REPRESENTASI ISLAM PADA IKLAN-IKLAN PARTAI PERINDO DI TELEVISI Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh: Giovanni NIM: 1112051000142 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437H /2016M REPRESENTASI ISLAM PADA IKLAN-IKLAN PARTAI PERINDO DI TELEVISI Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh: Giovanni NIM: 1112051000142 Pembimbing, Drs. Jumroni, M.Si NIP: 19630515 199203 1 006 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437H /2016M ABSTRAK Giovanni Representasi Islam pada Iklan-Iklan Partai Perindo di Televisi Iklan merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh suatu institusi atau perusahaan dalam rangka mempromosikan barang ataupun jasa yang mereka miliki. Iklan akan melibatkan media massa. Dari sejumlah besar media, iklan yang dimuat melalui televisi dinilai lebih kuat dibandingkan dengan media lainnya. Hal ini dikarenakan televisi memiliki jangkauan yang luas, fleksibel, dan berbagai keunggulan lainnya. Iklan politik sendiri merupakan suatu upaya, kandidat atau partai politik dalam berkomunikasi dengan khalayak. Partai Perindo yang merupakan pimpinan Hary Tanoesoedibjo, sejak 2015 lalu gencar meluncurkan iklan-iklan partainya di RCTI, MNC TV dan Global TV. Iklan tersebut diantaranya ialah Versi Indonesia Sejahtera, Versi Orasi Hary Tanoesoedibjo, Versi Siapakah Indonesia, dan Versi Ramadhan. Iklan-iklan tersebut juga kerap kali menggambarkan berbagai agama di Indonesia salah satunya Islam. Pertanyaan penelitian ini diantaranya ialah, bagaimana makna denotasi, konotasi, dan mitos Islam yang terdapat dalam Iklan-iklan Partai Perindo Versi Indonesia Sejahtera, Versi Orasi Hary Tanoesoedibjo, Versi Siapakah Indonesia, dan Versi Ramadhan, berdasarkan model Roland Barthes? Bagaimana Islam direpresentasikan dalam Iklan-iklan Partai Perindo Versi Indonesia Sejahtera, Versi Orasi Hary Tanoesoedibjo, Versi Siapakah Indonesia, dan Versi Ramadhan? Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan masuk ke dalam jenis penelitian deskriptif. Dimana penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai suatu fenomena secara detil. Paradigma penelitian yang digunakan ialah paradigma konstruktivis yang berdasar pada pemikiran umum tentang teori-teori yang dihasilkan oleh peneliti dan teoritis aliran konstruktivis. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah analisis semiotika model Roland Barthes. Teori yang digunakan dalam penelitian ini ialah teori semiotika model Roland Barthes dan konsep representasi Islam. Dalam semiotika model Roland Barthes, sistem signifikansi terbagi ke dalam dua tingkatan, dimana denotasi merupakan sistem signifikansi tingkat pertama, sementara konotasi merupakan tingkat kedua. Konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai ‘mitos’, yang berfungsi guna mengungkapkan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam periode tertentu. Adapun Representasi Islam ialah bagaimana Islam dilukiskan, digambarkan, diimajinasikan dalam suatu objek. Hasil penelitian ini menampilkan beberapa tanda yang muncul dalam adegan-adegan pada iklan-iklan tersebut. Adapun peneliti kemudian menemukan beberapa tanda dalam adegan-adegan tersebut yang mampu membangun makna dalam iklan sebagai Representasi Islam. Peneliti menyimpulkan bahwa pada iklan-iklan Partai Perindo tersebut Islam direpresentasikan dalam tataran universal yakni terkait kondisi sosial dan ekonomi umat Islam. Meskipun begitu peneliti juga menemukan sedikit nilai-nilai atau ajaran Islam yang tergambar dalam iklan Partai Perindo Versi Ramadhan. Kata kunci: Iklan, Representasi, Islam, Semiotika, Perindo. i KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang selalu mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Representasi Islam dalam Iklan-Iklan Partai Perindo di Televisi”. Shalawat serta salam senantiasa tercurah bagi junjungan besar Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia kepada jalan kebenaran. Adapun skripsi ini merupakan tugas akhir yang disusun guna memenuhi salah satu persyaratan yang telah ditentukan dalam menempuh program studi Strata Satu (S1) Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam hal ini, penulis tentu menyadari bahwa skripsi ini tidak akan mampu terselesaikan tanpa bantuan dari pihak lain yang telah memberikan bimbingan, nasihat, serta motivasi baik secara moral maupun material. Oleh karenanya, penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Dr. H. Arief Subhan, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 2. Drs. Masran, M.A, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. 3. Fita Fathurokhmah SS, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. 4. Drs. Jumroni, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya guna memberikan bimbingan, arahan serta inspirasi yang amat berharga bagi penulis. ii 5. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan berbagai pengarahan, pengalaman, serta bimbingan kepada penulis selama dalam masa perkuliahan. 6. Segenap Pimpinan serta Karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah melayani penulis dalam menggunakan buku-buku serta literatur yang penulis butuhkan selama penyusunan skripsi ini. 7. Kedua orang tua tercinta, Eduard Funck dan Titin Kustini, yang selalu menjadi inspirasi serta memberikan dukungan baik secara moral maupun material kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Kakak saya Edwina Cornelia Maria Funck yang selalu memberikan nasihat serta motivasi kepada penulis. 9. Jonas Niko Nugroho dan Ridho Fallah Adli sahabat hingga liang lahat yang selalu membagi tawa luar biasa sejak lama. 10. Akbar Ramadhan, Fahmi Syamsi, Dani Perdana, Trisaka Oktarian sahabat perkuliahan, yang selalu memberikan masukan serta kecerian. 11. Para pemain futsal anti kejuaraan, Achmad Faizal, Arif Faturrahman, Ahmad Fikri, Arif Syahrizal, Taufik Abdullah, Ridho Andriansyah, Ferdy Rizki, Rahmat Agung, Hidayatul Munir, Indra Ramadhan, Asep Hermawan tetaplah mencari keceriaan dalam setiap permainan. 12. Kawan senasib sejak semester awal, Milki Amirussaleh, Hilman Zulfahmi, M. Aidilah, Anissah Bilqis, Dityan Zahra, yang selalu berbagi kesulitan maupun kebahagiaan. iii 13. Keluarga Besar KPI angkatan 2012 serta kakak-kakak senior dan adik-adik junior yang sudah memberikan inspirasi kepada peneliti. 14. Keluarga besar KKN Semarak 2015 serta Keluarga besar Desa Cibetok semoga tali silaturahmi tetap tersambung diantara kita. 15. Keluarga besar Teras KPI, yang selalu menjadi tempat bagi penulis dalam menyalurkan hobi sekaligus mengasah kempuan penulis. 16. Orang-orang yang telah memberikan dukungan dan membaca skripsi ini yang mohon maaf belum dapat saya cantumkan namanya. Penulis berharap semoga skripsi ini mampu memberikan manfaat bagi para pembaca khususnya mahasiswa Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikianlah pengantar yang dapat penulis sampaikan, akhir kata penulis mohon maaf jika terdapat kesalahan penulisan dalam skripsi ini. Jakarta, Mei 2016 Penulis iv DAFTAR ISI ABSTRAK .............................................................................................................. i KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii DAFTAR ISI ...........................................................................................................v DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii BAB I PENDAHULUAN…......……………………………… .................1 A. Latar Belakang Masalah .............................................................1 B. Fokus Penelitian .........................................................................6 C. Tujuan Penelitian .......................................................................7 D. Manfaat Penelitian .....................................................................8 E. Tinjauan Pustaka ........................................................................8 F. Metodologi Penelitian ..............................................................10 G. Sistematika Penulisan ..............................................................13 BAB II KERANGKA TEORI...................................................................15 A. Teori Semiotika ........................................................................15 B. Representasi Islam ...................................................................21 C. Iklan..........................................................................................25 BAB III GAMBARAN UMUM ..................................................................38 A. Profil Hary Tanoesoedibjo .......................................................38 B. Profil Partai Perindo .................................................................39 C. Visi Misi Partai Perindo ...........................................................41 D. Struktur Kepengurusan Partai Perindo .....................................42 E. Iklan-Iklan Partai Perindo ........................................................43 BAB IV ANALISIS DATA…......……………………………… ..............48 A. Analisis Semiotika Scene Representasi Islam ..........................48 B. Representasi Makna dalam Iklan-iklan Partai Perindo ............70 PENUTUP…......……………………………… ...........................74 A. Kesimpulan ..............................................................................74 B. Kritik dan Saran .......................................................................76 DAFTAR PUSTAKA…......……………………………… .................................77 LAMPIRAN ..........................................................................................................78 BAB V v DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Peta Tanda Roland Barthes…......……………………………… .......18 Tabel 3.1 Struktur Pengurus DPP Perindo ..........................................................42 Tabel 4.1 Scene (00:00:06-00:00:08) ..................................................................49 Tabel 4.2 Scene (00:00:10-00:00:15) ..................................................................55 Tabel 4.3 Scene (00:00:15-00:00:29) ..................................................................58 Tabel 4.4 Scene (00:00:01-00:00:29) ..................................................................64 vi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.Iklan Partai PerindoVersi Indonesia Sejahtera ...................................80 Lampiran 2.Iklan Partai PerindoVersi Orasi Hary Tanoesoedibjo ........................84 Lampiran 3.Iklan Partai Perindo Versi Siapakah Indonesia? ...............................87 Lampiran 4.Iklan Partai PerindoVersi Ramadhan .................................................91 Lampiran 5.Dokumen Brosur Partai Perindo .........................................................93 vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Iklan merupakan suatu kegiatan yang digunakan untuk mempersuasi konsumen oleh sejumlah atau suatu institusi bukan personal. Dalam definisi ini dapat kita lihat bahwa iklan merupakan suatu pengisi media massa, karena iklan haruslah menggunakan media yang spesifik untuk dapat menerpa orang banyak. Iklan atau advertising dapat didefinisikan sebagai “any paid form of non personal communication about an organization, product, service, or idea by an identified sponsor” (setiap bentuk komunikasi nonpersonal mengenai suatu organisasi, produk, servis, atau ide yang dibayar oleh satu sponsor yang diketahui).1 Adapun maksud dari kata nonpersonal berarti suatu iklan melibatkan media massa (TV, radio, majalah, koran) yang mampu mengirimkan pesan kepada sejumlah besar kelompok individu pada saat bersamaan. Dengan demikian sifat nonpersonal iklan berarti pada umumnya tidak tersedia kesempatan untuk mendapatkan umpan balik yang segera dari penerima pesan (kecuali dalam hal direct response advertising).2 Oleh karena itu, sebelum pesan iklan dikirimkan pemasang iklan harus betul-betul mempertimbangkan bagaimana audiensi akan menginterpretasikan dan memberikan respons terhadap pesan iklan yang dimaksud. 1 Morissan, Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 17. 2 Morissan, Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 18. 1 2 Iklan merupakan salah satu bentuk promosi yang paling dikenal dan paling banyak dibahas orang, hal ini dimungkinkan karena daya jangkauannya yang luas. Iklan di media massa dapat digunakan untuk menciptakan citra merek dan daya tarik simbolis bagi suatu perusahaan atau institusi. Iklan di televisi memiliki kelebihan yang cukup kuat dibandingkan dengan media lainnya. Hal ini dikarenakan, televisi memiliki berbagai kelebihan dibandingkan dengan jenis media lainnya yang mencakup daya jangkau luas, selektivitas dan fleksibilitas, fokus perhatian, kreativitas dan efek, prestise, serta waktu tertentu.3 Dalam dunia pertelevisian, sistem teknologi telah menguasai jalan pikiran masyarakat, televisi menguasai pikiran-pikiran manusia dengan cara membangun teater dalam manusia (theater of mind), sebagaimana gambaran realistis dalam iklan televisi.4 Iklan-iklan yang terdapat di televisi biasa dibuat dengan berisikan adegan-adegan yang mengagumkan serta mampu membawa pemirsanya kepadakesan dunia lain yang maha dahsyat. Ketika televisi dimatikan penggambaran realitas dalam media tersebut kemudian hidup dalam pikiran manusia. Bahkan penggambaran tersebut mengalami distorsi yang mampu menciptakan cerita realitas lain yang terus menerus hidup dalam pikiran tersebut.5 Dalam dunia politik, iklan televisi juga biasa digunakan oleh para calon kandidat atau partai politik dalam menyampaikan pesan-pesannya. 3 Morissan, Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 240. 4 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 221. 5 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 222. 3 Adapun iklan tersebut biasa dikenal dengan sebutan iklan politik. Lynda Lee Kaid mendefinisikan iklan politik sebagai proses komunikasi dimana sebuah sumber (kandidat atau partai politik), mengambil kesempatan untuk menunjukan pesan-pesan politik mereka melalui saluran media massa dalam rangka mempengaruhi sikap, kepercayaan, dan perilaku politik khalayak.6 Representasi merupakan kegunaan dari tanda. Marcel Danesi mendefinisikan representasi sebagai berikut: “proses merekam ide, pengetahuan atau pesan dalam beberapa cara fisik disebut representasi. Ini dapat didefinisikan lebih tepat sebagai kegunaan dari tanda yaitu untuk menyambungkan, melukiskan, meniru sesuatu yang dirasa, dimengerti, diimajinasikan atau dirasakan dalam beberapa bentuk fisik”.7 Menurut Stuart Hall sebagaimana dikutip Indiwan Seto terdapat dua proses representasi. Pertama, representasi mental, yaitu konsep tentang ‘sesuatu’ yang ada di kepala kita masing-masing. Kedua, ‘bahasa’, yang berperan penting dalam proses konstruksi makna. Konsep abstrak yang ada dalam kepala kita harus diterjemahkan dalam ‘bahasa’ yang lazim, supaya kita dapat menghubungkan konsep dan ide-ide kita tentang sesuatu dengan tanda dari simbol-simbol tertentu.8 Partai Persatuan Indonesia (Perindo) merupakan partai yang baru dideklarasikan pada tanggal 7 Februari 2015 lalu. Partai ini didirikan oleh Hary Tanoesoedibjo yang juga merupakan salah satu pengusaha media besar di Indonesia. Awalnya partai ini merupakan sebuah ormas yang sudah berdiri 6 Lynda Lee Kaid, Handbook of Political Communications Research (New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, 2004), h. 156. 7 Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 24. 8 Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 148. 4 sejak tahun 2013. Hary Tanoesoedibjo merupakan salah satu pendiri partai politik di Indonesia yang beragama non muslim. Adapun pada pertengahan tahun 2015 lalu, Partai Perindo mulai gencar meluncurkan berbagai iklan. Iklan-iklan tersebut kemudian seringkali disiarkan di stasiun-stasiun televisi dibawah MNC Group seperti, RCTI, MNC TV dan Global TV yang tak lain juga berada dibawah kepemimpinan Hary Tanoesoedibjo. Beberapa versi iklan Perindo yang diluncurkan sejak tahun 2015 lalu diantaranya ialah, versi Indonesia sejahtera, versi orasi Hary Tanoesoedibjo, versi Siapakah Indonesia, dan versi Ramadhan. Dalam beberapa iklan tersebut menggambarkan tentang keberagaman Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, bangsa, dan agama. Islam yang sebagai salah satu agama yang juga merupakan agama mayoritas di Indonesia tentunya juga turut digambarkan dalam iklan-iklan tersebut. Islam merupakan agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan nabi dan rasul paling akhir, untuk menjadi petunjuk atau pedoman hidup bagi seluruh manusia hingga akhir zaman. Kata “Islam” berasal dari bahasa Arab: “SLM” (Sin, Lam, Mim) yang artinya antara lain: Damai, Suci, Patuh dan taat (tidak pernah membantah).9 Dalam pengertian agama, kata Islam berarti kepatuhan kepada kehendak dan kemauan Allah serta taat kepada hukum-Nya. Hubungan antara pengertian menurut kata dasar dan pengertian menurut agama erat dan nyata sekali, yaitu: “Hanya dengan kepatuhan kepada kehendak Allah dan tunduk 9 Hammudah Abdalati, Islam Suatu Kepastian (Jakarta: Media Da’wah, 1983), h. 13. 5 kepada hukum-hukum-Nya seseorang dapat mencapai kedamaian yang sesungguhnya dan memperoleh kesucian yang abadi”.10 Seperti yang telah kita ketahui, Islam merupakan agama mayoritas di Indonesia.Hal ini dapat dilihat berdasarkan data sensus penduduk pada tahun 2010 dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data tersebut menunjukan bahwa pemeluk agama islam di Indonesia mencapai 207 juta jiwa lebih atau sekitar 87% dari jumlah penduduk di Indonesia.11 Tanda-tanda merupakan dasar dari seluruh komunikasi. Dengan perantaraan tanda-tanda, manusia mampu melakukan komunikasi dengan sesamanya. Banyak hal yang dapat dikomunikasikan dalam hidup kita di dunia ini. Metode analisis atau ilmu yang digunakan untuk mengkaji tanda dikenal dengan istilah semiotika. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita gunakan dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia.12 Semiotika berasal dari kata yunani Semeion, yang berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu -yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya – dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Tanda pada awalnya dimaknai sebagai suatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain, contohnya, asap menandai adanya api. Adapun, semiotika secara terminologis, dapat diidentifikasikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan Hammudah Abdalati, Islam Suatu Kepastian (Jakarta: Media Da’wah, 1983), h. 13. Data Badan Pusat Statistik tahun 2010, “Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut”, diakses pada 7 Februari 2016 dari http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/ tabel?tid=321. 12 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 15. 10 11 6 luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda.13 Semiotika atau dalam istilah Barthes semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai disini berarti tidak hanya melihat objek sebagai pembawa informasi, bagaimana objek itu berkomunikasi, akan tetapi juga menkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.14 Menurut Littlejhon suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, dan makna (meaning) ialah hubungan antara suatu objek atau idea dan suatu tanda.15 Mengingat Indonesia yang merupakan negara dengan Agama Islam sebagai mayoritas, serta iklan-iklan Partai Perindo yang merupakan partai pimpinan Hary Tanoesoedibjo coba mengambarkan keberagaman di Indonesia salah satunya agama yang dimana Islam termasuk didalamnya, maka peneliti tertarik untuk melihat bagaimana Islam direpresentasikan melalui tanda-tanda yang terdapat dalam iklan-iklan Partai Perindo di atas. Sehingga berdasarkan alasan tersebut maka peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul “Representasi Islam pada Iklan-iklan Partai Perindo di Televisi”. B. Fokus Penelitian Penelitian ini hanya fokus pada beberapa Iklan Partai Perindo yang ditayangkan di stasiun televisi dibawah MNC Group seperti RCTI, MNC TV, dan Global TV pada tahun 2015. Adapun iklan-iklan tersebut diantaranya ialah 13 Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 7. 14 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 16. 15 Sthephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss, Teori Komunikasi (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), h. 54. 7 Iklan Partai Perindo Versi Indonesia Sejahtera, Versi Orasi Hary Tanoesoedibjo, Versi Siapakah Indonesia, dan Versi Ramadhan. Selain itu, penelitian ini juga hanya akan memberikan fokus pada tanda-tanda yang merepresentasikan unsur-unsur keislaman dalam Iklan-iklan Partai Perindo tersebut. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini, adalah sesuai dengan analisis semiotika model Roland Barthes yang diantaranya ialah: 1. Bagaimana makna denotasi, konotasi, dan mitos Islam yang terdapat dalam Iklan-iklan Partai Perindo Versi Indonesia Sejahtera, Versi Orasi Hary Tanoesoedibjo, Versi Siapakah Indonesia, dan Versi Ramadhan? 2. Bagaimana Islam direpresentasikan dalam Iklan-iklan Partai Perindo Versi Indonesia Sejahtera, Versi Orasi Hary Tanoesoedibjo, Versi Siapakah Indonesia, dan Versi Ramadhan, berdasarkan model Roland Barthes? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini ialah: 1. Untuk mengetahui makna denotasi, konotasi dan mitos yang terdapat dalam Iklan-iklan Partai Perindo Versi Indonesia sejahtera, Versi Orasi Hary Tanoesoedibjo, Versi Siapakah Indonesia, dan Versi Ramadhan. 2. Untuk mendapatkan temuan-temuan tentang seperti apa Islam direpresentasikan dalam Iklan-iklan Partai Perindo Versi Indonesia Sejahtera, Versi Orasi Hary Tanoesoedibjo, Versi Siapakah Indonesia, dan Versi Ramadhan berdasarkan model Roland Barthes. 8 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis a. Mengkaji unsur-unsur keislaman yang direpresentasikan dalam iklaniklan Partai Perindo Versi Indonesia sejahtera, Versi Orasi Hary Tanoesoedibjo, Versi Siapakah Indonesia, dan Versi Ramadhan. b. Mendalami pemahaman tentang penelitian semiotika model Roland Barthes dalam ranah periklanan khususnya dan komunikasi pada umumnya. 2. Manfaat Praktis a. Mengetahui strategi kreatif yang ada di balik Iklan-iklan Partai Perindo sehingga mampu menjadi bahan pertimbangan bagi insan periklanan khususnya,para akademisi dan khalayak pada umumnya. b. Mengetahui bagaimana Islam direpresentasikan dalam iklan-iklan Partai Perindo sehingga mampu menjadi bahan kajian maupun pertimbangan bagi para politisi, akademisi dan khalayak pada umumnya. E. Tinjauan Pustaka Dalam menentukan judul penelitian ini, peneliti sebelumnya telah melakukan tinjauan kepustakaan di Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun beberapa penelitian yang hampir serupa diantaranya: Yusrina Rahma Dewi menemukan bahwa, iklan kampanye politik pilpres 2014 Aburizal Bakrie versi “Untuk Ibu” di tvOne merepresentasikan 9 makna menyambut hari ibu, makna berterima kasih kepada ibu, makna bangga terhadap sosok ibu, makna menghormati ibu, makna pengorbanan terbesar adalah pada ibu, makna surga di telapak kaki ibu, makna berbakti kepada ibu.16 Kesamaan yang terdapat dalam penelitian tersebut dengan penelitian ini ialah sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma konstruktivis. Sementara itu yang membedakan dengan penelitian ini adalah, penelitian tersebut menggunakan teori analisis semiotika model Charles Sanders Peirce, sementara penelitian ini menggunakan model Roland Barthes. Kemudian perbedaan juga terdapat pada subjek dan objek penelitian yang diambil oleh peneliti. Alvina Malvi menemukan bahwa, terdapat representasi citra politik yang sengaja dibuat oleh pihak yang sangat penting di dalam partai politik ini. kekuatan frekuensi yang di miliki HT menjadikan partai yang mengusung dirinya bebas mempromosikan.17 Penelitian tersebut memiliki kesamaan dengan penelitian ini yakni sama-sama mengunakan pendekatan kualitatif dan bersifat deskriptif. Adapun hal yang membedakan penelitian tersebut dengan penelitian ini ialah terdapat pada, subjek dan objek yang diambil serta metode analisis yang digunakan. Penelitian tersebut menggunakan teori semiotika model Charles Sanders Peirce, sementara itu penelitian ini menggunakan model Roland Barthes. 16 Yusrina Rahma Dewi, Representasi Makna Ibu dalam Iklan Kampanye Politik (Kajian Semiotika Iklan Kampanye Politik Pilpres 2014 Aburizal Bakrie Versi “Untuk Ibu” di tvOne (Skripsi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2014). 17 Alvina Malvi, Representasi Citra Politik dalam Iklan Hanura WIN-HT bersih peduli tegas di RCTI (Skripsi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2014). 10 Nurleli menemukan bahwa, pada bagian pengantar film PK menggambarkan Islam di tengah kehidupan sosial dan politik. Sementara itu dalam bagian kisah utama film PK banyak menggambarkan tentang ketauhitan dan ajaran-ajaran Islam.18 Kesamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif dan menggunakan paradigm konstruktivis. Selain itu juga sama-sama menggunakan teori semiotika model Roland Barthes. Adapun yang membedakan ialah objek penelitian yang diambil dimana penelitian ini mengambil iklan-iklan Partai Perindo sementara penelitian tersebut mengambil Film PK. F. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pendekatan penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati.19 Penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian yang bersifat deskriptif. Menurut Kenneth D. Bailey, penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu fenomena secara detil (untuk menggambarkan apa yang terjadi).20 18 Nurleli, Representasi Islam dalam Film PK (Skripsi Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2015). 19 Robert C. Bogdan dan Steven J. Taylor, Introduction to Qualitative Research Methods: A Phenomenological Approach in The Social Science, alih bahasa Arif Furchan, Jhon Willey and Son (Surabaya: Usaha Nasional, 1992), h. 21-22. 20 Kenneth D. Bailey, Methods of Social Research (New York: Free Press, 1994) h. 40. 11 Adapun paradigma penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan paradigma konstuktivis. Paradigma konstruktivis berdasar pada pemikiran umum tentang teori-teori yang dihasilkan oleh peneliti dan teoritisi aliran konstruktivis. Menurut LittleJhon teori-teori aliran konstruktivis berdasarkan pada ide bahwa realitas bukanlah bentukan yang objektif, tetapi dikonstruksi melalui proses interaksi dalam kelompok, masyarakat, budaya.21 2. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah iklan-iklan Partai Perindo Versi Indonesia Sejahtera, Versi Orasi Hary Tanoesoedibjo, Versi Siapakah Indonesia?, dan Versi Ramadhan. Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah potongan-potongan gambar dari iklan-iklan tersebut yang merepresentasikan Islam. 3. Metode Penelitian Dalam menganalisis penelitian ini, metode analisis yang digunakan ialah teori Semiotika model Roland Barthes. Dalam semiotika model ini, sistem signifikansi terbagi ke dalam dua tingkatan, dimana denotasi merupakan sistem signifikansi tingkat pertama, sementara konotasi merupakan tingkat kedua. Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai ‘mitos’, dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu.22 21 Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 165. 22 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 71. 12 4. Tahapan Penelitian a. Pengumpulan Data 1) Observasi Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan penelitian secara teliti, serta pencatatan secara sistematis (Arikunto, 2002).23 Adapun observasi dalam penelitian ini adalah dengan melihat langsung serta mencermati setiap makna-makna yang dikemukakan pada objek penelitian. 2) Dokumentasi Dokumentasi merupakan kumpulan sejumlah besar fakta dan data tersimpan. Secara detil bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial, kliping, dokumen pemerintah atau swasta, data di server dan flashdisk, data tersimpan di website dan lain-lain.24 Adapun dalam penelitian ini, dokumentasi digunakan untuk memperkuat data, yakni dengan mencari dokumentasi berupa profil partai. Selain itu, peneliti juga mengambil dokumentasi iklan-iklan Partai Perindo dengan mengunduh video dari situs www.youtube.com. b. Pengolahan Data Dalam penelitian ini, pengolahan data dilakukan melalui 23 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik (Jakarta:Bumi Aksara, 2013), h. 143. 24 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 175. 13 beberapa tahap, yang pertama data dikelompokkan, disederhanakan dan kemudian dikemas dalam bentuk tabel.Kemudian data-data tersebut dikategorikan sesuai dengan metode analisis yang digunakan. c. Analisis Data Hasil temuan penelitian nantinya akan dikumpulkan dan ditafsir dengan model semiotika Roland Barthes. Hasil temuan juga akan dianalisis dengan menggunakan paradigma konstruktivisme untuk melihat betapa kreatifnya pengiklan dalam merepresentasikan Islam pada iklan-iklan Partai Perindo Versi Indonesia Sejahtera, Versi Orasi Hary Tanoesoedibjo, Versi Siapakah Indonesia?, dan Versi Ramadhan. G. Sistematika Penulisan Penulis memulai penulisan skripsi ini dengan pendahuluan yang penulis letakan di Bab I. Adapun pada bab pendahuluan tersebut berisikan Latar Belakang untuk menjelaskan mengapa penulis tertarik mengambil penelitian ini. Kemudian berturut-turut dilanjutkan dengan Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Kerangka Konsep, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan. Selanjutnya, selayaknya karya ilmah diperlukan kajian teoritis yang penulisan letakan di Bab II. Adapun pada bab ini penulis membahas tentang Analisis Semiotika Roland Barthes yang merupakan teori analisis yang penulis gunakan dalam penelitian ini. Kemudian penulis juga menambahkan penjelasan tentang pengertian Representasi Islam yang menjadi konsep bagi penulis. Adapun pengertian iklan juga turut penulis cantumkan dalam bab ini. 14 Sebagai gambaran umum penulis merasa perlu untuk memperjelas profil dari apa yang penulis teliti, maka penulis meletakan gambaran umum di Bab III. Adapun dalam bab ini penulis menjelaskan tentang profil Hary Tanoesoedibjo sebagai ketua umum Partai Perindo, kemudian dilanjutkan dengan Profil Partai Perindo. Adapun kemudian penulis juga mencantukan gambaran umum dari iklan-iklan Partai Perindo Versi Indonesia Sejahtera, Versi Orasi Hary Tanoesoedibjo, Versi Siapakah Indonesia?, dan Versi Ramadhan Sebagai inti skripsi ini penulis kemudian meletakan hasil analisis pada Bab IV dengan analisis semiotika model Roland Barthes dari iklan-iklan Partai Perindo Versi Indonesia Sejahtera, Versi Orasi Hary Tanoesoedibjo, Versi Siapakah Indonesia?, dan Versi Ramadhan, adapun penulis menganalisis melalui tanda-tanda verbal dan nonverbal terkait makna Denotasi, Konotasi dan Mitos. Pada bab ini penulis juga mencantumkan hasilhasil temuan yakni mengenai representasi Islam yang muncul pada iklan-iklan partai perindo tersebut. Akhirnya sebagai penutup, penulis letakan pada Bab V. Pada bab terakhir ini penulis menuliskan kesimpulan penelitian serta kritik dan saran. Dimana kritik penulis tujukan untuk partai perindo sebagai pembuat iklan, adapun saran penulis tujukan untuk partai perindo khususnya, serta bagi insan periklanan pada umumnya. BAB II KERANGKA TEORI A. Semiotika 1. Pengertian Semiotika Semiotika merupakan suatu ilmu atau metode analisis yang biasa digunakan untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah basis dari seluruh komunikasi. Manusia dengan mengunakan perantara tanda-tanda dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya.1 Dalam semiotika, suatu tanda dianggap mewakili atau menandakan sesuatu selain dirinya sendiri. Secara etimologis, kata semiotika sendiri berasal dari bahasa Yunani semeion yang berarti tanda atau seme yang berarti penafsir tanda. Semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika dan poetika. Pada masa itu, tanda masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain, contoh asap menandai adanya api.2 Adapun secara terminologis, semiotika dapat diidentifikasikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda.3 Apabila diterapkan pada tanda-tanda bahasa, maka huruf, kata, kalimat tidaklah memiliki arti pada dirinya sendiri. Tanda-tanda itu hanya mengemban arti dalam kaitannya dengan pembacanya.4 Pembaca itulah yang kemudian menghubungkan tanda dengan apa yang ditandakan sesuai dengan ketentuan dalam sistem bahasa yang bersangkutan. 1 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 15. Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 17. 3 Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 8. 4 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 17. 2 15 16 Pada dasarnya, analisis semiotika memang merupakan suatu upaya guna merasakan sesuatu yang janggal, sesuatu yang perlu dipertanyakan lebih lanjut ketika kita membaca teks atau narasi/wacana tertentu.5 Semiotika atau yang dalam istilah Barthes, semiologi pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity), memaknai hal-hal (things). Adapun memaknai dalam hal ini tidaklah dapat disamakan dengan mengkomunikasikan. Memaknai berarti bahwa setiap objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.6 Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, dan makna ialah hubungan antara suatu objek atau ide dan suatu tanda. Konsep dasar tersebut mengikat bersama seperangkat teori yang amat luas berurusan dengan simbol, bahasa, wacana, dan bentuk-bentuk non verbal, teori-teori yang menjelaskan bagaimana tanda berhubungan dengan maknanya dan bagaimana tanda disusun.7 Dengan semiotika, kita kemudian langsung akan berurusan dengan tanda-tanda. Lechte mendefinisikan semiotika sebagai teori tentang tanda dan penandaan.8 Kemudian secara lebih jelas, Segers mendefinisikan semiotika sebagai sebuah disiplin yang menyelidiki semua bentuk komunikasi yang terjadi dengan sarana signs ‘tanda-tanda’ dan berdasarkan pada sign system (code) sistem tanda.9 5 Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 8. 6 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 15. 7 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 16. 8 John Lechte, 50 Filsuf Kontemporer; dari Strukturalisme sampai Posmodernitas. Penerjemah A. Gunawan Admiranto, (Yogyakarta: Kanisius, 2001), h. 191. 9 Rien T. Segers, Evaluasi Teks Sastra. Penerjemah Suminto A. Sayuti (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2000), h. 4. 17 Dari beberapa pengertian diatas dapat kita lihat bahwa para ahli memandang semiotika sebagai ilmu atau proses yang berhubungan dengan tanda. Intinya semiotika menaruh perhatian pada apapun yang dapat dinyatakan sebagai tanda yang tentunya membawa makna ataupun mewakili hal lain selain dirinya. 2. Semiotika Roland Barthes Roland Barthes dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis yang rajin mempraktikan model linguistik dan semiologi Saussurean. Barthes juga dikenal sebagai intelektual dan kritikus sastra Prancis yang ternama; eksponen penerapan strukturalisme dan semiotika pada studi sastra. Bertens kemudian menyebutnya sebagai tokoh yang memainkan peranan sentral dalam strukturalisme tahun 1960-an dan 70-an.10 Barthes berpendapat bahwa bahasa adalah sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu. Ia mengajukan pandangan ini dalam Writing Degree Zero (1953; terj. Inggris 1977) dan Critical Essays (1964; terj, Inggris 1972).11 Barthes telah banyak menulis buku, yang beberapa diantaranya telah menjadi bahan rujukan penting untuk studi semiotika di Indonesia. Salah satunya berjudul Mytologies (Mitologi-Mitologi) (1957) yang banyak mendapat sorotan. Dalam karyanya ini, ia menganalisis data cultural yang dikenal umum seperti balap sepeda Tour de France, reklame dalam surat kabar dan lain-lain sebagai gejala masyarakat borjuis.12 10 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 63. Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 63. 12 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 64. 11 18 Sebagai kunci dari analisisnya, Barthes melontarkan konsep tentang konotasi dan denotasi. Barthes menggunakan versi yang jauh lebih sederhana ketika membahas glossematic sign (tanda-tanda glosematic). Mengabaikan dimensi dari bentuk dan substansi, Barthes mendefinisikan sebuah tanda (sign) sebagai sebuah sistem yang terdiri dari (E) sebuah ekspresi atau signifier dalam hubungannya (R) dengan content (atau signified) (C): ERC.13 Sebuah sistem data primer (primary sign system) dapat menjadi sebuah elemen dari dari sebuah sistem tanda yang lebih lengkap dan memiliki makna yang berbeda ketimbang semula. E2 = (E1R1C1 ) R2 C214 Dengan begitu, primary sign merupakan denotative sementara secondary sign merupakan salah satu dari connotative semiotics. Konsep konotatif inilah yang kemudian menjadi kunci penting dari model semiotika Roland Barthes. Adapun Barthes kemudian menciptakan peta tentang bagaimana tanda bekerja.15 Tabel 2.1. Peta Tanda Roland Barthes 1. Signifier (Penanda) 2. Signified (Petanda) 3. Denotative Sign (Tanda Denotatif) 4. Connotative Signifier (Penanda Konotatif) 5. Connotative Signified (Petanda Konotatif) 6. Connotative Sign (Tanda Konotatif) 13 Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi,(Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 21. 14 Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi,(Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 21. 15 Paul Cobley dan Litza Jansz, Introducing Semiotics (New York: Totem Books, 1999) h. 51. 19 Fiske kemudian menyebut model ini sebagai signifikansi dua tahap.16 Melalui model ini, Barthes menjelaskan bahwa signifikansi tahap pertama merupakan hubungan antara siginifier (ekspresi) dan signified (content) dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Inilah yang disebut Barthes sebagai denotasi yaitu makna paling nyata dari suatu tanda (sign). Dalam pengertian umum, denotasi biasanya dimengerti sebagai makna harfiah, makna yang sesungguhnya, bahkan kadang kala juga dirancukan dengan referensi atau acuan. Proses signifikansi yang secara tradisional disebut sebagai denotasi ini biasanya mengacu kepada penggunaan bahasa dengan arti yang sesuai dengan apa yang terucap.17 Adapun konotasi merupakan istilah yang digunakan oleh Barthes guna menunjukan signifikansi tahap kedua. Konotasi menunjukan adanya interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaaan atau emosi pembaca serta nilai-nilai kebudayaannya. Konotasi memiliki makna yang subjektif atau setidaknya intersubjektif.18 Dengan demikian dapat kita pahami bahwa, denotasi merupakan apa yang digambarkan tanda terhadap sebuah objek, sementara konotasi adalah bagaimana cara menggambarkannya. Konotasi bekerja dalam tingkat subjektif sehingga kehadirannya tidak disadari. Pembaca mudah sekali membaca makna konotatif sebagai 16 John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 140. Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 70. 18 Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 21. 17 20 fakta denotatif.19 Inilah yang juga menjadi salah satu tujuan dari analisis semiotika, yakni untuk menyediakan metode analisis, kerangka berpikir, sekaligus mengatasi terjadinya kesalahan baca atau kesalahan dalam mengartikan makna suatu tanda. Pada signifikansi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos. Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. Mitos merupakan produk kelas sosial yang sudah mempunyai suatu dominasi.20 Mitos merupakan suatu wahana dimana suatu ideologi berwujud. Mitos dapat berangkai menjadi mitologi yang memainkan peranan penting dalam kesatuan-kesatuan budaya.21 Adapun Umar Junus berangapan bahwa, mitos tidak dibentuk melalui penyelidikan, akan tetapi melalui anggapan berdasarkan observasi kasar yang digeneralisasikan oleh karenanya lebih banyak hidup dalam masyarakat.22 Mitos mungkin hidup dalam ‘gosip’ kemudian ia mungkin dibuktikan dengan tindakan nyata. Sikap kita terhadap sesuatu ditentukan oleh mitos yang ada dalam diri kita. Mitos ini menyebabkan kita mempunyai prasangka tertentu terhadap suatu hal yang dinyatakan dalam mitos.23 Dari beberapa penjelasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa denotasi merupakan makna harifiah atau makna sesungguhnya yang pada 19 Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 22. 20 Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 21. 21 Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 22. 22 Umar Junus, Mitos dan Komunikasi (Jakarta: Sinar Harapan, 1981), h. 74. 23 Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 23. dan Skripsi dan Skripsi dan Skripsi dan Skripsi 21 dasarnya meliputi hal-hal yang ditunjuk oleh kata-kata. Konotasi adalah suatu jenis makna dimana stimulus dan respon mengandung nilai-nilai emosional. Sementara itu, mitos merupakan makna yang berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu. B. Representasi Islam Representasi merupakan kegunaan dari tanda. Marcel Danesi mendefinisikannya sebagai aktivitas pembentukan ilmu pengetahuan yang dimungkinkan kapasitas otak untuk dilakukan oleh semua manusia. Lebih jauh Danesi kemudian mencontohkan representasi dengan sebuah konstruksi X yang dapat mewakilkan atau memberikan suatu bentuk kepada suatu materiil atau konsep tentang Y.24 Representasi dapat didefinisikan lebih jelasnya sebagai penggunaan tanda (gambar, bunyi, dan lain-lain) unuk menghubungkan, menggambarkan, memotret, atau mereproduksi sesuatu yang dilihat, diindera, dibayangkan, atau dirasakan dalam bentuk fisik tertentu. Sebagai contoh misalnya konsep sex diwakili atau ditandai oleh gambar sepasang sejoli yang sedang berciuman romantis.25 Stuart Hall, sebagaimana dikutip oleh Indiwan Seto mengemukakan dua proses representasi. Pertama, representasi mental yaitu konsep tentang sesuatu yang ada di kepala kita masing-masing. Representasi mental masih merupakan sesuatu yang abstrak. Kedua, bahasa, yang berperan penting dalam proses konstruksi makna.26 24 Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 24. Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 25. 26 Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 148. 25 22 Konsep abstrak yang telah ada dalam pikiran kita haruslah diterjemahkan dalam bahasa yang lazim. Hal ini perlu dilakukan agar kita mampu menghubungkan konsep dan ide-ide kita tentang sesuatu dengan tanda dari simbol-simbol tertentu. John Fiske, merumuskan representasi melalui tiga proses, diantaranya realitas, representasi, dan ideologi.27 Pertama, realitas, dalam proses ini peristiwa atau ide dikonstruksi sebagai realitas oleh media dalam bentuk bahasa gambar ini umumnya behubungan dengan aspek seperti pakaian, lingkungan, ucapan ekspresi dan lain-lain.28 Kedua, representasi, dalam proses ini realitas digambarkan dalam perangkat-perangkat teknis, seperti bahasa tulis, gambar, grafik, animasi, dan lain-lain. Ketiga, tahap ideologis, dalam proses ini peristiwa-peristiwa dihubungkan dan diorganisasikan ke dalam konvensi-konvensi yang diterima secara ideologis. Bagaimana kode-kode representasi dihubungkan dan diorganisasikan ke dalam koherensi sosial atau kepercayaan dominan yang ada dalam masyarakat.29 Islam merupakan agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan nabi dan rasul paling akhir, untuk menjadi petunjuk atau pedoman hidup bagi seluruh manusia hingga akhir zaman. Kata “Islam” berasal dari bahasa Arab: “SLM” (Sin, Lam, Mim) yang artinya antara lain: Damai, Suci, Patuh dan taat (tidak pernah membantah).30 27 John Fiske, Television Culture, (London: Routledge, 1987), h. 5. Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 149. 29 Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 149. 30 Hammudah Abdalati, Islam Suatu Kepastian (Jakarta: Media Da’wah, 1983), h.13. 28 23 Dalam pengertian agama, kata Islam berarti kepatuhan kepada kehendak dan kemauan Allah SWT serta taat kepada hukum-Nya. Hubungan antara pengertian menurut kata dasar dan pengertian menurut agama erat dan nyata sekali, yaitu: “Hanya dengan kepatuhan kepada kehendak Allah dan tunduk kepada hukum-hukum-Nya seseorang dapat mencapai kedamaian yang sesungguhnya dan memperoleh kesucian yang abadi”.31 Nama Islam yang berasal dari kata salama yang terutama berarti ‘damai’ tertulis dalam Al Quran Surat al-Anfal ayat 61 yang berbunyi: Artinya: “Dan jika mereka condong kepada perdamaian, Maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah.Sesungguhnya Dialah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”32 Dalam ayat diatas dapat kita lihat bahwa kata ‘salm’ berarti damai atau perdamaian. Kata Islam yang dipergunakan menjadi nama dari ajaran Allah itu justru menunjukan esensi atau inti dan isi ajaran itu. Inti pengertian dari kata islam adalah masuk ke dalam serasi, cocok, dan damai.33 Hal tersebut kemudian menjadi salah satu makna serta ciri utama dari Islam, yakni bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa umat manusia pada perdamaian. Adapun para pengikutnya ialah mereka yang membina dirinya sebagai sosok seseorang yang cinta pada kedamaian. Serta senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT. Islam bukanlah agama yang didasarkan pada pribadi penyebarnya, melainkan pada Tuhan. Muhammad hanyalah orang yang terpilih untuk Hammudah Abdalati, Islam Suatu Kepastian (Jakarta: Media Da’wah, 1983), h.13. Terjemahan diambil dari Al Quran Digital Versi 2.0 33 Akmal Hawi, Dasar-Dasar Studi Islam (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2014), 31 32 h. 3. 24 menyampaikan petunjuknya.34 Tugas Rasulullah Muhammad SAW hanyalah untuk menyampaikan ajaran, menerangkan dan mencontohkan bagaimana caranya mempraktikkan isi ajaran Allah SWT. Adapun mereka yang mengikuti ajaran Islam dinamakan Muslim. Islam adalah pengabdian kepada Allah SWT, hendaklah penganutnya mematuhi hukum-hukum Nya. Ini tak berarti menghilangkan kemerdekaan pribadi atau berserah diri tanpa ikhtiar. Setiap orang yang berfikir atau percaya, secara langsung tentu mengerti apa yang dimaksud dengan pengertian ‘Islam’. Arti ketuhanan dalam Islam adalah memberikan pengarahan untuk menjadikan manusia sebagai suatu ciptaan-Nya yang terbaik, yakni lengkap dengan akal budi sempurna.35 Manusia adalah makhluk yang terpilih dan dilengkapi dengan akal dan kekuatan untuk membuat pilihan. Karena manusia memiliki kekuatan akal dan kekuatan untuk menentukan pilihan, maka ia ditunjuk untuk patuh kepada kehendak-kehendak Allah serta patuh kepada hukum-hukum Nya. Bila ia memilih kepatuhan kepada hukum Allah SWT, maka ia akan berhasil menciptakan keharmonisan dan kesejahteraan antara dirinya sendiri dan seluruh unsur alam yang lain yang mempunyai kewajiban untuk patuh kepada Allah SWT. Tapi bila ia memilih untuk mengingkari Allah SWT ia akan terjerumus kepada jalan yang salah. Selain itu ia akan celaka dan akan mendapat hukuman dari sang pencipta hukum itu.36 Dengan melihat penjelasan tentang Islam di atas dapat kita simpulkan bahwa Islam merupakan agama yang membawa umat manusia pada 34 S.H. Nasr, Islam Dalam Cita dan Fakta (Jakarta: PT. Panca Gemilang Indah, 1983), 35 Hammudah Abdalati, Islam Suatu Kepastian (Jakarta: Media Da’wah, 1983), h. 17. Hammudah Abdalati, Islam Suatu Kepastian (Jakarta: Media Da’wah, 1983), h.17. h. 3. 36 25 perdamaian. Islam juga mengajarkan pada penganutnya tentang kepatuhan kepada Allah SWT. Hanya dengan kepatuhan kepada kehendak Allah dan tunduk kepada hukum-hukum-Nya seseorang dapat mencapai kedamaian yang sesungguhnya dan memperoleh kesucian yang abadi. Berdasarkan penjabaran mengenai representasi dan Islam diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa yang dimaksud representasi Islam ialah bagaimana agama yang diwahyukan oleh Allah SWT dan agama yang dikenal senantiasa membawa umat manusia pada perdamaian tersebut kemudian digambarkan, diimajinasikan atau dimaknai melalui tanda-tanda tertentu dalam suatu objek. C. Iklan 1. Pengertian Iklan Iklan atau advertising dapat didefinisikan sebagai “any paid form of non personal communication about an organization, product, service, or idea by an identified sponsor” (setiap bentuk komunikasi nonpersonal mengenai suatu organisasi, produk, servis, atau ide yang dibayar oleh satu sponsor yang diketahui).37 Adapun maksud dari kata nonpersonal berarti suatu iklan melibatkan media massa (TV, radio, majalah, koran) yang mampu mengirimkan pesan kepada sejumlah besar kelompok individu pada saat bersamaan. Dengan demikian sifat nonpersonal iklan berarti pada umumnya tidak tersedia kesempatan untuk mendapatkan umpan balik yang segera dari penerima pesan (kecuali dalam hal direct response advertising).38 37 Morissan, Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 17. 38 Morissan, Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 18. 26 Oleh karena itu, sebelum pesan iklan dikirimkan pemasang iklan harus betul-betul mempertimbangkan bagaimana audiensi akan menginterpretasikan dan memberikan respons terhadap pesan iklan yang dimaksud. Sebagai salah satu bentuk komunikasi, Iklan banyak berhubungan dengan bagaimana pesan-pesan promosi disampaikan. Frank Jefkins mengatakan “Iklan adalah sesuatu yang bertujuan untuk membuat kita mengetahui apa yang ingin kita jual ataupun beli”.39 Dari definisi tersebut dapat kita lihat bahwa pada hakikatnya iklan merupakan suatu cara penyampaian tentang sesuatu yang ingin dijual atau dibeli. Sementara itu, Wells, Burnett dan Mortaty seperti dikutip oleh Indiwan Seto mendefinisikan iklan sebagai suatu bentuk komunikasi yang dibayar oleh non personal dari sponsor yang dikenal dengan menggunakan media massa untuk mengajak atau mempengaruhi khalayak.40 Iklan merupakan suatu kegiatan yang digunakan untuk mempersuasi konsumen oleh sejumlah atau suatu institusi bukan personal. Dalam definisi ini dapat kita lihat bahwa iklan merupakan suatu pengisi media massa, karena iklan haruslah menggunakan media yang spesifik untuk dapat menerpa orang banyak. Adapun iklan dipandang sebagai salah satu bentuk promosi yang paling dikenal dan paling banyak dibahas orang, hal ini dimungkinkan karena daya jangkauannya yang luas. Iklan di media massa dapat digunakan untuk menciptakan citra merek dan daya tarik simbolis bagi suatu perusahaan atau institusi. 39 Frank Jefkins, Advertising Today (London: International Textbook Co., 1976), h. 5. Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 151. 40 27 2. Iklan Politik Lynda Lee Kaid mendefinisikan iklan politik sebagai proses komunikasi dimana sebuah sumber (kandidat atau partai politik), mengambil kesempatan untuk menunjukan pesan-pesan politik mereka melalui saluran media massa dalam rangka mempengaruhi sikap, kepercayaan, dan perilaku politik khalayak.41 Penelitian di barat tentang iklan politik di televisi menemukan bahwa iklan mempengaruhi kandidat untuk belajar bagaimana calon pemilih mereka, membantu mereka untuk mengidentifikasi prioritas, dan mempengaruhi standar penilaian dan atribusi dari kesalahan. Iklan politik di televisi telah menempati posisi penting dalam studi komunikasi politik.42 Perlof dan Kinsey sebagaimana dikutip oleh Gun Gun Heryanto dan Shulhan Rumaru, menyebutkan bahwa konsultan percaya seorang kandidat umumnya harus menghabiskan sebagian dana kampanyenya pada iklan televisi. Hal ini tentu saja mengasumsikan bahwa kampanye cukup besar, bahkan untuk mempertimbangkan penggunaan televisi.43 Konten dan pesan yang terdapat dalam iklan politik, tentunya bermuatan tentang politik. Muatan pesan dalam iklan politik meliputi informasi visi-misi politik, jargon, platform, program politik, serta fungsi produk yang disampaikan.Iklan tersebut tentu memiliki fungsi persuasif 41 Lynda Lee Kaid, Handbook of Political Communications Research (New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, 2004), h. 156. 42 Gun Gun Heryanto dan Shulhan Rumaru,Komunikasi Politik Sebuah Pengantar (Bogor: PT Ghalia Indonesia, 2013), h. 40. 43 Gun Gun Heryanto dan Shulhan Rumaru,Komunikasi Politik Sebuah Pengantar (Bogor: PT Ghalia Indonesia, 2013), h. 40. 28 yang amat kuat, karena media elektronik seperti televisi misalnya hadir dengan kekuatan audio visual yang dahsyat dari segi interaksi. Beriklan melalui media massa tentu mampu menjangkau khalayak yang sangat luas dengan pesan sederhana yang memungkinkan penerima memahami produk yang diinformasikan, fungsinya, dan hubungannya dengan setiap produk sejenis yang lain. Sederhananya, Gun Gun Heryanto dan Shulhan Rumaru menyebutkan bahwa iklan mampu membujuk khalayak untuk melewati beberapa tahapan dalam menerima informasi, diantaranya tahap ketertarikan, pemahaman, penyadaran terhadap produk, pembentukan opini, dan tahap pengambilan keputusan secara rasional untuk memilih suatu partai politik.44 3. Kekuatan dan Kelemahan Iklan Televisi Televisi sebagai salah satu media massa tentu memiliki kekuatan dan kelemahannya sendiri dalam menjalan kan tugasnya sebagai media penyampai pesan. Iklan televisi yang tentunya disiarkan melalui media televisi juga mampu menerima pengaruh dari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh media televise. Berikut merupakan kekuatan dan kelemahan iklan televisi. a. Kekuatan Iklan Televisi 1) Daya Jangkau Luas Penetrasi televisi saat ini sudah sangat luas, khususnya televisi yang bersiaran secara nasional. Daya jangkau siaran yang luas 44 ini memungkinkan pemasar memperkenalkan dan Gun Gun Heryanto dan Shulhan Rumaru, Komunikasi Politik Sebuah Pengantar (Bogor: PT Ghalia Indonesia, 2013), h. 40. 29 mempromosikan produk barunya secara serentak dalam wilayah yang luas bahkan ke seluruh wilayah suatu negara. 45 Karena jangkauannya yang luas televisi menjadi media ideal untuk mengiklankan berbagai produk. 2) Selektivitas dan Fleksibilitas Selektivitas memungkinkan televisi menyasar langsung pada kelompok audiensi tertentu. Stasiun televisi dapat menayangkan program siaran yang mampu menarik perhatian kelompok audiensi tertentu yang menjadi target promosi suatu produk tertentu. Selain itu siaran iklan di televisi menurut WillisAldridge memiliki fleksibilitas yang memungkinakn penyesuaian terhadap kebutuhan dan kepentingan khusus.Dalam hal ini pemasang iklan dapat membuat variasi isei pesan iklan yang disesuaikan dengan kebutuhan atau karakteristik wilayah setempat.46 3) Fokus Perhatian Siaran iklan televisi akan selalu menjadi pusat perhatian audiensi pada saat iklan ditayangkan. Jika audiensi tidak memindahkan saluran, maka ia harus menyaksikan tayangan iklan televisi itu satu per satu.47 45 Morissan, Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 241. 46 Morissan, Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 242. 47 Morissan, Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 242. 30 4) Kreativitas dan Efek Televisi merupakan media iklan yang paling efektif karena dapat menunjukan cara bekerja suatu produk pada saat digunakan. Selain itu pemasang iklan juga terkadang ingin menekankan pada aspek hiburan dalam iklan yang ditayangkan dan tidak ingin menunjukan aspek komerseial yang mencolok.48 5) Prestise Perusahaan yang mengiklankan produknya di televisi biasanya akan menjadi sangat dikenal rang. Baik perusahaan atau lembaga yang memproduksi barang tersebut maupun barangnya itu sendiri akan menerima status khusus dari masyarakat.49 6) Waktu Tertentu Suatu produk dapat diiklankan di televisi pada waktu-waktu tertentu ketika pembeli potensialnya berada di depan televisi. Sehingga pemasang iklan akan menghindari waktu-waktu tertentu pada saat konsumen mereka tidak menonton televisi.50 b. Kelemahan Iklan Televisi 1) Biaya Mahal Walaupun televisi diakui sebagai media yang efisien dalam menjangkau audiensi dalam jumlah besar namun televisi 48 Morissan, Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h 242. 49 Morissan, Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 243. 50 Morissan, Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 243. 31 merupakan media paling mahal untuk beriklan.Adapun biaya yang dikenakan kepada pemasang iklan televisi dihitung berdasarkan detik.51 2) Informasi Terbatas Dengan durasi iklan yang rata-rata hanya 30 detik dalam sekali tayang, maka pemasang iklan tidak memiliki cukup waktu untuk secara leluasa memberikan informasi yang lengkap.52 3) Selektivitas Terbatas Pemasang iklan televisi memang masih dapat membidik target audiensi tertentu melalui berbagai jenis program yang ditayangkan, namun demikian televisi belum mampu menandingi radio, surat kabar, dan majalah dalam menjangkau segmen audiensi secara lebih khusus.53 4) Penghindaran Kelemahan lain iklan televisi ialah kecenderungan audiensi untuk menghindari pada saat iklan ditayangkan. Penelitian menunjukan bahwa audiensi menggunakan kesempatan penayangan iklan untuk melakukan pekerjaan lain misalnya ke kamar mandi, mengobrol, hingga memindahkan saluran (zapping).54 51 Morissan, Periklanan: Media Group, 2010), h. 244. 52 Morissan, Periklanan: Media Group, 2010), h. 244. 53 Morissan, Periklanan: Media Group, 2010), h. 245. 54 Morissan, Periklanan: Media Group, 2010), h. 246. Komunikasi Pemasaran Terpadu (Jakarta: Kencana Prenada Komunikasi Pemasaran Terpadu (Jakarta: Kencana Prenada Komunikasi Pemasaran Terpadu (Jakarta: Kencana Prenada Komunikasi Pemasaran Terpadu (Jakarta: Kencana Prenada 32 5) Tempat Terbatas Berbeda dengan media cetak, Stasiun televisi tidak dapat seenaknya memperpanjang waktu siaran iklan dalam suatu program.55 4. Iklan Televisi Sebagai Konstruksi Realitas Sosial dalam Media Dalam dunia pertelevisian, sistem teknologi telah menguasai jalan pikiran masyarakat, televisi menguasai pikiran-pikiran manusia dengan cara membangun teater dalam pikiran manusia (theater of mind), sebagaimana gambaran realistis dalam iklan televisi. Iklan-iklan yang terdapat di televisi biasa dibuat dengan berisikan adegan-adegan yang mengagumkan serta mampu membawa pemirsanya kepada kesan dunia lain yang maha dahsyat.56 Realitas iklan televisi merupakan gambaran terhadap sebuah dunia yang hanya ada dalam televisi. Realitas itu dibangun berdasarkan pada penggambaran realitas seorang copywriter dan visualiser tentang dunia atau citra produk yang diinginkannya. Ketika televisi dimatikan penggambaran realitas dalam media tersebut kemudian hidup dalam pikiran manusia. Bahkan penggambaran tersebut mengalami distorsi yang mampu menciptakan cerita realitas lain yang terus menerus hidup dalam pikiran tersebut.57 Dalam membangun sebuah realitas, kemampuan seorang copywriter dan visualiser, juga dipengaruhi oleh klien, lingkungan 55 Morissan, Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 246. 56 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 221. 57 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 222. 33 mereka, budaya, pandangan terhadap produk, pengetahuan tentang dunia periklanan, keahlian teknologi dan lainnya. Penciptaan realitas tersebut menggunakan satu model produksi yang oleh Baudrillard disebutnya dengan simulasi, yaitu penciptaan model-model nyata yang tanpa asal-usul atau realitas awal. Hal ini olehnya disebut (hiper reality). Melalui model simulasi, manusia dijebak di dalam satu ruang, yang disadari-nya sebagai nyata, meskipun sesungguhnya semu, maya, atau khalayan belaka.58 Lebih dalam Piliang mengungkapkan bahwa, ruang realitas semu itu dapat digambarkan melalui analogi peta. Bila di dalam suatu ruang nyata sebuah peta merupakan representasi dari sebuah territorial, maka di dalam model simulasi, petalah yang mendahului teritorial. Realitas (teritorial) sosial, kebudayaan, atau politik, kini dibangun berdasarkan model-model (peta) fantasi yang ditawarkan televisi, iklan, bintangbintang layar perak, sinetron, atau tokoh-tokoh kartun.59 Wacana simulasi adalah ruang pengetahuan yang dikonstruksikan oleh iklan televisi, dimana manusia mendiami suatu ruang realitas, dimana perbedaan antara yang nyata dan fantasi, atau yang benar dengan yang palsu menjadi sangat tipis. Manusia hidup dalam dunia maya dan khayal televisi dan informasi lebih nyata dari pengetahuan sejarah dan etika, namun sama-sama membentuk sikap manusia.60 Iklan sebagai bentuk komunikasi pemasaran, harus bisa menyampaikan tujuan-tujuan pemasaran kepada khalayaknya. Yakni, 58 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 223. 59 Yasraf Amir Piliang, Sebuah Dunia yang Dilipat, Realitas Kebudayaan Menjelang Milenium Ketiga dan Matinya Postmodernisme (Bandung: Mizan, 1998), h. 228. 60 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 224. 34 dengan menonjolkan hal-hal baik serta nilai guna yang dimiliki suatu produk dan sebaliknya, sebisa mungkin iklan menutupi keburukan dari suatu produk tersebut. Pesan iklan yang dekat dengan konsumen tentu akan lebih diterima konsumen. Dalam konstruksi pesannya, iklan berusaha menghadirkan figur-figur tertentu yang dekat dengan konsumen. Iklan juga berusaha menggambarkan konstruksi pasar yang dibidik olehnya. 5. Macam-Macam Shot, Sudut dan Gerak Kamera Dalam pengambilan gambar sebuah video atau film, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan. Beberapa hal utama yang harus diperhatikan dalam mengambil gambar sebuah video diantaranya ialah macam-macam shot, sudut pengambilan gambar serta gerak kamera. Ketiga hal tersebut perlu diperhatikan guna menemukan bagaimana shot yang tepat sehingga mampu menimbulkan kesan tersendiri di dalamnya. Selain itu hal-hal tersebut juga mampu menunjukan tingkat emosi, situasi, dan kondisi dari suatu objek. Berikut merupakan penjelasan ketiga hal tersebut. a. Jenis Shot 1) Extreme Close Up (ECU), merupakan pengambilan gambar sangat dekat sekali, sampai pori-pori kulit pun terlihat. Memperlihatkan detail suatu objek secara jelas. 2) Big Close Up (BCU), pengambilan gambar dari atas kepala hingga dagu objek. Menonjolkan objek untuk menimbulkan ekspresi tertentu. 35 3) Close Up (CU), pengambilan gambar dari tepat atas kepala sampai bawah leher. Untuk memberi gambaran objek secara jelas. 4) Medium Close Up (MCU), pengambilan gambar sebatas kepala hingga dada. Untuk menegaskan profil seseorang. 5) Medium Shot (MS), pengambilan gambar sebatas dari kepala hingga pinggang. Bertujuan untuk memperlihatkan sosok seseorang. 6) Full Shot (FS), pengambilan gambar penuh dari atas kepala hingga kaki. Memperlihatkan objek secara keseluruhan. 7) Long Shot (LS), pengambilan gambar melebihi full shot. Menunjukan objek dengan latar belakangnya. 8) One Shot (1S), pengambilan gambar satu objek. Memperlihatkan seseorang dalambingkai (in frame). 9) Two Shot (2S) pengambilan gambar dua objek. Biasanya memperlihatkan adegan dua orang sedang bercakap. 10) Group Shot (GS) pengambilan gambar sekelompok orang. Misalnya ada adegan pasukan sedang berbaris atau lainnya.61 Adapun jenis-jenis shot yang digunakan dalam iklan partai perindo Versi Indonesia Sejahtera, Versi Orasi Hary Tanoesoedibjo, Versi Siapakah Indonesia dan Versi Ramadhan ialah, Close Up, Medium Close Up, Medium Shot, Long Shot, Two Shot, dan Group Shot. b. Sudut Pengambilan Gambar 1) Frog Eye, teknik pengambilan gambar dengan ketinggian kamera Bartho B.S, “Teknik Pengambilan Gambar Video,” artikel diakses pada 13 Maret 2016 dari http://www.dumetschool.com/blog/ Teknik-Pengambilan-Gambar-Video. 61 36 sejajar dengan dasar (alas) kedudukan obyek atau dengan ketingggian yang lebih rendah dari dasar (alas) kedudukan obyek. Dengan teknik ini dihasilkan suatu pemandangan objek yang sangat besar. Biasanya terjadi distorsi perspektif berupa pengecilan ukuran subjek, sehingga menghasilkan kesan keangkuhan, keagungan, dan kekokohan. 2) Low Angle, sudut pengambilan dari arah bawah objek sehingga kesan objek jadi membesar. 3) Eye Level, sudut pengambilan gambar sejajar dengan objek. Hasilnya memperlihatkan tengkapan pandangan mata sesorang yang berdiri atau pandangan mata seseorang yang mempunyai ketinggian tubuh tepat tingginya sama dengan objek. Sering juga disebut dengan normal shot. 4) High Angle, sudut pengambilan dari atas objek sehingga kesan objek jadi mengecil. Selain itu teknik pengambilan gambar ini mempunyai kesan dramatis, yakni kesan kerdil. 5) Bird Eye, teknik pengambilan gambar yang dilakukan juru kamera dengan ketinggian kamera di atas ketinggian objek yang direkam. Hasil perekaman teknik ini memperliatkan lingkungan yang demikian luas dengan benda-benda lain yang tampak di bawah demikian kecil. 6) Slanted, ini merupakan perekaman dengan sudut tidak frontal dari depan atau frontal dari samping objek, melainkan dari sudut 45° dari objek, sehinga objek lain ikut masuk kedalam bingkai rekam. 37 7) Over Shoulder, merupakan versi close-up dari slanted shot sehingga seakan-akan objek lain di-shot dari bahu objek utama.62 Adapun sudut pengambilan gambar yang digunakan dalam iklan partai perindo Versi Indonesia Sejahtera, Versi Orasi Hary Tanoesoedibjo, Versi Siapakah Indonesia dan Versi Ramadhan ialah High Angle, Low Angle, Eye Level, Bird eye, dan Slanted. c. Gerakan Kamera 1) Panning, adalah gerakan kamera secara horizontal (posisi kamera tetap di tempat) dari kiri ke kanan atau sebaliknya. Pan Right merupakan gerak kamera mendatar dari kiri ke kanan. Sementara Pan Left merupakan gerakan kamera medatar dari kanan ke kiri. 2) Tilting, merupakan gerakan kamera sevara vertikal (posisi kamera tetap di tempat) dari atas ke bawah ataupun sebaliknya. Tilt Up merupakan gerak kamera secara vertikal dari bawah ke atas. Sementara Tilt Down merupakan gerak kamera secara vertikal dari atas ke bawah. 3) Tracking, merupakan gerakan kamera mendekati atau menhjauhi objek. Track In merupakan gerak kamera mendekati objek. Track Outmerupakan gerak kamera menjauhi objek.63 Adapun dari ketiga gerakan kamera di atas, ketiganya sama-sama digunakan dalam iklan partai perindo Versi Indonesia Sejahtera, Versi Orasi Hary Tanoesoedibjo, Versi Siapakah Indonesia dan Versi Ramadhan. Bartho B.S, “Teknik Pengambilan Gambar Video,” artikel diakses pada 13 Maret 2016 dari http://www.dumetschool.com/blog/ Teknik-Pengambilan-Gambar-Video. 63 Cecep SWP, “Jenis-Jenis Shot, Sudut dan Gerakan Kamera,” artikel diakses pada 13 Maret 2016 dari https://misteridigital.wordpress.com/ 2007/07/01/jenis-jenis-shot-sudut-dangerakan-kamera/. 62 BAB III GAMBARAN UMUM A. Profil Hary Tanoesoedibjo Bambang Hary Iswanto Tanoesoedibjo merupakan salah seorang pengusaha besar dan tokoh politik di Indonesia. Pria yang lebih dikenal dengan nama Hary Tanoesoedibjo ini lahir di Surabaya, 26 September 1965. Hary Tanoesoedibjo merupakan lulusan Master of Business Administration dari Ottawa University, Ottawa, Kanada (1989).Adapun gelar Master of Buseiness Administration hanya dicapainya dalam waktu satu tahun saja.1 Hary Tanoesoedibjo kerap kali dijuluki sebagai ‘Raja Bisnis Multimedia’ apalagi sejak dirinya mengambil alih PT Bimantara Citra Tbk pada tahun 2000 lalu. Sejak saat itu ia berambisi untuk menjadi penguasa bisnis media penyiaran dan telekomunikasi. Kini hal tersebut bukan lah sekedar ambisi, Hary Tanoesoedibjo mempunyai tiga stasiun TV swasta diantaranya, RCTI, TPI, dan Global TV, selain itu ia juga mempunyai stasiun radio Trijaya FM, serta media cetak Harian Seputar Indonesia dan majalah ekonomi. Adapun untuk media online Hary Tanoesoedibjo memiliki Okezone.com dan Sindonews.com. Seluruh media tersebut berada di bawah naungan MNC Group. Kiprah Hary Tanoesoedibjo di dunia politik dimulai sejak tahun 2011 lalu. Saat itu dirinya bergabung dengan Partai Nasdem bentukan Surya Paloh. Sejak saat itu pula namanya semakin sering muncul di televisi.2 Dua tahun berselang perpecahan internal yang terjadi dalam tubuh Partai Nasdem, membuat Hary Intelijen, “Hary Tanoesoedibjo,” artikel diakses pada 26 Mei 2016 dari https://www.intelijen.co.id/12936/. 2 Rinjani Nursafitri. “Profil Hary Tanoesoedibjo, CEO MNC Group,” artikel diakses pada 26 Mei 2016 dari http://www.orangterkayaindonesia.com/profil-hary-tanoesoedibjo-orang-superkaya-di-indonesia/. 1 38 39 Tanoesoedibjo memilih untuk mengundurkan diri dan keluar dari partai tersebut. Namun tak lama kemudian Hary Tanoesoedibjo bergabung dengan Partai Hanura. Setelah empat bulan bergabung dengan partai pimpinan Wiranto tersebut, Hary Tanoesoedibjo kemudian mendeklarasikan diri menjadi calon wakil presiden 2014 mendampingi Wiranto.3 Adapun pada 7 Februari 2015 lalu ia mendeklarasikan Partai Persatuan Indonesia (Perindo). Perindo sendiri berawal dari ormas yang terbentuk pada 24 Februari 2013. Menjadi Ketua Umum Partai Perindo, membuat Hary Tanoesoedibjo menjadi salah satu ketua umum partai yang beragama Non Muslim. Namun, Ayah Hary Tanoesoedibjo yang bernama Ahmad Tanoesoedibjo merupakan seorang Tionghoa Muslim.Beliau bahkan sempat menjabat sebagai Ketua China Muslim se-Jawa Timur dan dikenal dekat dengan mendiang Gus Dur.4 B. Profil Partai PERINDO Partai Perindo berawal dari sebuah organisasi kemasyarakatan non partisan yang dideklarasikan oleh Hary Tanoesoedibjo bersama beberapa tokoh nasional di Jakarta pada tanggal 24 Februari 2013. Perindo mendedikasikan diri pada pengembangan dan pemberdayaan masyarakat kelas bawah, tak terkecuali generasi muda dan perempuan dalam rangka mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Transformasi Partai Perindo dari bentuk organisasi kemasyarakatan menjadi partai politik, ditandai dengan turunnya Keputusan Menteri Hukum Rinjani Nursafitri. “Profil Hary Tanoesoedibjo, CEO MNC Group,” artikel diakses pada 26 Mei 2016 dari http://www.orangterkayaindonesia.com/profil-hary-tanoesoedibjo-orang-superkaya-di-indonesia/. 4 Rinjani Nursafitri. “Profil Hary Tanoesoedibjo, CEO MNC Group,” artikel diakses pada 26 Mei 2016 dari http://www.orangterkayaindonesia.com/profil-hary-tanoesoedibjo-orang-superkaya-di-indonesia/. 3 40 dan Hak Asasi Republik Indonesia Nomor: M.HH-03.AH.11.01 Tahun 2014, tanggal 8 Oktober 2014. Dengan ini partai perindo telah sah sebagai partai politik yang berbadan hukum.5 Adapun pada tanggal 7 Februari 2015 lalu, Hary Tanoesoedibjo telah mendeklarasikan Perindo sebagai partai. Platform Partai Perindo adalah mewujudkan kesejahteraan lahir batin bagi seluruh rakyat Insonesia. Bagi Perindo guna mewujudkan kesejahteraan dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat haruslah melalui suatu perubahan yang menyeluruh, sistematis, terpadu dan terarah.6 Indonesia sebagai negara kesejahteraan (welfare state) memiliki landasan ideologis dan konstitusional yang sangat kuat. Dalam mewujudkan hal tersebut, Partai Perindo berpegang pada nilai-nilai Pancasila, karena dinilai telah memenuhi lima prinsip negara kesejahteraan. Adapun partai politik sebagai salah satu pilar demokrasi dengan segala sumber daya yang dimilikinya bersama dengan kekuatan masyarakat lainnya ikut ambil peranan dalam pembangunan kesejahteraan.Dalam hal ini, Partai Perindo mengaku hadir untuk menginspirasi partai-partai politik dan kekuatan masyarakat lainnya agar lebih peka dan peduli terhadap masalah kesejahteraan, guna memenuhi kebutuhan dasar masyarakat yang masih jauh berada di bawah garis kemiskinan. Dalam masyarakat yang sejahtera, stabilitas politik dan demokrasi akan lebih mudah diwujudkan karena rasionalitas akan lebih didahulukan dari pada emosionalitas dalam menyelesaikan masalah apapun. Partai Perindo mengaku 5 Partai Perindo, “Profil Partai,” artikel diakses pada 19 Maret 2016 dari https://partaiperindo.com/?page_id=6. 6 Partai Perindo, “Profil Partai,” artikel diakses pada 19 Maret 2016 dari https://partaiperindo.com/?page_id=6. 41 setuju dengan pendapat tersebut. Perindo berkeyakinan bahwa stabilitas politik dan kualitas demokrasi di Indonesia akan terwujud apabila kebutuhan dan hak dasar rakyat terpenuhi. Berbagai tindakan koruptif juga diyakini akan menghilang seiring dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan rakyat. C. Visi Misi Partai Perindo 1. Visi Mewujudkan Indonesia yang berkemajuan, bersatu, adil, makmur, sejahtera, berdaulat, bermartabat dan berbudaya.7 2. Misi a. Mewujudkan pemerintahan yang berkeadilan, yang menjunjung tinggi nilai-nilai hukum sesuai dengan UUD 1945. b. Mewujudkan pemerintahan yang bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme untuk Indonesia yang mandiri dan bermartabat. c. Mewujudkan Indonesia yang berdaulat, bermartabat dalam rangka menjaga keutuhan NKRI. d. Menciptakan masyarakat adil, makmur, dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik indonesia. e. Menegakan hak dan kewajiban asasi manusia dan supremasi hukum yang susuai Pancasila dan UUD 1945 untuk mewujudkan keadilan dan kepastian hukum guna melindungi kehidupan rakyat, bangsa dan negara. f. Mendorong tumbuhnya ekonomi nasional yang berkontribusi langsung Partai Perindo, “Profil Partai,” artikel diakses pada 19 Maret 2016 dari https://partaiperindo.com/?page_id=6. 7 42 pada kesejahteraan warga negara Indonesia.8 D. Struktur Kepengurusan Partai Perindo Berikut merupakan susunan kepengurusan pusat Partai Perindo.Adapun data didapatkan dari situs resmi Perindo. Adapun susunan partai dapat dilihat dalam tabel berikut:9 Tabel 3.1. Struktur Pengurus DPP Perindo Majelis Persatuan Partai Ketua : HARY TANOESOEDIBJO Sekretaris : DAVID FERNANDO AUDY Anggota : HENRY SUPARMAN Anggota : LILIANA TANOESOEDIBJO Anggota : AHMAD ROFIQ Dewan Pimpinan Pusat Ketua Umum : HARY TANOESOEDIBJO Ketua Bidang Organisasi : SYAFRIL NASUTION Ketua Bidang Kader, Anggota : ARMYN GULTOM dan Saksi Ketua Bidang Litbang dan IT : SURURI ALFARUQ Ketua Bidang Politik : ARYA MAHENDRA SINULINGGA Ketua Bidang Pendidikan dan : BUDIYANTO DARMASTONO Kebudayaan Ketua Bidang Hukum dan : CHRISTOPHORUS TAUFIK Advokasi Ketua Bidang Pemberdayaan : RATIH PURNAMASARI Perempuan Ketua Bidang Sosial Ekonomi : A. WISHNU HANDOYONO Ketua Bidang Hubungan Antar : MOHAMMAD YAMIN TAWARY Lembaga 8 Partai Perindo, “Profil Partai,” artikel diakses pada 19 Maret 2016 dari https://partaiperindo.com/?page_id=6. 9 Partai Perindo, “Struktur Pengurus DPP,” artikel diakses pada 19 Maret 2016 dari https://partaiperindo.com/?page_id=6. 43 Ketua Bidang Pemuda, Pemilih : ANNA LUTHFIE pemula Sekretaris Jenderal : AHMAD ROFIQ Wakil Sekretaris Jenderal I : MUHAMMAD SOPIYAN Wakil Sekretaris Jenderal II : ABD. KHALIQ AHMAD Wakil Sekretaris Jenderal III : DONNY FERDIANSYAH Wakil Sekretaris Jenderal IV : EFFENDY SYAHPUTRA Wakil Sekretaris Jenderal V : AJUN DAMAYANTI Wakil Sekretaris Jenderal VI : SUSY MEILINA Wakil Sekretaris Jenderal VII : ANGELA HERLIANI TANOESOEDIBJO Wakil Sekretaris Jenderal VIII : HENDRIKKAWILARANG LUNTUNGAN Wakil Sekretaris Jenderal IX : DEBORA DEBBY WAGE Wakil Sekretaris Jenderal X : R. FATHOR RAHMAN Wakil Sekretaris Jenderal XI : MUHAMMAD AMIN Bendahara Umum : HENRY SUPARMAN Bendahara I : STIEN MARIA SCHOUTEN Bendahara II : THE JENNY Bendahara III : EVA MUTIA Bendahara IV : ANDI CAKRA WAHYUDI Mahkamah Partai Ketua : SYAFRIL NASUTION Sekretaris : CHRISTOPHORUS TAUFIK Anggota : a. ARMYN GULTOM b. M. BUDI RUSTANTO c. AGUS MULYANTO E. Iklan-Iklan Partai Perindo 1. Versi Indonesia Sejahtera Iklan Partai Perindo Versi Indonesia Sejahtera, merupakan iklan yang memiliki durasi 29 detik. Iklan ini menggambarkan visi dan misi Partai 44 Perindo yang dinarasikan dengan cukup lugas. Gambar video yang terdapat dalam iklan ini cukup padat. Banyak sekali keragaman bangsa Indonesia yang divisualisasikan dalam iklan ini. Mulai dari keragaman suku, budaya, agama, profesi dan lain sebagainya. Pada bagian awal digambarkan bendera Partai Perindo yang dikibarkan bersebelahan dengan Bendera Indonesia. Selain itu juga digambarkan banyak orang dengan beragam penampilan mengibarkan berndera Indonesia. Bagian ini diperkuat dengan narasi “Partai Perindo lahir untuk berjuang”. Berikutnya dalam iklan ini divisualisasilam gambar anak-anak sekolah dengan narasi “Cita-cita kemerdekaan yang belum terwujud”. Berikutnya digambarkan sekelompok orang dengan busana dari berbagai latar belakang yang saling berpegangan disertai dengan narasi “Marilah bergandeng tangan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa”. Selanjutnya, sosok Hary Tanoesoedibjo beserta Liliana Tanoesoedibjo di munculkan dengan narasi “Membangun negeri ke depan, Indonesia yang kita cintai”. Adapun pada bagian akhir, berbagai infrastruktur negara digambarkan dengan narasi “Menjadikan Indonesia negara maju, Indonesia yang berdaulat adil dan makmur”. Iklan ini kemudian ditutup dengan gerombolan orang dengan berbagai busana berteriak, “Partai Perindo untuk Indonesia Sejahtera”. 2. Versi Orasi Hary Tanoesoedibjo Pada iklan ini divisualisasikan Hary Tanoesoedibjo yang sedang berpidato di depan para kader serta pendukung Partai Perindo. Visual 45 tersebut merupakan gambar video yang diambil dalam acara deklarasi Partai Perindo. Adapun narasi yang disampaikan oleh Hary Tanoesoedibjo dalam iklan tersebut berisikan tentang platform Partai Perindo sebagai partai baru di Indonesia. Selain memvisualisasikan pidato Hary Tanoesodibjo, dalam iklan berdurasi 57 detik tersebut, terdapat pula berbagai visual tentang gambaran masyarakat Indonesia. Baik profesi, budaya, serta golongan masyarakat turut digambarkan dalam iklan tersebut. Adapun narasi yang digunakan dalam iklan tersebut merupakan teks pidato Hary Tanoesoedibjo dalam deklarasi partai yang berisikan sebagai berikut: “Agar Indonesia dapat menjadi negara maju, diperlukan pertumbuhan yang lebih pesat lagi. Namun juga pada saat yang bersamaan menyentuh dan memberikan manfaat bagi masyarakat golongan ekonomi lemah, yang pada umumnya adalah, UMKM, petani, para nelayan, serta buruh dan pengangguran, serta beberapa kelompok profesi lainnya, seperti guru dan lain-lain. Kita selama ini terfokus pada pertumbuhan ekonomi makro dan kurang memperhatikan distribusi atas pertumbuhan tersebut.Kita semua tentunya ingin rakyat Indonesia memiliki kualitas hidup yang layak dan bermartabat. Partai Perindo, untuk Indonesia sejahtera.” 3. Versi Siapakah Indonesia? Iklan Partai Perindo yang berdurasi 59 detik ini, coba mengambarkan siapakah mereka yang layak disebut Indonesia. Visual yang muncul pertama dalam iklan ini ialah sebuah tulisan dan narasi yang berbunyi 46 ‘Siapakah Indonesia?’ yang kemudian disusul dengan barisan orang dengan pakaian adat yang mewakili beberapa suku diantaranya Jawa, Dayak, dan Papua. Kemudian diikuti dengan tulisan dan teks berbunyi ‘atau lebih dari 300 suku lainya’. Setelah itu masuk visual orang yang berpakaian mencirikan beberapa Agama atau kepercayaan yang ada di Indonesia diantaranya Islam, Katolik, Kristen, Budha, Hindu, dan Kong Hu Cu yang kemudian disusul dengan narasi berbunyi ‘dan aliran kepercayaan lainya’. Berikutnya, terdapat juga visual yang mengambarkan orang berpakaian rapih dan sederhana yang mencirikan strata ekonomi. Terakhir semua itu disusul dengan visual Hary Tanoesoedibjo yang sedang menyambangi masyarakat dangan narasi ‘mereka yang tulus hati mencintai negeri ini mereka yang terus berjuang bertindak secara nyata, menyejahterakan indonesia’.Serta ditutup dengan lambang Partai Perindo dengan narasi ‘Perindo untuk Indonesia sejahtera’. 4. Versi Ramadhan Iklan ini diluncurkan dalam rangka menyambut bulan Ramadhan 1436 H/2015 M. Adapun nuansa Islam dalam iklan berdurasi 29 detik ini cukup dominan. Dalam iklan tersebut divisualisasikan, Hary Tanoesoedibjo Ketua Umum Partai Perindo dan Liliana Tanoesoedibjo berdiri di depan latar masjid yang mirip dengan arsitektur Masjid Sheikh Zayed di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab dengan pakaian yang mencirikan Islam di Indonesia. Hary Tanoesoedibjo mengatakan ‘Ramadhan bulan yang penuh 47 berkah saatnya kita semua memanfaatkan momen ini dengan meningkatkan ibadah dan ketaqwaan, memperbaiki diri agar bangsa dan negeri ini menuju masyarakat adil, damai, dan sejahtera’. Berikutnya disusul dengan ucapan selamat menunaikan Ibadah Puasa dari Partai Perindo yang diwakili oleh Hary Tanoesoedibjo. Kemudian iklan tersebut ditutup dengan jejeran beberapa artis di Indonesia diantaranya Dude Herlino, Alysa Soebandono, Ayu Tingting, Donita dan Adi Nugroho. Kelimanya menyampaikan doa untuk Indonesia pada Ramadhan tersebut. BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Semiotika Scene Representasi Islam Iklan sebagai bentuk komunikasi pemasaran, harus bisa menyampaikan tujuan-tujuan pemasaran kepada khalayaknya. Iklan politik yang merupakan suatu proses komunikasi dari kandidat atau partai politik kepada khalayaknya yang bertujuan untuk mengekspos komunikan melalui saluran media massa dari pesan-pesan politik dalam rangka mempengaruhi sikap, dan perilaku politik khalayak. Pesan iklan yang dekat dengan konsumen tentu akan lebih diterima konsumen. Dalam konstruksi pesannya, iklan berusaha menghadirkan figurfigur tertentu yang dekat dengan konsumen.Iklan juga berusaha menggambarkan konstruksi pasar yang dibidik olehnya. Partai Perindo yang dipimpin oleh Hary Tanoesoedibjo pada tahun 2015 lalu meluncurkan beberapa iklannya yang beberapa diantaranya ialah, Versi Indonesia sejahtera, Versi Orasi Hary Tanoesoedibjo, Versi Siapakah Indonesia, dan Versi Ramadhan. Dalam penelitian ini, iklan tersebut akan dibedah melalui teori semiotika model Roland Barthes. Karena peneliti ingin melihat bagaimana Islam direpresentasikan dalam iklan-iklan tersebut, maka peneliti hanya akan mengambil scene-scene yang menggambarkan Islam dalam iklan-iklan Partai Perindo tersebut. 1. Versi Indonesia Sejahtera Dalam iklan Versi Indonesia sejahtera terdapat scene yang menggambarkan beberapa orang dengan menggunakan pakaian yang 48 49 identik dengan agama-agama di Indonesia sedang bergandeng tangan.Dalam scene tersebut juga terdapat seseorang yang mengenakan pakaian yang sangat identik dengan Islam di Indonesia. Tabel 4.1.Scene (00:00:06-00:00:08) Visual Narasi Type of Shot Close Up(CU), pengambilan gambar dari tepat atas kepala sampai bawah leher. Untuk memberi gambaran objek secara jelas. Marilah bergandeng tangan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Group Shot (GS) pengambilan gambar sekelompok orang. Misalnya ada adegan pasukan sedang berbaris atau lainnya. Bird Eye, teknik pengambilan gambar yang dilakukan juru kamera dengan ketinggian kamera di atas ketinggian objek yang direkam. Hasil perekaman teknik ini memperliatkan lingkungan yang demikian luas dengan benda-benda lain yang tampak di bawah demikian kecil. 50 a. Denotasi Pada gambar pertama kedua dan ketiga terlihat gambar dua tangan yang sedang bergandengan. Baju yang digunakan oleh pemilik tangan terlihat seperti pakaian atau busana yang identik dengan beberapa agama di Indonesia. Adapun pada gambar keempat terlihat jelas enam orang yang menggunakan pakaian atau busana yang identik dengan beberapa agama di Indonesia. Keenam orang tersebut terlihat sedang bergandengan tangan di atas atap sebuah gedung dengan latar belakang gedung-gedung bertingkat. b. Konotasi Dalam scene tersebut terlihat keenam orang dengan menggunakan pakaian yang identik dengan agama-agama di Indonesia saling bergandengan tangan di atas atap sebuah gedung. Pada gambar pertama kedua dan ketiga tipe pengambilan gambar yang digunakan ialah close up, kepada objek yang berupa tangan yang sedang saling bergandengan. Hal ini diikuti dengan narasi ‘marilah bergandeng tangan’. Adapun pengambilan gambaran secara close up biasanya digunakan untuk memberikan gambaran objek secara jelas. Dalam hal ini, memberikan penekanan terhadap narasi tersebut. Visual dan narasi yang dihadirkan satu sama lainnya saling menekankan maksud satu sama lain. Pada gambar keempat, teknik pengambilan gambar yang digunakan ialah group shoot yang biasa digunakan untuk mengambil gambar sekelompok orang. Adapun sudut pengambilan gambar yang 51 digunakan ialah bird eye yang dimana hasil perekaman teknik ini memperlihatkan lingkungan yang demikian luas. Dengan penggunaan kedua teknik tersebut maka semakin memperjelas gambaran keenam orang yang saling bergandengan tangan dan berada di atas sebuah gedung dengan latar belakang gedung-gedung bertingkat. Busana atau pakaian yang digunakan pun juga semakin terlihat jelas. Mereka menggunakan busana atau pakaian yang identik dengan agama-agama di Indonesia diantaranya, Islam, Kristen, Katolik, Kong Hu Cu, Hindu, dan Budha. Dalam gambar keempat tersebut dapat juga kita lihat bahwa Islam digambarkan dengan sosok sesorang pria yang menggunakan baju gamis, kopiah dan mengalungi sorban. Pada gambar keempat juga di ikuti dengan narasi, ‘menjaga persatuan dan kesatuan bangsa’. Dengan pengambilan gambar di atas atap gedung yang tinggi serta menggunakan latar belakang gedunggedung bertingkat seolah menggambarkan bahwa persatuan dan kesatuan bangsa berada di atas segalanya. Adapun kelima orang sedang bergandengan tangan menggambarkan Indonesia sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman kerukunan antar umat beragama sebagai langkah menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Islam sebagai salah satu agama di Indonesia juga digambarkan sebagai agama yang memegang peranan penting dalam hal tersebut. c. Mitos Indonesia merupakan negara yang kaya akan suku, bangsa dan budaya dan agama. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa ditengah 52 keberagaman tentu sangat diperlukan. Hal ini dikarenakan keanekaragaman tersebut justru seringkali dijadikan isu untuk merusak keutuhan negara. Persatuan dan kesatuan bangsa amatlah erat kaitannya dengan konsep perdamaian. Adapun perdamaian dan Islam berasal dari satu kata yang sama dan selanjutnya boleh juga disebut bahwa Islam adalah sinonim dari perdamaian. Salah satu dari sekian banyak nama Allah adalah damai.1 Setiap kata yang diucapkan Umat Islam dalam setiap shalatnya adalah kata-kata perdamaian. Ucapan pertama (salam) yang di ucapkan oleh Umat Islam ketika ia selesai menghadap Allah adalah perdamaian. Salam dan ucapan sehari-hari yang diucapkan Umat Islam ketika saling bertemu adalah ucapan perdamaian. Hal ini memperlihatkan betapa mendasar dan kuatnya pengertian perdamaian dalam Islam.2 Dalam konteks toleransi antar umat beragama, Islam memiliki konsep yang jelas.“Tidak ada paksaan dalam agama”.“Bagi kalian agama kalian, dan bagi kami agama kami” adalah contoh populer dari toleransi dalam Islam.Toleransi (Arab: as-samahah) adalah konsep modern untuk menggambarkan sikap saling menghormati dan saling bekerja sama di antara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda baik secara etnis, bahasa, budaya, politik, maupun agama. Karena itu, toleransi merupakan konsep agung dan mulia yang sepenuhnya 1 2 Hammudah Abdalati, Islam Suatu Kepastian, (Jakarta: Media Da’wah, 1983), h.79. Hammudah Abdalati, Islam Suatu Kepastian, (Jakarta: Media Da’wah, 1983), h.79. 53 menjadi bagian organik dari ajaran agama-agama, termasuk agama Islam.3 Menurut ajaran islam, toleransi bukan saja terhadap sesama manusia tetapi juga terhadap alam semesta, binatang, dan lingkungan hidup. Dengan makna toleransi yang luas semacam ini, maka toleransi antar-umat beragama dalam Islam memperoleh perhatian penting dan serius.Apalagi toleransi beragama adalah masalah yang menyangkut eksistensi keyakinan manusia terhadap Allah.Ia begitu sensitif, primordial, dan mudah membakar konflik sehingga menyedot perhatian besar dari Islam.4 Dalam Al-Quran ada beberapa ayat yang terkait dengan toleransi beragama, salah satunya terdapat pada surat Al-Mumtahanah: 8-9. Artinya: “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negrimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (8) “Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negrimu dan 3 Syamsul Arifin Nababan, “Toleransi Antar-Umat Beragama dalam Pandangan Islam,” artikel diakses pada 24 Maret 2016 dari http://annaba-center.com/kajian/toleransi-antar-umatberagama-dalam-pandangan-islam. 4 Syamsul Arifin Nababan, “Toleransi Antar-Umat Beragama dalam Pandangan Islam,” artikel diakses pada 24 Maret 2016 dari http://annaba-center.com/kajian/toleransi-antar-umatberagama-dalam-pandangan-islam. 54 membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang dhalim. (9)” [Al-Mumtahanah: 8-9].5 Berdasarkan ayat tersebut dapat kita lihat bahwa Umat Islam diperbolehkan berbuat baik terhadap orang-orang kafir yang tidak menyatakan permusuhan terang-terangan kepada kaum muslimin. Hidup bermasyakarat dan bernegara dengan mereka selama mereka berbuat baik dan tidak memusuhi umat Islam dan selama tidak melanggar prinsip-prinsip terpenting dalam Islam. 2. Versi Orasi Hary Tanoesoedibjo Dalam Iklan Partai Perindo Versi Orasi Hary Tanoesoedibjo terdapat scene yang menggambarkan keadaan pasar tradisional. Adapun kamera terfokus pada beberapa sosok ibu yang menggunakan jilbab atau kerudung. Narasi yang terdapat dalam scene tersebut berasal dari orasi Hary Tanoesoedibjo yang sedang menyampaikan sambutannya di depan para kader dan anggota partai. Dalam scene ini Hary Tanoesoedibjo tepat sedang menyampaikan pesannya mengenai infrastruktur dan ekonomi. 5 Terjemahan diambil dari Al Quran Digital Versi 2.0. 55 Tabel 4.2.Scene (00:00:10-00:00:15) Visual Narasi Type of Shot Long Shot (LS), pengambilan gambar melebihi full shot. Menunjukkan objek dengan latar belakangnya. Close Up (CU), pengambilan gambar Menyentuh dari tepat atas kepala dan sampai bawah leher. memberikan Untuk memberi manfaat gambaran objek secara bagi jelas. masyarakat golongan ekonomi Two Shot (2S) lemah, pengambilan gambar dua objek. Biasanya memperlihatkan adegan dua orang sedang bercakap. a. Denotasi Gambar pertama menampilkan situasi pasar yang ramai dengan aktivitas jual beli dan orang berlalu lalang. Pada gambar kedua terlihat dua sosok ibu menggunakan jilbab dengan latar belakang pasar tradisional. Kemudian pada gambar ketiga fokus pada aktifitas pasar tradisional. Adapun di gambar keempat terlihat sosok ibu berjilbab yang sedang bertransaksi jual beli dengan seorang pedagang. 56 b. Konotasi Pada scene tersebut dapat kita lihat bahwa keempat potongan gambar mengambil latar pasar tradisional. Adapun scene tersebut diikuti dengan narasi ‘Menyentuh dan memberikan manfaat bagi masyarakat golongan ekonomi lemah,’. Hal ini menggambarkan bahwa pasar tradisional diidentikan dengan terjadinya kegiatan ekonomi. Selain itu, pasar tradisional juga didentikan sebagai tempat berbelanja masyarakat berekonomi lemah. Beberapa sosok ibu yang mengenakan jilbab seolah mewakili umat Islam. Seperti kita ketahui jilbab kian identik dengan masyarakat Islam di Indonesia. Secara keseluruhan scene tersebut menggambarkan bahwa umat Islam di Indonesia saat ini memiliki ekonomi lemah. c. Mitos Pada tahun 2015 lalu, lemahnya perekonomian Umat Islam di Indonesia sempat menjadi bahan perbincangan. Anwar Abbas yang kala itu menjabat sebagai Ketua Bidang Pemberdayaan Perekonomian Majelis Ulama Indonesia, menyoroti perekonomian sebagai titik lemah umat Islam di Indonesia. Menurut Anwar Abbas, masalah ekonomi merupakan kelemahan utama Umat Islam di Indonesia sekarang ini.6 Banyak orang kaya di Indonesia saat ini tapi masih sedikit sekali yang muslim. Jika mengacu pada teori kapital yang mengendalikan politik, umat Islam belum bisa menjadi penentu. Oleh 6 Indah Wulandari, “Perekonomian, Titik Lemah Umat Islam,” artikel diakses pada 25 Maret 2016 dari http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/15/08/04/nsiqyy 346-perekonomian-titik-lemah-umat-islam. 57 karenanya, Umat Islam harus segera menguatkan sektor ekonominya.7 Islam sendiri menyerukan kepada umatnya untuk memiliki harta di dunia. Hal ini menjadi penting agar Umat Islam dapat memperjuangkan agama Allah di dunia dan mendapat kebahagiaan di akhirat kelak. Islam tidak pernah melarang orang untuk menjadi kaya dan untuk mendapatkan kekayaan asal dengan jalan yang dibenarkan oleh Islam. Adapun para pemilik harta kekayaan harus selalu ingat bahwa dia hanyalah ditunjuk oleh Allah SWT untuk mendapatkan kekayaan itu. Islam sendiri menyerukan kepada seluruh kaum muslimin untuk membantu orang yang lemah dan membutuhkan bantuan. Oleh karenanya, mereka harus membelanjakan hartanya di jalan Allah SWT dan mempergunakannya untuk kepentingan masyarakat umumnya.8 Dalam Islam, kekayaan merupakan suatu ujian bagi seseorang. Apakah ia dapat menggunakan harta kekayaanya itu dengan baik atau malah sebaliknya. Dalam Al-Quran, hal tersebut dijelaskan pada surat Al-Hadid:7 berikut, Artinya: “Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya.Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.” 7 Fian Firatmaja, “Bidang Ekonomi Umat Islam Dinilai Masih Lemah,” artikel diakses pada 25 Maret 2016 dari http://www.republika.co.id/berita/video/umat/15/01/16/ni8u5n-bidangekonomi-umat-islam-dinilai-masih-lemah. 8 Hammudah Abdalati, Islam Suatu Kepastian, (Jakarta: Media Da’wah, 1983), h. 284. 58 [Al-Hadid:7]9 3. Versi Siapakah Indonesia Dalam iklan Partai Perindo Versi Siapakah Indonesia, terdapat scene yang mengambarkan beberapa agama di Indonesia termasuk Agama Islam. Pada scene tersebut, terlihat lima sosok yang mengunakan pakaian atau busana yang mewakili agama-agama di Indonesia. Tabel 4.3.Scene(00:00:15-00:00:29) Visual Narasi Siapakah Indonesia? apakah mereka yang beragama Islam, Katolik, Kristen, Budha, Hindu, Kong Hu Cu, dan aliran kepercayaan lainya. 9 Terjemahan diambil dari Al Quran Digital Versi 2.0. Type of Shot Medium Close Up (MCU), pengambilan gambar sebatas kepala hingga dada. Untuk menegaskan profil seseorang. Low Angle, sudut pengambilan dari arah bawah objek sehingga kesan objek jadi membesar. 59 Pan Left merupakan gerakan kamera medatar dari kanan ke kiri. 60 a. Denotasi Pada gambar pertama terlihat sebuah teks ‘Siapakah Indonesia?’ dengan latar belakang berwarna hitam. Kemudian pada gambar kedua hingga gambar ke enam terlihat lima sosok orang yang menggunakan pakaian yang identik dengan agama-agama yang terdapat di Indonesia. Secara berturut-turut gambar dengan berlatar belakang hitam tersebut menunjukan sosok yang menggunakan pakaian yang identik dengan agama Islam, Katolik, Kristen, Budha, Hindu, dan Kong Hu Cu. Kemudian scene tersebut ditutup dengan gambar yang terdapat teks ‘Agama Islam, Agama Kristen, Agama Hindu, Agama Budha dan Agama Kong Hu Cu’ secara bergantian yang diakhiri dengan teks ‘atau yang lainnya’. 61 b. Konotasi Pada scene tersebut dapat kita lihat di gambar pertama yang berisikan teks ‘Siapakah Indonesia?’ yang juga diikuti oleh narasi yang sama dengan teks tersebut. Kalimat tanya tersebut menunjukan bahwa dalam scene ini ingin mencari atau menemukan sesuatu yakni siapakah mereka yang layak disebut Indonesia. Kemudian gambar tersebut disusul dengan narasi ‘apakah mereka yang beragama Islam, Katolik, Kristen, Budha, Hindu, Kong Hu Cu,’. Narasi tersebut dilengkapi dengan gambar sosok beberapa orang yang menggunakan pakaian yang identik dengan agama tersebut. Adapun dalam scene tersebut Islam digambarkan dengan seseorang pria yang tersenyum dengan mengenakan baju koko dan kopiah. Baju koko dan kopiah sendiri di Indonesia amat identik dengan pakaian atau busana muslim. c. Mitos Islam memberikan banyak perhatian kepada kehidupan pribadi manusia, untuk mengarahkan manusia itu pada kehidupan yang bersih, suci dan teratur.Begitu pula dalam hal berpakaian atau berbusana. Dalam masalah pakaian dan perhiasan, Islam memberikan beberapa prinsip tertentu bagi manusia laki-laki, seperti pantas, cukup mengikuti mode, sopan, dan gagah.Semua bentuk pakaian laki-laki yang tidak sesuai dengan ketentuan itu tidak dibolehkan dalam Islam. Begitu pula dengan pakaian yang dapat menimbulkan kesombongan terhadap pemakainya, menjatuhkan gengsi dan merangsang juga lebih 62 tidak dibolehkan lagi.10 Dalam scene tersebut, Islam digambarkan dengan seseorang yang menggunakan baju koko dan kopiah hitam. Adapun di Indonesia sendiri, perpaduan Antara Baju koko dan kopiah merupakan gaya berbusana pria muslim yang sangat iconic. Uniknya, asal mula baju koko sendiri bukanlah dari Indonesia, tetapi dari Negeri Cina yang bukan pula berasal dari negara Islam. Namun, masyarakat Indonesia sendiri lebih memilih koko sebagai baju yang sering dipakai saat beribadah ketimbang baju gamis ala timur tengah. Memang ada juga beberapa orang yang menggunakan gamis dengan sorban, tapi tidak sebanyak pengguna baju koko.11 Adapun dalam menggunakan perhiasan manusia juga diatur untuk menggunakan perhiasan seperlunya dan sesuai dengan dirinya. Jika suatu perhiasan tidak sesuai dengan dirinya lebih baik tidak digunakan, karena ini hanya akan menjatuhkan gengsinya di pandangan orang lain. Apalagi ia seorang muslim. Laki-laki muslim juga dilarang untuk menggunakan pakaian sutera murni dan perhiasan emas. Hal ini dikarenakan kedua barang tersebut hanya cocok dan pantas dipakai oleh kalangan wanita. Namun, tak hanya laki-laki, cara berpakaian seorang perempuan muslimah juga diatur oleh Islam. Perempuan yang memang sudah dikodratkan selalu berdandan, bersolek agar tampak cantik dan lebih menarik juga memiliki ketentuan-ketentuan didalamnya agar Hammudah Abdalati, Islam Suatu Kepastian,(Jakarta: Media Da’wah, 1983), h. 241. Dana Khoirul Huda, “Gimana Sih Sejarah Baju Koko?,” artikel diakses pada 24 Maret 2016 dari http://www.nakhodaku.com/2015/01/gimana-sih-sejarah-baju-koko.html. 10 11 63 tidak berlebihan. Adapun cara berpakaian bagi laki-laki dan perempuan Islam salah satunya terdapat pada Al-Quran Surat Al-Nur: 30-31 berikut: Artinya: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.(30) Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) Nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau puteraputera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.(31)” [Al-Nur:30-31].12 12 Terjemahan diambil dari Al Quran Digital Versi 2.0. 64 4. Versi Ramadhan Iklan Partai Perindo Versi Ramadhan, memang diluncurkan untuk memberikan ucapan selamat menunaikan ibadah puasa kepada seluruh Umat Islam. Sehingga setiap scene dalam iklan tersebut, menampilkan harapan-harapan di bulan ramadhan serta ucapan selamat menunaikan ibadah puasa bagi seluruh umat muslim dari Partai Perindo yang diwakili Hary Tanoesoedibjo dan Liliana Tanoesoedibjo. Adapun iklan ini diakhiri dengan beberapa artis Indonesia yang memberikan harapannya di Bulan Ramadhan Tabel 4.4.Scene(00:00:01-00:00:29) Visual Narasi Ramadhan bulan yang penuh berkah saatnya kita semua memanfaatkan momen ini dengan meningkatkan ibadah dan ketaqwaan, Type of Shoot Long Shot (LS), pengambilan gambar melebihi full shot. Menunjukkan objek dengan latar belakangnya. Medium Shot (MS), pengambilan gambar sebatas dari kepala hingga pinggang. Bertujuan untuk memperlihatkan sosok seseorang. 65 memperbaiki diri agar bangsa dan negeri ini menuju masyarakat adil, damai, dan sejahtera. Partai Perindo mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa. Semoga ramadhan ini membawa berkah dan kesejahteran bagi Indonesia. Long Shot (LS), pengambilan gambar melebihi full shot. Menunjukkan objek dengan latar belakangnya. Medium Shot (MS), pengambilan gambar sebatas dari kepala hingga pinggang. Bertujuan untuk memperlihatkan sosok seseorang. Medium Shot (MS), pengambilan gambar sebatas dari kepala hingga pinggang. Bertujuan untuk memperlihatkan sosok seseorang. a. Denotasi Pada gambar pertama hingga keempat dalam iklan di atas, menampilkan sosok Hary Tanoesoedibjo dan Liliana Tanoesoedibjo. Keduanya terlihat sedang berdiri di pelataran masjid. Hary Tanoesoedibjo terlihat mengenakan setelan baju koko, celana hitam, dan peci. Sementara itu, Liliana Tanoesoedibjo terlihat mengenakan 66 kebaya serta menyelendangkan kain kerudung. Adapun pada gambar keempat, kedua tangan Hary Tanoesoedibjo dan Liliana Tanoesoedibjo membentuk salam yang identik dengan umat Islam di Indonesia. Kemudian pada gambar kelima terdapat tulisan ‘Selamat Menunaikan Ibadah Puasa Ramadhan 1436 H’ serta lima orang artis Indonesia diantaranya Dude Herlino, Alysa Soebandono, Ayu Tingting, Donita, Adi Nugroho. Sambil tersenyum kedua tangan mereka membentuk salam yang biasa diidentikan dengan Islam di Indonesia. b. Konotasi Pada iklan di atas, terlihat sosok Hary Tanoesoedibjo dan Liliana Tanoesoedibjo sedang berdiri terlihat bagian tubuh dari atas hingga bawah. Hary Tanoesoedibjo terlihat mengenakan setelan baju koko, celana hitam, dan peci yang identik dengan busana muslim di Indonesia. Sementara itu, Liliana Tanoesoedibjo terlihat mengenakan kebaya serta menyelendangkan kain kerudung.Latar belakang yang diambil merupakan pelataran sebuah masjid yang mirip dengan Masjid Sheikh Zayed di Abu Dhabi. Salah satu sumber memasukan Masjid Sheikh Zayed ke dalam deretan masjid terbesar dan terindah di dunia.13 Gambar pertama diambil secara long shot, sehingga gambar memperlihatkan objek dan latar belakang secara jelas. Pada gambar pertama kalimat pembuka yang diucapkan oleh Hary Tanoesoedibjo adalah ‘Ramadhan bulan yang penuh berkah’. Kata-kata ini Mas Fikr, “Wow, 50 Gambar Masjid Terbesar dan Terindah di Dunia,” artikel diakses pada 26 Maret 2016 dari http://masfikr.com/gambar-masjid/. 13 67 merupakan penekanan awal bahwa ramadahan sebagai bulan suci Umat Islam merupakan bulan yang penuh berkah. Kemudian pada gambar kedua, gambar diambil dengan medium shot, yang biasa digunakan untuk memperlihatkan sosok seseorang. Hal ini dilakukan untuk memperjelas sosok Hary Tanoesoedibjo yang sedang menggunakan busana muslim serta mengucapkan narasi ‘saatnya kita semua memanfaatkan momen ini dengan meningkatkan ibadah dan ketaqwaan,’. Ini merupakan hal-hal yang perlu dicapai pada Bulan Ramadhan. Pada gambar ketiga Hary Tanoesoedibjo kembali mengucapkan amalan dan harapan yang perlu dicapai di Bulan Ramadhan yakni dengan narasi ‘memperbaiki diri agar bangsa dan negeri ini menuju masyarakat adil, damai, dan sejahtera’. Jika mengacu pada scene sebelumnya dapat kita lihat bahwa konsep taqwa digambarkan mampu berperan dalam rangka memajukan bangsa dan negara. Adapun pada gambar keempat, terlihat Hary Tanoesoedibjo sebagai Ketua Umum Partai Perindo mewakili Perindo mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa dengan narasi ‘Partai Perindo mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa’. Pada gamabar ini Hary Tanoesoedibjo dan Liliana Tanoesoedibjo sama-sama menempelkan kedua tangannya yang identik dengan salam bagi Umat Islam di Indonesia. Pada gambar terakhir ditampilkan lima orang artis Indonesia diantaranya, Dude Herlino, Alysa Soebandono, Ayu Tingting, Donita, 68 dan Adi Nugroho, kelimanya sama-sama menempelkan kedua tangannya seperti yang dilakukan Hary Tanoesoedibjo dan Liliana Tanoesoedibjo pada gambar sebelumnya. Secara serempak mereka sama-sama mengucapkan kalimat ‘Semoga ramadhan ini membawa berkah dan kesejahteran bagi Indonesia’. Dalam mengkonstruksi pesannya, iklan berusaha menghadirkan figur-figur tertentu yang dekat dengan konsumen. Kelima artis ini dipilih sebagai figure yang dekat dengan masyarakat atau bahkan mewakili masyarakat itu sendiri. c. Mitos Bulan Ramadhan merupakan bulan suci bagi seluruh Umat Islam di dunia. Pada bulan tersebut, Umat Islam melakukan serangkaian aktivitas ibadah diantaranya, puasa, Shalat Tarawih, membaca Alquran, serta membayar zakat. Adapun pada bulan tersebut juga merupakan peringatan terjadinya peristiwa penting bagi Umat Islam yakni peristiwa turunnya Al-quran yang tepatnya pada tanggal 17 Ramadhan. Menurut ajaran islam, puasa harus disertai dengan ketakwaan dan penyembahan, menurut ajaran-ajaran yang ada di dalam Al-quran, dengan melakukan amal sosial dan anjuran-anjuran kehidupan yang baik, dengan upaya mendisiplinkan diri sendiri.14 Sehingga dalam ajaran Islam puasa tidak hanya sekedar aktivitas menahan haus dan lapar saja. Dengan demikian, seorang muslim yang sedang menjalankan ibadah puasa merasakan sesuatu yang lain dengan pribadi lain yang 14 Hammudah Abdalati, Islam Suatu Kepastian (Jakarta: Media Da’wah, 1983), h. 193. 69 tidak menjalankan puasa. Ia merupakan manusia yang suci lahir dan batin, jiwanya terang benderang disebabkan waktu itu ia begitu dekat dengan tuhannya.15 Dalam menjalankan ibadah puasa, taqwa merupakan hasil atau tujuan yang ingin dicapai oleh setiap muslim. Sehingga Ramadhan pun disebut oleh para ulama dengan bulan takwa.Hal ini dikarenakan sifat takwa inilah yang nanti akan diraih dari amalan puasa. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah:183 yang berbunyi: Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa” [QS. Al-Baqarah: 183]16 Taqwa sendiri merupakan karakter, sikap, perilaku dan kebiasaan. Taqwa adalah hasil, bukan merupakan proses. Adapun taqwa merupakan buah dari keimanan yang mendalam, ilmu yang lurus, ibadah yang benar, harapan dan ketakutan mutlak kepada sang Pencipta, yakni Allah SWT ketika menjalankan kehidupan di dunia ini. Oleh karenanya, taqwa harus dapat dilihat pengaruh dan ciri-cirinya dalam kehidupan.Taqwa harus menjadi prioritas terpenting setelah iman dan ilmu. Karena iman dan ilmu yang tidak melahirkan taqwa tidak akan banyak bermanfaat dalam kehidupan dunia dan tidak pula di akhirat kelak.17 Hammudah Abdalati, Islam Suatu Kepastian (Jakarta: Media Da’wah, 1983), h. 193. Terjemahan diambil dari Al Quran Digital Versi 2.0. 17 Fatuddin Jaffar, “Taqwa adalah Target dari Ibadah Puasa, Apa itu Taqwa?,” artikel diakses pada 26 Maret 2016 dari http://www.eramuslim.com/puasa/taqwa-adalah-target-dariibadah-puasa-apa-itu-taqwa.htm#.VvaT6NKLSt8. 15 16 70 B. Representasi Makna Dalam Iklan-iklan Partai Perindo Partai Perindo merupakan, partai yang dipimpin oleh Hary Tanoesoedibjo salah satu pengusaha besar di Indonesia. Adapun pada pertengahan tahun 2015 lalu, Partai Perindo mulai gencar meluncurkan berbagai iklan. Beberapa versi iklan Perindo yang diluncurkan sejak tahun 2015 lalu diantaranya ialah, versi Indonesia sejahtera, versi orasi Hary Tanoesoedibjo, versi Siapakah Indonesia, dan versi Ramadhan. Dalam beberapa iklan tersebut menggambarkan tentang keberagaman Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, bangsa, dan agama.Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia tentu juga turut di reperesentasikan dalam iklan-iklan tersebut. Representasi Islam yang terdapat pada beberapa scene dari iklan-iklan tersebut lebih banyak yang masuk pada tataran universal. Adapun dalam iklan-iklan Partai Perindo tersebut, Islam direpresentasikan sebagai berikut: 1. Islam Agama yang Toleran Dalam salah satu iklan Partai Perindo tersebut, terdapat scene yang merepresentasikan islam sebagai agama yang toleran. Hal ini dapat dilihat pada iklan Perindo versi Indonesia Sejahtera, dimana seseorang yang berbusana muslim sedang bergandeng tangan dengan lima orang lainnya yang mewakili beberapa agama di Indonesia. Umat Islam, sesungguhnya diperbolehkan berbuat baik terhadap orang kafir yang tidak menyatakan permusuhan terang-terangan. Bahkan untuk hidup bermasyakarat dan bernegara dengan mereka selama mereka berbuat baik dan tidak memusuhi umat Islam serta tidak melanggar prinsip-prinsip terpenting dalam Islam. Hal ini sesuai dengan apa yang tertulis dalam Alquran surat Al-Mumtahanah: 8-9: 71 Artinya: “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negrimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (8) “Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negrimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang dhalim. (9)” [Al-Mumtahanah: 8-9].18 2. Islam Diidentikan dengan Golongan Ekonomi Lemah Dalam salah satu iklan Partai Perindo di atas, yakni versi Orasi Hary Tanoesoedibjo.Terdapat salah satu scene yang merepresentasikan Islam sebagai golongan masyarakat ekonomi lemah. Hal ini terlihat ketika narasi sampai pada kalimat ‘bagi masyarakat golongan ekonomi lemah’, visual yang ditampilkan fokus pada beberapa sosok ibu-ibu di pasar tradisional, mengenakan jilbab yang identik dengan busana muslim Indonesia. Perekonomian umat Islam di Indonesia memang dipandang oleh beberapa pihak masih tergolong rendah. Banyak orang kaya di Indonesia namun masih sedikit yang berlatar belakang muslim. Hal ini tentu akan menyulitkan Umat Islam dalam menyampaikan dakwahnya. Islam sendiri menyerukan kepada umatnya untuk memiliki harta di dunia. Hal ini menjadi penting agar Umat Islam dapat memperjuangkan agama Allah di dunia dan mendapat kebahagiaan di akhirat kelak. Islam tidak pernah 18 Terjemahan diambil dari Al Quran Digital Versi 2.0. 72 melarang orang untuk menjadi kaya dan untuk mendapatkan kekayaan asal dengan jalan yang dibenarkan oleh Islam. Adapun para pemilik harta kekayaan harus selalu ingat bahwa dia hanyalah ditunjuk oleh Allah SWT untuk mendapatkan kekayaan itu. 3. Baju Koko Busana Muslim Laki-laki Pada iklan Partai Perindo versi Siapakah Indonesia, versi Indonesia Sejahtera, dan versi Ramadhan, Umat Islam di identikan berpakaian peci atau kopiah, baju koko, baju gamis, dan berkalung sorban. Namun yang paling sering ditampilkan pada iklan-iklan tersebut ialah baju koko dan peci. Baju koko dan peci atau kopiah memang sangat ikonik bagi pria muslim di Indonesia. Namun, uniknya bukanlah berasal dari Indonesia melainkan dari negeri Cina yang bukan pula merupakan negara Islam. Akan tetapi, perpaduan baju koko dengan peci atau kopiah lebih sering dijadikan pilihan untuk beribadah bagi pria muslim di Indonesia dibandingkan baju gamis ala timur tengah. Islam sendiri telah memberikan beberapa prinsip tertentu bagi laki-laki dalam berpakaian, diantaranya, pantas, sopan, cukup mengikuti mode, serta gagah. Diluar ketentuan tersebut tentu tidak dibolehkan. Begitu pula dengan pakaian yang dapat menimbulkan kesombongan serta menjatuhkan gengsi bagi pemakainya. 4. Ibadah Puasa Meningkatkan Ketaqwaan Dalam iklan Partai Perindo versi Ramadhan, narasi yang disampaikan langsung oleh Hary Tanoesoedibjo mengenai Bulan Ramadhan cukup 73 sesuai dengan apa yang diajarkan Islam. Dalam narasinya Hary Tanoe sempat menyampaikan kalimat berikut, ‘saatnya kita semua memanfaatkan momen ini dengan meningkatkan ibadah dan ketaqwaan,’. Dari narasi berikut dapat kita lihat bahwa pada Bulan Ramadhan, Umat Islam tidak hanya diwajibkan untuk meningkatkan kualitas ibadah akan tetapi juga meningkatkan ketaqwaan. Adapun pada narasi berikutnya Hary Tanoesoedibjo mengucapkan kalimat ‘memperbaiki diri agar bangsa dan negeri ini menuju masyarakat adil, damai, dan sejahtera’.Apabila mengacu pada scene sebelumnya dapat kita lihat bahwa konsep taqwa digambarkan mampu berperan dalam rangka memajukan bangsa dan negara. Dalam menjalankan ibadah puasa, taqwa merupakan hasil atau tujuan yang ingin dicapai oleh setiap muslim. Sehingga Ramadhan sering juga disebut dengan bulan takwa oleh para ulama. Hal ini dikarenakan sifat taqwa inilah yang nanti akan diraih dari amalan puasa. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al- Baqarah:183 yang berbunyi: Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa.” [QS. Al Baqarah: 183]19 19 Terjemahan diambil dari Al Quran Digital Versi 2.0. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah selesai mengamati dan menganalisa pada bab sebelumnya, kesimpulan yang dapat diambil pada skripsi ini mengacu pada permasalahan yang ada, yakni representasi Islam dalam iklan-iklan Partai Perindo versi Indonesia Sejahtera, versi Orasi Hary Tanoesoedibjo, versi Siapakah Indonesia?, dan versi Ramadhan. Representasi Islam dalam iklan-iklan Partai Perindo tersebut disampaikan melalui, visual serta narasi yang disajikan dalam iklan tersebut. Adapun yang menjadi kesimpulan peneliti terhadap masalah tersebut, disesuaikan dengan analisis semiotika model Roland Barthes yang melontarkan konsep denotasi, konotasi, dan mitos. Iklan-iklan Partai Perindo tersebut memiliki makna denotasi sebagai iklan partai yang menggambarkan bagaimana Islam sebagai agama mayoritas bersosialisasi dengan agama-agama lain yang minoritas serta juga memperlihatkan kehidupan perekonomian umat Islam di Indonesia hingga cara berpakaian. Selain itu makna denotasi yang juga terdapat dalam iklaniklan tersebut ialah bagaimana sebenarnya nilai-nilai Islam dapat bermanfaat bagi bangsa dan negara. Adapun makna konotasi yang terdapat dalam iklan-iklan Partai Perindo tersebut adalah bagaimana Islam dipandang sebagai agama yang toleran. Selain itu juga bagaimana Islam dipandang sebagai agama yang memiliki perekonomian yang rendah. Kemudian, dalam iklan-iklan tersebut juga digambarkan bagaimana umat muslim khususnya laki-laki berpakaian, 74 75 yakni seringkali ditampilkan dengan baju koko dan kopiah yang sederhana. Makna konotasi berikutnya ialah bagaimana puasa mampu meningkatkan ketaqwaan, serta bagaimana konsep taqwa yang menjadi salah satu prioritas bagi umat Islam mampu bermanfaat bagi kemajuan bangsa dan negara. Sementara itu makna mitos yang terkandung dalam iklan-iklan tersebut ialah bagaimana Islam yang merupakan agama mayoritas menjadi agama yang amat toleran bagi agama-agama lain selama tidak mengusik prinsip-prinsip keislaman. Berikutnya juga diperlihatkan bagaiman Islam digambarkan sebagai agama dengan taraf perekonomian yang cukup rendah, yang sebenarnya dalam Islam sendiri dianjurkan bagi umat Islam untuk memiliki harta kekayaan sehingga mampu memperjuangkan agama Allah SWT. Kemudian juga digambarkan bagaimana baju koko yang berasal dari negeri Cina justru identik dengan busana pria muslim Indonesia. Hal ini tentu bukanlah masalah karena baju koko sendiri tidak keluar dari prinsip-prinsip berpakaian bagi laki-laki dalam Islam yang diantaranya, pantas, sopan, gagah, serta tidak menimbulkan kesombongan dan menjatuhkan gengsi bagi pemakainya. Terakhir adalah bagaimana puasa digambarkan mampu meningkatkan ketaqwaan. Hal ini sesuai dengan tujuan berpuasa yang disampaikan dalam Al-quran. Berdasarkan ketiga makna diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa pada iklan-iklan Partai Perindo yang dipimpin oleh Hary Tanoesoedibjo tersebut, Islam direpresentasikan dalam tataran universal. Hal ini dapat dilihat ketika iklan-iklan tersebut lebih banyak menggambarkan kondisi sosial serta ekonomi umat Islam. Meskipun begitu terdapat beberapa nilai-nilai khusus 76 atau ajaran Islam yang direpresentasikan dalam iklan-iklan tersebut, yakni ibadah puasa yang merupakan ajaran umat Islam, digambarkan mampu meningkatkan ketaqwan. Hal ini sesuai dengan apa yang terdapat dalam ajaran Islam. B. Kritik dan Saran Kritik yang akan peneliti sampaikan pada Partai Perindo sebagai pengiklan diantaranya ialah, agar kedepannya lebih menggambarkan Islam pada ranah ajaran dan nilai-nilai Islam yang mampu disesuaikan atau memberikan peranan bagi kemajuan bangsa dan negara. Pesan-pesan keagaman sebaiknya dapat diselipkan lebih banyak, sehingga Indonesia yang terdiri dari beragam agama juga dapat digambarkan dengan baik dari segi keagamaan khususnya. Adapun peneliti juga memberikan saran kepada pengiklan jika ingin menggambarkan beberapa agama hendaknya pengiklan meminta pandangan para pemuka agama tersebut sebelum meluncurkan iklan. Sehingga nantinya didapatkan hasil yang positif dan berimbang bagi setiap agama yang digambarkan. Tak hanya untuk agama, persoalan budaya, suku, dan lain sebagainya hendaknya pengiklan khususnya ataupun insan periklanan pada umumnya, terlebih dahulu berkonsultasi dengan para pemuka atau pemimpin suku dan budaya yang dimaksud. DAFTAR PUSTAKA Abdalati, Hammudah. 1983. Islam Suatu Kepastian. Jakarta: Media Da’wah. Bailey, Kenneth D. 1994. Methods of Social Research. New York: Free Press. Bogdan, Robert C. dan Steven J. Taylor. 1992. Introduction to Qualitative Research Methods: A Phenomenological Approach in The Social Science, alih bahasa Arif Furchan, Jhon Willey and Son. Surabaya: Usaha Nasional. Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Cobley, Paul dan Litza Jansz. 1999. Introducing Semiotics. New York; Totem Books. Danesi, Marcel. 2010. Pesan, Tanda, dan Makna. Yogyakarta: Jalasutra. Fiske, John. 1987. Television Culture. London: Routledge. Fiske, John. 2014. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara. Hawi, Akmal. 2014. Dasar-Dasar Studi Islam. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada Heryanto, Gun Gun dan Rumaru, Shulhan. 2013. Komunikasi Politik Sebuah Pengantar. Bogor : PT Ghalia Indonesia. Jefkins, Frank. 1976. Advertising Today, London: International Textbook Co. Junus, Umar. 1981. Mitos dan Komunikasi. Jakarta: Sinar Harapan. Kaid, Lynda Lee. 2004. Handbook of Political Communications Research. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates. Lechte, John. 2001. 50 Filsuf Kontemporer; dari Strukturalisme sampai Posmodernitas. Penerjemah A. Gunawan Admiranto. Yogyakarta: Kanisius. Littlejohn, Stephen W dan Karen A. Foss. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika. Morissan. 2010. Periklanan: Komunikasi Kencana Prenada Media Group. 77 Pemasaran Terpadu. Jakarta: 78 Nasr. S.H. 1983. Islam Dalam Cita dan Fakta. Jakarta: PT. Panca Gemilang Indah. Nasuhi, Hamid, dkk. 2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Ceqda Piliang, Yasraf Amir. 1998. Sebuah Dunia yang Dilipat, Realitas Kebudayaan Menjelang Milenium Ketiga dan Matinya Postmodernisme. Bandung: Mizan. Segers, Rien T. 2000. Evaluasi Teks Sastra. Penerjemah Suminto A. Sayuti. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. Seto, Indiwan. 2013. Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media. Sobur, Alex. 2006. Semiotika Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Situs Internet Badan Pusat Statistik. “Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut”. Diakses pada 7 Februari 2016 dari http://sp2010.bps.go.id/ index.php/site/ tabel?tid=321. Bartho B.S.“Teknik Pengambilan Gambar Video”. Artikel diakses pada 13 Maret 2016 dari http://www.dumetschool.com/ blog/Teknik-Pengambilan-Gamb ar-Video. Cecep SWP. “Jenis-Jenis Shot, Sudut, dan Gerakan Kamera”. Artikel diakses pada 13 Maret 2016 dari https://misteridigital.wordpress.com/2007/07/01/ jenis-jenis-shot-sudut-dan-gerakan-kamera/. . Dana Khoirul Huda. “Gimana Sih Sejarah Baju Koko?”. Artikel diakses pada 24 Maret 2016, dari http://www.nakhodaku.com/2015/01/gimana-sih-sejarahbaju-koko.html. Fatuddin Jaffar, MA. “Taqwa adalah Target dari Ibadah Puasa, Apa itu Taqwa?”, Artikel diakses pada 26 Maret 2016 dari http://www.eramuslim. com/puasa/taqwa-adalah-target-dari-ibadah-puasa-apa-itu-taqwa.htm#.Vv aT6NKLSt8. Fian Firatmaja. “Bidang Ekonomi Umat Islam Dinilai Masih Lemah”. Artikel diakses pada 25 Maret 2016 dari http://www.republika.co.id /berita/video/umat/15/01/16/ni8u5n-bidang-ekonomi-umat-islam-dinilaimasih-lemah. 79 Indah Wulandari. “Perekonomian, Titik Lemah Umat Islam”. Diakses pada 25 Maret 2016 dari http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islamnusantara/15/08/04/ nsiqyy346-perekonomian-titik-lemah-umat-islam. Intelijen. “Hary Tanoesoedibjo”. Artikel diakses pada 26 Mei 2016 dari https://www.intelijen.co.id/12936/. Mas Fikr. “Wow, 50 Gambar Masjid Terbesar dan Terindah di Dunia”. Artikel diakses pada 26 Maret 2016 dari http://masfikr.com/gambar-masjid/. Partai Perindo. “Profil Partai”. Artikel diakses pada 19 Maret 2016 dari https:// partaiperindo.com/?page_id=6. Rinjani Nursafitri. “Profil Hary Tanoesoedibjo, CEO MNC Group”. Artikel diakses pada 26 Mei 2016 pada http://www.orangterkayaindonesia.com/ profil-hary-tanoesoedibjo-orang-super-kaya-di-indonesia/. Ust. Syamsul Arifin Nababan. “Toleransi Antar-Umat Beragama dalam Pandangan Islam”. Artikel diakses pada 24 Maret 2016 dari http://annabacenter.com/kajian/toleransi-antar-umat-beragama-dalam-pandangan-islam. Karya Ilmiah Dewi, Yusrina Rahma, “Representasi Makna Ibu dalam Iklan Kampanye Politik (Kajian Semiotika Iklan Kampanye Politik Pilpres 2014 Aburizal Bakrie Versi “Untuk Ibu” di tvOne)”. Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Fadillah, Arief. “Makna Kepemimpinan Islami dalam Iklan Politik di Televisi (Analisis Semiotika Iklan Kampanye Pasangan Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2013)”. Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Firman, Ita Basitha, “Representasi Kultur Islam dalam Tayangan Adzan Magrib di RCTI”. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2014. Malvi, Alvina, “Representasi Citra Politik Dalam Iklan Hanura WIN-HT Bersih Peduli Tegas di RCTI”. Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Nurleli, “Representasi Islam dalam Film PK”. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2015. LAMPIRAN Lampiran 1. Iklan Partai Perindo Versi Indonesia Sejahtera Narasi Visual Partai Perindo lahir untuk berjuang. Narasi Visual Cita-cita kemerdekaan yang belum terwujud. 80 81 Narasi Marilah bergandeng tangan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Visual Narasi Visual Membangun negeri kedepan, Indonesia yang kita cintai. 82 Narasi Visual Menjadikan Indonesia negara maju, Indonesia yang berdaulat adil dan makmur. 83 Narasi Visual Partai Perindo untuk Indonesia sejahtera. 84 Lampiran 2. Iklan Partai Perindo Versi Orasi Hary Tanoesoedibjo Narasi Agar Indonesia dapat menjadi negara maju, diperlukan pertumbuhan yang lebih pesat lagi. Visual Narasi Namun juga pada saat yang bersamaan menyentuh dan memberikan manfaat bagi masyarakat golongan ekonomi lemah, Visual Narasi Yang pada umumnya adalah, UMKM, petani, para nelayan, serta buruh dan pengangguran serta beberapa kelompok profesi lainnya, seperti guru dan lain-lain 85 Visual Narasi Kita selama ini terfokus hanya pada pertumbuhan ekonomi makro dan kurang memperhatikan distribusi atas pertumbuhan tersebut. 86 Visual Narasi Kita semua tentunya ingin rakyat Indonesia memiliki kualitas hidup yang layak dan bermartabat. Visual Narasi Visual Partai Perindo, untuk Indonesia sejahtera 87 Lampiran 3. Iklan Partai Perindo Versi Siapakah Indonesia? Narasi Siapakah Indonesia? Apakah mereka yang dilahirkan dari orang Jawa, Dayak, Papua atau lebih dari tiga ratus suku lainnya. Visual Narasi Siapakah Indonesia? Apakah mereka yang beragama Islam, Katolik, Kristen, Budha, Hindu, Kong Hu Cu, dan aliran kepercayaan lainya. 88 Visual Narasi Siapakah Indonesia? Apakah mereka yang berpenghasilan milyaran atau mereka yang hanya mampu menafkahi hidup mereka hari demi hari. 89 Visual Narasi Visual Bukan itu semua, Indonesia adalah mereka yang tulus hati mencintai negeri ini mereka yang terus berjuang bertindak secara nyata, menyejahterakan Indonesia. 90 Narasi Visual Perindo untuk Indonesia sejahtera. 91 Lampiran 4. Iklan Partai Perindo Versi Ramadhan Narasi Visual Ramadhan bulan yang penuh berkah, Narasi Saatnya kita semua memanfaatkan momen ini dengan meningkatkan ibadah dan ketaqwaan, Visual Narasi Memperbaiki diri agar bangsa dan negeri ini menuju masyarakat adil, damai, dan sejahtera. Visual Narasi Visual Partai Perindo mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa. 92 Narasi Visual Semoga ramadhan ini membawa berkah dan kesejahteran bagi Indonesia. 93 Lampiran 5. Dokumen Brosur Partai Perindo