SUSUNAN DEWAN REDAKSI JURNAL KAJIAN COMMUNICARE FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU PERIODE 2016-2020 Pembina Penanggung jawab : Rektor Universitas Muhammadiyah Riau : Jupendri, S.Sos., M.I.Kom Penyunting Ahli : Dr. Junaidi, M.Hum Pimpinan Redaksi Sekretaris Redaksi : Umar Abdur Rahim SM, S.Sos.I., MA : Muhammad Syafi’i, S.Sos., M.I.K Penyunting Pelaksana : Jayus, S.Sos., M.I.Kom Desliana Dwita, S.IP., M.I.Kom Aidil Haris, S.SoS., M.Si Pelaksana Tata Usaha : Syafrizal A.md DAFTAR ISI Halaman 1 EFEKTIVITAS TUNJANGAN KINERJA DAERAH (TKD) DALAM PENINGKATAN KINERJA PEGAWAI DI SEKRETARIAT KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN Nurhasanah1 & Retnowati WD Tuti 2 Halaman 12 STRATEGI KOMUNIKASI YANG EFEKTIF DALAM MEMPROMOSIKAN PRODUK PASAR MODAL SYARIAH Syukurdi Halaman 24 STASIUN TELEVISI NASIONAL MENYIKAPI REGULASI PENYIARAN JARINGAN Desliana Dwita Halaman 40 OPTIMALISASI KOMUNIKASI DALAM PENGEMBANGAN MANAJEMEN DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM Zahriyah Simargolang Halaman 53 KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK MENURUT AL QURAN (Tinjauan Analisis Komunikasi Islam) Aidil Haris Halaman 62 ERA KEWARGANEGARAAN DIGITAL DALAM APLIKASI INFOMASI DAN KOMUNIKASI DI INDONESIA Ali Murtadha Halaman 77 BIAYA KOMUNIKATOR POLITIK DI PILKADA SERENTAK Jupendri Halaman 95 DAYA TARIK FACEBOOK SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI ALTERNATIF Marlina Halaman 107 MERANTAU SEBAGAI KOMUNIKASI BUDAYA MASYARAKAT MINANGKABAU Umar Abdur Rahim SM 1 EFEKTIVITAS TUNJANGAN KINERJA DAERAH (TKD) DALAM PENINGKATAN KINERJA PEGAWAI DI SEKRETARIAT KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN Nurhasanah1 [email protected] Retnowati WD Tuti 2 [email protected] FISIP Universitas Muhammadiyah, Jakarta ABSTRAK Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui Efektivitas Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) dalam Peningkatan Kinerja Pegawai Di Sekretariat Kota Administrasi Jakarta Selatan. Landasan Teori yang digunakan menurut Kirkpatrick (Mondy, 2008:231) dalam buku Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia yang ditulis oleh Suparno Eko Widodo (2015:105) dengan empat indikator yang digunakan untuk mengukur efektivitas program yang dijalankan yaitu Reaksi, Proses, Prilaku dan Hasil. MetodePenelitian, adalah Deskriptif dengan Pendekatan Kualitatif. Informan sebanyak 7 orang yang ditentukan dengan menggunakan Teknik Purposive. Teknik Pengumpulan Data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik Analisis Data menggunakan model analisis interaktif. Selain itu uji keabsahan data dengan menggunakan metode Triangulasi. Hasil Penelitian menunjukan bahwa efektivitas tunjangan kinerja daerah (TKD) dalam peningkatan kinerja pegawai di Sekretariat Kota Administrasi Jakarta Selatan sudah berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari 4 indikator yang digunakan untuk mengukur Efektivitas TKD yaitu reaksi, proses, prilaku, hasil. Namun demikian dari hasil penelitian masih ada yang perlu ditingkatkan yaitu pengawasan sistem absensi PNS, walaupun sudah dilakukan oleh mesin absensi elektronik tetapi penarikan data belum dilakukan secara on-line dan real time, masih ditampung oleh Komputer SKPD yang memungkinkan dilakukan manipulasi datanya. Serta pengawasan atasan, karena atasan langsunglah yang memberikan nilai kinerja yang nantinya akan diinput melalui system eTKD sehingga dapat memotivasi bawahanya untuk berbuat perubahan prilaku ke arah yang lebih baik. Kata Kunci: Efektivitas, Tunjangan Kinerja Daerah, Peningkatan Kinerja, Kinerja Pegawai. 2 ABSTRACT The purpose of this study was to determine the effectiveness of the Regional Performance Allowance (TKD) In Improving Employee Performance In South Jakarta Administration City Secretariat. The theoretical basis used is according to Kirkpatrick (Mondy 2008: 231) in the book Management of Human Resources Development written by Suparno Eko Widodo (2015: 105) with four indicators used to measure the effectiveness of the programs that reaction, Process, Behavior and Results. The Research Method used in this research is descriptive method with qualitative approach. Informants 7 people were determined using purposive technique. Data collection techniques used were interviews, observation and documentation. Data analysis technique using an interactive model. Besides test the validity of the data using triangulation method. The results of the study show that the effectiveness of performance allowance (TKD) in improving the performance of employees in the Secretariat of South Jakarta Municipality has been going well, it is seen from the four indicators used to measure the effectiveness of TKD of reactions, processes, behaviors, results. However, the results of research still needs to be improved is the attendance of civil servants surveillance system, even when carried out by electronic attendance machines but the withdrawal of the data has not been done on-line and in real time, still housed by Computer SKPD which allows manipulation of data. As well as superior control , Because The direct boss was the value of the performance that will be inputted via e-TKD system that behavioral change can motivate subordinates to do a better direction Keywords: Effectiveness, Improved Performance, Benefits Regional Performance,Performance Of Employees. PENDAHULUAN Pegawai Negeri Sipil yang merupakan sumber daya manusia dalam instansi pemerintah dan merupakan kekuatan yang menentukan bagi keberhasilan tujuan organisasi. Oleh karena itu, tercapainya tujuan organisasi diperlukan adanya Pegawai Negeri Sipil yang bermental baik, mempunyai dedikasi, berprestasi, berkualitas, bertanggung jawab penuh sebagai aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat. Di dalam upaya meningkatkan kinerja karyawan, usaha yang dilakukan perusahaan atau pemerintah tidak terlepas dari berbagai hal, diantaranya kompensasi atau tunjangan yang diberikan kepada karyawan dan juga motivasi yang ada didalam diri karyawan. Kinerja yang baik sangat diperlukan didalam upaya pencapaian tujuan organisasi. Secara umum penghasilan Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil terbagi atas dua komponen yaitu pendapatan yang melekat pada gaji pokok yang dibayarkan rutin setiap bulan dan pendapatan yang tidak mengikuti gaji pokok seperti tunjangan lain (tunjangan keluarga, tunjangan fungsional, tunjangan struktural) yang 3 diperbolehkan oleh peraturan perundangan yang berlaku, dan besarnya disesuaikan dengan pendapatan asli daerah (PAD) masing masing daerah. Karena itu untuk meningkatkan kinerja pegawai yang tinggi maka Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menetapkan dua kebijakan yang penting yaitu berupa pemberian tunjangan kinerja daerah dan menerapkan sasaran kinerja pegawai (SKP) terhadap beban kerja yang menjadi tanggung jawab masing masing pegawai. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan pegawai, maka Pemda DKI Jakarta membuat suatu kebijakan berupa Peraturan Gubernur Nomor 12 Tahun 2012 tentang perubahan atas Peraturan Gubernur Nomor 38 Tahun 2011 tentang Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) dengan berdasarkan pada penilaian kehadiran dan kinerja para PNS dan CPNS. Sebagai konsekuensi, setiap pegawai dituntut untuk bekerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Pemberian TKD ini bukan hanya ditujukan untuk meningkatkan penghasilan semata, tetapi juga dalam rangka meningkatkan produktivitas dan kinerja pegawai secara menyeluruh, bagi terciptanya kinerja aparatur pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang profesional, akuntabel dan senantiasa berorientasi pada pemberian pelayanan yang prima kepada masyarakat. Pengamatan sementara di lapangan dalam hal penilaian kinerja dan disiplin pegawai menunjukkan adanya masalah terhadap kinerja dan disiplin pegawai pada Sekretariat Kota Administrasi Jakarta Selatan yang mempunyai tugas melaksanakan tugas Walikota yang dilimpahkan dari Walikota dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas Walikota di Sekretariat Kota Administrasi Jakarta Selatan. Indikasinya yang masih sering dijumpai terkait dengan kinerja pegawai antara lain beban kerja yang tidak merata antar pegawai, banyak pegawai yang masih melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan tupoksinya atau dalam pelaksanaan tugasnya tidak tepat waktu, ini penyebabnya dikarenakan jenuh dalam pekerjaan yang itu itu saja dalam satu unit instansi, tidak pernah mendapatkan rotasi selama puluhan tahun bahkan sampai mendekati masa pensiun dan kepercayaan pimpinan dalam memberikan tugas hanya diberikan kepada pegawai tertentu saja karena disebabkan loyalitasnya. Sedangkan dalam masalah disiplin pegawai masih dijumpai kedisiplinan pegawai yang masih rendah, hal ini terlihat dari data daftar hadir mengikuti kegiatan upacara hari besar/apel senin tanpa keterangan, dimana banyak pegawai di Sekretariat Kota Administrasi Jakarta Selatan yang tidak tepat waktu atau tidak mengikuti upacara hari besar/apel senin. ini sangat ironis sekali, padahal penilaian kinerja 4 dan kehadiran tersebut sangat berpengaruh terhadap besarnya tunjangan yang akan diterima oleh masing-masing pegawai. Perumusan Masalah Sehubungan dengan pembatasan masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah Efektivitas Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) Dalam Peningkatan Kinerja Pegawai di Sekretariat Kota Administrasi Jakarta Selatan? 2. Apa sajakah hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses peningkatan kinerja pegawai di Sekretariat Kota Administrasi Jakarta Selatan? Tujuan Penelitian Seiring dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai, yaitu : 1. Untuk mengetahui Efektivitas Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) Dalam Peningkatan Kinerja Pegawai di Sekretariat Kota Administrasi Jakarta Selatan. 2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses peningkatan kinerja pegawai di Sekretariat Kota Administrasi Jakarta Selatan. TINJAUAN PUSTAKA Efektivitas Program Diungkapkan oleh Kirkpatrick (Mondy, 2008:231) dalam buku Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia yang ditulis oleh Suparno Eko Widodo (2015:105) terkait dengan model evaluasi pelatihan dan pengembangan yang terdiri dari pendekatan sebagai berikut : 1. Opini Masyarakat (Reaksi) Mengevaluasi program pelatihan dan pengembangan dengan menanyakan opini para peserta merupakan hal yang memberikan respons dan saran untuk perbaikan. Pendekatan ini adalah cara yang baik untuk memdapatkan umpan balik secara cepat dan murah. 2. Tingkat Pembelajaran (Proses) Beberapa organisasi melaksanakan tes-tes untuk menentukan apa yang telah dipelajari para peserta dalam program pelatihan dan pengembangan. Desain control pretest-posttes adalah salah satu prosedur evaluasi yang mungkin digunakan. 3. Perubahan Prilaku (Prilaku) Tes-tes bisa secara akurat menunjukkan apa yang telah dipelajari para peserta, namun hanya memberikan sedikit petunjuk mengenai kemampuan pelatihan dalam 5 mengarahkan para peserta untuk mengubah perilaku mereka. Hal yang dapat menjadi pembuktian dalam pelatihan dan pengembangan yaitu dengan munculnya perubahan perilaku. 4. Pencapaian Tujuan pelatihan dan pengembangan (Hasil) Pendekatan lain untuk mengevaluasi pelatihan dan pengembangan melibatkan penentuan sampai di mana program-program tersebut telah mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dan secara nyata berdampak pada kinerja. Evaluasi program pelatihan dan pengembangan dapat dilihat dari empat aspek yang meliputi reaksi karyawan terhadap program yang dilaksanakan, pembelajaran atau pengetahuan yang diperoleh oleh karyawan, adanya perubahan perilaku karyawan dan yang terakhir yaitu sejauh mana pelatihan dan pengembangan karyawan dapat berdampak pada perbaikan organisasi yang tampak pada pencapaian tujuan-tujuan yang diinginkan. Aspek-aspek tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi organisasi dalam menindak lanjuti program yang telah dilaksanakan apakah perlu perbaikan dan penyesuaianpenyesuaian dengan perkembangan baru yang disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Kompensansi / Tunjangan Menurut Mangkunegara (2007:84) membagi kompensasi ada dua bentuk, yaitu: intrinsik dan ekstrinsik. 1. Kompensasi intrinsik menyangkut nilai (non materi) yang diterimakan karena suatu tugas misalnya partisipasi dalam pengambilan keputusan, rasa pertanggungjawaban, kesempatan untuk mengembangkan diri, adanya keleluasaan dalam menjalankan tugas, menjadikan pekerjaan lebih menarik dan keanekaragaman tugas. 2. Kompensasi ekstrinsik menyangkut imbalan yang diterima dari lingkungan yang mengelilingi tugas itu sendiri dan terdiri dari kompensasi langsung (direct compensation), kompensasi tidak langsung (indirect compensation) dan kompensasi nonfinansial.Yang dimaksudkan kompensasi langsung adalah imbalan yang diterima pegawai secara langsung karena telah memberikan kontribusinya kepada institusi.Kompensasi jenis ini terdiri dari gaji pokok, bonus, premi, liburan, cuti, dan lain-lain. Kompensasi tidak langsung terdiri dari jaminan kesehatan seperti asuransi jiwa dan kesehatan, gaji penuh dengan tanpa memperhitungkan faktor lain yang mengurangi jam kerja, misalnya seseorang pada suatu ketika berhalangan untuk bekerja dan jasa layanan lainnya. Kompensasi nonfinansial adalah segala fasilitas yang diberikan oleh institusi atau organisasi. 6 Kinerja Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2001 : 34) menyatakan bahwa kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Menurut Simanjuntak (2005) “ Kinerja adalah tingkatan pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu. Simanjuntak juga mengartikan kinerja individu sebagai tingkat pencapaian atau hasil kerja seseorang dari sasaran yang harus dicapai atau tugas yang harus dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu “. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di UKPD Sekretariat Kota Administrasi Jakarta Selatan pada bulan Juli sampai dengan September 2015. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik Penarikan Informan Teknik pemilihan informan pada penelitian ini menggunakan teknik purposive, yaitu teknik pemilihan informan dengan pertimbangan tertentu sebanyak 7 orang. Adapun yang menjadi informan adalah orang-orang yang terlibat langsung dalam pelaksanaan kebijakan pemberian Tunjangan Kinerja Daerah dan dipilih berdasarkan yang paling mengetahui pelaksanaan dan dampak langsung dari kebijakan mengenai kinerja pegawai tersebut. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model analisis interaktif yang terdiri dari tiga komponen yaitu : reduksi data, sajian data dan penarik simpulan atau verifikasinya. Uji Keabsahan Data Dalam menguji keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik Triangulasi. 7 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Untuk mengetahui efektivitas Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) yang dijalankan oleh Pemerintah DKI Jakarta khususnya Sekretariat Kota Administrasi Jakarta Selatan, maka ditetapkan indikator efektivitas program yang dapat dilihat beberapa tahapan, seperti yang diungkapkan oleh Kirkpatrick (Mondy, 2008:231) dalam buku Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia yang ditulis oleh Suparno Eko Widodo( 2015: 105 ) yang terdiri dari pendekatan sebagai berikut : 1. Opini para pegawai (Reaksi) Untuk mengetahui reaksi karyawan terhadap program pemberian Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) yang dilaksanakan., terkait dengan indikator tersebut dapat dikatakan bahwa pada dasarnya para pegawai dilingkungan Sekretariat Kota Administrasi Jakarta Selatan sangat mendukung program tersebut, dikarenakan sudah mengetahui maksud dan tujuan dari pemberian Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) yang dikeluarkan oleh pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Namun dari segi disiplin masih rawan manipulasi data dari operator mesin absensi, Oleh sebab itu perlu adanya sistem absensi on-line dan real time langsung ke operator utama tanpa harus direkapitulasi oleh operator pendukung dari SKPD ataupun UKPD terkait agar reward dan punishnya sesuai dengan kinerja masing-masing pegawai. 2. Tingkat pembelajaran (Proses) Seberapa besar pembelajaran dan pengetahuan yang diperoleh oleh karyawan dari program pemberian Tunjangan Kinerja Daerah (TKD), terkait dengan indikator tersebut dapat dikatakan bahwa semua peraturan yang berhubungan dengan program TKD sudah dipahami oleh para pegawai dilingkungan Sekretariat Kota Administrasi Jakarta Selatan termasuk sanksi maupun imbalannya. Namun itu hanya berlaku dari segi disiplin saja sedangkan dari segi kinerja masih berdasarkan penilaian atasan langsung sehingga belum obyektif, ini disebabkan masih ada pimpinan yang merasa tidak nyaman bila memberikan nilai yang terlalu rendah terhadap bawahannya walaupun pegawai tersebut menghasilkan kinerja yang kurang baik. Oleh sebab itu perlu adanya reward lebih tinggi bagi pegawai yang memiliki kinerja yang sangat memuaskan berdasarkan peraturan yang ditetapkan bukan hanya berdasarkan tingkat golongannya saja, seperti yang berlaku saat ini. 8 3. Perubahan prilaku para pegawai (Prilaku) Adanya perubahan prilaku karyawan setelah mendapat program pemberian Tunjangan Kinerja Daerah (TKD), terkait dengan indikator tersebut dapat dikatakan adanya perubahan prilaku para pegawai dilingkungan Sekretariat Kota Administrasi Jakarta Selatan yang signifikan baik dari segi disiplin maupun kinerjanya. Namun itu dilakukan hanya mentaati peraturan saja bukan kesadarannya akan kewajibannya sebagai PNS, karena mereka beranggapan bila tidak mentaati peraturan akan mendapat sanksi yang dapat berpengaruh terhadap pemberian Tunjangan Kinerja Daerah (TKD)nya. Oleh sebab itu perlu adanya pembinaan kedisiplinan pegawai dari unit yang mengelola kepegawaian agar secara perlahan dan pasti para pegawai Sekretariat Kota Administrasi Jakarta Selatan tanpa paksaan menjalani kewajibannya dan mendapatkan haknya sesuai dengan kinerja yang dihasilkan. 4. Pencapaian Tujuan Tunjangan Kinerja Daerah (Hasil) Sejauh mana program pemberian Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) pada pengembangan dan perbaikan karyawan khususnya dampak yang nyata pada kinerja sehingga tujuan organisasi yang diinginkan dapat terwujud, terkait dengan indikator tersebut dapat dikatakan sudah berhasil meningkatkan kinerja, disiplin dan kesejahteraan para pegawai di Sekretariat Kota Administrasi Jakarta Selatan. Namun masih belum sempurna karena masih adanya faktor penghambat dalam program pemberian TKD tersebut antara lain : 1) Kebijakan politik yang berlaku, 2) Kehadiran yang belum on-line dan real time, 3) Tidak adanya kemauan berubah dari pegawai untuk mengikuti perubahan yang berjalan saat ini. Oleh sebab itu perlu adanya pengelolaan anggaran yang bijak tanpa harus terpengaruh oleh kebijakan politik yang berlaku pada saat itu, sistem kehadiran yang ditangani oleh pegawai yang bertanggungjawab atas pekerjaannya, dan terakhir memberikan pembinaan bagi pegawai yang tidak mau mengikuti perubahan serta yang memasuki masa pensiun untuk mengajukan MPP (Masa Persiapan Pensiun) lebih awal agar tidak terkena hukuman disiplin jika melanggar peraturan yang berlaku. Rekapitulasi Hasil Penelitian Dapat disimpulkan bahwa pemberian Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) sangat efektif untuk meningkatkan kehadiran, kinerja dan kesejahteraan pegawai, karena adanya 9 hubungan timbal balik antara Pegawai, TKD dan kinerja yang dihasilkan, karena kinerja yang baik akan menghasilkan TKD yang besar pula, sehingga pegawai dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya yang membuat sejahtera dan akan membangkitkan gairah untuk hadir tepat waktu sehingga pegawai yang bersangkutan akan dapat menghasilkan kinerja yang baik dan berkualitas. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian di lapangan maka Efektivitas Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) Dalam Peningkatan Kinerja Pegawai di Sekretariat Kota Administrasi Jakarta Selatan dapat disimpulkan : 1. Cukup efektif. Efektivitas tersebut dapat dilihat dari 4 indikator: 1). Opini para pegawai (Reaksi), maksudnya para pegawai dilingkungan Sekretariat Kota Administrasi Jakarta Selatan sangat mendukung program TKD tersebut, dikarenakan sudah dari pemberian Tunjangan Kinerja Daerah (TKD 2). Tingkat pembelajaran (Proses), para pegawai mempelajari kebijakan TKD dari sosialisasi yang sering dilakukan Pemda sehinggamengetahui maksud, tujuan, sanksi dan imbalan TKD 3). Perubahan Prilaku Para Pegawai (Prilaku), maksudnya telah terjadi perubahan prilaku para pegawai yang signifikan baik dari segi disiplin maupun kinerjanya 4). Pencapaian Tujuan Tunjangan Kinerja Daerah (Hasil), maksudnya sudah berhasil meningkatkan kinerja, disiplin dan kesejahteraan para pegawai. 2. Hambatan yang dihadapi dalam proses peningkatan kinerja pegawai di Sekretariat Kota Administrasi Jakarta Selatan, adalah : 1). Perubahan disiplin masih terbatas pada jam kehadiran dan berpakaian bukan pada disiplin kerja dengan produktivitas yang lebih baik 2). Sistem absensi belum dilakukan secara on-line dan real time 3). Pengawasan atasan langsung untuk dapat diinput ke system e-TKD belum berjalan 4). Masih terdapat kelambatan pembayaran TKD tiap bulan Saran Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut tentang Efektivitas TKD di Kota Administrasi Jakarta Selatan dengan pendekatan kuantitatif, mengingat masih terdapat kekurangan, maka : 10 1. Diharapkan Disipilin tidak hanya terbatas pada disiplin waktu dan pakaian 2. Diharapkan Sistem absensi dilakukan secara on-line dan real time 3. Diharapkan telah berjalan Pengawasan Atasan Langsung yang dapat langsung diinput ke system e-TKD 4. Diharapkan Pencairan Anggaran pembayaran TKD tidak terlambat lagi setiap bulan. DAFTAR PUSTAKA Buku Hasibuan, Malayu S.P, 2007, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Jakarta : PT Bumi Aksara Revisi 9, Mangkunegara, AA Anwar Prabu, 2007, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia, Bandung : Penerbit PT Refika Aditama Moleong, Lexy, 2011, Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi 29 Bandung : Remaja Rosdakarya Sugiyono, 2001, Metode Penelitian Administrasi, Bandung : Alfabeta Sutrisno, Edy, 2010, Budaya Organisasi, Jakarta : Kencana Prenada Media Group Widodo, Suparno Eko, 2015, Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia, Yogyakarta : Pustaka Pelajar Dokumen Perencanaan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2013, Bagian Tata Laksana Sekretariat Kota Administrasi Jakarta Selatan, 2013 Laporan Kegiatan Operasional E-Absensi dan E-TKD Sub Bagian Kepegawaian Setko Bagian Ketatalaksanaan Setko Administrasi Jakarta Selatan, 2013 Lembar Sasaran Kerja Pegawai Negeri Sipil Bagian Umum dan Protokol Sekretariat Kota Administrasi Jakarta Selatan, 2014 Rencana Strategis 2013-2017 (Restra) Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan, Bagian Tata Laksana Sekretariat Kota Administrasi Jakarta Selatan, 2013. Peraturan Perundang-Undangan Permendagri No 59 Tahun 2007 tentang perubahan atas Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 38 Tahun 2011 tentang Tunjangan Kinerja Daerah 11 Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 12 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Tunjangan Kinerja Daerah Internet http://bisnis.liputan6.com/read/806871/4-pelanggaran-yang-bikin-pnsdipecatBisnis Liputan6.com. (6-3-2015). http://www.academia.edu/Makalah Etika Bisnis/Muhammad Andriansyah. Kamis, 5 Februari 2015. 12 STRATEGI KOMUNIKASI YANG EFEKTIF DALAM MEMPROMOSIKAN PRODUK PASAR MODAL SYARIAH SYUKURDI [email protected] STAIN GAJAH PUTIH TAKENGON ACEH TENGAH, ACEH ABSTRAK komunikasi merupakan suatu yang terpenting dalam kehidupan sehari-hari, karena tanpa komunikasi hasrat manusia sebagai makhluk intraksi tidak akan tercapai, hal demikian dengan sudut pandang dunia ekonomi, terlebih dunia ekonomi Islam. Seiring kemajuan ekonomi Islam, maka, persfektif komunikasi Islam, wajib untuk berperan aktif dalam mempromosikan segala produk ekonomi Islam dewasa ini. Dengan didasari lingkup komunikasi Islam,komponen komunikasi, proses komunikasi, bentuk komunikasi, teknik komunikasi, tujuan dan fungsi dari komunikasi, model, bidang komunikasi, standarisasi komunikasi berbasis syariah, serta strategi komunikasi yang Islami. Kata Kunci : Strategi, Komunikasi, Promosi, Pasar Modal Syariah ABSTRACT Comunication, a some one very importen, in live, because, not communication, human are social intraction, not sucses, so by corner persfektif world economic, plus world econimic Islam. Sucses pull economic Islam in every day, persfektif communication of islam, have suport and active to exhibition produc economi Islam old the in. By have element adaption communication of Islam, composition communication, proces comunication, tehknik communiction, to and user of communication Islam, model communication, study communication, standaristion of communicaton basic syariah, strategi communication of islamic. Keywords : Strategy, Communications, Promotions, Islamic Capital Market 13 PENDAHULUAN Strategi merupakan rencana tindakan, termasuk penggunaan metode dan pemamfaatan berbagai sumber daya. Dengan demikian, strategi merupakan proses penyusunan rencana, sebelum sampai pada tindakan (M. Ali, 2004). Dalam arti lain, strategi dirangkai dan disusun secara rapi dengan tujuan untuk mecapai tujuan tertentu sehingga mengahadirkan atau menciptakan keinginan yang akan dicapai. Sedangkan komunikasi yang bersumber dari kata communis yang berarti sama, disini maksudnya sama makna ( Onong, 1984 ). Dari berbagai rangkaian definisi diatas dapat ditarik kesimpulan mengenai makna strategi komunikasi ialah suatu perencanaan dalam mencapai tujuan untuk menyama rasakan apa yang dirasakan oleh komunkator menjadi sama rasa dengan komunikan, khususnya pada hal ini yakni pada strategi komunikasi dalam mepromosikan produk pasar modal khususnya pada pandangan syariah. Aksiologi dari komunikasi dalam mempromosikan produk dalam dunia pasar modal syariah, terutama diera persaingan global dewasa ini dirasakan sangat perlu, karena secara tidak langsung dampak fositif dari soaialisasi produk pasar modal syariah dapat mensejahterakan masyarakat menengah kebawah dan sekaligus meningkatkan rasa iman manusia sebagai hamba yang beribadah dan hamba yang bermuamalah. Secara epistimologi komunikasi, paradigma nilai komunikasi yang berkaitan dengan dunia ekonomi maka secara mutlak tidak terlepas dengan kajian komunikasi bisnis berbasis syariah terlebih menyangkut dengan nilai jual, untung rugi serta relation dalam berkomunikasi bisnis dan spritual Islami. Menurut penulis, pada umumnya terutama dikalangan masyarakat Indonesia, mengenal produk pasar modal yang berbasiskan syariah masing asing ditelinga maysarakat Indonesia, hal ini mungkin dipengaruhi oleh kinerja perekonomian di Indosenia masih dikenal dengan istilah ekonomi konvensional termasuk juga lembaga yang menjadi panutan untuk mengontrol maju mundurnya ekonomi Indonesia seperti Bank Indonesia itu sendiri, sehingga secara refleks dapat mempengaruhi kinerja sosialisasi dalam mempromosikan produk pasar modal yang berbasis syariah. Disisi lain itu juga, masyarakat menilai, antusias pemeritah dalam mengeksistensikan nilai-nilai produk pasar modal yang berbasiskan syariah dirasakan masih setengah hati, sehingga antusias masyarakat terhadap produk pasar modal yang berbasiskan syariah dirasakan oleh penulis masih kurang. Oleh karena itu perlu terobosan baru untuk dapat memajukan langkah produk pasar modal yang berbasiskan syariah dalam pendekatan kajian komunikasi Islam, terutama pada kajian komunikasi bisnis. Dalam strategi komunikasi untuk mengegolkan produk pasar modal berbasis syariah, perlu adanya inovasi baru, formulasi baru atau rumusan baru yang dianggap sangat 14 efektif dalam mensosialisasikan produk pasar modal berbasis syariah. Maka dari itu ilmu komunikasi Islam dirasakan sangat perlu dalam mempromosikannya, karena memiliki keselarasan pandangan terhadap nilai tauhid dan muamalah. Tujuan utama riset ini adalah untuk mencari solusi dalam mengupayakan strategi komunikasi pasar terutama produk pasar modal berbasis syariah dapat diterima masyarakat banyak, tentunya dalam kajian konteks komunikasi Islam. Hal ini sangat penting dilakukan mengingat, konteks komunikasi Islam terutama pada bidak komuniksi bisnis, memiliki landasan prinsip dari al quran dan hadis terlebih lagi yang akan disosialisasikan mengenai promosi produk pasar modal berbasis syariah. Dalam prinsip komunikasi Islam pada tiap penyampaian pesan yang bersumber dari al quran memiliki beberapa prinsip yang mendasar seperti : 1. Qaulan sadidan yakni berkata dengan perkataan yang benar maksudnya adalah perkataan yang disampaikan haruslah bernilai dan berisi sesuatu yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. 2. Qaulan balighan yakni berkata dengan perkataan yang berbekas pada jiwa mereka, dengan arti kata dapat mempengaruhi sampai kepada psikologi nasabah atau komunikan dengan tujuan yang baik dan dengan kebaikan. 3. Qaulan masyuran yakni perkataan dengan ucapan yang pantas, dan mudah dipahami juga mudah dimengerti. 4. Qaulan layynan yakni perkataan dengan lemah lembut, sebagaimana yang dilakukan oleh sales, teler-teler bankir dalam menjalankan tugasnya untuk melayani nasabah, 5. Qaulan kariman yakni perkataan dengan ucapan yang mulia, (Syukurdi, 2014 ) dalam artikata, dengan ucapan yang dapat menghormati nilai-nilai kedudukan nasabah atau komunikan. Riset ini sangat penting dilakukan karena mengingat, masih sepinya pengetahuan masyarakat mengenai pasar modal yang berbasis syariah sehingga berdampak kepada sepinya minat masyarakat dalam menanamkan modalnya kepasar modal berbasis syariah, sehingga dapat melemahkan perekonomian syariah dan dapat berdampak kepada keterpurukan pembangunan-pembangunan yang bersifat kemaslahatan umat baik pada umat Islam itu sendiri ataupun kepada umat non Islam itu sendiri, oleh karena itu komuniksi Islam dalam bidang komunikasi bisnis yang berbasis syariah sangat membutuhkan komunikator-komunikator Islam sebagai poiner dan garda terdepan dalam mempropagandakan sekaligus menstimulasi masyarakat untuk ikut serta dalam menggunakan pasar modal berbasis syariah. 15 TINJAUAN PUSTAKA Lingkup Ilmu Komunikasi Ilmu komunikasi dipandang dari sudut komponen, bentuk, sifat, metode, teknik, model, bidang dan sistem komunikasi, dirasakan sangat berguna dalam mengupayakan strategi komunikasi dengan tujuan mempromosikan produk pasar modal yang berbasiskan syariah. Dengan menselaraskan lingkup komunikasi Islam sebagai alat untuk mempromosikan produk pasar modal berbasiskan syariah, tentu tidak terlepas dari komponen komunikasi. Komponen Komunikasi diantaranya perlu adanya, a. Komunikator, b. Pesan yakni pesan yang disampaikan berisikan produk-produk pasar modal yang berbasiskan syariah, kemudian, c. Media, hal ini sebagai cara yang efektif dalam mempromosikan produkproduk pasar modal syariah, d. Komunikan atau calon nasabah yang akan dijadikan sahabat dalam menggunakan produk-produk pasar modal syariah, dan selanjutnya, e. Efek, yaitu dampak atau hasil yang dirasakan oleh nasabah baik sebelum atau sesudah dalam mengetahui produk-produk pasar modal syariah, sehingga dapat menjadi perhitungan bagi produsen produk-produk pasar modal syariah. Proses Komunikasi a. Proses secara primer adalah proses sosialisasi mempromosikan produk pasar modal syariah dengan menggunakan media pertama seperti secara lisan, bahasa yang jelas kepada nasabah atau calon nasabah. b. Proses secara skunder adalah proses sosialisasi dalam mempromosikan produk syariah dengan media kedua, seperti menggunakan surat, telepon, televisi, radio dan media lainya yang dianggap dapat memberi penerangan terhadap nasabah. Bentuk Komunikasi a. Komunikasi persona, adalah komunikasi yang salah satunya dilakukan dengan bentuk komunikasi antar persona ( interpersonal communication). Hal ini dilakukan secara tatap muka antara komunikator dengan nasabah sebagai komunikan dalam mempromosikan produk-produk pasar modal syariah. b. Bentuk komunikasi kelompok, adalah komunikasi yang dilakukan untuk mempromosikan produk-produk syariah dengan cara membentuk sebuah kelompok sebagai wadah ajang mempromosikan produk pasar modal syariah. Sebagai contok komunikasi kelompok dalam mempromosikan produk syariah seperti, ceramah. Ceramah dapat dilkukan oleh pemuka agama atau da’i dalam mempromosikan produk syariah melalui jamaah-jamaah pengajian. Komunikasi Massa Komunikasi massa, dirasakan salah satu yang efektif dalam mempromosikan produk pasar modal syariah, seperti menggunakan radio, televisi, pers dan lain sebagainya. Komunikasi Media Komunikasi media dalam menunjang peromosi produk pasar modal syariah, dapat melalui berupa pamflet, spanduk, surat dan lainsebagainya. 16 Sifat Komunikasi Sugesti yang dapat dilakukan oleh dunia komunikasi dalam memperomosikan produk pasar modal syariah, memiliki sifat tersendiri dalam memprogandakan produk pasar modal syariah kepada khalayak banyak dapat melalui sifat komunikasi dengan tatap muka, media, verbal atau kalimat baik melalui bentuk tulisan atau pun lisan. Metode Komunikasi Menurut penulis cara efektif dalam mempromosikan pasar modal menggunkan metode komunikasi dapat melalui media jurnalistik, seperti media cetak, elektronik, public relation, advertising, exhibition,publicity, penerangan, dan apabila diperlukan dapat menggukan metode perang urat saraf (psychological warfare) yakni menggunakan propaganda dalam mempromosikan produk pasar modal syariah sebagai tindakan oprasional yang bersifat meliter, ekonomis atau politik dalam mempersuasi nasabah secara terorganisir tanpa ada kekerasan dengan tujuan mengubah cara pandang nasabah terhadap stigma negatif yang melekat pada produk pasar modal syariah kepada sudut pandang yang baik. Teknik Komunikasi Dalam mempromosikan pasar modal syariah agar lebih efektif, maka tidak terlepas dari teknik komunikasi itu sendiri, dalam mencari strategi komunikasi yang efektif untuk mencapaian promosi pasar modal syariah diantaranya dengan teknik komunikasi sebagai berikut : a. Komunikasi informatif, yakni memberikan informasi apa adanya tentang prospek pasar modal syariah kepada nasabah atau calon nasabah. b. Komunikasi persuasif, yakni teknik komunikasi dengan cara membujuk calon nasabah atau nasabah itu sendiri dengan cara prasaan dan menjiwai apa yang diinginkan oleh calon nasabah itu sendiri tanpa ada unsur paksaan. c. Hubungan manusiawi, yakni kata lain dari human relation, jika dipandang dari segi syariah mungkin dapat dikatakan hubungan insani. Teknik komunikasi yang satu ini dianggap sangat penting dalam kehidupan sehari-hari termasuk pada dunia pasar modal itu sendiri, karena maju mundurnya perusahaan tidak terlepas dari pencintraan baik terhadap suatu perusahaan melalui human ralation itu sendiri. Teknik komunikasi human relation dapat menggunakan teknik konseling dengan tujuan membantu para karyawan memecahkan masalahnya sendiri, (Onong, 2009) mengusahakan adanya suatu suasana yang baik, demikian juga pada suasana dalam mempersuasif dan mensugestif calon nasabah atau nasabah untuk ikut nerperan dalam dunia pasar modal syariah. Tujuan Komunikasi Adapun beberapa tujuan komunikasi, terdapat beberapa subtansi tujuan yakni : a. Perubahan sikap yaitu, mengupayakan cara pandang nasabah untuk berperan dalam pasar modal syariah agar tidak diragukan lagi kehalalanya. b. Perubahan pendapat yakni, merubah cara pandang nasabah dalam menilai pasar modal syariah sangat baik dan halal serta berfaedah bagi masyarakat banyak. c. Perubahan perilaku, yakni mengupayakan sebuah tindakan yang akan dilakukan oleh nasabah untuk mempraktikan pasar modal syariah yang kompeten. d. Perubahan sosial, yakni merubah cara pandang masyarakat agar mau dan ikut serta dan berperan aktif secara kolektif dalam mengaplikasikan pasar modal syariah 17 khususnya secara berjamaah atau kolektif sekaligus melindungi pasar modal syariah secara bersama. Fungsi Komunikasi Dalam aplikasi perekonomian berbasis syariah, terutama pada aspek pasar modal syariah, harus memiliki nilai fungsi komunikasi pada saat mempromosikan pasar modal syariah, yakni yang pertama, harus memiliki isi pesan sebagai menyampaikan informasi yang segalanya berkaitan dengan prospek produk pasar modal syariah, yang kedua, mendidik masyarakat dalam memberikan pengetahuan tentang wawasan ekonomi syariah terutama prospek keuntungan pasar modal syariah, dan ketiga, mempengaruhi, dengan tujuan untuk mempertahankan eksistensi pasar modal syariah itu sendiri, sehingga dengan mempengaruhi dapat memperluas relasi kerja pasar modal syariah. Model Komunikasi Secara umum model komunikasi terdapat tiga model yang penulis anggap sangat efektif dalam mempromosikan pasar modal berbasiskan syariah, diantaranya, yang pertama, komunikasi satu tahap ( one step flow communication ) dan yang kedua, komunikasi dua tahap ( two step flow communication) dan yang terakhir yang ketiga, komunikasi multi tahap ( multistep flow communication). Diantara tiga model kounikasi ini, bertjuan untuk strategi dalam mempromosikan produk pasar modal syariah dengan cara, informasi yang berkaitan dengan produk pasar syariah harus disampaikan dengan cara berkelanjutan tanpa henti, baik dari bibir ke bibir sampai dan seterusnya tanpa mengenal jabatan, propesi calon nasabah, tidak mengenal usia baik tua maupun muda. Bidang Komunikasi Dalam lingkup ilmu komunikasi Islam, banyak bidang yang harus dikaji terutama pada perfektip dunia komunikasi Islam, diantaranya bidang komunikasi perusahaan atau dikenal sebagai komunikasi bisnis. Bidang komunikasi Islam terutama pada bidang komunikasi bisnis khususnya yang berbasis syariah, tentunya sangat memiliki relevansi yang mendasar untuk dijadikan corong suara dalam mempromosikan segala produk-produk pasar modal yang berbasiskan syariah. Komunikasi Bisnis Berbasis Syariah Memahami komunikasi bisnis tentu sangat eratkaitanya dengan strategi mempromosikan produk pasar modal syariah, demikian juga dengan sebaliknya korelasi antara komunikasi Islam terhadap bidangnya yakni komunikasi bisinis yang berbasis syariah, semua saling berhubungan untuk mengonsep serta merealisasikan ekonomi syariah khususnya pada produk pasar modal syariah. Dalam perdagangan, keterampilan komunikasi sangat penting untuk penujang kemajuan sebuah prusahaan terutama dalam memperkenalkan sebuah produk. Sebelum membahas komunikasi bisnis berbasis syariah, terlebih dahulu mengetahui serta memahami mengenai komunikasi bisnis. Makna komunikasi secara umum dapat diterjemahkan yakni, proses pertukaran informasi ( pesan). Dalam memahami makna dari komunikasi bisnis dapat diterjemahkan yaitu, komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis yang mencakup berbagai macam bentuk komunikasi, baik komunikasi verbal ataupun nonverbal untuk mencapai tujan tertentu ( Djoko, 2011 ). 18 Akan tetapi komunikasi bisnis berbasis syariah sangat tepat mengunakan komunikasi Islam untuk mempromosikan produk-produk halal, seperti produk pasar modal, karena sedikit penekanan didalamnya, unsur produk yang dikenalkan kepada nasabah, harus berunsurkan niail halal menurut pandangan Islam. Kegiatan pasar modal syariah, tanpa disadari merupakan bagian dari kegiatan ekonomi Islam, hal ini disebabkan pasar modal syariah yang dilakukan atas berdasarkan dari nilai-nilai Islam, karena ilmu ekonomi Islam itu, suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah-masalah ekonomi yang diilhami dari nilai-nilai Islam ( Abdullah, 1988 ). Oleh karena itu strategi dalam mempromosikan khususnya produk-produk pasar modal syariah, harus dari kalangan komunikator Islam itu sendiri. METODE PENELITIAN Jenis penelitian, sumber data dan teknik sampel Jenis penelitian ini, adalah penelitian kulitatif, secara langsung melihat dari tradisitradisi masyarakat secara pejelajahan diskrifsi dalam menganalisis gejala atau keadaan mengenai stuasi produk pasar modal syariah. Meskipun mengalami perubahan dan penyempurnaan walaupun sudah pada tahap analisis data ( Syukur Kholil, 2009 ). Teknik sampel dalam penelitian ini menggunakan porposive sampling, yakni pengambilan sampel yang dianggap oleh peneliti sangat berkompeten pada bidanganya, seperti mengadakan wawancara dengan pakar komunikasi Islam dengan membahasa strategi pemasaran serta mempromosikan produk pasar modal syariah dan juga wawancara dengan pakar ekonomi Islam yang dianggap berkompeten dibidangnya terutama dalam membahas pasar modal berbasis syariah. HASIL DAN PEMBAHASAN Strategi komunikasi a). Sumber Daya Manusia dan Human Relation Dalam menyikapi pasar modal syariah tentunya harus memiliki sumber daya manusia atau dapat disebut dengan sumber daya insani. Tidak dapat dipungkiri, sumber daya manusia adalah merupakan bagian dari solusi yang amat sangat penting dalam mengukur kemajuan sebuah pasar terutama yang menjajakan nilai jual terhadap suatu produk. Manusia sebagai makhluk yang mengahasil daya untuk promosi produk syariah serta pemasaran, maka sebelumnya perlu adanya pelatihan terdidik, terutama dalam bidang komunikasi. Menyinggung human relation, sebagai rangkaian kegiatan strategi komunikasi dalam mempromosikan produk pasar modal syariah, maka perlu dibedakan antara strategi market dengan strategi komunikasi human relation. Biasanya strategi marketing hanya memproritaskan tingkat penjualan produk tanpa memikirkan nilai kelanjutanya, sedangkan kegiatan human relation dalam mempromosikan produk pasar modal syariah, lebih menekankan nilai-nilai kemanusiaan sehingga menjadi daya tarik nasabah untuk ikut serta berperan dalam meningkatkan daya pasar modal syariah. Sebagaimana yang telah diuatarakan oleh Makmur Jaya sebagai salah seorang pakar komunikasi Islam mengatakan, untuk memperoleh relasi dalam mesosialisasikan 19 sebuah produk, maka perlu diciptakan suatu kegiatan yaitu human relation, atau dalam lintas komunikasi budaya Gayo disebut telangke. Ditambah beliau. Dari kegiatan human relation dapat menghasilkan suatu keuntungan yang setimpal, memiliki nilai kepuasan dan mamfaat dari kegiatan seperti mengahasilkan network secara tidak langsung. Dalam pasar modal, selain human relation, perlu juga dibentuk suatu wadah yang dapat dijadikan sumber informasi, terutama dalam mempromosikan produk pasar modal tersebut yakni adanya public relation. Dengan adanya public relation dalam meliput kegiatan pasar modal, sekaligus dapat menjadi media penerangan dalam menjelaskan serba serbi pruduk serta kegiatan pasar modal syariah. Sebagai Sumber Daya Manusia untuk mempromosikan produk pasar modal syariah, dapat dilakukan para akademik, pemerintah atau para da’i sekalipun. b). Teknologi dan informasi Teknologi dan informasi terutama di era digitalisasi dewasa ini tentunya, mamfaat teknologi sangat diperlukan terutama dalam mensosialisasikan produk pasar modal sehingga dirasakan lebih efektif dalam merealisasikanya. Berkaitan dengan informasi dalam pasar perdagangan pasar modal syariah, tentu masyarakat akan terus mencari informasi terutama yang berkaitan dengan pasar modal, maka dari kecanggihan teknologi turt mendukung dalam mempermudah informasi atau dalam teori komunikasi disebut dengan teori information seeking. Aplikasi teknologi informasi sebagai media komunikasi, aplikasinya berkembang kedalam dunia maya yang intinya menjadi aplikasi komunikasi antar sesama masyarakat dunia maya, terutama yang berhubungan transaksional (Burhan, 2007). Maka mau tidak mau, proses sosialisasi produk pasar modal syariah haruslah menggunakan istilah Ecommerce yang digunakan untuk pendukung kegiatan pembelian dan penjualan, pemasaran produk, jasa, dan informasi melalui internet atau extranet ( Burhan, 2007 ). Pengembangan Pasar Modal Syariah Pengembangan pasar modal modal, memiliki sejarah tersendiri, khususnya di Indonesia, seiring matangnya perekonomian bangsa ini. Dalam catatan sejarah, pasar modal di Indonesia berawal dari pemerintahan Hindia- Belanda pada 14 Desember 1912 ( Andri, 2014 ). Seiring dengan laju tumbuh kembang perekonomian indonesia terutam tingginya minat dunia terhadap ekonomi berbasis syariah yang dirasakan sangat berpengaruh positif bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara, maka, berdasarkan undangundang no. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal, yang tidak membedakan kegiatan pasar modal tersebut dilakukan berdasarkan syariah atau tidak. Pada Tanggal 14 Maret 2003 bersamaan dengan penandatanganan MOU antara Bapepam- LK dengan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (MUI), maka pasar modal berbasis syariah resmi dibuka( Adrian, 2011). 20 a. Sistem pasar modal Syariah Sistem dari segi bahasa mungkin dapat diartikan sebagai, sesuatu yang bersinambungan secara tersusun dan teratur, menurut susunanya sendiri, yang saling berhubungan. Sedangkan pasar modal, dapat diartkan layaknya sebuah kegiatan bursa jualbelikan modal atau dana stock . dari segi praktik dapat juga dikatakan suatu kegiatan untuk mengimpun dana, memelihara dana.sedangkan syariah adalah suatu prinsip, jalan, terhadap cara pandang pasar modal sesuai dengan kaidah-kaidah ajaran Islam pada saat melakukan bursa pasar modal, sehingga menjadi suatu sistem yang tersusun secara teratur sesuai dengan kaidah-kaidah Islam. Sistem pasar modal syariah, dari segi aplikasi, tentu tidak terlepas dari sistem ekonomi Islam, seperti mengantisipasi riba, memggunakan metode murabaha, mudharabah, musyarakah, salam, istishna, ijarah. b. Produk pasar Modal Syariah Secara umum, masyarakat menilai, tidak ada berbeda pasar modal syariah dengan konvensional, hal ini dirasakan kurangnya sosialisasi mengenai pasar moal syraiah sehingga berdampak pada minimnya pengetahuan masyarakat terhadap produk pasar modal syariah, oleh karena itu perlu peran serta komunikator Islam dalam mensosialisasikan produk pasar modal syariah sehingga dapat membangkitkan semangat perekonomian serta kemaslahatan umat secara umum. Menyinggung mengenai produk pasar modal syariah, sebagaimana yang telah diutaraka oleh Rahmah salah seorang pakar ilmu ekonomi Islam mengatakan, pada hakekatnya sangat berbeda produk pasar modal syariah dengan produk pasar modal konvensional, hal ini dilihat dari dasar kegiatan usaha yang dilakukan sampai dengan pada kegiatan pasar modal itu sendiri. Ditambah oleh beliau, kegiatan pasar modal syariah, harus melihat dari aspek pergerakan kegiatan usaha, apakah kegiatan usaha berdasarkan syariat Islam atau tidak, yang mana perusahaan tersebut ikut serta dalam kegiatan pasar modal itu sendiri. Pada produk pasar modal syariah menurut salah seorang pakar dan sekaligus praktisi ekonomi Islam oleh Ramdan, beliau berpendapat, produk- produk pasar modal syariah yang dapat disosialisasikan diantaranya adanya saham, sukuk, dan reksadana, ketiga komponen ini adalah merupakan produk dari pasar modal syariah. Sukuk nama lain dari kata obligasi, karena merupakan salah satu produk pasar modal syariah tentunya menjadi obligasi syariah. Selain itu sukuk harus distrukturkan secara syariah agar sistem dan instrumen keuangan ini aman dari riba, gharar, maysir ( Khaerul, 2013 ). Sukuk juga memiliki jenis-jenis diantaranya, sukuk murabaha, sukuk mudharabah, sukuk musyarakah, sukuk salam, sukuk istihna, sukuk ijarah ( Muhamad Nafik,2009) . Demikianhalnya dengan reksadana syariah, yakni beroprasi menurut ketentuan dan prinsip- prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara modal sebagai pemiliki harta ( shahib al-mal/ rabb al-mal ) dengan manajer investasi sebagai wakil shahib al-mal, antara manajer investasi sebagai wakil shahib al-mal dengan pengguna investasi. Reksadana merupakan suatu lembaga keuangan yang dapat dijadikan alternatif berinvestasi bagi masyarakat ( Burhanuddin, 2009 ), hal senada disampaikan oleh Ramdan, mengutarakan, reksadana merupakan unit pengumpul dana untuk investasi. 21 Analisa SWOT Pasar Modal Syariah Dalam setiap persaingan perlu adanya penalaran terhadap penilaian kedaan dan kondisi pasar itu sendiri, sehingga dapat menentukan tindakan selanjutnya, terutama berdasarkan hasil analisa pelaku ataupun produsen pasar. Dalam menganalisa suatu pergerakan pasar modal syariah, dapat menggunakan istilah analai SWOT, yang berisiskan bayangan terhadap sikap pasar modal syaraiah kedepan, dengan cara mengenal diri pasar modal syaraiah serta menegenal lawan dari pasar modal syaraiah tersebut. Komposisi analisa SWOT terdiri dari beberapa rangkaian diantaranya Strength yakni kekuatan, guna menganalisa kekuatan yang ada pada pasar modal syariah sehingga dapat digunakan sebagai taring dalam memasarkan produk pasar modal syariah. Weakness yakni kelemahan, dengan mengetahui kelemahan maka akan segera dievaluasi guna untuk mencegah kekuatan dari luar untuk mematikan pasar modal syariah. Opportunity yakni, untuk mengetahui peluang yang pada pasar modal syriah, sehingga dapat digunakan sebagai ruang gerak menghidupkan serta menggairahkan pasar modal syariah. Threat yakni ancaman, guna untuk mengantisipasi hal-hal yang akan menjatuhkan pasar modal syariah baik dari luar maupun dari dalam pasar modal syariah itu semndiri. Para pakar ekonomi Islam berpendapat, peluang pasar modal syariah akan mengalami kelanjutan yang positif seiring dengan pertumbuhan ekonomi dinegara-negara barat terutama yang menggunakan sistem pasar modal syariah, sehingga dapat menjadi acuan atau contoh bagi negara-negara berkembang dalam memulai pasar modal syariah. Meskipun pasar modal syariah dari perspektif umum memiliki kelanjutan yang baik, tetap saja akan memiliki dinamika tersendiri dalam menjalankanya, maka dari hasil analisa SWOT terlebih dahulu diharapkan dapat mengantisipasi secara preventif mengenai kendala-kendala yang akan dihadapi oleh pasar modal syariah. Strength Strength yakni, kekuatan. Para pakar ekonomi Islam berpendapat, peluang pasar modal syariah akan mengalami kelanjutan yang positif seiring dengan pertumbuhan ekonomi dinegara-negara barat. Weakness Weakness yakni, kelemahan yang dimiliki oleh pasar modal syariah, menurut Rahma, masyarakat muslim Indonesia belum mengetahui sekaligus belum memahami produk pasar modal syariah, oleh karena itu perlu dikomunikasikan kepada masyarakat luas. Opportunity Opportunity yakni, peluang yang dimiliki oleh pasar modal syariah terutama di Indonesia adalah berkaitan dengan jumlah penduduk masyarakat Indonesia yang bermayoritas muslim sehingga perlu edukasi dan penerangan mengenai pasar modal syariah sekaligus untuk menstimulasi masyarakat khususnya beragama muslim untuk berjamaah itut serta dalam pasar modal syaraiah. 22 KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, masih banyak masyarakat muslim khususnya yang belum mengetahui produk pasar modal, sehingga berdampak pada kemashlahatan umat itu sendiri, sehingga diperlukan komunikasi yang baik dalam mensosialisasikan ini semua. Akan tetapi jika dari prospek pasar modal syariah, pada dasarnya memiliki daya tarik tersendiri dan akan tetap berkelanjutanyang baik apabila muslim Indonesia mengetahui pentingnya pasar modal syariah. Dari hasil riset ini, peneliti telah memahami beberapa tolak ukur dalam mengikat nasabah terutama untuk mensugesti masyarakat agar tertarik dalam pasar modal. Dari hasil penelitian ini, peneliti telah merumuskan formulasi dakwah model intraksi perbankan atau formulasi dakwah model intraksi mualamah, yakni ada tiga aspek model yang relevan dalam mensugestif dan mempersussif nasabah yakni, karena emosinal, rasional dan spritual. DAFTAR PUSTAKA Abdullah Yakub, Al- Ulum, Keberadaan Ekonomi Islam, Medan : Pendidikan Tinggi Purna Sarjana Agama Islam, 1988 Adrian Sutedi, Pasar Modal Syariah, Jakarta : Sinar Grafika, 2011 Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2014 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, Jakarta: Kencana Pradana Media Group, 2006 Burhanuddin S, Pasar Modal Syariah Tinjauan Hukum, Yogjakarta: UII Press, 2009 Djoko Purwanto, Komunikasi Bisnis, Jakarta: Erlangga, 2011 Khaerul Umam, Pasar Modal Syariah & Praktik Pasar Modal Syariah, Bandung: Pustaka Setia, 2013 M. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Jakarta : Kencana Pradana Media Group, 2004 Muhamad Nafik HR, Bursa Efek & Investasi Syariah, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2009 Onong Uchajana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, Bandung : Rosda Karya, 2011 23 ____________________, Human Relation & Public Relation, Bandung, 2009 Syukur kholil, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung : Cipta Pustaka Media, 2009 Syukurdi , Pola Komunikasi Pengembangan Masyarakat dan Pembangunan Wilayah Menuju Masyarakat Madani di Aceh Tengah , Takengon: STAIN Gajah Putih, 2014 24 STASIUN TELEVISI NASIONAL MENYIKAPI REGULASI PENYIARAN JARINGAN Desliana Dwita [email protected] Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Riau ABSTRAK Televisi merupakan salah satu media dalam komunikasi massa. Dalam wilayah media elektronik, isi siaran menjadi salah satu konsekuensi sekaligus tanggung jawab dari pengguna frekuensi bebas yang merupakan ranah publik dan sumber daya alam terbatas. Tanggung jawab kepada publik ini menjadi awal bagaimana seharusnya isi siaran disampaikan. Regulasi dibuat agar media yang menggunakan frekuensi bertanggung jawab terhadap apa yang disampaikannya kepada publik. Regulasi tersebut adalah UndangUndang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran yang salah satu pasalnya menyebutkan bahwa lembaga penyiaran terdiri dari stasiun penyiaran jaringan dan/atau stasiun penyiaran lokal. Tidak ada lagi stasiun penyiaran nasional yang hanya menyewa tower relay di daerah. Masyarakat lokal harus dilibatkan dan muatan lokal harus lebih mengedepan. Secara politis, kebijakan ini dijalankan untuk menjamin diversity of content, di sisi lain secara ekonomi memancing hadirnya media-media baru di tingkat lokal sehingga terjadi diversity of ownership. Libertarianisme menganggap kebebasan manusia sekaligus peran pemerintah sangat penting keberadaannya. Teori ekonomi politik media ini membolehkan kepemilikan media oleh swasta dan pemerintah mengawasi agar persaingan berlangsung sehat. Hingga saat ini stasiun televisi swasta masih sekedar ‘akal-akalan’ menjalankan amanat Undang-Undang Penyiaran tentang stasiun berjaringan. Terkadang hadir dengan logo stasiun daerah, terkadang hilang. Tayang hanya isi siaran pusat selama 24 jam tanpa 10% lokal. Kata Kunci : Televisi, Regulasi, Stasiun Penyiaran Jaringan, Stasiun Penyiaran Lokal 25 ABSTRACT Television is one of the media in mass communication . In the area of electronic media , broadcast content is one of the consequences and responsibility from the free frequencies user that are kinds of public domain and natural resources . The responsibility to the public be the beginning how should the broadcast content delivered. Regulation created to the media that use frequencies responsible for what it conveys to the public. The regulation is Law No. 32 Year 2002 about Broadcasting that one article mentions that broadcasters consists of network broadcasting station and / or a local broadcasting station. There is no longer the national broadcasting station which is just renting a relay tower in the area . Local communities must be involved and local content should be advanced. Politically , this policy to ensure diversity of content , Meanwhile in economically raises many new media at the local level until the diversity of ownership occurred . Libertarianism considers human freedom at the same time the role of government is essential existence. The media of political economic theory allow the private ownership of the media and the government oversee the competition among them becomes fair . Until now, private television stations are still just a ' trick ' execute the mandate of the Broadcasting Law of networked stations . Sometimes it comes with the logo of the station area and sometimes it's missing and just be a trick. The broadcast only display the central content for 24 hours without locally 10 % . Keywords: Television, Regulation, Broadcasting Network Station, Broadcasting Local Station PENDAHULUAN Dalam ilmu komunikasi terdapat beberapa bentuk komunikasi yang salah satunya adalah komunikasi massa. Seperti bentuk komunikasi lainnya, komunikasi massa juga terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek. Ada banyak definisi tentang komunikasi massa. Salah satunya adalah bahwa komunikasi massa adalah berkomunikasi dengan massa (audiens atau khalayak sasaran). Massa dimaksudkan sebagai para penerima pesan (komunikan) yang memiliki status sosial dan ekonomi yang heterogen. (Kuswandi, 1996:16) Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner, komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Lebih rinci Gerbner (1967) mendefinisikan komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontiniu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri. (Ardianto, 2007: 3) 26 Televisi merupakan salah satu media dalam komunikasi massa. Ciri-ciri komunikasi massa diantaranya komunikator melembaga, komunikan bersifat heterogen, pesan bersifat umum, komunikasi berlangsung satu arah, menimbulkan keserempakan, mengandalkan peralatan teknis, dan dikontrol oleh gatekeeper. (Nurudin, 2009:19-32) Komunikasi massa media televisi ialah proses komunikasi antara komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu televisi. Komunikasi massa media televisi bersifat periodik. Dalam komunikasi massa melalui media, lembaga penyelenggara komunikasi bukan perorangan, melainkan melibatkan banyak orang dengan struktur organisasi yang lengkap dan biaya yang besar. (Kuswandi, 1996:16) Dari beberapa media dalam komunikasi massa, televisi paling berpengaruh dalam kehidupan manusia. Ini disebabkan televisi memiliki beberapa karakteristik yakni dapat didengar sekaligus dilihat (audiovisual). Menurut Roger Fidler, setiap teknologi baru biasanya membutuhkan waktu sampai 30 tahun untuk dapat diterima oleh sebagian besar masyarakat. Maka untuk perkembangan televisi di Indonesia yang mulai beroperasi tahun 1962, maka tahun 1992 merupakan titik awal perubahan yang meluas yang ditandai dengan munculnya beberapa stasiun televisi swasta di Indonesia. (Baksin, 2006:53) Kehadiran media televisi di Indonesia dimulai ketika Indonesia terpilih menjadi tuan rumah penyelenggara Asian Games IV yang dibuka pada tanggal 24 Agustus 1962. Televisi menjadi bukti bagaimana perkembangan teknologi media komunikasi dalam masyarakat tidak pernah mengenal batas ruang dan waktu. Hal ini terlihat pula ketika ditayangkannya program Dunia Dalam Berita oleh TVRI pada tanggal 22 Desember 1978. Publik di Indonesia dapat menyaksikan berita yang terjadi di luar negeri dalam waktu sesingkat mungkin. Dalam wilayah media elektronik seperti televisi dan radio, apapun yang ditampilkan sebagai isi siaran, menjadi salah satu konsekuensi sekaligus tanggung jawab dari penggunaan frekuensi bebas yang merupakan ranah publik dan sumber daya alam terbatas. Tanggung jawab kepada publik inilah yang menjadi awal bagaimana seharusnya isi siaran disampaikan. (Dwita, 2014) Regulasi dibuat agar media yang menggunakan frekuensi bertanggung jawab terhadap apa yang disampaikannya kepada publik. Regulasi tersebut adalah UndangUndang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran yang diundangkan pada tanggal 28 Desember 2002. Maka sejak saat itu peraturan hukum yang berlaku bagi segala yang 27 berhubungan dengan penyiaran di Indonesia, harus berpedoman pada Undang-undang tersebut. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dalam undang-undang tersebut diamanatkan sebagai lembaga negara yang bersifat independen yang mengatur hal-hal mengenai penyiaran. Salah satu pasal dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran menyebutkan bahwa lembaga penyiaran radio dan televisi di Indonesia, hanya terdiri dari stasiun penyiaran jaringan dan/atau stasiun penyiaran lokal. Tidak ada lagi stasiun penyiaran nasional yang hanya menyewa tower relay di daerah. Masyarakat lokal harus dilibatkan, dan muatan lokal harus lebih mengedepan. Lembaga penyiaran yang sudah ada sebelum adanya peraturan tersebut diundangkan, diwajibkan pula untuk menyesuaikan diri. “Lembaga penyiaran yang sudah ada sebelum diundangkannya Undang-undang ini tetap dapat menjalankan fungsinya dan wajib menyesuaikan paling lama 2 (dua) tahun untuk radio dan paling lama 3 (tiga) tahun untuk televisi.” (Undang-undang No.32/ 2002 pasal 60 ayat 2) Pada tanggal 19 Desember 2007 telah ditetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Nomor: 32/Per/M.KOMINFO/12/2007 Tentang Penyesuaian Penerapan Sistem Stasiun Jaringan Lembaga Penyiaran Jasa Penyiaran Televisi. Dalam Permen tersebut disebutkan bahwa penyesuaian penerapan system stasiun jaringan menyangkut pelepasan kepemilikan stasiun relay oleh lembaga penyiaran swasta jasa penyiaran televisi yang telah memiliki penyesuaian Izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP), dilaksanakan secara bertahap paling lambat pada tanggal 28 Desember 2009. Menurut Menteri Komunikasi dan Informatika saat itu, Mohammad Nuh, prosesnya-lah yang harus dilakukan secara bertahap paling lambat sampai tanggal 28 Desember 2009. Sebuah lembaga penyiaran jasa penyiaran televisi harus sudah melaksanakan pelepasan kepemilikian stasiun di ibukota Provinsi, atau lebih tepatnya pencapaian Diversity of Ownership paling lambat pada bulan Desember 2009. Jika kepemilikan saham sudah beragam maka Diversity of Content (keberagaman isi) juga akan terpenuhi. Pada tahun 2008 beberapa stasiun televisi swasta nasional melakukan upaya mewujudkan terpenuhinya program muatan lokal dengan mengudarakan secara langsung reporter dari berbagai daerah untuk melaporkan berita teraktual. Namun, sesungguhnya amanat undang-undang penyiaran lebih dari itu. Kepemilikan, pekerja, isi siaran, hingga iklan merupakan produk lokal demi terciptanya desentralisasipenyiaran. 28 Di tahun-tahun awal penerapan sistem stasiun berjaringan, para pemilik dan manajemen stasiun televisi swasta nasional mengatakan belum siap melaksanakan sesuai dengan waktu yang ditetapkan dalam UU 32/2002 tentang Penyiaran. Untung saja pada pasal 60 ayat 3 UU 32/2002 tentang Penyiaran pada kalimat terakhir disebutkan, “kecuali ada alasan khusus yang ditetapkan oleh KPI bersama Pemerintah”, sehingga deadline waktu yang ditetapkan UU bisa berubah. Beberapa hal seperti adanya constitutional review UU 32/2002 tentang Penyiaran sehingga pelaksanaannya mengalami keterlambatan, adanya judicial review Peraturan Pemerintah (PP) No.50 tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta sehingga pelaksanaannya juga mengalami keterlambatan, serta Pasal 70 PP No.50/2005 yang pada akhir kalimatnya disebutkan, “kecuali pemilik modal daerah belum mampu mendirikan stasiun penyiaran lokal atau ada alasan khusus yang ditetapkan oleh Menteri atau Pemda setempat” menjelaskan tentang deadline melepas kepemilikan stasiun relay pada 28 Desember 2007 bisa bergeser. Hingga akhirnya lembaga penyiaran swasta jasa penyiaran televisi ketika itu diberi waktu hingga tahun 2009, mundur dua tahun dari yang sudah ditetapkan. Jika amanat Undang-Undang Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran tersebut dapat dijalankan sebagaimana mestinya, maka masyarakat daerah tidak lagi ‘dicekoki’ informasi-informasi seputar ibukota Jakarta dan cerita-cerita dengan bintang dan latar belakang kehidupan yang hampir serupa. Hedonis, glamour, dan kurang mengangkat sisi kedaerahan. Pasal 31 ayat 1 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran disebutkan bahwa Lembaga Penyiaran yang menyelenggarakan jasa penyiaran radio atau jasa penyiaran televisi terdiri atas stasiun penyiaran jaringan dan / atau stasiun penyiaran lokal. Jadi, dalam regulasi tersebut, tidak dikenal siaran swasta yang mengudara secara nasional dengan program yang serupa di seluruh wilayah Indonesia. Yang ada hanya stasiun penyiaran jaringan dan/atau stasiun penyiaran lokal. UU No.32 tahun 2002 tentang Penyiaran mensyaratkan agar ke depan tidak ada lagi televisi nasional yang siaran di daerah sebelum berjaringan dengan stasiun televisi lokal. Secara politis, kebijakan ini dijalankan untuk menjamin diversity of content, karena sepanjang stasiun televisi nasional masih beroperasi di daerah, maka muatan siarannya hanya akan didominasi oleh muatan dari ‘pusat’. 29 Sementara di sisi lain, secara ekonomi diberlakukannya undang-undang ini adalah untuk memancing hadirnya media-media baru di tingkat lokal sehingga terjadi diversity of ownership. Ini akan berbeda dengan kondisi sekarang dimana kepemilikan media televisi hanya dikuasai oleh sebagian kecil pemilik modal yang berbasis di pusat politik. TINJAUAN PUSTAKA Teori Kritis Media Terdapat empat teori yang terkait dengan kepemilikan media yang berkembang di dunia saat ini yaitu libertarianisme, kapitalisme, sosialisme, dan liberalisme modern. (Usman, 2009:22). Libertarianisme adalah teori ekonomi yang menganggap kebebasan manusia sekaligus peran pemerintah sangat penting keberadaannya. Teori ekonomi politik ini membolehkan kepemilikan media oleh swasta dan pemerintah mengawasi agar persaingan berlangsung sehat. Kapitalisme adalah teori yang mengizinkan individu atau korporasi bisnis memiliki dan mengontrol sumber-sumber kekayaan atau kapital negara. Industri media dimiliki oleh swasta, industri media bebas berkompetisi untuk memperoleh keuntungan sebesarbesarnya. Sosialisme adalah sistem ekonomi politik yang berpandangan bahwa pemerintah harus memiliki dan mengontrol sumber-sumber kekayaan negara. Negara menguasai media sehingga tidak ada persaingan ekonomi di bidang industri media massa. Liberalisme modern adalah teori ekonomi politik yang memadukan sistem libertarianisme, kapitalisme, dan sosialisme. Liberalisme mengambil hal-hal positif dari ketiga sistem tersebut. Merujuk pada pasal 13 ayat 2 Undang-undang No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, jasa penyiaran sesungguhnya diselenggarakan oleh lembaga penyiaran publik, swasta, komunitas, dan berlangganan. Jika dikaitkan dengan kepemilikannya, maka lembaga penyiaran publik dimiliki oleh pemerintah, swasta oleh individu atau korporasi bisnis, komunitas oleh sekelompok komunitas tertentu, dan berlangganan dimiliki oleh swasta. Sedangkan Dennis McQuail merangkum bentuk-bentuk kepemilikan media menjadi tiga yaitu perusahaan komersial (media swasta), institusi nirlaba (media komunitas dan media pemerintah), serta lembaga yang dikontrol publik (Usman, 2009:23). 30 Bentuk-bentuk kepemilikan media ini terkait erat dengan masalah kebebasan pers. Kebebasan pers mendukung hak kepemilikan untuk memutuskan isi media itu sendiri. Dengan demikian bentuk-bentuk kepemilikan mempunyai pengaruh pada pembentukan dan produksi isi media. Diversity of Ownership melalui sistem stasiun berjaringan yang diamanatkan Undang-undang Penyiaran adalah merupakan salah satu upaya agar bentuk dan produksi isi media tidak dipengaruhi oleh satu orang pemilik saja. Menurut McQuail, teori ekonomi politik media merupakan bagian atau cabang dari teori kritis media. Ada lima cabang utama teori kritis media, pertama adalah Marxisme klasik yang menganggap media sebagai alat bantu dari kelas yang dominan dan sebuah cara bagi para kapitalis untuk menunjukan ketertarikan mereka dalam menghasilkan keuntungan. Media menyebarkan ideologi dari dorongan yang berkuasa dalam masyarakat dan dengan demikian menindas golongan-golongan tertentu. (Littlejohn, 2009:432). Cabang yang kedua adalah teori ekonomi politik media (political-economic media theory). Hampir sama dengan Marxisme klasik, teori ini menyalahkan kepemilikan media bagi keburukan masyarakat. Dalam pemikiran ini, isi media merupakan komoditas untuk dijual di pasaran, dan informasi yang disebarkan diatur oleh apa yang akan diambil oleh pasar. Cabang teoritis yang ketiga adalah Frankfurt School. Teori ini memandang media sebagai cara untuk membangun budaya, menempatkan lebih banyak penekanan pada pemikiran ketimbang pada materi. Dalam teori ini, media menghasilkan dominasi ideologi golongan atas. Hasil ini didapatkan dengan manipulasi media terhadap gambaran dan simbol untuk keuntungan golongan yang dominan. Cabang yang keempat adalah teori hegemonis (hegemonic theory). Hegemoni merupakan dominasi ideologi palsu atau cara pikir terhadap kondisi sebenarnya. Ideologi tidak disebabkan oleh sistem ekonomi saja, tetapi ditanamkan secara mendalam pada semua kegiatan masyarakat. Ideologi tidak dipaksakan oleh salah satu kelompok kepada yang lain, tetapi bersifat persuasif dan tidak sadar. Cabang yang kelima adalah penelitian budaya. Penelitian budaya sangat bergantung pada semiotik, para peneliti ini tertarik pada pemaknaan budaya tentang hasil-hasil media. Peneliti ini melihat pada cara-cara isi media ditafsirkan, termasuk penafsiran yang dominan dan oposisional. Teori Analisis Resepsi Stuart Hall adalah juga termasuk dalam cabang ini. Pada umumnya, kajian media massa sangat terkait dengan aspek budaya, politik dan ekonomi sebagai suatu kesatuan yang saling mempengaruhi. Dari aspek budaya, media 31 massa merupakan institusi sosial pembentuk definisi dan citra realitas sosial, serta ekspresi identitas yang dihayati bersama secara komunal. (Sunarto, 2009:13). Begitu juga apabila media massa dilihat dari aspek politik. Media massa memberikan ruang dan arena bagi terjadinya diskusi aneka kepentingan berbagai kelompok sosial yang ada di masyarakat dengan tujuan akhir untuk menciptakan pendapat umum sebagaimana yang diinginkan oleh masih-masing kelompok sosial tersebut. Sedangkan dari aspek ekonomi, media massa merupakan institusi bisnis yang dibentuk dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan secara material bagi pendirinya. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yang bertujuan membuat deskripsi karena adanya sebuah peristiwa yang menarik perhatian peneliti. Paradigma yang digunakan adalah kritis, yang menempatkan ilmu komunikasi sebagai suatu proses kritis yang mengungkapkan the real structures yang ditampakkan dunia materi dengan tujuan memperbaiki dan mengubah kondisi kehidupan manusia. PEMBAHASAN Sistem penyiaran jaringan pertama kali diterapkan di Amerika Serikat dimana sejumlah stasiun radio lokal bergabung untuk menyiarkan program secara bersama-sama. Pola jaringan ini kemudian diikuti oleh stasiun televisi yang muncul kemudian. Latar belakang terbentuknya sistem jaringan di Amerika Serikat adalah murni bisnis yaitu agar pengiklan dapat mempromosikan produknya kepada masyarakat yang lebih luas. Terdapat dua pihak dalam sistem penyiaran berjaringan, yang pertama stasiun jaringan atau disebut juga dengan stasiun induk yang merupakan stasiun penyiaran yang menyediakan program. Stasiun induk pada dasarnya tidak memiliki wilayah siaran sehingga stasiun tidak dapat menyiarkan programnya tanpa bekerja sama dengan stasiun lokal yang memiliki wilayah siaran. Yang kedua, stasiun lokal yang terdiri dari stasiun lokal independen dan stasiun lokal afiliasi atau stasiun lokal yang bekerja sama (berafiliasi) dengan salah satu stasiun induk untuk menyiarkan program stasiun induk di wilayah siaran lokal dimana stasiun afiliasi berada. Stasiun afiliasi memiliki wilayah siaran namun sifatnya terbatas di daerah 32 tertentu saja. Kerja sama ini menghasilkan siaran berjaringan karena terdapat sejumlah stasiun lokal yang berafiliasi untuk menyiarkan siaran stasiun induk. (Morissan, 2011:114) Pada sistem siaran berjaringan, pengiklan dapat memilih apakah beriklan melalui stasiun televisi induk yang berjaringan dengan berbagai televisi di daerah, atau beriklan melalui televisi daerah secara individual. Untuk pengiklan nasional dapat memilih untuk beriklan pada stasiun daerah tertentu saja jika tingkat penjualan pada daerah dimaksud menurun. Stasiun siaran berjaringan menyiarkan programnya melalui berbagai stasiun lokal yang menjadi afiliasinya di berbagai daerah. Melalui stasiun induk, pemasang iklan dapat menyiarkan pesan iklannya ke hampir seluruh wilayah negara secara serentak. Salah satu keuntungan memasang iklan pada sistem penyiaran berjaringan adalah kemudahan dalam proses pembelian waktu siaran iklan sebagaimana stasiun penyiaran nasional. Pemasang iklan hanya berurusan dengan satu pihak saja yaitu stasiun induk. Pemasang iklan yang tertarik untuk menjangkau sebagian besar khalayak di seluruh negeri dapat menggunakan stasiun penyiaran jaringan dalam mempromosikan produknya. (Morissan, 2011:115) Di Indonesia latar belakang terbentuknya sistem jaringan adalah semangat era reformasi yang menginginkan desentralisasi penyiaran dan proses menuju negara demokratis. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran pasal 31 ayat 1 hingga ayat 6 menjelaskan bagaimana seharusnya sebuah stasiun jaringan didirikan. Lembaga Penyiaran Publik dapat menyelenggarakan siaran dengan sistem stasiun jaringan yang menjangkau seluruh wilayah Negara Republik Indonesia (ayat 2). Lembaga Penyiaran Swasta dapat menyelenggarakan siaran melalui sistem stasiun jaringan dengan jangkauan wilayah terbatas (ayat 3). Stasiun penyiaran lokal dapat didirikan di lokasi tertentu dalam wilayah negara Republik Indonesia dengan wilayah jangkauan siaran terbatas pada lokasi tersebut (ayat 5). Mayoritas pemilikan modal awal dan pengelolaan stasiun penyiaran lokal diutamakan kepada masyarakat di daerah tempat stasiun lokal itu berada (ayat 6). Lembaga Penyiaran Swasta boleh memilih mendirikan stasiun lokal, stasiun jaringan, atau stasiun lokal berjaringan. Jika memilih menjadi stasiun lokal, persyaratan mengenai modal harus berpedoman pada UU 32 tahun 2002 pasal 31 ayat 6 bahwa mayoritas pemilikan modal awal serta pengelolaan stasiun penyiaran lokal harus diutamakan masyarakat daerah tempat stasiun lokal berada. Hal ini dalam upaya 33 mewujudkan tujuan penyelenggaraan penyiaran untuk memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, serta dalam upaya menjalankan fungsi penyiaran yaitu fungsi ekonomi dan kebudayaan. Jika sebuah lembaga penyiaran menjadi stasiun berjaringan maka harus mencari anggota stasiun jaringannya di suatu daerah. Anggota stasiun jaringan yang tergabung dalam suatu sistem stasiun jaringan dapat melakukan relay siaran pada waktu-waktu tertentu melalui induk stasiun jaringannya. Ada beberapa bentuk kerja sama stasiun jaringan yang dikenal di Indonesia diantaranya Radio Trijaya yang berjaringan dalam hal kepemilikan, atau konsep berjaringan dalam program seperti yang dilakukan Radio 68 H atau Radio Elshinta. Konsep baru yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran adalah stasiun lokal yang berjaringan, yang ditegaskan dalam pasal 31 ayat 1 pada kata dan/atau, yang artinya bisa penggabungan keduanya yaitu stasiun penyiaran lokal dan berjaringan. Stasiun ini dapat berdiri di sebuah daerah, lalu mempunyai induk jaringan. Mengenai modal untuk stasiun lokal yang berjaringan juga harus diingat bahwa UU 32/2002 pasal 18 ayat 1 menegaskan bahwa pemusatan kepemilikan dan penguasaan Lembaga Penyiaran Swasta oleh satu orang atau satu badan hukum, baik di satu wilayah siaran maupun di beberapa wilayah siaran, dibatasi. Konsep stasiun lokal berjaringan seperti dijelaskan tadi yang seharusnya dilakukan oleh stasiun televisi swasta yang telah mengudara di berbagai penjuru tanah air saat ini. Konsep ini sangat menguntungkan bagi daerah. Dari segi Sumber Daya Manusia (SDM), stasiun tersebut harus mengutamakan masyarakat daerah setempat. Dari segi pendapatan untuk daerah, stasiun-stasiun tersebut tidak lagi hanya sekedar menyewa tower di daerah tapi juga membayar pajak kepada daerah. Dari segi program dan isi siaran, tentu saja informasi lebih diutamakan tentang daerah, begitu juga cerita-cerita serta program-program lainnya harus memuat siaran lokal daerah. Pada dasarnya UU No 32 tahun 2002 tentang Penyiaran mengamanatkan perlunya demokratisasi di bidang penyiaran. Dari segi ekonomi dan pembangunan daerah, demokratisasi di bidang penyiaran ditandai dengan keberagaman kepemilikan (diversity of ownership) atas lembaga penyiaran. Undang-UndangPenyiaran dengan tegas melarang monopoli kepemilikan lembaga penyiaran oleh orang dan atau kelompok tertentu saja. Undang-Undang Penyiaran juga dengan tegas mengamanatkan perlunya demokratisasi isi siaran dalam bentuk keberagaman isi (diversity of content). 34 Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2005 menegaskan bahwa stasiun lokal adalah stasiun yang didirikan di lokasi tertentu dengan jangkauan terbatas dan memiliki studio dan pemancar sendiri. Ini berarti syarat atau kriteria suatu stasiun dikategorikan sebagai stasiun lokal adalah : 1) lokasi sudah ditentukan 2) jangkauan siaran terbatas (hanya pada lokasi yang sudah ditentukan) 3) memiliki studio dan pemancar sendiri. Sistem penyiaran jaringan yang coba diterapkan di Indonesia merupakan adopsi dari sistem penyiaran yang terdapat di Amerika Serikat. Menurut Head dan Sterling (1982), mendefinisikan jaringan sebagai :”two or more stations interconnected by some means of relay (wire, cable, terrestrial microwaves, satellite) so as to enable simultaneous broad casting of the same program…”artinya: dua atau lebih stasiun yang saling berrhubungan melalui relai (kawat, kabel, gelombang mikro terrestrial, satelit) yang memungkinkan terjadinya penyiaran program secara serentak. (Morissan, 2011: 116) Dari defenisi yang diberikan Head dan Sterling dapat disimpulkan bahwa stasiun jaringan adalah sejumlah stasiun penyiaran yang saling berhubungan untuk dapat menyiarkan program secara serentak. Namun untuk dapat disebut ‘jaringan’ terdapat ketentuan jumlah minimal stasiun penyiaran yang mau bergabung untuk membentuk suatu jaringan penyiaran. Jumlah minimal stasiun penyiaran ini harus dipenuhi terlebih dahulu agar dapat dinyatakan sebagai stasiun berjaringan secara hukum. Karenanya Head dan Sterling menyatakan bahwa stasiun jaringan harus…constitue a minimal network in the legal sense (membentuk jaringan minimal [yang diakui] secara hukum). Terdapat dua pihak dalam sistem penyiaran berjaringan yaitu : 1) Stasiun jaringan, yaitu stasiun yang menyediakan program. Stasiun jaringan tidak memiliki wilayah sehingga stasiun jaringan tidak dapat menyiarkan programnya tanpa bekerja sama dengan stasiun yang memiliki wilayah siaran. 2) Stasiun afiliasi, yaitu stasiun lokal yang bekerja sama (berafiliasi) dengan stasiun jaringan. Stasiun lokal memiliki wilayah siaran, namun sifatnya terbatas di daerah tertentu saja. Setiap negara yang memiliki sistem penyiaran dengan pola jaringan memiliki ketentuan berbeda-beda mengenai ketentuan minimal suatu jaringan. Di Amerika Serikat, anggota jaringan paling sedikit terdiri dari 25 stasiun penyiaran. Sebagaimana ketentuan lembaga yang berwenang di bidang penyiaran di Amerika Serikat yaitu Federal 35 Communications Commission (FCC) mendefenisikan jaringan sebagai: “Any program service that offers at least 15 hours of programming each week to at least 25 stasions in 10 states.(setiap program [televisi atau radio] yang melakukan siaran minimal 15 jam per minggu kepada minimal 25 stasiun di 10 wilayah negara bagian). Dengan demikian menurut ketentuan FCC itu, selain jumlah stasiun yang menerima program siaran ditentukan minimal 25 stasiun, durasi program siaran ditetapkan minimal 15 jam per minggu. (Morissan, 2011: 118) Di Indonesia, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang terdiri dari KPI Pusat dan KPI Daerah yang merupakan lembaga negara yang mengatur hal-hal mengenai penyiaran terus berupaya agar lembaga penyiaran mematuhi amanat Undang-Undang Penyiaran tentang Stasiun Jaringan. Dalam Berita Acara hasil Rapat Pimpinan KPI tahun 2014 lalu dihasilkan rekomendasi yang salah satunya menyatakan bahwa memberi mandat kepada KPI Pusat dan KPI Daerah untuk menegakkan sanksi bagi lembaga penyiaran swasta berjaringan yang belum melaksanakan konten lokal 10% hingga 23 Agustus 2014 sesuai dengan ketentuan P3SPS. (Penyiaran Kita, 2014) Sebagaimana FCC di Amerika Serikat, KPI juga sudah menetapkan bahwa konten lokal adalah program siaran yang bertujuan untuk mengembangkan setiap potensi daerah setempat serta dilakukan dan diproduksi oleh sumber daya dan lembaga penyiaran dari daerah setempat. Dengan adanya aturan tentang keberadaan konten lokal, sesungguhnya tidak hanya industri penyiaran lokal yang akan tumbuh, tapi juga kelestarian budaya dan kearifan lokal akan terjaga. Perlindungan atas budaya dan nilai-nilai lokal yang diatur dalam Undang-Undang Penyiaran adalah mengenai muatan dan konten asing. Undang-Undang Penyiaran menetapkan bahwa muatan asing hanya bisa hadir maksimum 40% dari seluruh siaran setiap hari. Selama ini perkembangan industri terutama untuk televisi, dianggap mengabaikan perkembangan bisnis penyiaran di daerah. Penekanan ini tidak berarti harus membatasi isuisu non lokal. Sepanjang dikemas sedemikian rupa sehingga sesuai dengan aspirasi lokal. Sebagian televisi swasta sudah menyiapkan induk jaringan lokal untuk menjalankan UU Penyiaran ini, tetapi sebagian lagi belum siap menjalankan sistem jaringan. Khusus di Riau, stasiun televisi Metro TV beberapa waktu lalu pernah menayangkan MetroTV dengan konsep berjaringan, dimana 10% dari total jam siarannya 36 menampilkan siaran lokal Riau. Logo yang tampil ketika dua jam hadir dengan muatan lokal tersebut adalah Metro TV Riau. Jam tayangnya pada siang hari. Namun sangat disayangkan isi siaran dengan muatan lokal tersebut hanya berupa berita dan informasi. Belakangan ini siaran dengan muatan lokal selama dua jam oleh Metro TV tersebut tidak lagi pernah muncul. Masyarakat Riau juga belum mengetahui lokasi studio dan sumber daya manusia lokalnya. Padahal masyarakat Riau sangat mengharapkan dilibatkan dalam muatan lokal yang hanya 10% itu. Stasiun televisi yang terlihat siap menjalankan konsep berjaringan di Riau adalah Jawa Televisi (JTV) yang berafiliasi dengan stasiun televisi lokal, Riau Televisi (RTV). Beberapa waktu RTV merelay program acara dari stasiun induk jaringannya, kemudian lebih banyak waktu RTV menyajikan konten lokalnya. Selain dua stasiun televisi tadi, ada beberapa stasiun televisi swasta nasional yang juga sempat melaksanakan konsep penyiaran berjaringan di Riau, namun tayangan dengan muatan lokal ditayangkan dini hari saat khalayak di Riau sudah tidur pulas. Terdapat beberapakeuntungan dari sistem stasiun jaringan dari segi program siaran yaitu kualitas program siaran menjadi lebih baik. Stasiun televisi lokal yang bekerja sama dengan stasiun jaringan akan mendapatkan berbagai acara yang pada umumnya lebih baik daripada memproduksinya sendiri. Dari segi khalayak, masyarakat daerah dilibatkan dalam proses produksi sebuah muatan lokal. Mulai dari crew hingga talent. Sumber daya manusia di bidang broadcasting di daerah dibutuhkan untuk memproduksi muatan lokal, masyarakat daerah yang memiliki bakat terlibat dalam muatan lokal. Dengan demikian untuk bekerja dan menjadi bagian dari isi siaran televisi tidak harus datang ke Jakarta. Potensi dan budaya lokal daerah juga dapat terpromosikan dan berkembang dengan baik. Dari segi pemasang iklan keuntungan yang diperoleh dapat menjangkau jutaan khalayak di seluruh pelosok secara serentak. Keuntungan untuk pemerintah daerah tentu saja pajak dan biaya yang dikeluarkan oleh stasiun jaringan tidak lagi hanya sekedar sewa tower. Kelemahan stasiun jaringan adalah stasiun induk sangat berkuasa dan mampu mengikat stasiun lokal ke dalam kontrak yang sangat membatasi hak-hak stasiun lokal. Beberapa hal yang menyebabkan stasiun televisi nasional di Indonesia enggan untuk menerapkan sistem stasiun berjaringan adalah kendala teknis yaitu harus membuat badan hukum baru, mendapatkan partner lokal, dan mengurus izin lokal di daerah. 37 Selain itu televisi nasional juga kesulitan dalam menentukan sharing kepemilikan dan penerapan sistem jaringan akan menimbulkan biaya yang besar untuk menambah infrastruktur baru (di luar pemancar dan transmisi yang sudah eksisting), penyediaan SDM, terbatasnya transponder satelit untuk menjangkau wilayah provinsi tertentu. KESIMPULAN Dalam wilayah media elektronik seperti televisi dan radio, apapun yang ditampilkan sebagai isi siaran, menjadi salah satu konsekuensi sekaligus tanggung jawab dari penggunaan frekuensi bebas yang merupakan ranah publik dan sumber daya alam terbatas. Tanggung jawab kepada publik inilah yang menjadi awal bagaimana seharusnya isi siaran disampaikan. Khusus di Riau, stasiun televisi Metro TV beberapa waktu lalu pernah menayangkan MetroTV dengan konsep berjaringan, dimana 10% dari total jam siarannya menampilkan siaran lokal Riau. Logo yang tampil ketika dua jam hadir dengan muatan lokal tersebut adalah Metro TV Riau. Jam tayangnya pada siang hari. Namun sangat disayangkan isi siaran dengan muatan lokal tersebut hanya berupa berita dan informasi. Stasiun televisi yang terlihat siap menjalankan konsep berjaringan di Riau adalah Jawa Televisi (JTV) yang berafiliasi dengan stasiun televisi lokal, Riau Televisi (RTV). Beberapa waktu RTV merelay program acara dari stasiun induk jaringannya, kemudian lebih banyak waktu RTV menyajikan konten lokalnya. Selain dua stasiun televisi tadi, ada beberapa stasiun televisi swasta nasional yang juga sempat melaksanakan konsep penyiaran berjaringan di Riau, namun tayangan dengan muatan lokal ditayangkan dini hari saat khalayak di Riau sudah tidur pulas. Jika dikaitkan dengan regulasi penyiaran di Indonesia, maka kepemilikan media swasta di Indonesia diatur oleh pemerintah melalui Undang-Undang No.32 tahun 2002 tentang Penyiaran yang harus diikuti oleh lembaga penyiaran yang bersiaran di Indonesia. Saran Seharusnya stasiun televisi nasional sudah menerapkan stasiun penyiaran berjaringan sesuai amanat melalui Undang-Undang No.32 tahun 2002 tentang Penyiaran. Pada dasarnya UU No 32 tahun 2002 tentang Penyiaran mengamanatkan perlunya demokratisasi di bidang penyiaran. 38 Dari segi ekonomi dan pembangunan daerah, demokratisasi di bidang penyiaran ditandai dengan keberagaman kepemilikan (diversity of ownership) atas lembaga penyiaran. Undang-UndangPenyiaran dengan tegas melarang monopoli kepemilikan lembaga penyiaran oleh orang dan atau kelompok tertentu saja. Undang-Undang Penyiaran juga dengan tegas mengamanatkan perlunya demokratisasi isi siaran dalam bentuk keberagaman isi (diversity of content). DAFTAR PUSTAKA Ardianto, Elvinaro, Lukiati Komala dan Siti Karlinah. 2007, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Edisi Revisi, Simbiosa Rekatama Media - Bandung Baksin, Askurifai. 2006, Jurnalistik Televisi : Teori dan Praktik, Simbiosa Rekatama Media - Bandung Dwita, Desliana. 2007, Menuju Stasiun Penyiaran Berjaringan, Artikel Opini Edisi Selasa 27 Maret 2007, Harian Batam Pos – Batam ____________. 2014. Televisi dan Kepentingan Pemilik Modal Dalam Perspektif Teori Ekonomi Politik Media, Jurnal IPTEKS TERAPAN Kopertis Wilayah X Vol 8, No 4, Desember 2014 Kuswandi, Wawan. 1996, Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Isi Media Televisi), PT.Rineka Cipta - Jakarta Littlejohn, Stephen W & Karen A Foss. 2009, Theories of Human Communication, 9th ed. (terjemahan), Salemba Humanika - Jakarta LP3ES, Tim Redaksi. 2006, Jurnalisme Liputan 6: Antara Peristiwa dan Ruang Publik, Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta Morrissan. 2011, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi, Edisi Revisi, Kencana Prenada Media Group - Jakarta ________. 2010, Teori Komunikasi Massa : Media, Budaya, dan Masyarakat, Ghalia Indonesia - Bogor Mufid, Muhamad. 2005, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, Kencana Prenada MediaJakarta Nurudin. 2009, Pengantar Komunikasi Massa, Rajawali Pers-Jakarta 39 Penyiaran Kita. 2014. Berita Acara Rapat Pimpinan Komisi Penyiaran Indonesia 2014, Edisi September-Oktober 2014, KPI Pusat - Jakarta Sunarto. 2009, Televisi, Kekerasan, dan Perempuan, Kompas-Jakarta Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran Usman Ks. 2009, Ekonomi Media : Pengantar Konsep dan Aplikasi, Ghalia Indonesia Bogor 40 OPTIMALISASI KOMUNIKASI DALAM PENGEMBANGAN MANAJEMEN DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM Zahriyah Simargolang [email protected] Program Studi Pendidikan Agama Islam UIN SUSKA Riau ABSTRAK Komunikasi merupakan bagian yang sangat penting dalam sebuah lembaga atau organisasi. Struktur dan kemajuan lembaga pada keseluruhannya ditentukan oleh teknikteknik komunikasi. Maka manajemen komunikasi sangat penting dalam sebuah lembaga pendidikan Islam dan semua pihak di lembaga tersebut perlu memahami dan meningkatkan kemampuan mereka dalam bidang komunikasi. Organisasi-organisasi swasta yang besar dan kompleks sekalipun tidak akan bermakna tanpa manajemen dan satu jaringan komunikasi yang dapat mewujudkan kerjasama, semangat kerja dan semangat belajar. Sehingga keberhasilan individu dan lembaga seperti pendidikan Islam secara keseluruhannya sangat tergantung kepada kegiatan komunikasi. Oleh sebab itu setiap lembaga maupun organisasi dan perusahaan perlu mengetahui optimalisasi komunikasi sehingga dapat mencegah adanya miss komunikasi maupun kesalahan dalam memberikan informasi akibat kelalaian, ketidaktahuan maupun kurangnya teknik-teknik maupun strategi dalam komunikasi. Kata Kunci : Komunikasi, Optimalisasi Komunikasi, Manajemen, Lembaga Pendidikan Islam ABSTRACT Communication is a very important part in an institution or organization. The structure and progress of the whole institution is determined by the techniques of communication. Then the communication management is very important in Islamic Educational Institutions and all stakeholders in the institution need to understand and improve their skills in the field of communication. Private organizations large and complex though no meaning without the management and the communication network that can realize cooperation, morale and enthusiasm for learning. Therefore the success of individuals and institutions such as Islamic education as a whole is dependent upon communication activities. Therefore, any agencies or organizations and companies need to know to optimize communication so as to prevent any miss communication or error in providing information as a result of negligence, ignorance or lack of techniques and strategies in communication. Keywords: Communication, Optimizing Communication, management, Islamic Educational Institutions, 41 PENDAHULUAN Dalam kegiatan komunikasi yang baik, komunikator mempunyai kebebasan dalam menerima dan menyampaikan informasi baik secara lisan, tulisan ataupun isyarat. Namun kebebasan yang diberikan untuk menerima dan menyebarkan informasi tersebut harus dibarengi dengan tanggung jawab sehingga informasi yang disampaikan haruslah benar dan bermanfaat. Manajemen komunikasi merupakan gabungan dari perkataan manajemen dan komunikasi. Secara ethimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa Inggris yaitu communication dan juga berasal dari bahasa latin, yaitu communicare yang berarti ‘sama’ maksudnya sama makna (Syamsuddin A. Rahim, 1993). Sedangkan secara therminologis, komunikasi dapat diartikan sebagai proses penyampaian pesan dari komunikator (pembicara) kepada komunikan (penerima pesan) dengan menggunakan media massa seperti surat kabar, radio, TV, buku dll atau tidak menggunakan media untuk mencapai tujuan atau efek tertentu. Komunikasi dapat berlangsung secara efektif apabila terjadi kesamaan makna antara komunikator dan komunikan tentang sesuatu hal yang dibicarakan serta terjadi perubahan sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan yang diinginkan oleh komunikator. Sedangkan manajemen berasal dari Bahasa Italia manegg (iare) yang bersumber dari Bahasa Latin manus berarti tangan, menangani atau melatih kuda atau secara bahasa dapat diartikan memimpin, membimbing atau mengatur. (Onong Uchjono Effendy, 1993:4). Secara istilah, manajemen dapat diartikan sebagai proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan dari kegiatan-kegiatan dalam manajemen itu sendiri, yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggiatan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusaia dan sumber-sumber lain (Terry, 1979). Dengan demikian, manajemen komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses perencanaan komunikasi, pengorganisasian komunikasi, penggiatan komunikasi dan pengawasan pesan dari komunikator kepada komunikan baik menggunakan media massa atau tidak untuk mencapai tujuan tertentu. Walaupun disadari pentingnya komunikasi untuk mencapai suatu tujuan bagi sebuah lembaga, namun komunikasi masih merupakan aspek yang kurang dipahami oleh 42 banyak pihak. Chase menunjukkan bahwa dari 150 lembaga yang ditelitinya, semuanya mempunyai masalah komunikasi dari atas ke bawah. Pihak pimpinan masih memimpin secara otoriter dan berusaha menciptakan jurang pemisah antara pimpinan dan bawahan. Masalah lain ialah arus informasi yang makin ke bawah makin berkurang. Informasi hanya sampai kepada tingkat bawah sekitar 20% setelah melalui beberapa lapisan dalam lembaga tersebut. Demikian juga arus komunikasi dari bawah ke atas banyak mengalami masalah. Seperti hasil penelitian Sanborn menunjukkan bahwa sepertiga dari anggota merasa bahwa pimpinan mereka tidak mau mendengarkan usulan dan ide-ide mereka. Sepertiga lainnya merasa tidak bebas berkomunikasi dengan pimpinan mereka, walaupun berhubungan dengan bidang tugas mereka. Maka bentuk komunikasi perlu dilakukan dengan sebaikbaiknya termasuk dalam sebuah lembaga pendidikan Islam demi untuk menjalin interaksi yang harmonis di kalangan sesama warga lembaga pendidikan. Dalam hal ini guru merupakan suatu komponen terpenting dari komponen lainnya, seperti : tujuan, kurikulum, metode, sarana dan prasarana. Anak didik itu bukan berarti sebagai makhluk yang lemah tanpa memiliki potensi kemampuan–kemampuan atau talent tertentu. Sehingga pengajaran akan lebih bermakna apabila guru berusaha menghubungkan pengalaman-pengalaman pada masa lampau dan akan datang. Berikut ini firman Allah dalam Surat An-Nahl-125 yang merupakan perintah dari Allah SWT agar kita sebagai hamba-Nya mampu memberikan pelajaran yang baik. Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan cara hikmah dan berilah pelajaran yang baik serta bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (Q.S: An-Nahl-125). 43 Ayat tersebut menjelaskan perintah dakwah yang dianjurkan dalam dunia Islam melalui pendekatan persuasif, lemah lembut, tegas, benar dan bijaksana. Kandungan isi tersebut dapat diterapkan melalui strategi kelompok yang terdiri dari tim pendengar, membuat catatan terbimbing, perdebatan aktif, strategi menggabungkan dua kekuatan dan pertanyaan kelompok. Dengan cara memberikan hujjah yang terbaik, bukan dengan jalan perang dan kekerasan sehingga siswa dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil. Hal ini telah banyak dibahas berbagai konferensi, seminar ilmiah, dan keputusan riset di berbagai dunia. Dengan adanya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, wewenang Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan pendidikan di daerah menjadi semakin luas. Kebijakan tersebut berkaitan dengan implementasi Standar Nasional Pendidikan. Melalui mendidik dan membekali peserta didik dengan seperangkat pengetahuan, sikap, nilai, moral dan keterampilan untuk memahami lingkungan sosial masyarakat dapat dicapai. Hal ini juga dapat menjadikan pembelajaran sosial lebih menarik, penuh tantangan dan semangat dalam mempelajarinya. Strategi pengajaran yang dilakukan ini adalah menekankan agar individu secara aktif menyusun dan membangun. Fenomena yang diamati dalam proses belajar mengajar belum mencakup pengembangan pada ranah kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotorik secara menyeluruh dan terpadu. Hal tersebut ditandai oleh : (1) rendahnya kemampuan siswa dalam menjelaskan jawaban yang ditanyakan oleh teman-temannya pada saat mendapatkan tugas persentase sehingga yang dijelaskan hanya seadanya saja (2) rendahnya kemampuan siswa dalam menanggapi secara kritis isi teks (3) minimnya perubahan sikap setelah mempelajari bahan ajar yang telah dijelaskan gurunya. Siswa belum memenuhi indikator-indikator penilaian berdasarkan aspek tujuan, mengemukakan pendapat, melaporkan hasil dari pengamatan dan sumber referensi, menghargai peranan pengetahuan dalam kehidupan, menunjukkan sikap pemecahan masalah, mengusulkan, melengkapi, menghubungkan serta menunjukkan rasa wajib terhadap perbaikan masyarakat. Faktor penyebabnya adalah faktor dari siswa sendiri dan faktor dari guru. Faktor penyebab dari siswa adalah peserta didik cenderung kurang memahami, mengungkapkan 44 pendapat, menunjukkan sikap pemecahan masalah, mengusulkan serta melengkapi jawaban. Sedangkan faktor penyebab dari guru adalah kurangnya kreativitas para pendidik dalam menggunakan alat / bahan yang dapat membantu siswa. Pembelajaran saat ini lebih memfokuskan pada perlunya siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, pembelajaran berbasis masalah untuk mengembangkan kemampuan belajar mandiri, perlunya siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri, serta perlunya guru/dosen berperan menjadi fasilitator, mediator, dan manejer dalam proses pembelajaran. Agar pembelajaran lebih optimal maka dalam hal ini guru harus memiliki strategi komunikasi yang efektif dan selektif sehingga dapat disesuaikan dengan keadaan peserta didik pada saat proses belajar. Melalui proses komunikasi yang dilakukan guru dengan baik dan bijaksana maka guru dapat mempengaruhi siswa untuk dapat menerapkan ilmu yang telah diajarkan. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada berlangsung saat ini atau masa lampau. Penelitian ini juga menggambarkan suatu kondisi apa adanya dan keadaan dalam tahapantahapan perkembangannya. Dalam penelitian perkembangan ini ada yang bersifat longitudinal atau sepanjang waktu dan ada yang bersifat cross sectional atau dalam potongan waktu. PEMBAHASAN 1. Bentuk-Bentuk Komunikasi Dalam Pendidikan Secara umum ada tiga bentuk komunikasi yaitu: (1) komunikasi antar individu (interpersonal communication), (2) komunikasi kelompok (group communication) dan komunikasi massa (mass communication). Namun ada juga yang menambahkan dua bentuk lagi, yaitu (1) komunikasi intra-personal dan (2) komunikasi transedental ( Syamsuddin A. Rahim, 1993). Komunikasi antar individu ialah komunikasi yang dilakukan oleh seseorang yang pada umumnya bersifat tatap muka. Misalnya antara guru dan siswa. Komunikasi kelompok, yaitu komunikasi yang dilakukan antara seseorang dengan kelompok atau antara kelompok dengan kelompok. Sedangkan komunikasi massa ialah komunikasi yang 45 dilakukan oleh individu atau kelompok dengan khalayak luas dengan menggunakan media massa seperti surat kabar, radio, televisi, majalah, brosur, spanduk dan sebagainya. Disamping itu dikenal istilah komunikasi intrapersonal, maksudnya ialah komunikasi yang dilakukan oleh seseorang dengan dirinya sendiri termasuk di dalamnya introspeksi diri. Maka dalam hal ini pihak lembaga pendidikan harus mengetahui bentuk komunikasi yang baik dan efektif sehingga dapat terjalin hubungan yang baik dan mampu meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam membahas ranah Ipteks, tidak bisa dipisahkan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan secara teknis operasional juga tidak bisa dipisahkan dengan salah satu unsur essensial dalam pendidikan kita yaitu dengan adanya guru. Pengembangan diri sendiri dapat menjadikan profesi pendidik sadar dan terus memberdayakan diri sendiri dalam meningkatkan kemampuan berkaitan dengan peran dan tugasnya di bidang pendidikan. Hal ini juga dapat memberikan kekuasaan keahlian (expert power) pada pendidik, sehingga dapat menjadikan pendidik sebagai profesi yang kuat dan penting dalam proses pendidikan bangsa. Pendidikan dipandang sebagai peningkatan kualitas untuk berkiprah dalam berbagai bidang kehidupan, menjadi pegawai harus dipandang sebagai salah satu alternatif pilihan yang setara dengan pilihan untuk bidang-bidang pekerjaan lainnya. Keterlibatan manusia terdidik dalam berbagai bidang kehidupan dan pekerjaan akan mendorong keseimbangan dalam menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih baik dan memiliki potensi yang ada jelas sehingga manusia terdidik dapat berperan di dalamnya. Oleh karena itu pengembangan profesi pendidik akan memberi dampak besar bagi peningkatan kualitas pendidikan yang sekarang masih tertinggal, serta memberi arah yang tepat. Kemandirian tenaga pendidik dapat lebih berani melakukan hal-hal yang inovatif dan kreatif sehingga proses pendidikan/pembelajaran akan lebih mendorong siswa untuk makin menyukai dan rajin belajar Dengan menggali wilayah yang tidak dikenal disertai dengan rasa ingin tahu dan pikiran terbuka serta tanpa ada ikatan terhadap hasil tertentu akan menciptakan ruang bagi pengalaman baru dan kemungkinan sukses.1 Dan hal ini dapat membuat seseorang menjadi lebih aktif, kreatif dan efektif dan menyenagkan dalam menjalani kehidupannya. 1 Joe Rubino, The Power To Succed, Pengembangan Pribadi untuk Mencapai Sukses, 30 Prinsip Memaksi malkan Efektivitas Pribadi Anda ( Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2004), hlm 48 46 Dewasa ini belajar dan mengajar dalam suatu proses dilibatkan oleh pengembangan profesi tenaga pendidik telah berhasil dengan baik melalui sikap inovatif. Masih ada yang tidak menerapkan dan gagal menerapkan karena penerapannya tidak komprehensif, tidak disiapkan dengan baik dan mereka seringkali bingung dan cemas mengemban tanggung jawabnya yang baru, kurangnya atau tidak adanya pelatihan yang diberikan oleh guru, sehingga sukar ditanggulangi dan tidak berhasil dalam proses belajar. Akibatnya suatu bangsa tidak rasional, sulit beradaptasi dengan perubahan, kurang berambisi, mudah dieksploitasi dan jarang bisa bekerja dalam tim secara harmonis. Pada saat anak berinteraksi dengan orang tua atau teman yang lebih mampu, mereka saling bertukar ide dan cara berpikir tentang representasi dan konsep. Maka aktif mental lebih baik dari aktif fisik agar pengetahuan, ide, sikap dan sistem nilai yang dimiliki berkembang. Upaya sentralnya berporos pada pembaruan kurikulum pendidikan. 2 Pemahaman siswa akan meningkat apabila siswa berpartisipasi aktif dan dapat langsung melihat dan mempraktekkan kompetensi yang ada di dalam mata pelajaran tersebut. Semua itu akan dapat terwujud apabila guru memiliki strategi komunikasi yang efektif sehingga dapat memudahkan siswa untuk dapat memahaminya. 2. Pengembangan Komunikasi di Lembaga Pendidikan Islam Pengembangan komunikasi di lembaga pendidikan Islam dari segi sasaran komunikasi secara umum dapat dibedakan kepada dua, yaitu : (1) kegiatan komunikasi yang bersifat internal (internal communication) (2) kegiatan komunikasi yang bersifat eksternal (eksternal communication). a. Komunikasi Internal Komunikasi internal ialah komunikasi yang terjadi di lingkungan sekolah. Komunikasi di sekolah tidak hanya terjadi pada kelompok pimpinan, guru maupun santri. Tetapi antara guru dengan siswa. Karena itu dalam manajemen komunikasi, komunikasi internal dapat dibedakan kepada beberapa bagian yaitu : (1) komunikasi vertical (2) komunikasi horizontal (3) komunikasi diagonal. 2 Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Ed.1, cet 6, Jakarta : Bumi Aksara, 2009,hlm 11 47 Komunikasi vertikal ialah komunikasi antara pimpinan sekolah dan guru atau siswa atau sebaliknya antara santri dan guru atau pimpinan sekolah. Dalam manajemen komunikasi, komunikasi dua arah dan timbal balik sangat perlu dilakukan, kalau tidak, proses manajemen besar kemungkinan tidak berjalan secara efektif. Pimpinan perlu mengetahui laporan, tanggapan, gagasan, masalh yang dialami serta saran dan perasaan kalangan bawah. Selain itu sekolah juga perlu menyediakan guru khusus (guru bimbingan penyuluhan) yang bertindak sebagai pembimbing dan penyuluh terutama bagi siswa bermasalah yang dapat mempengaruhi kelacaran pendidikannya di sekolah. Ada tiga cara komunikasi dari atas ke bawah yang baik untuk di aplikasikan, yaitu : 1. Seorang pimpinan menetapkan terlebih dahulu objek yang akan dibicarakan. 2. Isi pembicaraan haruslah jelas, tepat, mudah di pahami dan mencukupi 3. Menggunakan teknik komunikasi yang baik untuk menyampaikan pesan, apakah melalui lisan, tulisan atau melalui telpon. Komunikasi horizontal ialah komunikasi yang dilakukan secara mendatar dalam jenjang atau status yang sama, seperti sesame guru antara santri dengan santri. Komunikasi horizontal ini pada umumnya berlangsung dalam suasana tidak formal, sambil istirahat atau juga sambil belajar atau diskusi. Komunikasi ini sangat berguna dalam upaya tukar menukar informasi dan ilmu pengetahuan serta meluahkan perasaan sesama mereka. Komunikasi tidak formal juga dapat terjadi antara pimpinan, guru dan siswa yang saling berinteraksi tanpa mengikuti hirarki formal yang terdpat pada sekolah. Pihak guru melayani siswa seolah mereka dalam suatu institusi keluarga yang besar. Sedangkan komunikasi diagonal ialah komunikasi antara satu sama lain berbeda jenjang dan status. Misalnya komunikasi antara guru dengan guru lainnya yang juga diikuti oleh siswa. Dalam hal ini guru juga harus mengunakan teori kecerdasan majemuk yang merupakan salah satu perkembangan paling penting dan menjanjikan dalam pendidikan dewasa ini, bukan hanya mengakui perbedaan individual ini untuk tujuan praktis, seperti pengajaran dan penilaian, tetapi juga menganggap serta menerimanya sebagai sesuatu yang normal, wajar, bahkan menarik dan sangat berharga. Setiap anak memiliki kecerdasan dan kemampuan berbeda dalam memahami sebuah mata pelajaran. 48 Seorang pendidik harus bisa memahami kemampuan mereka secara personal. Seorang pendidik tidaklah boleh memaksakan siswanya untuk memahami setiap pelajaran dengan pemahaman yang sama dan sempurna dengan satu takaran kecerdasan, sebab keadaan anak dalam satu kelas berbeda-beda. Dengan berbagai macam keadaan siswa, kewajiban seorang pendidik adalah mengakui keberadaannya dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Seorang pendidik harus mengakui dan menghargai bakat dan hasil karya siswa-siswanya. Teori kecerdasan Majemuk mungkin lebih tepat untuk digunakan oleh para pendidik untuk mendampingi siswa-siswanya dalam belajar. Setiap anak memiliki lebih dari satu kecerdasan. Pendidik juga bisa menyatukan kecerdasan mereka dengan mengadakan sebuah even di kelas, dengan mengikut sertakan semua anak didik sesuai dengan kemampuan masing-masing. Pastinya dari perpaduan tersebut akan menghasilkan hasil yang maksimal. Kecerdasan secara umum dipahami pada dua tingkat yakni kecerdasan sebagai suatu kemampuan untuk memahami informasi yang membentuk pengetahuan dan kesadaran. Kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses informasi sehingga masalah-masalah yang di hadapi dapat dipecahkan (problem solved) dan dengan demikian pengetahuan pun bertambah. Jadi mudah dipahami bahwa kecerdasan adalah pemandu bagi kita untuk mencapai sasaran-sasaran kita secara efektif dan efisien. Dengan kata lain, orang yang lebih cerdas, akan mampu memilih strategi pencapaian sasaran yang lebih baik dari orang yang kurang cerdas. Artinya orang yang cerdas mestinya lebih sukses dari orang yang kurang cerdas. Adanya orang yang kelihatan tidak cerdas (sedikitnya di sekolah) kemudian tampil sukses, bahkan lebih sukses dari rekan-rekannya yang lebih cerdas, dan sebaliknya. Seseorang dapat belajar dari pengalaman-pengalamannya akan menentukan penyesuaian dirinya. Ungkapan-ungkapan pikiran, cara berbicara, dan cara mengajukan pertanyaan, kemampuan memecahkan masalah, dan sebagainya. Akan tetapi, diperlukan waktu lama untuk dapat menyimpulkan kecerdasan seseorang berdasarkan pengamatan perilakunya, dan cara demikian belum tentu tepat pula. 49 Apabila siswa telah mengetahui jenis kecerdasannya maka guru akan mengarahkan sesuai dengan minat dan tingkat kecerdasannya sehingga siswa dapat belajar dengan semangat. Ada tujuh kecerdasan yang diidentifikasi oleh Gardner yaitu : a. Kecerdasan linguistik (berkaitan dengan bahasa) b. Kecerdasan logis-matematis (berkaitan dengan nalar logika dan matematika) c. Kecerdasan spasial (berkaitan dengan ruang dan gambar) d. Kecerdasan musikal (berkaitan dengan musik, irama dan bunyi/suara) e. Kecerdasan badani-kinestetik (berkaitan dengan badan dan gerak tubuh) f. Kecerdasan interpersonal (berkaitan dengan hubungan antar pribadi, sosial) g. Kecerdasan interpersonal (berkaitan dengan hal-hal yang sangat mempribadi).3 Dalam hal ini seorang guru dapat menerapkan di dalam kelas dengan cara melibatkan minat siswa membuat poster warna ukuran besar yang mengiklanfkan ketujuh kecerdasan.Kecerdasan tersebut dijelaskan dan diberikan contoh masing-masing kecerdasan. Guru hanya membantu dalam memberikan contoh linguistik dan siswa memberikan tanggapan dengan jujur dan adil kecerdasan apa saja yang dapat diperolehnya apabila mereka dapat melakukan suatu pekerjaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Siswa membuat portofolio dengan menyimpan catatan proyek dan aktivitas yang tak tertulis di atas kertas umum melalui video atau audiotape dan di sana akan terlihat apakah siswa suka membuat gambar polaroid dan standar apa yang mereka ingin tetapkan untuk portofolio. Maka strategi, metode serta kecerdasan yang diaplikasikan oleh guru haruslah memperhatikan bentuk-bentuk komunikasi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya sehingga siswa dapat belajar dengan semangat sesuai dengan arahan yang diberikan oleh guru. b. Komunikasi Eksternal (eksternal communication) Komunikasi eksternal ialah komunikasi yang dilakukan oleh pimpinan sekolah atau yang mewakilinya dengan pihak luar sekolah. Untuk kepentingan komunikasi ini sebaiknya sekolah membentuk bagian atau petugas khusus hubungan masyarakat (public relation) dengan tugas utama menjalin hubungan dengan : 1. Masyarakat sekitar (community relations) 3 Ibid, hlm 14 50 2. Instansi pemerintah (government relations) 3. Pers (pers relation) 4. Pelanggan (customer relations) Komunikasi antara sekolah dengan masyarakat sekitar sangat perlu dilakukan dalam upaya menarik simpati masyarakat dan meningkatkan hubungan akrab dan kerjasama yang baik antara sekolah dan masyarakat. Hubungan ini juga dapat menjadi ajang promosi sekolah ke luar dan dapat menghilangkan isu-isu negative (kalau ada) tentang sekolah islam terpadu tersebut di kalangan masyarakat. Masyarakat juga tidak segan-segan memberikan saran yang bersifat membangun demi untuk kemajuan sekolah. Kemudian sekolah juga perlu melakukan komunikasi yang baik dengan pemerintah. Melaporkan perkembangan dan kemajuan sekolah dan juga menginformasikan berbagai permasalahan yang dihadapi atau bakal dihadapi. Dengan demikian pemerintah diharapkan dapat membantu keperluan sekolah Karena merasa dilibatkan dalam kemajuan sekolah. Komunikasi dengan pers perlu dilakukan dalam upaya memberikan informasi tentang perkembangan dan kemajuan yang dicapai oleh sekolah, kegiatan-kegiatan yang dilakukan serta informasi penting lainnya. Tanpa komunikasi dan hubungan yang baik dengan pihak pers, sekolah tidak akan di kenal dan diketahui secara objektif oleh masyarakat luas. Sekolah juga perlu memerlukan komunikasi sebaik mungkin oleh semua pihak yang menggunakan jasa sekolah terutama siswa atau calon siswa serta anggota masyarakat. Sehingga sekolah dapat memberikan pelayanan yang memuaskan pelanggan dan dapat menarik minat calon pelanggan lainnya untuk menjadi pengguna jasa sekolah. Sekolah juga sebaiknya dapat memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi seperti internet dalam melengkapi informasi dan perkembangan baru dalam ilmu pengetahuan. Multimedia diharapkan menjadi modal utama yang dapat membuat dunia pendidikan sekolah lebih progresif dan interaktif karena komunikasi antara guru dan siswa tidak terbatas di lingkungan sekolah saja, tetapi siswa menungkinkan berkomunikasi dengan guru di luar sekolah dan guru bertanggung jawab membimbing mereka melalui video, website, email, blog maupun yang lainnya. 51 Namun dalam hal ini guru juga harus memberikan pengawasan dan pengarahan yang baik sehingga siswa tidak dapat menyalahgunakan multi media untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. KESIMPULAN Komunikasi sangat perlu dilakukan di sekolah Islam terpadu, baik secara internal maupun secara eksternal. Kegiatan komunikasi tersebut harus direncanakan secara matang, diorganisir, didorong atau digiatkan serta diawasi, sehingga dapat mencapai tujuan seperti yang diharapkan. Semaksimal mungkin sekolah juga harus membentuk satu bagian yang khusus menangani komunikasi dan informasi. Kecerdasan siswa juga harus di dukung oleh ilmu tambahan lainnya seperti dengan teknologi komunikasi. Selanjutnya sekolah perlu menyiapkan tenaga khusus pembimbing dan penyuluh (konselor) terutama untuk kepentingan siswa-siswa yang mengalami masalah. Maka komunikasi sangat mempengaruhi kinerja dan kemajuan lembaga pendidikan Islam. DAFTAR PUSTAKA Arifin, Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniah Manusia, cet. II, Jakarta : Bulan Bintang, 1997 Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Jakarta : Bumi Aksara, 2009. Dimyati, Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, cet.3, Jakarta : PT. Rieneka Cipta, 2006 Halimah, Siti, Strategi Pembelajaran, cet.pertama, Medan : Cita Pustaka Media Perintis, 2008. Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, cet. 2, Jakarta: Misaka Galiza, 2003 Muslich, Masnur, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Ed.1, cet 6, Jakarta : Bumi Aksara, 2009 Muhammad Mufid, Etika dan Filsafat Komunikasi, Jakarta : Kencana, 2009 Republik Indonesia, Departemen Agama, Alquran dan Terjemahannya, ed. Refisi 1989,Bandung : Gema Risalah Press, 1989 52 Sanjaya, Wina, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, ed.1, cet.4, Jakarta : Kencana, 2008 Shalel, Abdul Racman, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, visi, Misi, dan Aksi, cet. Pertama, Jakarta : PT. Grafindo Persada, 2004 Syukur Kholil, Komunikasi Islam, cet. Pertama, Bandung : Citapustaka Media , 2007 53 KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK MENURUT AL QURAN (Tinjauan Analisis Komunikasi Islam) Aidil Haris [email protected] Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Riau ABSTRAK Menjadi orangtua yang bijaksana tidak semudah yang dibayangkan. Peran orangtua dalam keluarga tidak sebatas merawat dan membesarkan anak, tapi lebih daripada itu bagaimana orangtua mampu mendidik anaknya sejak dini hingga anaknya menjadi besar dan terdidik. Yang menjadi hal terpenting bagi orang tua pada hakikatnya adalah bagaimana orang tua mampu membangun komunikasi interpersonal yang efektif dengan anak-anaknya. Apabila komunikasi interpersonal orangtua dan anak ini sudah terbangun secara baik, maka hubungan pertalian darah antara orangtua dan anak tidak akan mudah terpengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Atas dasar itulah, maka pada kajian ini penulis menala’ah lebih rinci tentang bagaimana komunikasi interpersonal orangtua dan anak menurut Alquran dalam tinjauan Komunikasi Islam. Pada paparan pembahasan kajian ini, penulis mengutip Alquran surah Ash-Shaaffat ayat 100-107 tentang komunikasi interpersonal yang dibangun oleh Nabi Ibrahim, AS ketika mendidik anaknya Nabi Ismail, AS. Dalam sejarah Islam disebutkan bahwa Nabi Ibrahim, AS merupakan seorang nabi, pendidik, ayah dan suami yang sukses mendidik keluarga dan ummat. Kualitas keimanan, keshalehan dan kepemimpinannya sebagai seorang Nabi utusan Allah tak perlu diragukan lagi. Begitu halnya dengan perannya sebagai seorang ayah dan pendidik di tengah-tengah keluarganya. Meskipun demikian tentu tidak mudah bagi kita untuk memahami atau menela’ah konsep-konsep pendidikannya dalam mendidik keluarga dan ummat. Model dan konsep komunikasi interpersonal Nabi Ibrahim dalam mendidik anaknya Ismail, AS inilah yang akan penulis kaji untuk dijadikan panduan bagi orangtua dalam mendidik anakanaknya. Dari pembahasan kajian ini, ditarik kesimpulan bahwa komunikasi interpersonal orangtua dalam mendidik anak dapat dimulai dengan penanaman konsep diri pada diri orangtua itu sendiri dan anak. Kemudian, juga perlu adanya sikap saling terbuka dan menumbuhkan rasa saling mendukung antara orangtua dan anak. Lalu, tanamkan perasaan positif dalam diri orang tua, sehingga anak juga akan turut menanamkan perasaan positif dalam dirinya. Keyword: Komunikasi Interpersonal, Alquran, Komunikasi Islam, Komunikasi Orang tua. 54 ABSTRAK Being a parent is wise not as easy as imagined. The role of parents in the family is not limited to caring for and raising a child, but more than that how parents were able to educate their children from an early age to become a large and educated their children. Which is the most important thing for parents is essentially how the parents were able to build effective interpersonal communication with their children. If the parents and children interpersonal communication are now established as well, the relationship consanguinity between parents and children would not be easily influenced by the surrounding environment. On that basis, then in this study the authors menala'ah more detail about how parents and children interpersonal communication according to the Koran in Islamic Communication reviews. On exposure to discussion of this study, the authors cite the Koran Surah Ash-Shaaffat paragraphs 100-107 of interpersonal communication that was built by Prophet Abraham, the US when educating his son Prophet Ismail, USA. In the history of Islam is mentioned that Prophet Abraham, the US is a prophet, educator, successful husband and father to educate family and community. The quality of faith, piety and leadership as a prophet messenger of God can not be doubted. So it is with his role as a father and educator in the midst of his family. Nonetheless certainly not easy for us to understand or menela'ah concepts of education in educating the family and community. The model and the concept of interpersonal communication in educating their children Ibrahim Ismail, the US is to be the author of the review to be used as a guide for parents in educating their children.From the discussion of this study, conclude that interpersonal communication of parents in educating children can begin by planting themselves on self concept itself and the child's parents. Then, it is also necessary to open and foster mutual sense of mutual support between parents and children. Then, cultivate positive feelings in their parents, so that children will also contribute to instill positive feelings in him. Keyword : interpersonal communication, the koran, Islamic Communication, Children and Parent. PENDAHULUAN Latar Belakang Jika kita menyimak isi media massa beberapa tahun belakangan, persoalan mendasar yang sering muncul adalah seputar pemberitaan kasus kriminalitas orang tua dan anak. Ada pemberitaan seputar orang tua membunuh anaknya. Ada pula pemberitaan tentang orang tua menelantarkan anaknya. Kemudian pemberitaan seputar anak membunuh orang tuanya. Peristiwa ini tentu menjadi potret buram tentang tindakan orang tua terhadap anak yang dianggap tidak berprikemanusiaan. Apabila kita berfikir sejenak, maka muncul tanda tanya besar dalam pikiran kita tentang mengapa orang tua tega menelanatarkan anaknya dan bahkan tidak khawatir sampai membunuh anak kandungnya sendiri? Lalu, bagaimana pula dengan anak durhaka yang tega-teganya membunuh orangtua kandungnya sendiri. Ada apa dibalik semua peristiwa ini? Siapa yang salah? Apakah orangtua yang salah atau anaknya yang salah? Bila kita menyimak dengan kasat mata maka asumsi yang muncul adalah bahwa persoalan ini merupakan persoalan yang sangat memilukan kehidupan keluarga. Akar masalah dari 55 semua itu salahsatunya adalah persoalan komunikasi orangtua dan akan yang tidak terbangun dengan baik. Harus diakui, menjadi orangtua yang bijaksana tidak semudah yang dibayangkan. Peran orangtua dalam keluarga tidak sebatas merawat dan membesarkan anak, tapi lebih daripada itu bagaimana orangtua mampu mendidik anaknya sejak dini hingga anaknya menjadi besar dan terdidik. Yang menjadi hal terpenting bagi orang tua pada hakikatnya adalah bagaimana orang tua mampu membangun komunikasi interpersonal yang efektif dengan anak-anaknya. Apabila komunikasi interpersonal orangtua dan anak ini sudah terbangun secara baik, maka hubungan pertalian darah antara orangtua dan anak tidak akan mudah terpengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Atas dasar itulah, maka pada kajian ini penulis menala’ah lebih rinci tentang bagaimana komunikasi interpersonal orangtua dan anak menurut Alquran dalam tinjauan Komunikasi Islam. Pada paparan pembahasan kajian ini, penulis mengutip Alquran surah Ash-Shaaffat ayat 100-107 tentang komunikasi interpersonal yang dibangun oleh Nabi Ibrahim, AS ketika mendidik anaknya Nabi Ismail, AS. Dalam sejarah Islam disebutkan bahwa Nabi Ibrahim, AS merupakan seorang nabi, pendidik, ayah dan suami yang sukses mendidik keluarga dan ummat. Kualitas keimanan, keshalehan dan kepemimpinannya sebagai seorang Nabi utusan Allah tak perlu diragukan lagi. Begitu halnya dengan perannya sebagai seorang ayah dan pendidik di tengah-tengah keluarganya. Meskipun demikian tentu tidak mudah bagi kita untuk memahami atau menela’ah konsep-konsep pendidikannya dalam mendidik keluarga dan ummat. Model dan konsep komunikasi interpersonal Nabi Ibrahim dalam mendidik anaknya Ismail, AS inilah yang akan penulis kaji untuk dijadikan panduan bagi orangtua dalam mendidik anak-anaknya. Landasan Konsep& Teoritis 1. Alquran Surah Ash-Shaaffat Ayat 100-102 ﻲ ﻗَﺎ َل ﯾَﺎ َ ﺴ ْﻌ ﻓَﻠَﻤﱠﺎ ﺑَﻠَ َﻎ َﻣ َﻌﮫُ اﻟ ﱠ-١٠١- ٍ ﻓَﺒَﺸﱠﺮْ ﻧَﺎهُ ِﺑﻐ َُﻼمٍ َﺣﻠِﯿﻢ-١٠٠- َرَ بّ ِ ھَﺐْ ﻟِﻲ ﻣِ ﻦَ اﻟﺼﱠﺎﻟِﺤِ ﯿﻦ ﺳﺘَﺠِ ﺪُﻧِﻲ إِن َ ُﺖ ا ْﻓﻌَﻞْ ﻣَﺎ ﺗ ُﺆْ ﻣَﺮ ِ َﻲ ِإﻧِّﻲ أ َرَ ى ﻓِﻲ ا ْﻟ َﻤﻨَﺎمِ أَﻧِّﻲ أ َ ْذ َﺑﺤُﻚَ ﻓَﺎﻧﻈُﺮْ ﻣَﺎذَا ﺗ َﺮَ ى ﻗَﺎ َل ﯾَﺎ أَﺑ ﺑُ َﻨ ﱠ - وَ ﻧَﺎدَ ْﯾﻨَﺎهُ أ َنْ ﯾَﺎ إِﺑْﺮَ اھِﯿ ُﻢ-١٠٣- ِ ﻓَﻠَﻤﱠﺎ أ َ ْﺳﻠَﻤَﺎ وَ ﺗَﻠﱠﮫُ ِﻟ ْﻠ َﺠﺒِﯿﻦ-١٠٢- َﺷَﺎء ﱠ ُ ﻣِ ﻦَ اﻟﺼﱠﺎﺑ ِِﺮﯾﻦ - ُ إِنﱠ َھﺬَا ﻟَﮭُﻮَ ا ْﻟﺒ ََﻼء ا ْﻟ ُﻤﺒِﯿﻦ-١٠٥- َﺻﺪﱠﻗْﺖَ اﻟﺮﱡ ؤْ ﯾَﺎ إِﻧﱠﺎ َﻛﺬَﻟِﻚَ ﻧَﺠْ ِﺰي ا ْﻟﻤُﺤْ ِﺴﻨِﯿﻦ َ ﻗَ ْﺪ-١٠٤ -١٠٧- ٍ وَ ﻓَﺪَ ْﯾﻨَﺎهُ ﺑِ ِﺬ ْﺑﺢٍ ﻋَﻈِ ﯿﻢ-١٠٦ Artinya: “Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orangorang yang saleh.(!00) Maka Kami beri Dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.(101) Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersamasama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".(102) Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ).(103) Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim,(104) Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, Sesungguhnya demikianlah Kami memberi Balasan kepada 56 orang-orang yang berbuat baik. .(105) Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.(106) dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.(107) 4 2. Penafsiran Surah Ash-Shaaffat Ayat 100-107 Untuk memberikan penafsiran terhadap surat Ash-Shaaffat ayat 100-107, penulis mengutip penafsiran dari ulama tafsir Quraish Shihab dalam tafsir Al Mishbah. Berikut disajikan penafsiran surat Ash-Shaaffat ayat 100-107. a. Tafsir Surah Ash-Shaaffat Ayat 100-101 -١٠١- ٍ ﻓَﺒَﺸﱠﺮْ ﻧَﺎهُ ﺑِﻐ َُﻼمٍ َﺣﻠِﯿﻢ-١٠٠- َرَ بّ ِ ھَﺐْ ﻟِﻲ ﻣِ ﻦَ اﻟﺼﱠﺎﻟِﺤِ ﯿﻦ Ayat 100: Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orangorang yang saleh. Ayat 101.Maka Kami beri Dia khabar gembira dengan seorang anak yang Amat sabar. Di dalam tafsir Al-Mishbah dijelaskan bahwa: “Nabi Ibrahim ketika itu berada di Ur, negeri Kaldania memutuskan untuk berhijrah agar dapat menjalankan misinya dengan baik.Dan ia berkata kepada beberapa orang kepercayaan bahkan mengumumkan tekadnya di hadapan masyarakat umum bahwa:”Sesungguhnya aku akan pergi menuju kesatu tempat di mana aku dapat leluasa mengabdi kepada Tuhanku tanpa diganggu oleh siapapun, dan Dia akan menunjukiku jalan yang terbaik”. Karena ketika itu beliau tidak menemukan seorangpun yang dapat menggantikannya sebagai penerus, maka beliau berdoa tanpa menggunakan panggilan “Ya/wahai” untuk mengisyaratkan kedekatan beliau kepada Allah:”Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku seorang anak yang termasuk kelompok orang-orang yang shaleh. Maka Kami memberinya kabar gembira bahwa dia akan dianugerahi dengan seorang anak yang amat penyantun. Kata ghulam adalah seorang pemuda yang telah tumbuh memanjang kumisnya. Biasanya yang mencapai usia tersebut telah tumbuh pesat pula nafsu seksualnya, karena itu nafsu seksual dinamai juga ghulmah. Kata halim, mempunyai tiga makna dasar, yaitu tidak tergesa-gesa, lubang karena kerusakan serta mimpi. Bagi manusia, tidak tergesa-gesa lahir dari ketidaktahuan seseorang atau keraguannya, ketika itu ia tidak dapat dinamai halim, walaupun ia tidak tergesa. Dengan demikian dapat dipahami bahwa kabar gembira yang disampaikan itu mengandung isyarat bahwa anak tersebut adalah seorang anak lelaki, dari kata ghulam. Ia sudah mencapai usia dewasa, dipahami dari sifatnya sebagai seorang yang halim/penyantun,karena seorang yang belum dewasa, tidak dapat menyandang sifat tersebut.”5 Al-Quran & Terjemahan.1990. Departemen Agama Republik Indonesia. Toha Putra. Semarang Tafsir Al Mishbah 4 5 57 b. Tafsir Surah Ash-Shaaffat Ayat 102 ﺖ ِ َﻲ إِﻧِّﻲ أ َرَ ى ﻓِﻲ ا ْﻟ َﻤﻨَﺎمِ أَﻧِّﻲ أ َ ْذ َﺑﺤُﻚَ ﻓَﺎﻧﻈُﺮْ ﻣَﺎذَا ﺗ َﺮَ ى ﻗَﺎ َل ﯾَﺎ أَﺑ ﻲ ﻗَﺎ َل ﯾَﺎ ﺑُ َﻨ ﱠ َ ﺴ ْﻌ ﻓَﻠَﻤﱠﺎ ﺑَﻠَ َﻎ َﻣﻌَﮫُ اﻟ ﱠ -١٠٢- َﺳﺘ َﺠِ ﺪُﻧِﻲ إِن ﺷَﺎء ﱠ ُ ﻣِ ﻦَ اﻟﺼﱠﺎﺑ ِِﺮﯾﻦ َ ُا ْﻓﻌَﻞْ ﻣَﺎ ﺗ ُﺆْ ﻣَﺮ 102. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". “Allah telah menepati janjiNya kepada Nabi Ibrahim tentang perolehan anak.Demikian hingga anak tersebut lahir dan tumbuh menjadi remaja. Maka tatkala ia telah mencapai usia yang menjadikan ia mampu berusaha bersamanya, maka Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, dan engkau tentu tahu bahwa mimpi para nabi adalah wahyu ilahi. Maka fikirkanlah apa pendapatmu, sang anak menjawab dengan penuh hormat: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". Sebagaimana dijelaskan dalam tafsir Al Mishbah bahwa: “Ayat di atas menggunakan bentuk kata kerja mudhari’ pada kata-kata أرَ يdan َأذْﺑَﺤُﻚ, Begitu juga pada kata ُﺗ ُﺆْ ﻣَﺮ. Ini mengisyaratkan apa yang beliau lihat itu seakan-akan masih terlihat hingga saat penyampaiannya itu. Sedangkan kata penyembelihan untuk mengisyaratkan bahwa perintah Allah yang dikandung mimpi tersebut belum selesai dilaksanakan. Karena itu pula jawaban anak menggunakan kata kerja masa kini juga untuk mengisyaratkan bahwa ia siap. Ucapan anak:“Engkau akan mendapatiku insya Allah termasuk para penyabar, dengan mengaitkan kesabarannya dengan kehendak Allah, menunjukkan betapa tinggi akhlak dan sopan santun kepada Allah dan orangtuanya”.6 c. Tafsir Surah Ash-Shaaffat Ayat 103-107 ﺻﺪﱠﻗْﺖَ اﻟﺮﱡ ؤْ ﯾَﺎ إِﻧﱠﺎ َ ﻗَ ْﺪ-١٠٤- وَ ﻧَﺎدَ ْﯾﻨَﺎهُ أ َنْ ﯾَﺎ إِﺑْﺮَ اھِﯿ ُﻢ-١٠٣- ِﻓَﻠَﻤﱠﺎ أ َ ْﺳﻠَﻤَﺎ وَ ﺗَﻠﱠﮫُ ِﻟ ْﻠ َﺠﺒِﯿﻦ ٍ وَ ﻓَﺪَ ْﯾﻨَﺎهُ ﺑِ ِﺬ ْﺑﺢٍ ﻋَﻈِ ﯿﻢ-١٠٦- ُ إِنﱠ َھﺬَا ﻟَﮭُﻮَ ا ْﻟﺒ ََﻼء ا ْﻟ ُﻤﺒِﯿﻦ-١٠٥- ََﻛﺬَﻟِﻚَ ﻧَﺠْ ِﺰي ا ْﻟﻤُﺤْ ِﺴﻨِﯿﻦ ١٠٧-103.”Maka tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ).104. dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, 105. Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.106. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.107.dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar”. 6 Ibid. hal 62-63 58 Quraish Shihab dalam tafsir Al Misbah menafsirkan bahwa: “Ayat yang lalu menguraikan kesediaan anak untuk disembelih atas perintah Allah.Maka tanpa ragu tatkala keduanya telah berserah diri secara penuh dan tulus kepada Allah dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya, maka ketika itu terbukti kesabaran keduanya. Pisau yang begitu tajam atas kuasa Kami tidak melukai Ismail sedikitpun dan Kamimelalui Malaikat memanggilnya:”Hai Ibrahim, sungguh engkau telah membenarkan mimpi, karena itu Kami memberimu ganjaran dengan menjadikanmu imam dan teladan bagi orang-orang bertakwa. Sesungguhnya perintah menyembelih anak serta kewajiban memenuhinya benar-benar suatu ujian yang nyata yang tidak dapat dipikul kecuali manusia pilihan. Kata ( ) ﺗَﻠﱠﮫyaitu tempat yang tinggi. Ada juga yang memahami tumpukan pasir/ tanah yang keras.Maksud ayat ini adalah membaringkan dan meletakkan pelipisnya pada tempat yang keras agar tidak bergerak. Sedangkan kalimat( َﺻﺪﱠﻗْﺖ َ - ) اﻟﺮﱡ ؤْ ﯾَﺎyaitu telah membenarkan mimpi itu, dan melaksanakan sesuai dengan kemampuan yang diperintahkan Allah melalui mimpi. Boleh jadi Nabi Ibrahim hanya bermimpi menyembelih anaknya, tanpa melihat adanya darah yang memancar, apalagi yang menyebabkan kematian ataupun mungkin juga melihat dalam mimpinya Ismail berlumuran darah dan itulah yang beliau lakukan tetapi perintah yang dimimpikan itu dibatalkan Allah. Demikian Nabi Ibrahim telah melaksanakan perintah, seandainya tidak ada panggilan untuk itu, tentu ia akan terus berupaya sehingga terpenuhi perintahNya. Firman-Nya: ( ُ)إِنﱠ َھﺬَا ﻟَﮭُﻮَ ا ْﻟﺒ ََﻼء ا ْﻟ ُﻤﺒِﯿﻦ, yaitu Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Ujian yang dimaksud disini merupakan cobaan terhadap Nabi Ibrahim dengan mengorbankan anak satu-satunya yang sangat disayangi dan berpuluh tahun lamanya menanti kehadirannya, oleh Allah justru diperintahkan untuk disembelih. Yang sangat memilukan lagi Ismail harus disembelih oleh ayahnya sendiri. Ayat berikutnya: ( ٍ )وَ ﻓَﺪَ ْﯾﻨَﺎهُ ﺑِ ِﺬ ْﺑﺢٍ ﻋَﻈِ ﯿﻢYaitu Dan Kami menembusnya dengan seekor sembelihan yang besar, yaitu seekor kibas yang besar dan sempurna. Dengan demikian Penafsiran ayat di atas, memuat penjelasan tentang permohonan Nabi Ibrahim untuk memperoleh anak, doa terkabul dengan anak yang amat penyabar, mimpi Nabi Ibrahim menyembelih Ismail, Nabi Ibrahim mendialogkan mimpinya kepada Ismail, pelaksanaan penyembelihan dan diakhiri dengan keselamatan Ismail, yang berarti kesuksesan misi Nabi Ibrahim, sebagai Rasul yang benar-benar pilihan.”7 3. Memahami Komunikasi Interpersonal Jika kita pahami sejenak bahwa pergaulan manusia sehari-hari merupakan bagian dari bentuk peristiwa komunikasi. Sadar atau tanpa disadari, setiap saat kita selalu melakukan proses komunikasi. Menurut Scrhamm (dalam Rohim, 2009) diantara manusia yang bergaul, ada yang saling membagi informasi, namun ada pula yang membagi gagasan dan sikap.8 7 8 Ibid. hal 66 Rohim, Syaiful. 2009. Teori Komunikasi (Perspektif, Ragam & Aplikasi).Jakarta. Rineka Cipta 59 Begitu pula menurut Merril dan Lownstein bahwa dalam lingkungan pergalana antarmanusia selalu terjadi penyesuain pikiran, penciptaan symbol yang mengandung pengertian bersama. Theodorson selanjutnya mengemukakan pula bahwa komunikasi adalah proses pengalihan informasi dari satu orang atau sekelompok orang dengan menggunakan symbol-simbol tertentu kepada satu orang atau sekelompok lain.9 Menurut Rohim, pengalihan informasi tersebut selalu mengandung pengaruh tertentu. Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik. 10 Little John (dalam Rulli Nasrullah, 2012) menjelaskan bahwa komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi merupakan proses komunikasi yang terjadi diantara satu individu dengan individu lainnya. Komunikasi di level ini menempatkan interaksi tatap muka diantara dua individu tersebut dalam kondisi yang khusus (private setting).11 Steward L. Tubbs dan Sylvia Moss (dalam Deddy Mulyana, 2005) mengatakan ciri-ciri komunikasi antarpribadi adalah peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat, peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal maupun non verbal.12 PEMBAHASAN Komunikasi interpersonal yang dilakukan Nabi Ibrahim AS dengan anaknya Ismali merupakan bagian dari model komunikasi diadik. Menurut Rohim (2009:70) bahwa komunikasi diadik merupakan proses komunikasi interpersonal yang berlangsung antar dua orang. Orang pertama adalah komunikator yang menyampaikan pesan dan seorang lagi adalah komunikan yang menerima pesan. Dalam komunikasi ini komunikator selalu memusatkan perhatiannya hanya kepada diri komunikan seorang tersebut, sehingga ketika dialog terjadi diantara keduanya selalu berlangsung serius dan intensif. 13 Dari kisah Nabi Ibrahim AS beserta penafsirannya diatas dapat dipahami bahwa komunikasi interpersonal antara Nabi Ibrahim dan anaknya Ismail menunjukkan betapa bersahabatnya seorang ayah dan anak ketika bertutur kata, meskipun harus mengutarakan sesuatu yang pahit di hadapan anaknya. Dalam hal ini tergambar aktualisasi komunikasi interpersonal Nabi Ibrahim dalam mendidik anaknya Ismail dalam Surah As-Shaffat 100107, yang dimulai dengan penyerahan diri secara totalitas kepada Allah sebagai bukti penghambaannya yang diiringi dengan doa. Hal ini menunjukkan bahwa Ibrahim sebagai orangtua sangat bijaksana mengajarkan nilai-nilai ketuhanan kepada anaknya sebagai landasan hidup. Ketika Nabi Ibrahim telah dianugerahi anak oleh Allah SWT, lalu Ibrahim AS diperintahkan Allah SWT untuk menyembelih anaknya, Ismail. Jika kita simak kisah tersebut lalu kita bawakan kepada diri kita sebagai seorang anak atau sebagai orang tua, maka tentu banyak pertentangan yang muncul dari dalam diri kita sendiri. Akan tetapi berbeda halnya dengan Ibrahim AS yang sabar menerima perintah tersebut yang tidak hanya melibatkan pengendalian emosional, tetapi juga kematangan spiritual (iman) yang tinggi. Disini jelas terlihat bahwa kepatuhan dan ketaatan Nabi Ibrahim tanpa membantah langsung melaksanakan perintah dari Allah SWT. Ibid. hal: 69 Ibid. hal: 69-70 11 Nasrullah, Rulli. 2012. Komunikasi Antar Budaya di Era Budaya Siber. Jakarta. Kencana 12 Mulyana, Deddy. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung. Remaja Rosda Karya. 13 Op.cit. Rohim, Syaiful. Hal: 70 9 10 60 Menariknya lagi, Ismail sebagai seorang anak justru tidak membantah apa yang menjadi permintaan orangtuanya, Nabi Ibrahim, AS. Ismail dengan sikap menjunjung tinggi nilai-nilai sopan santun menyerahkan diri sebagai bentuk kepatuhan dan ketaatannya kepada orang tua untuk disembelih. Seolah-olah keduanya tidak ada beban sedikitpun dalam menjalankan perintah Allah. Dari kisah Nabi Ibrahim tersebut diatas, jika kita tela’ah lebih dalam maka dapat ditarik pemahaman bahwa konsep komunikasi interpersonal orang tua dalam mendidik anaknya sebagaimana dikisahkan dalam Alquran surah Ash-Shaaffat ayat 100-107 yaitu: a. Pentingnya Menanamkan Konsep Diri Do’a Nabi Ibrahim, AS kepada Allah SWT untuk dianugerahi seorang anak yang saleh merupakan sebuah pengharapan yang dinanti-nantikan Ibrahim, AS.Meski akhirnya Allah SWT mengabulkan permohonan Ibrahim AS.Penantian panjang Ibrahim mengharapkan anak merupakan sebuah upaya menanamkan konsep diri.Alhasil, nilai-nilai kesabaran merupakan hal terpenting yang harus dimiliki oleh seseorang.Konsep diri merupakan pandangan dan perasaan kita tentang diri kita sendiri. Nabi Ibrahim menyadari bahwa ia adalah seorang manusia yang lemah. Yang kuasa hanyalah Allah SWT.Penanaman nilai aqidah inilah yang dimiliki oleh Ibrahim dan kemudian ditanamkan pada anaknya Ismail. Ketika orang tua telah mengenal akan dirinya yang sesungguhnya maka setiap berperilaku dan bertingkah laku ia akan selalu ‘berkaca’ terlebih dahulu dan memahami bahwa dalam setiap kehidupan ini hanya Allah SWT yang menjadi penguasa. Penanaman konsep diri yang sesungguhnya dapat dilihat bagaimana orangtua menanamkan aqidah kepada anaknya. b. Sikap Terbuka dan Suportivinies Pada Alquran surah Ash-Shaaffat ayat 102 yang artinya: “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” Dari terjemahan diatas sebagaimana juga sudah dijelaskan dalam tafsir al Mishbah, bahwa pernyataan Nabi Ibrahim yang mengungkapkan tentang mimpinya untuk menyembelih Ismail merupakan bagian dari sikap keterbukaannya kepada Ismail. Hal ini menunjukkan bahwa orangtua harus mampu menciptakan suasana terbuka dalam proses komunikasi interpersonal pada saat mendidik anak. Yang lebih menariknya lagi, Ismail sebagai seorang anak juga memberikan dukungan (suportivinies) yang luar biasa terhadap keterbukaan yang diberikan oleh ayahnya, Ibrahim. Hal ini terbukti dari direkamnya pernyataan Ismail dalam Alquran yang artinya: “……Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. c. Sikap Perasaan Positif Salah satu ciri komunikasi interpersonal menurut De Vito adalah adanya perasaan positif diantara komunikator dan komunikan. Dari kisah Ibrahim dapat kita ambil pelajaran bahwa jika orang tua selalu berprasangka positif kepada orang lain, maka akan muncul perasaan positif dalam diri kita sendiri. Hal ini menjadi bagian dari terciptanya suasana interpersonal yang efektif.Ketika Ibrahim 61 mengutarakan kisah mimpinya kepada Ismail, maka umpan balik yang diberikan Ismail adalah jawaban positif yang dilahirkan dari perasaan positif. KESIMPULAN Apa yang disebutkan oleh banyak para ahli komunikasi tentang pola komunikasi interpersonal yang efektif bagi orangtua dalam mendidik anak di tengah-tengah keluarga, ternyata telah dijawab oleh Allah SWT dalam Alquran dengan menceritakan banyak kisah. Salah satunya adalah kisah Nabi Ibrahim AS yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyembelih anaknya tatka ia sedang menikmati indahnya kehadiran seorang anak di tengah-tengah keluarga. Lalu dialog antara Ibrahim dan anaknya tersebut diabadikan dalam Alquran sebagai pelajaran berharga bagi orangtua dalam membangun komunikasi interpersonal dengan anaknya. Jadi, bila kita tarik kesimpulan dari pembahasan materi ini, maka dapat diambil intisarinya bahwa komunikasi interpersonal orangtua dalam mendidik anak dapat dimulai dengan penanaman konsep diri pada diri orangtua itu sendiri dan anak. Kemudian, juga perlu adanya sikap saling terbuka dan menumbuhkan rasa saling mendukung antara orangtua dan anak. Lalu, tanamkan perasaan positif dalam diri orang tua, sehingga anak juga akan turut menanamkan perasaan positif dalam dirinya. DAFTAR PUSTAKA Departemen Agama Republik Indonesia. 1990. Al-Quran & Terjemahan. Toha Putra. Semarang Mulyana, Deddy. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung. Remaja Rosda Karya Nasrullah, Rulli. 2012. Komunikasi Antar Budaya di Era Budaya Cyber. Jakarta. Kencana Rohim, Syaiful. 2009. Teori Komunikasi (Perspektif, Ragam & Aplikasi). Jakarta. Rineka Cipta Shihab, Quraish. 2006. Tafsir Al-Mishbah. Lentera Hati. Jakarta, Cet. IV 62 ERA KEWARGANEGARAAN DIGITAL DALAM APLIKASI INFOMASI DAN KOMUNIKASI DI INDONESIA Ali Murtadha KOMINFO BBPPKI Medan ABSTRAK Negara- negara maju dewasa ini, seakan berpacu menuju negara yang akrab dengan dunia digitakisasi, yang memiliki arti, setiap warga negaranya, terutama dalam menunjang kehiduan sehari-hari, baik hanya sekedar berintraksi ataupun bertransaksi bahkan untuk mendata warganya, semua dilakukan dengan media aplikasi informasi dan komunikasi yang berbaur dengan prangkat digitalisasi. Selanjutnya, demikian pula dengan negaranegara berkembang tidak terkecuali dengan negara Indonesia. Dinamika yang terjadi di Indonesia, dapat dilihat contoh peninjauan kepala negara dengan prangkat digital, transaksi jual beli dengan prangkat digital, prangkat media komunikasi berbasis digital atau smart phone. Dari dinamika ini, segalanya memiliki nilai positif dan negatif, hal ini semua bergantung pada pengguna. Kata Kunci: kewarganegaraan, digital, informasi, komunikasi, aplikasi informasi ABSTRAC the up new contries old in, competion to contries world digitalisasi, having meaning, all social society, importing in suport living days, good welll intraction or transiction, and recoded civil society. All aplication by media hard wear media information and comunication, mixing by hard wear dgitalisasi. Next time, by contries develomen, in indonesia contries. Fenomena in indonesia, can observation, by exsemple visited president indonesia by hard wear digital, transaction economic by aplaction digital, and aplication comunication by basic aplication digitalisation or smart phone. From fenomena, all haved value positif and negatif, this is all back come to oprator. Keyword: citizenship, digital, information, communication, application information 63 PENDAHULUAN Artikel ini berkaitan dengan munculnya ICT di kalangan masyarakat Indonesia. Penyebaran yang cepat dari aplikasi TIK telah mempengaruhi berbagai aspek kewarganegaraan digital tidak terlepas di negara Indonesia. Dari berbagai sumber menunjukkan bahwa penggunaan aplikasi TIK dikalangan masyarakat Indonesia mulai tidak jauh beda dengan, seperti negara-negara Barat lainnya, sedang menggunakan digital secara bertahap. Ini merupakan evolusi yang tidak berubah dengan efek yang nyata didalam tren baru komunikasi dan konsumsi. Artikel ini membahas apakah perbedaan teknologi jaringan informasi dan komunikasi serta penggunaan yang dapat dijelaskan oleh budaya secara spesifik dan dengan karakteristik budaya kesukuan, agama dan kemampuan bahasa, terlepas dari karakteristik demografi sosial (usia, jenis kelamin dan status sosial ekonomi). PEMBAHASAN Kewarganegaraan digital adalah segala aspek interakasi menggunakan alat aplikasi teknlogi komunikasi tepatnya dalam ruang lingkup social. Semua masyarakat menggunakan alat aplikasi teknologi komunikasi dan informasi baik secara umum maupun secara pribadi. Namun Menurut salah seorang praktisi komunikasi Indonesia, Indonesia sendiri dirasakan belum memasuki masyarakat digital. Akan tetapi alat aplikasi informasi dan komunikasi di Indonesia sudah mulai menjalar sampaik kepelosok desa. karena teknologi komunikasi dapat mendukung nilai penidikan dan upaya menjebatan kesenjangan 14 dalam penggunaan alat informasi teknologi pada dunia pendidikan. Bila diperhatikan, khususnya disepanjang jalan perkotaan, tepatnya kota medan terutama yang berdekatan dengan dunia pendidikan, seperti kampus, akademisi, masih banyak terdapat rental-rental computer, warnet dengan sajiannya tersendiri, bahkan diwilayah perguruan tinggi terutama dipelosok daerah tingkat penggunaan alat aplikasi TIK dirasakan semakin untuk mengakses informasi secara digital, sebagai contoh beberapa perguruan tinggi di pedalaman Indonesia. Hal ini didukung dengan taman internet yang ada di daerah tersebut 14 Onong Uchjana Effendi, Komunikasi Teori Dan Praktek ( Bandung: Rosda Karya.2005), h. 107 64 Selanjutnya media komunikasi di Indonesia, terutama media massa, telah mencoba menggunakan alat-alat yang berlandaskan digitalisasi. Seperti TV, radio, bahkan surat kabar sekalipun dengan tujuan untuk mencapai kepuasan konsumen dalam mengkonsumsi berita yang dikabarkan kepada masyarakat. Misalnya mengguakan Koran elektrik dengan system digital, warna gambar, suara, atau audio visual yang kesemuanya memakai system digital dengan mudah, cepat dan tepat yang dikirmkan dengan kejadian di waktu yang sama. Sehingga merangkup sebagai village global. Sebagai contoh, Radio Republik Indonesia, sekarang ini sudah menggunakan radio play yang dihubungkan prangkat digital internet, sehinggainternet dapat digunakan konsumen dalam mengakses informasi RRI meskipun siaranya telah berlalu. Contoh selanjutnya dalam penggunaan TIK di Indonesia, internet dijadikan media politik pada dunia maya seperti jatuhnya rezim Soeharto terutama pada dua tahun terakhir sebelum jatuhnya Soeharto, internet digunakan secara ekstensif oleh kaum oposisi kelas menengah perkotaan untuk mengakhiri sensor media siaran yang diterapkan rezim orba. Hal ini mungkin pada masa itu banyak yang belum mengetahuinya. Pada masa titik jatuhnya rezim Soharto, mahasiswa menggunakan internet dalam menggerakan rencana mereka dan mengukur dukungan international untuk membangun demontrasi nasional, yang akhirnya menumbangkan rezim Soeharto, dengan menggunakan computer laptop untuk mengirim beritasecara online, sementara tentara menjaga ketat disekeliling mereka.15 A. Media Massa Digital Indonesia Media massa digital Indonesia, bila ditinjau dari sudut pandang media masa sebagai komunikasi publik, sudah mulai mencoba menggunakan aplikasi teknologi yang berkapasitas digital, dengan tujuan untuk menciptakan tayangan yang berkualitas. Pada era digitalisasi sekarang ini banyak lembaga penyiaran, terutama pada televisi swasta yang belomba menggunakan prangkat berkapasitas digital tidak terkecuali televisi negara. Audio yang jelas, visual yang terang, sebagai contoh media masa televise nasional TVRI telah mencoba menggunakan sestem digital, yang pada masa itu di era tahun 1976 15 Krishna Sen, Media, Budaya, Dan Politik Di Indonesia, ( Jakarta: Institute Study Arus Informasi, 2001), h. 227 65 siaran TVRI mulai menasional16.Bahkan dari surat kabar pun sudah mencoba melakukan dengan pendekatan digital, dan dalam media elektronik biasanya dikenal jurnalis radio dan televise, namun pada era digital bertambah satu istilah yaitu jurnalisme online yang memliki kode etik tersendiri17. Dalam hal ini ditujukan agar informasi yang disampaikan lebih cepat dan akurat tanpa adanya pembatas waktu antara pemberi berita terhadap penerima berita. Meskipun terkadang, cara pandang tradisional etnis, dianggap sebagai hambatan sosiokultural dalam aplikasi TIK komunikasi masa, mungkin hal ini dikarenakan keragaman, seperti aneka etnik, perbedaan norma social, masih adanya kurang mampu dalam berbahasa Indonesia, factor semantic yaitu adanya perbedaan makna pengucapan antar etnik di tambah lagi belum meratanya pendidikan di negeri ini tak ketinggalan pula hambatan mekanis 18 , tentunya hal ini dapat dilihat pada daerah-daerah yang memiliki jangkauan yang jauh dari terminal oprator stasiun media masa baik elektronik maupun cetak. Akan tetapi dengan adanya penyediaan sinyal internet, dimana masyarakat yang berada dipedalaman Indonesia, kebanyak telah memakai prangkat smart phone, bila dikoneksikan dengan dunia maya, maka akan menciptakan wahana baru dalam aplikasi teknologi infomasi dan komunikasi itu sendiri. B. Statistik ICT di Indonesia Di zaman globalisasi ini masyrakat perlu berpacu dalam meraih segala informasi yang membangun agar dapat menajadi dasar untuk mensejahterakan rakyat, karena dari keunggulan menguasai teknologi informasi komunikasi, masyarakat dapat menguasai dunia bahkan secara global, hal ini dikarenakan menguasai dibidang teknologi informasi komunikasi sangat berpengaruh baik dalam politik, ekonomi, budaya, kesehatan, pendidikan, dan lain sebaginya. Selain itu juga dalam dunia digital yang mengenal istilah multimedia khususnya pada dunia business dan komersil yang bergantung pada dunia digital disebut juga ecommerce yaitu pengasilan, pengiklanan yang disalurkan melalui jaringan-jaringan yang 16 Philip Kitley, Kontruksi Budaya Bangs Di Layar Kaca, (Jakarta: Institute Arus Informasi, 2001), 17 Septiawan Sananta, Jurnalisme Kontenporeri, ( Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h. 133 Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa, (Bandung: Simbiosa Rakatam Media, 2009), h.98 h. 50 18 66 berbasis telekomunikasi 19 .Sedangkan e-business merujuk kepada negoisasi perniagaan dengan saluran internet. Akan tetapi di Indonesia sendiri bila diteliti dari sudut kuantitatif dan kualitatif dirasakan masih sangat kurang, hal bila dilihat dari populasi yang berjumlah 240 juta jiwa, dalam penggunaan ICT di Indonesia dengan penggunaan internet terdapat 40 jiwa, pelanggan internet 6 juta jiwa, akun face book 43 juta jiwa, penggunaan black berry 4 juta jiwa. 20 Dari hal ini dapat dilihat sejauh mana pemamfaatan alat informasi komunikasi teknologi pada kalangan masyarakat Indonesia, terutama pada hal-hal yang berfaedah. Akan tetpi sebaliknya, penulis mengamati, seiring mudahnya masyarakat Indonesia dalam membeli alat komunikasi yang bertaraf digital dan didukung dengan sinyal internet, baik dikota ataupun didesa sekalipun, dapat mempercepat pertumbuhan era kewarganegaraan digitalisasi dalam aplikasi informasi dan komunikasi di Indonesia. C. Era Digital Dilihat dari segi bahasa, kata Era dapat diartikan masa, zaman. Sedangkan digital, dapat diartikan yakni, sesuatu yang berhubungan dengan jari atau secara harfiah adalah, segala kegiatan tidak terlepas dengan kekuatan jari, lebih tepatnya segala aktfitas yang dilakukan sehari-hari tidak terlepas dengan satu jari yang menjadi pendukung dalam memenuhi kebutuhan hidup secara praktis, seperti informasi dan komunikasi terutama dalam kajian-kajian wawasan keislaman. Era digital, secara istilah yaitu, kehidupan masyarakat, massa, atau generasi penerus, dalam menjalani kehidupan sehari hari, baik dari sisi suka duka kehidupan, semuanya tidak dapat dipisahkan dengan dunia teknologi dan komunikasi. Bahkan dapat dikatakan teknologi dan komunikasi sudah menjadi sebuah kebutuhan yang menduduki peringkat level yang berada pada tingkat tinggi, artinya segala aspek yang berkenaan dengan dunia digital yang ada pada masyarakat, tidak hanya sekedar barang mewah, melainkan posisi kebutuhan melalui dunia digital seakan-akan menjelma dan sudah menjadi sebuah kebutuhan yang sangat mendasar pada tingkat primer. 19 Abubakar Abdul Majeed, Multimedia Dan Islam, ( Kuala Lumpur: Institute Kepahaman Malasyia, 2000), h. 54 20 Muhammad Neil, Pemeriksaan Alat Bukti Digital Dalam Peruses Pembuktian, ( Medan: Kominfo, 2012), h. 1 67 Hal demikian telah terjadi pada masyarakat kita pada umumnya, sehingga dunia digital menjadi kebutuhan yang kedua setelah sandang, pangan, dan papan. Maka dari itu menyebabkan masyarakat lupa dan lalai akan kebutuhan jasmani dan rohani secara batiniah. Sehingga tidak heran apabila dunia digital tanpa diiringi dengan nilai-nilai spiritual dan nilai-nilai dakwah dalam kehidupan, maka dapat merosotkan nilai-nilai aqidah dan akhlak generasi sekarang dan generasi masa mendatang. D. Dampak Digitalisasi Terhadap Umat Diera digital sekarang ini dirasakan sangat pesat sekali kemajuan teknologi dan informasi.Hampir setiap tangan masyarakat menggenggam yang namanya alat teknologi informasi yang berbesik digital. Aspek digital bukan hanya diartikan sebatas media televisi yang memiliki transmisi yang berkaliber digital saja, akan tetapi sampai kepada dunia maya, termasuk pada smart phone masyarakat dewasa ini. Apapun nama dari bentuk yang disajikan kepada umat, tentu memiliki nilai tersendiri, semuanya memiliki negatif dan positif, bergantung pada sipengguna media teknologi digital. Menurut informasi yang dirangkum oleh penulisyang dikutip dari berbagai sumber, Indoneisia salah satu negara yang memiliki rating tertinggi dalam menkonsumsi perangkat digital, baik dalam bentuk smart phone, PC, dan lain sebagainya. Hal ini menyebabkan tingginya tingkat persaingan khususnya pada smart phone di Indonesia 21 . Tingkat konsumen digital lainya bukan hanya pada prangkat digital saja, melainkan juga pada sajian program prangkat lunak IT, seperti bermain game online, pace book, dan lain sebagainya. Negara indonesia, terbilang cukup tinggi dalam mengkonsumsi IT terutama pada game online dan pace book, hal ini memiliki dampak tersendiri apa bila dinama IT di Indonesia tanpa warna dakwah didalamnya. penulis masih ingat pada pada era tahun 1990an, terutama hadirnya televisi di desadesa yang ada di Indonseia, televisi menjadi sebuah kebanggaan tersendiri terutama menggunakan digital prabola. Hadirnya telivisi, terlebih-lebih televisi swasta, pada dasarnya membuat kekahawatiiran bagi orang tua terhadap perkembangan anak di desadesa. Karena itu pad era 1990an televisi dianggap seperti bom waktu, karena segala aktifitas masyarakat umumnya, dipengaruhi oleh televisi. 21 Blommberg Indonesia, juli 2015 68 Hal ini mengingatkan penulis pada sebuah tulisan oleh Jalaluddin Rakhmat yang mengatakan, TV sudah menjadi “ The First God” 22 karena menurut beliau TV sudah menjadi agama baru pada kalangan masyarakat industri, yang artinya, masyarakat sekarang baik dari tingkat individu, sudah belajar hidup dari TV, bahkan di Amerika TV disebut tuhan kedua, karena segala sessuatu semuanya merujuk dari TV. Fenomea dampak kehadiran televisi bagi masyarakat pedesaan, perna terjadi di selawesi selatan. Masyarakat yang umumnya berprofesikan petani, mengubah waktu tidur mereka,setelah kehadiran TV. Hal ini disebabkan mereka harus menonton acara film pada jam akhir siaran televisi, yang dianggap menarik, sehingga meraka rata-rata tidur jam 01.00 dini hari, dan dampaknya mereka pergi kerja keladang lebih siang dari sebelumnya, sehingga berdampak pada hasil kinerja petani. Dari contoh argumen diatas tentunya memiliki korelasi dengan model generasi digital pada era melenia ini.Sebagai contoh tertama dikalangan remaja. Penggunaan internet terutama penggunaan game online pada anak dan kalangan remaja, hal ini dapat berdampak buruk, mulai dari pola gaya hidup sampai dengan cara pandang hidup, yang dapat berakibatkan kemerosotan nilai sikap anak dan tersebut. a. Perkembangan Teknologi Perkembngan teknologi pada era gelobalisasi ini semakin pesat dan tidak dapat terbendung, baik tua maupun muda, semua seakan-akan dituntut untuk mengikuti tren yang ada sekarang ini. Ini semua dikarenakan, semua lapisan masyarakat akan menuju kearah masyarakat informasi. Dampak perkembangan teknologi, tidak melihat norma, adat, budaya, dan agama, karena semua dipandang rata oleh teknologi komunikasi. Terbesit sebuah pertanyaan, siapkah masyrakat kita mengahdapi gelombang perkembangan teknologi.?Pertanyaan ini hampir senada dengan pertanyaan pada era televisi prabola masuk kepedesaan tanah Gayo23. Menghadapi perkembangan teknologi, pada dasarnya masyarakat harus dibarengi dengan jiwa dan rasa semnagat membaca, agar tidak terjadi ketupang tindihan dalam menyerapan informsi yang diterima masyarakat. Berbeda dengan pola negara-negara 22 Jalaluddin Rahkmat, Catatan kang jalal, (Bandung: Rosda), 1997, h, 26 Tabloit Telangke, KGAT-SU, ( Medan: Keluarga Gayo Aceh Tengah ), 1996, h,- 23 69 industri atau negara-negara maju, sebelum mesuk pada arena perkembangan teknologi informasi, masyarakatnya disuguhkan dengan media surat kabar, yang merangsang masyarakatnya untuk gemar membaca. Masyarakat pada negara-negara maju yang telah disuguhi dengan media surat kabar sekaligus menciptakan nuansa membaca sebagai kebutuahan, maka mssuklah radio yang berkembang menjadi radio picture atau dikenal dengan televisi dan seterusnya pada era digitalisasi sekarang ini. Lagi-lagi yang menjadi pertanyaan kita, apakah masyarakat Indonesia telah melewati fase-fase yang dihadapi negara-negara maju sebelumnya.?Tentu itu semua menjadi pekerjaan rumah bagi orang tua dan generasi berikutnya dalam mengahadapi perkembangan teknologi komunikasi berikutnya. Bagaimana masyarakat kita bisa siap menghadapi teknologi komunikasi diera digitalisasi ini,?Tentu solusinya, dengan diringi nilai-nilai dakwah swcara unversal tertuama yang berkenaan dengan konten-konten yang ada pada media sekarang ini. Kita sadar, perkembaagan teknologi informasi pada dunia digitalisasi sekarang ini menjadi sebuah dilema tersendiri dalam mengadapinya, hal ini diakibatkan jauh sebelumnya masyarakat kita memiliki minat baca yang kurang, sehingga segala informasi yang diterimanya dianggap sebagai lumrah dalam mengakses konten-konten yang ada, tentu dari segi aksiologi dianggap belum siap mengehadapi era digitalisasi, akan tetapi disampaing itu, sudah saatnya masyarakat indonesia menjadi menjuju kearah masyarakat informaif, dengan cara dapat mengaakses segala informasi yang bijak sesuai dengan kebutuhan dan norma-norma nilai agama. Perkembangan teknologi komunikasi dalam menyerap informasi yang ada tanpa dibarengi dengan penyaringan yang mapan maka akan timbul aktualisasi informasi yang buruk bagi komunikan dan berdampak pada tindakan, sikap dikarenakan stimulasi organism respon salah menganalisa pesan atau disebut dengan SOR. Seorang pakar psikolog mengatakan, orang tua sekarang banyak memberikan prangkat IT kepada anaknya, terutama pada anak usia sekolah. Sebagian orang, memberikan anaknya prangkat IT, dianggap sebagai solusi atau altrenatif yang praktis dalam menghadapi kenakalan anak, berharap dengan prangkat IT anak bisa tenang dan tidak nakal, padahal dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik sesuatu yang salah. 70 Dampak IT terhadap tumbuh kembang anak, dapat berpengaruh pada aspek kecerdasan dan perkembangan, mental, sosial dan emosional, seperti anak akan menjadi egois tanpa memperdulikan keadaan sosial sekitar. Kita masih ingat, terutama pada era tahun 1990an, perkembangan anak pada era itu tidak terlepas dari film, termasuk film yang beradegankan kekerasan, maka perkembangan mental, sosial dan emosional banyak sedikitnya akan dipengarui dari refleksi film yang ditonton, sekarang bagaimana dengan anak sekarag telah telah disuguhi dengan hiruk pikuk dunia digital yang berbentuk IT.? Tentunya sangat mempengaruhi mental mereka kedepan terlebih-lebih tanpa disuguhi dengan konten-konten dakwah. Penulis pernah mengadakan pengamatan dibeberapa tempat warnet khususnya di kota Medan. Pengamatan yang dilakukan oleh penulis terutama pada malam hari, banyaknya warnet yang buka sampai 24 jam memiliki pelanggan yang berpariasi mulai dari mencari informasi, pendidikan, hiburan dan lain sebagainya. Rata-rata pelanggan yang bermain diwarnet sejauh pengamatan penulis terutama diatas pukul 22.00 keatas lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain game, terutama game online sampai dengan pukul 05.00 dini hari. Melihat dari suasana game yang dimaikan oleh pelanggan warung internet, kebanyakan game yang barbaur dengan nilai-nilai kekerasan, seperti suasana perang di timur tengah. Sadar atau tidak dengan fenomena diatas, dirasakan kedepan akan mengubah cara pandang generasi muda terhadap dunia timur tengah yang memiliki catatan latar belakang dunia muslim, seakan dunia timur tengh harus perangi dengan media game. Pada aspek pola gaya hidup yang dilakukan oleh remaja diatas, tentunya tidak baik bagi kesehatan mereka termasuk pada ekonomi, banyak waktu yang tersita, mengabaikan waktu shalat danlain sebagainya. Hal ini perlu penataan ulang khususnya bagi izin yang mendirikan usaha warnet. Pada era 2000-an, warnet menjadi tempat yang menakutkan khususnya bagi kaum ibu-ibu, karena khawatir akan pengaruh dunia maya terhadap perilaku anaknya setelah mengakses informasi dari berbagai konten yang disajikan dalam dunia maya tersebut. Hal ini disebabkan masih minimnya pengetahuan dan informasi serta nilai-nilai keislaman didunia maya tersebut. 71 b. Masyarakat Cyber Masyarakat Cyber atau disebut dengan cyber community, adalah suatu kelompok dari kumpulan masyarakat yang saling berinteraksi melalui dunia maya dan memilki oreantasi tertentu, memiliki aturan tersendiri, dilakukan secara sadar dan mengakui bagian dari anggota tersebut. perkembangan teknologi, sdar tidak sadar menciptakan menciptakan masyarakat lokal, menjadi bgian dari masyarakat global. Dunia dijadikan ibarat bola kecil yang sangat dekat serta dapat dilihat dengan tembus pendang, baik tingkat informasi, transportasi yang sekaligus mengubah pradaban umat. Dalam dunia maya, seakan-akan dunia seperti desa yang besar (the big village)24, yang mana bila suatu desa memiliki kelompok masyarakat yang ramah, saling kenal, hal demikian dengan cyber community. Cyber community atau masyarakat cyber, yang dikenal dengan masyarakat maya yakni menggambarkan intraksi masyarakat dalam kehidupan sehar-hari dengan menggunakan media digital, tanpa langsung bersentuhan dengan indra manusia, akan tetapi dapat dirasakan dan disaksikan dengan nyata. Masyarakat cyber tidak menutup kemungkinan akan memiliki struktur baik dalam dunia maya maupun dunia nyata, hal ini bagian dari bentuk kontrol sosial dalam dunia cyber khususnya, sehingga perlu penanaman nilai dakwah dalam menyampaikan pesanpesan keislaman dalam masyarakat cyber. Dalam proses intraksi masyarakat cyber dapat melalui browwsing, chatting, search, meskinpun hanya sekejab, disisi lain proses intraksi masyarakat cyber ada dengan janga panjang yang sangat lama, seakan-akan intraksi dunuia maya menjelma menjadi kebutuhan sehari-hari, seperti masyarakat pengguna internet yang setiap saat stand by depan monitor, baik sekedar bergaul, menegur sapa, bercinta, bisnis, bahkan sampai berbuat keriminal sekalipun. Bentuk alamat rumah masyarakat cyber yakni dengan adanya email, website, provider, yang menjadi situs halaman rumah mereka, sebagai alamat kontak intraksi sesama masyarakat cyber, hal ini perlu diimbangi dengan provider-provider konten dakwah islami sebagai media penyalur pesan keislaman dalam masyarakat cyber. 24 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana), 2008, h, 179 72 E. Dakwah dan Digitalisasi Era Perkembangan teknologi dakwah dan digitalisasi harus memiliki keterpaduan yang sama agar dakwah dapat berperan menjadi penyeimbang dalam menanggulangi fenomena dan dinamika masyarakat, khususnya masyarakat cyber. Dakwah dan digitalisasi, yang mana prangkat digital bagi kalangan masyarakat postmodren, era digital dianggap sebagai inovasi, gaya hidup dan dianggap sebagai alternatif dalam pendukung kinerja masyarakat. Akan tetapi sebagai umat mslim perlu adanya peran dakwah sebagai penyeimbang dalam memberikan solusi dalam kehidupan umat yang diserta padukan dengan prangkat digital, agar menjadi media yang praktis dalam mencari solusi hidup dengan menggunakan dakwah dalam sarana prangkat digital. a. Teknologi Media dan Dakwah Teknologi sebagai media dakwah pada dasarnya sudah menjadi kearifan ulamaulama terdahulu dalam menyebarkan islam, hal ini disesuaikan dengan porsi zaman, waktu dan masanya, agar pesan dakwah dapat lebih efektif dan efesien diterima oleh masyarakat setempat. Media teknologi yang digunakan oleh ulama terdahulu dapat dikatakan teknologi tepat guna sehingga memudahkan umat untuk memahami pesan yang disampaikan oleh ulama tersebut, seperti teknologi yang sesuai dengan kearifan lokal masyarakat setempat, seperti menggunakan wayang, alat musik tradisional yang mana pada masa itu dianggap sebagai teknologi media dakwah. Seiring perkembangan teknologi media dakwah pada era digitalisasi sekarang ini, secara terpaksa menuntut para da’i agar berpacu dalam menselaraskan dinamisasi hidup dalam perkembangan teknologi dewasa ini. Sehingga da’i sebagai komunikator, yang menyampaikan peasa-pesan nilai keislama diharapkan untuk tidak gagap akan teknologi, melainkan teknologi sebagai media yang berpeluang untuk berdakwah. Perkembangan teknologi digital dalam aplikasi cyber dikehidupan umat,memiliki berbagai macam varian lainya, salah satu contoh diantaranya yang dilakukan oleh 73 pemerintah dlam mengawasi anggota kabinetnya yakni dalam bentuk varian E-goverment, yakni seorang pimpinan dapat mengawasi bawahanya tanpa harus bertemu nyata. Demikian juga dalam dunia perdagangan, yakni menggunakan varian E-commerce, dengan cara ini memudahkan transaksi jarak jauh tanpa harus bertemu secara fisik mengingat akan waktu dan beban biaya lainya. Hal senada juga dengan pendapat penulis, berharap akan hadirnya bentuk varian aplikasi digital dalam dunia cyber dengan bentuk varian E-dakwah yang berisi nilai-nilai religius dan mudah dipahami, sehingga memudahkan umat untuk berintraksi dan mencari segala informasi tentang dunia keislaman. b. Membangun umat melalui Multimedia Islami Kita masih ingat pada era tahun 1990 sampai tahuan 2000an khususnya di negara indonesia sangat dikenal dengan era komputerisasi, yang mana segala kegiatan yang dahulunya dilakukan dengan mesin ketik, secara perlahan digantikan dengan tenaga komputer, sehingga proses era komputerisasi berjalan dengan cepat. Seiring dengan perkembangan multimedia, komupter menunjukan perkembanganya yang melebihi dari ambang batas, yakni penggambungan radio, komputer, televisi dan telepon menjadi satu kesatuan jaringan yang disebut dengan internet, disini dunia akrab disebut-sebut dengan, era global, digital dan era masyarakat informasi. Pada era digital sekarang ini, peluang kegunaan dari multimedia sebenarnya dapat digunakan untuk pembangunan umat, bila digunakan dengan penerapan islami.Multimedia dapat digabungkan dengan jaringan internet, maka dapat menjadi alat yang menarik untuk menyebarluaskan ilmu dan informasi, termasuk ilmu-ilmu agama dan dakwah. Islam tidak melarang umatnya untuk memanfaatkan teknologi modren termasuk teknologi multimedia untuk kepentingan komunikasi dan penyiaran nilai-nilai aqidah dan syariah islam. Multimedia dapat dimanfaatkan sebagai alat penting, menyimpan, dan menyebarluaskan informasi yang bermanfaat bagi pembangunan umat25. 25 Syukur kholil, Komunikasi Islam, (Bandung: Cipta Pustaka Media), 2007, h, 61 74 c. Manfaat multimedia bagi umat Menurut prof. Syukur kholil, multimedia merupakan senjata bermata dua yang dapat memberikan mamfaat besar juga dapat menimbulkan kemudharatan bagi pembangunan umat, tergantung cara dan tujuan penggunaannya. Multimedia akan memberi manfaat bila digunakan untuk mensyiarkan nilai-nilai islam dalam amar ma’ruf nahi mungkar (dakwah). Menurut beliau, penyebaran dakwah sangat baik dilakukan dengan multimedia. Dewasa ini dihalaman web yahoo, pada tahun 2000 terdapat 702 situs web yang membicarakan islam, akan tetapi ditambahkan beliau, sementara ini dipandang belum cukup untuk memenuhi kebutuhan umat islam, khususnya diasia tenggara. Oleh karean itu, menurut analisis penulis, para da’i hendakanya berpacu dengan laju untuk berdakwah khususnya dengan prangkat dunia maya, hal ini dirasakan memiliki nilai tambah pada masyarakat khususnya pada generasi diera digital yang semakin berkembang setiap saat. Fenomene dinamika sekarang dapat dirasakan dampak positif berdakwah melalui multimedia internet, seperti halnya sekarang ini, dakwah mengenai trend model hijab, khususnya dikalangan remaja. Treend hijab pada remaja dimenutupkemungkinan pengaruh tempakan pesan dari arus multimedia islami. Melalui multimedia islami dengan menggunakan jaringan internet, para pengguna dapat berkomunikasi langsung dengan ulama secara intraktif melalui IRC ( Internet Relay Chat), News group, dan E-mail26 . disamping itu multimedia, selain memberikan informasi keislaman, dapat juga sebagai hiburan yang bernafaskan islam. Sekarang ini tidak sedikit para teknisi islam menciptaka perangkat yang beredukasikan nilai-nilai islam serta hiburan bernapaskan keislaman, sebagai contoh permainan game yang baru-baru ini syarat akan pesan syariat, smart phone yang berisikan konten-konten keislaman, sehingga generasi muda tertarik untuk mendengar dan menyaksikan hiburan (entertaiment) bernafaskan Islami. Dengan era digitalisasi sekarang ini, masyarakat telah menikmati atau memamfaatkan informasi yang telah diakses dari internet, hal ini disebabkan karena 26 Syukur kholi,,h, 72 75 informasi yang dimaksud dapat menudukung pekerjaan baik sebagai siswa maupun sebagai masyarakat biasa, di samping itu juga dapat menambah pengetahuan masyarakat diberbagai bidang ilmu pengetahuan umum, sosial dan agama27. KESIMPULAN Saatnya era digital masuk kedalam kehidupan masyarakat Indonesia, agar dapat berpacu dengan semangat. Dengan adanaya digitalisasi maka dengan cepat masyarakat Indonesia dapat mengakses informasi pembangunan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia. Perlahan tapi pasti, seiring tingginya penggunaan TIK dalam kehidupan sehari-hari maka, rakyat Indonesia dapat menjadi pelopor dalam pembangunan informatika dan komunikasi di negara-nagara maju. Fenomena yang terjadi, tidak terlepas juga dengan dunia dakwah di Indonesia, semua harus berubah sesuai zaman teknologi, maka dari utu para da’i dan dai’iah Indonesia di tuntun untuk menguasai teknologi komunikasi terutama dalam bentuk digital, dengan tujuan agar informasi dalam dunia Islam masih terpatri dihati masyarakat. 27 Ali Murtadha, Kesiapan Masyarakat Desa Menyonsong Teknologi Informasi di Kab. Labuhan Batu, ( Medan : BBPPKI ), 2010, h, 373. 76 DAFTAR PUSTAKA Ali Murtadha, Kesiapan Masyarakat Desa Menyonsong Teknologi Informasi di Kab. Labuhan Batu, Medan : BBPPKI, 2010. Ardianto, Elvinaro, Komunikasi Massa, Bandung: Simbiosa Rakatam Media, 2009. Blommberg Indonesia, Juli 2015 Bungin Burhan, Sosiologi Komunikasi, Jakarta: kencana, 2008. Effendi,Onong Uchjana Komunikasi Teori Dan Praktek, Bandung: Rosda Karya.2005. Kholil Syukur, Komunikasi Islam, Bandung: Cipta Pustaka Media, 2007. Kitley, Philip, Kontruksi Budaya Bangs Di Layar Kaca, Jakarta: Institute Arus Informasi, 2001. Majeed, Abubakar Abdul, Multimedia Dan Islam, Kuala Lumpur: Institute Kepahaman Malasyia, 2000. Neil, Muhammad, Pemeriksaan Alat Bukti Digital Dalam Peruses Pembuktian, Medan: Kominfo, 2012. Rahkmat Jalaluddin, Catatan kang jalal, Bandung: Rosda, 1997. Sananta, Septiawan, Jurnalisme Kontenporeri, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005. Sen, Krishna, Media, Budaya, Dan Politik Di Indonesia, Jakarta: Institute Study Arus Informasi, 2001. Telangke Tabloit, KGAT-SU, Medan: Keluarga Gayo Aceh Tengah, 1996. 77 BIAYA KOMUNIKATOR POLITIK DI PILKADA SERENTAK Jupendri [email protected] Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Riau ABSTRAK Besarnya biaya politik harus membuat komunikator politik menggambarkan dan bepikir bahwa untuk menjadi kepala daerah harus orang yang kaya atau orang-orang yang punya modal. Kondisi ini tidak konsisten dengan semangat demokrasi yang membuka ruang kebebasan dan kesetaraan. Untuk meminimalkan biaya komunikator politik dalam mengikuti pemilu, pemerintah telah membuat kebijakan pembiayaan pengaturan dan pembatasan dana kampanye. Pemerintah menanggung sebagian kampanye yang sebelumnya ditanggung oleh komunikator politik. Namun, dalam kenyataannya tidak mengurangi secara signifikan biaya komunikator politik. Karena itu, komunikator politik yang muncul pada pemilu simultan masih didominasi oleh orang-orang kaya yang kualitas dan integritas dipertanyakan. Kata Kunci : komunikator, Biaya politik, komunikator politik, demokrasi ABSTRACT The amount of political costs should release political communicator illustrates that in order to become head of the region must necessarily rich people or people who support capital. This condition is not consistent with the spirit of democracy that opens a space of freedom and equality. To minimize the cost of political communicator in following the elections, the government has made a policy of financing arrangements and restrictions on campaign funds. Governments bear some campaigns that were previously borne by political communicator. However, in reality not reduce significantly the costs of political communicator. Because of that, Political communicator who appears on simultaneous elections are still dominated by rich people that quality and integrity are questionable. Keywords: Communicator, Political Costs, Political Communicators, democracy 78 PENDAHULUAN Komunikator politik merupakan orang-orang yang melakukan komunikasi politik (penyampaian pesan politik) kepada orang lain dengan menimbulkan konsekuensi politik. Orang-orang yang melakukan komunikasi tersebut dikenal dengan sebutan aktor politik. Menurut Eko Harry Susanto (2010:20), aktor politik ada tiga yaitu politikus, profesional dan aktivis. Politikus adalah orang-orang yang mencari pengaruh politik, memiliki posisi didalam atau diluar jabatan pemerintah. Profesional adalah orang-orang yang memiliki kemampuan dan keterampilan untuk mengendalikan serta mempengaruhi khalayak. Aktivis adalah orang-orang yang dapat dipercaya dan mempunyai kredebilitas tinggi di lingkungannya. Keberadaan aktor politik ini dapat dilihat pada proses pemilihan pemimpin bangsa, seperti Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Kepala Daerah adalah Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota. Proses pemilihannya dilakukan melalui suatu pemilihan yang dikenal dengan istilah Pilkada. Sejak lahirnya era reformasi 1998, sistem pemilihan Kepala Daerah mengalami perubahan ke arah yang lebih demokratis. Salah satu indikatornya adalah dengan dibukanya ruang kebebasan (liberty) dan persamaan (equality) setiap warga negara dalam menentukan pemimpinnya. Secara historis sistem pemilihan Kepala Daerah telah dilakukan dengan berbagai mekanisme. Di era orde baru mekanismenya melalui pemilihan 3 (tiga) orang calon oleh DPRD, kemudian diajukan kepada Presiden untuk pemilihan Gubernur dan kepada Menteri Dalam Negeri untuk pemilihan Bupati dan Walikota. Kemudian di awal era reformasi, mekanisme pemilihan Kepala Daerah dilakukan melalui perwakilan atau DPRD, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Selanjutnya, mekanisme melalui perwakilan diganti dengan pemilihan secara langsung oleh masyarakat. Perubahan mekanisme ini terjadi pada tanggal 15 oktober tahun 2004, ketika Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang memuat ketentuan tentang pemilihan Kepala Daerah lansung ditandatangani oleh Presiden Megawati Sukarno Puteri. Kemudian penjabarannya pada Peraturan Pemerintah nomor 6 tahun 2005 mengenai pemilihan, pengesahan, pengangkatan dan pemberhentian Kepala 79 Daerah dan Wakil Kepala Daerah ditetapkan pada tanggal 11 februari 2005 oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono. Mekanisme pemilihan langsung dianggap publik lebih demokratis dibandingkan secara perwakilan, karena dilibatkan secara langsung untuk menentukan pemimpinnya. Sistem ini telah membangkitkan semangat untuk mendemokratisasikan kehidupan bernegara. Selain itu, harapannya melalui mekanisme ini dapat menghindarkan praksis politik daerah dari praktek politik uang. Calon Kepala Daerah akan mengalami kesulitan untuk ‘membeli suara’ masyarakat yang jumlahnya banyak. Sedangkan melalui mekanisme perwakilan sangat memungkinkan ‘pembelian suara’ kepada wakil rakyat yang jumlahnya relatif sedikit. Dalam realitasnya, apa yang menjadi harapan dari pelaksanaan sistem pemilihan langsung tersebut belumlah terwujud. Praktek politik uang tetap saja terjadi dan semakin terbuka. Biaya penyelenggaraan Pilkada yang tinggi dan besarnya biaya yang dikeluarkan oleh komunikator politik (pasangan calon). Kondisi ini membuat Pemerintah melakukan perubahan regulasi, maka disahkanlah Undang-Undang nomor 8 tahun 2015 tentang Perubahan atas undang-undang nomor 1 tahun 2015 tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti undang-undang nomor 1 tahun 2014 tentang pemilihan gubernur, bupati, dan walikota menjadi undang-undang. Dalam undang-undang tersebut dimuat tentang penyelenggaraan Pilkada secara serentak dan penataan pengaturan kampanye. Keputusan ini sebagai upaya untuk meminimalisir biaya penyelenggaraan Pilkada dan biaya komunikator politik. Maka sebagai bentuk realisasinya, pada tahun 2015 dimulailah penyelenggaraan Pilkada secara serentak. Selain itu, juga dilakukan penataan dan pengaturan kampanye. Semua alat peraga kampanye, bahan kampanye, debat publik dan iklan di media massa tidak lagi menjadi tanggungjawab pasangan calon. Akan tetapi ditanggung atau disediakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Kebijakan Pemerintah ini mendapat sambutan positif dari masyarakat. Rahmat Hollyson MZ dan Sri Sundari menyebutkan dalam bukunya tentang ‘PILKADA; Penuh Euforia, Miskin Makna’ (2015:118), bahwa penyelenggaraan Pilkada secara serentak dengan sendirinya akan mampu mengurangi biaya penyelenggaraan dan biaya politik pasangan calon dalam pemilihan. 80 Namun kenyataannya, biaya penyelenggaraan Pilkada serentak justru lebih mahal dari Pilkada sebelumnya. Hal ini sebagaimana dikatakan Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo bahwa biaya Pilkada serentak justru lebih tinggi dari Pilkada sebelumnya. Pilkada serentak tahun 2015 yang lalu menghabiskan biaya lebih kurang Rp7 triliun, sedangkan biaya Pilkada sebelumnya sekitar Rp 4 triliun (http://pekanbaru.tribunnews.com, diunduh 17 Juni 2016). Portal media online (http://print.kompas.com, diunduh 17 Juni 2016) memuat adanya peningkatan biaya penyelenggaraan Pilkada di berbagai daerah. Di Kalimantan Tengah, biaya Pilkada serentak tahun 2015 mencapai Rp 126 miliar, sedangkan biaya Pilkada sebelumnya sebesar Rp 70 miliar. Di Sulawesi Utara, biaya Pilkada serentak mencapai Rp 105 miliar, sedangkan biaya Pilkada sebelumnya sebesar Rp 90 miliar. Begitu juga dengan biaya komunikator politik yang dalam hal ini adalah pasangan calon Kepala Daerah. Meskipun KPU menyediakan alat peraga kampanye, bahan kampanye, debat publik dan iklan di media massa, akan tetapi pasangan calon tetap saja memerlukan biaya yang besar. Mulai dari penentuan partai politik pengusung, sosialisasi untuk membentuk dan meningkatkan popularitas, dan pembentukan tim sukses pengumpulan KTP atau dukungan masyarakat bila menggunakan jalur perseorangan (independent), serta pengeluaran lainnya. Untuk membentuk dan meningkatkan popularitas, para bakal pasangan calon melakukan sosialisasi melalui berbagai kegiatan dan penggunaan media yang beragam diantaranya, melakukan sosialisasi (kampanye) terbuka, pemasangan baliho, spanduk, iklan, kegiatan jalan santai, pertemuan tertutup, pemberian bantuan seperti sarung dan poster, dan kegiatan lainnya. Di Kota Semarang-Jawa Tengah, bakal calon Walikota melakukan kampanye terbuka, memasang baliho dan poster (https://m.tempo.co, dikutip 17 Juni 2016). Di Kabupaten Paser- Kalimanta Timur, bakal calon Bupati mengadakan kegiatan jalan sehat dan pemberian kupon yang memuat visi, misi bakal calon (http://helloborneo.com, dikutip 17 Juni 2016). Di Kabupaten Banyuwangi-Jawa Timur, bakal calon Bupati memasang 120 baliho dan 5000 poster di jalanan kota dan desa (https://m.tempo.co, dikutip 17 Juni 2016). Kemudian, di Kabupaten Indragiri Hulu-Riau, bakal calon Bupati mengadakan pertemuan 81 terbatas dan pembagian sarung songket serta stiker (http://portalriau.com, dikutip 17 Juni 2016). Besarnya biaya yang harus dikeluarkannya pasangan calon memberikan gambaran bahwa untuk dapat mencalonkan diri sebagai Kepala Daerah mestilah orang kaya (orang yang beruang) atau orang yang memperoleh dukungan uang. Mahalnya biaya politik yang harus dikeluarkan pasangan calon menyebabkan munculnya upaya pengembalian biaya politik secara illegal (korupsi) setelah terpilih nantinya. Besarnya biaya yang dikeluarkan komunikator politik (pasangan calon) menjadi menarik untuk diangkat sebagai tulisan seiring dengan semangat demokratisasi untuk memperoleh pemimpin yang berkualitas dan berintegritas (bebas korupsi). Berdasarkan permasalahan diatas, penulis ingin mengulas secara teoritis mengenai apa dan mengapa biaya komunikator politik masih tinggi di Pilkada serentak. PEMBAHASAN Pemilihan Kepala Daerah secara langsung menimbulkan beberapa permasalahan diantaranya biaya politik pasangan calon (komunikator politik) yang besar. Hal ini pulalah menyebabkan Pemerintah sempat mengembalikan sistem pemilihan langsung kepada perwakilan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang nomor 22 tahun 2014. Pemberlakukan kembali sistem pemilihan secara perwakilan didasari atas evaluasi penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah secara langsung. Biaya yang harus dikeluarkan Negara dan pasangan calon untuk menyelenggarakan dan mengikuti pemilihan sangat besar, adanya potensi peningkatan korupsi, penurunan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan, peningkatan eskalasi konflik dan penurunan partisipasi pemilih. Namun publik menolak sistem pemilihan secara perwakilan, sehingga Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) nomor 1 tahun 2014 yang mengembalikan sistem pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota secara langsung. Perppu tersebut kemudian ditetapkan menjadi Undang-Undang nomor 1 tahun 2015 dan mengalami perubahan menjadi Undang-Undang nomor 8 tahun 2015. Perubahan ini dilakukan sebagai upaya mengantisipasi permasalahan yang timbul pada pelaksanaan Pilkada langsung sebelumnya. Oleh sebab itu, dimuatlah ketentuan yang mengkedepankan 82 prinsip keadilan, kesetaraan, akuntabilitas dan transparansi. Sehingga akan mampu menciptakan kesempatan yang sama diantara pasangan calon dalam berkompetisi serta mengharuskan bersikap terbuka terhadap semua proses pengelolaan dana kampanye. Pada Pilkada langsung sebelumnya, sistem pemilihan membuka kesempatan yang luas bagi para kontestan dalam persaingan memperebut suara rakyat. Para pasangan calon saling menunjukkan kekuatan politik yang dimiliki, jaringan politik, sumber daya dan kepemilikan modal (uang). Sebagai konsekuensinya, akan ada pasangan calon yang ‘menguasai’ penggunaan media kampanye karena memiliki pembiayaan yang cukup. Sehingga, persaingan terlihat menjadi tidak seimbang dan transparan. Kemudian, setelah ditetapkan Undang-Undang nomor 8 tahun 2015, persaingan antara pasangan calon diharapkan menjadi seimbang dan transparan. Karena dalam regulasi tersebut telah atur sedemikian rupa pembiayaan dan pembatasan dana kampanye pasangan calon. Kebijakan Pemerintah untuk mengatur pembiayaan dan pembatasan dana kampanye bukan berarti penerapan sistem demokrasi pada Pemilihan Kepala Daerah terlepas dari keberadaan uang sebagai pembiayaan politik. Ruslan Ismail Mage (2013:5) mengatakan, uang dan politik tidak dapat dipisahkan dalam sistem demokrasi. Siapa saja individu atau kelompok yang berminat memasuki bursa demokrasi harus menyiapkan uang atau modal. Meskipun demikian, uang bukanlah segala-galanya atau satu-satunya yang menentukan. Kepemilikan uang tidak menjamin pasangan calon dapat membeli komunikasi politik yang baik atau efektif. Justru efektivitas komunikasi politik pasangan calon dapat dilakukan melalui kegiatan atau kampanye yang bersifat inovasi dan kreativitas (McNair, 2015:57). Selain pengaturan pembiayaan dan pembatasan dana kampanye, Pemerintah juga membuat kebijakan penyelenggaraan Pilkada langsung dilakukan secara serentak diseluruh Indonesia. Maka pada tahun 2015 yang lalu diselenggarakan Pilkada serentak yang diikuti oleh 9 Provinsi, 36 Kota, dan 224 Kabupaten. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir biaya politik pasangan calon dan biaya penyelenggaraannya. Bilamana melihat dan menganalisa Pilkada serentak tahun 2015 yang lalu, maka dapat diketahui bahwa biaya penyelenggaraan justru lebih mahal sebagaimana dikatakan Menteri 83 Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo. Sedangkan biaya politik yang harus dikeluarkan pasangan calon masih tinggi. Hal ini dapat dilihat dari jenis-jenis pengeluaran yang harus dilakukan pasangan calon. Apa saja biaya politik yang harus dikeluarkan komunikator politik (pasangan calon) di Pilkada serentak? Kemudian, Mengapa masih tinggi biaya yang harus dikeluarkan komunikator politik di Pilkada Serentak? Dua pertanyaan tersebut yang akan dijawab dalam tulisan ini. Untuk mengawalinya, penulis terlebih dahulu menjelaskan makna biaya politik, komunikator politik dan Pilkada serentak. Menurut Lia Wulandari (Peneliti Perludem, 2014), biaya politik adalah segala bentuk pengeluaran, pembayaran, distribusi, pinjaman, deposit maupun pemberian uang atau barang berharga, dengan tujuan untuk memberikan dalam proses pemilihan umum atau bertujuan untuk membantu mempromosikan seorang kandidat atau partai politik untuk memenangkan suatu pemilihan umum (http://www.academia.edu, diunduh 30 Juni 2016). Komunikasi politik adalah segala bentuk komunikasi baik verbal (pernyataan lisan dan tulisan) maupun non verbal (sarana pemaknaan visual dan desain logo) yang dilakukan oleh politisi dan pelaku politik lainnya guna mencapai tujuan tertentu (Mc Nair, 2015:4). Orang yang melakukan komunikasi politik disebut sebagai komunikator politik. Pada tulisan ini, komunikator politik yang dimaksud adalah pasangan calon Kepala Daerah. Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) adalah istilah yang digunakan masyarakat umum untuk pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota. Dalam Undang-Undang nomor 8 tahun 2015, istilah yang digunakan adalah pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota yaitu pelaksanaan kedaulatan rakyat di wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk memilih Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota secara langsung dan demokratis. Untuk dapat mengikuti pemilihan tersebut, pasangan calon ‘harus’ menyiapkan biaya politik. Biaya ini digunakan untuk kegiatan sosialisasi, pemenuhan kebutuhan perlengkapan dan peralatan mulai dari persiapan pencalonan, masa kampanye, pemungutan suara (biaya saksi), sengketa Pilkada jika ada dan syukuran pemenangan bila terpilih sebagai Kepala Daerah. Biaya politik menjadi faktor yang sangat penting dimiliki oleh setiap komunikator politik untuk berkompetisi dalam suatu pemilihan. Meskipun demikian, biaya politik 84 bukanlah satu-satunya persyaratan mutlak bagi seorang komunikator politik. Mengutip pendapat Ruslan Ismail Mage (2013:12) tentang persyaratan seorang calon legislatif dalam bukunya Berpolitik Dengan Biaya Murah, maka bagi pasangan calon Kepala Daerah juga berlaku hal yang sama. Ada 6 (enam) kriteria atau modal yang harus dimiliki pasangan calon Kepala Daerah untuk mengikuti suatu pemilihan yaitu popularitas, elektabilitas, moralitas dan integritas, dana kampanye, partai politik, dan tim sukses. Berdasarkan 6 (enam) kriteria diatas, hanya ada satu kriteria yaitu dana kampanye yang secara langsung menyebutkan adanya kebutuhan biaya atau uang. Sedangkan lima kriteria lainnya tidak secara langsung memerlukan pembiayaan. Akan tetapi, untuk mewujudkan tetap saja membutuhkan atau memerlukan biaya. Pertama, popularitas yaitu tingkat pengenalan masyarakat pada pasangan calon. Untuk dapat membentuk dan meningkatkan popularitas, pasangan calon harus melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Bentuk sosialisasi dapat dilakukan dengan memperkenalkan diri datang langsung kepada masyarakat dan atau menggunakan media seperti televisi, radio, surat kabar, baliho, spanduk, reklame, poster, media online dan lain lain. Untuk datang langsung kepada masyarakat, pasangan calon tidak mungkin datang tanpa mengeluarkan biaya. Paling tidak ada biaya pertemuan berupa sewa tempat, makanan dan minuman, spanduk kegiatan dan pemberian bantuan (bila ada). Begitu juga halnya, jika sosialisasi menggunakan media. Para pasangan calon harus menyediakan uang untuk biaya pemasangan iklan di media massa; pembuatan dan pemasangan baliho, spanduk, poster; biaya operator media online seperti facebook, whatsapp, twitter, dan lain-lain. Setelah kegiatan sosialisasi dilaksanakan, kegiatan berikutnya adalah melakukan survei untuk mengetahui tingkat popularitas pasangan calon. Semua kegiatan tersebut mulai dari sosialisasi sampai kepada survei memerlukan biaya dari pasangan calon. Kedua, elektabilitas yaitu tingkat keinginan masyarakat untuk memilih pasangan calon. Untuk dapat membentuk dan meningkatkannya tidak jauh berbeda dengan popularitas. Hanya saja, Pasangan calon harus lebih intens berkomunikasi (bersosialisasi) dengan masyarakat. Sebab target yang diinginkan tidak sekedar dikenal, namun disukai dan diingikan oleh masyarakat. Oleh karena itu, para pasangan calon harus melakukan kegiatan yang dapat menyentuh perasaan dan emosi masyarakat. Untuk kegiatan ini, banyak para 85 pasangan calon melakukan politik uang (money politic) atau pemberian barang dan jasa kepada masyarakat (politik transaksional). Hasil penelitian tim Polhukam tahun 2007 juga menyebutkan bahwa dalam pilkada langsung siapa yang berduit, maka dia sanggup membeli suara masyarakat (Agustino, 2009:127). Kondisi ini menunjukkan adanya upaya pembelian suara (politik uang) masyarakat oleh pasangan calon. Selanjutnya sebagaimana halnya dengan popularitas, pasangan calon juga harus melakukan penelitian melalui survei untuk mengetahui tingkat elektabilitas. Kegiatan survei bisa juga dilakukan bersamaan dengan survei popularitas dalam rangka untuk meminimalisir pengeluaran. Ketiga, Moralitas dan Integritas pasangan calon. Moralitas adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang menunjukkan bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk (http://joy-dedicated.blogspot.co.id, diunduh 1 Juli 2016). Sedangkan, integritas adalah kejujuran dan kebenaran dari tindakan seseorang. Moralitas dan integritas pasangan calon terlihat pada prilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, tidak jarang pasangan calon berprilaku baik disaat ingin maju sebagai Kepala Daerah. Untuk berprilaku baik, banyak pasangan calon yang merubah sikap dan prilaku menjadi lebih baik. Meskipun tidak semua pasangan calon, sebab masih ada pasangan calon yang memang memiliki sikap dan prilaku yang baik. Beberapa cara yang dilakukan pasangan calon merubah sikap dan prilakunya dengan merubah penampilan yang lebih relegius dan sederhana, bersikap ramah dan empati pada keadaan masyarakat, suka menolong atau ‘mendadak’ menjadi dermawan, serta banyak cara lainnya. Kesemuanya itu memerlukan biaya dalam mewujudkannya. Keempat, partai politik pengusung bilamana pasangan calon tidak maju melalui perseorangan (independen). Untuk mendapatkan partai politik, para pasangan calon harus menyiapkan biaya ‘pembelian perahu’ atau dikenal dengan istilah ‘mahar politik’. Menurut Rahmat Hollyson MZ dan Sri Sundari (2015:67) pasangan calon kepala daerah yang akan maju melalui partai politik harus menyiapkan ‘mahar’ bekisar 1 s/d 5 milyar untuk calon Bupati/Wakil Bupati dan Walikota/Wakil Walikota dan 5 s/d 15 milyar untuk calon Gubernur/Wakil Gubernur. 86 Kelima, Tim Sukses yaitu orang-orang yang berhimpun menjadi suatu organisasi pendukung pasangan calon dengan tujuan untuk membantu pasangan calon meraih dukungan masyarakat. Untuk menggerakkan tim sukses, pasangan calon harus menyediakan sarana dan prasarana termasuk juga imbalan (gaji). Dari paparan diatas menunjukkan betapa besarnya biaya politik yang dibutuhkan pasangan calon. Dedy Djamaluddin Malik dalam tulisannya tentang Pemilihan Langsung Presiden: Perspektif Budaya dan Komunikasi Politik juga menguraikan tentang dana politik. Menurutnya, kegiatan pencalonan selain membutuhkan waktu cukup lama, juga memerlukan dana yang tidak sedikit guna menyiapkan memobilisasi massa, termasuk media dan konsultan PR dan manajemen politik dalam kampanye (Malik, 1999:56). Kemudian Rahmat Hollyson MZ dan Sri Sundari (2015:65), mengatakan ada banyak kegiatan yang dilakukan pasangan calon memerlukan pembiayaan. Semua kegiatan dilakukan mulai dari bakal calon hingga selesainya Pilkada dilaksanakan. Kegiatankegiatan yang dimaksud sebagai berikut: 1. Pembelian partai politik (perahu) untuk partai pengusung yang digunakan sebagai persyaratan pendaftaran 2. Pengumpulan KTP atau dukungan, bila pasangan calon maju melalui perseorangan (independent). 3. Survei elektabilitas dan konsultan publik. Survei digunakan untuk mengetahui tingkat keterpilihan pasangan calon. Kemudian konsultan publik sebagai tenaga ahli dalam mendesain strategi kampanye atau pemenangan. 4. Kampanye terbuka, seperti rapat akbar dan pertemuan tertutup (terbatas). 5. Saksi ditempat pemungutan suara (TPS) 6. Pembuatan baliho dan spanduk sebagai media penyampai pesan 7. Pembelian atau pengadaan kemeja, kaos dan jaket kampanye 8. Atribut kampanye lainnya seperti kalender, gantungan kunci, mug dan lain-lain 9. Iklan di media cetak dan media elektronik 10. Operasional tim sukses/ relawan 11. Paket bantuan 12. Sengketa Pilkada serta biaya-biaya lainnya. Secara sistematis, biaya politik juga dapat dilihat dari tahapan penyelenggaraan Pilkada, sebab pelaksanaannya memerlukan pembiayaan. Undang-Undang nomor 8 tahun 87 2015 ada 10 (sepuluh) tahapan yang harus dilaksanakan pasangan calon. Namun tidak semua tahapan ‘mengharuskan’ pasangan calon mengeluarkan biaya. Tahapan berupa kegiatan yang berkaitan langsung dengan pasangan calon yang menimbulkan pembiayaan. Berikut tahapan-tahapan yang harus diketahui dan diikuti oleh pasangan calon, yaitu: 1. Pengumuman pendaftaran pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur untuk Provinsi, pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati untuk Kabupaten, serta pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota untuk Kota; 2. Pendaftaran pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur, pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati, serta pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota; 3. Penelitian persyaratan pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur, pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati, serta pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota; 4. Penetapan pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur, pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati, serta pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota; 5. Pelaksanaan Kampanye; 6. Pelaksanaan pemungutan suara; 7. Penghitungan suara dan rekapitulasi hasil penghitungan suara; 8. Penetapan calon terpilih; 9. Penyelesaian pelanggaran dan sengketa hasil Pemilihan; 10. Pengusulan pengesahan pengangkatan calon terpilih. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, bahwa tidak semua tahapan yang menyebabkan pasangan calon mengeluarkan pembiayaan. Dari sepuluh tahapan tersebut, ada 4 (empat) tahapan yang menyebabkan pasangan calon mengeluarkan pembiayaan yaitu: Pendaftaran pasangan calon; Pelaksanaan kampanye; Pemungutan dan penghitungan suara, rekapitulasi hasil perhitungan suara, serta penetapan calon terpilih; serta Penyelesaian pelanggaran dan sengketa hasil Pemilihan. 1. Pendaftaran pasangan calon. Sebelum melakukan pendaftaran, ada beberapa kegiatan yang dilakukan dengan berkonsekuensi adanya pembiayaan yaitu: a. Partai politik pengusung b. Pengumpulan Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau dukungan, bila melalui jalur perseorang (independent) c. Pembentukan Tim Sukses yang akan didaftarkan bersamaan dengan pendaftaran pasangan calon 88 d. Kegiatan mengantarkan pasangan calon mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum. Kegiatan ini selalu dilakukan dengan mobilisasi massa pendukung, penampilan kesenian dan bentuk kegiatan lainnya. 2. Pelaksanaan Kampanye. Sesuai dengan Undang-Undang nomor 8 tahun 2015 dan Peraturan KPU nomor 7 tahun 2015, kegiatan kampanye diatur dan dibatasi. Ada kampanye yang dilaksanakan oleh KPU dan ada pula yang dilaksanakan pasangan calon. Jenis kampanye yang dilaksanakan KPU yaitu: a. Debat publik atau debat terbuka antar pasangan calon b. Penyebaran bahan kampanye kepada umum c. Pemasangan alat peraga kampanye, dan/atau d. Iklan di media massa cetak dan/atau media massa elektronik. Kemudian, kampanye yang dilaksanakan pasangan calon beserta pembiayaannya ada tiga, yaitu: a. Pertemuan terbatas. b. Pertemuan tatap muka dan dialog, dan/ atau c. Kegiatan lain yang tidak melanggar larangan kampanye, seperti rapat umum terbatas, kegiatan kebudayaan (pentas seni, panen raya, konser music, dan lainlain), kegiatan olahraga (pertandingan sepak bola, gerak jalan santai, sepeda santai dan lain-lain), kegiatan sosial (sunatan massal, bazar, donor darah, perlombaan, dan lain-lain) dan/atau kampanye melalui media sosial seperti di facebook, twitter, path dan lain-lain. 3. Pemungutan dan penghitungan suara, rekapitulasi hasil perhitungan suara, serta penetapan calon terpilih. Sesuai buku Panduan Pelaksanaan Pemungutan dan Penghitungan Suara Di TPS Pilkada 2015, kegiatan pemungutan dan perhitungan suara dilakukan oleh Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di Tempat Pemungutan Suara (TPS). Rekapitulasi hasil perhitungan suara dilakukan Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK). Kemudian penetapan calon terpilih dilakukan di Komisi Pemilihan Umum (KPU). Untuk mengikuti sekaligus mengawasi kegiatan tersebut, pasangan calon menyiapkan saksi yang tentunya menimbulkan pembiayaan. 89 4. Penyelesaian pelanggaran dan sengketa hasil Pemilihan. Pada kenyataannya banyak Pilkada yang diakhiri dengan putusan makamah konstitusi sebagai akibat adanya pelanggaran dan sengketa. Oleh sebab itu, pasangan calon harus mempersiapkannya seperti pembentukan tim kuasa hukum, kajian terhadap dugaan pelanggaran dan sebagainya. Kegiatan itu semua memerlukan pembiayaan yang ditanggung oleh pasangan calon. Berdasarkan berbagai pendapat dan ketentuan Pilkada dapat diketahui bahwa komunikator politik memerlukan biaya yang tinggi untuk mengikuti suatu pemilihan. Meskipun pemerintah telah membuat kebijakan mengenai pengaturan dan pembatasan kampanye. Dari berbagai pendapat ilmuan, peraturan dan perundang-undangan serta realitas lapangan penulis menguraikan secara rinci mengenai apa saja biaya komunikator politik yang harus dikeluarkan dan mengapa biayanya masih tinggi di Pilkada serentak. Secara umum ada tiga tahap kegiatan yang menimbulkan pembiayaan yaitu tahap Pra Pilkada, tahap Pelaksanaan Pilkada, dan tahap Pasca Pilkada. Pertama, tahap pra Pilkada yaitu tahapan dimana pasangan calon masih berstatus sebagai bakal calon atau masa sebelum tahapan Pilkada dilaksanakan. Pada tahap ini, waktu pelaksanaan kegiatannya bersifat fleksibel atau dinamis. Bergantung pada pasangan calon kapan ingin memulainya. Sedangkan batas waktu akhir kegiatan dibatasi sampai pada dibukanya tahapan pemilihan Kepala Daerah oleh KPU. Dengan demikian, pilihan kapan waktu dimulainya kegiatan bergantung pada pasangan calon. Semakin panjang rentang waktu yang digunakan, maka semakin banyak kegiatan yang dapat dilakukan pasangan calon untuk bersosialisasi. Konsekuensinya, semakin banyak pula biaya yang dikeluarkan pasangan calon. Begitu pula sebaliknya, Semakin pendek rentang waktu yang digunakan, maka semakin sedikit kegiatan yang dapat dilakukan pasangan calon untuk bersosialisasi. Konsekuensinya, semakin kecil pula biaya yang dikeluarkan pasangan calon. Tahap pra Pilkada, akan dimanfaatkan pasangan calon untuk melakukan berbagai kegiatan persiapan meliputi sosialisasi, pembentukan tim sukses, konsultan politik, upaya mendapatkan partai politik pengusung, pengumpulan KTP atau dukungan jika melalui jalur perseorangan. 90 Sosialisasi dilakukan pasangan calon sebagai upaya untuk membentuk dan meningkatkan popularitas dan elektabilitas. Cara yang dilakukan pasangan calon dengan mendatangi langsung masyarakat dan menggunakan media seperti media cetak, media elektronik, media online, media luar ruangan (baliho, spanduk, reklame), dan lain-lain. Setelah melakukan kegiatan sosialisasi, pasangan calon akan melakukan penelitian melalui survei untuk mengetahui tingkat popularitas dan elektabilitas. Hal ini menjadi penting bagi pasangan calon untuk memutuskan maju atau tidaknya dalam suatu pemilihan Kepala Daerah. Pembentukan tim sukses dan konsultan politik oleh pasangan calon merupakan upaya untuk memudahkan dan mempelancar kegiatan sosialisasi atau kampanye nantinya kepada masyarakat. Selain itu, tim sukses merupakan salah satu komponen persyaratan yang diatur dalam regulasi Pilkada dan didaftarkan bersamaan dengan pendaftaran pasangan calon. Upaya memperoleh partai politik pengusung merupakan salah satu cara yang harus dilakukan pasangan calon sebelum mendaftar sebagai peserta pemilihan. Pasangan calon bisa didaftarkan sebagai peserta pemilihan bila dilakukan oleh partai politik atau gabungan partai politik. Oleh sebab itu, pasangan calon harus mampu memperoleh partai politik sebagai ‘perahu’ untuk mengikuti pemilihan. Kemudian, Pengumpulan KTP atau dukungan, jika pasangan calon menggunakan jalur perseorangan (independent). Kedua, tahap pelaksanaan Pilkada yaitu masa dimana pelaksanaan pemilihan kepala daerah dimulai. Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan pasangan calon adalah pendaftaran pasangan calon; kampanye; Pemungutan dan penghitungan suara, rekapitulasi hasil perhitungan suara, penetapan calon terpilih; Penyelesaian pelanggaran dan sengketa hasil Pemilihan. Pendaftaran pasangan calon, biasanya dilakukan dengan berbagai kegiatan atau ritual seperti pawai, penampilan anekaragam kesenian, mobilisasi massa pendukung yang mengiringi pasangan calon mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum. Kampanye, yaitu kegiatan menawarkan visi, misi, dan program Pasangan Calon dan/atau informasi lainnya, yang bertujuan mengenalkan atau meyakinkan pemilih untuk memilih calon pasangan tertentu (Undang-Undang nomor 8 tahun 2015). Sesuai dengan regulasi tersebut, ada tiga jenis kampanye yang dilakukan pasangan calon yaitu pertemuan terbatas, pertemuan tatap muka dan dialog, dan/ atau kegiatan lain yang tidak melanggar 91 larangan kampanye. Ketiga jenis kampanye tersebut diatur dalam Juknis (petunjuk teknis) Pilkada serentak tahun 2015 yang dikeluarkan KPU (http://www.kpu.go.id). Pertemuan terbatas adalah pertemuan dengan jumlah audiens terbatas di dalam ruangan atau gedung tertutup. Jumlah peserta maksimum 2.000 orang untuk tingkat provinsi dan 1.000 orang untuk tingkat kabupaten/kota. Bahan kampanye yang digunakan nomor urut dan foto Pasangan Calon, tanda gambar Partai Politik atau Gabungan Partai Politik, umbulumbul/ atribut Pasangan Calon. Pertemuan tatap muka dan dialog adalah pertemuan tatap muka disertai dialog secara interaktif. Pertemuan ini dapat dilaksanakan di dalam atau diluar ruangan dengan ketentuan, Jumlah peserta tidak melampaui kapasitas tempat duduk dan Peserta dapat terdiri atas peserta pendukung dan tamu undangan. Pertemuan tatap muka dan dialog yang dilaksanakan diluar ruangan dapat dilaksanakan dalam bentuk kegiatan kunjungan ke pasar, tempat tinggal warga, komunitas warga atau tempat umum lainnya. Petugas Kampanye pertemuan tatap muka dan dialog dapat memasang alat peraga kampanye di halaman gedung atau tempat pertemuan. Kegiatan lain yang tidak melanggar larangan kampanye, seperti rapat umum terbatas, kegiatan kebudayaan (pentas seni, panen raya, konser musik, dan lain-lain), kegiatan olahraga (pertandingan sepak bola, gerak jalan santai, sepeda santai dan lain-lain), kegiatan sosial (sunatan massal, bazar, donor darah, perlombaan, dan lain-lain) dan/atau kampanye melalui media sosial seperti di facebook, twitter, path dan lain-lain. Pemungutan dan penghitungan suara, rekapitulasi hasil perhitungan suara, penetapan calon terpilih. Untuk mengikuti sekaligus mengawasi kegiatan tersebut, pasangan calon harus menyediakan saksi-saksi di Tempat Pemungutan Suara (TPS) untuk pemungutan dan perhitungan suara oleh Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS). Kemudian saksi pada saat rekapitulasi hasil perhitungan suara oleh Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) dan penetapan calon terpilih oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Penyelesaian pelanggaran dan sengketa hasil Pemilihan. Meskipun, tidak semua penyelenggaraan Pilkada diwarnai dengan pelanggaran dan sengketa pemilihan. Namun sebagiannya lagi harus ‘berakhir’ dengan putusan makamah konstitusi. Oleh sebab itu, pasangan calon harus mempersiapkannya seperti pembentukan tim kuasa hukum, kajian 92 terhadap dugaan pelanggaran dan sebagainya. Kegiatan itu semua memerlukan pembiayaan yang ditanggung oleh pasangan calon. Ketiga, Tahap Pasca Pilkada, yaitu masa dimana penyelenggaraan Pilkada telah selesai dan penetapan calon terpilih sudah dilakukan. Pada tahap ini, pasangan calon yang masih mengeluarkan pembiayaan adalah pasangan calon yang terpilih. Bentuk kegiatan yang biasa dilakukan adalah syukuran pemenangan baik dalam bentuk kegiatan yang besar maupun kecil. Semua kegiatan tersebut memerlukan pembiayaan yang ditanggung oleh pasangan calon. KESIMPULAN Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak tahun 2015 telah selesai dilaksanakan. Kebijakan Pemerintah tentang pengaturan dan pembatasan kampanye pun telah dilaksanakan. Namun, keinginan Pemerintah untuk memenimalisir biaya yang harus dikeluarkan pasangan calon untuk mengikuti pemilihan masih tinggi. Meskipun Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menanggung penyediaan dan pemasangan alat peraga, penyebaran bahan kampanye, Iklan di media massa cetak dan/atau media massa elektronik. Namun, pengurangan biaya komunikator politik (pasangan calon) tidak significant dalam mengikuti Pilkada. Disisi lain, biaya penyelenggaraan Pilkada serentak juga tidak menurun, bahkan meningkat dari Pilkada sebelumnya. Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo mengatakan biaya Pilkada serentak tahun 2015 telah menghabiskan sekitar Rp7 triliun. Biaya penyelenggaraan ini jauh meningkat bila dibandingkan dengan biaya Pilkada sebelumnya yakni sekitar Rp 4 triliun. Berdasarkan uraian pembahasan diatas, penulis membuat beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Biaya komunikator politik masih tinggi, meskipun sistem pemilihan Kepala Daerah dilakukan secara langsung dan serentak masih memerlukan biaya tinggi baik bagi Negara untuk penyelenggaraannya maupun komunikator politik sebagai peserta pemilihan 93 2. Komunikator politik (pasangan calon) yang muncul pada Pilkada serentak tidak mengalami perbedaan dengan Pilkada sebelumnya yaitu didomininasi oleh orang-orang kaya atau orang yang mendapatkan akses keuangan, meskipun masih diragukan kompetensinya. 3. Faktor kebebasan dan persamaan setiap warga negara untuk menjadi pemimpin sebagai semangat dari demokratisasi belum terwujud. Berdasarkan kesimpulan tersebut, penulis berpendapat bahwa roda pemerintahan daerah cenderung digerakkan oleh pemilik modal (kekayaan), karena dipimpin oleh orangorang yang berduit yang kompetensinya masih dipertanyakan. Kemudian, para ‘pembantupembantu’ Kepala Daerah adalah mereka-meraka yang bisa ‘menghambakan’ diri kepada pemodal. Mestinya diisi oleh orang-orang berpendidikan dan patriotik. Pendapat ini juga sebagai jawaban dari isi Pidato Edwar G. Ryan tahun 1873 di universitas Wisconsin. Dalam pidato tersebut dikatakan: ‘siapa yang akan memerintah: kekayaan ataukah manusia. Siapa yang akan memimpin: uang ataukah intelektual. Siapa yang akan mengisi posisi umum: manusia bebas dan berpendidikan yang patriotik ataukah budak budak yang menghambakan diri kepada capital perusahaan (Mage, 2013:vii). DAFTAR PUSTAKA Buku: Eko Harry Susanto, komunikasi manusia, mitra wacana media, 2010 jakarta Rahmat Hollyson MZ dan Sri Sundari (2015), PILKADA; Penuh Euforia, Miskin Makna, Bestari, Jakarta Ruslan Ismail Mage (2013), Berpolitik Dengan Biaya Murah (Solusi Mencegah Politisi Korupsi), Thafa Media, Yogyakarta Leo Agustino (2009), Pilkada dan Dinamika Politik Lokal, Pustaka Pelajar, Yogyakarta Brian McNair (2015), Pengantar Komunikasi Politik (An Introduction to Political Communication), Nusa Media, Bandung Buku Panduan Pelaksanaan Pemungutan dan Penghitungan Suara Di TPS Pilkada 2015 Jurnal: Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, Komunikasi Politik, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Vol.IV/Oktober 1999 94 Majalah, Suara KPU, Edisi V/ September-Oktober 2015 Peraturan: Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah undang-undang nomor 22 tahun 2014 tentang pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota Undang-undang nomor 1 tahun 2015 tentang penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti undang-undang nomor 1 tahun 2014 tentang pemilihan gubernur, bupati, dan walikota menjadi undang-undang Undang-undang nomor 8 tahun 2015 tentang perubahan atas undang-undang nomor 1 tahun 2015 tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti undang-undang nomor 1 tahun 2014 tentang pemilihan gubernur, bupati, dan walikota menjadi undang-undang Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Internet: http://pekanbaru.tribunnews.com http://print.kompas.com https://m.tempo.co http://helloborneo.com https://m.tempo.co http://portalriau.com http://www.academia.edu http://joy-dedicated.blogspot.co.id http://www.kpu.go.id 95 DAYA TARIK FACEBOOK SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI ALTERNATIF Marlina, MA Universitas Tjut Nyak Dhien, Medan ABSTRAK Komunikasi suatu hal keharusan yang tidak bisa dihindari oleh setiap manusia, karena komunikasi juga merupakan kebutuhan primer setiap makhluk sosial. Saat ini marak kita temukan pada setiap dikalangan, tidak memandang status sosial, tingkat pendidikan dan pekerjaan yaitu kegiatan berkomunikasi yang berlangsung didunia maya, dengan fasilitas media sosial yang sangat beragam, komunikasi yang dilakukan oleh setiap orang lebih mudah dan cepat. Ada kenalan baru, sahabat lama yang tidak pernah bertemu lama, dan lain sebagainya. Mengamati setiap detail teks yang mereka gunakan pada saat berinteraksi dengan sahabat “dunia maya” pengguna media sosial, akan bisa terlihat sejauh mana keterbukaan serta ketulusan dalam melakukan interaksi sosial di dunia maya mereka. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tekhnik wawancara terhadap 10 orang pengguna media sosial facebook.Penelitian yang bersifat kualitatif ini, menggunakan teori komunikasi interpersonal. Temuan yang didapat dalam penelitian ini adalah, komunikasi yang dilakukan dengan cara tatap muka berlangsung tergantikan dengan komunikasi yang dilakukan melalui media, khususnya media sosial Facebook. Para pengguna media sosial ini lebih senang dan asyik bertegur sapa didunia maya, walaupun duduk berhadapan mereka lebih asik dengan dunia maya mereka dari pada melakukan kegiatan interaksi langsung.Dalam penelitian ini didapati juga beberapa hal yang menjadi faktor penyebab bergesernya pola komunikasi tatap muka kepada komunikasi melalui media sosial Facebook. Adapun beberapa faktor tersebut adalah: jarak yang terpaut jauh, kesibukan masing-masing sehingga tidak memungkinkan untuk bertemu langsung, lebih santai dan dapat dilakukan dalam keadaan apapun, bahasa yang akan dikeluarkan dapat disetting sedemikian rupa, hemat biaya. Walaupun demikian komunikasi tatap muka merupakan sebuah komunikasi perwujudan yang nyata ,komunikasi yang dilakukan melalui media sosial merupakan sebuah alternatif dari cara berkomunikasi agar tetap melakukan komunikasi dengan tidak menganggu dan lebih menghemat biaya. Kata Kunci : Daya Tarik, Media Sosial, Media, Komunikasi Alternatif 96 ABSTRACT Communication is a necessity that can not be avoided by human being, since communication is also a primary needs for every social creatures. Nowadays, we find on each social status; regardless of social status, education level and occupation then communication takes place on the virtual world, with social media facilities that are very diverse, therefore the communications made by each person more easily and quickly. They will find new friends there, old friends who had not seen a long time, and others. Observing every detail of the text that used by social media user when interacting with friends on "virtual world", will be seen how much their kindness and sincerity in social interactions through the virtual world. This study was conducted by using interview techniques to 10 users of facebook. This is a qualitative study that used a theory of interpersonal communication. The finding in this study was that communication which done directly face to face is on going replaced by communication through the social media, especially Facebook. The social media users are more happy and fun to greet each other virtually, even when they were sitting together, they more enjoy with interaction on virtual world with others. In this study, it can also be found some factors that cause the shifting of face to face communication pattern into communication via Facebook. There are some factors namely: the distance between them, their own duty then it is impossible to meet, more relaxed and can be done in any case, the language can be set in such a way and low cost. Nevertheless, personal communication by face to face is a manifestation of the real communication, while the communication which done by social media is an alternative way of communicating with no disturbing and more saving Keywords: Attractions, social media, media, alternative communication media PENDAHULUAN Media sosial merupakan salah satu yang telah banyak berkontribusi terhadap pengembangan keilmuan, terutama dalam bidang Ilmu Komunikasi. Media sosial bukan hanya menjadi alat berkomu ikasi baru, akan tetapi juga membuka peluang bagi para peneliti untuk meneliti apapun yang berkaitan dengan media sosial sebagai media komunikasi maupun sebagai bentuk dari komunitas dunia baru dalam berkomunikasi. Bila kita berbicara mengenai media sosial yang mengarahakan kepada dunia baru yang lebih dikenal dengan dunia maya, maka satu alat yang bisa mencapai dunia baru tersebut selain perangkat komputer adalah Handphone dengan sistem Android. Sebelum adanya Handphone dengan sistem Android atau semua yang mendukung perangkat untuk mengakses internet komputer adalah satu-satunya yang dapat menghubungkan penggunanya dengan internet. Kemajuan tekhnologi mengarahkan pada sesuatu yang menjadikan Handphone bukan hanya alat untuk berkomunikasi dengan kemudahan untuk melakukan panggilan suara dan layanan pengiriman pesan melalui tulisan saja, saat ini Handphone telah dilengkapi dengan berbagai fitur yang mempermudah seseorang melakukan pekerjaan yang biasanya dilakukan dengan menggunakan komputer, seperti mengirim dan menerima Email, Browsing, pengguaan media sosial dan lain sebagainya. Kemajuan dan penemuan dibidang teknologi maupun inovasi internet menyebabkan tidak hanya memunculkan media baru saja. Berbagai macam aspek kehidupan manusia, seperti komunikasi meupun interaksi, juga mengalami perubahan yang tidak pernah diduga sebelumnya, dunia seolah-oleh tidak memiliki batasan dan tidak ada 97 sebuah rahasia yang dapat ditutupi lama, atau berkisar pada hanya orang-orang tertentu saja, kita dapat mengetahui apa kegiatan seseorang, dimana dia saat ini dengan siapa dan lain sebagainya melalui media sosial, sementara orang yang kita dapati informasinya bisa saja bukan siapa-siapa kita, akan tetapi semua kegiatannya dapat kita ketahui ketika dia memasang sesuatu di Account Facebook miliknya, walaupun kita tidak pernah berkenalan dan berjumpa secara langsung dan bertatap mata. (Rulli Nasrullah, 2015: xi) Selain dampak diatas ada juga dampak lain dari kemajuan tekhnologi khususnya media sosial yaitu dampak berbagi yang berlebihan serta pengungkapan diri yang berlebihan juga di dunia maya, budaya berbagi yang berlebihan ini dikarenakan dimedia sosial siapa saja dapat mengunggah apapun yang mereka inginkan dan membagikannya kembali. ( Cross, 2011: 25) dampak dari berbagi yang berlebihan ini juga memiliki dampak yang negatif, berbagi apa saja yang ingin dibagikan tanpa menyaringlagi mengenai kebenaran berita yang telah mereka bagikan. Bisa saja berita yang mereka bagikan tersebut adalah sebuah beita hoax, yang bisa saja akan memunculkan perselisihan antara kelompok, agama, suku dan lain sebagainya. Dalam Alquran seseorang sangat tidak disarankan untuk menerima bulat-bulat informasi yang datang atau mereka terima, harus ada penyaringan, pengecekan ulang atas informasi yang beredar. Apakah benar adanya atau hanya sebuah informasi yang hanya mencari sensai atau bahkan sebuah kabar berita atau informasi yang sifatnya ingin mengadu domba dan menginginkan terjadinya perpecahan. Allah Swt berfirman : Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS Al_Hujarat: 6) METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yang sering disamakan pengertiannya dengan penelitian naturalistik yang berusaha memahami bagaimana orang-orang mempersepsi dunia dengan menelaah bagaimana mereka berkomunikasi (Deddy Mulyana, 2003: 157-158). Menurut Bogdan dan Taylor penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang dapat diamati (Lexy J. Moleon, 2000 : 3). Metode kualitatif digunakan karena dianggap lebih sesuai untuk mendapatkan data yang valid dan realibel tentang aspek-aspek yang akan diteliti, berkaitan dengan keterbukaan berkomunikasi yang dilakukan di media sosial, dengan metode penelitian kualitatif dapat dilakukan pengamatan yang lebih mendalam dan teliti terhadap objek penelitian, sehingga data yang didapatkan lebih akurat. Penelitian yang merupakan suatu rangkaian ilmiah baik untuk mengumpulkan data, menarik kesimpulan atas gejala-gejala tertentu dalam gejala empirik. Melalui kegiatan yang panjang, penelitian sosial cenderung bersifat thick description dengan mengandalkan analisis yang bersifat holistik (Burhan bungin, 2004: 56). 1. Subjek dan Objek Penelitian Dalam setiap kegiatan penelitian dibutuhkan objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik suatu kesimpulan (Kriyantono, 2015: 153). Subjek dalam penelitian ini adalah 98 pengguna media sosial yang memiliki akun facebook dan sering membagikan informasi atau berita yang ada dan yang selalu melakukan update status di akun facebook mereka. 2. Sumber data Sumber data yang akan diambil adalah dua jenis yaitu data primer dan data skunder Berkaitan dengan hal ini, jenis data dalam penelitian ini dibagi dalam kata-kata dan tindakan informan yang diwawancarai atau yang diamati berkenaan dengan fokus penelitian, umumnya data skunder diperoleh dari hasil wawancara langsung, sumber data tertulis dan dokumentasi (Kriyantono, 2015: 153). Data primer diperoleh dari hasil wawancara mendalam dan observasi mengenai kegiatan komunikasi yang dilakukan di media sosial, sedangkan data skunder diperoleh dariberbagai referensi, hasil penelitian atau dokumentasi berupa sumber tertulis, seperti buku, jurnal ilmiah, dan juga sumber lainnya. 3. Tekhnik pengumpulan data Tekhnik pengumpulan data dalam pendekatan secara kualitatif dilakukan melalui observasi dan wawancara yang dilakukan secara terbuka dan mendalam, observasi dan wawancara adalah untuk mengamati serta mencatat dengan sistematis dan terencana mengenai fenomena sosial yang terjadi ditengah masyarakat (James P Spradley,1997: 140), dalam tekhnik dan tahapan pengumpulan data peneliti mempertimbangkan setidaknya ada empat ukuran yaitu; dimana penelitian berlangsung, pelaku atau orang yang terlibat dalam penelitian tersebut untuk diwawancarai atau di observasi, peristiwa yaitu apa yang akan di amati dan diobservasi dan yang terakhir adalah proses yaitu sifat yang dilakukan didalam latar kejadian tersebut (John W. Cresswell, 1994: 139). 4. Analisi Data Analisis data merupakan suatu cara untuk mengolah data setelah diperoleh hasil penelitian, sehingga dapat diambil kesimpulan berdasarkan data yang faktual. Dalam penelitian ini metode analisa data yang digunakan adalah metode kualitatif interpetatif yaitu mengumpulkan serta menyusun data yang diperoleh (Winarno surakhmad, 1990: 139) data yang telah terkumpul melalui wawancara, observasi dan catatan lapangan akan dianalisis dengan menggunakan data kualitatai deskriptif yang sifatnya pemaknaan untuk mengungkapkan keadaan atau karaktersitik sumber data. Teknis triangulasi lebih mengutamakan efektivitas proses dan hasil yang diinginkan, oleh karena itu triangulasi dapat dilakukan dengan menguji apakah proses dan hasil metode yang digunakan sudah berjalan dengan baik, seperti 1. Penelitian menggunakan tekhnik wawancara mendalam dan observasi partisipasi untuk pengumpulan data, dengan memastikan bahwa hasil wawancara serta pengamatan ketika wawancara telah terkumpul dalam catatan yang dilakukan secara harian 2. Setelah itu dilakukan uji silang terhadap materi catatan-catatan harian, hal ini dilakukan untuk memastikan tidak ada informasi yang bertentangan antara catatan hasil wawancara dengan catatan hasil observasi, karena apaila terjadi kesenjangan informasi atau terdapat ketidak samaan peneliti wajib mengkonfirmasi kembali kepada informan mengenai data yang didapatkan. 3. Hasil konfirmasi yang didapat tersebut wajib diuji kembali dengan informasi sebelumnya, karena bisa saja hasil konfirmasi tersebut bertentangan dengan data yang diperoleh pada awal pengumpulan data, dan apabila terjadi kesenjangan anatar informasi tersebut, maka penelirti wajib terus melakukan pengecekan data yang diperoleh mengapa terjadi kesenjangan (Burhan bungin, 2012: 203-204). Proses triangulasi tersebut diatas dilakukan terus menerus sepanjang proses mengumpulkan data dan analisis data sampai suatu saat peneliti yakin bahwa sudah tidak ada lagi perbedaan-perbedaan, dan tidak ada lagi yang perlu dikonfirmasikan kepada informan mengenai kesenjangan informasi yang diperoleh. 99 Menurut Miles dan Huberman, analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata, yang biasanya disusun ke dalam teks yang diperluas. Data yang diperoleh dari lapangan dilakukan analisis melalui tahap-tahap sebagai berikut: 1. Tahap pertama: Kategorisasi dan mereduksi data, yaitu melakukan pengumpulan terhadap semua informasi penting yang terkait dengan masalah penelitian ini, selanjutnya data itu dikelompokkan sesuai dengan topik permasalahan. 2. Tahap kedua: Data yang dikelompokkan selanjutnya disusun dalam bentuk narasinarasi, sehingga data berbentuk rangkaian informasi yang bermakna sesuai degan masalah penelitian. 3. Tahap ketiga: Melakukan interpretasi pada data, yaitu dengan menginterpretasikan apa yang telah diberikan dan diinterpretasikan informan terhadap masalah yang diteliti. 4. Tahap keempat: Pengambilan kesimpulan berdasarkan susunan narasi yang telah disusun pada tahap ketiga, sehingga dapat memberi jawaban atas masalah penelitian. 5. Tahap kelima: Melakukan verifikasi hasil analisis data dengan informan, yang didasarkan pada simpulan tahap keempat. Tahap ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan interpretasi dari hasil wawancara dengan sejumlah informan penelitian yang dapat mengaburkan makna persoalan sebenarnya dari fokus tentang penelitian ini (A. Michael Huberman & Matthew B. Milles,1992: 16). PEMBAHASAN Media sosial sebagai media komunikasi alternatif Media sosial yang disebut sebagai media baru dalam kegiatan berkomunikasi dianggap sudah merasuki segala spek kehidupan seseorang. Terlepas dari manfaat apa dan bagaimana seseorang menggunakan perangkat tersebut dalam keseharuannya. Media sosial telah memasukan penggunannya sebagai bagian dari masyarakat jejaring ( network society) tanpa batasan demografi, budaya, sosial dan lain sebagainya. Manfaat dan daya tarik yang dihadirkan dan disuguhkan oleh media sosial ketengah-tengah masyarakat sepertinya memiliki daya magnet dan sihir yang luar biasa, sehingga membuat pengguna media sosial tersebut terpikat dan terkadang lupa dengan sekitarnya dan dunia nyata yang didiaminya. Kecenderungan kebanyakan masyarakat yang kerap sekali berkonsentrasi dalam cyberspace merupakan bukti bahwa penggunaan internet telah membawa kemudahankemudahan bagi masyarakat. Akan tetapi bagi sebagian penggguna yang aktif munculnya fenomena ini tentu saja telah mengubah perilaku dan kebiasaan masyarakat dalam berinteraksi dengan masyarakat lainnya, baik interaksi yang dilakukan secara individual maupun secara kelompok. Selain hal itu, kemajuan teknologi tersebut tentunya akan selalu berjalan beriringan dan bersamaan dengan munculnya perubahan-perubahan di kalangan kelompok dan individu yang ada ditengah masyarakat. Seiring dengan berjalannya waktu, penggunaan internet tidak lagi hanya menjadi sebuah sumberinformasi akan tetapi juga menyediakan sebuah daerah dan gaya baru bagi interaksi antara para penggunanya. Hal inilah yang ternyata menjadi salah satu kelebihan internet dibanding media komunikasi yang lainnya. Selain berfungsi menjadi sebuah media massa juga berfungsi sebagai media interpersonal melalui kegiatan chatting dan email. Internet ternyata juga telah menjadi saluran perubahan, percepatan, perluasan sekaligus perputaran ide dan gagasan. Dewasa ini fungsi media internet yang paling baru dan sangat diminati semua kalangan penggunanya adalah jejaring sosial, yang berhasil mulus membawa beberapa orang dalam mencapai tujuannya sebut saja seperti presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Presiden Republik Indonesi Joko Widodo yang telah 100 menggunakan jejaring sosial atau media sosial pada kegiatan kampanye yang mereka lakukan. Tak berlebihan bila seorang profesor dari Faurleigh Dickinson University Mary Cross mengeluarkan pernyataan mengenai media sosial “we all already experiencing the cultural effect of the digital revolution that is underway” (Cross, 2011:23). Kita sadari atau tidak bahwa keberadaan media sosial menjadikan kita sebagai penggunanya terkepung dari segala sudut aspek kehidupan manusia, dan hal ini adalah merupakan sebuah dampak dari kemajuan tekhnologi. Manusia yang sama sekali tidak pernah tau dan kenal akan bisa menjadi seorang teman baik didalam sebuah dunia yang disebut sebagai dunia maya. Seseorang akan lebih nyaman melakukan komunikasi dengan temannya di media sosial, sekedar menyapa atau ingin mempertanyakan sesuatu, bila kita lihat kemungkinan dan kesemoatan, ternyata mereka sangat memiliki kesempatan dan peluang bertemu, hal ini dikarenakan meraka adalah teman satu kamlus atau bahkan teman satu kelas. Fungsi media sosial yang memiliki daya pikat tersendiri telah mengubah kebiasaan berkomunikasi seseorang, dari komunikasi interpersonal melalui tatap muka mengarah kepada komunikasi interpersonal bermedia. Hal tersebut terjadi karena faktor kemudahan dan yang paling sering kita dengar adalah faktor ingin diakui dan ingin dikenal. Kegiatan komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan media alternatif yaitu media sosial khusunya Facebook merupakan media yang menjanjikan dunia baru dan kesan berkomunikasi baru yang didapatkan oleh penggun facebook tersebut. Mengapa? Karena dengan menggunakan facebook siapa saja dan dalam keadaan yang bagaimanapundapat melakukan kegiatan komunikasi dengan baik, hanya dengan memegang Gadget, duduk santai dan dengan busana yang sesuka hati dapat melakukan kegiatan komunikasi dengan siapa saja, bahkan dengan guru, pejabat atau siapa saja. Berbeda dengan komunikasi yang dilakukan ketika seseorang bertatap muka, gaya bahasa harus terjaga, penampilan juga harus rapi, dan tentunya dengan waktu tertentu sesuai dengan keluangan waktu seseorang yang ingin kita ajak berkomunikasi, serta masih banyak lagi tuntutan yang bermacam ragam. Fecebook juga menjanjikan keadaan dan sensasi berkomunikasi lain, seperti ada kebanggan tersendiri ketika kita membagikan sesuatu di dinding akun kita, kemudian ada yang memberikan like-nya, memberikan komentar atau memuji, atau hanya sekedar memberikan tanggapan yang positf, dan lain sebagainya. Hal semacam ini menjadikan seseorang sangat suka melakukan komunikasi dengan menggunakan media Facebook, bukan hanya sampai disitu saja, selain orang yang kita sudah kenal mereka yang belum kenal bisa saja melihat apa yang telah kita bagikan di facebook, hal yang paling disukai oleh pengguna facebook adalah dibanjiri like, ketika mereka membagikan status baru. Hal ini juga lah mengapa banyak pengguna media sosial melirik facebook sebagai alat komunikasi alternatif. 1. Daya tarik Facebook dalam mengalihkan cara berkomunikasi Facebook memiliki daya tari tersendiri bagi penggunanya untuk menjadikan mereka harus elalu meng-update status, adalah salah satu dari pernyataan yang peneliti dapati ketika melakukan wawan cara dengan pengguna Facebook. Ketika pengguna melakukan update status setiap harinya bahkan ada juga yang melakukan sampai lebih dari 10 status pada setiap harinya. Motivasi mereka melakukan update status beragam; hanya sekedar curhat, ingin membagikan informasi yang mereka dapatkan, mengirim gambar yang mereka anggap menarik, mengisi kekosongan waktu yang mereka punya. 101 Mengakses internet, merupakan sebuah kebutuhan primer bagi setiap orang, hal ini dikarenakan kebutuhan terhadap akses informasi yang terbaru, pendidikan, sekedar mencari hiburan, serta pengetahuan yang bila dengan cara yang manual memiliki biaya yang relatif mahal serta membutuhkan waktu yaang lama (Rulli Nasrullah: 2015, 1), kebuthan yang disebutkan diatas merupakan hal yang dapat didapat melalui facebook, para pengguna facebokk yang konsen menggunakan akun mereka untuk membagi dan mempublikasi hal yang bersifat pengetahuan, tips kah itu, atau berita yang berkenaan dengan selebritis dan lain sebagainya. Kecanggihan, kemajuan serta sangat mudahnya mencari informasi serta apa yang kita inginkan melalui akses internet serta canggihnya alat-alat yang menunjang pada ekses internet tersebut semakin membuktikan bahwa dunia saat ini sangatlah kecil, sesuai dengan buku yang diterbitkan oleh Thomas L Ferdian (2007) memberi istilah “the world is flat”, bukan hal yang berlebihan ketika Thomas menyatakan hal tersebut, karena siapa saja dengan perangkat yang menunjang untuk mengakses internet yang mereka miliki, dan tidak juga dibatasi usia bagi penggunanya, sangat bisa untuk membuka dan mendapatkan apa saja informasi yang mereka inginkan. Dari uraian diatas mengenai akses informasi serta kemudahan cara mengoperasikannya facebook memiliki tempat tersendiri bagi pengguna dan penikmat fasilitas media sosial, dengan cara yang simple setiap apa yang kita bagikan akan dapat terlihat oleh siapa saja, tentu saja ketika dia menggunakan akun facebook juga. Dari hasil wawancara serta pengamatan yang dilakukan oleh peneliti ada beberapa faktor yang menjadi daya tarik serta alasan para pengguna media sosial memilih facebook sebagai alat komunikasi alternatif bukan yang lain, adapun faktor tersebut adalah: 1. Penggunaan Facebook dibanding dengan media sosial lainnya lebih mudah 2. Banyak sahabat serta kenalan mereka yang menggunakan facebook, sehingga menjadi kemudahan buat mereka saling berhubungan 3. Ketika mereka memajang status baru semua pengguna facebook dapat membacanya, sekalipun mereka tidak saling mengenal 4. Pengguna facebook bisa melakukan curhat serta ingin menyindir seseorang, tanpa harus berhadapan langsung dengan yang ingin mereka tuju. 5. Memiliki fasilitas group, sehingga pengguna facebook dapat bergabung dengan group yang mereka inginkan 6. Berkomunikasi melalui facebook sangat fleksibel, baik waktu, keadaan dan terutama bahasa yang digunakan bisa lebih diatur dan disesuaikan. 2. Dampak penggunaan facebook terhadap kegiatan komunikasi tatap muka Kehadiran media sosial khususnya facebook dengan ranah dunia mayanya telah memindahkan kebiasaan dan kegiatan komunikasi interpersonal didunia nyata menuju komunikasi interpersonal didunia maya. Melalui facebook setiap orang ingin dikenal dengan penilaian dan kesan dari setiap yang melihat bahkan mengintip profilnya sebagai orang yang baik atau dengan karakter positif. Keberadaan facebook memang diciptakan sebagai alat untuk menciptakan kesan dimata publik (Apriadi Tamburaka, 2013: 221), pemasangan foto diprofil juga merupakan suatu hal ingin menciptakan sebuah kesan yang positif, foto profil yang dipajang bisa saja merupakan hasil jepretan sendiri atau yang dikenal dengan selfie akan tetapi bukian jepretan yang pertama bisa saja merupakan hasil jepretan yang kesekian dengan pose dan tempat yang sama. Memajang sesuatu seperti foto yang cantik dan denfan pose tertentu, dapat mengundang siapa saja untuk memerbikan like serta membuka kesempatan untuk mendapatkan kesempatan dan ketertarikan seseorang untuk melakukan hubungan 102 pertemanann dengan pemilik akun yang memajang foto profil yang menarik, atau membuat status dan membagi setiap foto terbaik yang kita punya. Hal tersebut merupakan trik yang dilancarkan seseorang dalam membuat akun atau setiap statusnya dibanjiri comment dan like. Sangatbanyak usaha yang dilakukan seseorang untuk memberikan kesan yang menarik, positif dan menyenangkan dengan tujuan untuk merubah opini dan mendapatkan kesan yang baik dari siapa saja di dunia maya. Facebook juga dapat menjadi alat untuk mendapatkan informasi, bukan hanya menjadi konsumsi atas sebuah informasi akan tetapi kita juga dapat menjadi sumber informasi, serta dapat berbagi pengetahuan yang kita miliki dengan orang lain. Facebook menciptakan suasana komunikasi yang berbeda dengan komunikasi tatap muka, dengan membaca status seseorang yang lucu atau melihat gambar yang unik dan aneh dapat memnbuat rasa gembira kita timbul, hal ini hanya dapat kita rasakan di dunia maya. Dampak dari penggunaan facebook ini juga ada yang bersifat negatif, semuanya tergantung si pengguna, apabila digunakan untuk hal yang positif akan menghasilkan yang positif juga akan tetapi banyak juga penggunaan facebook ini digunakan mengarah kepada hal yang bersifat negatif, baik itu untuk diri pribadi dan untuk keluarga serta lingkungan sekitarnya, ada beberapa poin yang bisa ditimbulkan atau dampak yang akan dirasakan oleh pengguna facebook antara lain: a. b. c. d. Seringnya menyajikan sesuatu hal yang berlebihan keranah publik didunia maya Sikap cuek dan tidak mau tahu dengan sekitar Asik dengan dunia barunya yaitu dunia maya Sering terjadinya ketidak terbukaan anatara komunikasi langsung dengan komunikasi yang dilakukan dimedia sosial facebook e. Merasa nyaman dengan curhat di facebook, terkadang dapat membuat kita membuka aib sendiri f. Penyalah gunaan fungsi facebook g. Mengurang me time dan family time 3. Membangun kepercayaan lewat komunikasi menggunakan facebook dalam persefktif Islam Facebook sebagai sebuah situs jaringan sosial yang dapat memudahkan individu untuk bertemu dengan orang lain yang mereka kenal atau tidak, teman lama serta siapa saja yang memiliki minat yang sama, mendukung hubungan renggang, dan khususnya memudahkan individu untuk mengakses jaringan teman-teman dan orang lainnya, sehingga berpotensi membuat sebuah jaringan hubungan menjadi lebih luas dan lebih heterogen (Christa Kristakis, 2009 : 27). Dalam dunia online individu bertemu dan berkenalan dengan orang lain pada kelompok dengan minat yang sama. Hal ini memudahkan individu untuk memperoleh informasi satu sama lain dan memfasilitasi terjadinya komunikasi. Media sosial merupakan salah satu platform yang muncul dimedia cyber, karena itu melihat media sosial yang tidak jauh bebeda dengan karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan karakteristik yang dimiliki oleh media cyber, pengamat dan praktisi dunia cyber Gane dan Beer secara khusus memberikan sebuah konsep untuk memahami mengenai media cyber (cybermedia) dan bagaimana karakteristiknya, untuk jelasnya hal ini sudah dituangkan oleh pernada dalam bukunya yang berjudul Teori dan Riset Media Cyber, dan di terbitkan tahun 2014. Adapun yang menjadi karakteristik media sosial adalah; 1. jaringan (network) 2. informasi (Information) 3. arsip (Archive) 103 4. interaksi (Interactivity) 5. simulasi sosial (simulation of society) 6. konten oleh pengguna (User-Generated content). (Rulli Nasrullah, 2015:16) Meskipun karakteristik media sosial dapat dilihat melalui media cyber, akan tetapi media sosial memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh media cyber lainnya. Ada batasanbatasan dan ciri khusus tertentu yang dimiliki oleh media sosial akan tetapi tidak dimiliki oleh media lainnya, yaitu bagaimana media sosial berubah menjadi bagaimana media sosial itu berubah fungsi menjadi sarana sosial di dunia virtual (Rulli Nasrullah, 2015:15), bukan berarti tidak ada adaciri atau karakter secara umum, hanya saja pembahasan karakteristik media sosial ini dipanda sangat penting, untuk membedakan mana media sosial dan media lainnya. Semua orang memiliki satu kebutuhan yang sama yakni kebutuhan untuk saling terhubung satu sama lain. Hal ini semakin dipermudah dengan adanya Facebook. Beberapa kejadian unik, menarik bahkan mengagumkan yang belum pernah terjadi sebelumnya, terjadi melalui situs jejaring sosial yang merupakan fenomena baru dalam kehidupan kita saat ini. Kehadiran situs jejaring sosial seperti Facebook telah mengubah cara orang berperilaku. Komunikasi tatap muka mulai berkurang intensitasnya, diganti oleh komunikasi secara online melalui situs jejaring sosial. Saat ini, hanya dengan memiliki satu profil di situs Facebook, seseorang dapat mengakses siapa saja yang hendak diajak berkomunikasi. Melalui situs ini, seseorang bisa menemukan teman lama, mencari teman baru, mempertahankan teman yang sudah dijalin di dunia nyata, mencari pasangan, mencari komunitas yang disukai, karena keunggulan Facebook ini juga dapat membuat sebuah kelompok atau komunitas yang memiliki visi dan misi yang sama, atau memiliki kesamaan dalam satu hal, dan kelompok-kelompok ini tentu saja melakukan proses komunikasi mereka melalui Facebook. Facebook yang telah mendunia ini juga tentunya mempunyai dampak negatif bagi penggunanya. Ada saja orang yang tertipu oleh teman Facebook-nya, bahkan ada yang sampai terluka dan mengalami berbagai hal buruk lainnya, hal ini bila dilihat karena mereka melakukan interaksi denan orang yang mereka kenal hanya melalui data saja, tida pernah berkomunikasi secara langsung. Proses komunikasi yang terjadi melalui media sosial ternyata banyak sekali menimbulkan dampak didunia nyata, bisa kita perhatikan akhir-akhir ini sangat banyak sekali kasus yang terjadi di dunia nyata dan hal ini yang menyebabkannya adalah interaksi melalui media sosial yang juga sering kita sebut dengan dunia maya. Banyak penipuan yang terjadi, penculikan, pemerkosaan, pelacuran dan bahkan pembunuhan juga sering kita dengar melalui televisi, yang kesemuanya disebabkan karena interaksi yang terjadi melalui media sosial, hal ini menyebabkan terjadinya sebuah hubungan komunikasi yang tidak sehat. Mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat adalah fenomena yang bisa kita temui dikalangan mahasiswa saat ini, kegiatan menyapa dengan hangat dan selalu melontarkan salam atau hanya sekedar menyapa ringan terkadang menjadi pemandangan yang agak langka terlihat, hal ini dikarenakan adanya ketertarikan dunia baru yang sering kita sebut dengan dunia maya. Mahasiswa merasa nyaman melakukan kegiatan komunikasi melalui media sosial khusunya facebook, dengan santai mereka dapat melakukan kegiatan komunikasi, orang yang pendiam sekalipun dapat menguntai kata-kata dengan baik, karena komunkasi yang berlangusng tidak dilakukan dengan lisan langsung, hanya dilakukan dengan perantara media. 104 Kenyamanan yang diberikan oleh kegiatan berkomunikasi di media sosial bukan hanya menjadi sebuah kenyamanan semata, akan tetapi dapat menjadi sebuah ancaman yang serius untuk menciptakan perubahan dimasyarakat, dimana komunikasi yang dilakukan dengan tatap muka bisa saja akan terkikis atau berkurang dengan adanya kemudahan serta kenyamanan yang ditawarkan oleh internet khususnya media sosial. Kegiatan komunikasi yang dilakukan melalui media sosial seolah bisa menggantikan pesona berkomunikasi dengan media, seseorang yang ketika dengan kata-kata sangat susah mengungkapkan apa yang menjadi keinginannya, akan tetapi melalui komunikasi yang dilakukan melalui media seseorang yang sulit berkata-kata dapat menjadi seorang yang bijak dalam menasehati dan memberi solusi, seorang yang sangat pendiam dapat menajadi seorang yang puitis dan lain sebagai, keterbukaan yang terjadi antara komunikasi langsung dan komunikasi melalui media sepertinya ada yang menghalangi. Media sosial Facebook menjadi pilihan dibanding dengan media sosial lainnya seperti Instagram, twitter, WhatsUp, Line dan masih banyak lagi jenis media sosial lainnya, karena Facebook masih tetap menjadi pilihan banyak pengguna dan pencinta media sosial, selain karena aplikasi yang disediakan oleh Facebook lebih mudah untuk dioprasikan ternyata masih banyak pengguna media sosial yang tetap aktif meng-update status di Facebook walaupun mereka juga menggunakan media sosial lainnya. Facebook juga lebih menjanjikan untuk melakukan hubungan komunikasi dengan orang yang sama sekali tidak kita kenal, baru kita kenal atau bahkan teman lama yang sudah tidak pernah bertemu langsung, karena Faceboook selalu menawarkan sahabat atau teman sesuai dengan data yang tertera pada profil yang kita miliki. Kegiatan komunikasi yang dibangun didunia maya melalui media sosial juga mempertontonkan interaksi yang penuh dengan hal baru, serta gaya komunikasi baru pula. Penggunaan bahasa dalam menuliskan pesan di wall mereka, membalas pesan dengan icon dan gambar, yang membentuk sebuah bahasa baru dalam dunia maya tersebut. Akan tetapi semua yang memiliki account media sosial akan dengan senang hati menterjemahkan setiap wujud pesan, gambar dari seseorang. Akses internet semakin berkembang demikian pesat dan telah menjadi kultur masyarakat modern, mengapa dikatakan telah menjadi kultur karena dengan internet berbagai aktifitas masyarakat cyber seperti berpikir, berkreasi, dan bertindak dapat dilakukan serta diekspresikan di dalamnya, kapanpun, dimanapun. Kehadirannya telah membentuk dunia tersendiri yang dikenal dengan dunia maya (cyberspace) atau dunia semu yaitu sebuah dunia komunikasi berbasis komputer yang menawarkan realitas yang baru berbentuk virtual atautidak langsung dan tidak nyata ( Christa Kristakis, Nicholas. A & James H. Flower, 2009: 5). Sebuah kepercayaan dapat tumbuh menurut Salomon A. Asch dikarenakan unsur pengetahuan, kebutuhan serta kepentingan, pengetahuan akan berhubungan dengan berapa besarnya informasi yang diterima oleh seseorang, selain itu faktor keintiman juga merupakan hal yang menjadikan timbulnya rasa kepercayaan terhadap seseorang ( Rakhmat, 1999: 42). Kebutuhan juga sering mewarnai kepercayaan yang akan ditimbulkan, hubungan interpersonal kpercayaan akan lebih besar terjadi terhadap siapa yang sering melayani dan menyediakan kebutuhan yang diinginkan oleh seseorang, karena kepercayaan merupakan sebuah hubungan yang menunjukan untung rugi yang ditimbulkan (suciati, 2015:22). Griffin menyatakan bahwa kepercayaan merupakan sikap mengendalikan perilaku sesuai dengan tujuan yang ingin dikehendaki yang pencapaiannya tidak pasti dan penuh dengan resiko (Rakhmat, 1999: 129-130), griffin juga mengatakan ada beberapa unsur yang meliputi kepercayaan tersebut (Supratiknya, 1995:26), adapun unsur tersebut adalah: 1. kepercayaan terhadap seseorang mengandung resiko 105 2. akibat berupa untung dan rugi yang mengakibatkannya adalah perilaku seseorang 3. penderitaan dari sebuah resiko jauh lebih besar daripada manfaat atau akibat menguntungkan 4. akibat yang menguntungkan dari kepercayaan kita terhadap orang lain adalah keyainan dari dalam diri kita sendiri. Dalam sebuah kepercayaan biasanya akan timbul sebuah komitmen diantara kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih, selain komitmen hal yang dapat menghentikan sebuah kepercayaan terhadap hubungan yang telah dijalin adalah sebuah pengkhianatan. Dalam Islam kepercayaan tersebut lebih sering kita kenal dengan sebutan amanah, begitu pula hubungan yang dijalin melalui media sosial Facebook, siapa saja yang meletakan kepercyaan terhadap seseorang maka resiko tetap berjalan atau berhenti adalah hal yang pasti. Ada beberapa hadis populer yang menggambarkan mengenai kepercayaan yang dibangun dan dikomitmenkan oleh seseorang yang pertama, hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik RA: “Tidak sempurna iman bagi mereka yang tidak bersifat amanah dan tidak sempurna bagi mereka yang tidak menepati janji”, dan hadis yang berkaitan dengan dilarangnya perbuatan khianat pernah diriwayatkan oleh Abu Hurairah : “Rasulullah SAW bersabda: Tunaikanlah amanah kepada orang yang kamu percaya (untuk menunaikan amanah kepadanya), dan jangan khianati orang yang telah mengkhianatimu”. KESIMPULAN Media sosial termasuk facebook adalah sebuah media komunikasi baru dan telah menjadi alternatif bagi sebagahaian orang, setiap orang pada umumnya telah memiliki akun dimedia sosial, khususnya facebook, salah satu produk dari media sosial mendapatkan tempat di hati para pengguna atau para penikmat kecangggihan tekhnologi internet, karen facebook dapat menghubungan seseorang dengan kenalan yang baru, teman lama yang sudah lama tidak bertemu serta tak jarang juga yang mendapatkan jodoh dengan perantara Facebook. Facebook sebagai komunikasi alternatif juga sangat menjanjikan sensasi berkomunikasi dengan orang yang kita kenal serta baru berteman, dengan memiliki akun di facebook bukan hanya berkomunikasi yang bisa kita lakukan dengan teman atau kenalan kita. Akan tetapi mendapatkan Ilmu serta berbagi Ilmu sangat memungkinkan terjadi ketika seseorang telah memiliki akun facebook. Informasi yang beredar di facebook juga belum tentu benar adanya, ada beberapa berita hoax (perita abal-abal yang hanya untuk mengundang orang lain bersedia memberikan likenya terhadap status yang baru saja dibagikan di wall. Ketertarikan seseorang terhadap facebook sebagai media komunikasi alternatif terkadang bisa menggeser komunikasi yang telah dilakukan dengan tatap muka mengarah kepada komunikasi bermedia, koumikasi yang dilakukan denga orang lain ketika berkomunikasi dengan tatap muka atau langsung, harus lah diwaktu-waktu tertentu, berlaku sopan serta penampilan juga harus dijaga, akan tetapi, ketika seseorang melakukan kegiatan komunikasi melalui media khususnya facebook hal persiapan diatas tidak perlu dilakukan, hanya cukup duduk santai kemudian mengambil hanpdon dan mulai melakukan kegiatan komunikasinya. 106 DAFTAR PUSTAKA Abdul, Andi Muis. 2001.Komunikasi Islami ,PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana, 2004) Bungin, Burhan, Analisis Data penelitian Kualitatif, pemahaman filosofis dan metodologis kearah penguasaan model aplikasi. (Jakarta: Pt.Raja Grafindo Persada, 2012) Changara, Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Rajawali Press, 2006). Endraswara, Suwardi, Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi, Epistemologi, dan Aplikasi (Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2006) Kristakis, Christa, dkk. Connected: Dahsyatnya Kekuatan Jejaring Sosial Mengubah Hidup Kita. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2009) Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2012) Lestari, Ellys Pembayun, Communication Quotient Kecerdasan Komunikasi dalam Pendekatan Emosional dan Spiritual (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012). Lexy J. Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000). Michael, A. Huberman & Matthew B. Milles, Analisis Data Kualitatif. Terjemahan Tjetjep Rohendi (Jakarta: UI-Press, 1992) Mulyana, Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003) Nasrullah, Ruli, media sosial persfektif komunikasi, budaya dan sosiotekhnologi. (bandung: simbiosa rekatama media, 2015). P, James, Spradley, metode Etnografi. (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1997). Saiful, Bambang Ma’arif, Komunikasi Dakwah Paradigma untuk Aksi (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010). Surakhmad, Winarno, pengantar penelitian ilmiah; dasar dan tekhnik metode. ( Bandung; Tarsito, 1990). W. John, Cresswell, Qualitative Inquiry and Research Design Choosing Among Five Traditions (London: Sage Publication, 1994 Yahya, Syekh ibn Hamzah al-Yamani, Pelatihan Lengkap Tazkiyatu Nafs, terj. Maman Abdurrahman Assegaf (Jakarta: Zaman, 2012) 107 MERANTAU SEBAGAI KOMUNIKASI BUDAYA MASYARAKAT MINANGKABAU Umar Abdur Rahim SM, S.Sos.I., MA [email protected] Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Riau ABSTRAK Kajian ini fokuspada kajian hakikat merantau sebagai komunikasi budayamasyarakat Minangkabau. Tentang bagaimana tradisi budaya membawa pesanpesan yang disampaikan, sesuai denganhakikat merantau bagi masyarakat Minangkabau itu sendiri dan bagaimana budaya merantau sebagai komunikasi nilai-nilai budaya kepada masyarakat luas.Pendekatan dalam kajian ini menggunakan kajian kepustakaan, dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari literature, buku-buku serta sumber yang relevan dan mendukung. Hasil menunjukkan bahwa hakikat merantau bagi masyarakat minangkabau sarat akan nilai-nilai budaya dan komunikasi yang erat kaitannya dengan nilai-nilai religi (agama Islam) yang sudah lama menjadi warisan nenek moyang dalam pepatah minang “adat basandi syara’ syara’ basandi kitabullah” yang harus di aplikasikan dalam kehidupan. Selain itu, hakikat merantau bagi masyarakat minangkabau juga memiliki peranan yang sangat penting yaitu sebagai komunikasi budaya dalam mengkomunikasikan dan meperkenalkan budaya minangkabau. Kata Kunci : Merantau, Komunikasi, Budaya, Komunikasi budaya, Masyarakat Minangkabau 108 ABSTRACT This study has focused on the nature of the Minangkabau people migrated as a cultural communication. About how the cultural traditions carry the messages are delivered, in accordance with the nature of the Minangkabau people migrated for itself and how culture migrated as communication of cultural values to the community at large.The approach in this study using research literature, by studying and collecting data from literature, books and resources that are relevant and support. The results show that the fact traveled to society minangkabau full of cultural and communication values are closely related to the values of religion (Islam) which has long been the ancestral heritage in the proverbial music "custom basandi Islamic Shari'ah basandi kitabullah" which must be applied in life. Moreover, the fact traveled to society minangkabau also have a very important role as a cultural communication to communicate and introduce the culture of Minangkabau. Keywords : wander, Communication, Culture, Culture Communication, Minangkabau Society PENDAHULUAN Mengkaji tentang budaya dan komunikasi, sesungguhnya adalah suatu hal yang unik dan menarik. Jika dikaitkan, ada banyak dari nilai-nilai budaya yang sesungguhnya erat kaitannya dengan komunikasi. Hal ini dikarenakan budaya adalah suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia seperti juga halnya komunikasi yang tidak bisa dilepaskan dalam kehidupan manusia bahkan sudah merupakan bagian kekal dalam kehidupan manusia seperti halnya bernapas (Cangara,2012:1). Salah satu komunikasi budaya yang menarik untuk dikaji adalah budaya yang ada dalam masyarakat minangkabau. Masyarakat yang berasal dari wilayah sumatera barat di pulau sumatera ini adalah salah satu suku yang tidak saja terkenal akan keindahan alamnya saja, tetapi juga terkenal dengan kaya akan nilai-nilai budaya dan tradisi yang beraneka ragam dan menarik untuk dikaji. Salah satu tradisi yang menarik untuk dikaji yang sarat akan nilai nilai tradisi dan komunikasi antar budaya dalam masyarakat minangkabau adalah budaya merantau. Merantau sesungguhnya adalah suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dari masyarakat Minangkabau. Masyarakat minangkabau dikenal punya tradisi merantau yang kuat. 109 Mereka telah mengembara ke berbagai wilayah Asia tenggara serta ke wilayah lainnya sejak berabad abad yang lalu. Sehingga, keturunan mereka sampai saat ini masih ada bahkan berkembang dibanyak tempat diberbagai wilayah nusantara seperti Kalimantan, Makasar, Aceh, Riau, Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu, Lampung dan wilayah lainnya. Jika kita lihat, sebagian besar dari tokoh-tokoh Indonesia yang berpengaruh juga adalah dari masyarakat minangkabau. Bangsa Indonesia tentu akan ingat dengan jasa-jasa pejuang dan pahlawan negara ini yang berasal dari Ranah Minangkabau seperti Mohammad Hatta, Syarifuddin, Sjahrir dan lainnya yang dianggap tokoh Indonesia paling penting bersama dalam perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Semua tokoh-tokoh besar tersebut adalah para “perantuan”. Pencapaian yang tinggi oleh perantau-perantau itu akhirnya menimbulkan pertanyaan, apa yang menjadi tujuan dan filosofi orang Minang dalam merantau. Secara sederhana bisa direnungkan makna dari sebuah pepatah bijak Minangkabau yaitu “Iduik bajaso, mati bapusako” (Hidup berjasa,mati berpusaka) yang bermakna selagi hidup harus memberi jasa agar setelah mati meninggalkan pusaka (warisan nama baik) yang dikenang sepanjang masa. Jika ditela’ah secara bahasa, asal kata “merantau” itu sendiri sesungguhnya berasal dari bahasa dan budaya minangkabau yaitu “rantau” yang dalam kamus besar bahasa Indonesia mempunyai arti pantai di sepanjang teluk, negeri asing, negeri lain diluar kampong halaman (KBBI.2014:1143). Rantau pada awalnya adalah sebutan untuk wilayah yang berada diluar daerah “inti” Minangkabau (tempat awal mula peradaban Minangkabau). Peradaban Minangkabau wilayah inti itu disebut “darek” (darat) atau luhak nan tigo, sedangkan akitifitas orang-orang dari wilayah inti yang kemudian beraktifitas ke wilayah luar disebut “merantau” atau pergi ke wilayah rantau. Lama kelamaan wilayah rantau pun jadi wilayah Minangkabau. Akhirnya wilayah rantau menjadi semakin jauh dan luas, bahkan pada zaman modern sekarang ini wilayah rantau orang minangkabau bisa disebut di seluruh dunia, walaupun wilayah tersebut secara teritorial tidak masuk dalam kategori wilayah minangkabau. Secara nilai tradisi, merantau berfungsi sebagai suatu perjalanan spiritual dan batu ujian bagi lelaki Minangkabau dalam menjalani kehidupannya. Pada masa lalu,kaum lelaki Minangkabau yang biasanya telah menguasai ilmu beladiri silat untuk menjaga diri diperintahkan untuk berangkat pergi merantau dari kampung halaman ketempat yang jauh 110 hanya berbekal seandanya, bahkan tak jarang tanpa bekal sama sekali. Kehidupan yang keras, jauh dari sanak saudara dan kampung halaman diharapkan menjadi cobaan untuk menempa jiwa, kegigihan, dan keuletan lelaki minang dalam meningkatkan derajat kehidupannya. Kebiasaan merantau pada awalnya adalah sesuatu yang melekat pada kaum lelaki masyarakat minangkabau saja, ini disebab karena orang minangkabau menganut sistem matrilinear yang meletakkan kaum ibu atau kaum perempuan sebagai penentu garis keturunan.Sehingga dengan sistem ini penguasa harta pusaka dipegang oleh kaum perempuan, sedangkan hak kaum laki-laki dalam hal ini cukup kecil. Selain itu setelah masa akil baligh para pemuda tidak dapat tidur di rumah orang tuanya,karena rumah hanya diperuntukan untuk kaum perempuan beserta suaminya dan anak–anaknya. Bagi laki–laki minang merantau erat kaitanya dengan pesan nenek moyang “karantau madang di hulu babuah babungobalun”. Anjuran merantau kepada laki–laki karena belum berguna.Namun pada perkembangannya, tradisi merantau tidak lagi dilakukan oleh kaum lelaki saja, akan tetapi juga dilakukan oleh para kaum wanita dari masyarakat minangkabau yang mengakibatkan semakin banyak masyarakat minangkabau yang merantau. Sehingga akhirnya, nilai-nilai budaya minangkabau yang kental menyatu dalam diri masyarakatnya ikut tersebar seiring dengan bertebarnya masyarakat minangkabau yang tidak hanya diseluruh pelosok negeri namun juga tersebar dihampir seluruh penjuru negeri yang ada didunia. TINJAUAN PUSTAKA a. Defenisi Komunikasi Komunikasi adalah interasi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja, tidak terbatas bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi (Shannon dan Weaver, yang dikutip Cangara, 2011:2). Riswandy (2009:5-7) merumuskan berbagai defenisi komunikasi mempunyai beberapa pokok pengertian: 1) Komunikasi adalah suatu proses mengenai pembentukan penyampian, penurunan dan pengolahan pesan. Membentuk pesan artinya menciptakan ide atau gagasan. 111 2) Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat dan dapat terjadi dalam diri seseorang, antara dua orang, antara beberapa orang atau banyak orang. 3) Komunikasi bersifat transaksional yang akan berhasil jika kedua belah pihak yang terlibat mempunyai kesepakatan mengenai hal-hal yang dikomunikasikan 4) Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu, bahwa pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta tempat yang sama. b. Fungsi Komunikasi Begitu pentingnya komunikasi dalam hidup manusia, maka Harold D. Laswell mengemukakan bahwa ada beberapa fungsi komunikasi antara lain(1) manusia dapat mengontrol lingkungannya,(2) beradaptasi dengan lingkungan tempat mereka berada, serta (3) melakukan transformasi warisan sosial kepada generasi berikutnya (Cangara, 2012:67). c. Jenis Komunikasi Satu-satunya alat untuk dapat berhubungan dengan orang lain di lingkungan nya adalah komunikasi baik secara verbal maupun non verbal, karena pada dasarnya komunikasi digunakan untuk menciptakan atau meningkatkan aktifitas hubungan antara manusia atau kelompok. Berikut beberapa penjelasan tentang jenis-jenis atau tatanan dalam komunikasi. 1) Komunikasi Intrapribadi, komunikasi intrapribadi (intapersonal communication) adalah komunikasi dengan diri sendiri,baik kita sadari atau tidak. 2) Komunikasi Antarpribadi, komunikasi antarpribadi (interpesonal communication) adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan respon verbal maupun nonverbal berlangsung secara langsung. 3) Komunikasi Kelompok, komunikasi kelompok merujuk pada komunikasi yang dilakukan sekelompok kecil orang (small-group communication). 4) Komunikasi Publik, komunikasi publik adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah orang (khalayak), yaitu tidak bisa dikenal satu persatu. 5) Komunikasi Organisasi, komunikasi organisasi (organizational communication) terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal dan informal, dan berlangsung dalam jaringan yang lebih besar dari komunikasi kelompok. 6) Komunikasi Massa, komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa cetak maupun elektronik yang dikelola sebuah lembaga atau 112 orang yang dilembagakan yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar, anonim, dan heterogen (Onong uchjana,2003:57). PEMBAHASAN 1. Merantau Dalam Adat Minangkabau Masyarakatminangkabau adalah masyarakat yang secara mudah kebaradaannya dapat dijumpai diberbagai pelosok Indonesia, bahkan di dunia. Mereka terkenal dengan berbagai macam ragam budayanya dan juga terkenal akan kelezatan masakannya. Hal itu semua dapat dikenal oleh masyarakat luasdikarenakan adanya sebuah tradisi budaya yang ada dalam masyarakat minangkabau yaitu merantau. Di Indonesia, merantau adalah suatu budaya yang hanya dimiliki oleh suku-suku tertentu saja. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi (Stewart.2005:237). Selain sukuminang, ada suku lain yang masyarakatnya juga terkenal dengan masyarakat perantau seperti Jawa, Bugis, Banjar, Batak, dan sebagian orang di pantai Utara Jawa dan Madura.Namun, filosofi dan tujuan merantau orang minangkabau berbeda dengan imigrasi, urbanisasi, atau trasnmigrasi seperti halnya suku jawa atausuku lainnya. Secara Historis, budaya merantau orang minangkabau sudah tumbuh dan berkembang sejak berabad-abad silam. Para pengelana awal bangsa Eropa yang mengunjungi Asia Tenggara mencatat bahwa orang Minangkabau sudah merantau ke semenanjung Melayu jauh sebelum orang-orang kulit putih datang ke sana. Bahkan sebuah laporan pertengahan Abad ke-19 yang tersimpan dalam arsip di Perpustakaan Leiden, Negeri Belanda, menyebutkan tentang “The Minangkabau State in Malay Peninsula” (Negara Minangkabau di Semenanjung Malaya). Negeri itulah yang kemudian kita kenal sebagai Negeri Sembilan, salah satu kerajaan yang mendirikan Negara Federasi Malaysia. Jadi mereka sudah mendirikan sebuah negara di Semenanjung Malaya jauh sebelum berdiri di barisan terdepan dalam mendirikan sebuah negara di semenanjung Malaya dan jauhsebelum berdiri dibarisan terdepan dalam mendirikan negara Republik Indonesia. 2. Merantau Sebagai Komunikasi Budaya 113 Tradisi merantau orang minang sendiri terbangun dari budaya dinamis, egaliter, mandiri dan berjiwa merdeka. Ditambah kemampuan bersilat lidah atau berkomunikasi yang baik sebagai salah satu ciri khas mereka yang membuatnya mudah beradaptasi dengan suku bangsa mana saja. Komunikasi yang dilakukan masyarakat minang adalah sebagai sebuah realitas biasa dalam kehidupan manusia yang jika dilihat dari sudut fungsi komunikasi adalah sebagai bentuk komunikasi social (Deddy.2007:5) dalam menyatakan eksistensi dan aktualisasi dirinya untuk menjaga kelangsungan hidup ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Zaman dulu kala merantau dilakukan dengan transportasi yang sangat sederhana melewati sungai dan juga melintasi lautan yang memisahkan suatu daratan dengan daratan lainnya yang mau tidak mau akhirnya membuat masyarakat minangkabau harus melakukan hubungan antar budaya yang semakin banyak. Rantau secara tradisional adalah wilayah ekspansi,daerah perluasan atau daerah taklukan. Namun dalam perkembangan belakangan, konsep rantau dilihat dan dikaitkan sebagai suatu yang menyajikan harapan untuk masa depan kehidupan yang lebih baik. Merantau, erat kaitannya dengan konteks kehidupan, baik dari dimensi budaya, komunikasi, sosial, ekonomi dan sebagainya. Menurut perspektif Minangkabau merantau sesungguhnya memiliki nilai-nilai filosofi yang erat kaitannya dengan ideologi, komunikasi dan sosiokultural yang bersumber pada ajaraan Islam. Secara ideologi, merantau adalah suatu kebudayaan yang tidak bisa dilepaskan dari keyakinan “adat basandi syarak, syarat basandi kitabullah” sehingga merantau yang ada dalam adat minang sesungguhnya merujuk pada perintah Allah untuk bertebaran di muka bumi dan kemudian mencari karunia Allah Swt (Quran Surah Al Jumuah:10). Selain itu, secara komunikasi, merantau sesungguhnya adalah bentuk implementasi kehidupan dari apa yang diperintahkan Allah Swt yaitu agar manusia saling berkomunikasi, saling mengenal satu dengan yang lainnya dan juga agar dapat melakukan hubungan interaksi yang baik antara sesama manusia.Hal ini dapat dilihat dalam Al-quran sebagai berikut : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara 114 kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujuraat :13). Sedangkan secara sosiokultural merantau adalah sebagai tahapan yang harus dilalui laki-laki minangkabau yang sudah beranjak dewasa yang pergi meninggalkan kampung halamanya untuk menambah wawasan dan pengalaman hidup guna untuk menambaha ilmu, mengubah nasib menjadi lebih baik lagi dan untuk menaikkan level stratifikasi sosial keluarganya dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat minang merantau dengan kemauan dan kemampuannya sendiri. Mereka melihat proses ini semacam penjelajahan, proses hijrah, untuk membangun kehidupan yang lebih baik.Dalam alam pikiran orang Minangkabau analog dengan dunia agraris kampung halaman atau tanah kelahiran ibaratnya persemian yang berfungsi untuk menumbuhkan bibit. Setelah bibit tumbuh, mereka harus keluar dari persemian ke lahan yang lebih luas agar menjadi pohon yang besar, kemudian berbuah. Proses seperti inilah yang dialami dan kemudian terlihat pada tokoh-tokoh asal Minangkabau yang berkiprah di dunia yang jauh lebih luas seperti muhammad Hatta, Sutan Sjahrir, Muhammad Yamin, Buya Hamka, Muhammad Natsir, Haji Agus Salim, atau generasi yang lebih belakangan lahir, mereka tumbuh mengalami masa kecil dan remaja di kampung, lalu pergi merantau. Namun, setinggi-tingginya jabatan atau kesuksesan orang minang di negeri rantau, ia akan selalu ingat dengan kampong halamannya. Hal ini sesuai dengan pepatah minang yang menyatakan “satinggi tinggi tabang bangau, nan suruiknyo ka kubangan juo” .sehingga filosofi ini jugalah yang membuat orang minang dimanapun ia berada, membawa selalu nilai-nilai budaya yang berasal dari kampung halamannya di negeri orang. Sehingga hal inilah yang akhirnya membuat budaya minang di kenal oleh masyarakat luas diseluruh belahan dunia. Dalam kenyataannya, orang minang adalah orang yang pandai dalam merantau.Hal ini dikarenakan, mereka adalah masyarakat yang pandai dalam berkomunikasi.Mereka selalu mudah membaur, jarang terlibat konflik ke mana pun mereka merantau, dimana pun berada, orang Minang memiliki daya adaptasi yang tinggi dengan lingkungannya. Ini sesuai dengan ungkapan yang merupakan pedoman hidup mereka “dimana bumi dipijak, di situ langit di junjung”. Kemahiran masyarakat minang dalam berinteraksi karena budaya dan perilaku hidup mereka yang terbuka, tidak eksklusif, dan hidup membaur dengan masyarakat setempat. 115 Karena daya adaptasi, kemampuan menyesuaikan diri yang tinggi itu mereka pun diterima oleh masyarakat di mana mereka berada. Mereka diterima menjadi pemimpin formal maupun informal dirantaunya masing-masing. Budaya merantaulah yang menyebabkan orang Minang tersebar dan mempunyai peranan di mana-mana, di berbagai kota dan pelosok di Indonesia dan mancanegara. Meskipun orang Minang selalu membaur dan mudah menyesuaikan dengan lingkungannya di rantau, namun ada sesuatu hal yang unik dan selalu menjadi ciri khas mereka, yakni kepedulian dan kecintaan kepada kampung halaman.Hal ini disebabkan karena masyarakat minang adalah masyarakat yang menganut sistem matriliniar (keturunan garis ibu), jelas mereka mempunyai rasa cinta yang sangat besar kepada ibu yang melahirkannya. Demikian pula dalam hal mencintai tanah kelahiran atau kampung halamannya. Kecintaan kepada kampung halaman mereka ditunjukan, setidaknya dalam dua hal; yang pertama, kepedulian yang tinggi kepada negeri asal kampung halaman dan adat budayanya. Kedua, di mana tempat mereka berada, mereka membangun ikatan-ikatan kekeluargaan dalam bentuk kesatuan se-negeri asal dalam ikatan kekeluargaan Minang. Di rantau mereka tetap mereka tetap mempertahankan jati diri sebagai orang Minang yang menganut “adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah”. Mereka tetap setia memlihara nilai-nilia budaya, adat istiadat, tradisi, dan kesenian dari daerah asal mereka sendiri. KESIMPULAN Secara Historis, budaya merantau orang Minangkabau sudah tumbuh dan berkembang sejak berabad-abad silam.Tradisi merantau orang Minang terbangun dari budaya dinamis, egaliter, mandiri dan berjiwa merdeka. Ditambah kemampuan berkomunikasi sebagai salah satu ciri khas yang membuatmereka mudah beradaptasi dengan suku bangsa mana saja. Orang minang dimanapun ia berada, membawa selalu nilai-nilai budaya dinegeri orang sebagai pelepas rindu akan kampung halamannya. Dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam hal masakan, kebiasan-kebiasaan, bahasa maupun yang lainnya, tradisi minang selalu melekat dalam diri mereka.Sehingga aktifitas merantau yang mereka lakukan, selain sebagai sebuah tradisi, juga sekaligus sebagai sarana komunikasi budaya 116 dalam meperkenalkan nilai-nilai budaya sehingga akhirnya membuat budaya mereka di kenal oleh masyarakat luas bahkan diseluruh belahan dunia. DAFTAR PUSTAKA Departemen Agama Republik Indonesia. 1990. Al-Quran & Terjemahan. TohaPutra. Semarang Deddy Mulyana. 2007, Ilmu Komunikasi “Suatu Pengantar”, Rosda Karya, Bandung Deddy Mulyana. 2003, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rosda Karya, Bandung Hafied Cangara. 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi, Rajawali Press, Jakarta Naim, Mochtar,1979. Merantau: "Pola Migrasi Suku Bangsa Minangkabau". Yogyakarta:Gadjah Mada University Press, Onong Uchjana Effendi. 2003, Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung Riswandi, 2009. Ilmu Komunikasi (Cetakan Pertama). Yogyakarta : Graha Ilmu Steward L.Tubbs. 2005, Human Communication, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. http://farahcamilla.blogspot.co.id/2016/04/merantau-dalam-masyarakat-minangkabau.html https://zafriadihistory.wordpress.com/2014/12/24/merantau-dalam-masyarakatminangkabau/ https://id.wikipedia.org/wiki/Orang_Minangkabau 117 117