BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pengaturan tata letak (layout) merupakan suatu keputusan penting untuk menentukan efisiensi sebuah manajemen operasional secara jangka panjang. Pada praktiknya, pengaturan tata letak memiliki beragam dampak strategis dalam kegiatan manajemen operasional, mengingat pengaturan ini mampu menentukan daya saing perusahaan dalam hal kapasitas, proses, fleksibilitas, biaya, kualitas lingkungan kerja, hubungan dengan pelanggan, dan citra perusahaan (Heizer dan Render, 2011). Pengaturan tata letak yang efektif menjadi penting bagi perusahaan, karena strategi ini dapat membantu perusahaan untuk menciptakan diferensiasi, biaya rendah, atau tanggapan yang cepat (Heizer dan Render, 2011). Pengaturan tata letak memiliki beragam pendekatan bagi pengembangan perusahaan. Penelitian ini memfokuskan pembahasan pada pendekatan tata letak toko eceran (retail layout). Dalam Heizer dan Render (2011), tata letak retail merupakan pendekatan yang dikembangkan dengan menggunakan aliran, mengalokasikan ruang, dan menanggapi perilaku pelanggan. Melalui pemanfaatan tata letak retail, pihak manajemen atau pedagang memiliki tugas untuk menampilkan barang-barang kepada pelanggan sebanyak mungkin. Pemanfaatan tata letak retail yang efektif dianggap dapat meningkatkan tingkat penjualan barang dan pengembalian investasi. 1 Salah satu bentuk retail yang memiliki fokus dalam pemanfaatan tata letak adalah pasar. Dalam Business Dictionary (2013), pasar didefinisikan sebagai suatu tempat yang terdiri dari kekuatan permintaan dan penawaran yang memungkinkan terjadinya hubungan antara penjual dan pembeli, baik secara langsung maupun melalui perantara, untuk melakukan perdagangan barang, jasa, dan kontrak atau instrumen dalam pertukaran uang. Mekanisme kegiatan yang terjadi di dalam pasar, antara lain 1) menentukan harga produk yang dijual, 2) mengkomunikasikan informasi harga, 3) memfasilitasi transaksi, dan 4) mempengaruhi kegiatan distribusi. Pada perkembangannya, pasar diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional merupakan suatu tempat pertemuan antara penjual dan pembeli untuk menjalankan transaksi jual-beli secara langsung. Mekanisme kegiatan pada pasar tradisional didominasi oleh kegiatan tawar menawar. Dalam pelaksanaan kegiatan operasional, transaksi jual-beli pada pasar tradisional dilakukan di sebuah bangunan yang terdiri dari tata letak kios atau lapak yang diurus oleh pihak penjual maupun pengelola pasar. Sedangkan, pasar modern merupakan suatu tempat pertemuan antara penjual dan pembeli yang memungkinkan keduanya untuk tidak menjalankan transaksi secara langsung. Tahap pembelian diawali dari aktivitas pembeli dalam melihat label harga yang tercantum pada kemasan barang (barcode). Pelaksanaan kegiatan operasional pada pasar modern dilakukan di sebuah bangunan yang terdiri dari penempatan rakrak barang dengan mengutamakan jenis pelayanan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. 2 Penelitian ini akan memfokuskan pembahasan pada studi kasus eksploratori mengenai pengaturan tata letak pada Pasar Modern BSD, Tangerang Selatan. Pasar Modern BSD mulai menjalankan kegiatan operasional pada tanggal 1 Juli 2004, dan hadir menjadi salah satu fasilitas pendukung dari pihak pengembang Bumi Serpong Damai (BSD). Kegiatan operasional Pasar Modern BSD ini dikembangkan melalui konsep penggabungan antara pasar tradisional dan pasar modern (pasar tradisional modern), sehingga interaksi di kalangan penjual dan pembeli masih menggunakan mekanisme tawar menawar, namun dijalankan dengan beragam peraturan tertulis. Dalam kaitan ini, terdapat beragam perbedaan antara Pasar Modern BSD dengan pasar tradisional lain (Wirman, 2013), yaitu: 1) Bentuk bangunan permanen yang didukung oleh penataan zonasipasar. 2) Mekanisme pengelolaan yang teratur dan modern dengan menggunakan sistem komputerisasi dan keamanan. 3) Memiliki kualifikasi tinggi dalam kegiatan rekrutmen karyawan. Mengacu pada pemahaman mengenai pengaturan tata letak, fasilitas bangunan Pasar Modern BSD dibangun dengan bentuk hanggar dan horizontal, karena dianggap lebih memberikan kemudahan dalam perawatan bangunan, serta mengoptimalisasi fungsi pencahayaan dan sirkulasi udara. Pengaturan tata letak pada fasilitas bangunan dianggap penting karena dapat mempengaruhi efisiensi dan keuntungan perusahaan (Tompkins, et al., 2003, dalam Aghazadeh, Seyed-Mahmoud; Hafeznezami, S.; Huq, Z.; and Najjar, L, 2011). Pengaturan tata letak pada Pasar Modern BSD terdiri dari 3 tiga fasilitas utama, antara lain bangunan ruko, kios, dan lapak, yang masing-masing memiliki perbedaan luas dan ukuran lantai. Pada pelaksanaannya, pemanfaatan zonasi dalam pengaturan tata letak Pasar Modern BSD dibagi menjadi dua wilayah, meliputi zonasi umum dan zonasi khusus. Zonasi umum merupakan wilayah yang menghubungkan antara bangunan pasar dengan fasilitas umum yang disediakan. Sedangkan, zonasi khusus merupakan wilayah yang menghubungkan antara kios dan lapak di dalam bangunan pasar. Adanya pengelompokan kios dan lapak pada zonasi khusus ini ditujukan untuk menekankan fungsi dari masing-masing kelompok. Pengelompokan ini memiliki tujuan untuk mengatur tata letak antara barang basah dan barang kering sehingga tidak mengalami percampuran. Dalam kaitan ini, pengaturan tata letak pada Pasar Modern BSD dianggap belum mengaplikasikan pengaturan yang masif antara kedua kelompok barang. Selain itu, penumpukan arus barang turut menjadi masalah yang membutuhkan usulan dalam pengaturan tata letak pada Pasar Modern BSD. Keseluruhan masalah dalam pengaturan tata letak pada Pasar Modern BSD ini dapat ditangani sedini mungkin dengan mengidentifikasi hubungan/keterkaitan antar departemen di dalamnya, sehingga menghasilkan pertimbangan untuk memperbaiki pengaturan tata letak. 1.2.Rumusan Masalah Melalui wawancara pada studi pendahuluan, didapatkan informasi bahwa saat ini mekanisme pengaturan tata letak menjadi penting, mengingat jumlah barang yang 4 dijual di dalam Pasar Modern BSD terus mengalami peningkatan (Wirman, 2013), sehingga baik pihak pedagang maupun pengelola pasar dituntut untuk memperhatikan efektivitas dan efisiensi tata letak yang digunakan. Curhan (1973) menyatakan bahwa peningkatan jumlah barang di dalam pasar mendorong pedagang untuk mengatur tata letak dan melakukan renovasi, sehingga pengembangannya mampu mendukung peningkatan penjualan barang. Namun pada praktiknya, Wirman (2013) menyatakan bahwa peningkatan jumlah barang yang dijual di dalam Pasar Modern BSD saat ini belum didukung dengan penyediaan tempat untuk melakukan pemuatan (loading) barang. Hal ini seringkali memunculkan penumpukan barang pada pintu utama saat pihak pemasok mengantarkan barang. Penumpukan ini berimbas pada keterlambatan aktivitas pengantaran barang menuju departemen-departemen di dalam pasar, serta kemudian mempengaruhi keterkaitan produksi, keterkaitan karyawan, dan aliran informasi antar departemen. Pengaturan tata letak pada Pasar Modern BSD ini menjadi penting karena adanya prinsip-prinsip yang harus dipenuhi dalam pengaturan tata letak retail, yaitu prinsip sirkulasi, koordinasi, dan kenyamanan (Aghazadeh, 2005). Penelitian ini akan mengembangkan analisis dalam pengaturan tata letak pada zonasi khusus di dalam bangunan Pasar Modern BSD, dengan mengidentifikasi kesesuaian pengaturan tata letak pasar tersebut terhadap pemenuhan prinsip-prinsip tata letak retail. Selain itu, pengaturan tata letak juga ditujukan pada hubungan/keterkaitan antar departemen, terutama yang berkaitan dengan hubungan/keterkaitan dalam zonasi khusus. 5 Dalam kaitan ini, pengaturan tata letak pada Pasar Modern BSD juga dituntut untuk mengembangkan fungsi-fungsi, antara lain menawarkan ruang yang sesuai untuk menampilkan barang, merekomendasikan barang-barang tertentu untuk dijual, dan membantu peningkatan citra positif suatu barang (Aghazadeh, 2005). Mengacu pada implementasi fungsi-fungsi tersebut, penelitian ini akan mengembangkan fokus pembahasan pada identifikasi kemampuan pihak manajemen untuk memanfaatkan pengaturan tata letak antar departemen secara keseluruhan. Fokus permasalahan dalam penelitian ini akan dikembangkan dengan menggunakan Metode Activity Relationship Chart (ARC), sehingga dapat diidentifikasi hubungan/keterkaitan antar departemen dalam pengaturan tata letak pada Pasar Modern BSD. Adanya identifikasi hubungan/keterkaitan antar departemen ini akan membawa hasil penelitian menuju perencanaan tata letak usulan yang dapat diajukan pada Pasar Modern BSD. 1.3.Pertanyaan Penelitian Melalui pembahasan pada latar belakang, penelitian ini akan mengembangkan pertanyaan penelitian, yaitu: 1) Dengan menggunakan Metode Activity Relationship Chart (ARC), bagaimana hubungan/keterkaitan antar departemen pada Pasar Modern BSD? 2) Bagaimana tata letak usulan yang akan diajukan pada Pasar Modern BSD? 6 1.4.Tujuan Penelitian Pengembangan penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan/ keterkaitan antar departemen pada Pasar Modern BSD dengan menggunakan Metode Activity Relationship Chart (ARC), serta mengajukan tata letak usulan pada Pasar Modern BSD. 1.5.Manfaat Penelitian Pengembangan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu: 1) Bagi Perusahaan a) Menjadi bahan rujukan bagi pengaturan tata letak pada Pasar Modern BSD terkait dengan hubungan/keterkaitan antar departemen, sehingga memiliki kemampuan untuk menciptakan efisiensi dalam penggunaan aliran dan pengalokasian ruang. b) Dapat mengaplikasikan standar kelayakan melalui penggunaan tata letak usulan yang mengacu pada penerapan prinsip-prinsip tata letak retail yang telah diajukan dalam penelitian. 2) Bagi Peneliti a) Memberikan kesempatan kepada penulis untuk mempelajari dan mengaplikasikan penggunaan Metode Activity Relationship Chart (ARC) yang telah didapatkan selama menempuh pendidikan. 7 b) Meningkatkan kemampuan penulis untuk menganalisis pengaturan tata letak dalam suatu retail, tidak hanya dipandang melalui perspektif estetika, namun juga dipandang melalui konseptualisasi dalam pengaturan tata letak. 3) Bagi Pengembangan Ilmu Menyediakan informasi baru kepada pelaku bisnis retail dan pihak manajemen pasar modern pada umumnya, sehingga dapat mendorong pengembangan penelitian berikutnya, baik dengan menggunakan Metode Activity Relationship Chart (ARC) maupun metode lainnya. 1.6.Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini akan dikembangkan melalui ruang lingkup penelitian, sebagai berikut: 1) Kegiatan penelitian dan pengambilan data dilakukan pada Pasar Modern BSD, Tangerang Selatan, sehingga hasil dari penelitian ini mungkin tidak dapat diaplikasikan untuk mengidentifikasi masalah pada perusahaan di bidang lain. 2) Mengacu pada kebutuhan dalam penelitian ini, pembahasan akan difokuskan pada pengaturan tata letak pada Pasar Modern BSD untuk mengidentifikasi hubungan/keterkaitan antar departemen (lapak, kios, ruko, ATM center, kandang ayam kampung, tempat cuci, toilet, tempat pembuangan sampah (TPS), tempat potong, dan gardu) melalui Metode Activity Relationship Chart 8 (ARC). Hubungan/keterkaitan ini akan menjadi acuan dalam perencanaan tata letak usulan pada Pasar Modern BSD. 1.7.Sistematika Penulisan Penelitian ini akan dikembangkan melalui sistematika penulisan, sebagai berikut: a) Bab I Pendahuluan Bab ini membahas latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penulisan. b) Bab II Landasan Teori Bab ini membahas teori-teori dan hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. c) Bab III Metode Penelitian Bab ini membahas jenis penelitian, objek penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, uji keabsahan data, serta diagram alir penelitian. d) Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini membahas profil perusahaan, data hasil penelitian, dan pembahasan. e) Bab V Kesimpulan, Keterbatasan, dan Implikasi Bab ini membahas kesimpulan hasil penelitian, keterbatasan penelitian, dan implikasi bagi perusahaan dan penelitian selanjutnya. 9