastian, (Jakarta: Media Da’wah, 1983), h.79.
53
menjadi bagian organik dari ajaran agama-agama, termasuk agama
Islam.3
Menurut ajaran islam, toleransi bukan saja terhadap sesama
manusia tetapi juga terhadap alam semesta, binatang, dan lingkungan
hidup. Dengan makna toleransi yang luas semacam ini, maka toleransi
antar-umat beragama dalam Islam memperoleh perhatian penting dan
serius.Apalagi toleransi beragama adalah masalah yang menyangkut
eksistensi keyakinan manusia terhadap Allah.Ia begitu sensitif,
primordial, dan mudah membakar konflik sehingga menyedot
perhatian besar dari Islam.4
Dalam Al-Quran ada beberapa ayat yang terkait dengan
toleransi beragama, salah satunya terdapat pada surat Al-Mumtahanah:
8-9.
              
      
       
           
   
Artinya:
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil
terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan
tidak (pula) mengusir kamu dari negrimu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (8) “Sesungguhnya Allah
hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang
memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negrimu dan
3
Syamsul Arifin Nababan, “Toleransi Antar-Umat Beragama dalam Pandangan Islam,”
artikel diakses pada 24 Maret 2016 dari http://annaba-center.com/kajian/toleransi-antar-umatberagama-dalam-pandangan-islam.
4
Syamsul Arifin Nababan, “Toleransi Antar-Umat Beragama dalam Pandangan Islam,”
artikel diakses pada 24 Maret 2016 dari http://annaba-center.com/kajian/toleransi-antar-umatberagama-dalam-pandangan-islam.
54
membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa
menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang
yang dhalim. (9)” [Al-Mumtahanah: 8-9].5
Berdasarkan ayat tersebut dapat kita lihat bahwa Umat Islam
diperbolehkan berbuat baik terhadap orang-orang kafir yang tidak
menyatakan permusuhan terang-terangan kepada kaum muslimin.
Hidup bermasyakarat dan bernegara dengan mereka selama mereka
berbuat baik dan tidak memusuhi umat Islam dan selama tidak
melanggar prinsip-prinsip terpenting dalam Islam.
2. Versi Orasi Hary Tanoesoedibjo
Dalam Iklan Partai Perindo Versi Orasi Hary Tanoesoedibjo terdapat
scene yang menggambarkan keadaan pasar tradisional. Adapun kamera
terfokus pada beberapa sosok ibu yang menggunakan jilbab atau
kerudung. Narasi yang terdapat dalam scene tersebut berasal dari orasi
Hary Tanoesoedibjo yang sedang menyampaikan sambutannya di depan
para kader dan anggota partai. Dalam scene ini Hary Tanoesoedibjo tepat
sedang menyampaikan pesannya mengenai infrastruktur dan ekonomi.
5
Terjemahan diambil dari Al Quran Digital Versi 2.0.
55
Tabel 4.2.Scene (00:00:10-00:00:15)
Visual
Narasi
Type of Shot
Long Shot (LS),
pengambilan gambar
melebihi full shot.
Menunjukkan objek
dengan latar
belakangnya.
Close Up (CU),
pengambilan gambar
Menyentuh dari tepat atas kepala
dan
sampai bawah leher.
memberikan Untuk memberi
manfaat
gambaran objek secara
bagi
jelas.
masyarakat
golongan
ekonomi
Two Shot (2S)
lemah,
pengambilan gambar
dua objek. Biasanya
memperlihatkan adegan
dua orang sedang
bercakap.
a. Denotasi
Gambar pertama menampilkan situasi pasar yang ramai dengan
aktivitas jual beli dan orang berlalu lalang. Pada gambar kedua terlihat
dua sosok ibu menggunakan jilbab dengan latar belakang pasar
tradisional. Kemudian pada gambar ketiga fokus pada aktifitas pasar
tradisional. Adapun di gambar keempat terlihat sosok ibu berjilbab
yang sedang bertransaksi jual beli dengan seorang pedagang.
56
b. Konotasi
Pada scene tersebut dapat kita lihat bahwa keempat potongan
gambar mengambil latar pasar tradisional. Adapun scene tersebut
diikuti dengan narasi ‘Menyentuh dan memberikan manfaat bagi
masyarakat golongan ekonomi lemah,’. Hal ini menggambarkan
bahwa pasar tradisional diidentikan dengan terjadinya kegiatan
ekonomi. Selain itu, pasar tradisional juga didentikan sebagai tempat
berbelanja masyarakat berekonomi lemah. Beberapa sosok ibu yang
mengenakan jilbab seolah mewakili umat Islam. Seperti kita ketahui
jilbab kian identik dengan masyarakat Islam di Indonesia. Secara
keseluruhan scene tersebut menggambarkan bahwa umat Islam di
Indonesia saat ini memiliki ekonomi lemah.
c. Mitos
Pada tahun 2015 lalu, lemahnya perekonomian Umat Islam di
Indonesia sempat menjadi bahan perbincangan. Anwar Abbas yang
kala itu menjabat sebagai Ketua Bidang Pemberdayaan Perekonomian
Majelis Ulama Indonesia, menyoroti perekonomian sebagai titik lemah
umat Islam di Indonesia. Menurut Anwar Abbas, masalah ekonomi
merupakan kelemahan utama Umat Islam di Indonesia sekarang ini.6
Banyak orang kaya di Indonesia saat ini tapi masih sedikit
sekali yang muslim. Jika mengacu pada teori kapital yang
mengendalikan politik, umat Islam belum bisa menjadi penentu. Oleh
6
Indah Wulandari, “Perekonomian, Titik Lemah Umat Islam,” artikel diakses pada 25
Maret 2016 dari http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/15/08/04/nsiqyy
346-perekonomian-titik-lemah-umat-islam.
57
karenanya, Umat Islam harus segera menguatkan sektor ekonominya.7
Islam sendiri menyerukan kepada umatnya untuk memiliki
harta di dunia. Hal ini menjadi penting agar Umat Islam dapat
memperjuangkan agama Allah di dunia dan mendapat kebahagiaan di
akhirat kelak. Islam tidak pernah melarang orang untuk menjadi kaya
dan untuk mendapatkan kekayaan asal dengan jalan yang dibenarkan
oleh Islam.
Adapun para pemilik harta kekayaan harus selalu ingat bahwa
dia hanyalah ditunjuk oleh Allah SWT untuk mendapatkan kekayaan
itu. Islam sendiri menyerukan kepada seluruh kaum muslimin untuk
membantu orang yang lemah dan membutuhkan bantuan. Oleh
karenanya, mereka harus membelanjakan hartanya di jalan Allah SWT
dan mempergunakannya untuk kepentingan masyarakat umumnya.8
Dalam Islam, kekayaan merupakan suatu ujian bagi seseorang.
Apakah ia dapat menggunakan harta kekayaanya itu dengan baik atau
malah sebaliknya. Dalam Al-Quran, hal tersebut dijelaskan pada surat
Al-Hadid:7 berikut,
            
    
Artinya:
“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah
sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu
menguasainya.Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan
menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.”
7
Fian Firatmaja, “Bidang Ekonomi Umat Islam Dinilai Masih Lemah,” artikel diakses
pada 25 Maret 2016 dari http://www.republika.co.id/berita/video/umat/15/01/16/ni8u5n-bidangekonomi-umat-islam-dinilai-masih-lemah.
8
Hammudah Abdalati, Islam Suatu Kepastian, (Jakarta: Media Da’wah, 1983), h. 284.
58
[Al-Hadid:7]9
3. Versi Siapakah Indonesia
Dalam iklan Partai Perindo Versi Siapakah Indonesia, terdapat scene
yang mengambarkan beberapa agama di Indonesia termasuk Agama Islam.
Pada scene tersebut, terlihat lima sosok yang mengunakan pakaian atau
busana yang mewakili agama-agama di Indonesia.
Tabel 4.3.Scene(00:00:15-00:00:29)
Visual
Narasi
Siapakah
Indonesia?
apakah
mereka yang
beragama
Islam,
Katolik,
Kristen,
Budha,
Hindu,
Kong Hu
Cu, dan
aliran
kepercayaan
lainya.
9
Terjemahan diambil dari Al Quran Digital Versi 2.0.
Type of Shot
Medium Close Up
(MCU), pengambilan
gambar sebatas kepala
hingga dada. Untuk
menegaskan profil
seseorang.
Low Angle, sudut
pengambilan dari arah
bawah objek sehingga
kesan objek jadi
membesar.
59
Pan Left merupakan
gerakan kamera
medatar dari kanan ke
kiri.
60
a. Denotasi
Pada gambar pertama terlihat sebuah teks ‘Siapakah Indonesia?’
dengan latar belakang berwarna hitam. Kemudian pada gambar kedua
hingga gambar ke enam terlihat lima sosok orang yang menggunakan
pakaian yang identik dengan agama-agama yang terdapat di Indonesia.
Secara berturut-turut gambar dengan berlatar belakang hitam tersebut
menunjukan sosok yang menggunakan pakaian yang identik dengan
agama Islam, Katolik, Kristen, Budha, Hindu, dan Kong Hu Cu.
Kemudian scene tersebut ditutup dengan gambar yang terdapat teks
‘Agama Islam, Agama Kristen, Agama Hindu, Agama Budha dan
Agama Kong Hu Cu’ secara bergantian yang diakhiri dengan teks
‘atau yang lainnya’.
61
b. Konotasi
Pada scene tersebut dapat kita lihat di gambar pertama yang
berisikan teks ‘Siapakah Indonesia?’ yang juga diikuti oleh narasi
yang sama dengan teks tersebut. Kalimat tanya tersebut menunjukan
bahwa dalam scene ini ingin mencari atau menemukan sesuatu yakni
siapakah mereka yang layak disebut Indonesia. Kemudian gambar
tersebut disusul dengan narasi ‘apakah mereka yang beragama Islam,
Katolik, Kristen, Budha, Hindu, Kong Hu Cu,’. Narasi tersebut
dilengkapi dengan gambar sosok beberapa orang yang menggunakan
pakaian yang identik dengan agama tersebut. Adapun dalam scene
tersebut Islam digambarkan dengan seseorang pria yang tersenyum
dengan mengenakan baju koko dan kopiah. Baju koko dan kopiah
sendiri di Indonesia amat identik dengan pakaian atau busana muslim.
c. Mitos
Islam memberikan banyak perhatian kepada kehidupan pribadi
manusia, untuk mengarahkan manusia itu pada kehidupan yang bersih,
suci dan teratur.Begitu pula dalam hal berpakaian atau berbusana.
Dalam masalah pakaian dan perhiasan, Islam memberikan
beberapa prinsip tertentu bagi manusia laki-laki, seperti pantas, cukup
mengikuti mode, sopan, dan gagah.Semua bentuk pakaian laki-laki
yang tidak sesuai dengan ketentuan itu tidak dibolehkan dalam Islam.
Begitu pula dengan pakaian yang dapat menimbulkan kesombongan
terhadap pemakainya, menjatuhkan gengsi dan merangsang juga lebih
62
tidak dibolehkan lagi.10
Dalam scene tersebut, Islam digambarkan dengan seseorang
yang menggunakan baju koko dan kopiah hitam. Adapun di Indonesia
sendiri, perpaduan Antara Baju koko dan kopiah merupakan gaya
berbusana pria muslim yang sangat iconic. Uniknya, asal mula baju
koko sendiri bukanlah dari Indonesia, tetapi dari Negeri Cina yang
bukan pula berasal dari negara Islam. Namun, masyarakat Indonesia
sendiri lebih memilih koko sebagai baju yang sering dipakai saat
beribadah ketimbang baju gamis ala timur tengah. Memang ada juga
beberapa orang yang menggunakan gamis dengan sorban, tapi tidak
sebanyak pengguna baju koko.11
Adapun dalam menggunakan perhiasan manusia juga diatur
untuk menggunakan perhiasan seperlunya dan sesuai dengan dirinya.
Jika suatu perhiasan tidak sesuai dengan dirinya lebih baik tidak
digunakan, karena ini hanya akan menjatuhkan gengsinya di
pandangan orang lain. Apalagi ia seorang muslim. Laki-laki muslim
juga dilarang untuk menggunakan pakaian sutera murni dan perhiasan
emas. Hal ini dikarenakan kedua barang tersebut hanya cocok dan
pantas dipakai oleh kalangan wanita.
Namun,
tak hanya
laki-laki, cara
berpakaian seorang
perempuan muslimah juga diatur oleh Islam. Perempuan yang memang
sudah dikodratkan selalu berdandan, bersolek agar tampak cantik dan
lebih menarik juga memiliki ketentuan-ketentuan didalamnya agar
Hammudah Abdalati, Islam Suatu Kepastian,(Jakarta: Media Da’wah, 1983), h. 241.
Dana Khoirul Huda, “Gimana Sih Sejarah Baju Koko?,” artikel diakses pada 24 Maret
2016 dari http://www.nakhodaku.com/2015/01/gimana-sih-sejarah-baju-koko.html.
10
11
63
tidak berlebihan.
Adapun cara berpakaian bagi laki-laki dan
perempuan Islam salah satunya terdapat pada Al-Quran Surat Al-Nur:
30-31 berikut:
              
       
  
             
           
             
             
               
    
Artinya:
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, "Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang
demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang mereka perbuat.(30) Katakanlah kepada wanita
yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya,
kecuali yang (biasa) Nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka
menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau
ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera
suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau puteraputera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan
mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka
miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai
keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti
tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya
agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah
kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya
kamu beruntung.(31)” [Al-Nur:30-31].12
12
Terjemahan diambil dari Al Quran Digital Versi 2.0.
64
4. Versi Ramadhan
Iklan Partai Perindo Versi Ramadhan, memang diluncurkan untuk
memberikan ucapan selamat menunaikan ibadah puasa kepada seluruh
Umat Islam. Sehingga setiap scene dalam iklan tersebut, menampilkan
harapan-harapan di bulan ramadhan serta ucapan selamat menunaikan
ibadah puasa bagi seluruh umat muslim dari Partai Perindo yang diwakili
Hary Tanoesoedibjo dan Liliana Tanoesoedibjo. Adapun iklan ini diakhiri
dengan beberapa artis Indonesia yang memberikan harapannya di Bulan
Ramadhan
Tabel 4.4.Scene(00:00:01-00:00:29)
Visual
Narasi
Ramadhan
bulan yang
penuh berkah
saatnya kita
semua
memanfaatkan
momen ini
dengan
meningkatkan
ibadah dan
ketaqwaan,
Type of Shoot
Long Shot (LS),
pengambilan
gambar melebihi
full shot.
Menunjukkan objek
dengan latar
belakangnya.
Medium Shot (MS),
pengambilan
gambar sebatas dari
kepala hingga
pinggang. Bertujuan
untuk
memperlihatkan
sosok seseorang.
65
memperbaiki
diri agar
bangsa dan
negeri ini
menuju
masyarakat
adil, damai,
dan sejahtera.
Partai
Perindo
mengucapkan
selamat
menunaikan
ibadah puasa.
Semoga
ramadhan ini
membawa
berkah dan
kesejahteran
bagi
Indonesia.
Long Shot (LS),
pengambilan
gambar melebihi
full shot.
Menunjukkan objek
dengan latar
belakangnya.
Medium Shot (MS),
pengambilan
gambar sebatas dari
kepala hingga
pinggang. Bertujuan
untuk
memperlihatkan
sosok seseorang.
Medium Shot (MS),
pengambilan
gambar sebatas dari
kepala hingga
pinggang. Bertujuan
untuk
memperlihatkan
sosok seseorang.
a. Denotasi
Pada gambar pertama hingga keempat dalam iklan di atas,
menampilkan sosok Hary Tanoesoedibjo dan Liliana Tanoesoedibjo.
Keduanya terlihat sedang berdiri di pelataran masjid.
Hary
Tanoesoedibjo terlihat mengenakan setelan baju koko, celana hitam,
dan peci. Sementara itu, Liliana Tanoesoedibjo terlihat mengenakan
66
kebaya serta menyelendangkan kain kerudung. Adapun pada gambar
keempat, kedua tangan Hary Tanoesoedibjo dan Liliana Tanoesoedibjo
membentuk salam yang identik dengan umat Islam di Indonesia.
Kemudian pada gambar kelima terdapat tulisan ‘Selamat Menunaikan
Ibadah Puasa Ramadhan 1436 H’ serta lima orang artis Indonesia
diantaranya Dude Herlino, Alysa Soebandono, Ayu Tingting, Donita,
Adi Nugroho. Sambil tersenyum kedua tangan mereka membentuk
salam yang biasa diidentikan dengan Islam di Indonesia.
b. Konotasi
Pada iklan di atas, terlihat sosok Hary Tanoesoedibjo dan Liliana
Tanoesoedibjo sedang berdiri terlihat bagian tubuh dari atas hingga
bawah. Hary Tanoesoedibjo terlihat mengenakan setelan baju koko,
celana hitam, dan peci yang identik dengan busana muslim di
Indonesia. Sementara itu, Liliana Tanoesoedibjo terlihat mengenakan
kebaya serta menyelendangkan kain kerudung.Latar belakang yang
diambil merupakan pelataran sebuah masjid yang mirip dengan Masjid
Sheikh Zayed di Abu Dhabi. Salah satu sumber memasukan Masjid
Sheikh Zayed ke dalam deretan masjid terbesar dan terindah di
dunia.13
Gambar pertama diambil secara long shot, sehingga gambar
memperlihatkan objek dan latar belakang secara jelas. Pada gambar
pertama kalimat pembuka yang diucapkan oleh Hary Tanoesoedibjo
adalah ‘Ramadhan bulan yang penuh berkah’. Kata-kata ini
Mas Fikr, “Wow, 50 Gambar Masjid Terbesar dan Terindah di Dunia,” artikel diakses
pada 26 Maret 2016 dari http://masfikr.com/gambar-masjid/.
13
67
merupakan penekanan awal bahwa ramadahan sebagai bulan suci
Umat Islam merupakan bulan yang penuh berkah. Kemudian pada
gambar kedua, gambar diambil dengan medium shot, yang biasa
digunakan untuk memperlihatkan sosok seseorang. Hal ini dilakukan
untuk
memperjelas
sosok
Hary
Tanoesoedibjo
yang
sedang
menggunakan busana muslim serta mengucapkan narasi ‘saatnya kita
semua memanfaatkan momen ini dengan meningkatkan ibadah dan
ketaqwaan,’. Ini merupakan hal-hal yang perlu dicapai pada Bulan
Ramadhan.
Pada gambar ketiga Hary Tanoesoedibjo kembali mengucapkan
amalan dan harapan yang perlu dicapai di Bulan Ramadhan yakni
dengan narasi ‘memperbaiki diri agar bangsa dan negeri ini menuju
masyarakat adil, damai, dan sejahtera’. Jika mengacu pada scene
sebelumnya dapat kita lihat bahwa konsep taqwa digambarkan mampu
berperan dalam rangka memajukan bangsa dan negara.
Adapun pada gambar keempat, terlihat Hary Tanoesoedibjo
sebagai Ketua Umum Partai Perindo mewakili Perindo mengucapkan
selamat menunaikan ibadah puasa dengan narasi ‘Partai Perindo
mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa’. Pada gamabar ini
Hary
Tanoesoedibjo
dan
Liliana
Tanoesoedibjo
sama-sama
menempelkan kedua tangannya yang identik dengan salam bagi Umat
Islam di Indonesia.
Pada gambar terakhir ditampilkan lima orang artis Indonesia
diantaranya, Dude Herlino, Alysa Soebandono, Ayu Tingting, Donita,
68
dan Adi Nugroho, kelimanya sama-sama menempelkan kedua
tangannya seperti yang dilakukan Hary Tanoesoedibjo dan Liliana
Tanoesoedibjo pada gambar sebelumnya. Secara serempak mereka
sama-sama mengucapkan kalimat ‘Semoga ramadhan ini membawa
berkah dan kesejahteran bagi Indonesia’. Dalam mengkonstruksi
pesannya, iklan berusaha menghadirkan figur-figur tertentu yang dekat
dengan konsumen. Kelima artis ini dipilih sebagai figure yang dekat
dengan masyarakat atau bahkan mewakili masyarakat itu sendiri.
c. Mitos
Bulan Ramadhan merupakan bulan suci bagi seluruh Umat Islam
di dunia. Pada bulan tersebut, Umat Islam melakukan serangkaian
aktivitas ibadah diantaranya, puasa, Shalat Tarawih, membaca Alquran, serta membayar zakat. Adapun pada bulan tersebut juga
merupakan peringatan terjadinya peristiwa penting bagi Umat Islam
yakni peristiwa turunnya Al-quran yang tepatnya pada tanggal 17
Ramadhan.
Menurut ajaran islam, puasa harus disertai dengan ketakwaan dan
penyembahan, menurut ajaran-ajaran yang ada di dalam Al-quran,
dengan melakukan amal sosial dan anjuran-anjuran kehidupan yang
baik, dengan upaya mendisiplinkan diri sendiri.14 Sehingga dalam
ajaran Islam puasa tidak hanya sekedar aktivitas menahan haus dan
lapar saja.
Dengan demikian, seorang muslim yang sedang menjalankan
ibadah puasa merasakan sesuatu yang lain dengan pribadi lain yang
14
Hammudah Abdalati, Islam Suatu Kepastian (Jakarta: Media Da’wah, 1983), h. 193.
69
tidak menjalankan puasa. Ia merupakan manusia yang suci lahir dan
batin, jiwanya terang benderang disebabkan waktu itu ia begitu dekat
dengan tuhannya.15
Dalam menjalankan ibadah puasa, taqwa merupakan hasil atau
tujuan yang ingin dicapai oleh setiap muslim. Sehingga Ramadhan pun
disebut oleh para ulama dengan bulan takwa.Hal ini dikarenakan sifat
takwa inilah yang nanti akan diraih dari amalan puasa. Hal ini sesuai
dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah:183 yang berbunyi:
            
 
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu
bertakwa” [QS. Al-Baqarah: 183]16
Taqwa sendiri merupakan karakter, sikap, perilaku dan kebiasaan.
Taqwa adalah hasil, bukan merupakan proses. Adapun taqwa
merupakan buah dari keimanan yang mendalam, ilmu yang lurus,
ibadah yang benar, harapan dan ketakutan mutlak kepada sang
Pencipta, yakni Allah SWT ketika menjalankan kehidupan di dunia ini.
Oleh karenanya, taqwa harus dapat dilihat pengaruh dan ciri-cirinya
dalam kehidupan.Taqwa harus menjadi prioritas terpenting setelah
iman dan ilmu. Karena iman dan ilmu yang tidak melahirkan taqwa
tidak akan banyak bermanfaat dalam kehidupan dunia dan tidak pula di
akhirat kelak.17
Hammudah Abdalati, Islam Suatu Kepastian (Jakarta: Media Da’wah, 1983), h. 193.
Terjemahan diambil dari Al Quran Digital Versi 2.0.
17
Fatuddin Jaffar, “Taqwa adalah Target dari Ibadah Puasa, Apa itu Taqwa?,” artikel
diakses pada 26 Maret 2016 dari http://www.eramuslim.com/puasa/taqwa-adalah-target-dariibadah-puasa-apa-itu-taqwa.htm#.VvaT6NKLSt8.
15
16
70
B. Representasi Makna Dalam Iklan-iklan Partai Perindo
Partai Perindo merupakan, partai
yang dipimpin oleh Hary
Tanoesoedibjo salah satu pengusaha besar di Indonesia. Adapun pada
pertengahan tahun 2015 lalu, Partai Perindo mulai gencar meluncurkan
berbagai iklan. Beberapa versi iklan Perindo yang diluncurkan sejak tahun
2015 lalu diantaranya ialah, versi Indonesia sejahtera, versi orasi Hary
Tanoesoedibjo, versi Siapakah Indonesia, dan versi Ramadhan. Dalam
beberapa iklan tersebut menggambarkan tentang keberagaman Indonesia yang
terdiri dari berbagai suku, bangsa, dan agama.Islam sebagai agama mayoritas
di Indonesia tentu juga turut di reperesentasikan dalam iklan-iklan tersebut.
Representasi Islam yang terdapat pada beberapa scene dari iklan-iklan tersebut
lebih banyak yang masuk pada tataran universal. Adapun dalam iklan-iklan
Partai Perindo tersebut, Islam direpresentasikan sebagai berikut:
1. Islam Agama yang Toleran
Dalam salah satu iklan Partai Perindo tersebut, terdapat scene yang
merepresentasikan islam sebagai agama yang toleran. Hal ini dapat dilihat
pada iklan Perindo versi Indonesia Sejahtera, dimana seseorang yang
berbusana muslim sedang bergandeng tangan dengan lima orang lainnya
yang mewakili beberapa agama di Indonesia.
Umat Islam, sesungguhnya diperbolehkan berbuat baik terhadap orang
kafir yang tidak menyatakan permusuhan terang-terangan. Bahkan untuk
hidup bermasyakarat dan bernegara dengan mereka selama mereka berbuat
baik dan tidak memusuhi umat Islam serta tidak melanggar prinsip-prinsip
terpenting dalam Islam. Hal ini sesuai dengan apa yang tertulis dalam Alquran surat Al-Mumtahanah: 8-9:
71
              
               
            
 
Artinya:
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap
orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula)
mengusir kamu dari negrimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang berlaku adil.” (8) “Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu
menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena
agama dan mengusir kamu dari negrimu dan membantu (orang lain) untuk
mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka
mereka itulah orang-orang yang dhalim. (9)” [Al-Mumtahanah: 8-9].18
2. Islam Diidentikan dengan Golongan Ekonomi Lemah
Dalam salah satu iklan Partai Perindo di atas, yakni versi Orasi Hary
Tanoesoedibjo.Terdapat salah satu scene yang merepresentasikan Islam
sebagai golongan masyarakat ekonomi lemah. Hal ini terlihat ketika narasi
sampai pada kalimat ‘bagi masyarakat golongan ekonomi lemah’, visual
yang ditampilkan fokus pada beberapa sosok ibu-ibu di pasar tradisional,
mengenakan jilbab yang identik dengan busana muslim Indonesia.
Perekonomian umat Islam di Indonesia memang dipandang oleh
beberapa pihak masih tergolong rendah. Banyak orang kaya di Indonesia
namun masih sedikit yang berlatar belakang muslim. Hal ini tentu akan
menyulitkan Umat Islam dalam menyampaikan dakwahnya. Islam sendiri
menyerukan kepada umatnya untuk memiliki harta di dunia. Hal ini
menjadi penting agar Umat Islam dapat memperjuangkan agama Allah di
dunia dan mendapat kebahagiaan di akhirat kelak. Islam tidak pernah
18
Terjemahan diambil dari Al Quran Digital Versi 2.0.
72
melarang orang untuk menjadi kaya dan untuk mendapatkan kekayaan asal
dengan jalan yang dibenarkan oleh Islam. Adapun para pemilik harta
kekayaan harus selalu ingat bahwa dia hanyalah ditunjuk oleh Allah SWT
untuk mendapatkan kekayaan itu.
3. Baju Koko Busana Muslim Laki-laki
Pada iklan Partai Perindo versi Siapakah Indonesia, versi Indonesia
Sejahtera, dan versi Ramadhan, Umat Islam di identikan berpakaian peci
atau kopiah, baju koko, baju gamis, dan berkalung sorban. Namun yang
paling sering ditampilkan pada iklan-iklan tersebut ialah baju koko dan
peci.
Baju koko dan peci atau kopiah memang sangat ikonik bagi pria
muslim di Indonesia. Namun, uniknya bukanlah berasal dari Indonesia
melainkan dari negeri Cina yang bukan pula merupakan negara Islam.
Akan tetapi, perpaduan baju koko dengan peci atau kopiah lebih sering
dijadikan pilihan untuk beribadah bagi pria muslim di Indonesia
dibandingkan baju gamis ala timur tengah.
Islam sendiri telah memberikan beberapa prinsip tertentu bagi laki-laki
dalam berpakaian, diantaranya, pantas, sopan, cukup mengikuti mode,
serta gagah. Diluar ketentuan tersebut tentu tidak dibolehkan. Begitu pula
dengan pakaian yang dapat menimbulkan kesombongan serta menjatuhkan
gengsi bagi pemakainya.
4. Ibadah Puasa Meningkatkan Ketaqwaan
Dalam iklan Partai Perindo versi Ramadhan, narasi yang disampaikan
langsung oleh Hary Tanoesoedibjo mengenai Bulan Ramadhan cukup
73
sesuai dengan apa yang diajarkan Islam. Dalam narasinya Hary Tanoe
sempat
menyampaikan
kalimat
berikut,
‘saatnya
kita
semua
memanfaatkan momen ini dengan meningkatkan ibadah dan ketaqwaan,’.
Dari narasi berikut dapat kita lihat bahwa pada Bulan Ramadhan, Umat
Islam tidak hanya diwajibkan untuk meningkatkan kualitas ibadah akan
tetapi juga meningkatkan ketaqwaan. Adapun pada narasi berikutnya Hary
Tanoesoedibjo mengucapkan kalimat ‘memperbaiki diri agar bangsa dan
negeri ini menuju masyarakat adil, damai, dan sejahtera’.Apabila
mengacu pada scene sebelumnya dapat kita lihat bahwa konsep taqwa
digambarkan mampu berperan dalam rangka memajukan bangsa dan
negara.
Dalam menjalankan ibadah puasa, taqwa merupakan hasil atau tujuan
yang ingin dicapai oleh setiap muslim. Sehingga Ramadhan sering juga
disebut dengan bulan takwa oleh para ulama. Hal ini dikarenakan sifat
taqwa inilah yang nanti akan diraih dari amalan puasa. Hal ini sesuai
dengan firman Allah SWT dalam surat Al- Baqarah:183 yang berbunyi:
            
 
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu
bertakwa.” [QS. Al Baqarah: 183]19
19
Terjemahan diambil dari Al Quran Digital Versi 2.0.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah selesai mengamati dan menganalisa pada bab sebelumnya,
kesimpulan yang dapat diambil pada skripsi ini mengacu pada permasalahan
yang ada, yakni representasi Islam dalam iklan-iklan Partai Perindo versi
Indonesia Sejahtera, versi Orasi Hary Tanoesoedibjo, versi Siapakah
Indonesia?, dan versi Ramadhan. Representasi Islam dalam iklan-iklan Partai
Perindo tersebut disampaikan melalui, visual serta narasi yang disajikan dalam
iklan tersebut. Adapun yang menjadi kesimpulan peneliti terhadap masalah
tersebut, disesuaikan dengan analisis semiotika model Roland Barthes yang
melontarkan konsep denotasi, konotasi, dan mitos.
Iklan-iklan Partai Perindo tersebut memiliki makna denotasi sebagai iklan
partai yang menggambarkan bagaimana Islam sebagai agama mayoritas
bersosialisasi
dengan agama-agama lain
yang minoritas
serta juga
memperlihatkan kehidupan perekonomian umat Islam di Indonesia hingga
cara berpakaian. Selain itu makna denotasi yang juga terdapat dalam iklaniklan tersebut ialah bagaimana sebenarnya nilai-nilai Islam dapat bermanfaat
bagi bangsa dan negara.
Adapun makna konotasi yang terdapat dalam iklan-iklan Partai
Perindo tersebut adalah bagaimana Islam dipandang sebagai agama yang
toleran. Selain itu juga bagaimana Islam dipandang sebagai agama yang
memiliki perekonomian yang rendah. Kemudian, dalam iklan-iklan tersebut
juga digambarkan bagaimana umat muslim khususnya laki-laki berpakaian,
74
75
yakni seringkali ditampilkan dengan baju koko dan kopiah yang sederhana.
Makna konotasi berikutnya ialah bagaimana puasa mampu meningkatkan
ketaqwaan, serta bagaimana konsep taqwa yang menjadi salah satu prioritas
bagi umat Islam mampu bermanfaat bagi kemajuan bangsa dan negara.
Sementara itu makna mitos yang terkandung dalam iklan-iklan tersebut
ialah bagaimana Islam yang merupakan agama mayoritas menjadi agama yang
amat toleran bagi agama-agama lain selama tidak mengusik prinsip-prinsip
keislaman. Berikutnya juga diperlihatkan bagaiman Islam digambarkan
sebagai agama dengan taraf perekonomian yang cukup rendah, yang
sebenarnya dalam Islam sendiri dianjurkan bagi umat Islam untuk memiliki
harta kekayaan sehingga mampu memperjuangkan agama Allah SWT.
Kemudian juga digambarkan bagaimana baju koko yang berasal dari
negeri Cina justru identik dengan busana pria muslim Indonesia. Hal ini tentu
bukanlah masalah karena baju koko sendiri tidak keluar dari prinsip-prinsip
berpakaian bagi laki-laki dalam Islam yang diantaranya, pantas, sopan, gagah,
serta tidak menimbulkan kesombongan dan menjatuhkan gengsi bagi
pemakainya. Terakhir adalah bagaimana puasa digambarkan mampu
meningkatkan ketaqwaan. Hal ini sesuai dengan tujuan berpuasa yang
disampaikan dalam Al-quran.
Berdasarkan ketiga makna diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa
pada iklan-iklan Partai Perindo yang dipimpin oleh Hary Tanoesoedibjo
tersebut, Islam direpresentasikan dalam tataran universal. Hal ini dapat dilihat
ketika iklan-iklan tersebut lebih banyak menggambarkan kondisi sosial serta
ekonomi umat Islam. Meskipun begitu terdapat beberapa nilai-nilai khusus
76
atau ajaran Islam yang direpresentasikan dalam iklan-iklan tersebut, yakni
ibadah puasa yang merupakan ajaran umat Islam, digambarkan mampu
meningkatkan ketaqwan. Hal ini sesuai dengan apa yang terdapat dalam ajaran
Islam.
B. Kritik dan Saran
Kritik yang akan peneliti sampaikan pada Partai Perindo sebagai
pengiklan diantaranya ialah, agar kedepannya lebih menggambarkan Islam
pada ranah ajaran dan nilai-nilai Islam yang mampu disesuaikan atau
memberikan peranan bagi kemajuan bangsa dan negara. Pesan-pesan
keagaman sebaiknya dapat diselipkan lebih banyak, sehingga Indonesia yang
terdiri dari beragam agama juga dapat digambarkan dengan baik dari segi
keagamaan khususnya.
Adapun peneliti juga memberikan saran kepada pengiklan jika ingin
menggambarkan beberapa agama hendaknya pengiklan meminta pandangan
para pemuka agama tersebut sebelum meluncurkan iklan. Sehingga nantinya
didapatkan hasil yang positif dan berimbang bagi setiap agama yang
digambarkan. Tak hanya untuk agama, persoalan budaya, suku, dan lain
sebagainya hendaknya pengiklan khususnya ataupun insan periklanan pada
umumnya, terlebih dahulu berkonsultasi dengan para pemuka atau pemimpin
suku dan budaya yang dimaksud.
DAFTAR PUSTAKA
Abdalati, Hammudah. 1983. Islam Suatu Kepastian. Jakarta: Media Da’wah.
Bailey, Kenneth D. 1994. Methods of Social Research. New York: Free Press.
Bogdan, Robert C. dan Steven J. Taylor. 1992. Introduction to Qualitative
Research Methods: A Phenomenological Approach in The Social
Science, alih bahasa Arif Furchan, Jhon Willey and Son. Surabaya:
Usaha Nasional.
Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus
Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Cobley, Paul dan Litza Jansz. 1999. Introducing Semiotics. New York; Totem
Books.
Danesi, Marcel. 2010. Pesan, Tanda, dan Makna. Yogyakarta: Jalasutra.
Fiske, John. 1987. Television Culture. London: Routledge.
Fiske, John. 2014. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers
Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta:
Bumi Aksara.
Hawi, Akmal. 2014. Dasar-Dasar Studi Islam. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Heryanto, Gun Gun dan Rumaru, Shulhan. 2013. Komunikasi Politik Sebuah
Pengantar. Bogor : PT Ghalia Indonesia.
Jefkins, Frank. 1976. Advertising Today, London: International Textbook Co.
Junus, Umar. 1981. Mitos dan Komunikasi. Jakarta: Sinar Harapan.
Kaid, Lynda Lee. 2004. Handbook of Political Communications Research. New
Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.
Lechte, John. 2001. 50 Filsuf Kontemporer; dari Strukturalisme sampai
Posmodernitas. Penerjemah A. Gunawan Admiranto. Yogyakarta:
Kanisius.
Littlejohn, Stephen W dan Karen A. Foss. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta:
Salemba Humanika.
Morissan. 2010. Periklanan: Komunikasi
Kencana Prenada Media Group.
77
Pemasaran Terpadu.
Jakarta:
78
Nasr. S.H. 1983. Islam Dalam Cita dan Fakta. Jakarta: PT. Panca Gemilang
Indah.
Nasuhi, Hamid, dkk. 2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Ceqda
Piliang, Yasraf Amir. 1998. Sebuah Dunia yang Dilipat, Realitas Kebudayaan
Menjelang Milenium Ketiga dan Matinya Postmodernisme. Bandung:
Mizan.
Segers, Rien T. 2000. Evaluasi Teks Sastra. Penerjemah Suminto A. Sayuti.
Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Seto, Indiwan. 2013. Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan
Skripsi Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Sobur, Alex. 2006. Semiotika Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Situs Internet
Badan Pusat Statistik. “Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut”.
Diakses pada 7 Februari 2016 dari http://sp2010.bps.go.id/ index.php/site/
tabel?tid=321.
Bartho B.S.“Teknik Pengambilan Gambar Video”. Artikel diakses pada 13 Maret
2016 dari http://www.dumetschool.com/ blog/Teknik-Pengambilan-Gamb
ar-Video.
Cecep SWP. “Jenis-Jenis Shot, Sudut, dan Gerakan Kamera”. Artikel diakses
pada 13 Maret 2016 dari https://misteridigital.wordpress.com/2007/07/01/
jenis-jenis-shot-sudut-dan-gerakan-kamera/. .
Dana Khoirul Huda. “Gimana Sih Sejarah Baju Koko?”. Artikel diakses pada 24
Maret 2016, dari http://www.nakhodaku.com/2015/01/gimana-sih-sejarahbaju-koko.html.
Fatuddin Jaffar, MA. “Taqwa adalah Target dari Ibadah Puasa, Apa itu Taqwa?”,
Artikel diakses pada 26 Maret 2016 dari http://www.eramuslim.
com/puasa/taqwa-adalah-target-dari-ibadah-puasa-apa-itu-taqwa.htm#.Vv
aT6NKLSt8.
Fian Firatmaja. “Bidang Ekonomi Umat Islam Dinilai Masih Lemah”. Artikel
diakses pada 25 Maret 2016 dari http://www.republika.co.id
/berita/video/umat/15/01/16/ni8u5n-bidang-ekonomi-umat-islam-dinilaimasih-lemah.
79
Indah Wulandari. “Perekonomian, Titik Lemah Umat Islam”. Diakses pada 25
Maret 2016 dari http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islamnusantara/15/08/04/ nsiqyy346-perekonomian-titik-lemah-umat-islam.
Intelijen. “Hary Tanoesoedibjo”. Artikel diakses pada 26 Mei 2016 dari
https://www.intelijen.co.id/12936/.
Mas Fikr. “Wow, 50 Gambar Masjid Terbesar dan Terindah di Dunia”. Artikel
diakses pada 26 Maret 2016 dari http://masfikr.com/gambar-masjid/.
Partai Perindo. “Profil Partai”. Artikel diakses pada 19 Maret 2016 dari https://
partaiperindo.com/?page_id=6.
Rinjani Nursafitri. “Profil Hary Tanoesoedibjo, CEO MNC Group”. Artikel
diakses pada 26 Mei 2016 pada http://www.orangterkayaindonesia.com/
profil-hary-tanoesoedibjo-orang-super-kaya-di-indonesia/.
Ust. Syamsul Arifin Nababan. “Toleransi Antar-Umat Beragama dalam
Pandangan Islam”. Artikel diakses pada 24 Maret 2016 dari http://annabacenter.com/kajian/toleransi-antar-umat-beragama-dalam-pandangan-islam.
Karya Ilmiah
Dewi, Yusrina Rahma, “Representasi Makna Ibu dalam Iklan Kampanye Politik
(Kajian Semiotika Iklan Kampanye Politik Pilpres 2014 Aburizal Bakrie
Versi “Untuk Ibu” di tvOne)”. Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Fadillah, Arief. “Makna Kepemimpinan Islami dalam Iklan Politik di Televisi
(Analisis Semiotika Iklan Kampanye Pasangan Ahmad Heryawan-Deddy
Mizwar Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2013)”. Skripsi S1 Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2014.
Firman, Ita Basitha, “Representasi Kultur Islam dalam Tayangan Adzan Magrib
di RCTI”. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2014.
Malvi, Alvina, “Representasi Citra Politik Dalam Iklan Hanura WIN-HT Bersih
Peduli Tegas di RCTI”. Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Nurleli, “Representasi Islam dalam Film PK”. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah
dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta,
2015.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Iklan Partai Perindo Versi Indonesia Sejahtera
Narasi
Visual
Partai Perindo lahir untuk berjuang.
Narasi
Visual
Cita-cita kemerdekaan yang belum terwujud.
80
81
Narasi
Marilah bergandeng tangan menjaga persatuan dan kesatuan
bangsa.
Visual
Narasi
Visual
Membangun negeri kedepan, Indonesia yang kita cintai.
82
Narasi
Visual
Menjadikan Indonesia negara maju, Indonesia yang berdaulat adil
dan makmur.
83
Narasi
Visual
Partai Perindo untuk Indonesia sejahtera.
84
Lampiran 2. Iklan Partai Perindo Versi Orasi Hary Tanoesoedibjo
Narasi
Agar Indonesia dapat menjadi negara maju, diperlukan pertumbuhan
yang lebih pesat lagi.
Visual
Narasi
Namun juga pada saat yang bersamaan menyentuh dan memberikan
manfaat bagi masyarakat golongan ekonomi lemah,
Visual
Narasi
Yang pada umumnya adalah, UMKM, petani, para nelayan, serta
buruh dan pengangguran serta beberapa kelompok profesi lainnya,
seperti guru dan lain-lain
85
Visual
Narasi
Kita selama ini terfokus hanya pada pertumbuhan ekonomi makro
dan kurang memperhatikan distribusi atas pertumbuhan tersebut.
86
Visual
Narasi
Kita semua tentunya ingin rakyat Indonesia memiliki kualitas hidup
yang layak dan bermartabat.
Visual
Narasi
Visual
Partai Perindo, untuk Indonesia sejahtera
87
Lampiran 3. Iklan Partai Perindo Versi Siapakah Indonesia?
Narasi
Siapakah Indonesia? Apakah mereka yang dilahirkan dari orang
Jawa, Dayak, Papua atau lebih dari tiga ratus suku lainnya.
Visual
Narasi
Siapakah Indonesia? Apakah mereka yang beragama Islam, Katolik,
Kristen, Budha, Hindu, Kong Hu Cu, dan aliran kepercayaan lainya.
88
Visual
Narasi
Siapakah Indonesia? Apakah mereka yang berpenghasilan milyaran
atau mereka yang hanya mampu menafkahi hidup mereka hari demi
hari.
89
Visual
Narasi
Visual
Bukan itu semua, Indonesia adalah mereka yang tulus hati mencintai
negeri ini mereka yang terus berjuang bertindak secara nyata,
menyejahterakan Indonesia.
90
Narasi
Visual
Perindo untuk Indonesia sejahtera.
91
Lampiran 4. Iklan Partai Perindo Versi Ramadhan
Narasi
Visual
Ramadhan bulan yang penuh berkah,
Narasi
Saatnya kita semua memanfaatkan momen ini dengan meningkatkan
ibadah dan ketaqwaan,
Visual
Narasi
Memperbaiki diri agar bangsa dan negeri ini menuju masyarakat
adil, damai, dan sejahtera.
Visual
Narasi
Visual
Partai Perindo mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa.
92
Narasi
Visual
Semoga ramadhan ini membawa berkah dan kesejahteran bagi
Indonesia.
93
Lampiran 5. Dokumen Brosur Partai Perindo
Download