MODUL PERKULIAHAN Etika Dan Filsafat Komunikasi PokokBahasan : Filsafat Teknologi Dan Pemanfaatan Media Komunikasi Fakultas Program Studi Fakultas Ilmu Komunikasi Periklanan & Marcomm TatapMuka 09 Kode MK DisusunOleh MK 85009 Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom Abstract Kompetensi teknologi adalah produk murni hasil pemikiran manusia dan bukan sumberdaya alam. Mahasiswa mengetahui dan memahami bahwa pemanfaatan teknologi komunikasi berkaitan dengan etika Filsafat Teknologi Filsafat teknologi merupakan bagian filsafat kebudayaan. Ia menyelidiki asal-usul dan kondisi-kondisi teknologi dalam dunia manusia. Filsafat ini juga meneliti pengaruhpengaruh teknologi itu sendiri atas manusia. Dan ia hendaknya melacak pengaruh-pengaruh teknologi atas pembentukan konkret kehidupan manusia bagi individu dan bagi masyarakat pada umumnya. Teknologi memberikan banyak keuntungan yang kita nikmati. Dan tanpa teknologi, kehidupan dan kebudayaan manusia tidak mungkin mencapai tingkat perkembangan sekarang ini. Namun demikian, kita tidak boleh lalai dalam memperhatikan bahaya dari hasil-hasil teknologi yang tidak diinginkan. Ini seringkali datang dari peleburan (inkorporasi) teknologi secara buruk ke dalam totalitas kehidupan manusia. Filsafat Segi Semantik : Filsafat berasal dari bahasa arab, falsafah dan dari bahasa yunani, philosophia. Philos artinya cinta, sedangkan sophia artinya pengetahuan/hikmah. Segi Praktis : Filsafat adalah alam berfikir. Kesimpulan : Filsafat adalah ilmu yang mempelajari sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu. Dimensi filsafat mencakup 4 dimensi, diantaranya dimensi ontologi (asal muasal), estimologi (cara/metoda), axiologi (manfaat dari sesuatu), dan etik moral. Gambaran Umum Filsafat Teknologi a. Memfokuskan pada kajian filsafati mengenai teknologi dengan berbagai telaah kebendaan. b. Membahas peranan teknologi dalam urusan manusiawi, yakni dampak teknologi terhadap kebudayaan dan masyarakat atau bagaimana perkembangan teknologi mengubah konsep manusia tentang kebenaran, keadilan dan keindahan (Marvin Kranzberg, 1973). 2016 2 Etika dan Filsafat Komunikasi Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Tinjauan Filsafat Teknologi Menurut salah seorang tokoh pelopor filsafat teknologi Carl Mitcham [1980:305], persoalanpersoalan filsafat tentang teknologi ada dua jenis, sebagai berikut: a. Teoritis tentang sifat dasar teknologi, hubungannya dengan ilmu, struktur tindakan teknologis, intisari mesin, dan perbedaan antara mesin dengan manusia (persoalan epistemologis dan metafisis). b. Praktis etis dan estetika misalnya keterasingan dalam masyarakat industri, senjata nuklir, pencemaran, dan praktek keinsinyuran yang profesional. Kajian Filsafat Teknologi a. Bahan terbaik untuk membuat suatu karya teknologis tertentu. b. Komponen dan unsur teknologi. c. Persoalan filsafati bukan hanya bergantung dalam suatu segi penting tidak pada keterangan empiris melainkan pada akal dan pemahaman. Ruang Lingkup Filsafat Teknologi a. Epistemologi tentang pengetahuan praktis Epistemologi adalah suatu telaah mengenai rakitan, persyaratan, dan berlakunya secara sah dari pengetahuan manusia. b. Ontologi tentang barang teknologis Ontologi menurut pengertian modern adalah teori mengenai sifat dasar dan ragam kenyataan. c. Filsafat teknologi menurut Mario Bunge [1979:72] dipandang sebagai gabungan dari 5 cabang filsafat : 1. Technoepistemology, adalah telaah filsafati tentang pengetahuan teknis. Persoalan yang dibahasnya antara lain ialah bagaimana membedakan pengetahuan teknologis dari pengetahuan biasa dan pengetahuan ilmiah atau adakah metode teknologis yang sejajar dengan metode ilmiah dan apa aturannya. 2016 3 Etika dan Filsafat Komunikasi Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2. Technometaphysics, adalah telaah filsafati tentang sifat dasar sistem buatan dari mesin sederhana sampai sistem barang manusiawi yang rumit. Persoalan yang dibahasnya antara lain ialah apakah prasyarat ontologis dari teknologi atau apa kekhasan dari semua barang teknologis yang membedakannya dari benda-benda alamiah. 3. Technoaxiology, adalah telaah telaah filsafati tentang penilaian yang dilakukan oleh para ahli teknologi dalam pelaksanaan dari kegiatan teknologis'. Persoalan yang dibahasnya antara lain ialah nilai-nilai apakah yang dipegang oleh para ahli teknologi: kognitif, moral, ekonomi, sosial, atau politis dan petunjuk petunjuk nilai teknologis apakah yang paling dapat dipercaya. 4. Technoethics, adalah cabang etika yang menyelidiki pokok-pokok pertikaian moral yang dihadapi oleh para ahli teknologi dan masyarakat umum dalam hubungannya dengan dampak sosial dari proyek-proyek teknologis yang berskala besar seperti misalnya: pengendalian kelahiran secara massal, perkenalan terhadap biji padi- padian yang ajaib, pembangunan bendungan raksasa atau pabrik tenaga nuklir. 5. Technopraxiology, adalah telaah filsafati tentang tindakan manusia yang dibimbing oleh teknologi. Persoalan yang dibahasnya antara lain ialah bagaimana konsep tindakan rasional dapat diwujudkan secara pasti atau bagaimana seseorang dapat merumuskan dalam istilah-istilah umum derajat efisiensi dari suatu sarana terhadap suatu tujuan tertentu. Definisi Teknologi Teknologi adalah kumpulan alat, termasuk mesin, modifikasi, pengaturan dan prosedur yang digunakan oleh manusia. Teknologi secara signifikan memengaruhi manusia serta kemampuan spesies hewan lain untuk mengendalikan dan beradaptasi dengan lingkungan alami mereka. Istilah ini dapat diterapkan secara umum atau untuk daerah tertentu. Contoh: teknologi informasi, teknologi nuklir, teknologi pertanian, dan teknologi komunikasi. Dalam spesies manusia, teknologi dimulai dengan konversi sumber daya alam menjadi peralatan sederhana. Penemuan prasejarah dari bagaimana mengendalikan api 2016 4 Etika dan Filsafat Komunikasi Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id meningkat ke sumber makanan yang tersedia, serta penemuan roda membantu manusia dalam perjalanan dan mengendalikan lingkungan mereka. Perkembangan teknologi terbaru, termasuk mesin cetak, telepon dan internet telah mengurangi hambatan fisik untuk komunikasi dan memungkinkan manusia untuk berinteraksi secara bebas dalam skala global. Memang sampai saat ini, diyakini bahwa perkembangan teknologi dibatasi hanya untuk manusia. Tetapi, studi ilmiah terbaru menunjukkan bahwa beberapa binatang telah mengembangkan alat-alat sederhana bersama manusia. Perdebatan filosofis telah muncul atas penggunaan sekarang dan masa depan teknologi di masyarakat, dengan perselisihan tentang apakah teknologi itu memperburuk atau meningkatkan kondisi manusia. Secara etimologis, akar kata teknologi adalah "techne" yang berarti serangkaian metode rasional yang berkaitan dengan pembuatan sebuah objek, atau kecakapan tertentu, atau pengetahuan tentang metode dan seni. Secara umum, teknologi dapat didefinisikan sebagai entitas, benda maupun tak benda yang diciptakan secara terpadu melalui perbuatan dan pemikiran untuk mencapai suatu nilai. Definisi teknologi dapat dipandang sebagai kegiatan yang membentuk atau mengubah kebudayaan. Selain itu, teknologi adalah terapan matematika, sains, dan berbagai seni untuk faedah kehidupan seperti yang dikenal saat ini. Tetapi ada juga definisi yang sama menonjolnya, yakni definisi teknologi sebagai sains terapan, khususnya para ilmuan dan insinyur. Dalam penggunaan ini, pengertian teknologi mengacu pada alat dan mesin yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah di dunia nyata. 2016 5 Etika dan Filsafat Komunikasi Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kata "teknologi" juga dapat digunakan untuk merujuk kepada kumpulan teknik. Dalam konteks ini, itu adalah keadaan saat ini dari pengetahuan manusia tentang bagaimana menggabungkan sumber daya untuk memproduksi produk yang diinginkan, untuk memecahkan masalah, memenuhi kebutuhan, atau memuaskan keinginan. Teknologi seringkali merupakan konsekuensi dari ilmu dan rekayasa, meskipun kegiatan manusia justru mendahului kedua ranah tersebut. Definisi Teknologi Menurut Ahli Berbagai Sumber Definisi Teknologi Menurut Poerbahawadja Harahap, Teknologi adalah : Ilmu yang menyelidiki cara- cara kerja di dalam tehnik. Ilmu pengetahuan yang digunakan dalam pabrik- pabrik dan industri- industri. Definisi Teknologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990 : 1158), Teknologi adalah ; Metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis ilmu pengetahuan terapan. Keseluruhan sarana untuk menyediakan barang- barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Dalam Random House Dictionary seperti dikutip Naisbitt (2002 : 46) . Teknologi adalah sebagai benda, sebuah obyek, bahan dan wujud yang jelas- jelas berbeda dengan manusia. Definisi Teknologi menurut Wikipedia situs wiki terbesar di Dunia ini, Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Menurut Miarso (2007 : 62) : Teknologi adalah proses yang meningkatkan nilai tambah, proses tersebut menggunakan atau menghasilkan suatu produk , produk yang dihasilkan tidak terpisah dari produk lain yang telah ada, dan karena itu menjadi bagian integral dari suatu sistem. 2016 6 Etika dan Filsafat Komunikasi Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Teknologi masa kini telah banyak berkembang di masyarakat. Penggunaan teknologi oleh manusia sendiri diawali dengan alat-alat sederhana yang dibuat oleh manusia pada jaman dahulu. Contohnya saja pada teknologi otomotif, mungkin roda saat ini dianggap oleh manusia hanya biasa saja. Namun pada jaman dahulu teknologi tersebut adalah teknologi paling inovatif, karena roda sangat membantu manusia untuk perjalanan. Namun jika dibandingkan dengan teknologi jaman sekarang, roda mungkin hanya tinggal sejarah. Namun, teknologi jaman sekarang masih terus berkembang pesat dan menciptakan inovasi dan karya-karya terbaru. Salah satunya adalah teknologi Smartphone yang menjadi fenomena pada saat ini. Smartphone menjadi fenomena karena beberapa kelebihan yang dimilikinya daripada handphone lainnya. Oleh karena itu juga, smartphone disebut sebagai teknologi baru. Hakikat Teknologi Teknologi bukanlah sekedar produk ilmu pengetahuan beserta temuan-temuannya yang berupa mesin, pesawat, reaktor, ataupun fasilitas fisik lainnya yang serba canggih, melainkan juga termasuk sistem organisasi, struktur sosial beserta kekuasaan yang terlintas padanya. Menurut Kunto Wibisono: ”Merupakan hasil penerapan secara sistematik ilmu pengetahuan, sebagai suatu himpunan rasionalistik empirik dari berbagai komponen pendukungnya, dengan maksud hendak mengusai atau mengendalikan gejala-gejala yang dihadapinya melalui proses produktif secara ekonomis.” Karakter Teknologi Ada beberapa karakter teknologi : Pertama: teknologi pada hakikatnya adalah ”tangan” untuk melaksanakan kekuasaan yang dimiliki ilmu, hal ini harus disadari oleh manusia. Teknologi dihasilkan dari penerapan 2016 7 Etika dan Filsafat Komunikasi Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id ilmu yang sudah mengalami penelitian dan pengembangan lebih lanjut hingga manfaatnya menjadi jelas bagi kehidupan manusia. Kedua: teknologi bersifat dialektik, artinya teknologi dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi manusia, akan tetapi pemecahan masalah tersebut menimbulkan permasalahan yang baru , dan permasalah yang baru ini harus dipecahkan dengan teknologi yang baru pula. Ketiga, teknologi memerlukan energi yang sangat besar. Pada umumnya, di negaranegara industri maju, konsumsi energi perkapita sangat tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara yang laju konsumsinya rendah. Sehingga tampak adanya korelasi antara pendapatan nasional bruto [GNP] dengan konsumsi energy. Akibat dari Teknologi Hasil-hasil teknologi yang dari satu segi penting sedangkan dari segi lain dapat dihindarkan, atau dengan cara-cara yang tepat, dapat disesuaikan adalah sebagai berikut. Perkembangan ekonomi keluarga menjadi ekonomi pabrik. Pemisahan buruh dari keluarganya. Akumulasi modal yang banyak. Kesempatan-kesempatan yang tidak sama untuk mendapatkan hasil. Pertumbuhan kota- kota besar. Pelipatgandaan kebutuhankebutuhan manusia. Keasyikan dengan mesin-mesin dan akibat-akibat yang membahayakan dari mesin-mesin bagi tubuh dan pikiran manusia. Ketergantungan total atau bahkan dominasi teknologi atas ekonomi dan atas bidangbidang lain dari kehidupan manusia (teknokrasi) menjadi topik yang banyak dibicarakan dalam filsafat teknologi. Dominasi itu dilihat sebagai ancaman terhadap kebebasan manusia, pendek kata teknologi menyebabkan manusia menjadi budak mesin-mesin. Dan ini juga menyebabkan kekacauan sosial. Teknologi seyogyanya melayani manusia, bukan menguasai manusia. Dalam konteks itu lalu muncul kosakata “memanusiawikan teknologi”. 2016 8 Etika dan Filsafat Komunikasi Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Bukti Filsafat dan Teknologi Bisa Sejalan Dulu, mungkin sulit rasanya membayangkan ilmu filsafat dapat berjalan beriringan dengan teknologi. Sementara filsafat terkesan sangat mengawang-awang, teknologi bersifat sangat terapan. Namun, ternyata keduanya bisa sejalan dan Indonesia memiliki buktinya. Dia adalah Presiden ketiga, Bacharuddin Jusuf Habibie. Hal ini terungkap dalam upacara pemberian gelar Honoris Causa kepada BJ Habibie oleh Universitas Indonesia (UI) di Balairung UI, Sabtu (30/1/2010). Menurut Rektor UI Prof Dr der Soz Gumilar Rusliwa Somantri, dalam pengembangan teknologi, Habibie mampu mempertimbangkan etis dan budaya untuk kemajuan masyarakat. "Beliau ingatkan kita betapa penting pertimbangan etis dari penerapan teknologi terkait dampaknya terhadap kehidupan masyarakat," tutur Gumilar. Habibie sendiri mengatakan bahwa teknologi terus berkembang secara eksponensial dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan dan peradaban manusia modern. Baginya, mendalami teknologi berarti berfilsafat. Keduanya pun bersinergi untuk mencapai kualitas keunggulan. "Teknologi bukan hasil sumber daya alam, melainkan hasil pemikiran, karya, dan ciptaan sumber daya manusia, sama seperti halnya dengan filsafat," tuturnya. Menurut Habibie, filsafat dan teknologi dapat bersinergi baik secara positif maupun negatif. Keduanya memengaruhi kualitas moral, etika, budaya, dan peradaban manusia. Keterkaitan filsafat dan teknologi tidak dapat dipisahkan dan akan menentukan nasib manusia. 2016 9 Etika dan Filsafat Komunikasi Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id "Misalnya melalui pertanyaan dapatkah manusia tetap menguasai teknologi dan mungkinkah suatu ketika teknologi menguasai dan mengendalikan manusia," ujarnya kemudian. Habibie mengatakan, hanya manusia yang berbudaya dan taat pada nilai ajaran agama yang mampu mengembangkan dan menguasai IPTEK serta berkembang menjadi manusia yang terampil dan unggul. Untuk mewujudkan manusia dengan kualitas seperti ini, pengembangan sumber daya manusia harus diarahkan pada kualitas manusia yang mampu meningkatkan nilai dari suatu produk dan pemikiran yang diperlukan pasar domestik dan internasional tepat waktu, berkualitas tinggi, dan memiliki harga yang bersaing. "Ini hanya dapat dicapai jikalau teknologi tepat dan berguna, secanggih apa pun, dapat dikuasai, dikendalikan, dan dimanfaatkan," tandasnya. FILSAFAT TEKNOLOGI DAN PEMANFAATAN MEDIA KOMUNIKASI Sejak manusia dapat berpikir dan adanya keinginan untuk lebih mengenal lingkungannya agar dapat mengatasi segala tantangan dan ancaman yang dihadapi -- maka manusia membuat dan mengembangkan peralatan dan prasarana hidup yang ia butuhkan. Mulai saat itu, keterampilan yang dimiliki untuk membuat prasarana dan peralatan terus disempurnakan. Keterampilan tidak dapat dipisahkan dari perencanaan, perekayasaan dan pembuatan apa saja yang diperlukan manusia dengan memanfaatkan ‘teknologi’, yaitu ”cara dan teknik untuk dapat memiliki apa yang dinginkan dengan pengorbanan minimal“. Perlu dijelaskan perbedaan antara ’teknologi’ dan ‘teknik’, dengan ilustrasi berikut: Teknologi dibutuhkan untuk membuat senjata, sedangkan untuk memanfaatkan senjata tersebut dibutuhkan teknik tertentu. Jikalau beberapa orang memakai senjata yang sama hasilnya akan berbeda. Perbedaan tersebut sangat tergantung pada teknik masing-masing 2016 10 Etika dan Filsafat Komunikasi Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dalam memanfaatkan senjata. Demikian pula halnya dengan membuat (teknologi) dan memanfaatkan (teknik) alat musik, menyusun (teknologi) dan membacakan (teknik) suatu makalah dan sebagainya. Seperti halnya filsafat, teknologi adalah murni hasil pemikiran manusia dan karena itu hubungan antara filsafat dan teknologi sangat erat. Jikalau filsafat menkaji, meneliti dan menganalisis manusia dalam berbagai aspeknya, maka teknologi berperan sangat menentukan terhadap nasib manusia. Teknologi tidak hanya dapat menjawab permasalahan yang dialami manusia pada waktu dan tempat tertentu saja, namun dapat juga menjawab pertanyaan-pertanyaan metafisik manusia itu sendiri. (Heidegger, 1962) (Martin Heidegger: Die Technik und die Kehre, Pfullingen, ISBN 978‐3‐608‐91050‐6, 1962) Kemampuan manusia untuk mengembangkan teknologi didorong oleh kelemahan fisiknya yang harus berhadapan dengan ancaman dan tantangan lingkungan. Oleh karenanya, dengan memanfaatkan panca indera dan otaknya, manusia ‘dipaksa’ untuk memiliki teknologi yang ia perlukan guna mempertahankan kelangsungan hidupnya (Gehlen, 1940). (A. Gehlen: Der Mensch, Seine Natur und seiner Stellung in der Welt, Berlin, 1940) Hanya dengan teknologi yang tepat dan berguna, kualitas karya manusia dapat ditingkatkan. Nilai karya manusia ditentukan oleh pasar, di mana karya-karya tersebut bersaing. Sumberdaya alam (SDA) terbarukan atau tidak terbarukan -- akan diberi nilainya masing-masing di pasar. Tanpa teknologi nilai tersebut tidak dapat ditingkatkan. Hal ini juga berlaku untuk suatu sistem karya yang merupakan hasil murni pemikiran dan rekayasa sumberdaya manusia (SDM). Penambahan nilai atau nilai-tambah tersebut hanya dapat tercapai dengan memanfaatan teknik dan teknologi yang tepat. Tidak ada suatu teknologi yang dapat dikembangkan tanpa penguasaan ilmu alam dan ilmu hasil eksperimen, dalam rangka mengecek keunggulan teori, menganalisis suatu sistem atau membuat/mengembangkan alat dibutuhkan. Oleh karena itu teknologi adalah produk murni hasil pemikiran manusia dan bukan sumberdaya alam. 2016 11 Etika dan Filsafat Komunikasi Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Jikalau teknologi dapat bersinergi dengan budaya, perilaku dan bakat seseorang, maka yang bersangkutan akan menjadi sangat terampil atau sangat ’produktif’. Keunggulan daya saing sesorang hanya ditentukan oleh dua elemen saja, yaitu ‘teknologi‘ dan ‘produktivitas‘. Di pasar, karya hasil pemikiran yang diimbangi oleh keinginan dan kebutuhan manusia tersebut menjadi pendorong utama berkembangnya teknologi dan produktivitas. Temuan produk baru, proses nilai-tambah akan terus berkembang dan demikian pula kualitas SDM. Teknologi, produktivitas, nilai-tambah, keunggulan dan daya saing harus bersinergi untuk menjawab tuntutan pasar, sehingga dapat menghasilkan produk apa pun yang berkualitas tinggi dengan harga yang tepat. Teknologi adalah rangkuman beberapa disiplin Ilmu terapan, sedangkan ilmu terapan adalah berunsur pada Ilmu dasar terkait. Ilmu dasar dan ilmu terapan akan terus berkembang sesuai kebutuhan manusia sepanjang masa. Tahap demi tahap teknologi tepat-guna dan energi telah merubah SDA menjadi produk baru. Untuk perubahan ini manusia telah diilhami, dirangsang dan belajar dari alam sekitarnya. Ilmu pengetahuan dasar, dan demikian pula ilmu pengetahuan terapan, diilhami oleh ‘mekanisme alam‘ melalui suatu evolusi telah berkembang. (Nachtigall, 2005 dan Nachtigall, 2003). (Werner Nachtigall: Biologisches Design ISBN 3‐540‐22789‐X Springer, 2005; Werner Nachtigall: Bau‐Bionik, ISBN 3‐540‐44336‐3 Springer, 2003) Dewasa ini tidak ada satu kebijaksanaan pun yang dapat menyelesaikan masalah, tanpa memperhatikan filsafat dan teknologi. Apakah masalah ekonomi ataupun politik, sama saja. Nasib manusia pada waktu ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan manusia mengembangkan, menerapkan, mengendalikan dan menguasai teknologi. MEMAHAMI FILSAFAT TEKNOLOGI Tak banyak orang yang mengenal filsafat teknologi. Karena filsafat umumnya kita kenal sebagai maha ilmu yang membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan eksistensi 2016 12 Etika dan Filsafat Komunikasi Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id manusia, Tuhan ataupun Wujud (realitas). Untuk itu menghubungkan filsafat dan teknologi akan terkesan tak biasa. Padahal filsafat teknologi adalah salah satu genre dalam ranah filsafat yang dapat dikatakan banyak menarik perhatian para filsuf. Heidegger, Habermas, Jacques Ellul, Don Ihde dan Andrew Feenberg adalah beberapa contoh filsuf yang memberikan perhatian pada hakikat teknologi dalam dunia-kehidupan. Pertanyaan tentang hakikat teknologi sebenarnya sudah muncul sejak zaman Yunani kuno (Aristoteles). Saat itu dikenal terma filsafat: techne dan poiesis. Heidegger mengungkap hal ini dalam bukunya The Question Concerning Technology (1977). Techne dapat dijelaskan sebagai pengetahuan tentang cara memproduksi atau mentransfomasikan, sedangkan poiesis adalah sebuah penyingkapan, yang dengannya sesuatu yang baru hadir di muka bumi. Pada masa modern filsafat teknologi tidak hanya membahas techne, poiesis dan kaitannya dengan dunia-kehidupan saja, tapi juga artifak atau teknofak yang tak dapat dipungkiri mempengaruhi kehidupan dan juga kesadaran. Heidegger adalah salah satu filsuf yang membuka diskursus filsafat teknologi. Karakter dan hakikat teknik (teknologi) bahkan sudah dibicarakan oleh Heidegger dalam buku besarnya Being and Time(1927), yang kemudian dtuntaskan dalam bukunya The Question Concerning Technology(1977). Menurut Heidegger hakikat teknologi adalah bukan sesuatu yang bersifat teknologis, melainkan enframing; membuat, mencipta atau mentransformasikan (yang kemudian mengungkapkan sesuatu yang baru). Yang teknologis kemudian dimengerti bukan semata-mata yang teknis tetapi juga yang reflektif filosofis. Refleksi filosofis tentang teknologi telah mencipta tanggapan yang berbeda-beda tentang hakikat teknologi. Di Amerika misalnya dikenal sebuah gerakan atau perkumpulan anti-teknologi. Gerakan ini bernama Neo-Luddite. Nama ini berasal dari Luddisme, yaitu sebuah gerakan anti industrialisasi di Inggris pada awal abad 19. Gerakan ini sering dikisahkan sebagai gerakan merusak mesin yang dilakukan oleh para buruh karena mengancam lahan kerjanya, salah satunya diperkirakan orang yang bernama Ned Ludd. Demikianlah Luddisme dikenal. Sekarang kita mengenal neo-luddite sebagai gerakan anti teknologi. Gerakan yang mempunyai manifesto bahwa: biosphere itu lebih utama dari technosphere. Mesin misalnya menurut Neo-Luddite merupakan dekadensi dalam peradaban. Ia telah mengambil alih kerja (keterampilan tangan/seni) manusia— 2016 13 Etika dan Filsafat Komunikasi Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id memproduksi secara massal. Gerakan ini bahkan menolak produksi/percetakan buku atau kertas—padahal dikenal sebagai gerakan kaum intelektual. Alasannya, produksi buku (kertas) secara masal telah menghabiskan hutan-hutan di Eropa. Selain itu menurut mereka budaya baca buku telah menghilangkan tradisi bercerita atau mendongeng. Filsafat teknologi tentu tidak terbatas pada bagaimana relasi manusia dengan artifak (dan teknofak) itu dapat dijelaskan. Jacques Ellul, seorang pemikir dari Perancis dalam bukunya The Technological Society (1964) melihat teknologi (lebih spesifik dunia teknik) sebagai entitas yang otonom, manusia tidak bisa mengontrol dan mengatasi kemajuan teknik. Hanya teknologi yang dapat mengontrol dan mengatasi dirinya sendiri. Dengan kata lain, implikasi etis, sosiologis dan ekologis dari kemajuan teknik hanya dapat diatasi oleh teknik itu sendiri. Untuk mengatasi persoalan limbah industri misalnya diperlukan teknologi baru untuk mengolah atau mengatasi permasalahan limbah. Sehingga teknik terus menerus maju untuk mengatasi kekurangan-kekurangan yang ada pada dirinya. Ia bergerak dengan sendirinya layaknya sebuah organisme–bagian dari laju evolusi kehidupan. Karena itu ia tidak dapat dikontrol, seperti monsternya Frankenstein. Bahkan Teknologi di sini diandaikan seperti roh absolut Hegel yang bergerak secara masif mengontrol dan menguasai dunia-kehidupan. Tidak ada kekuatan selain dunia teknik itu sendiri. Karena teknik adalah syarat bagi kehidupan. Dengan kata lain orang yang tidak menggunakan atau anti teknologi (teknik) akan dengan sendirinya tersingkir dan tereliminasi dari dunia-kehidupan. Gagasan Ellul tentu saja terkesan ambisius. Mengapa kita tidak bisa mengontrolnya? Bukankah semua itu kreasi manusia? Banyak pemikir melihat bahwa determinisme teknik adalah konsekuensi dari ideologi modernisme, yang di dalamnya terdapat gagasan ideologis tentang kemajuan dan perubahan. Sehingga gagasan deterministik mengandaikan sebuah kondisi sejarah yang tak terelakkan, kita hidup dalam sebuah keniscayaan sejarah yang menempatkan dunia teknik sebagai syarat-syaratnya. 2016 14 Etika dan Filsafat Komunikasi Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Don Ihde, ahli fenomenologi dari Amerika menanggapi dengan berbeda soal determinisme ini, bahkan dalam beberapa hal menolaknya. Ia mengupas terlebih dahulu relasi teknologi dan kebudayaan manusia. Argumen diawali dengan penjelasan tentang relasi hermeneutis dalam konteks kultural, yaitu sebuah interpretasi yang terjadi ketika suatu budaya menangkap atau menerima artifak teknologi kebudayaan lain. Don Ihde melihat bahwa ada kegiatan hermeneutis ketika teknologi sebagai instrumen kultural dimaknai dan diinterpretasikan secara berbeda; Yaitu ketika terjadi transfer teknologi (Don Ihde, Technology and the Lifeworld: From Garden to Earth, 1990: 125). Nilai praktis teknologi dalam proses transfer teknologi dapat diinterpretasikan secara berbeda bahkan tidak dimengerti. Namun bila nilai praktis dapat dimengerti, proses transfer teknologi menjadi mudah. Dapat dikatakan tidak ada kegiatan hermeneutis. Orang Papua Nugini misalnya dapat mengkonversikan pisau/kapak dari batu menjadi pisau/kapak dari besi karena nilai praktis yang dapat dimengerti atau sama. Berbeda ketika mereka pertama kali melihat senapan. Mereka tidak mengerti nilai praktis senapan. Perlu adanya kegiatan hermeneutis sebelum senapan menjadi penting dan berguna. Jadi sama seperti kita pertama kali melihat komputer atau teknologi lainnya. Orang yang tidak mengerti nilai praktis teknologi tentunya akan bertanya-tanya ketika melihat benda teknologi tersebut. Nilai praktis memberikan persepsi yang berbeda dalam melihat teknologi. Setiap budaya misalnya mempunyai teknologi yang sama, namun mempunyai nilai praktis yang berbeda. Di Cina pada awalnya bubuk mesiu digunakan untuk petasan, perayaan-perayaan, berbeda dengan di Barat yang menggunakan bubuk mesiu untuk senjata, peperangan. Begitu juga tenaga angin (kincir angin), ia juga sama-sama dipakai di Barat dan juga di Timur (Iran). Namun nilai praktisnya berbeda, di Barat tenaga angin membawa banyak kegunaan, sedangkan di Iran hanya untuk tenaga irigasi. Jadi setiap budaya mempunyai ekspresi berbeda tentang teknologi yang digunakannya. Masing-masing mempunyai nilai praktisnya sendiri. Berdasarkan interpretasi antropologis, Don Ihde kemudian menyimpulkan bahwa teknologi itu inheren dengan kebudayaan. Bila kita melihat contoh di atas benarlah bahwa setiap artifak kebudayaan itu mengandung nilai teknologisnya sendiri. Setiap budaya menggunakan instrumen teknologi (artifak) sesuai dengan tradisi yang diturunkan, dan ia 2016 15 Etika dan Filsafat Komunikasi Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id bersifat unik. Karena itu teknologi inheren dengan budaya itu sendiri. Maka pertanyaan pun beralih, apakah budaya itu dapat dikontrol atau tidak? Atau apakah budaya itu bersifat determinisitik? Tentu tidak semudah itu mengatakan bahwa apakah budaya itu dapat dikontrol atau tak dapat dikontrol (deterministik). Kata kontrol dalam konteks ini bermasalah. Karena dalam nalar Don Ihde relasi manusia-teknologi (budaya) sudah mengandaikan adanya kegiatan “mengontrol” dan “dikontrol” (Technology and the Lifeworld, 1990: 140). Untuk itu budayateknologi tidak dapat dipertanyakan apakah ia dapat dikontrol atau tidak. Teknologi bukanlah monster yang berdiri bebas dan otonom. Karena ia digunakan dan bersifat intensional, artinya manusia mempunyai kebebasan untuk mengontrol dan dikontrol. Dalam konteks inilah Don Ihde menolak asumsi metafisika deterministik dari teknologi. Ketika setiap budaya mempunyai ekspresi yang berbeda tentang teknologi, maka teknologi dipahami bersifat non-netral. Bahkan Ihde melihat bahwa teknologi itu bersifat ambigu. Ketika teknologi dimaknai sebagai kode-kode budaya maka ia pun dapat dimaknai secara berbeda. Karenanya teknologi sebagai bagian inheren dari budaya bersifat kontekstual dan mempunyai ciri multistabil (Technology and the Lifeworld, 1990: 144). Multistabilitas ini dapat dipahami sebagai pandangan khas/unik setiap budaya dalam memahami dan menjelaskan dunianya. Jadi relasi teknik dan relasi hermeneutis setiap budaya dalam menjelaskan dan memahami dunia itu berbeda-beda Karena pengalaman kebudayaan berbeda-beda maka persepsi tentang teknologi pun berbeda. Mulstabilitas yang terjadi pada relasi manusia-teknologi ini dapat dicontohkan dalam sistem navigasional. Orang Barat mempunyai sistem yang baik untuk navigasi kapal, tapi tetap tidak bisa mentransfer teknologi navigasionalnya ke suku-suku di Pasifik Selatan. Artinya suku di Pasifik Selatan itu tetap tidak mengerti teknologi navigasional orang Barat yang bersifat hermeneutis/representasional (penggunaan kompas misalnya). Mereka tetap mempunyai teknologinya sendiri, seperti membaca arah lewat pola-pola ombak atau pola bintang-bintang (relasi kemenubuhan). 2016 16 Etika dan Filsafat Komunikasi Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Gagasan determinisme teknologi tak dapat dimungkiri juga terkait dengan fenomena kesadaran dan relasinya dengan artifak-artifak teknik. Habermas misalnya melihat bahwa kemajuan teknik (teknologi) akhirnya menentukan kesadaran masyarakat modern. Selfunderstanding masyarakat modern tentang dunianya menurut Habermas dimediasikan oleh apropriasi hermeneutis terhadap budaya teknologi yang bergerak secara teleologis. Ini memberikan sebuah asumsi bahwa jaring-jaring logika teknik kemudian menjadi determinan utama kesadaran. Aksi-intensi kemudian ditentukan oleh logika dan hukum yang berlaku dalam dunia teknologi. Akibatnya menurut Habermas pengejawantahan rasio melulu bersifat teknis, artinya dimensi praksis rasio adalah kegiatan produktif yang hanya mengungkapkan nilai-nilai efesien dan fungsional. Dimensi praksis rasio kemudian semata-mata dimengerti sebagai aplikasi teknis yang merupakan penerapan sains dan rasionalitas. Hal inilah yang kemudian menggejala dalam bentuk kontrol teknis terhadap alam. Sehingga tujuan utama pencerahan (emansipasi sosial ) terlupakan. Ilmu pengetahuan kemudian semata-mata dimengerti sebagai moda atau cara bagaimana mengontrol dan memanipulasi alam. Inilah yang membuat masyarakat modern tenggelam dan terarahkan oleh dimensi teknis dari pengetahuan. Padahal tujuan utama pencerahan adalah emansipasi sosial yang terkait dengan kesadaran bahwa lewat pengetahuan kita dapat melepaskan diri dari segala dogmatisme dan kepicikan. Berbicara tentang teknologi dalam konteks filsafat tentu tak lepas dari persoalan bagaimana kita secara ontologis memahami dunia lewat instrumen teknik. Dalam nalar Heideggerian hal ini menyangkut bagaimana kita secara ontologis memahami dunia lewat instrumen teknik. Dalam nalar Heideggerian hal ini menyangkut bagaimana interaksi kita terhadap dunia dapat dijelaskan dan diatasi melalui instrumen. Seperti kita ketahui pada zaman kuno dunia dijelaskan lewat mitos, manusia mengkonstruksikan sebuah sistem untuk menjelaskan dunianya lewat pengandaianpengandaian mitologis. Sekarang manusia menggunakan atau menciptakan instrumen untuk menjelaskan dan memahami dunia. Instrumen teknologi secara perseptual kemudian merepresentasikan realitas. Kita menggunakan teropong (teleskop) untuk melihat bendabenda di kejauhan, termometer untuk mengukur suhu, atau mikroskop untuk melihat 2016 17 Etika dan Filsafat Komunikasi Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id partikel-partikel yang tak dapat dilihat secara telanjang oleh mata. Dunia dihadirkan lewat instrumen teknologi. Don Ihde membuat isitilah hermeneutika teknik untuk menjelaskan fenomena tersebut di atas. Menurutnya, teknologi itu sendiri adalah sebuah teks. Kita secara interpretif memahami dunia lewat artifak teknologi sebagai sebuah teks (Technology and the Lifeworld, 1990: 81). Lebih jauh Hermenutika teknik adalah moda tentang bagaimana manusia menginterpretasikan, membaca, dan memahami dunianya lewat artifak teknologi. Misalnya pilot tidak melihat secara langsung dunia, melainkan membaca lewat panel kontrol. Manusia dalam hal ini menggambarkan dunia lewat sebuah teks atau instrumen teknologi. Dalam hermenutika teknik juga dikenal relasi kemenubuhan. Ini berarti instrumen teknologi dipahami sebagai kepanjangan atau ekstensi dari fungsi tubuh. Artinya secara transparan dunia ditampilkan oleh instrumen. Tidak ada jarak antara manusia dengan teknologi dalam relasi kemenubuhan. Hal ini dapat diilustrasikan demikian: (I-Technology)World. Aku dan teknologi menjadi satu berhadapan dengan dunia. Jadi seperti seorang buta dengan tongkatnya. Teknologi adalah tongkat yang digunakan untuk membaca dan mengatasi dunia. (Aku-Tongkat)-Dunia. Relasi kemenubuhan dalam konteks teknologi adalah relasi yang telah ada sejak manusia primitif. Sejak manusia mulai membuat instrumen dari batu. Membuat instrumen untuk memperluas kemampuan atau fungsi organorgan tubuhnya. Instrumen teknik adalah mimesis dari fungsi tubuh manusia. Sekarang artifak teknologi telah meluas tidak hanya sebatas nilai efesiensi dan fungsionalitas. Teknologi baru yang berhubungan dengan dunia-kehidupan manusia sekarang terkait dengan nilai-nilai yang mengundung unsur permainan. Bahkan di negara kurang maju ia menjadi semacam perhiasan saja atau fashion. Misalnya ada suku-suku di Afrika yang tidak dapat menerima dan mengerti budaya jam, mereka kemudian menganggap jam tangan sebagai gelang perhiasan. Fungsionalitas jam tangan dalam hal ini tak dapat dimengerti. Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, dunia teknologi kemudian semakin sulit dimengerti. Artinya cara kerja/sistem (teknis) artifak teknologi itu 2016 18 Etika dan Filsafat Komunikasi Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dalam beberapa hal hanya dipahami oleh para ilmuwan atau teknisi saja. Sekarang artifak teknologi tidak lagi sebatas instrumen untuk membaca dan memahami dunia. Ia telah meluas dan membentuk dunianya sendiri. Yang teknis tidak lagi terkait dengan pengalaman konkret, seperti analogi tongkat di atas. Teknologi tidak hanya memberikan makna intrumental dan fungsional saja. Ia juga secara ontologis membentuk dunianya sendiri. Dapat dikatakan dunia teknologi pada masa modern terbagi menjadi dua: dunia makna dan dunia teknis yang tersembunyi. Seperti yang ungkapkan oleh Dr. Karlina Supelli (dalam seminar terbatas “Technology and the Lifeworld“) bahwa ada pemilahan analitis dalam dunia-teknologi, yaitu ranah makna dan ranah teknis. Ranah teknis dapat dinterpretasikan sebagai dunia yang hanya dipahami dengan baik oleh oleh para teknisi. Misalnya kebanyakan orang tidak mengerti mengapa AC bisa membuat udara menjadi dingin atau mengapa besi bisa terbang di udara. Ini berbeda dengan dunia makna yang menjelaskan artifak teknologi sebatas fungsionalitasnya saja. Dengan kata lain instrumen tersebut sudah siap pakai. Kita tinggal menggunakannya saja, dalam beberapa hal kita tidak mempedulikan teknik atau cara kerjanya. Radio atau televisi dapat langsung kita nikmati, kita terkadang tidak menyadari bahwa di dalamnya ada dunia teknik yang bekerja. Dunia teknis kemudian menjadi dunia yang selalu terbungkus. Dunia yang makin lama makin sulit dimengerti, semakin asing. 2016 19 Etika dan Filsafat Komunikasi Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id DaftarPustaka 1. Santosa, Heru, 2004. Etika dan Teknologi. Tiara Wacana, Sleman Yogyakarta. 2. Lim, Francis, 2011. Filsafat Teknologi; Don Ihde tentang Dunia, Manusia dan Alat. Kanisius, Yogya 3. Suryo Ediyono, 2010, Filsafat Ilmu,Yogyakarta: Penerbit Kaliwangi. 4. Amsal Bakhtiar,2004. Filsafat Ilmu, PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta 5. Cecep Sumarna, 2008. Filsafat Ilmu. Mulia Press, Bandung. 6. Drs.Edi Purwanto dan Drs.Sri Murtono,Mpd., 2004. Teknologi Informasi Dan komunikasi, Ghalia Indonesia, Jakarta. 7. Lamatenggo, Nina & Uno.B Hamzah, 2010. Teknologi Komunikasi & Informasi. PT.Bumi Aksara, Jakarta. 8. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Teknologi 9. https://kbbi.web.id/teknologi 10. http://sains.kompas.com/read/2010/01/30/13170198/Habibie.Bukti.Filsafat.dan.Tekno logi.Bisa.Sejalan 2016 20 Etika dan Filsafat Komunikasi Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id