BAB VI PENUTUP Pada bab terakhir ini dipaparkan beberapa hal sebagai bagian penutup, yakni mengenai temuan studi, kesimpulan, rekomendasi, kelemahan studi serta saran studi lanjutan. VI.1. Temuan Studi Melalui berbagai proses yang telah dilakukan, ada beberapa temuan studi yang bisa diperoleh, khususnya terkait dengan transformasi sosial ekonomi masyarakat sekitar pengembangan lahan skala besar Bumi Serpong Damai (BSD). Temuan studi ini berkaitan erat dengan sasaran-sasaran yang ingin dicapai pada penelitian. Dari sasaran studi yang pertama, yaitu ’mengidentifikasi kegiatan migrasi yang terjadi di sekitar BSD’, ada beberapa temuan studi yang terkait, yakni sebagai berikut: Wilayah studi secara signifikan diwarnai oleh adanya migrasi yang masuk ke kelurahan-kelurahan di sekitar pengembangan lahan skala besar BSD. Hal ini dapat dilihat dari proporsi responden penduduk pendatang di wilayah studi pada tahun 2006 yang menunjukkan prosentase yang lebih banyak daripada responden yang merupakan penduduk asli. Masuknya penduduk pendatang ke wilayah studi tampaknya juga tidak terlepas dari pengembangan yang dilakukan BSD di awal 1990-an. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya responden pendatang yang pindah ke wilayah studi seiring dengan pengembangan BSD, yakni pada tahun 1991, 1992, 1993, 1994, dan mengalami puncaknya pada tahun 1995. Sebagian besar responden pendatang melakukan perpindahan sebanyak satu kali. Meskipun demikian ada pula yang melakukan perpindahan sampai dua dan tiga kali, sebelum akhirnya tinggal di wilayah studi. Sebagian besar responden pendatang berasal dari wilayah-wilayah yang relatif masih dekat dengan wilayah studi, yakni Jakarta dan Tangerang. 131 Responden pendatang ada yang berasal dari wilayah berkarakter urban – seperti Jakarta, dan ada pula yang berasal dari wilayah dengan karakter rural – seperti dari Kabupaten Tangerang, Jawa Tengah dan sebagainya. Diantara berbagai alasan yang dikemukakan, sebagian besar responden pendatang pindah ke wilayah studi karena alasan yang berhubungan dengan mata pencaharian, di antaranya adalah karena ingin mencari pekerjaan, memulai usaha/pekerjaan di tempat tinggal yang baru, serta untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik. Alasan ini tampaknya terkait dengan peluang mata pencaharian di wilayah studi seiring dengan dikembangkannya BSD. Keputusan pindah responden pendatang ke wilayah studi sebagian besar dipengaruhi oleh pihak keluarga, dan sebagian besar lainnya adalah atas inisiatif dari kepala keluarga itu sendiri. Sementara itu, melalui sasaran kedua yaitu ’mengidentifikasi berbagai perubahan yang terjadi dalam strukur mata pencaharian rumah tangga masyarakat sekitar BSD dalam 15 tahun terakhir’, diperoleh beberapa temuan studi yakni: Di wilayah studi terjadi transformasi struktur mata pencaharian rumah tangga masyarakat, baik pada mata pencaharian utama maupun pada mata pencaharian tambahan. Mata pencaharian utama rumah tangga responden di sektor primer semakin lama semakin ditinggalkan oleh masyarakat sekitar pengembangan lahan skala besar BSD. Hal ini dapat dilihat dari kecilnya prosentase rumah tangga responden yang bermata pencaharian petani, dan jika dilihat perubahannya dari tahun 1991 sampai dengan 2006, prosentase tersebut semakin lama semakin menurun. Sementara itu mata pencaharian utama rumah tangga di sektor lain, yakni di sektor sekunder dan tersier, dalam kurun 1991 sampai dengan 2006, semakin lama semakin meningkat. Peningkatan di sini tampaknya masih terkait dengan pengembangan lahan yang dilakukan pada BSD, dimana semakin membuka 132 peluang kesempatan kerja, terutama dengan tumbuhnya industri dan maraknya sektor perdagangan di wilayah ini. Dari tahun 1991 sampai dengan 2006 sebagian besar rumah tangga responden bermata pencaharian utama di sektor tersier atau jasa, yakni meliputi buruh, karyawan swasta, PNS, menyewakan rumah, guru, TNI/POLRI dan pensiunan. Sedangkan sektor sekunder merupakan sektor mata pencaharian utama rumah tangga terbesar kedua setelah sektor tersier, yakni meliputi pedagang dan wiraswasta. Dari tahun 1991 sampai dengan 2006, rumah tangga responden yang memiliki mata pencaharian tambahan semakin lama semakin meningkat. Mata pencaharian tambahan tidak hanya dimiliki oleh rumah tangga responden yang merupakan penduduk asli saja tetapi juga pada responden pendatang. Dalam lima tahun terakhir, responden pendatang yang memiliki mata pencaharian tambahan lebih banyak daripada responden penduduk asli, sehingga dalam hal ini penduduk pendatang nampak lebih mampu menangkap berbagai peluang mata pencaharian, khususnya untuk mata pencaharian tambahan. Seperti halnya pada mata pencaharian utama, dalam kurun 1991 sampai dengan 2006, mata pencaharian tambahan rumah tangga responden semakin lama semakin bergeser ke sektor sekunder dan tersier, dan semakin meninggalkan sektor primer. Tempat bekerja rumah tangga responden, baik untuk mata pencaharian utama maupun tambahan, sebagian besar berlokasi di sekitar tempat tinggal atau relatif dekat dengan tempat tinggal, misalnya di dalam lingkup kelurahankelurahan wilayah studi, di BSD, serta di kelurahan lain dalam lingkup Kecamatan Serpong. Pada sasaran ketiga, yaitu ’mengidentifikasi perubahan struktur pendapatan dan pengeluaran pada masyarakat sekitar BSD dalam 15 tahun terakhir’, diperoleh beberapa temuan studi, yaitu: 133 Terjadi transformasi pada struktur pendapatan maupun pengeluaran rumah tangga di wilayah studi, yang sebagian besar menuju ke arah yang lebih baik. Pendapatan rumah tangga responden dalam kurun 1991 sampai dengan 2006 menunjukkan adanya peningkatan, dimana peningkatan tersebut tidak hanya disebabkan oleh faktor inflasi saja tetapi juga karena semakin membaiknya kondisi perekonomian masyarakat tersebut. Hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan pada nilai mediannya, perubahan yang terjadi pada kelaskelas pendapatan rumah tangga responden, serta perbandingan pendapatan rumah tangga responden terhadap pendapatan nasional maupun standar upah minimum di wilayah studi dan sekitarnya. Pendapatan rumah tangga responden memiliki rentang yang cukup besar (dilihat dari nilai minimum dan maksimumnya) dan hal ini menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan pendapatan pada masyarakarat di wilayah studi. Terdapat sebagian kecil rumah tangga responden yang pengeluarannya lebih besar daripada pendapatan, dimana hal ini terjadi pada rumah tangga responden dengan kelas pendapatan rendah dan sangat rendah. Kondisi tersebut tidak hanya dialami oleh responden pendatang, tetapi juga responden yang merupakan penduduk asli. Biaya-biaya pengeluaran rumah tangga responden untuk berbagai keperluan, seperti biaya makan, kesehatan, pendidikan, listrik, air dan telepon, transportasi, hiburan, rutin tempat tinggal, tabungan dan biaya lain-lain, cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (1991-2006). Peningkatan pengeluaran tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh inflasi, tetapi juga karena semakin meningkatnya kebutuhan rumah tangga masyarakat di wilayah studi. Dalam kurun 1991 sampai dengan 2006, rumah tangga responden tampaknya tidak hanya berupaya untuk memenuhi kebutuhan primernya saja, tetapi juga semakin memperhatikan kebutuhan lainnya (non-primer), yakni dengan mengalokasikan biaya untuk tabungan, kebutuhan akan hiburan atau rekreasi, pendidikan dan kesehatan bagi keluarganya. 134 Semakin beragamnya jenis kebutuhan rumah tangga dalam kehidupannya sehari-hari serta semakin meningkatnya pengeluaran rumah tangga untuk keperluan non-primer. Hal ini dapat dilihat dari perubahan alokasi berbagai jenis keperluan rumah tangga responden serta jumlah pengeluaran untuk berbagai keperluan tersebut per bulannya Peningkatan prosentase rumah tangga responden yang mengalokasikan pengeluarannya untuk biaya pendidikan maupun kesehatan dapat menjadi salah satu indikasi bahwa perhatian masyarakat akan pentingnya pendidikan dan kesehatan juga semakin meningkat. VI.2. Kesimpulan Dari berbagai identifikasi yang telah dilakukan, secara signifikan telah terjadi transformasi atau perubahan sosial ekonomi pada masyarakat sekitar pengembangan lahan skala besar Bumi Serpong Damai (BSD), khususnya berkaitan dengan migrasi, struktur mata pencaharian, serta pendapatan maupun pengeluaran rumah tangga. Untuk itu dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa area sekitar pengembangan lahan skala besar BSD signifikan diwarnai oleh adanya migrasi yang masuk ke wilayah studi dengan proporsi penduduk pendatang yang cenderung meningkat, struktur mata pencaharian yang semakin bergeser ke sektor sekunder dan tersier, dan perekonomian masyarakat yang semakin membaik. Jika dirunut ke belakang, mengingat dulunya wilayah ini merupakan desa (rural), maka transformasi yang terjadi lebih mengarah kepada karakteristik urban akibat adanya proses peri-urbanisasi. Hal tersebut di antaranya dapat dilihat dari semakin ditinggalkannya sektor primer yang dulunya merupakan sektor dominan, semakin meningkatnya tenaga kerja di sektor jasa atau tersier maupun di sektor sekunder, semakin beragamnya jenis kebutuhan masyarakat, semakin meningkatnya alokasi pengeluaran rumah tangga untuk keperluan non-primer, dan sebagainya. Dari identifikasi yang dilakukan, ada beberapa hal yang turut mempengaruhi perkembangan maupun perubahan sosial ekonomi masyarakat akibat proses periurbanisasi tersebut, salah satunya adalah karena faktor pertumbuhan. Seperti yang 135 diungkapkan Bryant dkk (1982) bahwa pertumbuhan yang dialami wilayah pinggiran (fringe) sering diakibatkan oleh akses dan terkonsentrasi pada area yang menarik untuk dikembangkan. Tampaknya dari kedua hal tersebut yang lebih banyak mempengaruhi perkembangan wilayah studi adalah kondisi yang kedua, yakni pertumbuhan yang disebabkan oleh adanya konsentrasi pada area yang menarik, dan kemudian dikembangkan – dalam hal ini area tersebut adalah BSD. Dengan berbagai potensi lokasi yang dimilikinya, seperti lokasi yang strategis, kondisi awal yang merupakan lahan non-produktif, kepadatan rendah, telah ada infrastruktur dasar, potensi perekonomian, kondisi tapak yang mendukung, dan sebagainya, BSD dikembangkan dan selanjutnya membangkitkan perubahan bagi wilayah lain yang berada di sekitarnya. Untuk itu jika ditinjau dari konteks peri-urban secara lebih luas, BSD – sebagai area yang menarik untuk dikembangkan, melahirkan suatu titik konsentrasi di luar pusat kota Jakarta yang merupakan area urban atau core built-up area. Konsentrasi tersebut kemudian berkembang, mempengaruhi wilayah sekitarnya, merubah karakteristik area yang dulunya cenderung rural menjadi area yang dikenal sebagai peri-urban, yang di dalamnya terdapat kombinasi antara karakteristik rural dan karakteristik urban. Hal lain yang juga terkait dengan pertumbuhan adalah mengenai peningkatan jumlah penduduk. Adapun pertumbuhan penduduk, menurut Hammond (dalam Muhlisin, 2005) merupakan salah satu alasan berkembangnya wilayah pinggiran. Di wilayah studi, pertambahan jumlah penduduk dari tahun ke tahun tidak hanya karena faktor alami atau kelahiran saja, tetapi juga karena adanya migrasi ke dalam wilayah ini. Pertumbuhan penduduk di wilayah studi ini tampaknya juga terkait dengan upaya untuk mengurangi tekanan yang dialami oleh kota Jakarta akibat adanya urbanisasi, namun hal ini perlu dibuktikan lebih lanjut. Upaya mengurangi tekanan tersebut juga merupakan salah satu poin dalam latar belakang dan tujuan dikembangkannya BSD (lihat IV.1.2). Selain itu, perubahan sosial ekonomi masyarakat melalui proses peri-urbanisasi di wilayah studi dipengaruhi juga oleh tumbuhnya industri-industri di kawasan BSD serta berkembangnya kawasan-kawasan komersial BSD, seperti yang terdapat di 136 Taman Tekno (Techno Park), German Centre, ITC BSD, BSD Junction, pasar moderen, super market, department store, dan lain sebagainya. Keberadaan pusatpusat kegiatan tersebut tidak hanya menjadi faktor penarik bagi para pendatang dari wilayah lain untuk tinggal di wilayah studi, tetapi juga merubah karakteristik masyarakat yang dulunya cenderung rural menjadi masyarakat yang terurbanisasi dan terindustrialisasi. Hal lain yang tampaknya juga mempengaruhi proses peri-urbanisasi di wilayah studi adalah semakin membaiknya akses maupun pelayanan transportasi di wilayah BSD dan sekitarnya, sehingga memberikan kemudahan masyarakat dalam bertransportasi, baik di dalam BSD sendiri maupun dari dan ke luar BSD. Faktor peningkatan pelayanan transportasi ini juga merupakan salah satu poin penting yang dikemukakan Hammond (dalam Muhlisin, 2005) mengenai alasan tumbuhnya wilayah pinggiran. Peningkatan pelayanan transportasi tersebut di antaranya dapat dilihat dari beragamnya jenis angkutan yang disediakan, pembangunan jalan tol, penyediaan halte-halte, kondisi jalan yang terpelihara dengan baik, dan sebagainya. Berbagai hal tersebut kemudian mengakibatkan berkembangnya titik konsentrasi ini, baik secara fisik maupun psikologisnya. Secara fisik dapat dilihat dari pertambahan penduduknya – terutama oleh faktor migrasi, pembangunan sarana dan prasarana, tumbuhnya kawasan-kawasan industri maupun perdagangan yang kemudian membawa perubahan pada struktur mata pencaharian rumah tangga, dan sebagainya. Secara psikologis, salah satunya dapat dilihat dari perubahan kebiasaan rumah tangga, khususnya dalam hal pengeluarannya, menjadi cenderung lebih memperhatikan kebutuhan non-primer, seperti kebutuhan akan hiburan. Selain itu rumah tangga responden semakin lama juga semakin memperhatikan perlunya keperluan jangka panjang dengan mengalokasikan keuangannya untuk tabungan. Dalam hal ini tampak bahwa perkembangan titik konsentrasi tersebut membawa beberapa perubahan atau transformasi sosial ekonomi masyarakat di sekitar BSD, khususnya berkenaan dengan migrasi, struktur mata pencaharian, pendapatan dan pengeluaran rumah tangga seperti yang digambarkan dalam hasil studi ini. 137 VI.3. Rekomendasi Sehubungan dengan perubahan karakteristik sosial ekonomi masyarakat studi dari rural ke urban, perlu diperhatikan mengenai kemungkinan semakin meningkatnya arus pendatang dari berbagai wilayah, yang pada titik tertentu peningkatan ini bisa saja membentuk suatu masyarakat marginal, yakni masyarakat yang sering diidentikkan dengan keterbatasan terhadap akses ekonomi, politik, pengetahuan, pendidikan, serta menempati ruang-ruang illegal. Dengan keterbatasannya, masyarakat tersebut tidak hanya mampu menimbulkan permasalahan-permasalahan baru bagi wilayah yang bersangkutan, tetapi juga bisa mengganggu tatanan yang telah ada. Lebih lanjut, pertumbuhan yang tidak terkendali juga dapat menimbulkan tumbuhnya sektor-sektor informal yang membawa eksternalitas negatif, pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan rencana, kurangnya pelayanan akan infrastruktur, fasilitas umum dan fasilitas sosial, bahkan juga penurunan kualitas lingkungan. Semua hal tersebut bisa saja terjadi, terutama ketika wilayah peri-urban tidak siap menampung segala perubahan dan pertumbuhan yang terjadi, sementara transformasi terjadi begitu cepat dan faktor penarik pendatang untuk pindah ke wilayah ini berlangsung sangat kuat – antara lain dengan adanya peluang kerja. Untuk itulah dalam hal ini pemerintah sebagai pemegang kebijakan harus selalu waspada dan perlu mengantisipasi secara dini kemungkinan munculnya berbagai pengaruh negatif tersebut. Pemerintah dengan kekuatan yang dimilikinya tidak perlu segan-segan bahkan harus sesegera mungkin menindak segala bentuk pemanfaatan yang tidak sesuai dengan rencana yang telah dibuat, misalnya ketika sudah mulai ada masyarakat pendatang yang menempati ruang-ruang illegal, PKL yang tidak pada tempatnya, dan sebagainya. Bahkan jika memang diperlukan, pemerintah bisa membuat suatu kerangka manajemen atau pengelolaan terhadap pertumbuhan wilayah peri-urban, agar wilayah ini tetap bisa memberikan rasa nyaman bagi penghuninya, mencegah timbulnya sektor-sektor informal yang membawa eksternalitas negatif, mencegah tumbuhnya masyarakat marginal, dan hal-hal lainnya yang dapat menimbulkan gangguan, konflik, dan sebagainya. 138 VI.4. Kelemahan Studi Ada beberapa hal yang menjadi kelemahan dalam studi ini, salah satunya adalah terkait dengan ketersediaan serta kelengkapan data dan informasi, baik dari pihak kelurahan, kecamatan maupun dari PT. BSD sendiri. Data maupun informasi yang tidak berhasil diperoleh untuk mendukung studi ini di antaranya adalah mengenai data jumlah penduduk kelurahan berdasarkan mata pencaharian (series), jumlah penduduk masuk dan keluar, penggunaan lahan, dan sebagainya, terlebih lagi data yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi transformasi ini adalah data series, dari tahun 1991 hingga 2006. Hal ini berakibat pada kurang tajamnya identifikasi yang dilakukan. Di samping itu, kelemahan lain yang masih terkait dengan data dan informasi ini adalah berkenaan dengan kesulitan responden atau masyarakat sekitar pengembangan lahan skala besar BSD dalam mengingat berbagai informasi yang dibutuhkan guna kelengkapan studi, terlebih lagi informasi yang diperlukan adalah informasi dalam 15 tahun terakhir. Hal ini sedikit banyaknya mempengaruhi keakuratan data. Penelitian ini hanya mengangkat beberapa komponen dalam perubahan sosial ekonomi masyarakat peri-urban, yaitu migrasi, struktur mata pencaharian, pendapatan dan pengeluaran rumah tangga. Dengan berbagai komponen tersebut, penelitian jadi lebih banyak membahas mengenai aspek ekonomi, sementara perubahan sosialnya kurang diperhatikan, seperti faktor pendidikan, budaya, kesehatan, mobilitas, politik dan sebagainya. Adapun komponen sosial tersebut tidak masuk dalam dalam kajian penelitian ini karena beberapa hal, di antaranya adalah karena pertimbangan ketersediaan atau kemampuan untuk memperoleh data, keterbatasan waktu, biaya, tenaga dan sebagainya. VI.5. Saran Studi Lanjutan Ssehubungan dengan ketersediaan data dan informasi, studi selanjutnya diharapkan dapat menggunakan data maupun informasi yang lebih lengkap, seperti data jumlah penduduk berdasarkan struktur mata pencaharian (series), data penduduk masuk dan 139 keluar (series), data perubahan guna lahan (series), dan sebagainya. Hal ini tentu saja untuk memperoleh hasil identifikasi yang lebih baik, lebih tajam dan lebih akurat. Untuk memperoleh gambaran perubahan sosial ekonomi yang lebih baik, hendaknya penelitian berikutnya ataupun penelitian lain serupa menggunakan variabel yang lebih banyak dan lebih lengkap, misalnya dengan mengikut-sertakan faktor pendidikan, budaya, kesehatan, mobilitas, politik dan sebagainya, yang tidak dilakukan dalam studi ini mengingat adanya pertimbangan ketersediaan atau kemampuan untuk memperoleh data, keterbatasan waktu, biaya, tenaga dan sebagainya. Dengan mengikutsertakan faktor-faktor tersebut perubahan sosial ekonomi tidak hanya cenderung pada pembahasan ekonominya saja, tetapi juga pada aspek sosialnya. Dari keseluruhan pembahasan yang telah dilakukan mengenai transformasi sosial ekonomi masyarakat di sekitar pengembangan lahan skala besar BSD, ada beberapa tema studi lanjutan yang dapat diangkat, dan tema-tema ini juga masih berkaitan dengan konteks peri-urban. Salah satunya adalah studi mengenai penyerapan tenaga kerja pada sektor sekunder dan tersier di wilayah peri-urban. Hal ini perlu dilakukan mengingat dari hasil identifikasi diketahui bahwa sekor tersier maupun sekunder secara signifikan mendominasi struktur mata pencaharian rumah tangga masyarakat di wilayah studi, serta menggeser keberadaan sektor primer. Studi lainnya adalah berkaitan dengan identifikasi kemampuan wilayah peri-urban dalam mengurangi tekanan yang dialami kota intinya, atau dalam hal ini studi dapat dilakukan dengan mengidentifikasi kemampuan BSD maupun wilayah sekitarnya dalam mengurangi tekanan urbanisasi yang terjadi di kota Jakarta. Tema ini diambil mengingat dalam hasil studi diketahui bahwa terdapat banyak pendatang yang berasal dari Jakarta, dan secara tidak langsung mengurangi tekanan pada kota itu sendiri. Hal lainnya yang juga dapat dikaji lebih lanjut adalah mengenai dampak periurbanisasi terhadap lingkungan, pendidikan, kesehatan, legalitas terhadap lahan, dan sebagainya. Hal ini tampaknya diperlukan terutama ketika melihat adanya kemungkinan pertumbuhan masyarakat marginal di wilayah peri-urban, terlebih jika 140 wilayah tersebut kurang memperhatikan manajemen pertumbuhan serta kurang siap dalam menerima segala perubahan dan pertumbuhan yang terjadi dengan cepat. Studi lanjutan juga dapat dilakukan pada karakter peri-urban lain, misalnya periurban yang terbentuk akibat adanya akses, sirkulasi atau berasal dari adanya persinggahan. Adapun peri-urban yang telah diidentifikasi melalui studi ini cenderung berasal dari pertumbuhan suatu area akibat adanya pengembangan lahan skala besar, yang selanjutnya membentuk suatu konsentrasi tertentu dan diwarnai dengan migrasi dari multi titik. 141