bab i pendahuluan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Penelitian
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak terlepas dari
sosialisasi, interaksi, dan komunikasi satu sama lain. Komunikasi
sangat
penting
karena
melalui
komunikasi,
seseorang
dapat
menjelaskan apa yang mereka pikirkan dan harapkan kepada orang
lain. Komunikasi dapat diterapkan dimanapun dan kapanpun.
Burhan Bungin (2007, h. 239) menjelaskan bahwa komunikasi
merupakan ilmu pengetahuan sosial yang memiliki suatu ciri-ciri
dengan pemahaman mengenai cara berperilaku dalam menciptakan,
mempertukarkan,
juga
menginterprestasikan
pesan-pesan.
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa komunikasi melibatkan
proses dari penciptaan hingga penerimaan pesan. Oleh karena itu,
komunikasi melibatkan sejumlah aspek yang dapat berpengaruh
terhadap proses komunikasi itu sendiri.
Salah satu komunikasi adalah komunikasi di tempat kerja.
Dengan tingginya jumlah perusahaan di Indonesia dan dunia,
1
menyebabkan persaingan semakin tinggi. Perusahaan perlu memiliki
suasana komunikasi yang kondusif di antara para karyawan agar
dapat
menciptakan
keefektifan
mereka
dalam
bekerja
atau
meningkatkan produktivitas. Komunikasi yang merupakan bagian dari
dunia
kerja
sehari-hari,
memegang
peranan
penting
dalam
menciptakan motivasi setiap anggota perusahaan dalam bekerja.
Komunikasi
di
perusahaan
termasuk
dalam
komunikasi
organisasi. Schein dalam Muhammad Arni (2008, h.23) mengatakan
bahwa organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah
orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian
pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab.
Beliau juga menambahkan bahwa organisasi memiliki karakteristik
tertentu yaitu mempunyai struktur, tujuan, saling berhubungan satu
bagian dengan bagian lain dan tergantung pada komunikasi manusia
untuk mengkoordinasikan aktivitas dalam organisasi tersebut.
Sementara itu, mengenai komunikasi organisasi, Goldhaber
dalam Muhammad (2008, h.67) memberikan definisi komunikasi
organisasi sebagai berikut, “Organizational communications is the
process of creating and exchanging messages within a network of
interdependent relationship to cope with environmental uncertainty.”
Pengertian tersebut berarti bahwa komunikasi organisasi adalah
proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan
2
hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi
lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah.
Akan tetapi, komunikasi organisasi yang baik dan kondusif
dalam perusahaan bukanlah hal yang mudah untuk dicapai. Pace dan
Faules (2005, h.170) menyatakan sebagai berikut:
"Tantangan besar dalam komunikasi di dalam sebuah
organisasi adalah bagaimana menyampaikan informasi ke
seluruh bagian dalam organisasi dan bagaimana menerima
informasi dari seluruh bagian organisasi."
Berdasarkan pernyataan dari Pace dan Faules tersebut,
komunikasi di dalam sebuah organisasi terdiri dari penyampaian dan
penerimaan informasi dari dan ke seluruh bagian organisasi.
Penyampaian dan penerimaan informasi tersebut perlu berjalan
dengan lancar agar tujuan dari komunikasi yang dilakukan itu sendiri
dapat
tercapai.
sebagaimana
Apabila
yang
proses-proses
dikehendaki,
dapat
tersebut
tidak
mengakibatkan
berjalan
ketidak
harmonisan dalam internal perusahaan.
Di dalam perusahaan yang terdiri dari berbagai divisi dengan
jobdesk berbeda, komunikasi tentang berbagai informasi yang ada
dapat berbeda-beda. Salah satu penyebabnya adalah terhambatnya
penyebaran informasi dari petinggi perusahaan ke seluruh anggota
3
perusahaan. Untuk komunikasi dari atasan ke bawahan dapat
berbentuk perintah atau permintaan/order.
Selain komunikasi dari pegawai atasan ke karyawannya, bentuk
komunikasi lain yang terjadi adalah sebaliknya, ketika para karyawan
menyampaikan informasi ke atasan mereka. Dalam kondisi seperti ini
terciptalah komunikasi dua arah atas ke bawah dan bawah ke atas.
Komunikasi bawah ke atas ini penting, sebagai sarana para karyawan
untuk memberi feedback, menyampaikan pendapat, dan suara
mengenai apa yang terjadi di perusahaan atau apa yang dipikirkan
oleh mereka yang atasan perlu mengetahuinya. Jika tidak ada
komunikasi ke atas, para atasan tidak akan mengerti apa yang terjadi
di bawahan mereka, sehingga dapat dianggap tidak mengerti bawahan
dan permasalahan lainnya yang mungkin muncul.
Bila dilihat secara akademisi, komunikasi yang dilakukan oleh
atasan dan bawahan lebih mudah dilakukan ketimbang komunikasi
antar bawahan kepada atasan. Suatu pemimpin yang baik seharusnya
mengerti betul siapa bawahannya. Bahkan pemimpin harus pandai
dalam berkomunikasi dan mengkomunikasikan apa yang diinginkan
oleh karyawannya melalui suatu kebijakan-kebijakan yang membuat
meningkatnya motivasi kerja dan kedisiplinan dalam bekerja.
Di dalam perusahaan juga terdapat sejumlah divisi berbeda.
Komunikasi antar lini yang berbeda tersebut penting, terlebih lagi
4
apabila divisi-divisi tersebut saling berkaitan satu sama lain. Agar
pekerjaan yang mereka lakukan bersama dapat diselesaikan dengan
lancar, dibutuhkan kerja sama dan komunikasi yang intens dan
berlangsung baik.
Menjadi seorang karyawan kadang menyenangkan, akan tetapi
banyak yang merasa jenuh dan malas dalam melakukan pekerjaanya.
Malas bekerja bukanlah suatu fenomena yang aneh, akan tetapi
perusahan perlu memberikan motivasi guna mendukung karyawan
untuk bisa menjalankan pekerjaannya dengan baik dan tidak membuat
rugi perusahaan akibat ini. Kemalasan ini dapat memberikan serangan
balik kepada karyawan, karena seorang pimpinan akan memberikan
peringatan dan juga memberikan penilaian yang kurang baik kepada
karyawan
tersebut.
Terkadang
karyawan
tidak
mampu
dalam
menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, sehingga mereka akan
merasa minder dan malas dalam bekerja. Hal ini pula yang dapat
menyebabkan masalah yang serius dalam perusahaan. Banyak cara
yang dapat mencegah masalah tersebut, salah satunya adalah
memberikan motivasi dengan cara berkomunikasi dengan baik.
Salah
satu
peran
komunikasi
organisasi
adalah
untuk
meningkatkan motivasi karyawan. Pekerjaan yang dilakukan setiap
hari berpotensi membuat para karyawan jenuh dalam beraktivitas di
5
tempat kerja. Tidak hanya kejenuhan, karyawan yang tidak percaya
diri dapat mengakibatkan hasil pekerjaan mereka tidak optimal.
Dengan demikian, perlu bagi atasan untuk menyuntikkan
motivasi yang mampu menggedor daya dobrak mereka mengatasi
berbagai tantangan pada kondisi yang tidak kondusif tersebut.
Berdasarkan hasil riset ilmiah, motivasi terbukti ampuh untuk
mencegah karyawan ke dalam kegalauan dan kebingungan. Selain itu,
motivasi juga dapat mempertahankan komitmen anggota perusahaan
tetap bertahan pada tingkat yang memungkinkan mereka sanggup
berkinerja dengan bagus. (http://bisniskeuangan.kompas.com/read/
2015/09/21/060700226/Peran.Pemimpin.dalam.Menghalau.Galau,
diakses pada 21 September 2015 pukul 11.28).
Apabila berbicara mengenai sejarah mal yang ada di Indonesia
maka mal pertama yang dimiliki Indonesia adalah mal Sarinah yang
beridiri pada 17 agustus 1962. Semenjak itu muncullah mal lain yang
ada di Indonesia sampai sekarang yang berjumlah 240 mal.
Menurut Planolog Universitas Trisakti, Yayat Supriatna, Jakarta
merupakan kota dengan mal terbanyak di dunia, yakni mencapai 170
mal. Dalam waktu 10 tahun saja mal yang ada di Jakarta meningkat 3
kali lipat. Jumlah yang meningkat begitu cepat menuai perhatian dari
pemerintah, pengamat tata kota dan lingkungan, serta dari masyarakat
kota itu sendiri. Dengan kehadiran mal yang sangat banyak ini dinilai
6
menggangu, bukannya menjadi pusat hiburan, melainkan menambah
kepenatan masyarakat melihat efek yang ditimbulkannya, seperti
kemacetan, serta pencemaran lingkungan. Menurut Yayat Supriantna
pusat perbelanjaan sebaiknya dipindahkan ke pinggiran kota seperti
Kota
Tangerang,
Kabupaten
Tangerang,
dan
Bintaro.
(http://metro.news.viva.co.id/news/read/ 165684-jumlah-mal-di-jakartasudah-tak-ideal, diunduh pada sabtu 20 oktober 2015)
Salah satu faktor pendukung lainnya adalah kebijakan yang
dikeluarkan oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu Fauzi Bowo. Beliau
menyatakan
bahwa
izin
diberikan
untuk
pembangunan
pusat
perbelanjaan, pertokoan dan mal dengan luas lebih dari 5.000 meter
persegi, yang berisi:
1. Lokasi pembangunan mal harus jauh dari pusat kota. Tujuannya
agar titik kemacetan bisa diatasi dan juga mencegah berkurangnya
ruang terbuka hijau di perkotaan.
2. Membangun mal juga dengan menyiadakan ruang terbuka hijau.
Menurut Heru Nasution selaku Ketua APPBI Banten Daerah
pusat belanja atau mal yang ada di Banten berjumlah 18, diantaranya
adalah: Bintaro Plaza, Bintaro Xchange, The Breeze, Teras Kota,
Plaza Serpong, BSD Junction, Plaza BSD, Bintaro Trade Center, WTC
Matahari, Summarecon Mall Serpong, Mal Alam Sutera, Living World,
Mal Bale Kota, Supermal Karawaci, Metropolis Town Square, Tangcity
7
Mal, Serpong Town
Square,
dan
Plaza
Cikokol.
(http://properti.
kompas.com/read/2014/04/16/0711437/Lebih.dari.Separuh.Pusat.Bela
nja.Banten.Menumpuk.di.Tangerang, diunduh pada sabtu 23 oktober
2015).
Berawal dari ketentuan di atas, Sinarmas Land memutuskan
untuk membangun mal The Breeze BSD City dengan konsep yang
berbeda dengan mal-mal lainnya, yaitu dengan menggabungkan
tempat hiburan dan juga menyediakan ruang terbuka hijau. Selain itu
untuk menghadapi persaingan ini, The Breeze yang masih berusia
muda ini harus dapat memperhatikan komunikasi organisasi serta
terus meningkatkan motivasi kepada karyawannya untuk bekerja dan
memberikan hasil yang optimal untuk tujuan perusahaan sendiri,
supaya dapat memberikan hasil yang sesuai dengan harapan dan
target perusahaan.
Sebagai sebuah perusahaan yang terdiri dari sejumlah
karyawan dalam divisi, posisi, serta jenis pekerjaan yang berbeda, The
Breeze BSD City perlu memperhatikan aliran komunikasi yang ada
agar menimbulkan keselarasan di dalamnya. Jika tidak, dapat terjadi
miss communication dan ketimpangan akan informasi yang ada dalam
perusahaan.
Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian terhadap pola
komunikasi dalam organisasi The Breeze BSD City yang efektif dan
8
baik. Dengan komunikasi yang baik dapat menciptakan motivasi bagi
karyawan The Breeze BSD City sendiri.
1.2.
Fokus Penelitian
Fokus dari penelitian ini yaitu membahas mengenai pola aliran
komunikasi organisasi The Breeze BSD City untuk membentuk
motivasi kerja karyawan menggunakan konsep aliran komunikasi oleh
Pace dan Faules, yang meliputi komunikasi ke atas, komunikasi ke
bawah, serta komunikasi horizontal.
1.3.
Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian ini terdiri dari:
1. Bagaimana pola aliran komunikasi ke atas yang dilakukan oleh
The Breeze BSD City dalam membentuk motivasi kerja
karyawan?
2. Bagaimana pola aliran komunikasi ke bawah yang dilakukan
oleh The Breeze BSD City dalam membentuk motivasi kerja
karyawan?
9
3. Bagaimana pola aliran komunikasi horizontal yang dilakukan
oleh The Breeze BSD City dalam membentuk motivasi kerja
karyawan?
1.4.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian "Analisis Pola Aliran Komunikasi Organisasi The
Breeze BSD City dalam Membentuk Motivasi Kerja Karyawan":
1. Untuk mengetahui pola aliran komunikasi ke atas yang
dilakukan oleh The Breeze BSD City dalam membentuk
motivasi kerja karyawan?
2. Untuk mengetahui pola aliran komunikasi ke bawah yang
dilakukan oleh The Breeze BSD City dalam membentuk
motivasi kerja karyawan?
3. Untuk mengetahui pola aliran komunikasi horizontal yang
dilakukan oleh The Breeze BSD City dalam membentuk
motivasi kerja karyawan?
10
1.5.
Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Akademis
1. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi akademis
dalam hal perluasan studi mengenai komunikasi organisasi.
2. Penelitian ini dapat dijadikan landasan bagi penelitian
selanjutnya.
1.5.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini akan memberikan gambaran pola aliran
komunikasi organisasi perusahaan lainnya, yang khususnya
pada mall dalam membentuk motivasi kerja karyawan.
11
Download