Unduh file PDF ini - I-RPP

advertisement
Didaktikum : Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
Vol. 16, No. 5, Oktober 2015
ISSN 2087-3557
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STAD DALAM
PEMBELAJARAN SUKU PERTAMA DERET
ARITMATIKA DAN DERET GEOMETRI
Budi Harwati
SMP Negeri 1 Comal Kab. Pemalang, Jawa Tengah
Abstrak
Penelitian ini mengenai penerapan model pembelajaran STAD. Peneliti mengambil judul tersebut
dilatarbelakangi oleh pembelajaran matematika di kelas masih bersifat monoton, belum ditemukan
strategi pembelajaran yang tepat, belum ada kolaborasi antara guru dan peserta didik metode yang
digunakan bersifat konvensional. Tujuan penenlitian adalah untuk mengetahui hasil belajar peserta
didik. dalam menentukan jumlah n suku pertama deret aritmatika dan deret geometri. Subjek
penelitian adalah peserta didik kelas IX E SMP Negeri 1 Comal semester genap tahun pelajaran
2014/2015 berjumlah 36 orang yang terdiri dari 22 laki-laki dan 14 perempuan dengan metode
pengumpulan data menggunakan tes, kuis, dan pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan peserta
didik dalam pembelajaran matematika materi menentukan jumlah n suku pertama deret aritmatika
dan deret geometri. Hasil siklus 2 menunjukkan terdapat 31 peserta didik (86,1%) yang telah
mencapai KKM. Perolehan ini telah melampaui indikator keberhasilan yang ditetapkan, yaitu
sekurang-kurangnya 80% hasil tes formatif peserta didik mencapai KKM dalam pembelajaran
matematika materi menentukan jumlah n suku pertama deret aritmatika dan deret geometri melalui
model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
©2015 Didaktikum
Kata Kunci: Jumlah n Suku Pertama; Deret Aritmetika; Deret Geometri, Model STAD
PENDAHULUAN
Tujuan pendidikan matematika di sekolah adalah agar peserta didik mampu menerapkan dan
menggunakan matematika yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari dan dalam belajar pengetahuan
lain. Kendala pembelajaran menentukan jumah n suku pertama di SMP Negeri 1 Comal antara lain
selama proses pembelajaran berlangsung hanya sedikit peserta didik yang berani bertanya kepada guru,
hanya sedikit peserta didik yang berani mengajukan diri untuk mengerjakan soal ke depan kelas kecuali
ditunjuk oleh guru, saat pembelajaran berlangsung banyak peserta didik yang tidak tahu beberapa
istilah matematika atau pengetahuan prasayarat yang sebenarnya didapatkan pada pelajaran
sebelumnya, pembelajaran matematika di kelas masih bersifat monoton, belum ditemukan strategi
pembelajaran yang tepat, belum ada kolaborasi antara guru dan peserta didik metode yang digunakan
bersifat konvensional.
Guru harus menerapkan model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran STAD memiliki
bebrapa keungguluan, yaitu pengelompokan peserta didik secara heterogen membuat kompetisi yang
terjadi di kelas menjadi hidup, prestasi dan hasil belajar yang baik didapatkan oleh semua anggota
8
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
Vol. 16. No. 5 (2015)
kelompok, dapat mengurangi sifat individualistik peserta didik, dan memiliki spesifikasi yaitu yang
berfokus pada penggunaan kelompok- kelompok peserta didik untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Secara umum karakteristik matematika adalah: (1) memiliki objek kajian yang abstrak, (2)
mengacu pada kesepakatan, (3) berpola pikir deduktif (4) konsisten dalam sistemnya, (5) memiliki
simbol yang kosong dari arti, (6) memperhatikan semesta pembicaraan.
Objek matematika adalah objek mental atau pikiran, bersifat abstrak. Objek kajian
matematika yang dipelajari di sekolah adalah fakta, konsep, operasi (skill), dan prinsip. Fakta adalah
sebarang pemufakatan atau kesepakatan atau konvensi dalam matematika. Fakta matematika
meliputi istilah (nama) dan simbol atau notasi atau lambang. Konsep adalah ide (abstrak) yang dapat
digunakan atau memungkinkan seseorang untuk mengelompokkan atau menggolongkan suatu objek,
sehingga objek itu termasuk contoh konsep atau bukan konsep. Konsep dipelajari melalui definisi.
Operasi adalah aturan pengerjaan (hitung, aljabar, matematika, dan lain sebagainya). Operasi sering
pula disebut skill. Skill adalah keterampilan dalam matematika berupa kemampuan pengerjaan
(operasi) dan melakukan prosedur yang harus dikuasai oleh peserta didik dengan kecepatan dan
ketepatan yang tinggi. Prinsip adalah hubungan antara beberapa objek dasar matematika sehingga
terdiri dari beberapa fakta, konsep dan dikaitkan dengan suatu operasi. Prinsip bisa berupa aksioma,
teorema atau dalil, sifat, dan lain sebagainya.
Fakta merupakan kesepakatan atau pemufakatan atau konvensi. Pembahasan matematika
bertumpu pada kesepakatan-kesepakatan, misalnya lambang bilangan 1, 2, 3, ... adalah salah satu
bentuk kesepakatan dalam matematika. Lambang bilangan itu menjadi acuan pada pembahasan
matematika relevan.
Pola pikir deduktif adalah pola pikir yang didasari pada hal yang bersifat umum dan
diterapkan pada hal yang bersifat khusus, atau pola pikir yang didasarkan pada suatu kenyataan yang
sebelumnya telah diakui kebenarannya.
Dalam suatu sistem matematika berlaku hukum konsistensi atau ketaatazasan, artinya tidak
boleh terjadi kontradiksi di dalamnya. Konsistensi ini mencakup dalam hal makna maupun nilai
kebenarnnya, misalnya bila mendefinisikan konsep trapesium sebagai “segiempat yang tepat sepasang
sisinya sejajar” maka kita tidak boleh menyatakan bahwa jajar genjang termasuk trapesium karena
jajar genjang mempunyai dua pasang sisi sejajar.
Secara umum simbol dan model matematika sebenarnya kosong dari arti, artinya suatu
simbol atau model matematika tidak ada artinya bila tidak diakitkan dengan konteks tertentu,
misalnya simbol x tidak ada artinya, bila kemudian kita menyatakan bahwa x adalah bilangan bulat,
maka x menjadi bermakna, artinya x mewakili suatu bilangan bulat.
Simbol-simbol dan model-model matematika mempunyai arti, dan bermakna bila dikaitkan
dengan konteks tertentu maka perlu adanya lingkup atau semesta dari konteks yang dibicarakan.
Lingkup atau semesta dari konteks yang dibicarakan sering diistilahkan dengan nama “semesta
pembicaraan”. Ada tidaknya dan benar salahnya penyelesaian permasalahan dalam matematika
dokaitkan dengan semesta pembicaraan.
Skinner (2009) berpendapat belajar adalah sutu perilaku. Pada saat belajar maka responnya
menjadi lebih baik, sebaliknya jika tidak maka responnya akan menurun. Dalam belajar ditemukan
adanya: (1) kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon pebelajar, (2) respon si
pembelajar, dan (3) konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut.
Menurut Cagne (2009 ) belajar adalah kegiatan yang kompleks dan terdiri dari tiga komponen
penting yaitu : kondisi eksternal, kondisi internal dan hasil belajar. Sehingga belajar merupakan
interaksi antara keadaan internal dan proses kognitif peserta didik dengan stimulus dan lingkungannya.
Proses kognitif tersebut menghasilkan suatu hasil belajar yang berupa informasi verbal, ketrampilan
intelektual, ketrampilan motorik, sikap dan siasat kognitif.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STAD DALAM PEMBELAJARAN SUKU
PERTAMA DERET ARITMATIKA DAN DERET GEOMETRI
Budi Harwati
9
Menurut Hamalik (1986) “belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat interaksi
dengan lingkungan”. Seseorang dikatakan melakukan kegiatan belajar setelah ia memperoleh hasil,
yakni terjadinya perubahan tingkah laku, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti
menjadi mengerti, dan sebagainya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses atau serangkaian
kegiatan jiwaraga untuk meperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman
individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut unsur cipta, rasa, dan karsa, ranah
kognitif, afektif , dan psikomotorik. Sedangkan hasil belajar adalah merupakan perubahan perilaku
yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Hasil belajar juga merupakan
kemampuan yang diperolaeh peserta didik setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar tersebut
diwujudkan dari perubahan tingkah laku, sikap belajar dan pemahaman peserta didik.
Menurut Hamalik (1986) kemampuan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu (1) kemampuan
intrinsik adalah kemampuan yang tercakup di dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan
tujuan- tujuan peserta didik, dan (2) kemampuan ekstrinsik adalah kemampuan yang hidup dalam diri
peserta didik dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional.
Poerwadarminta (2007) mempunyai pendapat lain tentang kemampuan yaitu mampu artinya
kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan artinya kesanggupan, kecakapan,
kekuatan.
Menurut Uno (2007) hakikat kemampuan belajar adalah “dorongan internal dan eksternal
pada peserta didik-peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada
umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar
dalam keberhasilan seseorang dalam belajar.
Dari beberapa pengertian kemampuan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan
adalah kompetensi mendasar yang perlu dimiliki peserta didik yang mempelajari lingkup materi dalam
suatu mata pelajaran pada jenjang tertentu.
Nur dalam materi PLPG Matematika (2008:) mengatakan STAD (Student Teams Achievement
Division) adalah model pembelajaran kooperatif untuk pengelompokan campur yang melibatkan
pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota.
Hal-hal yang perlu dipersiapkan guru sebelum memulai model pembelajaran ini adalah (1)
Menentukan nilai dasar (awal) masing-masing peserta didik. Nilai ini sebagai acuan untuk
membentuk kelompok peserta didik yang heterogen. (2) Membentuk kelompok peserta didik yang
heterogen tanpa membedakan kecerdasan, suku/bangsa, maupun agama. Setiap kelompok terdiri atas
4 – 5 peserta didik. (3) Mempersiapkan Lembar Kerja Peserta didik. (4) Kunci jawaban LK untuk
mengecek pekerjaan peserta didik (dicek oleh peserta didik sendiri). (5) Kuis, berupa tes singkat untuk
seluruh peserta didik. Kuis berbeda dengan ulangan harian. Waktu kuis berkisar antara 10 – 15 menit.
(6) Membuat tes/ulangan untuk melihat ketercapaian hasil belajar yang diharapkan.
Adapun langkah-langkah penerapan cooperative learning tipe STAD sebagaimana disebutkan
dalam materi PLPG Matematika (2008,) dan Widyantini (2008) adalah sebagai berikut: (1) Guru
dapat meminta para peserta didik untuk mempelajari suatu pokok bahasan yang segera akan dibahas,
di rumah masing-masing. (2) Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik sesuai
kompetensi dasar yang akan dicapai. Guru dapat menggunakan berbagai pilihan dalam
menyampaikan materi kepada peserta didik. Misalnya dengan metode penemuan terbimbing,
ceramah, dan lain-lain. Langkah ini tidak harus dilakukan dalam satu kali pertemuan, tetapi dapat
lebih dari satu. (3) Guru membentuk kelompok belajar yang heterogen dan mengatur tempat duduk
peserta didik agar saling bertatap muka. (4) Guru membagikan lembar kerja peserta didik. Setiap
kelompok diberi 2 set saja. (5) Anjurkan agar setiap peserta didik dalam kelompok dapat mengerjakan
lembar kerja secara berpasangan dua-dua. Kemudian saling mengecek pekerjaannya diantara teman
dalam pasangan atau tigaan. (6) Bila ada peserta didik yang tidak dapat mengerjakan lembar kerja,
10
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
Vol. 16. No. 5 (2015)
teman 1 tim/kelompok menjelaskan kepada temannya yang tidak bisa tadi. (7) Berikan kunci lembar
kerja agar peserta didik dapat mengecek pekerjaan sendiri. (8) Bila ada pertanyaan dari peserta didik,
mintalah mereka mengajukan pertanyaan itu kepada teman satu kelompok sebelum mengajukannya
kepada guru. (9) Guru berkeliling untuk mengawasi kinerja kelompok dan memberikan bantuan
secara proporsional bagi kelompok yang mengalami kesulitan. (10) Ketua kelompok, melaporkan
keberhasilan kelompoknya atau melapor kepada guru tentang hambatan yang dialami anggota
kelompoknya dalam mengisi lembar kerja peserta didik. Jika diperlukan, guru dapat memberikan
bantuan kepada kelompok secara proporsional. (11) Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa
setiap anggota telah memahami, dan dapat mengerjakan Lembar kerja yang diberikan guru. (12) Guru
bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator jika diperlukan. (13) Setelah selesai mengerjakan lembar
kerja secara tuntas, berikan kuis kepada seluruh peserta didik. Para peserta didik tidak boleh bekerja
sama dalam mengerjakan kuis. Setelah peserta didik selesai mengerjakan kuis, langsung dikoreksi
untuk melihat hasil kuis. (14) Berikan penghargaan kepada peserta didik yang benar. Kelompok yang
memperoleh skor tertinggi, berilah penghargaan/pujian kepada prestasi tim. (15) Guru memberikan
tugas/PR secara individual kepada para peserta didik tentang pokok bahasan yang sedang dipelajari.
(16) Guru bisa membubarkan kelompok yang dibentuk, dan para peserta didik kembali ke tempat
duduknya masing-masing. (17) Guru dapat memberikan tes formatif, sesuai dengan
TPK/Kompetensi yang ditentukan.
METODE PENELITIAN
Penelitian tindakan dilaksanakan dalam beberapa siklus, yaitu pra siklus, siklus 1, dan siklus
2. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi
(diadaptasi dari Suharsimi Arikunto, 2006). Penelitian dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru
mitra/pengamat untuk mendukung kelancaran penelitian dan pengambilan data secara objektif.
Penelitian berjalan sesuai dengan kurikulum sekolah. Penelitian dikatakan berhasil apabila secara
klasikal 80% peserta didik mampu mencapai KKM.
Pada pra siklus masih bersifat konvensional, dengan kegiatan: (1) Menginformasikan materi
dan melaksanakan proses pembelajaran . (2) Mengadakan ulangan harian. (3) Menganalisis hasil
ulangan. (4) Mengamati aktifitas peserta didik baik sikap dan perilakunya selama mengikuti proses
pembelajaran maupun ulangan.
Hasil masukan pra siklus dianalisis dan solusinya diterapkan pada siklus 1. Pada siklus 1,
perencanaan disusun bersama dengan guru mitra secara cermat. Pada tahap pelaksanaan, guru mitra
mengamati secara detail segala sesuatu yang dilakukan guru dan peserta didik. Pengamatan
dimaksudkan untuk mengetahui hal-hal yang masih dirasa kurang dan digunakan sebagai bahan
perbaikan pada tahap refleksi. Akhir dari pembelajaran dilakukan tes formatif untuk mengetahui hasil
belajar peserta didik materi menentukan jumlah n suku pertama deret aritmetika dan deret geometri
yang disampaikan melalui model pembelajaran STAD. Semua data yang diperoleh pada siklus 1,
dikonfrontasikan dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan. Apabila belum mencapai indikator
yang ditetapkan, penelitian dilanjutkan pada siklus 2 dengan beberapa perbaikan yang
direkomendasikan pada tahap refleksi.
Pada siklus 2, perencanaan disusun dengan memperhatikan beberapa perbaikan yang
direkomendasikan dan dilaksanakan secara cermat. Guru mitra melakukan pengawasan secara detail
terutama untuk mengetahui apakah perbaikan-perbaikan yang direkomendasikan dilaksanakan.
Akhir siklus 2 diberi tes formatif, dan semua data yang diperoleh dikonfrontasikan dengan indikator
keberhasilan yang ditetapkan. Apabila belum mencapai indikator yang ditetapkan, penelitian
dilanjutkan pada siklus 3.Apabila indikator keberhasilan yang ditetapkan telah terlampaui, maka
penelitian dianggap cukup.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STAD DALAM PEMBELAJARAN SUKU
PERTAMA DERET ARITMATIKA DAN DERET GEOMETRI
Budi Harwati
11
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Hasil pra siklus menunjukkan bahwa peserta didik yang mencapai KKM berjumlah 16
peserta didik atau prosentase ketercapaian KKM baru 47,2%. Hal ini terjadi karena pembelajaran
bersifat teacher center oriented. Guru mengacu pada ketuntasan materi semata tidak disertai proses
internalisasi individual sehingga peserta didik pasif, kerja sama antara peserta didik kurang sebagai
contoh dalam kegiatan pembelajaran peserta didik senang bekerja sendiri terlihat kalau ada tugastugas baik dalam mengerjakan soal latihan maupun kegiatan diskusi kelompok ataupun tugas-tugas
di rumah.
Pembelajaran siklus 1 menerapkan model STAD dengan hasil menunjukkan bahwa peserta
didik yang telah mencapai KKM sebanyak 26 peserta didik (72,2%). Perolehan ini belum mencapai
indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu sekurang-kurangnya 80% peserta didik mampu
mencapai KKM pada tes formatif.
Hasil penelitian siklus 2 berdasarkan tes formatif menunjukkan bahwa terdapat 31 peserta
didik (86,1%) yang telah mencapai ketuntasan (KKM). Perolehan ini telah melampaui indikator
keberhasilan yang ditetapkan, yaitu sekurang-kurangnya 80% peserta didik mampu mencapai KKM
pada tes formatif.
Pembahasan
Hasil pra siklus, siklus 1, dan siklus 2 menunjukkan bahwa kemampuan peserta didik dalam
mendeskripsikan materi menentukan jumlah n suku pertama deret aritmatika dan deret geometri
mengalami peningkatan.
Pada saat pra siklus proses pembelajaran masih konvensional (menggunakan metode
ceramah). Pembelajaran dengan menerapkan metode ceramah menempatkan guru sebagai aktor
utama dalam pembelajaran sedang peserta didik ditempatkan sebagai objek pembelajaran. Model ini
membawa konsekuensi terhadap kurang bermaknanya kedudukan peserta didik dalam proses
pembelajaran karena peserta didik tidak terlibat secara aktif baik secara fisik, psikologis, maupun
mental. Hal ini berakibat pada rendahnya hasil belajar peserta didik.
Melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus 1, peserta didik lebih
terlibat dalam pembelajaran sehingga proses pembelajaran menjadi lebih bermakna. Peserta didik
saling bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran, yaitu menguasai materi menentukan
jumlah n suku pertama deret aritmatika dan deret geometri dengan sebaik-baiknya dan mendorong
peserta didik aktif menemukan sendiri pengetahuannya melalui keterampilan proses.
Hasil siklus 1 memperlihatkan bahwa baru terdapat 26 peserta didik (72,2%) yang mencapai
KKM. Hal ini terjadi karena peserta didik belum terbiasa mengikuti pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif. Peserta didik belum menguasai beberapa keterampilan
yang diperlukan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu 1) berada dalam tugas, yaitu tetap berada
dalam kerja kelompok dan menyelesaikan tugas yang menjadi tanggungjawabnya; 2) mengambil
giliran dan mengambil tugas, yaitu bersedia menerima tugas dan membantu menyelesaikan tugas; 3)
mendorong partisipasi, yaitu memotivasi teman sekelompok untuk memberikan kontribusi terhadap
tugas kelompok; 4) mendengarkan dengan aktif, yaitu mendengar dengan menyerap informasi yang
disampaikan oleh teman dan menghargai pendapat teman; dan 5) bertanya, yaitu terampil
menanyakan informasi/penjelasan lebih lanjut dari teman sekelompok.
Sebelum memasuki siklus 2, peserta didik diberi penguatan kembali tentang keterampilanketerampilan yang diperlukan dalam pembelajaran kooperatif. Hasil siklus 2 menunjukkan terdapat
31 peserta didik (86,1%) yang telah mencapai KKM. Perolehan ini telah melampaui indikator
keberhasilan yang ditetapkan, yaitu sekurang-kurangnya 80% hasil tes formatif pesertadidik mencapai
12
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
Vol. 16. No. 5 (2015)
KKM dalam pembelajaran matematika materi menentukan jumlah n suku pertama deret aritmatika
dan deret geometri melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Secara umum kenaikan hasil penelitian dapat dilihat pada grafik di bawah ini
Gambar 1. Grafik Hasil Penelitian
SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran STAD
untuk Meningkatkan Kemampuan Menentukan Jumlah n Suku Pertama Deret Aritmetika Dan Deret
Geometri”, peneliti menyimpulkan: (1) Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pembelajaran matematika materi menentukan jumlah
n suku pertama deret aritmatika dan deret geometri pada kelas IX E SMP Negeri 1 Comal Tahun
Pelajaran 2014/2015. (2) Model pembelajaran kooperatif tipe STAD juga dapat meningkatkan sikap
dan minat belajar peserta didik dalam pembelajaran matematika materi menentukan jumlah n suku
pertama deret aritmatika dan deret geometri pada kelas IX E SMP Negeri 1 Comal Tahun Pelajaran
2014/2015.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Budi Harwati, 2015. Peningkatan Kemampuan Menentukan Jumlah n Suku Pertama Deret Aritmetika dan Deret
Geometri Melalui Model STAD Peserta Didik Kelas IXE SMP Negeri 1 Comal. Laporan PTK SMP Negeri 1
Comal: Pemalang (Tidak Dipublikasikan).
Hamalik, Oemar. 1986. Media Pendidikan. Bandung: Alumni.
Panitia Sertifikasi Guru Rayon XII. 2008. Materi PLPG Matematika. Semarang: UNNES.
Poerwadarminta. 1995.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Wardhani, Sri. 2010. Implikasi Karakteristik Matematika dalam Penacapaian Tujuan Mata Pelajaran Matematika di
SMP/MTs. Yogyakarta: PPPPTK.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STAD DALAM PEMBELAJARAN SUKU
PERTAMA DERET ARITMATIKA DAN DERET GEOMETRI
Budi Harwati
13
Download