Modul Etika dan Filsafat Komunikasi

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Etika Dan
Filsafat
Komunikasi
PokokBahasan :
Manusia Sebagai Pelaku
Komunikasi
Fakultas
Program Studi
Fakultas Ilmu
Komunikasi
Periklanan &
Marcomm
TatapMuka
05
Kode MK
DisusunOleh
MK 85009
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
Abstract
Kompetensi
komunikasi memposisikan manusia
untuk berperan sebagai komunkator
atau komunikan dan merupakan
realisasi konsep kebahagiaan (harapan
ideal) dari manusia.
Mahasiswa mengetahui bahwa
komunikasi adalah tindakan-tindakan
yang bermakna berdasarkan
pertimbangan etik & moral.
Manusia Sebagai Pelaku Komunikasi
Manusia
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia manusia berarti makhluk yang berakal budi
(mampu menguasai makhluk lain)
Paham-paham Mengenai Manusia
Menurut Drijarkara dalam filsafat ada beberapa aliran atau paham mengenai
manusia, antara lain paham materialisme (paham kebendaan atau materi), paham idealisme
(paham yang berpusat pada pola pikir manusia), dan paham eksistensialisme (cara manusia
berada di dunia).
Pendekatan Konsepsi Manusia
1. Homo Volens: Manusia berkeinginan
2. Homo Sapiens: Manusia berpikir
3. Homo Mechanicus: Manusia Mesin
4. Homo Mechanicus: Manusia bermain
Menurut Aristoteles [384-322SM], manusia punya tiga jiwa [anima], yakni:
1. Anima avegatativa/ roh vegetatif ' tumbuh-tumbuhan ' fungsinya makan, tumbuh dan
berkembang biak.
2. Anima sensitiva ' binatang punya perasaan, naluri dan nafsu ' mampu mengamati,
bergerak dan bertindak.
3. Anima intelektiva ' roh intelek yang dimiliki manusia ' berpikir dan berkehendak. '
punya kesadaran.
2016
2
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Ciri Manusia
•
Ciri manusia menurut Aristoteles adalah memiliki totalitas, yakni persatuan roh dan
jasad.
•
Roh/anima adalah penyebab hidup, bukan penyebab kesadaran, sedangkan yang
menyebabkan kesadaran adalah "aku"/rohani. "aku" adalah juga yang merasa,
sedangkan pusat panca indera ada di otak, dan memiliki perangsang masing-masing
yang disebut "adequatus".
3 Aliran Besar Tentang Manusia
1. Materialisme, yaitu aliran yang melihat manusia ada pada fisiknya. Keberadaan fisik
dengan demikian merupakan unsur pokok dari kemanusia.
2. Idealisme, keberadaan manusia adalah pada ide. Seperti orang yang belum pernah
melihat kapal selam tapi ia akan mengerti akan kapal selam bila diberi penjelasan
dan gambaran tentang kapal selam.
3. Eksistensialisme, melihat manusia pada eksistensinya, yakni sejauh mana
keberdaannya diakui oleh masyarakat sekitarnya.
Ethos Komunikator
Sejak zaman Yunani Purba tatkala komunikasi masih berkisar pada komunikasi lisan
yang waktu itu dinamakan retorika ditekankan kepada para komunikator yang dalam retorika
disebut orator atau rhetor agar mereka melengkapi diri dengan ethos (sumber kepercayaan),
pathos (imbauan emosional), dan logos (imbauan logis).Komponen-kompanen ethos adalah
competence (kemampuan), integrity (kejujuran), dan good will (tenggang rasa). Sedangkan
faktor-faktor pendukung ethos adalah persiapan, kesungguhan, ketulusan, kepercayaan,
ketenangan, keramahan, dan kesederhanaan.
Komunikator Humanistik
Komunikator Humanistik adalah diri seseorang yang unik dan otonom, dengan
proses mental mencari informasi secara aktif, yang sadar akan dirinya dan keterlibatannya
2016
3
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dengan masyarakat, memiliki kebebasan memilih, dan bertanggung jawab. Sedangkan ciriciri komunikator humanistik adalah berpribadi, unik, aktif, sadar diri, dan keterlibatan sosial.
Ketika manusia melihat atau mengalami suatu peristiwa, akan terdorong naluri ingin
tahunya, ia pun akan bertanya: apakah ini? Dari mana datangnya? Apa sebabnya demikian?
Mengapa demikian? Manusia yang semula tidak tahu, ia akan berusaha untuk mencari tahu
kemudian mencari tahu, hingga keingintahu nya terpenuhi. Jika keingintahuannya terpenuhi,
sementara waktu ia akan merasa puas. Namun, masih banyak hal yang mengelilingi
manusia, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, ada atau yang mungkin ada, yang
berarti masih harus diuji kebenarannya. Hal ini kembali mendorong naluri ingin tahu,
membuat pertanyaan lain yang yang terus bermunculan.
Terdapat dua cara manusia untuk tahu, yaitu bertanya kepada manusia lain atau
bertanya pada diri sendiri dengan melakukan penyelidikan sendiri. Makin lanjut usia
seseorang, kemampuan menyelidiki sendiri akan semakin besar, dan akan membuat hasil
tahunya menjadi lebih banyak, lebih luas, dan lebih dalam. Semakin banyak dan dalam yang
diketahui, ia akan semakin ingin tahu. Sepanjang hidup, naluri ingin tahu akan mendorong
manusia untuk terus mencari tahu. Dengan demikian, naluri ingin tahu dapat diartikan
sebagai dorongan alamiah yang dibawa manusia sejak lahir untuk mencari tahu tentang
segala sesuatu, termasuk hal diri sendiri, dan baru akan berhenti di akhir kesadaran
manusia pemiliknya.
Ada dua kemungkinan yang terjadi ketika manusia mencari tahu, bahwa yang
didapat adalah tahu yang benar atau tahu yang keliru. Manusia tidak suka dengan
kekeliruan, dimana semata-mata mereka ingin mencari tahu yang benar, membuat
kebenaran sangat berarti bagi setiap manusia.
Sebelum mengetahui, manusia terlebih dahulu melihat, mendengar, serta merasa
segala yang ada di sekitarnya. Segala yang dilihat, didengar, dan dirasa itulah yang
merangsang naluri ingin tahu seseorang. Sepanjang hidupnya, manusia akan dirangsang
alam sekitarnya untuk tahu. Hal utama yang terkena rangsang adalah panca indera, yaitu
penglihatan, penciuman, perabaan, pendengaran, serta pengecapan. Hasil persentuhan
alam dengan panca indra disebut peng-ALAM-an (pengalaman).
Ketika tersentuh rangsang, manusia akan bereaksi. Namun, pengalaman sematamata tidak membuat seseorang menjadi tahu. Pengalaman hanya memungkinkan
seseorang menjadi tahu. Hasil dari tahu disebut penge-TAHU-an (pengetahuan).
Pengetahuan ada jika demi pengalamannya, manusia mampu mencetuskan pernyataan
2016
4
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
atau putusan atas objeknya. Dengan kata lain, orang yang tidak dapat memberi pernyataan
atau putusan demi pengalamannya dikatakan tidak berpengetahuan.
Manusia
yang
tahu
dikatakan
berpengetahuan.
Sebagaimana
dikatakan
sebelumnya, pengetahuan adalah hasil dari tahu. Contoh, jika seseorang tahu bahwa
rambut Heryanto beruban, artinya ia mengakui hal ”uban” terhadap ”rambut Heryanto”. Ia
mengakui sesuatu terhadap sesuatu. Ia membuat sesuatu, atau dalam filsafat disebut
putusan. Jadi, pernyataan atau putusan adalah pengakuan sesuatu terhadap sesuatu.
Orang yang tidak tahu tidak dapat membuat putusan, tidak dapat mengakui apapun,
tidak dapat memberi pernyataan, mengetahui sesuatu atas sesuatu. Dengan kata lain, orang
yang tidak dapat membuat putusan dikatakan tidak tahu. Oleh karena itu, untuk dikatakan
tahu orang harus sadar bahwa ia tahu, dibuktikan dengan kemampuannya membuat
keputusan. Namun, keputusan tidak selamanya harus dicetuskan secara verbal, mungkin
hanya tersimpan di hati manusianya saja.
Telah dikemukakan, tahu hendak mencakup objeknya. Apabila pengetahuan tidak
sesuai dengan objeknya, maka disebut keliru. Sebaliknya, jika sesuai dengan objek,
pengetahuannya dikatakan benar. Persesuaian antara pengetahuan dengan objeknya
dinamakan kebenaran. Ketika kita memberi putusan tentang Intan, ”Oh, saya tahu, Intan itu
yang berambut pendek, gemuk, kulitnya hitam kan?” Nyatanya, Intan tidak berambut
pendek, gemuk, dan berkulit hitam. Artinya, terdapat ketidak sesuaian antara tahu dan
objeknya. Maka, dikatakan bahwa kita keliru. Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan
yang sesuai dengan objek, yaitu pengetahuan objektif: adanya persesuaian antara tahu
dengan objeknya.
Karena suatu objek memiliki banyak aspek, sulit untuk mencakup keseluruhannya.
Artinya, akan sulit untuk mencapai seluruh kebenaran. Minimal pengetahuan yang dimiliki
sesuai dengan aspek yang diketahuinya. Jika seseorang tidak tahu tentang salah satu
aspek dari suatu objek, ia bukan keliru melainkan dikatakan bahwa pengetahuannya tidak
lengkap. Kekeliruan baru terjadi jika manusia mengira tahu tentang satu aspek, tetapi aspek
itu tidak pada objeknya. Contohnya, dinyatakan bahwa Intan gemuk nyatanya tidak gemuk.
Sebagaimana diutarakan, terdapat dua cara manusia mendapat pengetahuan, yaitu
pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri dan pengetahuan yang diperoleh dari
pengalaman orang lain yang diberitahukan kepadanya, baik secara langsung maupun
melalui medium, misalnya sebuah buku. Contoh pengetahuan yang diperoleh dari orang lain
adalah kita bisa berkata bahwa kutub utara dingin, padahal kita belum pernah ke sana. Kita
2016
5
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
mengetahui hal itu dari orang lain yang sudah pernah pergi ke sana, ataupun kita
mengetahuinya melalui membaca buku yang menceritakan bahwa kutub utara dingin.
Berikut ini terdapat beberapa sikap mental di dalam menyikapi pengetahuan yang
baru didapat, baik berdasarkan pengalaman sendiri maupun berdasarkan pengalaman
orang lain. Sikap mental tersebut di antaranya:
Ke-YAKIN-an (Keyakinan). Dalam mencari pengetahuan yang benar, manusia harus
bersifat kritis, tidak cepat menyimpulkan telah mencapai kebenaran. Jika suatu ketika
seseorang merasa cukup alasan pengetahuannya benar, berarti ia telah memiliki keyakinan.
Tapi, keyakinan tidak selalu benar. Keyakinan hanya menunjukkan sikap manusia yang
tahu, ia yakin karena telah cukup alasan bahwa pengetahuannya benar.
Ke-PASTI-an (Kepastian). Bila manusia berdasarkan pengalamannya sendiri telah
membuktikan bahwa keyakinannya benar, dapat dikatakan ia telah memiliki kepastian. Jadi,
kepastian adalah keyakinan yang telah mendapat pembuktian kebenaran berdasarkan
pengalaman. Dalam kepastian, manusia tidaka akan bersikap sangsi lagi.
Ke-PERCAYA-an (Kepercayaan). Beda halnya dengan kepastian. Bila kepastian
adalah sikap mental sebagai hasil dari mencari kebenaran berdasarkan pengalaman sendiri,
dimana karena telah mengalami sendiri, seseorang meyakini kebenaran sebagai suatu
kepastian. Sedangkan apabila kebenaran pengetahuan didapat dari pengalaman orang lain
yang dipercaya, maka disebut kepercayaan. Contohnya, ketika seorang astronomi
menyatakan bahwa akan ada gerhana, Anda akan mempercayai kebenaran pengetahuan
itu karena percaya pada kredibilitas atau otoritas orang yang menyatakan hal tersebut. Jadi,
percaya adalah menerima kebenaran karena kredibilitas atau otoritas orang yang
menyampaikan. Agama dikatakan suatu jenis kepercayaan karena kebenarannya diterima
berdasarkan kredibilitas dan otoritas orang yang menyampaikan, yaitu para nabi dan rasul.
Syarat dari objek agama adalah tidak harus diverifikasi atau diuji.
Pengetahuan bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Pengetahuan dipergunakan
dalam rumah tangga, pertanian, perikanan, dan sebagainya. Pengetahuan yang digunakan
seseorang terutama untuk kehidupan sehari-hari tanpa mengetahui seluk beluknya disebut
pengetahuan biasa atau pengetahuan saja. Contohnya, seorang petani tahu benar berapa
jumlah pupuk yang harus disiram pada tanamannya, tapi ia tidak benar-benar tahu mengapa
jika terlalu banyak atau kekurangan pupuk maka kualitas tanamannya menurun. Dan juga,
petani itu tahu benar kapan harus mulai menanam satu jenis tanaman dan kapan
2016
6
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
memanennya. Akan tetapi, ia tidak benar-benar tahu mengapa tanaman itu harus ditanam
pada saat itu dan dipanen pada saat berikutnya. Ia hanya tahu bahwa demikianlah apa yang
diberitahukan kepadanya secara turun temurun, juga berdasarkan apa yang ia dapat dari
pengalamannya sendiri. Sebaliknya, pengetahuan yang digunakan seseorang dengan harus
tahu benar apa sebabnya demikian dan mengapa demikian. Jenis pengetahuan ini disebut
ilmu. Contohnya, seorang mahasiswa pertanian yang bahkan belum pernah bercocok tanam
sendiri tahu benar berapa banyak pupuk yang harus diberikan pada jenis tanaman tertentu.
Ia tahu benar apa sebabnya demikian dan mengapa demikian.
Karena tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu, maka terdapat sejumlah
persyaratan agar pengetahuan (knowledge) layak disebut ilmu (science). Persyaratan ini
disebut sifat ilmiah. Ada 4 syarat agar pengetahuan dapat disebut ilmu, yaitu:
Sistematis, yaitu tersusun dalam sebuah rangkaian sebab akibat. Untuk mengetahui
dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang
teratur dan logis, sehingga membentuk suatu sistem, yang artinya utuh menyeluruh,
terpadu, menjelaskan rangkaiansebab akibat menyangkut objeknya.
Metodis,
yaitu
cara.
Dalam
upaya
mencapai
kebenaran,
selalu
terdapat
kemungkinan penyimpangan. Oleh karena itu, harus diminimalisasi. Konsekuensinya, harus
terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran.
Objektif, yaitu sesuai dengan objeknya. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri
dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun
bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus
diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yaitu
persesuaian tahu dengan objek, dan karena itu disebut kebenaran objektif, bukan
berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
Universal, yaitu secara keseluruhan (umum). Kebenaran yang hendak dicapai bukan
yang tertentu saja, melainkan yang bersifat umum. Dengan kata lain, pengetahuan tentang
yang khusus, yang tertentu saja tidak diinginkan. Pola pikir yang digunakan adalah pola pikir
induktif, yaitu cara berpikir dari hal-hal khusus sampai pada kesimpulan umum. Contohnya,
Segitiga lancip, jumlah sudutnya 180 derajat. Segitiga siku-siku, jumlah sudutnya 180
derajat. Segitiga tumpul, jumlah sudutnya 180 derajat. Maka, ditarik kesimpulan secara
umum bahwa semua segitiga bersudut 180 derajat, apapun bentuk segitiga itu.
2016
7
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Jika pengetahuan hendak disebut ilmu, ia harus memenuhi sifat ilmiah sebagai
syarat ilmu, yaitu Sistematis, Metodis, Objektif, Universal. Syarat dari objek ilmu adalah
harus bisa diverifikasi atau diuji.
Dalam kehidupannya, manusia memiliki pengetahuan yang beraneka ragam. Terdapat 4
jenis pengetahuan yang dimiliki oleh manusia, yaitu:
1. Pengetahuan biasa, yaitu pengetahuan yang kita tahu begitu saja.
2. Pengetahuan ilmu/Ilmu Pengetahuan/Ilmu
3. Pengetahuan agama/teologi, yaitu pengetahuan Ketuhanan
4. Pengetahuan filsafat
Seluruh ilmu hakikatnya berasal dari filsafat. Darinyalah seluruh ilmu berasal, darinya
pula seluruh ilmu dan pengetahuan manusia dilahirkan. Sikap dasar selalu bertanya menjadi
ciri filsafat, menurun pada berbagai cabang ilmu yang semula berinduk padanya.
Karenanya, dalam semua ilmu terdapat kecenderungan dasar itu. Manakala ilmu mengalami
masalah yang sulit dipecahkan, ia akan kembali pada filsafat dan memulainya dengan sikap
dasar untuk bertanya. Dalam filsafat, manusia mempertanyakan apa saja dari berbagai
sudut, secara totalitas menyeluruh, menyangkut hakikat inti, sebab dari segala sebab,
mancari jauh ke akar, hingga ke dasar.
Filsafat bermula dari pertanyaan dan berakhir pada pertanyaan. Hakikat filsafat
adalah bertanya terus-menerus, karenanya dikatakan bahwa filsafat adalah sikap bertanya
itu sendiri. Dengan bertanya, filsafat mencari kebenaran. Namun, filsafat tidak menerima
kebenaran apapun sebagai sesuatu yang sudah selesai. Yang muncul adalah sikap kritis,
meragukan terus kebenaran yang ditemukan. Dengan bertanya, orang menghadapi realitas
kehidupan sebagai suatu masalah, sebagai sebuah pertanyaan, tugas untuk digeluti, dicari
tahu jawabannya.
Terdapat tiga karakteristik dalam berpikir filsafat, yaitu mendasar, spekulatif, dan
menyeluruh. Berdasarkan tiga karakteristik tersebut, maka pokok permasalahan yang dikaji
filsafat mencakup tiga wilayah utama, yaitu wilayah ada, wilayah pengetahuan, dan wilayah
nilai. Dan juga, ketiga wilayah tersebut akan digunakan ketika membahas filsafat ilmu.
2016
8
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
TEKNOLOGI KOMUNIKASI
•
Straubhaard/LaRose dalam buku Media Now tahun 2002 mengatakan bahwa
perkembangan teknologi terhadap bidang komunikasi ditandai dengan terbentuknya
Masyarakat Informasi [information society]. Masyarakat informasi adalah suatu
masyarakat dimana produksi, pemrosesan, distribusi dan konsumsi informasi
menjadi aktivitas yang utama.
•
Sebelum terbentuknya masyarakat informasi, secara sosiologis masyarakat terlebih
dahulu mengalami fase masyarakat pra-agriculture, masyarakat agriculture,
masyarakat industri, baru masyarakat informasi.
Fase Terbentuknya Masyarakat Informasi
1. Pada fase pertama, kegiatan manusia adalah bercocok tanam dan berburu dengan
perlengkapan seadanya dan dilakukan tanpa pola [nomaden].
2. Fase kedua, agriculture, kegiatan utama masyarakat adalah bertani serta bagaimana
memasar hasil bumi tersebut untuk ditukar dengan kebutuhan lainnya.
3. Fase ketiga, masyarakat industri, ditandai dengan penemuan mesin sehingga
produksi bisa dilakukan dengan jumlah massif. Tenaga kerja lebih banyak tersedot
dalam sektor pabrik.
KOMUNIKASI DALAM PRESPEKTIF ONTOLOGY
•
Ontology : Disebut Teori hakikat karena mengkaji secara mendalam objek – objek
pengetahuan sampai pada hakikatnya
Objek Ilmu komunikasi
•
Usaha : Menggambarkan unsur kesengajaan, adanya motif komunikasi
•
Penyampaian Pesan : Menggambarkan proses dan menjadikan pesan sebagai
kunci.
•
2016
Antar Manusia : Interaksi sosial yang terjadi antara manusia
9
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kajian Hakikat Komunikasi
Manusia sebagai Pelaku Komunikasi
•
Manusia memiliki anima intelektiva (Berfikir dan Berkehandak) selain anima
Sensitiva (Naluri, nafsu, mengamati bergerak dan bertindak) dan anima vegetativa
(makan, tumbuh dan berkembang biak).
•
Manusia merupakan keterpaduan yang menyeluruh antara roh, jiwa dan jasmani.
Manusia sebagai Pelaku Komunikasi
•
Ethos : Harus memiliki ” sumber kepercayaan”; Kredibilitas yang berwujud
kompentensi, kejujuran dan tenggang rasa
•
Logos : Harus menujukan “imbauan logis” ; ajakan yang argumentataif dan diterima
secara nalar
•
Phatos : Harus menyampaikan “imbauan emosional” ; ajakan yang menyentuh
perasaan dan kesadaran emosi
2016
10
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Motif Komunikasi
Penentu Pesan : Komunikasi merupakan realisasi konsep kebahagaan (harapan ideal) dari
manusia.
Penentu Peran : komunikasi memposisikan manusia untuk berperan sebagai komunkator
atau komunikan
Komunikasi sebagai proses
•
Prepektif Psikologis : Walter Lippman menyebut isi pesan itu “picture in our head”,
sedangkan
Walter
Hagemann
menamkannya
proses
“mengemas”
dan
“membungkus” pikiran dengan bahasa untuk kemudian “dibongkar”; sesuatu yang
terjadi pada diri komunikator dan komunikan
Komunikasi dalam Prespektif Psikologis
Encoding : Bagaimana seorang komunikator mengemas dan membungkus pikiran dengan
bahasa/simbol ; proses dalam komunikator
Decoding : Bagaimana seorang komunikan membuka bahasa dan simbol menjadi pikiran ;
proses dalam komunikan
Komunikasi sebagai proses
Prespektif Mekanistis : Proses yang berlangsung ketika komunikator melemparkan pesan
dengan lisan maupun tulisan kemudian ditangkap oleh komunikan melalui indera
Komunikasi dalam Prespektif Mekanistis
Primer : Proses penyampaian pikiran dari komuniktor kepada komunikan melalui lambang
secara langsung
Sekunder : proses penyampaian pikiran dari komunikator kepada komunikan melalui alat
bantu setelah melalui lambang
2016
11
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Komunikasi dalam Prespektif Mekanistis
Liniar : Proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan sebagai terminal ;
garis lurus
Sirkular : Proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan yang
menghasilkan feedback atau umpan balik
Pikiran sebagai Isi Pesan Komunikasi
•
Pesan Komunikasi terdiri dari dua aspek : Isi pesan dan Lambang
•
Isi pesan komunikasi terutama adalah pikiran, adakalanya perasaan berkontribusi
sebagai pengaruh
•
Pikiran sebagai isi pesan komunikasi tergantung pada Intensitas berfikir dan
sistematika berfikir
Intensitas Berfikir dalam Komunikasi
Sensitivo rasional : Manusia berpikir mengenai suatu realita dengan dilandasi pengalaman
sebagai rekaman penginderaan. Berkomunikasi secara horizontal yang berkisar pada
persoalan tahu dan mengetahui
Metarasional : Berpikir dengan proses refleksi dan perenungan secara akumulatif bersifat
kuantitataif dan kulaitatif
Sistematika Berfikir dalam Komunikasi
•
Deduktif : Berpikir dengan cara menarik kesimpulan dari suatu pandangan yang
umum, general dan universal
•
Induktif : Berfikir dengan menarik kesimpulan umum dari berbagai kejadian, data dan
fakta yang khusus
•
Problem Solving : Berpikir untuk mencoba menguasi suatu situasi dengan
memecahkan persoalan melaui identifikasi masalah, alternatif solusi dst.
2016
12
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
•
Kausatif : Berpikir dengan membentuk peristiwa mendatang dan prestasi daripada
menunggu nasib yang menimpa : Menyiapkan antisipasi
•
Kreatif : Tingkatan berpikir yang tinggi ; Kesanggupan manusia untuk menciptakan
ide baru yang bermanfaat
•
Filsafati : Perenungan dengan meragukan segala sesuatu, mengajukan pertanyaan,
menghubungkan gagasan satu dengan lainnya, menanyakan mengapa, mencari
jawabnnya dan kemudian menguji kembali jawabannya.
Motif Komunikasi
Penentu Pesan : penentu apakah sesuatu dapat disebut pesan ataut tidak, trergantung
kepada motif.
Penentu Peran : Manusia bertindak sebagai komunikator, komunikan bahkan medium
komunikasi
Komunikasi Sebagai Ilmu
Obyek Material : Tindakan manusia dalam konteks sosial, mengkaji penyampaian pesan
antar manusia
Obyek Formal : Adalah proses komunikasi itu sendiri
Prespektif Komunikasi dalamTema Ontological
2016
13
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
DaftarPustaka
Syaiful Rohim. 2009. Teori komunikasi: perspektif, ragam dan aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta
hlm 25-27
Anwar Arifin, 2002, Ilmu Komunikasi: Sebuah Pengantar Ringkas, Jakarta: Raja Gafindo
Persada.
Em Griffin, 2003, A First Look at Communication Theory, McGraw Hill
Onong Effendy, 1994, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Aubrey Fisher, 1986, Teori-teori Komunikasi (penyunting: Jalaludin Rakmat), Bandung:
Remaja Karya.
2016
14
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download