13 BAB III ANALISA MASALAH 3.1 Sekilas Tentang Pusat Perbelanjaan Pusat Perbelanjaan adalah suatu tempat yang dikhususkan untuk kegiatan jual-beli, pusat perbelanjaan bisa juga disebut sebagai pasar. Sedangkan pasar adalah sebuah tempat bertemunya penjual dan pembeli yang melayani transaksi jual-beli. Pasar dibagi menjadi dua: pasar tradisional dan pasar modern. 3.1.1 Pasar tradisional Pasar tradisional biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai yang dibuka oleh penjual. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar. 3.1.2 Pasar modern Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis ini berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan makanan seperti; buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama. Contoh dari pasar modern adalah pasar swalayan dan hypermarket. 3.1.3 Mal Mal adalah jenis dari pusat perbelanjaan yang secara arsitektur bangunan sifatnya melebar (luas). Sebuah mal memiliki standar paling tinggi sebanyak tiga lantai. Di dalam sebuah mal, penyewa besar (anchor tenant) lebih dari satu 13 14 (banyak). Penyewa besar (bahasa Inggris: anchor tenant, anchor store, atau draw tenant) adalah toko paling besar atau utama pada pusat perbelanjaan atau mal, yang biasanya berupa departement store, supermarket, atau hypermarket. Jika ditinjau dari lokasi, mal sebenarnya diperuntukkan berada di dekat lokasi perumahan. Karena itulah bangunan mal melebar, karena dalam pada umumnya lokasi yang dekat perumahan ini, harga tanah relatif lebih murah daripada pembangunan sebuah plaza, yang berada di lokasi pusat kota.Dalam bangunan mal juga umumnya terdapat atrium. Contoh dari sebuah standar mal adalah Cinere Mal dan Blok M mal. Ketika konsep mal dikembangkan oleh Victor Gruen pada pertengahan 1950-an, bergabungnya departement store besar sangat penting untuk kestabilan finansial proyek mal, serta untuk menarik lebih banyak pengunjung, agar tokotoko yang lebih kecil juga didatangi. Penyewa besar biasanya diberi diskon besar pada biaya sewanya, bahkan bisa mendapatkan bantuan biaya agar tetap buka di mal tersebut. Dalam penempatannya, para penyewa besar dalam satu pusat berbelanja biasanya diletakkan sejauh mungkin dari penyewa besar lainnya, agar memaksimalkan jumlah jarak yang harus ditempuh antar dua penyewa besar. Contoh penyewa besar di Indonesia adalah waralaba Matahari Department Store, Carrefour, Giant, dan Hero. 3.1.4 Permasalahan Petunjuk Informasi / Peta didalam Mall Begitu banyak dan kompleksnya tempat-tempat yang berada didalam mall, maka setiap mall biasanya menggunakan peta atau denah dari mall itu sendiri untuk kebutuhan atau petunjuk informasi bagi konsumen yang akan berbelanja dalam mall tersebut. Fungsi denah atau peta mall itu sendiri kadang kurang menarik, karena tampilan tersebut merupakan gambar dua dimensi dan banyak pengunjung kurang memahami tempat yang akan dikunjungi. Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis ingin membuat sebuah bentuk penyajian yang menarik dalam menggambarkan sebuah denah atau peta informasi di dalam pusat perbelanjaan dengan menggunakan aplikasi multimedia, dengan tujuan agar pengunjung pusat perbelanjaan tersebut dapat mengetahui tempat dan barang yang diinginkan di dalamnya.