BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Dalam rangka

advertisement
BAB IV
GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
Dalam rangka membantu tercapainya tujuan studi, perlu pula diketahui dan
dikenali mengenai kondisi beberapa area atau obyek yang terkait dengan studi.
Untuk itu, bab ini menguraikan beberapa gambaran umum, salah satunya adalah
mengenai pengembangan Bumi Serpong Damai (BSD), yang menjadi obyek
pengembangan lahan skala besar untuk penelitian ini. Di samping itu juga
diuraikan mengenai gambaran umum empat kelurahan yang dipilih sebagai
wilayah studi, yaitu Kelurahan Rawa Mekar Jaya, Kelurahan Rawabuntu,
Kelurahan Jelupang dan Kelurahan Cilenggang.
IV.1. Pengembangan Bumi Serpong Damai (BSD)
Pada sub-bab ini dijelaskan mengenai hal-hal yang melatar belakangi
dikembangkannya BSD, tujuan pengembangan BSD, pihak-pihak yang terlibat
dalam pengembangan BSD, area yang masuk dalam pengembangan BSD, tahap
pengembangan BSD, serta realisasi pengembangan BSD yang meliputi wisma
(hunian), karya (pekerjaan, bisnis dan industri), suka (fasilitas umum dan fasilitas
sosial), marga (infrastruktur) dan penyempurna (pelengkap) yang ada di kawasan
BSD.
IV.1.1. Latar Belakang Pengembangan Bumi Serpong Damai (BSD)
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, pengembangan lahan skala besar mampu
membawa perubahan bagi kawasan pengembangan itu sendiri maupun area di
sekitarnya. Hal ini pula tampaknya terjadi pada pengembangan lahan skala besar
BSD. Sehubungan dengan perubahan tersebut perlu diketahui beberapa hal yang
mempengaruhi asal mula dikembangkannya BSD. Pertumbuhan kota yang sangat
pesat serta berbagai permasalahan perkotaan yang semakin rumit untuk ditangani
merupakan sebagian faktor yang mempengaruhi cikal bakal BSD. Lebih lanjut,
berikut adalah faktor-faktor lainnya yang turut melatarbelakangi pembangunan
maupun pengembangan Bumi Serpong Damai (Pre Study Report Executive
Summary Kota Mandiri Bumi Serpong Damai , 1985 dan PT. BSD, 2006) :
51
Urbanisasi pada DKI Jakarta dan JABOTABEK
Urbanisasi yang tinggi merupakan hal yang tidak terlepas dari perkembangan
kota-kota besar di Indonesia, salah satunya seperti yang terjadi pada wilayah
JABOTABEK. Peningkatan jumlah penduduk yang cepat dan cenderung
mengelompok di wilayah Jakarta merupakan tekanan berat bagi DKI Jakarta
dan sekitarnya, terutama dalam memenuhi tuntutan kebutuhan penduduk
seperti perumahan, air bersih, listrik dan sarana dasar permukiman lainnya.
Guna memenuhi tuntutan tersebut, maka kemudian tumbuh usaha-usaha
swasta
yang
bergelut
di
bidang
penyediaan
perumahan.
Namun
pengembangan perumahan tersebut dinilai belum berlandaskan pada
perencanaan yang menyeluruh dan terpadu. Menyadari hal ini, beberapa
perusahaan real estate menggalang keterpaduan dalam bentuk suatu
konsorsium dan berupaya untuk mengatasi masalah tersebut dengan
mencetuskan gagasan pengembangan sebuah kota baru melalui pembangunan
BSD.
Kebijaksanaan Pemerintah dalam Pengembangan Wilayah dan Kota
Pada tingkat nasional terdapat kebijakan pemerintah yang dituangkan dalam
Inpres Nomor 13 Tahun 1976 yang di antaranya membahas mengenai rencana
pengembangan
JABOTABEK.
Kebijakan
tersebut
menekankan
pola
pertumbuhan pada poros timur-barat, dengan Kabupaten Bekasi dan
Kabupaten Tangerang sebagai sub-pusat wilayah utama. Terkait dengan hal
tersebut dibentuk suatu wilayah metropolitan dengan pusat kota induk DKI
Jakarta dan beberapa kota di wilayah BOTABEK sebagai sub-pusat kotanya.
Kebijakan tersebut kemudian juga didukung oleh kebijakan lainnya pada
tataran regional, di antaranya RUTRP Serpong 1987, RUTRK Serpong /Perda
Kabupaten Tingkat II Tangerang No. 4 Tahun 1989 dan
Pola Dasar
Pembangunan Daerah Tingkat II Tangerang 1989. Sesuai Inpres No. 13 Tahun
1976, Kabupaten Tangerang berfungsi sebagai penyangga DKI Jakarta,
khususnya di bidang permukiman penduduk dan penangkal masuknya
urbanisasi ke DKI Jakarta, melalui pengembangan pembangunan berbagai
jenis industri dan proyek-proyek perumahan, termasuk proyek perumahan
dalam skala besar atau kota baru (RUTRK Serpong 1989/Perda Kabupaten
52
Tangerang Tingkat II Tangerang No. 4 Tahun 1989). Melalui Pusat
Pertumbuhan Serpong, yang berfungsi sebagai pembentuk keseimbangan
antara pelayanan dan penjalaran pembangunan di Kabupaten Tangerang,
Bumi Serpong Damai (BSD) mulai dikembangkan.
Potensi lokasi
Beberapa potensi lokasi atau tempat juga turut mempengaruhi pengembangan
BSD, di antaranya adalah :
- Lokasi yang strategis karena mudah dicapai serta jarak yang ideal, 25 km
terhadap kota besar, 25 km dari Bandara Soekarno-Hatta dan 17 km dari
Tangerang.
- Kondisi awal dari lokasi BSD yang merupakan lahan non produktif, relatif
tidak terdapat sawah dengan irigasi teknis, kepadatan rendah berkisar 10
jiwa / ha, telah ada infrastruktur dasar seperti sungai, jalan regional, kereta
api, gas dan bandara yang mampu menunjang perkembangan permukiman
ini selanjutnya.
- Potensi perekonomian dengan adanya PUSPITEK, LAPAN, ITI, pusat
pendidikan penerbangan di Curug serta kawasan industri manufaktur di
Tangerang yang mampu membantu pembentukan perekonomian kota baru
ini.
- Kondisi tapak yang mendukung, salah satunya adalah dengan adanya
Sungai Cisadane serta beberapa sungai lainnya memperlihatkan beragam
variasi kekayaan visual yang khas untuk daerah ini.
- Terdapat lahan pertanian produktif yang lokasinya tidak jauh dari wilayah
ini.
- Potensi permintaan perumahan.
IV.1.2. Tujuan Pengembangan BSD
Atas dasar pertimbangan atau latar belakang tersebut maka dibangunlah BSD
dengan konsep kota baru yang dapat dijadikan sebagai alternatif tempat
bermukim, bekerja, rekreasi, dengan semua kebutuhan dapat terpenuhi di
dalamnya. BSD dikembangkan atas kerjasama pemerintah – swasta – masyarakat,
untuk membentuk kota citra abad 21, sekaligus juga memberikan solusi bagi
masalah perkotaan dan mengurangi tekanan bagi kota Jakarta dengan membangun
53
pusat-pusat kegiatan baru. BSD juga diupayakan sebagai suatu kota mandiri yang
terencana, terintegrasi dan berwawasan lingkungan. Berdasarkan Buku Data dan
Penjelasan Proyek Kota Baru Bumi Serpong Damai (Mei 1997 : 11) tujuan
pembangunan BSD ini antara lain adalah :
- Pengembangan kota baru yang mandiri, tempat orang-orang dapat bermukim,
bekerja, berekreasi dan memenuhi segala kebutuhan hidupnya mulai lahir
sampai meninggal.
- Pengembangan kota abad 21 yang dapat memenuhi citra hidup manusia
Indonesia menghadapi era globalisasi dan persaingan bebas.
- Pengembangan kota yang dapat memberikan solusi terhadap masalah
urbanisasi dan tekanan terhadap kota Jakarta.
- Pengembangan kota yang inovatif dengan menciptakan standar perencanaan
dan pola permukiman yang dapat menciptakan keseimbangan sosial dalam
permukiman demi mencapai hubungan sosial yang harmonis.
- Pengembangan kota yang terencana dan terintegrasi dengan kawasan
sekitarnya serta memperhatikan wawasan lingkungan.
IV.1.3. Pihak yang Terlibat dalam Pengembangan BSD
BSD direncanakan, dibangun dan dikelola oleh PT. Bumi Serpong Damai yang
berdiri pada tanggal 16 Januari 1984, terdiri dari 10 konsorsium pengembang
swasta. 10 perusahaan yang masuk dalam konsorsium tersebut adalah PT. Serasi
Niaga Sakti, PT. Anangga Pertiwi Megah, PT. Nirmala Indah Sakti, PT. Supra
Veritas, PT. Bhineka Karya Pratama, PT. Simas Tunggal Centre, PT. Apta Citra
Universal, PT. Aneka Karya Amarita, PT. Metropolitan Transcities Indonesia dan
PT. Pembangunan Jaya. Pada perkembangan selanjutnya bergabung lagi tiga
perusahaan, yaitu (PT. Bank Niaga, 2004 dalam Harmanurjeni, 2006): PT. Paraga
Artamida, PT. Holdiko Perkasa dan PT. Warner Investment Bhd. Pada tahun
2004, pemegang saham terbesar PT. BSD adalah Sinar Mas Group, yaitu sebesar
57,43 persen (PT. Pemeringkat Indonesia, 2004 dalam Harmanurjeni, 2006).
Dalam pembuatan masterplan pembangunan Kota Baru BSD, PT. BSD dibantu
beberapa konsultan internasional ternama seperti Pasific Consultant International,
Japan City Planning Inc., Nihon Architect Engineer and Consultant Inc. dan juga
Doxiadis. Pasific Consultant International yang merupakan konsorsium konsultan
54
Jepang membuat disain Master Plan BSD. Doxiadis Associates dari Athena
Yunani melakukan pembangunan selanjutnya. John Portman and Associates asal
Amerika mendisain CBD (Central Bussiness District). Aspinwall Clouston yang
berasal dari Singapura mendisain central park.
IV.1.4. Area Pengembangan BSD
Kawasan BSD diresmikan pada tanggal 16 Januari 1989, dengan luas keseluruhan
lahan BSD adalah ± 6.000 Ha, meliputi 20 desa/kelurahan (Prasidha, 1999 dan
PT. BSD, 2006) yang ada pada empat kecamatan di Kabupaten Tangerang.
Keempat kecamatan tersebut adalah (Harmanurjeni, 2006) : Kecamatan Serpong,
Cisauk, Pagedangan dan Legok. Sedangkan kelurahan-kelurahan yang termasuk
dalam area pengembangan BSD ini adalah sebagai berikut (Prasidha, 1999 dan
PT. BSD, 2006) :
11) Kademangan
12) Cisauk
13) Situgadung
14) Kadusirung
15) Lengkong Kulon
16) Pagedangan
17) Cijantra
18) Cicalengka
19) Jatake
20) Legok
1) Lengkong Gudang Barat
2) Lengkong Gudang Timur
3) Lengkong Wetan
4) Serpong
5) Cilenggang
6) Rawabuntu
7) Sampora
8) Setu
9) Ciater
10) Buaran
Adapun untuk Kelurahan Jelupang Kecamatan Serpong tidak termasuk dalam SK
Ijin Lokasi, namun termasuk dalam wilayah pengembangan BSD (Harmanurjeni,
2006).
BSD terletak di daerah Kabupaten Tangerang, sekitar 27 km sebelah barat daya
Jakarta, dan akan merupakan bagian dari Kota Serpong yang baru, seperti yang
tercantum dalam Revisi RUTRK Serpong (Perda Kabupaten Tangerang No. 4
Tahun 1996 tentang Revisi Rencana Umum Tata Ruang Kota Serpong). Sesuai
dengan Pola Dasar Pembangunan Nasional di Kabupaten Tangerang, Kota
Serpong berperan sebagai pusat pengembangan utama Wilayah Pengembangan V
Kabupaten Tangerang dengan fungsi utama sebagai pusat permukiman, pusat
perdagangan dan jasa, kota ilmu pengetahuan, serta pusat budaya dan rekreasi,
sedangkan Kabupaten Tangerang sendiri berfungsi untuk menampung limpahan
penduduk DKI Jakarta, menampung kegiatan industri dan menampung kegiatan
55
perdagangan. Sementara itu pengembangan BSD termasuk dalam wilayah BWK
V dan BWK VI di Kota Serpong. Wilayah ini merupakan wilayah terluas dari
seluruh wilayah pengembangan Kota Serpong (sekitar 40%), dengan luas 6.000 ha
dari total 15.302,6 ha (Harmanurjeni, 2006).
Orientasi
BSD
Sumber: PT. BSD, 2006
Gambar IV.1. Orientasi Pengembangan BSD
Wilayah pengembangan BSD (kawasan Serpong) ini sebelumnya merupakan
lahan tidak produktif yang diselingi dengan kebun karet, sepi dan jauh dari
keramaian, namun sejak tahun 1990 – ketika BSD mulai dihuni, kawasan ini pun
jadi ramai. Dulunya BSD juga sempat dikenal sebagai kota BTN, karena pada
awal kemunculannya BSD ingin membangun population base terlebih dahulu
dengan menjual rumah-rumah kecil.
IV.1.5. Tahap Pengembangan BSD
Dalam rangka pengembangan BSD sebagai sebuah kota baru dibuat tiga
kemungkinan / skenario perkembangan BSD, yaitu (Pre Study Report Executive
Summary Kota Mandiri Bumi Serpong Damai , 1985 dan Harmanurjeni, 2006) :
a) Skenario Inti Perkotaan
BSD sebagai kota swasembada penuh, dengan pusat kegiatan ekonomi yang
kuat dan berperan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari ekonomi regional.
Dalam skenario ini, BSD berperan sepenuhnya menjadi sebuah kota yang
mandiri.
56
b) Skenario Sub-Pusat Regional
BSD berperan sebagai sub-pusat di Kabupaten Tangerang dan mempunyai
peranan penting bagi wilayah sekitarnya. Melalui skenario ini BSD lebih
diarahkan sebagai sebuah kota satelit yang menunjang keberadaan kota
induknya.
c) Skenario Kota Asrama
BSD berperan sebagai kawasan permukiman yang luas dan merupakan bagian
dari urbanisasi kota Jakarta.
Untuk mewujudkan kota baru BSD yang swasembada, maka diantara ketiga
kemungkinan di atas, skenario yang dipilih atau yang diprioritaskan adalah
skenario ”inti perkotaan”. Dalam skenario ini, CBD merupakan penggerak utama
yang diharapkan dapat membuka peluang kesempatan kerja, menumbuhkan
kegiatan komersial berskala besar, menciptakan struktur ketenaga-kerjaan lokal
yang sehat, menambah daya tarik kota, memacu laju pertumbuhan dan
meningkatkan nilai tambah lahan. Dengan skenario ini diharapkan pula terjadi
suatu ”perkembangan rumah yang melompat” (skipped development) langsung ke
Serpong (Pre Study Report Executive Summary Kota Mandiri Bumi Serpong
Damai , 1985), sehingga BSD mampu menyerap permintaan rumah dalam jumlah
besar.
Pada awalnya, dalam rangka mewujudkan skenario ”inti perkotaan” maka
pengembangan BSD direncanakan dalam tiga tahap, yaitu (Pre Study Report
Executive Summary Kota Mandiri Bumi Serpong Damai , 1985):
a) Tahap I atau Tahap Persiapan (1985-1991)
Pada tahap ini akan dilakukan pembangunan perumahan dari berbagai kelas
beserta sarana dan prasarananya, pembangunan jalan yang menghubungkan
Jakarta dengan Serpong mulai dirintis, dan dilakukan perintisan kerjasama
dengan pemerintah maupun lembaga-lembaga dan badan usaha milik
pemerintah, serta pihak-pihak swasta lainnya.
b) Tahap II atau Tahap Pemacuan (1992-1998)
Pada tahap ini jalan arteri Jakarta – Serpong diperkirakan telah rampung,
dimulainya pengembangan CBD, jika dimungkinkan beberapa fungsi
57
kepemerintahan pindah ke BSD, mulai dibangunnya lembaga-lembaga
pendidikan tinggi, riset serta industri canggih, adanya usulan suatu sistem
transportasi baru (New Transportation System – NTS).
c) Tahap III atau Tahap Pemantapan (1999-2005)
Pada tahap ini kehidupan sektor bisnis dan komersial diperkirakan sudah lebih
mantap sehingga CBD sudah mulai terwujud secara nyata, mekanisme
administratif diperkirakan lebih mapan dan pencapaian titik impas bagi
keseluruhan proyek BSD.
d) Tahap IV atau Tahap Pematangan (2005-seterusnya)
Pada tahap ini BSD diharapkan telah memiliki peran yang lebih dominan di
wilayah JABOTABEK serta memiliki dinamika pertumbuhannya sendiri.
Adapun untuk pembangunannya sendiri terdapat tiga tahapan yang akan
dilaksanakan, yaitu (Perda Kabupaten Tangerang No. 4/1989 dalam Prasidha,
1999; 69) :
1) Tahap I (Persiapan), seluas 1.300 Ha (1988-1999)
2) Tahap II (Akselerasi), seluas 2.000 Ha (1996-2006)
3) Tahap III (Konsolidasi), seluas 2.700 Ha (2003-2013)
Rencana Guna Lahan
Pengembangan BSD
Sumber: Master Plan PT. BSD
Gambar IV.2. Rencana Guna Lahan Pengembangan BSD
58
Tahap
Pengembangan
BSD
Sumber: PT. BSD
Gambar IV.3. Tahap Pengembangan BSD
Akan tetapi oleh karena adanya faktor-faktor lain yang juga turut mempengaruhi
pelaksanaan pengembangan ini, salah satunya adalah faktor kondisi perekonomian
Indonesia yang pernah terpuruk karena krisis moneter, sehingga tahap-tahap
pembangunan BSD diperbaharui lagi menjadi (PT. BSD, 2006 dalam
Harmanurjeni, 2006) :
1) Tahap I (Persiapan), seluas 1.300 Ha (1989-2006)
2) Tahap II (Akselerasi), seluas 2.000 Ha (2006-2012)
3) Tahap III (Konsolidasi), seluas 2.700 Ha (2012-2019)
IV.1.6. Realisasi Pengembangan BSD
Dari keseluruhan luas lahan pengembangan (6.000 hektar) sekitar 1.300 hektar,
yang juga merupakan bagian dari tahap I, telah dikembangkan. Tahap pertama
pengembangan BSD tersebut diawali dengan pembangunan perumahan, terutama
tipe hunian kecil, kemudian diikuti oleh tipe hunian lainnya. Area yang telah
terbangun tersebut meliputi sembilan kelurahan di Kecamatan Serpong, yaitu
Jelupang, Lengkong Wetan, Lengkong Gudang Barat, Lengkong Gudang Timur,
Cilenggang, Rawabuntu, Serpong, Ciater dan Buaran, serta satu kelurahan di
Kecamatan Cisauk, yaitu Setu (Harmanurjeni, 2006). Sementara itu saat ini
sebagian dari rencana pada tahap II juga telah dijalankan, yaitu kawasan niaga
terpadu (CBD) dan kawasan industri hi-tech atau taman tekno yang bebas polusi.
59
Dari berbagai wilayah yang masuk dalam realisasi pengembangan BSD tersebut,
ada beberapa di antaranya yang merupakan wilayah studi, yaitu Kelurahan
Jelupang dan Rawabuntu. Lebih jelasnya mengenai pembahasan keberadaan
pengembangan lahan BSD pada wilayah studi, dapat dilihat pada bagian IV.2.2.5.
BSD menggunakan lima unsur dasar kelengkapan kota dalam merealisasikan
konsep pengembangannya, kelima unsur tersebut adalah wisma, karya, suka,
marga dan penyempurna (PT. BSD, 2005). Berikut beberapa realisasi
pengembangan BSD melalui kelima unsur tersebut (PT. BSD, 2006,
Harmanurjeni, 2006 dan Ginanjar, 2006) :
A. Wisma (hunian)
Hunian tersebar di semua kelurahan yang telah terbangun. Ada beberapa tipe
hunian yang disediakan BSD untuk mengakomodasi seluruh lapisan
masyarakat. Tipe hunian tersebut terdiri dari hunian besar, menengah, kecil
dan Perumnas. Masing-masing tipe hunian tersebut tersebar di berbagai sektor
perumahan yang ada di BSD. Mengenai tipe hunian beserta sektornya dapat
dilihat pada Lampiran C.
B. Karya (Pekerjaan, Bisnis dan Industri)
BSD dalam perkembangannya tidak hanya dikenal sebagai kawasan
permukiman saja tetapi juga menjadi tempat untuk bekerja, berbisnis,
melakukan usaha / wiraswasta dan sebagainya. Untuk unsur ‘karya’, BSD
memiliki kawasan industri yang berada di Kelurahan Setu dan Buaran.
Kawasan yang telah dikembangkan sesuai dengan ijin lokasi ini dikenal
dengan nama Taman Tekno (Techno Park), dengan luas lahan terbangun
sebesar 158 ha. Kawasan ini merupakan kawasan industri bebas polusi yang
terletak di belahan selatan BSD, berupa pabrik-pabrik yang dilengkapi dengan
fasilitas pergudangan, infrastruktur yang baik dan peduli lingkungan. Terdapat
15 perusahaan yang telah beraktivitas di kawasan ini. Nama-nama perusahaan
tersebut dapat dilihat pada Tabel IV.1.
Selain itu unsur ’karya’ di BSD ini juga didukung oleh adanya kawasan
komersial dan perkantoran yang terdapat di Kelurahan Lengkong Wetan,
Lengkong Gudang Barat dan Lengkong Gudang Timur. Kawasan komersial
BSD terbagi menjadi tiga, yaitu Kawasan Niaga Terpadu, Kawasan Pusat
60
Perbelanjaan serta Kawasan Ruko. Kawasan Niaga Terpadu masih dalam
proses perencanaan, yang di dalamnya akan terdapat Water Parks, hotel,
superstores, dan perkantoran. Sementara itu Kawasan Pusat Perbelanjaan
sebagian telah terbangun, yaitu BSD Plaza, ITC, Carefour, serta BSD Time
Square yang masih dalam proses pembangunan (PT. BSD, 2005 dalam
Harmanurjeni,
2006).
Sedangkan
Kawasan
Ruko
tersebar
di
area
pengembangan BSD, khususnya di jalan-jalan arteri dan kolektor.
Tabel IV.1. Nama-nama Perusahaan di Taman Tekno (Techno Park)
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Nama Perusahaan
PT . Abdi Bangsa
PT. Behn Meyer Indonesia
PT. Bauma Smarty Teknika
PT. Dharmawan Wiganda
PT. Dupalindo Perkasa
Festo
PT. Gillette Indonesia
Imperial Printing
PT. Induktorindo Utama
PT. Yasulor Indonesia
PT. Merck Indonesia
Paul Buana Indonesia
PT. Boehringer Ingelheim Ind.
PT. Supreme Elektro Kontak
PT. Häfele Indotama
Lapangan Usaha
Percetakan
Fragrance
Smart Card
Perlengkapan elektronik
Laminated material
Mesin tenaga angin
Produksi pisau cukur dan bolpoin
Percetakan
Mini trafo
Kosmetik
Farmasi
Produk kertas
Farmasi
Perlengkapan elektronik
Perlengkapan elektronik
Negara
Indonesia
Jerman
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Jerman
Amerika Serikat
Indonesia
Jerman
Perancis
Jerman
Jerman
Jerman
Perancis
Jerman
Sumber : PT. BSD, 2005 dan German Centre, 2006 dalam Harmanurjeni, 2006
Di samping itu, BSD juga memiliki CBD yang menunjang unsur ’karya’. Di
antaranya yang telah beroperasi adalah civic centre, berfungsi sebagai tempat
pelayanan jasa publik, yang meliputi Perusahaan Listrik Negara (PLN), PT.
Telkom, Kantor Pajak, pelayanan keamanan, Samsat, stasiun pom bensin dan
Wisma BSD. Selain itu juga terdapat German Centre yang merupakan pusat
pelayanan industri dan bisnis Jerman sekaligus berfungsi sebagai perkantoran.
Ada sampai dengan akhir tahun 2006 terdapat 33 perusahaan yang berada di
German Centre ini (nama-nama perusahaan dapat dilihat pada Lampiran C).
CBD lainnya yang terdapat di BSD adalah gedung perkantoran Grha
Telekomunikasi, yang di dalamnya terdapat Kantor Pemasaran BSD dan juga
kantor-kantor dari tujuh perusahaan (nama-nama perusahaan dapat dilihat
pada Lampiran C).
C. Suka (Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial)
Berbagai jenis fasilitas disediakan dalam pengembangan BSD, mulai dari
fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan, keamanan, olahraga sampai
61
dengan rekreasi. Beragam fasilitas tersebar di seluruh area pengembangan
yang kini telah terbangun. Khusus untuk area rekreasi terdapat di Kelurahan
Lengkong Gudang Barat dan Lengkong Gudang Timur. Lebih jelasnya
realisasi berbagai fasilitas tersebut dapat dilihat pada Lampiran C.
D. Marga (Infrastruktur)
BSD didukung dengan berbagai infrastruktur pendukung, di antaranya adalah
jalan tol Jakarta – Serpong dan Jakarta – Merak, jaringan jalan, jembatan,
jembatan penyeberangan orang, halte, terminal bis, overpass, underpass,
sistem drainase, saluran air hujan, manajemen air around-the-block, listrik,
jaringan TV kabel, sistem telekomunikasi dengan fiber-optic dan berbagai
fasilitas lainnya (dapat dilihat pada Tabel Realisasi Pembangunan BSD 19892006 di Lampiran C).
E. Penyempurna (Pelengkap)
Untuk unsur terakhir ini BSD berupaya untuk peduli terhadap masalah sosial
dan lingkungan, salah satunya melalui penyediaan ruang terbuka hijau dan
ruang-ruang interaksi sosial (Buletin BSD, 1995 dalam Prasidha, 1999).
Adapun realisasi pengembangan yang berhubungan dengan unsur ini di
antaranya adalah kolam-kolam yang dibangun teratur agar dapat mencegah
banjir, area pembuangan dan pendaur-ulangan sampah, Taman Kota dan
sebagainya.
BSD merupakan hunian skala besar yang ditujukan menjadi sebuah kota mandiri
dengan ciri kelengkapan sarana-prasarana dan fasilitas bagi warganya, termasuk
adanya basis ekonomi kota yang memungkinkan 60-70% angkatan kerja yang ada
di BSD juga bekerja di kawasan BSD. Berdasarkan data yang diperoleh, sampai
dengan tahun 2006 terdapat 40% penduduk BSD yang bekerja di BSD (PT. BSD,
2006 dalam Harmanurjeni, 2006). BSD dibangun untuk memenuhi segala
kebutuhan manusia mulai lahir hingga meninggal dengan berbagai fasilitas yang
disediakan.
Lebih jelasnya mengenai berbagai bentuk realisasi pembangunan BSD (19892006), dapat dilihat melalui Lampiran C.
62
Area Terbangun /
Pengembangan BSD
sampai dengan
Tahun 2004
Sumber: PT. BSD, 2006
Gambar IV.4. Area Terbangun BSD sampai dengan Tahun 2004
IV.2. Gambaran Umum Kecamatan Serpong dan Kelurahan Wilayah Studi
Untuk lebih mengenal wilayah studi, berikut ini dijelaskan secara singkat
mengenai gambaran Kecamatan Serpong serta gambaran empat kelurahan yang
dipilih sebagai wilayah studi, yakni Kelurahan Rawa Mekar Jaya, Kelurahan
Rawabuntu, Kelurahan Jelupang dan Kelurahan Cilenggang. Penjelasan meliputi
beberapa hal, di antaranya adalah mengenai luas, batas administratif, jumlah
penduduk, sarana prasarana, dan sebagainya. Adapun terkait dengan tema
pengembangan lahan skala besar BSD, pada bagian terakhir sub-bab ini,
dijelaskan juga mengenai keberadaan pengembangan lahan BSD pada masingmasing kelurahan wilayah studi.
IV.2.1. Gambaran Umum Kecamatan Serpong
Kecamatan Serpong merupakan salah satu wilayah pemerintahan yang ada di
Kabupaten Tangerang Propinsi Banten. Kecamatan ini memiliki luas wilayah
4.599,798 ha, dengan batas wilayah :
- Sebelah utara berbatasan dengan
: Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang
- Sebelah selatan berbatasan dengan
: Kecamatan Cisauk dan Pamulang
63
- Sebelah barat berbatasan dengan
: Kecamatan Cisauk dan Pagedangan
- Sebelah timur berbatasan dengan
: Kecamatan Ciputat dan Pondok Aren
Tabel IV.2. Luas Wilayah Kelurahan-kelurahan di Kecamatan Serpong
No.
Nama Kelurahan
1
Jelupang
2
Pondok Jagung
3
Cilenggang
4
Ciater
5
Serpong
6
Pakulonan
7
Lengkong Gudang
8
Buaran
9
Paku Alam
10 Rawa Mekar Jaya
11 Lengkong Wetan
12 Rawabuntu
13 Lengkong Gudang Timur
14 Pondok Jagung Timur
15 Paku Jaya
16 Lengkong Karya
Luas Kecamatan Serpong
Luas (ha)
350,000
209,430
164,706
652,000
198,200
221,000
400,000
370,025
288,700
269,300
250,500
372,497
262,200
230,000
143,000
218,240
4.599,798
Sumber : Laporan Bulanan Umum Kecamatan Serpong Tahun 2005 dan
Selayang Pandang Kecamatan Serpong Tahun 2005
Kecamatan
Serpong
Sumber: Kantor Kecamatan Serpong, 2006
Gambar IV.5. Wilayah Kecamatan Serpong Kabupaten Tangerang
64
Wilayah Kecamatan Serpong meliputi 16 kelurahan yakni : Kelurahan Buaran,
Ciater, Rawabuntu, Serpong, Lengkong Gudang, Cilenggang, Pondok Jagung,
Pakulonan, Lengkong Wetan, Pakujaya, Jelupang, Rawa Mekar Jaya, Pakualam,
Lengkong Gudang Timur, Pondok Jagung Timur dan Lengkong Karya.
Kelurahan-kelurahan tersebut baru mengalami perubahan status dari desa menjadi
kelurahan pada tahun 2005 yang lalu. Kecamatan Serpong ini juga tediri atas 72
dusun, 130 RW dan 582 RT. Luas wilayah Kecamatan Serpong berdasarkan
masing-masing kelurahan, dapat dilhat pada Tabel IV.2.
Sementara itu, berkaitan dengan kependudukan, jumlah penduduk Kecamatan
Serpong secara umum terus mengalami peningkatan. Perubahan jumlah penduduk
Kecamatan Serpong dalam lima tahun terakhir (2001-2006) dapat dilihat melalui
Tabel IV.3.
Kecamatan Serpong juga dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana,
seperti sarana peribadatan, pendidikan, kesehatan, perdagangan dan sebagainya.
Lebih jelasnya mengenai jenis-jenis sarana dan prasarana yang ada di Kecamatan
Serpong, dapat dilihat pada bagian Lampiran C.
Tabel IV.3. Jumlah Penduduk Kecamatan Serpong (2001-2006)
Tahun
Tahun 2001
Tahun 2002
Tahun 2003
Tahun 2004
Tahun 2005
Tahun 2006
Laki-laki
77.472
82.351
84.644
84.871
81.740
83.842
Jumlah penduduk
Perempuan
78.175
79.322
85.230
85.458
81.706
85.534
Total
155.647
161.673
169.874
170.329
163.446
169.376
Sumber : Kabupaten Tangerang Dalam Angka Tahun 2001, 2002, 2003, 2004
serta Laporan Registrasi Kependudukan Kecamatan Serpong Tahun 2005 dan 2006
IV.2.2. Gambaran Umum Kelurahan Rawa Mekar Jaya, Rawabuntu,
Jelupang dan Cilenggang
Seperti yang telah dijelaskan pada sub-bab III.2., dalam rangka memfokuskan
tujuan studi serta untuk memudahkan proses pengumpulan data, dari 16 kelurahan
yang ada di Kecamatan Serpong dipilih empat kelurahan yang dianggap mampu
mewakili wilayah sekitar pengembangan lahan skala besar BSD, sekaligus juga
untuk membantu tercapainya tujuan studi ini. Keempat kelurahan tersebut adalah
Kelurahan Rawa Mekar Jaya, Kelurahan Rawabuntu, Kelurahan Jelupang dan
Kelurahan Cilenggang. Berikut dijelaskan gambaran umum masing-masing
65
kelurahan, di antaranya adalah mengenai luas, batas administratif, pemekaran,
topografi, kependudukan, orbitasi, sarana dan prasarana, serta keberadaan
pengembangan lahan BSD pada masing-masing kelurahan.
IV.2.2.1. Luas wilayah dan lokasi
Berikut adalah gambaran luas wilayah dan lokasi kelurahan-kelurahan yang
masuk dalam wilayah studi:
x
Kelurahan Rawa Mekar Jaya
Secara administratif Kelurahan Rawa Mekar Jaya terdiri dari 9 RW dan 52
RT. Kelurahan ini memiliki luas sekitar 269,3 ha. Adapun batas-batas
administratif Kelurahan Rawa Mekar Jaya adalah sebagai berikut :
- Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Lengkong Gudang Timur.
- Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Ciater.
- Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Ciputat.
- Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Rawa Buntu.
x
Kelurahan Rawabuntu
Kelurahan Rawabuntu terdiri atas 89 RT dan 17 RW. Adapun luas kelurahan
meliputi 372.497 ha dengan batas-batas sebagai berikut :
- Sebelah utara berbatasan dengan
: Kelurahan Lengkong Gudang
- Sebelah selatan berbatasan dengan : Kelurahan Ciater
x
- Sebelah timur berbatasan dengan
: Kelurahan Rawa Mekar Jaya
- Sebelah barat berbatasan dengan
: Kelurahan Serpong dan Cilenggang
Kelurahan Jelupang
Jelupang memiliki luas sebesar ± 350 Ha terdiri dari 11 RW dan 65 RT
dengan batas-batas :
- Sebelah utara berbatasan dengan
: Kelurahan Pondok Jagung Timur
- Sebelah selatan berbatasan dengan : Kelurahan Lengkong Karya
x
- Sebelah timur berbatasan dengan
: Kelurahan Perigi Baru Kecamatan
Ciledug
- Sebelah barat berbatasan dengan
: Kelurahan Pondok
Lengkong Karya
Jagung
dan
Kelurahan Cilenggang
Kelurahan Cilenggang meliputi 14 RT dan 5 RW. Kelurahan ini memiliki luas
wilayah 164,706 Ha. dengan batas-batas sebagai berikut :
66
- Sebelah utara berbatasan dengan
: Kelurahan Lengkong Gudang
- Sebelah selatan berbatasan dengan : Kelurahan Serpong
- Sebelah timur berbatasan dengan
: Kelurahan Rawa Buntu
- Sebelah barat berbatasan dengan
: Desa Sampora
IV.2.2.2.
Pemekaran wilayah
Kelurahan Rawa Mekar Jaya dimekarkan pada tanggal 20 April 1983. Dulunya
wilayah Kelurahan ini termasuk dalam wilayah Kelurahan Rawabuntu. Kelurahan
Jelupang juga pernah mengalami pemekaran pada 6 Desember 1982. Sedangkan
Kelurahan Cilenggang merupakan pemekaran dari Desa Serpong (sekarang
Kelurahan Serpong) pada tahun 1981. Sementara itu, seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, kelurahan-kelurahan ini baru berubah status dari desa menjadi
kelurahan pada tahun 2005.
IV.2.2.3 Kependudukan
Perubahan jumlah penduduk di masing-masing kelurahan pada tahun 2001, 2003,
2004, 2005 dan 2006 dapat dilihat melalui dan Gambar IV.6 dan Tabel IV.4.
20,000
18,000
16,000
14,000
Kelurahan Raw a Mekar
Jaya
12,000
Kelurahan Raw abuntu
10,000
Kelurahan Jelupang
8,000
Kelurahan Cilenggang
6,000
4,000
2,000
0
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Sumber :
- Profil Desa Kecamatan Serpong
Kabupaten Tangerang 2004
- Data Potensi Desa Tahun 2005
- Data kependudukan tiap Kelurahan
- Jumlah Penduduk Propinsi Banten Versi BPS ( 2003)
- Pendataan Keluarga Kabupaten Tangerang Tahun 2004
- Data Tahapan Keluarga Kabupaten Tangerang (2001)
Gambar IV.6. Perubahan Jumlah Penduduk di Wilayah Studi (2001-2006)
Berdasarkan gambaran tersebut, secara keseluruhan jumlah penduduk terus
meningkat dari tahun ke tahun. Dari tahun 2001 hingga 2005 jumlah penduduk
terbesar terdapat pada Kelurahan Rawabuntu, sedangkan di tahun 2006 jumlah
67
penduduk Kelurahan Jelupang menjadi kelurahan dengan jumlah penduduk paling
banyak dibandingkan tiga kelurahan lainnya. Sementara itu Kelurahan Cilenggang
dari tahun 2003 hingga 2006 memiliki jumlah penduduk yang paling kecil
dibandingkan tiga kelurahan lainnya. Peningkatan tampaknya tidak hanya
dipengaruhi oleh pertumbuhan alami atau kelahiran saja, tetapi juga karena
adanya migrasi ke dalam wilayah ini (migrasi akan dibahas lebih lanjut pada
bagian V.1).
Tabel IV.4. Jumlah Penduduk Kelurahan Wilayah Studi (2001, 2003, 2004, 2005 dan 2006)
Kelurahan
Tahun 2001
Kelurahan Rawa Mekar Jaya
5.594
Tahun 2003
7.736
Kelurahan Rawabuntu
11.928
13.652
Kelurahan Jelupang
8.049
9.529
Kelurahan Cilenggang
5.912
7.237
Jumlah penduduk
Tahun 2004
Tahun 2005
9.920
16.465
16.376
7.042
11.598
16.177
15.598
7.068
Tahun 2006
11.832
16.370
18.836
7.212
Sumber :
- Profil Desa Kecamatan Serpong Kabupaten Tangerang 2004
- Data Potensi Desa Tahun 2005
- Data kependudukan tiap Kelurahan
-
Jumlah Penduduk Propinsi Banten Versi BPS ( 2003)
Pendataan Keluarga Kabupaten Tangerang Tahun 2004
Data Tahapan Keluarga Kabupaten Tangerang (2001)
Besar dan kecilnya jumlah penduduk di masing-masing kelurahan tampaknya juga
terkait dengan pengembangan lahan yang dilakukan pada wilayah tersebut,
Pengembangan menimbulkan arus migrasi bagi wilayah yang bersangkutan.
Misalnya saja Kelurahan Rawabuntu dan Jelupang, yang mana memiliki jumlah
penduduk yang relatif lebih banyak dibandingkan kelurahan wilayah studi
lainnya, memiliki pengembangan lahan BSD maupun pengembangan lahan
permukiman lain (seperti Melati Mas) yang cukup luas di dalamnya. Sementara
itu, Kelurahan Rawa Mekar Jaya dan Cilenggang memiliki jumlah penduduk yang
relatif lebih sedikit dibandingkan kelurahan lainnya, mengingat di kelurahan ini
hanya terdapat sedikit pengembangan lahan di dalamnya.
Sementara itu, gambaran jumlah penduduk kelurahan menurut mata pencaharian
berdasarkan Data Isian Monografi dapat dilihat melalui Gambar IV.5.
Berdasarkan gambaran data tersebut, sebagian besar mata pencaharian masyarakat
di empat kelurahan wilayah studi berorientasi pada sektor sekunder dan tersier.
Hal ini di antaranya dapat dilihat dari prosentase mata pencaharian pegawai
swasta, buruh, pedagang, PNS dan lain sebagainya. Sedangkan untuk sektor
primer, berdasarkan data tersebut, sudah bukan merupakan sektor yang dominan
68
lagi, hal ini dapat dilihat dari nilai prosentase masyarakat yang bermata
pencaharian petani. Lebih jelasnya mengenai perubahan mata pencaharian ini
akan dibuktikan melalui hasil survei primer, dan dibahas lebih lanjut pada bagian
V.2.
Tabel IV.5. Jumlah Penduduk Kelurahan Wilayah Studi menurut Mata Pencaharian
Tahun 2006
Jenis Mata
Pencaharian
PNS
TNI
Polisi
Pensiunan
(PNS, TNI,
POLRI)
Pegawai swasta
Petani
Nelayan
Buruh
Pengrajin
Pedagang besar
Pedagang kecil
Pengangguran
Kelurahan
Rawa
Mekar Jaya
18
5
2
Total
Kelurahan
Rawabuntu
Kelurahan
Jelupang
Kelurahan
Cilenggang
Jumlah
37
19
27
45
25
10
374
19
30
474
68
69
2.12
0.30
0.31
23
40
15
64
142
0.63
1,277
2,142
608
415
2,521
4,376
18
373
175
3,564
157
2,575
15
353
1.451
1,947
3
15
770
345
9,309
157
0
9,093
3
48
2,104
936
41.55
0.70
0.00
40.59
0.01
0.21
9.39
4.18
(%)
Sumber: Data Isian Monografi Kelurahan Se-Kecamatan Serpong Tahun 2006
IV.2.2.4 Sarana dan prasarana
Kelurahan-kelurahan ini dilengkapi dengan berbagai jenis sarana, mulai dari
sarana pendidikan, kesehatan, peribadatan, olahraga, transportasi, komunikasi dan
lain sebagainya. Selain itu juga berbagai prasarana penunjang, seperti adalah
jaringan jalan, drainase, jaringan air bersih, jaringan listrik dan jaringan telepon.
Berbagai jenis sarana yang menunjang kehidupan masyarakat di wilayah studi
tersebut, dapat dilihat melalui Lampiran C.
IV.2.2.5 Keberadaan pengembangan lahan BSD pada masing-masing
kelurahan
Melalui wawancara yang dilakukan dengan aparat di masing-masing kelurahan,
pengembangan BSD dianggap memberikan pengaruh yang cukup signifikan, baik
pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Berdasarkan wawancara tersebut,
beberapa pengaruh positif dari pengembangan lahan BSD bagi masyarakat di
antaranya adalah kesempatan kerja yang bertambah, pembangunan (fisik) yang
pesat, tersedianya berbagai jenis sarana dan prasarana, masyarakat semakin
menganggap pendidikan sebagai suatu hal yang penting, dan sebagainya.
Sedangkan untuk pengaruh negatif di antaranya adalah semakin berkurangnya
69
lahan pertanian, semakin meningkatnya jumlah penduduk, masyarakat mulai
terkontaminasi oleh gaya hidup moderen yang cenderung merusak (seperti adanya
narkoba), dan sebagainya.
Adapun untuk pengaruh yang berhubungan dengan kesempatan kerja, ada
beragam jenis mata pencaharian di BSD yang digeluti oleh masyarakat yang
bertempat tinggal di sekitar BSD di antaranya adalah menjadi petugas keamanan,
buruh BSD (tukang bangunan, tukang bersih taman / potong rumput, tukang
sapu), tukang cuci, tukang ojek, buruh pabrik dan sebagainya. Variasi jenis mata
mata pencaharian ini sekaligus juga merupakan suatu transformasi atau perubahan
yang terjadi dalam sosial ekonomi masyarakat, karena menurut informasi yang
diperoleh dari aparat di masing-masing kelurahan dulunya mata pencaharian
masyarakat hampir sama (relatif homogen) dan didominasi oleh sektor pertanian
(pertanian sawah, kebun karet, palawija dan sebagainya).
Berikut ini adalah uraian beberapa hal yang berkaitan dengan pengembangan
lahan BSD yang ada di masing-masing kelurahan, berdasarkan hasil wawancara.
x
Kelurahan Rawa Mekar Jaya
Berdasarkan informasi / data yang diperoleh dari PT. BSD, Kelurahan Rawa
Mekar Jaya masih belum termasuk dalam area pengembangan lahan terbangun
BSD (tahap I). Namun berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang
dilakukan, nampak sebagian area pengembangan BSD yang termasuk dalam
wilayah kelurahan ini, di antaranya adalah kawasan perumahan (Nusa Loka)
dan pusat niaga BSD.
Dari wawancara yang dilakukan, menurut aparat kelurahan perbandingan
antara penduduk pendatang dan penduduk asli di kelurahan ini adalah fiftyfifty (50:50), dan masuknya para pendatang mulai terasa sejak tahun 1993. Hal
ini tampaknya juga terkait dengan adanya pengembangan BSD. Para
pendatang kebanyakan berasal dari Jawa (Jawa Timur, Jawa Tengah) dan
Sunda/Jawa Barat, walaupun ada pula yang berasal dari Sumatera (seperti
Lampung, Padang dan sebagainya). Umumnya para pendatang tersebut
bekerja sebagai buruh pada industri-industri yang ada di BSD maupun
sekitarnya (Tangerang). Selain itu adapula yang bekerja sebagai karyawan
pusat-pusat perbelanjaan seperti SPG, satpam dan lain-lain.
70
x
Kelurahan Rawabuntu
Dari hasil wawancara, luas wilayah BSD yang berada di Kelurahan
Rawabuntu mencapai 54% dari luas keseluruhan, yakni sekitar 200 ha.
Adapun dulunya Rawabuntu terdiri atas kebun karet dan sawah, di samping
adanya lahan yang diperuntukan bagi permukiman. Kebun karet tersebut
merupakan milik PT. P-XI. Kini sudah tidak terdapat sawah maupun kebun
karet lagi di wilayah kelurahan ini, karena fungsi lahan sudah berubah menjadi
area terbangun untuk perumahan serta sarana dan prasarananya.
Melalui wawancara yang dilakukan dengan aparat kelurahan, perbandingan
penduduk asli dan penduduk pendatang yang ada di wilayah ini sekitar
40%:60%. Dengan adanya pengembangan lahan BSD, sebagian masyarakat
(asli) yang lahannya dibeli melalui proses pembebasan lahan ada yang
memilih tetap tinggal di wilayah ini dengan mencari lahan lain di sekitarnya
yang bisa ditempati, dan ada pula yang pindah ke tempat lain seperti Bogor,
Cisauk, dan lainnya. Adapun untuk masyarakat pendatang, menurut aparat
kelurahan, umumnya selain berasal dari Jawa juga ada yang berasal Jakarta.
Masyarakat pendatang yang berasal dari Jawa biasanya datang dengan tujuan
untuk mencari pekerjaan.
x
Kelurahan Jelupang
Bagian pengembangan BSD yang ada di Kelurahan Jelupang adalah hunian
yang masuk dalam kategori Perumnas, yakni rumah-rumah dengan tipe kecil
(rumah sederhana). Adapun pengembangan ini dilakukan pada area seluas 22
ha (6% dari luas keseluruhan Kelurahan Jelupang) yang terdiri dari tipe 36/60
dan 21/51. Pengembangan dilakukan sekitar tahun 1990-an dengan
membangun sekitar 1.200 unit rumah.
Seiring dengan pembangunan tersebut, migrasi penduduk ke wilayah Jelupang
mulai dirasakan sejak tahun 1990-an. Menurut aparat kelurahan pada tahun
1990 jumlah penduduk Jelupang berisar antara 3.000-4.000 jiwa, sementara
pada tahun 2006 jumlah penduduk sudah mencapai 18.836 jiwa. Dari hasil
wawancara ini diketahui bahwa kebanyakan pendatang tersebut berasal dari
Jawa (sekitar 75%) dan Sumatera (sekitar 25%) yang umumnya bekerja di
industri-industri Tangerang, khususnya BSD.
71
x
Kelurahan Cilenggang
Pengembangan BSD yang masuk dalam kelurahan ini adalah The Green,
yakni cluster hunian baru BSD yang dibangun sejak Maret 2005. Sampai
dengan pengumpulan data dilakukan (Desember 2006), bagian pengembangan
ini masih dalam proses pembangunan. Berdasarkan informasi yang didapatkan
dari PT. BSD dan pihak kelurahan, engembangan tersebut meliputi 48% dari
keseluruhan luas wilayah Kelurahan Cilenggang, yaitu sekitar 80 ha.
Seperti halnya pada kelurahan lainnya, di Kelurahan Cilenggang juga terdapat
arus pendatang yang diperkirakan akibat dari keberadaan BSD. Berdasarkan
wawancara dengan pihak kelurahan, para pendatang tersebut kebanyakan
berasal dari Jawa yang bekerja untuk proyek-proyek yang ada di BSD
(misalnya: buruh) dan ada pula yang datang untuk berwirausaha, berdagang
dan sebagainya.
72
Download