Untitled - Jurnal UMRI - Universitas Muhammadiyah Riau

advertisement
SUSUNAN DEWAN REDAKSI JURNAL KAJIAN COMMUNICARE
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
PERIODE 2016-2020
Pembina
Penanggung jawab
: Rektor Universitas Muhammadiyah Riau
: Jupendri, S.Sos., M.I.Kom
Penyunting Ahli
: Dr. Junaidi, M.Hum
Pimpinan Redaksi
Sekretaris Redaksi
: Umar Abdur Rahim SM, S.Sos.I., MA
: Muhammad Syafi’i, S.Sos., M.I.K
Penyunting Pelaksana
: Jayus, S.Sos., M.I.Kom
Desliana Dwita, S.IP., M.I.Kom
Aidil Haris, S.SoS., M.Si
Pelaksana Tata Usaha
: Syafrizal A.md
DAFTAR ISI
Halaman 1
EFEKTIVITAS TUNJANGAN KINERJA DAERAH (TKD) DALAM
PENINGKATAN KINERJA PEGAWAI DI SEKRETARIAT KOTA
ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN
Nurhasanah1
& Retnowati WD Tuti 2
Halaman 12
STRATEGI KOMUNIKASI YANG EFEKTIF DALAM
MEMPROMOSIKAN PRODUK PASAR MODAL SYARIAH
Syukurdi
Halaman 24
STASIUN TELEVISI NASIONAL MENYIKAPI REGULASI PENYIARAN
JARINGAN
Desliana Dwita
Halaman 40
OPTIMALISASI KOMUNIKASI DALAM PENGEMBANGAN
MANAJEMEN DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
Zahriyah Simargolang
Halaman 53
KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DALAM MENDIDIK
ANAK MENURUT AL QURAN (Tinjauan Analisis Komunikasi Islam)
Aidil Haris
Halaman 62
ERA KEWARGANEGARAAN DIGITAL DALAM APLIKASI INFOMASI
DAN KOMUNIKASI DI INDONESIA
Ali Murtadha
Halaman 77
BIAYA KOMUNIKATOR POLITIK DI PILKADA SERENTAK
Jupendri
Halaman 95
DAYA TARIK FACEBOOK SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI
ALTERNATIF
Marlina
Halaman 107
MERANTAU SEBAGAI KOMUNIKASI BUDAYA MASYARAKAT
MINANGKABAU
Umar Abdur Rahim SM
1
EFEKTIVITAS TUNJANGAN KINERJA DAERAH (TKD)
DALAM PENINGKATAN KINERJA PEGAWAI
DI SEKRETARIAT KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN
Nurhasanah1
[email protected]
Retnowati WD Tuti 2
[email protected]
FISIP Universitas Muhammadiyah, Jakarta
ABSTRAK
Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui Efektivitas Tunjangan Kinerja Daerah
(TKD) dalam Peningkatan Kinerja Pegawai Di Sekretariat Kota Administrasi Jakarta
Selatan. Landasan Teori yang digunakan menurut Kirkpatrick (Mondy, 2008:231) dalam
buku Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia yang ditulis oleh Suparno Eko
Widodo (2015:105) dengan empat indikator yang digunakan untuk mengukur efektivitas
program yang dijalankan yaitu Reaksi, Proses, Prilaku dan Hasil. MetodePenelitian,
adalah Deskriptif dengan Pendekatan Kualitatif. Informan sebanyak 7 orang yang
ditentukan dengan menggunakan Teknik Purposive. Teknik Pengumpulan Data yang
digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik Analisis Data
menggunakan model analisis interaktif. Selain itu uji keabsahan data dengan menggunakan
metode Triangulasi. Hasil Penelitian menunjukan bahwa efektivitas tunjangan kinerja
daerah (TKD) dalam peningkatan kinerja pegawai di Sekretariat Kota Administrasi Jakarta
Selatan sudah berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari 4 indikator yang digunakan untuk
mengukur Efektivitas TKD yaitu reaksi, proses, prilaku, hasil. Namun demikian dari hasil
penelitian masih ada yang perlu ditingkatkan yaitu pengawasan sistem absensi PNS,
walaupun sudah dilakukan oleh mesin absensi elektronik tetapi penarikan data belum
dilakukan secara on-line dan real time, masih ditampung oleh Komputer SKPD yang
memungkinkan dilakukan manipulasi datanya. Serta pengawasan atasan, karena atasan
langsunglah yang memberikan nilai kinerja yang nantinya akan diinput melalui system eTKD sehingga dapat memotivasi bawahanya untuk berbuat perubahan prilaku ke arah yang
lebih baik.
Kata Kunci: Efektivitas, Tunjangan Kinerja Daerah, Peningkatan Kinerja, Kinerja
Pegawai.
2
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the effectiveness of the Regional
Performance Allowance (TKD) In Improving Employee Performance In South Jakarta
Administration City Secretariat. The theoretical basis used is according to Kirkpatrick
(Mondy 2008: 231) in the book Management of Human Resources Development written by
Suparno Eko Widodo (2015: 105) with four indicators used to measure the effectiveness of
the programs that reaction, Process, Behavior and Results. The Research Method used in
this research is descriptive method with qualitative approach. Informants 7 people were
determined using purposive technique. Data collection techniques used were interviews,
observation and documentation. Data analysis technique using an interactive model.
Besides test the validity of the data using triangulation method. The results of the study
show that the effectiveness of performance allowance (TKD) in improving the performance
of employees in the Secretariat of South Jakarta Municipality has been going well, it is
seen from the four indicators used to measure the effectiveness of TKD of reactions,
processes, behaviors, results. However, the results of research still needs to be improved is
the attendance of civil servants surveillance system, even when carried out by electronic
attendance machines but the withdrawal of the data has not been done on-line and in real
time, still housed by Computer SKPD which allows manipulation of data. As well as
superior control , Because The direct boss was the value of the performance that will be
inputted via e-TKD system that behavioral change can motivate subordinates to do a better
direction
Keywords: Effectiveness, Improved Performance, Benefits Regional
Performance,Performance Of Employees.
PENDAHULUAN
Pegawai Negeri Sipil yang merupakan sumber daya manusia dalam instansi
pemerintah dan merupakan kekuatan yang menentukan bagi keberhasilan tujuan
organisasi. Oleh karena itu, tercapainya tujuan organisasi diperlukan adanya Pegawai
Negeri Sipil yang bermental baik, mempunyai dedikasi, berprestasi, berkualitas,
bertanggung jawab penuh sebagai aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat. Di
dalam upaya meningkatkan kinerja karyawan, usaha yang dilakukan perusahaan atau
pemerintah tidak terlepas dari berbagai hal, diantaranya kompensasi atau tunjangan yang
diberikan kepada karyawan dan juga motivasi yang ada didalam diri karyawan. Kinerja
yang baik sangat diperlukan didalam upaya pencapaian tujuan organisasi.
Secara umum penghasilan Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil
terbagi atas dua komponen yaitu pendapatan yang melekat pada gaji pokok yang
dibayarkan rutin setiap bulan dan pendapatan yang tidak mengikuti gaji pokok seperti
tunjangan lain (tunjangan keluarga, tunjangan fungsional, tunjangan struktural) yang
3
diperbolehkan oleh peraturan perundangan yang berlaku, dan besarnya disesuaikan dengan
pendapatan asli daerah (PAD) masing masing daerah. Karena itu untuk meningkatkan
kinerja pegawai yang tinggi maka Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menetapkan dua
kebijakan yang penting yaitu berupa pemberian tunjangan kinerja daerah dan menerapkan
sasaran kinerja pegawai (SKP) terhadap beban kerja yang menjadi tanggung jawab masing
masing pegawai.
Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan pegawai, maka Pemda DKI Jakarta
membuat suatu kebijakan berupa Peraturan Gubernur Nomor 12 Tahun 2012 tentang
perubahan atas Peraturan Gubernur Nomor 38 Tahun 2011 tentang Tunjangan Kinerja
Daerah (TKD) dengan berdasarkan pada penilaian kehadiran dan kinerja para PNS dan
CPNS. Sebagai konsekuensi, setiap pegawai dituntut untuk bekerja sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya. Pemberian TKD ini bukan hanya ditujukan untuk meningkatkan
penghasilan semata, tetapi juga dalam rangka meningkatkan produktivitas dan kinerja
pegawai secara menyeluruh, bagi terciptanya kinerja aparatur pemerintah Provinsi DKI
Jakarta yang profesional, akuntabel dan senantiasa berorientasi pada pemberian pelayanan
yang prima kepada masyarakat.
Pengamatan sementara di lapangan dalam hal penilaian kinerja dan disiplin
pegawai menunjukkan adanya masalah terhadap kinerja dan disiplin pegawai pada
Sekretariat Kota Administrasi Jakarta Selatan yang mempunyai tugas melaksanakan tugas
Walikota yang dilimpahkan dari Walikota dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas
Walikota di Sekretariat Kota Administrasi Jakarta Selatan. Indikasinya yang masih sering
dijumpai terkait dengan kinerja pegawai antara lain beban kerja yang tidak merata antar
pegawai, banyak pegawai yang masih melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan
tupoksinya atau dalam pelaksanaan tugasnya tidak tepat waktu, ini penyebabnya
dikarenakan jenuh dalam pekerjaan yang itu itu saja dalam satu unit instansi, tidak pernah
mendapatkan rotasi selama puluhan tahun bahkan sampai mendekati masa pensiun dan
kepercayaan pimpinan dalam memberikan tugas hanya diberikan kepada pegawai tertentu
saja karena disebabkan loyalitasnya. Sedangkan dalam masalah disiplin pegawai masih
dijumpai kedisiplinan pegawai yang masih rendah, hal ini terlihat dari data daftar hadir
mengikuti kegiatan upacara hari besar/apel senin tanpa keterangan, dimana banyak
pegawai di Sekretariat Kota Administrasi Jakarta Selatan yang tidak tepat waktu atau tidak
mengikuti upacara hari besar/apel senin. ini sangat ironis sekali, padahal penilaian kinerja
4
dan kehadiran tersebut sangat berpengaruh terhadap besarnya tunjangan yang akan
diterima oleh masing-masing pegawai.
Perumusan Masalah
Sehubungan dengan pembatasan masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah Efektivitas Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) Dalam Peningkatan
Kinerja Pegawai di Sekretariat Kota Administrasi Jakarta Selatan?
2. Apa sajakah hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses peningkatan kinerja
pegawai di Sekretariat Kota Administrasi Jakarta Selatan?
Tujuan Penelitian
Seiring dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang
ingin dicapai, yaitu :
1. Untuk mengetahui Efektivitas Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) Dalam Peningkatan
Kinerja Pegawai di Sekretariat Kota Administrasi Jakarta Selatan.
2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses peningkatan kinerja
pegawai di Sekretariat Kota Administrasi Jakarta Selatan.
TINJAUAN PUSTAKA
Efektivitas Program
Diungkapkan oleh Kirkpatrick (Mondy, 2008:231) dalam buku Manajemen
Pengembangan Sumber Daya Manusia yang ditulis oleh Suparno Eko Widodo (2015:105)
terkait dengan model evaluasi pelatihan dan pengembangan yang terdiri dari pendekatan
sebagai berikut :
1. Opini Masyarakat (Reaksi)
Mengevaluasi program pelatihan dan pengembangan dengan menanyakan opini para
peserta merupakan hal yang memberikan respons dan saran untuk perbaikan.
Pendekatan ini adalah cara yang baik untuk memdapatkan umpan balik secara cepat dan
murah.
2. Tingkat Pembelajaran (Proses)
Beberapa organisasi melaksanakan tes-tes untuk menentukan apa yang telah dipelajari
para peserta dalam program pelatihan dan pengembangan. Desain control pretest-posttes
adalah salah satu prosedur evaluasi yang mungkin digunakan.
3. Perubahan Prilaku (Prilaku)
Tes-tes bisa secara akurat menunjukkan apa yang telah dipelajari para peserta, namun
hanya memberikan sedikit petunjuk mengenai kemampuan pelatihan dalam
5
mengarahkan para peserta untuk mengubah perilaku mereka. Hal yang dapat menjadi
pembuktian dalam pelatihan dan pengembangan yaitu dengan munculnya perubahan
perilaku.
4. Pencapaian Tujuan pelatihan dan pengembangan (Hasil)
Pendekatan lain untuk mengevaluasi pelatihan dan pengembangan melibatkan
penentuan sampai di mana program-program tersebut telah mencapai tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan dan secara nyata berdampak pada kinerja.
Evaluasi program pelatihan dan pengembangan dapat dilihat dari empat aspek yang
meliputi reaksi karyawan terhadap program yang dilaksanakan, pembelajaran atau
pengetahuan yang diperoleh oleh karyawan, adanya perubahan perilaku karyawan dan
yang terakhir yaitu sejauh mana pelatihan dan pengembangan karyawan dapat berdampak
pada perbaikan organisasi yang tampak pada pencapaian tujuan-tujuan yang diinginkan.
Aspek-aspek tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi organisasi dalam menindak
lanjuti program yang telah dilaksanakan apakah perlu perbaikan dan penyesuaianpenyesuaian dengan perkembangan baru yang disesuaikan dengan kebutuhan dan
perkembangan zaman.
Kompensansi / Tunjangan
Menurut Mangkunegara (2007:84) membagi kompensasi ada dua bentuk, yaitu:
intrinsik dan ekstrinsik.
1.
Kompensasi intrinsik menyangkut nilai (non materi) yang diterimakan karena suatu
tugas misalnya partisipasi dalam pengambilan keputusan, rasa pertanggungjawaban,
kesempatan untuk mengembangkan diri, adanya keleluasaan dalam menjalankan
tugas, menjadikan pekerjaan lebih menarik dan keanekaragaman tugas.
2.
Kompensasi ekstrinsik menyangkut imbalan yang diterima dari lingkungan yang
mengelilingi tugas itu sendiri dan terdiri dari kompensasi langsung (direct
compensation), kompensasi tidak langsung (indirect compensation) dan kompensasi
nonfinansial.Yang dimaksudkan kompensasi langsung adalah imbalan yang diterima
pegawai
secara
langsung
karena
telah
memberikan
kontribusinya
kepada
institusi.Kompensasi jenis ini terdiri dari gaji pokok, bonus, premi, liburan, cuti, dan
lain-lain. Kompensasi tidak langsung terdiri dari jaminan kesehatan seperti asuransi
jiwa dan kesehatan, gaji penuh dengan tanpa memperhitungkan faktor lain yang
mengurangi jam kerja, misalnya seseorang pada suatu ketika berhalangan untuk
bekerja dan jasa layanan lainnya. Kompensasi nonfinansial adalah segala fasilitas yang
diberikan oleh institusi atau organisasi.
6
Kinerja
Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2001 : 34) menyatakan bahwa kinerja (prestasi
kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas
yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan
kesungguhan serta waktu.
Menurut Simanjuntak (2005) “ Kinerja adalah tingkatan pencapaian hasil atas
pelaksanaan tugas tertentu. Simanjuntak juga mengartikan kinerja individu sebagai tingkat
pencapaian atau hasil kerja seseorang dari sasaran yang harus dicapai atau tugas yang
harus dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu “.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di UKPD Sekretariat Kota Administrasi Jakarta
Selatan pada bulan Juli sampai dengan September 2015.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara,
observasi dan dokumentasi.
Teknik Penarikan Informan
Teknik pemilihan informan pada penelitian ini menggunakan teknik purposive,
yaitu teknik pemilihan informan dengan pertimbangan tertentu sebanyak 7 orang. Adapun
yang menjadi informan adalah orang-orang yang terlibat langsung dalam pelaksanaan
kebijakan pemberian Tunjangan Kinerja Daerah dan dipilih berdasarkan yang paling
mengetahui pelaksanaan dan dampak langsung dari kebijakan mengenai kinerja pegawai
tersebut.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model
analisis interaktif yang terdiri dari tiga komponen yaitu : reduksi data, sajian data dan
penarik simpulan atau verifikasinya.
Uji Keabsahan Data
Dalam menguji keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik
Triangulasi.
7
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Untuk mengetahui efektivitas Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) yang dijalankan
oleh Pemerintah DKI Jakarta khususnya Sekretariat Kota Administrasi Jakarta Selatan,
maka ditetapkan indikator efektivitas program yang dapat dilihat beberapa tahapan, seperti
yang diungkapkan oleh Kirkpatrick (Mondy, 2008:231) dalam buku Manajemen
Pengembangan Sumber Daya Manusia yang ditulis oleh Suparno Eko Widodo( 2015: 105 )
yang terdiri dari pendekatan sebagai berikut :
1. Opini para pegawai (Reaksi)
Untuk mengetahui reaksi karyawan terhadap program pemberian Tunjangan
Kinerja Daerah (TKD) yang dilaksanakan., terkait dengan indikator tersebut dapat
dikatakan bahwa pada dasarnya para pegawai dilingkungan Sekretariat Kota Administrasi
Jakarta Selatan sangat mendukung program tersebut, dikarenakan sudah mengetahui
maksud dan tujuan dari pemberian Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) yang dikeluarkan
oleh pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Namun dari segi disiplin masih rawan manipulasi
data dari operator mesin absensi, Oleh sebab itu perlu adanya sistem absensi on-line dan
real time langsung ke operator utama tanpa harus direkapitulasi oleh operator pendukung
dari SKPD ataupun UKPD terkait agar reward dan punishnya sesuai dengan kinerja
masing-masing pegawai.
2. Tingkat pembelajaran (Proses)
Seberapa besar pembelajaran dan pengetahuan yang diperoleh oleh karyawan dari
program pemberian Tunjangan Kinerja Daerah (TKD), terkait dengan indikator tersebut
dapat dikatakan bahwa semua peraturan yang berhubungan dengan program TKD sudah
dipahami oleh para pegawai dilingkungan Sekretariat Kota Administrasi Jakarta Selatan
termasuk sanksi maupun imbalannya. Namun itu hanya berlaku dari segi disiplin saja
sedangkan dari segi kinerja masih berdasarkan penilaian atasan langsung sehingga belum
obyektif, ini disebabkan masih ada pimpinan yang merasa tidak nyaman bila memberikan
nilai yang terlalu rendah terhadap bawahannya walaupun pegawai tersebut menghasilkan
kinerja yang kurang baik. Oleh sebab itu perlu adanya reward lebih tinggi bagi pegawai
yang memiliki kinerja yang sangat memuaskan berdasarkan peraturan yang ditetapkan
bukan hanya berdasarkan tingkat golongannya saja, seperti yang berlaku saat ini.
8
3. Perubahan prilaku para pegawai (Prilaku)
Adanya perubahan prilaku karyawan setelah mendapat program pemberian
Tunjangan Kinerja Daerah (TKD), terkait dengan indikator tersebut dapat dikatakan
adanya perubahan prilaku para pegawai dilingkungan Sekretariat Kota Administrasi
Jakarta Selatan yang signifikan baik dari segi disiplin maupun kinerjanya. Namun itu
dilakukan hanya mentaati peraturan saja bukan kesadarannya akan kewajibannya sebagai
PNS, karena mereka beranggapan bila tidak mentaati peraturan akan mendapat sanksi
yang dapat berpengaruh terhadap pemberian Tunjangan Kinerja Daerah (TKD)nya. Oleh
sebab itu perlu adanya pembinaan kedisiplinan pegawai dari unit yang mengelola
kepegawaian agar secara perlahan dan pasti para pegawai Sekretariat Kota Administrasi
Jakarta Selatan tanpa paksaan menjalani kewajibannya dan mendapatkan haknya sesuai
dengan kinerja yang dihasilkan.
4. Pencapaian Tujuan Tunjangan Kinerja Daerah (Hasil)
Sejauh mana program pemberian Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) pada
pengembangan dan perbaikan karyawan khususnya dampak yang nyata pada kinerja
sehingga tujuan organisasi yang diinginkan dapat terwujud, terkait dengan indikator
tersebut dapat dikatakan sudah berhasil meningkatkan kinerja, disiplin dan kesejahteraan
para pegawai di Sekretariat Kota Administrasi Jakarta Selatan. Namun masih belum
sempurna karena masih adanya faktor penghambat dalam program pemberian TKD
tersebut antara lain : 1) Kebijakan politik yang berlaku, 2) Kehadiran yang belum on-line
dan real time, 3) Tidak adanya kemauan berubah dari pegawai untuk mengikuti perubahan
yang berjalan saat ini.
Oleh sebab itu perlu adanya pengelolaan anggaran yang
bijak tanpa harus
terpengaruh oleh kebijakan politik yang berlaku pada saat itu, sistem kehadiran yang
ditangani oleh pegawai yang bertanggungjawab atas pekerjaannya, dan terakhir
memberikan pembinaan bagi pegawai yang tidak mau mengikuti perubahan serta yang
memasuki masa pensiun untuk mengajukan MPP (Masa Persiapan Pensiun) lebih awal
agar tidak terkena hukuman disiplin jika melanggar peraturan yang berlaku.
Rekapitulasi Hasil Penelitian
Dapat disimpulkan bahwa pemberian Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) sangat
efektif untuk meningkatkan kehadiran, kinerja dan kesejahteraan pegawai, karena adanya
9
hubungan timbal balik antara Pegawai, TKD dan kinerja yang dihasilkan, karena kinerja
yang baik akan menghasilkan TKD yang besar pula, sehingga pegawai dapat terpenuhi
kebutuhan hidupnya yang membuat sejahtera dan akan membangkitkan gairah untuk hadir
tepat waktu sehingga pegawai yang bersangkutan akan dapat menghasilkan kinerja yang
baik dan berkualitas.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan maka Efektivitas Tunjangan Kinerja Daerah
(TKD) Dalam Peningkatan Kinerja Pegawai di Sekretariat Kota Administrasi Jakarta
Selatan dapat disimpulkan :
1. Cukup efektif. Efektivitas tersebut dapat dilihat dari 4 indikator:
1). Opini para pegawai (Reaksi), maksudnya para pegawai dilingkungan Sekretariat Kota
Administrasi Jakarta Selatan sangat mendukung program TKD tersebut, dikarenakan
sudah dari pemberian Tunjangan Kinerja Daerah (TKD
2). Tingkat pembelajaran (Proses), para pegawai mempelajari kebijakan TKD dari
sosialisasi yang sering dilakukan Pemda sehinggamengetahui maksud, tujuan, sanksi
dan imbalan TKD
3). Perubahan Prilaku Para Pegawai (Prilaku), maksudnya telah terjadi perubahan prilaku
para pegawai yang signifikan baik dari segi disiplin maupun kinerjanya
4). Pencapaian Tujuan Tunjangan Kinerja Daerah (Hasil), maksudnya sudah berhasil
meningkatkan kinerja, disiplin dan kesejahteraan para pegawai.
2. Hambatan yang dihadapi dalam proses peningkatan kinerja pegawai di Sekretariat Kota
Administrasi Jakarta Selatan, adalah :
1). Perubahan disiplin masih terbatas pada jam kehadiran dan berpakaian bukan pada
disiplin kerja dengan produktivitas yang lebih baik
2). Sistem absensi belum dilakukan secara on-line dan real time
3). Pengawasan atasan langsung untuk dapat diinput ke system e-TKD belum berjalan
4). Masih terdapat kelambatan pembayaran TKD tiap bulan
Saran
Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut tentang Efektivitas TKD di Kota Administrasi
Jakarta Selatan dengan pendekatan kuantitatif, mengingat masih terdapat kekurangan,
maka :
10
1. Diharapkan Disipilin tidak hanya terbatas pada disiplin waktu dan pakaian
2. Diharapkan Sistem absensi dilakukan secara on-line dan real time
3. Diharapkan telah berjalan Pengawasan Atasan Langsung yang dapat langsung diinput
ke system e-TKD
4. Diharapkan Pencairan Anggaran pembayaran TKD tidak terlambat lagi setiap bulan.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Hasibuan, Malayu S.P, 2007, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi
Jakarta : PT Bumi Aksara
Revisi 9,
Mangkunegara, AA Anwar Prabu, 2007, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia,
Bandung : Penerbit PT Refika Aditama
Moleong, Lexy, 2011, Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi 29 Bandung : Remaja
Rosdakarya
Sugiyono, 2001, Metode Penelitian Administrasi, Bandung : Alfabeta
Sutrisno, Edy, 2010, Budaya Organisasi, Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Widodo, Suparno Eko, 2015, Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Dokumen Perencanaan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kota Administrasi
Jakarta Selatan Tahun 2013, Bagian Tata Laksana Sekretariat Kota Administrasi
Jakarta Selatan, 2013
Laporan Kegiatan Operasional E-Absensi dan E-TKD Sub Bagian Kepegawaian Setko
Bagian Ketatalaksanaan Setko Administrasi Jakarta Selatan, 2013
Lembar Sasaran Kerja Pegawai Negeri Sipil Bagian Umum dan Protokol Sekretariat
Kota Administrasi Jakarta Selatan, 2014
Rencana Strategis 2013-2017 (Restra) Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan,
Bagian Tata Laksana Sekretariat Kota Administrasi Jakarta Selatan, 2013.
Peraturan Perundang-Undangan
Permendagri No 59 Tahun 2007 tentang perubahan atas Permendagri No 13 Tahun 2006
tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil
Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 38 Tahun 2011 tentang Tunjangan
Kinerja Daerah
11
Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 12 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas
Peraturan Gubernur Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Tunjangan Kinerja Daerah
Internet
http://bisnis.liputan6.com/read/806871/4-pelanggaran-yang-bikin-pnsdipecatBisnis
Liputan6.com. (6-3-2015).
http://www.academia.edu/Makalah Etika Bisnis/Muhammad Andriansyah. Kamis, 5
Februari 2015.
12
STRATEGI KOMUNIKASI YANG EFEKTIF DALAM MEMPROMOSIKAN
PRODUK PASAR MODAL SYARIAH
SYUKURDI
[email protected]
STAIN GAJAH PUTIH TAKENGON ACEH TENGAH, ACEH
ABSTRAK
komunikasi merupakan suatu yang terpenting dalam kehidupan sehari-hari, karena tanpa
komunikasi hasrat manusia sebagai makhluk intraksi tidak akan tercapai, hal demikian
dengan sudut pandang dunia ekonomi, terlebih dunia ekonomi Islam. Seiring kemajuan
ekonomi Islam, maka, persfektif komunikasi Islam, wajib untuk berperan aktif dalam
mempromosikan segala produk ekonomi Islam dewasa ini. Dengan didasari lingkup
komunikasi Islam,komponen komunikasi, proses komunikasi, bentuk komunikasi, teknik
komunikasi, tujuan dan fungsi dari komunikasi, model, bidang komunikasi, standarisasi
komunikasi berbasis syariah, serta strategi komunikasi yang Islami.
Kata Kunci : Strategi, Komunikasi, Promosi, Pasar Modal Syariah
ABSTRACT
Comunication, a some one very importen, in live, because, not communication, human are
social intraction, not sucses, so by corner persfektif world economic, plus world econimic
Islam. Sucses pull economic Islam in every day, persfektif communication of islam, have
suport and active to exhibition produc economi Islam old the in. By have element adaption
communication of Islam, composition communication, proces comunication, tehknik
communiction, to and user of communication Islam, model communication, study
communication, standaristion of communicaton basic syariah, strategi communication of
islamic.
Keywords : Strategy, Communications, Promotions, Islamic Capital Market
13
PENDAHULUAN
Strategi merupakan rencana tindakan, termasuk penggunaan metode dan
pemamfaatan berbagai sumber daya. Dengan demikian, strategi merupakan proses
penyusunan rencana, sebelum sampai pada tindakan (M. Ali, 2004). Dalam arti lain,
strategi dirangkai dan disusun secara rapi dengan tujuan untuk mecapai tujuan tertentu
sehingga mengahadirkan atau menciptakan keinginan yang akan dicapai. Sedangkan
komunikasi yang bersumber dari kata communis yang berarti sama, disini maksudnya sama
makna ( Onong, 1984 ).
Dari berbagai rangkaian definisi diatas dapat ditarik kesimpulan mengenai makna
strategi komunikasi ialah suatu perencanaan dalam mencapai tujuan untuk menyama
rasakan apa yang dirasakan oleh komunkator menjadi sama rasa dengan komunikan,
khususnya pada hal ini yakni pada strategi komunikasi dalam mepromosikan produk pasar
modal khususnya pada pandangan syariah.
Aksiologi dari komunikasi dalam mempromosikan produk dalam dunia pasar
modal syariah, terutama diera persaingan global dewasa ini dirasakan sangat perlu, karena
secara tidak langsung dampak fositif dari soaialisasi produk pasar modal syariah dapat
mensejahterakan masyarakat menengah kebawah dan sekaligus meningkatkan rasa iman
manusia sebagai hamba yang beribadah dan hamba yang bermuamalah.
Secara epistimologi komunikasi, paradigma nilai komunikasi yang berkaitan
dengan dunia ekonomi maka secara mutlak tidak terlepas dengan kajian komunikasi bisnis
berbasis syariah terlebih menyangkut dengan nilai jual, untung rugi serta relation dalam
berkomunikasi bisnis dan spritual Islami.
Menurut penulis, pada umumnya terutama dikalangan masyarakat Indonesia,
mengenal produk pasar modal yang berbasiskan syariah masing asing ditelinga maysarakat
Indonesia, hal ini mungkin dipengaruhi oleh kinerja perekonomian di Indosenia masih
dikenal dengan istilah ekonomi konvensional termasuk juga lembaga yang menjadi
panutan untuk mengontrol maju mundurnya ekonomi Indonesia seperti Bank Indonesia itu
sendiri, sehingga secara refleks dapat mempengaruhi kinerja sosialisasi dalam
mempromosikan produk pasar modal yang berbasis syariah.
Disisi lain itu juga, masyarakat menilai, antusias pemeritah dalam
mengeksistensikan nilai-nilai produk pasar modal yang berbasiskan syariah dirasakan
masih setengah hati, sehingga antusias masyarakat terhadap produk pasar modal yang
berbasiskan syariah dirasakan oleh penulis masih kurang. Oleh karena itu perlu terobosan
baru untuk dapat memajukan langkah produk pasar modal yang berbasiskan syariah dalam
pendekatan kajian komunikasi Islam, terutama pada kajian komunikasi bisnis.
Dalam strategi komunikasi untuk mengegolkan produk pasar modal berbasis
syariah, perlu adanya inovasi baru, formulasi baru atau rumusan baru yang dianggap sangat
14
efektif dalam mensosialisasikan produk pasar modal berbasis syariah. Maka dari itu ilmu
komunikasi Islam dirasakan sangat perlu dalam mempromosikannya, karena memiliki
keselarasan pandangan terhadap nilai tauhid dan muamalah.
Tujuan utama riset ini adalah untuk mencari solusi dalam mengupayakan strategi
komunikasi pasar terutama produk pasar modal berbasis syariah dapat diterima masyarakat
banyak, tentunya dalam kajian konteks komunikasi Islam. Hal ini sangat penting dilakukan
mengingat, konteks komunikasi Islam terutama pada bidak komuniksi bisnis, memiliki
landasan prinsip dari al quran dan hadis terlebih lagi yang akan disosialisasikan mengenai
promosi produk pasar modal berbasis syariah. Dalam prinsip komunikasi Islam pada tiap
penyampaian pesan yang bersumber dari al quran memiliki beberapa prinsip yang
mendasar seperti :
1. Qaulan sadidan yakni berkata dengan perkataan yang benar maksudnya adalah
perkataan yang disampaikan haruslah bernilai dan berisi sesuatu yang benar dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
2. Qaulan balighan yakni berkata dengan perkataan yang berbekas pada jiwa mereka,
dengan arti kata dapat mempengaruhi sampai kepada psikologi nasabah atau komunikan
dengan tujuan yang baik dan dengan kebaikan.
3. Qaulan masyuran yakni perkataan dengan ucapan yang pantas, dan mudah dipahami
juga mudah dimengerti.
4. Qaulan layynan yakni perkataan dengan lemah lembut, sebagaimana yang dilakukan
oleh sales, teler-teler bankir dalam menjalankan tugasnya untuk melayani nasabah,
5. Qaulan kariman yakni perkataan dengan ucapan yang mulia, (Syukurdi, 2014 ) dalam
artikata, dengan ucapan yang dapat menghormati nilai-nilai kedudukan nasabah atau
komunikan.
Riset ini sangat penting dilakukan karena mengingat, masih sepinya pengetahuan
masyarakat mengenai pasar modal yang berbasis syariah sehingga berdampak kepada
sepinya minat masyarakat dalam menanamkan modalnya kepasar modal berbasis syariah,
sehingga dapat melemahkan perekonomian syariah dan dapat berdampak kepada
keterpurukan pembangunan-pembangunan yang bersifat kemaslahatan umat baik pada
umat Islam itu sendiri ataupun kepada umat non Islam itu sendiri, oleh karena itu
komuniksi Islam dalam bidang komunikasi bisnis yang berbasis syariah sangat
membutuhkan komunikator-komunikator Islam sebagai poiner dan garda terdepan dalam
mempropagandakan sekaligus menstimulasi masyarakat untuk ikut serta dalam
menggunakan pasar modal berbasis syariah.
15
TINJAUAN PUSTAKA
Lingkup Ilmu Komunikasi
Ilmu komunikasi dipandang dari sudut komponen, bentuk, sifat, metode, teknik,
model, bidang dan sistem komunikasi, dirasakan sangat berguna dalam mengupayakan
strategi komunikasi dengan tujuan mempromosikan produk pasar modal yang berbasiskan
syariah. Dengan menselaraskan lingkup komunikasi Islam sebagai alat untuk
mempromosikan produk pasar modal berbasiskan syariah, tentu tidak terlepas dari
komponen komunikasi.
Komponen Komunikasi diantaranya perlu adanya, a. Komunikator, b. Pesan yakni
pesan yang disampaikan berisikan produk-produk pasar modal yang berbasiskan syariah,
kemudian, c. Media, hal ini sebagai cara yang efektif dalam mempromosikan produkproduk pasar modal syariah, d. Komunikan atau calon nasabah yang akan dijadikan
sahabat dalam menggunakan produk-produk pasar modal syariah, dan selanjutnya, e. Efek,
yaitu dampak atau hasil yang dirasakan oleh nasabah baik sebelum atau sesudah dalam
mengetahui produk-produk pasar modal syariah, sehingga dapat menjadi perhitungan bagi
produsen produk-produk pasar modal syariah.
Proses Komunikasi
a. Proses secara primer adalah proses sosialisasi mempromosikan produk pasar modal
syariah dengan menggunakan media pertama seperti secara lisan, bahasa yang jelas
kepada nasabah atau calon nasabah.
b. Proses secara skunder adalah proses sosialisasi dalam mempromosikan produk syariah
dengan media kedua, seperti menggunakan surat, telepon, televisi, radio dan media
lainya yang dianggap dapat memberi penerangan terhadap nasabah.
Bentuk Komunikasi
a. Komunikasi persona, adalah komunikasi yang salah satunya dilakukan dengan bentuk
komunikasi antar persona ( interpersonal communication). Hal ini dilakukan secara
tatap muka antara komunikator dengan nasabah sebagai komunikan dalam
mempromosikan produk-produk pasar modal syariah.
b. Bentuk komunikasi kelompok, adalah komunikasi yang dilakukan untuk
mempromosikan produk-produk syariah dengan cara membentuk sebuah kelompok
sebagai wadah ajang mempromosikan produk pasar modal syariah. Sebagai contok
komunikasi kelompok dalam mempromosikan produk syariah seperti, ceramah.
Ceramah dapat dilkukan oleh pemuka agama atau da’i dalam mempromosikan produk
syariah melalui jamaah-jamaah pengajian.
Komunikasi Massa
Komunikasi massa, dirasakan salah satu yang efektif dalam mempromosikan
produk pasar modal syariah, seperti menggunakan radio, televisi, pers dan lain sebagainya.
Komunikasi Media
Komunikasi media dalam menunjang peromosi produk pasar modal syariah, dapat
melalui berupa pamflet, spanduk, surat dan lainsebagainya.
16
Sifat Komunikasi
Sugesti yang dapat dilakukan oleh dunia komunikasi dalam memperomosikan
produk pasar modal syariah, memiliki sifat tersendiri dalam memprogandakan produk
pasar modal syariah kepada khalayak banyak dapat melalui sifat komunikasi dengan tatap
muka, media, verbal atau kalimat baik melalui bentuk tulisan atau pun lisan.
Metode Komunikasi
Menurut penulis cara efektif dalam mempromosikan pasar modal menggunkan
metode komunikasi dapat melalui media jurnalistik, seperti media cetak, elektronik, public
relation, advertising, exhibition,publicity, penerangan, dan apabila diperlukan dapat
menggukan metode perang urat saraf (psychological warfare) yakni menggunakan
propaganda dalam mempromosikan produk pasar modal syariah sebagai tindakan
oprasional yang bersifat meliter, ekonomis atau politik dalam mempersuasi nasabah secara
terorganisir tanpa ada kekerasan dengan tujuan mengubah cara pandang nasabah terhadap
stigma negatif yang melekat pada produk pasar modal syariah kepada sudut pandang yang
baik.
Teknik Komunikasi
Dalam mempromosikan pasar modal syariah agar lebih efektif, maka tidak terlepas
dari teknik komunikasi itu sendiri, dalam mencari strategi komunikasi yang efektif untuk
mencapaian promosi pasar modal syariah diantaranya dengan teknik komunikasi sebagai
berikut :
a. Komunikasi informatif, yakni memberikan informasi apa adanya tentang prospek pasar
modal syariah kepada nasabah atau calon nasabah.
b. Komunikasi persuasif, yakni teknik komunikasi dengan cara membujuk calon nasabah
atau nasabah itu sendiri dengan cara prasaan dan menjiwai apa yang diinginkan oleh
calon nasabah itu sendiri tanpa ada unsur paksaan.
c. Hubungan manusiawi, yakni kata lain dari human relation, jika dipandang dari segi
syariah mungkin dapat dikatakan hubungan insani. Teknik komunikasi yang satu ini
dianggap sangat penting dalam kehidupan sehari-hari termasuk pada dunia pasar modal
itu sendiri, karena maju mundurnya perusahaan tidak terlepas dari pencintraan baik
terhadap suatu perusahaan melalui human ralation itu sendiri. Teknik komunikasi
human relation dapat menggunakan teknik konseling dengan tujuan membantu para
karyawan memecahkan masalahnya sendiri, (Onong, 2009) mengusahakan adanya suatu
suasana yang baik, demikian juga pada suasana dalam mempersuasif dan mensugestif
calon nasabah atau nasabah untuk ikut nerperan dalam dunia pasar modal syariah.
Tujuan Komunikasi
Adapun beberapa tujuan komunikasi, terdapat beberapa subtansi tujuan yakni :
a. Perubahan sikap yaitu, mengupayakan cara pandang nasabah untuk berperan dalam
pasar modal syariah agar tidak diragukan lagi kehalalanya.
b. Perubahan pendapat yakni, merubah cara pandang nasabah dalam menilai pasar
modal syariah sangat baik dan halal serta berfaedah bagi masyarakat banyak.
c. Perubahan perilaku, yakni mengupayakan sebuah tindakan yang akan dilakukan
oleh nasabah untuk mempraktikan pasar modal syariah yang kompeten.
d. Perubahan sosial, yakni merubah cara pandang masyarakat agar mau dan ikut serta
dan berperan aktif secara kolektif dalam mengaplikasikan pasar modal syariah
17
khususnya secara berjamaah atau kolektif sekaligus melindungi pasar modal
syariah secara bersama.
Fungsi Komunikasi
Dalam aplikasi perekonomian berbasis syariah, terutama pada aspek pasar modal
syariah, harus memiliki nilai fungsi komunikasi pada saat mempromosikan pasar modal
syariah, yakni yang pertama, harus memiliki isi pesan sebagai menyampaikan informasi
yang segalanya berkaitan dengan prospek produk pasar modal syariah, yang kedua,
mendidik masyarakat dalam memberikan pengetahuan tentang wawasan ekonomi syariah
terutama prospek keuntungan pasar modal syariah, dan ketiga, mempengaruhi, dengan
tujuan untuk mempertahankan eksistensi pasar modal syariah itu sendiri, sehingga dengan
mempengaruhi dapat memperluas relasi kerja pasar modal syariah.
Model Komunikasi
Secara umum model komunikasi terdapat tiga model yang penulis anggap sangat
efektif dalam mempromosikan pasar modal berbasiskan syariah, diantaranya, yang
pertama, komunikasi satu tahap ( one step flow communication ) dan yang kedua,
komunikasi dua tahap ( two step flow communication) dan yang terakhir yang ketiga,
komunikasi multi tahap ( multistep flow communication). Diantara tiga model kounikasi
ini, bertjuan untuk strategi dalam mempromosikan produk pasar modal syariah dengan
cara, informasi yang berkaitan dengan produk pasar syariah harus disampaikan dengan
cara berkelanjutan tanpa henti, baik dari bibir ke bibir sampai dan seterusnya tanpa
mengenal jabatan, propesi calon nasabah, tidak mengenal usia baik tua maupun muda.
Bidang Komunikasi
Dalam lingkup ilmu komunikasi Islam, banyak bidang yang harus dikaji terutama
pada perfektip dunia komunikasi Islam, diantaranya bidang komunikasi perusahaan atau
dikenal sebagai komunikasi bisnis. Bidang komunikasi Islam terutama pada bidang
komunikasi bisnis khususnya yang berbasis syariah, tentunya sangat memiliki relevansi
yang mendasar untuk dijadikan corong suara dalam mempromosikan segala produk-produk
pasar modal yang berbasiskan syariah.
Komunikasi Bisnis Berbasis Syariah
Memahami komunikasi bisnis tentu sangat eratkaitanya dengan strategi
mempromosikan produk pasar modal syariah, demikian juga dengan sebaliknya korelasi
antara komunikasi Islam terhadap bidangnya yakni komunikasi bisinis yang berbasis
syariah, semua saling berhubungan untuk mengonsep serta merealisasikan ekonomi syariah
khususnya pada produk pasar modal syariah.
Dalam perdagangan, keterampilan komunikasi sangat penting untuk penujang
kemajuan sebuah prusahaan terutama dalam memperkenalkan sebuah produk. Sebelum
membahas komunikasi bisnis berbasis syariah, terlebih dahulu mengetahui serta
memahami mengenai komunikasi bisnis. Makna komunikasi secara umum dapat
diterjemahkan yakni, proses pertukaran informasi ( pesan). Dalam memahami makna dari
komunikasi bisnis dapat diterjemahkan yaitu, komunikasi yang digunakan dalam dunia
bisnis yang mencakup berbagai macam bentuk komunikasi, baik komunikasi verbal
ataupun nonverbal untuk mencapai tujan tertentu ( Djoko, 2011 ).
18
Akan tetapi komunikasi bisnis berbasis syariah sangat tepat mengunakan
komunikasi Islam untuk mempromosikan produk-produk halal, seperti produk pasar
modal, karena sedikit penekanan didalamnya, unsur produk yang dikenalkan kepada
nasabah, harus berunsurkan niail halal menurut pandangan Islam. Kegiatan pasar modal
syariah, tanpa disadari merupakan bagian dari kegiatan ekonomi Islam, hal ini disebabkan
pasar modal syariah yang dilakukan atas berdasarkan dari nilai-nilai Islam, karena ilmu
ekonomi Islam itu, suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah-masalah ekonomi
yang diilhami dari nilai-nilai Islam ( Abdullah, 1988 ). Oleh karena itu strategi dalam
mempromosikan khususnya produk-produk pasar modal syariah, harus dari kalangan
komunikator Islam itu sendiri.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian, sumber data dan teknik sampel
Jenis penelitian ini, adalah penelitian kulitatif, secara langsung melihat dari tradisitradisi masyarakat secara pejelajahan diskrifsi dalam menganalisis gejala atau keadaan
mengenai stuasi produk pasar modal syariah. Meskipun mengalami perubahan dan
penyempurnaan walaupun sudah pada tahap analisis data ( Syukur Kholil, 2009 ). Teknik
sampel dalam penelitian ini menggunakan porposive sampling, yakni pengambilan sampel
yang dianggap oleh peneliti sangat berkompeten pada bidanganya, seperti mengadakan
wawancara dengan pakar komunikasi Islam dengan membahasa strategi pemasaran serta
mempromosikan produk pasar modal syariah dan juga wawancara dengan pakar ekonomi
Islam yang dianggap berkompeten dibidangnya terutama dalam membahas pasar modal
berbasis syariah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Strategi komunikasi
a). Sumber Daya Manusia dan Human Relation
Dalam menyikapi pasar modal syariah tentunya harus memiliki sumber daya
manusia atau dapat disebut dengan sumber daya insani. Tidak dapat dipungkiri, sumber
daya manusia adalah merupakan bagian dari solusi yang amat sangat penting dalam
mengukur kemajuan sebuah pasar terutama yang menjajakan nilai jual terhadap suatu
produk. Manusia sebagai makhluk yang mengahasil daya untuk promosi produk syariah
serta pemasaran, maka sebelumnya perlu adanya pelatihan terdidik, terutama dalam bidang
komunikasi. Menyinggung human relation, sebagai rangkaian kegiatan strategi komunikasi
dalam mempromosikan produk pasar modal syariah, maka perlu dibedakan antara strategi
market dengan strategi komunikasi human relation.
Biasanya strategi marketing hanya memproritaskan tingkat penjualan produk tanpa
memikirkan nilai kelanjutanya, sedangkan kegiatan human relation dalam mempromosikan
produk pasar modal syariah, lebih menekankan nilai-nilai kemanusiaan sehingga menjadi
daya tarik nasabah untuk ikut serta berperan dalam meningkatkan daya pasar modal
syariah. Sebagaimana yang telah diuatarakan oleh Makmur Jaya sebagai salah seorang
pakar komunikasi Islam mengatakan, untuk memperoleh relasi dalam mesosialisasikan
19
sebuah produk, maka perlu diciptakan suatu kegiatan yaitu human relation, atau dalam
lintas komunikasi budaya Gayo disebut telangke. Ditambah beliau.
Dari kegiatan human relation dapat menghasilkan suatu keuntungan yang setimpal,
memiliki nilai kepuasan dan mamfaat dari kegiatan seperti mengahasilkan network secara
tidak langsung. Dalam pasar modal, selain human relation, perlu juga dibentuk suatu
wadah yang dapat dijadikan sumber informasi, terutama dalam mempromosikan produk
pasar modal tersebut yakni adanya public relation. Dengan adanya public relation dalam
meliput kegiatan pasar modal, sekaligus dapat menjadi media penerangan dalam
menjelaskan serba serbi pruduk serta kegiatan pasar modal syariah. Sebagai Sumber Daya
Manusia untuk mempromosikan produk pasar modal syariah, dapat dilakukan para
akademik, pemerintah atau para da’i sekalipun.
b). Teknologi dan informasi
Teknologi dan informasi terutama di era digitalisasi dewasa ini tentunya, mamfaat
teknologi sangat diperlukan terutama dalam mensosialisasikan produk pasar modal
sehingga dirasakan lebih efektif dalam merealisasikanya. Berkaitan dengan informasi
dalam pasar perdagangan pasar modal syariah, tentu masyarakat akan terus mencari
informasi terutama yang berkaitan dengan pasar modal, maka dari kecanggihan teknologi
turt mendukung dalam mempermudah informasi atau dalam teori komunikasi disebut
dengan teori information seeking.
Aplikasi teknologi informasi sebagai media komunikasi, aplikasinya berkembang
kedalam dunia maya yang intinya menjadi aplikasi komunikasi antar sesama masyarakat
dunia maya, terutama yang berhubungan transaksional (Burhan, 2007). Maka mau tidak
mau, proses sosialisasi produk pasar modal syariah haruslah menggunakan istilah Ecommerce yang digunakan untuk pendukung kegiatan pembelian dan penjualan, pemasaran
produk, jasa, dan informasi melalui internet atau extranet ( Burhan, 2007 ).
Pengembangan Pasar Modal Syariah
Pengembangan pasar modal modal, memiliki sejarah tersendiri, khususnya di
Indonesia, seiring matangnya perekonomian bangsa ini. Dalam catatan sejarah, pasar
modal di Indonesia berawal dari pemerintahan Hindia- Belanda pada 14 Desember 1912 (
Andri, 2014 ). Seiring dengan laju tumbuh kembang perekonomian indonesia terutam
tingginya minat dunia terhadap ekonomi berbasis syariah yang dirasakan sangat
berpengaruh positif bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara, maka, berdasarkan undangundang no. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal, yang tidak membedakan kegiatan pasar
modal tersebut dilakukan berdasarkan syariah atau tidak. Pada Tanggal 14 Maret 2003
bersamaan dengan penandatanganan MOU antara Bapepam- LK dengan Dewan Syariah
Nasional Majelis Ulama Indonesia (MUI), maka pasar modal berbasis syariah resmi
dibuka( Adrian, 2011).
20
a. Sistem pasar modal Syariah
Sistem dari segi bahasa mungkin dapat diartikan sebagai, sesuatu yang
bersinambungan secara tersusun dan teratur, menurut susunanya sendiri, yang saling
berhubungan. Sedangkan pasar modal, dapat diartkan layaknya sebuah kegiatan bursa
jualbelikan modal atau dana stock . dari segi praktik dapat juga dikatakan suatu kegiatan
untuk mengimpun dana, memelihara dana.sedangkan syariah adalah suatu prinsip, jalan,
terhadap cara pandang pasar modal sesuai dengan kaidah-kaidah ajaran Islam pada saat
melakukan bursa pasar modal, sehingga menjadi suatu sistem yang tersusun secara teratur
sesuai dengan kaidah-kaidah Islam. Sistem pasar modal syariah, dari segi aplikasi, tentu
tidak terlepas dari sistem ekonomi Islam, seperti mengantisipasi riba, memggunakan
metode murabaha, mudharabah, musyarakah, salam, istishna, ijarah.
b. Produk pasar Modal Syariah
Secara umum, masyarakat menilai, tidak ada berbeda pasar modal syariah dengan
konvensional, hal ini dirasakan kurangnya sosialisasi mengenai pasar moal syraiah
sehingga berdampak pada minimnya pengetahuan masyarakat terhadap produk pasar
modal syariah, oleh karena itu perlu peran serta komunikator Islam dalam
mensosialisasikan produk pasar modal syariah sehingga dapat membangkitkan semangat
perekonomian serta kemaslahatan umat secara umum. Menyinggung mengenai produk
pasar modal syariah, sebagaimana yang telah diutaraka oleh Rahmah salah seorang pakar
ilmu ekonomi Islam mengatakan, pada hakekatnya sangat berbeda produk pasar modal
syariah dengan produk pasar modal konvensional, hal ini dilihat dari dasar kegiatan usaha
yang dilakukan sampai dengan pada kegiatan pasar modal itu sendiri. Ditambah oleh
beliau, kegiatan pasar modal syariah, harus melihat dari aspek pergerakan kegiatan usaha,
apakah kegiatan usaha berdasarkan syariat Islam atau tidak, yang mana perusahaan
tersebut ikut serta dalam kegiatan pasar modal itu sendiri.
Pada produk pasar modal syariah menurut salah seorang pakar dan sekaligus
praktisi ekonomi Islam oleh Ramdan, beliau berpendapat, produk- produk pasar modal
syariah yang dapat disosialisasikan diantaranya adanya saham, sukuk, dan reksadana,
ketiga komponen ini adalah merupakan produk dari pasar modal syariah. Sukuk nama lain
dari kata obligasi, karena merupakan salah satu produk pasar modal syariah tentunya
menjadi obligasi syariah. Selain itu sukuk harus distrukturkan secara syariah agar sistem
dan instrumen keuangan ini aman dari riba, gharar, maysir ( Khaerul, 2013 ). Sukuk juga
memiliki jenis-jenis diantaranya, sukuk murabaha, sukuk mudharabah, sukuk
musyarakah, sukuk salam, sukuk istihna, sukuk ijarah ( Muhamad Nafik,2009) .
Demikianhalnya dengan reksadana syariah, yakni beroprasi menurut ketentuan dan
prinsip- prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara modal sebagai pemiliki harta
( shahib al-mal/ rabb al-mal ) dengan manajer investasi sebagai wakil shahib al-mal,
antara manajer investasi sebagai wakil shahib al-mal dengan pengguna investasi.
Reksadana merupakan suatu lembaga keuangan yang dapat dijadikan alternatif berinvestasi
bagi masyarakat ( Burhanuddin, 2009 ), hal senada disampaikan oleh Ramdan,
mengutarakan, reksadana merupakan unit pengumpul dana untuk investasi.
21
Analisa SWOT Pasar Modal Syariah
Dalam setiap persaingan perlu adanya penalaran terhadap penilaian kedaan dan
kondisi pasar itu sendiri, sehingga dapat menentukan tindakan selanjutnya, terutama
berdasarkan hasil analisa pelaku ataupun produsen pasar. Dalam menganalisa suatu
pergerakan pasar modal syariah, dapat menggunakan istilah analai SWOT, yang berisiskan
bayangan terhadap sikap pasar modal syaraiah kedepan, dengan cara mengenal diri pasar
modal syaraiah serta menegenal lawan dari pasar modal syaraiah tersebut.
Komposisi analisa SWOT terdiri dari beberapa rangkaian diantaranya Strength
yakni kekuatan, guna menganalisa kekuatan yang ada pada pasar modal syariah sehingga
dapat digunakan sebagai taring dalam memasarkan produk pasar modal syariah. Weakness
yakni kelemahan, dengan mengetahui kelemahan maka akan segera dievaluasi guna untuk
mencegah kekuatan dari luar untuk mematikan pasar modal syariah. Opportunity yakni,
untuk mengetahui peluang yang pada pasar modal syriah, sehingga dapat digunakan
sebagai ruang gerak menghidupkan serta menggairahkan pasar modal syariah. Threat
yakni ancaman, guna untuk mengantisipasi hal-hal yang akan menjatuhkan pasar modal
syariah baik dari luar maupun dari dalam pasar modal syariah itu semndiri.
Para pakar ekonomi Islam berpendapat, peluang pasar modal syariah akan
mengalami kelanjutan yang positif seiring dengan pertumbuhan ekonomi dinegara-negara
barat terutama yang menggunakan sistem pasar modal syariah, sehingga dapat menjadi
acuan atau contoh bagi negara-negara berkembang dalam memulai pasar modal syariah.
Meskipun pasar modal syariah dari perspektif umum memiliki kelanjutan yang baik, tetap
saja akan memiliki dinamika tersendiri dalam menjalankanya, maka dari hasil analisa
SWOT terlebih dahulu diharapkan dapat mengantisipasi secara preventif mengenai
kendala-kendala yang akan dihadapi oleh pasar modal syariah.
Strength
Strength yakni, kekuatan. Para pakar ekonomi Islam berpendapat, peluang pasar
modal syariah akan mengalami kelanjutan yang positif seiring dengan pertumbuhan
ekonomi dinegara-negara barat.
Weakness
Weakness yakni, kelemahan yang dimiliki oleh pasar modal syariah, menurut
Rahma, masyarakat muslim Indonesia belum mengetahui sekaligus belum memahami
produk pasar modal syariah, oleh karena itu perlu dikomunikasikan kepada masyarakat
luas.
Opportunity
Opportunity yakni, peluang yang dimiliki oleh pasar modal syariah terutama di
Indonesia adalah berkaitan dengan jumlah penduduk masyarakat Indonesia yang
bermayoritas muslim sehingga perlu edukasi dan penerangan mengenai pasar modal
syariah sekaligus untuk menstimulasi masyarakat khususnya beragama muslim untuk
berjamaah itut serta dalam pasar modal syaraiah.
22
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, masih banyak masyarakat
muslim khususnya yang belum mengetahui produk pasar modal, sehingga berdampak pada
kemashlahatan umat itu sendiri, sehingga diperlukan komunikasi yang baik dalam
mensosialisasikan ini semua. Akan tetapi jika dari prospek pasar modal syariah, pada
dasarnya memiliki daya tarik tersendiri dan akan tetap berkelanjutanyang baik apabila
muslim Indonesia mengetahui pentingnya pasar modal syariah.
Dari hasil riset ini, peneliti telah memahami beberapa tolak ukur dalam mengikat
nasabah terutama untuk mensugesti masyarakat agar tertarik dalam pasar modal. Dari hasil
penelitian ini, peneliti telah merumuskan formulasi dakwah model intraksi perbankan atau
formulasi dakwah model intraksi mualamah, yakni ada tiga aspek model yang relevan
dalam mensugestif dan mempersussif nasabah yakni, karena emosinal, rasional dan
spritual.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Yakub, Al- Ulum, Keberadaan Ekonomi Islam, Medan : Pendidikan Tinggi
Purna Sarjana Agama Islam, 1988
Adrian Sutedi, Pasar Modal Syariah, Jakarta : Sinar Grafika, 2011
Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta, Kencana Prenada Media
Group, 2014
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, Jakarta: Kencana Pradana Media Group, 2006
Burhanuddin S, Pasar Modal Syariah Tinjauan Hukum, Yogjakarta: UII Press, 2009
Djoko Purwanto, Komunikasi Bisnis, Jakarta: Erlangga, 2011
Khaerul Umam, Pasar Modal Syariah & Praktik Pasar Modal Syariah, Bandung: Pustaka
Setia, 2013
M. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Jakarta : Kencana Pradana Media Group, 2004
Muhamad Nafik HR, Bursa Efek & Investasi Syariah, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta,
2009
Onong Uchajana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, Bandung : Rosda Karya,
2011
23
____________________, Human Relation & Public Relation, Bandung, 2009
Syukur kholil, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung : Cipta Pustaka Media, 2009
Syukurdi , Pola Komunikasi Pengembangan Masyarakat dan Pembangunan Wilayah
Menuju Masyarakat Madani di Aceh Tengah , Takengon: STAIN Gajah Putih,
2014
24
STASIUN TELEVISI NASIONAL MENYIKAPI REGULASI PENYIARAN
JARINGAN
Desliana Dwita
[email protected]
Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Riau
ABSTRAK
Televisi merupakan salah satu media dalam komunikasi massa. Dalam wilayah media
elektronik, isi siaran menjadi salah satu konsekuensi sekaligus tanggung jawab dari
pengguna frekuensi bebas yang merupakan ranah publik dan sumber daya alam terbatas.
Tanggung jawab kepada publik ini menjadi awal bagaimana seharusnya isi siaran
disampaikan. Regulasi dibuat agar media yang menggunakan frekuensi bertanggung jawab
terhadap apa yang disampaikannya kepada publik. Regulasi tersebut adalah UndangUndang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran yang salah satu pasalnya menyebutkan
bahwa lembaga penyiaran terdiri dari stasiun penyiaran jaringan dan/atau stasiun penyiaran
lokal. Tidak ada lagi stasiun penyiaran nasional yang hanya menyewa tower relay di
daerah. Masyarakat lokal harus dilibatkan dan muatan lokal harus lebih mengedepan.
Secara politis, kebijakan ini dijalankan untuk menjamin diversity of content, di sisi lain
secara ekonomi memancing hadirnya media-media baru di tingkat lokal sehingga terjadi
diversity of ownership. Libertarianisme menganggap kebebasan manusia sekaligus peran
pemerintah sangat penting keberadaannya. Teori ekonomi politik media ini membolehkan
kepemilikan media oleh swasta dan pemerintah mengawasi agar persaingan berlangsung
sehat. Hingga saat ini stasiun televisi swasta masih sekedar ‘akal-akalan’ menjalankan
amanat Undang-Undang Penyiaran tentang stasiun berjaringan. Terkadang hadir dengan
logo stasiun daerah, terkadang hilang. Tayang hanya isi siaran pusat selama 24 jam tanpa
10% lokal.
Kata Kunci : Televisi, Regulasi, Stasiun Penyiaran Jaringan, Stasiun Penyiaran Lokal
25
ABSTRACT
Television is one of the media in mass communication . In the area of electronic media ,
broadcast content is one of the consequences and responsibility from the free frequencies
user that are kinds of public domain and natural resources . The responsibility to the
public be the beginning how should the broadcast content delivered. Regulation created to
the media that use frequencies responsible for what it conveys to the public. The regulation
is Law No. 32 Year 2002 about Broadcasting that one article mentions that broadcasters
consists of network broadcasting station and / or a local broadcasting station. There is no
longer the national broadcasting station which is just renting a relay tower in the area .
Local communities must be involved and local content should be advanced. Politically ,
this policy to ensure diversity of content , Meanwhile in economically raises many new
media at the local level until the diversity of ownership occurred . Libertarianism
considers human freedom at the same time the role of government is essential existence.
The media of political economic theory allow the private ownership of the media and the
government oversee the competition among them becomes fair . Until now, private
television stations are still just a ' trick ' execute the mandate of the Broadcasting Law of
networked stations . Sometimes it comes with the logo of the station area and sometimes
it's missing and just be a trick. The broadcast only display the central content for 24 hours
without locally 10 % .
Keywords: Television, Regulation, Broadcasting Network Station, Broadcasting Local
Station
PENDAHULUAN
Dalam ilmu komunikasi terdapat beberapa bentuk komunikasi yang salah satunya
adalah komunikasi massa. Seperti bentuk komunikasi lainnya, komunikasi massa juga
terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek.
Ada banyak definisi tentang komunikasi massa. Salah satunya adalah bahwa
komunikasi massa adalah berkomunikasi dengan massa (audiens atau khalayak sasaran).
Massa dimaksudkan sebagai para penerima pesan (komunikan) yang memiliki status sosial
dan ekonomi yang heterogen. (Kuswandi, 1996:16)
Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner,
komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada
sejumlah besar orang.
Lebih rinci Gerbner (1967) mendefinisikan komunikasi massa
adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan
yang kontiniu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri. (Ardianto, 2007:
3)
26
Televisi merupakan salah satu media dalam komunikasi massa. Ciri-ciri
komunikasi massa diantaranya komunikator melembaga, komunikan bersifat heterogen,
pesan bersifat umum, komunikasi berlangsung satu arah, menimbulkan keserempakan,
mengandalkan peralatan teknis, dan dikontrol oleh gatekeeper. (Nurudin, 2009:19-32)
Komunikasi massa media televisi ialah proses komunikasi antara komunikator
dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu televisi. Komunikasi massa media
televisi bersifat periodik. Dalam komunikasi massa melalui media, lembaga penyelenggara
komunikasi bukan perorangan, melainkan melibatkan banyak orang dengan struktur
organisasi yang lengkap dan biaya yang besar. (Kuswandi, 1996:16)
Dari beberapa media dalam komunikasi massa, televisi paling berpengaruh dalam
kehidupan manusia. Ini disebabkan televisi memiliki beberapa karakteristik yakni dapat
didengar sekaligus dilihat (audiovisual).
Menurut Roger Fidler, setiap teknologi baru biasanya membutuhkan waktu sampai
30 tahun untuk dapat diterima oleh sebagian besar masyarakat. Maka untuk perkembangan
televisi di Indonesia yang mulai beroperasi tahun 1962, maka tahun 1992 merupakan titik
awal perubahan yang meluas yang ditandai dengan munculnya beberapa stasiun televisi
swasta di Indonesia. (Baksin, 2006:53)
Kehadiran media televisi di Indonesia dimulai ketika Indonesia terpilih menjadi
tuan rumah penyelenggara Asian Games IV yang dibuka pada tanggal 24 Agustus 1962.
Televisi menjadi bukti bagaimana perkembangan teknologi media komunikasi dalam
masyarakat tidak pernah mengenal batas ruang dan waktu. Hal ini terlihat pula ketika
ditayangkannya program Dunia Dalam Berita oleh TVRI pada tanggal 22 Desember 1978.
Publik di Indonesia dapat menyaksikan berita yang terjadi di luar negeri dalam waktu
sesingkat mungkin.
Dalam wilayah media elektronik seperti televisi dan radio, apapun yang
ditampilkan sebagai isi siaran, menjadi salah satu konsekuensi sekaligus tanggung jawab
dari penggunaan frekuensi bebas yang merupakan ranah publik dan sumber daya alam
terbatas. Tanggung jawab kepada publik inilah yang menjadi awal bagaimana seharusnya
isi siaran disampaikan. (Dwita, 2014)
Regulasi dibuat agar media yang menggunakan frekuensi bertanggung jawab
terhadap apa yang disampaikannya kepada publik. Regulasi tersebut adalah UndangUndang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran yang diundangkan pada tanggal 28
Desember 2002. Maka sejak saat itu peraturan hukum yang berlaku bagi segala yang
27
berhubungan dengan penyiaran di Indonesia, harus berpedoman pada Undang-undang
tersebut. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dalam undang-undang tersebut diamanatkan
sebagai lembaga negara yang bersifat independen yang mengatur hal-hal mengenai
penyiaran.
Salah satu pasal dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran
menyebutkan bahwa lembaga penyiaran radio dan televisi di Indonesia, hanya terdiri dari
stasiun penyiaran jaringan dan/atau stasiun penyiaran lokal. Tidak ada lagi stasiun
penyiaran nasional yang hanya menyewa tower relay di daerah. Masyarakat lokal harus
dilibatkan, dan muatan lokal harus lebih mengedepan. Lembaga penyiaran yang sudah ada
sebelum adanya peraturan tersebut diundangkan, diwajibkan pula untuk menyesuaikan diri.
“Lembaga penyiaran yang sudah ada sebelum diundangkannya Undang-undang ini
tetap dapat menjalankan fungsinya dan wajib menyesuaikan paling lama 2 (dua) tahun
untuk radio dan paling lama 3 (tiga) tahun untuk televisi.” (Undang-undang No.32/ 2002
pasal 60 ayat 2)
Pada tanggal 19 Desember 2007 telah ditetapkan Peraturan Menteri Komunikasi
dan Informatika Republik Indonesia Nomor: 32/Per/M.KOMINFO/12/2007 Tentang
Penyesuaian Penerapan Sistem Stasiun Jaringan Lembaga Penyiaran Jasa Penyiaran
Televisi. Dalam Permen tersebut disebutkan bahwa penyesuaian penerapan system stasiun
jaringan menyangkut pelepasan kepemilikan stasiun relay oleh lembaga penyiaran swasta
jasa penyiaran televisi yang telah memiliki penyesuaian Izin Penyelenggaraan Penyiaran
(IPP), dilaksanakan secara bertahap paling lambat pada tanggal 28 Desember 2009.
Menurut Menteri Komunikasi dan Informatika saat itu, Mohammad Nuh,
prosesnya-lah yang harus dilakukan secara bertahap paling lambat sampai tanggal 28
Desember 2009. Sebuah lembaga penyiaran jasa penyiaran televisi harus sudah
melaksanakan pelepasan kepemilikian stasiun di ibukota Provinsi, atau lebih tepatnya
pencapaian Diversity of Ownership paling lambat pada bulan Desember 2009. Jika
kepemilikan saham sudah beragam maka Diversity of Content (keberagaman isi) juga akan
terpenuhi.
Pada tahun 2008 beberapa stasiun televisi swasta nasional melakukan upaya
mewujudkan terpenuhinya program muatan lokal dengan mengudarakan secara langsung
reporter dari berbagai daerah untuk melaporkan berita teraktual. Namun, sesungguhnya
amanat undang-undang penyiaran lebih dari itu. Kepemilikan, pekerja, isi siaran, hingga
iklan merupakan produk lokal demi terciptanya desentralisasipenyiaran.
28
Di tahun-tahun awal penerapan sistem stasiun berjaringan, para pemilik dan
manajemen stasiun televisi swasta nasional mengatakan belum siap melaksanakan sesuai
dengan waktu yang ditetapkan dalam UU 32/2002 tentang Penyiaran. Untung saja pada
pasal 60 ayat 3 UU 32/2002 tentang Penyiaran pada kalimat terakhir disebutkan, “kecuali
ada alasan khusus yang ditetapkan oleh KPI bersama Pemerintah”, sehingga deadline
waktu yang ditetapkan UU bisa berubah.
Beberapa hal seperti adanya constitutional review UU 32/2002 tentang Penyiaran
sehingga pelaksanaannya mengalami keterlambatan, adanya judicial review Peraturan
Pemerintah (PP) No.50 tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga
Penyiaran Swasta sehingga pelaksanaannya juga mengalami keterlambatan, serta Pasal 70
PP No.50/2005 yang pada akhir kalimatnya disebutkan, “kecuali pemilik modal daerah
belum mampu mendirikan stasiun penyiaran lokal atau ada alasan khusus yang ditetapkan
oleh Menteri atau Pemda setempat” menjelaskan tentang deadline melepas kepemilikan
stasiun relay pada 28 Desember 2007 bisa bergeser. Hingga akhirnya lembaga penyiaran
swasta jasa penyiaran televisi ketika itu diberi waktu hingga tahun 2009, mundur dua tahun
dari yang sudah ditetapkan.
Jika amanat Undang-Undang Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran tersebut
dapat dijalankan sebagaimana mestinya, maka masyarakat daerah tidak lagi ‘dicekoki’
informasi-informasi seputar ibukota Jakarta dan cerita-cerita dengan bintang dan latar
belakang kehidupan yang hampir serupa. Hedonis, glamour, dan kurang mengangkat sisi
kedaerahan.
Pasal 31 ayat 1 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran
disebutkan bahwa Lembaga Penyiaran yang menyelenggarakan jasa penyiaran radio atau
jasa penyiaran televisi terdiri atas stasiun penyiaran jaringan dan / atau stasiun penyiaran
lokal. Jadi, dalam regulasi tersebut, tidak dikenal siaran swasta yang mengudara secara
nasional dengan program yang serupa di seluruh wilayah Indonesia. Yang ada hanya
stasiun penyiaran jaringan dan/atau stasiun penyiaran lokal.
UU No.32 tahun 2002 tentang Penyiaran mensyaratkan agar ke depan tidak ada lagi
televisi nasional yang siaran di daerah sebelum berjaringan dengan stasiun televisi lokal.
Secara politis, kebijakan ini dijalankan untuk menjamin diversity of content, karena
sepanjang stasiun televisi nasional masih beroperasi di daerah, maka muatan siarannya
hanya akan didominasi oleh muatan dari ‘pusat’.
29
Sementara di sisi lain, secara ekonomi diberlakukannya undang-undang ini adalah
untuk memancing hadirnya media-media baru di tingkat lokal sehingga terjadi diversity of
ownership. Ini akan berbeda dengan kondisi sekarang dimana kepemilikan media televisi
hanya dikuasai oleh sebagian kecil pemilik modal yang berbasis di pusat politik.
TINJAUAN PUSTAKA
Teori Kritis Media
Terdapat empat teori yang terkait dengan kepemilikan media yang berkembang di
dunia saat ini yaitu libertarianisme, kapitalisme, sosialisme, dan liberalisme modern.
(Usman, 2009:22). Libertarianisme adalah teori ekonomi yang menganggap kebebasan
manusia sekaligus peran pemerintah sangat penting keberadaannya. Teori ekonomi politik
ini membolehkan kepemilikan media oleh swasta dan pemerintah mengawasi agar
persaingan berlangsung sehat.
Kapitalisme adalah teori yang mengizinkan individu atau korporasi bisnis memiliki
dan mengontrol sumber-sumber kekayaan atau kapital negara. Industri media dimiliki oleh
swasta, industri media bebas berkompetisi untuk memperoleh keuntungan sebesarbesarnya.
Sosialisme adalah sistem ekonomi politik yang berpandangan bahwa pemerintah
harus memiliki dan mengontrol sumber-sumber kekayaan negara. Negara menguasai media
sehingga tidak ada persaingan ekonomi di bidang industri media massa. Liberalisme
modern adalah teori ekonomi politik yang memadukan sistem libertarianisme, kapitalisme,
dan sosialisme. Liberalisme mengambil hal-hal positif dari ketiga sistem tersebut.
Merujuk pada pasal 13 ayat 2 Undang-undang No. 32 tahun 2002 tentang
Penyiaran, jasa penyiaran sesungguhnya diselenggarakan oleh lembaga penyiaran publik,
swasta, komunitas, dan berlangganan. Jika dikaitkan dengan kepemilikannya, maka
lembaga penyiaran publik dimiliki oleh pemerintah, swasta oleh individu atau korporasi
bisnis, komunitas oleh sekelompok komunitas tertentu, dan berlangganan dimiliki oleh
swasta.
Sedangkan Dennis McQuail merangkum bentuk-bentuk kepemilikan media
menjadi tiga
yaitu perusahaan komersial (media swasta), institusi nirlaba (media
komunitas dan media pemerintah), serta lembaga yang dikontrol publik (Usman, 2009:23).
30
Bentuk-bentuk kepemilikan media ini terkait erat dengan masalah kebebasan pers.
Kebebasan pers mendukung hak kepemilikan untuk memutuskan isi media itu sendiri.
Dengan demikian bentuk-bentuk kepemilikan mempunyai pengaruh pada pembentukan
dan produksi isi media. Diversity of Ownership melalui sistem stasiun berjaringan yang
diamanatkan Undang-undang Penyiaran adalah merupakan salah satu upaya agar bentuk
dan produksi isi media tidak dipengaruhi oleh satu orang pemilik saja.
Menurut McQuail, teori ekonomi politik media merupakan bagian atau cabang dari
teori kritis media. Ada lima cabang utama teori kritis media, pertama adalah Marxisme
klasik yang menganggap media sebagai alat bantu dari kelas yang dominan dan sebuah
cara bagi para kapitalis untuk menunjukan ketertarikan mereka dalam menghasilkan
keuntungan. Media menyebarkan ideologi dari dorongan yang berkuasa dalam masyarakat
dan dengan demikian menindas golongan-golongan tertentu. (Littlejohn, 2009:432).
Cabang yang kedua adalah teori ekonomi politik media (political-economic media
theory). Hampir sama dengan Marxisme klasik, teori ini menyalahkan kepemilikan media
bagi keburukan masyarakat. Dalam pemikiran ini, isi media merupakan komoditas untuk
dijual di pasaran, dan informasi yang disebarkan diatur oleh apa yang akan diambil oleh
pasar.
Cabang teoritis yang ketiga adalah Frankfurt School. Teori ini memandang media
sebagai cara untuk membangun budaya, menempatkan lebih banyak penekanan pada
pemikiran ketimbang pada materi. Dalam teori ini, media menghasilkan dominasi ideologi
golongan atas. Hasil ini didapatkan dengan manipulasi media terhadap gambaran dan
simbol untuk keuntungan golongan yang dominan.
Cabang yang keempat adalah teori hegemonis (hegemonic theory). Hegemoni
merupakan dominasi ideologi palsu atau cara pikir terhadap kondisi sebenarnya. Ideologi
tidak disebabkan oleh sistem ekonomi saja, tetapi ditanamkan secara mendalam pada
semua kegiatan masyarakat. Ideologi tidak dipaksakan oleh salah satu kelompok kepada
yang lain, tetapi bersifat persuasif dan tidak sadar.
Cabang yang kelima adalah penelitian budaya. Penelitian budaya sangat bergantung
pada semiotik, para peneliti ini tertarik pada pemaknaan budaya tentang hasil-hasil media.
Peneliti ini melihat pada cara-cara isi media ditafsirkan, termasuk penafsiran yang dominan
dan oposisional. Teori Analisis Resepsi Stuart Hall adalah juga termasuk dalam cabang ini.
Pada umumnya, kajian media massa sangat terkait dengan aspek budaya, politik
dan ekonomi sebagai suatu kesatuan yang saling mempengaruhi. Dari aspek budaya, media
31
massa merupakan institusi sosial pembentuk definisi dan citra realitas sosial, serta ekspresi
identitas yang dihayati bersama secara komunal. (Sunarto, 2009:13).
Begitu juga apabila media massa dilihat dari aspek politik. Media massa
memberikan ruang dan arena bagi terjadinya diskusi aneka kepentingan berbagai kelompok
sosial yang ada di masyarakat dengan tujuan akhir untuk menciptakan pendapat umum
sebagaimana yang diinginkan oleh masih-masing kelompok sosial tersebut. Sedangkan dari
aspek ekonomi, media massa merupakan institusi bisnis yang dibentuk dengan tujuan
untuk mendapatkan keuntungan secara material bagi pendirinya.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yang bertujuan membuat
deskripsi karena adanya sebuah peristiwa yang menarik perhatian peneliti. Paradigma yang
digunakan adalah kritis, yang menempatkan ilmu komunikasi sebagai suatu proses kritis
yang mengungkapkan the real structures yang ditampakkan dunia materi dengan tujuan
memperbaiki dan mengubah kondisi kehidupan manusia.
PEMBAHASAN
Sistem penyiaran jaringan pertama kali diterapkan di Amerika Serikat dimana
sejumlah stasiun radio lokal bergabung untuk menyiarkan program secara bersama-sama.
Pola jaringan ini kemudian diikuti oleh stasiun televisi yang muncul kemudian. Latar
belakang terbentuknya sistem jaringan di Amerika Serikat adalah murni bisnis yaitu agar
pengiklan dapat mempromosikan produknya kepada masyarakat yang lebih luas.
Terdapat dua pihak dalam sistem penyiaran berjaringan, yang pertama stasiun
jaringan atau disebut juga dengan stasiun induk yang merupakan stasiun penyiaran yang
menyediakan program. Stasiun induk pada dasarnya tidak memiliki wilayah siaran
sehingga stasiun tidak dapat menyiarkan programnya tanpa bekerja sama dengan stasiun
lokal yang memiliki wilayah siaran.
Yang kedua, stasiun lokal yang terdiri dari stasiun lokal independen dan stasiun
lokal afiliasi atau stasiun lokal yang bekerja sama (berafiliasi) dengan salah satu stasiun
induk untuk menyiarkan program stasiun induk di wilayah siaran lokal dimana stasiun
afiliasi berada. Stasiun afiliasi memiliki wilayah siaran namun sifatnya terbatas di daerah
32
tertentu saja. Kerja sama ini menghasilkan siaran berjaringan karena terdapat sejumlah
stasiun lokal yang berafiliasi untuk menyiarkan siaran stasiun induk. (Morissan, 2011:114)
Pada sistem siaran berjaringan, pengiklan dapat memilih apakah beriklan melalui
stasiun televisi induk yang berjaringan dengan berbagai televisi di daerah, atau beriklan
melalui televisi daerah secara individual. Untuk pengiklan nasional dapat memilih untuk
beriklan pada stasiun daerah tertentu saja jika tingkat penjualan pada daerah dimaksud
menurun.
Stasiun siaran berjaringan menyiarkan programnya melalui berbagai stasiun lokal
yang menjadi afiliasinya di berbagai daerah. Melalui stasiun induk, pemasang iklan dapat
menyiarkan pesan iklannya ke hampir seluruh wilayah negara secara serentak.
Salah satu keuntungan memasang iklan pada sistem penyiaran berjaringan adalah
kemudahan dalam proses pembelian waktu siaran iklan sebagaimana stasiun penyiaran
nasional. Pemasang iklan hanya berurusan dengan satu pihak saja yaitu stasiun induk.
Pemasang iklan yang tertarik untuk menjangkau sebagian besar khalayak di seluruh negeri
dapat menggunakan stasiun penyiaran jaringan dalam mempromosikan produknya.
(Morissan, 2011:115)
Di Indonesia latar belakang terbentuknya sistem jaringan adalah semangat era
reformasi yang menginginkan desentralisasi penyiaran dan proses menuju negara
demokratis. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran pasal 31 ayat 1
hingga ayat 6 menjelaskan bagaimana seharusnya sebuah stasiun jaringan didirikan.
Lembaga Penyiaran Publik dapat menyelenggarakan siaran dengan sistem stasiun jaringan
yang menjangkau seluruh wilayah Negara Republik Indonesia (ayat 2). Lembaga
Penyiaran Swasta dapat menyelenggarakan siaran melalui sistem stasiun jaringan dengan
jangkauan wilayah terbatas (ayat 3). Stasiun penyiaran lokal dapat didirikan di lokasi
tertentu dalam wilayah negara Republik Indonesia dengan wilayah jangkauan siaran
terbatas pada lokasi tersebut (ayat 5). Mayoritas pemilikan modal awal dan pengelolaan
stasiun penyiaran lokal diutamakan kepada masyarakat di daerah tempat stasiun lokal itu
berada (ayat 6).
Lembaga Penyiaran Swasta boleh memilih mendirikan stasiun lokal, stasiun
jaringan, atau stasiun lokal berjaringan. Jika memilih menjadi stasiun lokal, persyaratan
mengenai modal harus berpedoman pada UU 32 tahun 2002 pasal 31 ayat 6 bahwa
mayoritas pemilikan modal awal serta pengelolaan stasiun penyiaran lokal harus
diutamakan masyarakat daerah tempat stasiun lokal berada. Hal ini dalam upaya
33
mewujudkan tujuan penyelenggaraan penyiaran untuk memajukan kesejahteraan umum,
dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, serta dalam upaya menjalankan
fungsi penyiaran yaitu fungsi ekonomi dan kebudayaan.
Jika sebuah lembaga penyiaran menjadi stasiun berjaringan maka harus mencari
anggota stasiun jaringannya di suatu daerah. Anggota stasiun jaringan yang tergabung
dalam suatu sistem stasiun jaringan dapat melakukan relay siaran pada waktu-waktu
tertentu melalui induk stasiun jaringannya. Ada beberapa bentuk kerja sama stasiun
jaringan yang dikenal di Indonesia diantaranya Radio Trijaya yang berjaringan dalam hal
kepemilikan, atau konsep berjaringan dalam program seperti yang dilakukan Radio 68 H
atau Radio Elshinta.
Konsep baru yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 32 tahun 2002
tentang Penyiaran adalah stasiun lokal yang berjaringan, yang ditegaskan dalam pasal 31
ayat 1 pada kata dan/atau, yang artinya bisa penggabungan keduanya yaitu stasiun
penyiaran lokal dan berjaringan. Stasiun ini dapat berdiri di sebuah daerah, lalu
mempunyai induk jaringan. Mengenai modal untuk stasiun lokal yang berjaringan juga
harus diingat bahwa UU 32/2002 pasal 18 ayat 1 menegaskan bahwa pemusatan
kepemilikan dan penguasaan Lembaga Penyiaran Swasta oleh satu orang atau satu badan
hukum, baik di satu wilayah siaran maupun di beberapa wilayah siaran, dibatasi.
Konsep stasiun lokal berjaringan seperti dijelaskan tadi yang seharusnya dilakukan
oleh stasiun televisi swasta yang telah mengudara di berbagai penjuru tanah air saat ini.
Konsep ini sangat menguntungkan bagi daerah. Dari segi Sumber Daya Manusia (SDM),
stasiun tersebut harus mengutamakan masyarakat daerah setempat. Dari segi pendapatan
untuk daerah, stasiun-stasiun tersebut tidak lagi hanya sekedar menyewa tower di daerah
tapi juga membayar pajak kepada daerah. Dari segi program dan isi siaran, tentu saja
informasi lebih diutamakan tentang daerah, begitu juga cerita-cerita serta program-program
lainnya harus memuat siaran lokal daerah.
Pada dasarnya UU No 32 tahun 2002 tentang Penyiaran mengamanatkan perlunya
demokratisasi di bidang penyiaran. Dari segi ekonomi dan pembangunan daerah,
demokratisasi di bidang penyiaran ditandai dengan keberagaman kepemilikan (diversity of
ownership) atas lembaga penyiaran. Undang-UndangPenyiaran dengan tegas melarang
monopoli kepemilikan lembaga penyiaran oleh orang dan atau kelompok tertentu saja.
Undang-Undang Penyiaran juga dengan tegas mengamanatkan perlunya demokratisasi isi
siaran dalam bentuk keberagaman isi (diversity of content).
34
Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2005 menegaskan bahwa stasiun lokal
adalah stasiun yang didirikan di lokasi tertentu dengan jangkauan terbatas dan memiliki
studio dan pemancar sendiri. Ini berarti syarat atau kriteria suatu stasiun dikategorikan
sebagai stasiun lokal adalah :
1) lokasi sudah ditentukan
2) jangkauan siaran terbatas (hanya pada lokasi yang sudah ditentukan)
3) memiliki studio dan pemancar sendiri.
Sistem penyiaran jaringan yang coba diterapkan di Indonesia merupakan adopsi
dari sistem penyiaran yang terdapat di Amerika Serikat. Menurut Head dan Sterling
(1982), mendefinisikan jaringan sebagai :”two or more stations interconnected by some
means of relay (wire, cable, terrestrial microwaves, satellite) so as to enable simultaneous
broad casting of the same program…”artinya: dua atau lebih stasiun yang saling
berrhubungan melalui relai (kawat, kabel, gelombang mikro terrestrial, satelit) yang
memungkinkan terjadinya penyiaran program secara serentak. (Morissan, 2011: 116)
Dari defenisi yang diberikan Head dan Sterling dapat disimpulkan bahwa stasiun
jaringan adalah sejumlah stasiun penyiaran yang saling berhubungan untuk dapat
menyiarkan program secara serentak. Namun untuk dapat disebut ‘jaringan’ terdapat
ketentuan jumlah minimal stasiun penyiaran yang mau bergabung untuk membentuk suatu
jaringan penyiaran. Jumlah minimal stasiun penyiaran ini harus dipenuhi terlebih dahulu
agar dapat dinyatakan sebagai stasiun berjaringan secara hukum. Karenanya Head dan
Sterling menyatakan bahwa stasiun jaringan harus…constitue a minimal network in the
legal sense (membentuk jaringan minimal [yang diakui] secara hukum).
Terdapat dua pihak dalam sistem penyiaran berjaringan yaitu :
1) Stasiun jaringan, yaitu stasiun yang menyediakan program. Stasiun jaringan tidak
memiliki wilayah sehingga stasiun jaringan tidak dapat menyiarkan programnya tanpa
bekerja sama dengan stasiun yang memiliki wilayah siaran.
2) Stasiun afiliasi, yaitu stasiun lokal yang bekerja sama (berafiliasi) dengan stasiun
jaringan. Stasiun lokal memiliki wilayah siaran, namun sifatnya terbatas di daerah tertentu
saja.
Setiap negara yang memiliki sistem penyiaran dengan pola jaringan memiliki
ketentuan berbeda-beda mengenai ketentuan minimal suatu jaringan. Di Amerika Serikat,
anggota jaringan paling sedikit terdiri dari 25 stasiun penyiaran. Sebagaimana ketentuan
lembaga yang berwenang di bidang penyiaran di Amerika Serikat yaitu Federal
35
Communications Commission (FCC) mendefenisikan jaringan sebagai: “Any program
service that offers at least 15 hours of programming each week to at least 25 stasions in 10
states.(setiap program [televisi atau radio] yang melakukan siaran minimal 15 jam per
minggu kepada minimal 25 stasiun di 10 wilayah negara bagian). Dengan demikian
menurut ketentuan FCC itu, selain jumlah stasiun yang menerima program siaran
ditentukan minimal 25 stasiun, durasi program siaran ditetapkan minimal 15 jam per
minggu. (Morissan, 2011: 118)
Di Indonesia, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang terdiri dari KPI Pusat dan
KPI Daerah yang merupakan lembaga negara yang mengatur hal-hal mengenai penyiaran
terus berupaya agar lembaga penyiaran mematuhi amanat Undang-Undang Penyiaran
tentang Stasiun Jaringan.
Dalam Berita Acara hasil Rapat Pimpinan KPI tahun 2014 lalu dihasilkan
rekomendasi yang salah satunya menyatakan bahwa memberi mandat kepada KPI Pusat
dan KPI Daerah untuk menegakkan sanksi bagi lembaga penyiaran swasta berjaringan
yang belum melaksanakan konten lokal 10% hingga 23 Agustus 2014 sesuai dengan
ketentuan P3SPS. (Penyiaran Kita, 2014)
Sebagaimana FCC di Amerika Serikat, KPI juga sudah menetapkan bahwa konten
lokal adalah program siaran yang bertujuan untuk mengembangkan setiap potensi daerah
setempat serta dilakukan dan diproduksi oleh sumber daya dan lembaga penyiaran dari
daerah setempat. Dengan adanya aturan tentang keberadaan konten lokal, sesungguhnya
tidak hanya industri penyiaran lokal yang akan tumbuh, tapi juga kelestarian budaya dan
kearifan lokal akan terjaga.
Perlindungan atas budaya dan nilai-nilai lokal yang diatur dalam Undang-Undang
Penyiaran adalah mengenai muatan dan konten asing. Undang-Undang Penyiaran
menetapkan bahwa muatan asing hanya bisa hadir maksimum 40% dari seluruh siaran
setiap hari.
Selama ini perkembangan industri terutama untuk televisi, dianggap mengabaikan
perkembangan bisnis penyiaran di daerah. Penekanan ini tidak berarti harus membatasi isuisu non lokal. Sepanjang dikemas sedemikian rupa sehingga sesuai dengan aspirasi lokal.
Sebagian televisi swasta sudah menyiapkan induk jaringan lokal untuk menjalankan UU
Penyiaran ini, tetapi sebagian lagi belum siap menjalankan sistem jaringan.
Khusus di Riau, stasiun televisi Metro TV beberapa waktu lalu pernah
menayangkan MetroTV dengan konsep berjaringan, dimana 10% dari total jam siarannya
36
menampilkan siaran lokal Riau. Logo yang tampil ketika dua jam hadir dengan muatan
lokal tersebut adalah Metro TV Riau. Jam tayangnya pada siang hari. Namun sangat
disayangkan isi siaran dengan muatan lokal tersebut hanya berupa berita dan informasi.
Belakangan ini siaran dengan muatan lokal selama dua jam oleh Metro TV tersebut tidak
lagi pernah muncul. Masyarakat Riau juga belum mengetahui lokasi studio dan sumber
daya manusia lokalnya. Padahal masyarakat Riau sangat mengharapkan dilibatkan dalam
muatan lokal yang hanya 10% itu.
Stasiun televisi yang terlihat siap menjalankan konsep berjaringan di Riau adalah
Jawa Televisi (JTV) yang berafiliasi dengan stasiun televisi lokal, Riau Televisi (RTV).
Beberapa waktu RTV merelay program acara dari stasiun induk jaringannya, kemudian
lebih banyak waktu RTV menyajikan konten lokalnya.
Selain dua stasiun televisi tadi, ada beberapa stasiun televisi swasta nasional yang
juga sempat melaksanakan konsep penyiaran berjaringan di Riau, namun tayangan dengan
muatan lokal ditayangkan dini hari saat khalayak di Riau sudah tidur pulas.
Terdapat beberapakeuntungan dari sistem stasiun jaringan dari segi program siaran
yaitu kualitas program siaran menjadi lebih baik. Stasiun televisi lokal yang bekerja sama
dengan stasiun jaringan akan mendapatkan berbagai acara yang pada umumnya lebih baik
daripada memproduksinya sendiri.
Dari segi khalayak, masyarakat daerah dilibatkan dalam proses produksi sebuah
muatan lokal. Mulai dari crew hingga talent. Sumber daya manusia di bidang broadcasting
di daerah dibutuhkan untuk memproduksi muatan lokal, masyarakat daerah yang memiliki
bakat terlibat dalam muatan lokal. Dengan demikian untuk bekerja dan menjadi bagian dari
isi siaran televisi tidak harus datang ke Jakarta. Potensi dan budaya lokal daerah juga dapat
terpromosikan dan berkembang dengan baik.
Dari segi pemasang iklan keuntungan yang diperoleh dapat menjangkau jutaan
khalayak di seluruh pelosok secara serentak. Keuntungan untuk pemerintah daerah tentu
saja pajak dan biaya yang dikeluarkan oleh stasiun jaringan tidak lagi hanya sekedar sewa
tower. Kelemahan stasiun jaringan adalah stasiun induk sangat berkuasa dan mampu
mengikat stasiun lokal ke dalam kontrak yang sangat membatasi hak-hak stasiun lokal.
Beberapa hal yang menyebabkan stasiun televisi nasional di Indonesia enggan
untuk menerapkan sistem stasiun berjaringan adalah kendala teknis yaitu harus membuat
badan hukum baru, mendapatkan partner lokal, dan mengurus izin lokal di daerah.
37
Selain itu televisi nasional juga kesulitan dalam menentukan sharing kepemilikan
dan penerapan sistem jaringan akan menimbulkan biaya yang besar untuk menambah
infrastruktur baru (di luar pemancar dan transmisi yang sudah eksisting), penyediaan SDM,
terbatasnya transponder satelit untuk menjangkau wilayah provinsi tertentu.
KESIMPULAN
Dalam wilayah media elektronik seperti televisi dan radio, apapun yang
ditampilkan sebagai isi siaran, menjadi salah satu konsekuensi sekaligus tanggung jawab
dari penggunaan frekuensi bebas yang merupakan ranah publik dan sumber daya alam
terbatas. Tanggung jawab kepada publik inilah yang menjadi awal bagaimana seharusnya
isi siaran disampaikan.
Khusus di Riau, stasiun televisi Metro TV beberapa waktu lalu pernah
menayangkan MetroTV dengan konsep berjaringan, dimana 10% dari total jam siarannya
menampilkan siaran lokal Riau. Logo yang tampil ketika dua jam hadir dengan muatan
lokal tersebut adalah Metro TV Riau. Jam tayangnya pada siang hari. Namun sangat
disayangkan isi siaran dengan muatan lokal tersebut hanya berupa berita dan informasi.
Stasiun televisi yang terlihat siap menjalankan konsep berjaringan di Riau adalah
Jawa Televisi (JTV) yang berafiliasi dengan stasiun televisi lokal, Riau Televisi (RTV).
Beberapa waktu RTV merelay program acara dari stasiun induk jaringannya, kemudian
lebih banyak waktu RTV menyajikan konten lokalnya.
Selain dua stasiun televisi tadi, ada beberapa stasiun televisi swasta nasional yang
juga sempat melaksanakan konsep penyiaran berjaringan di Riau, namun tayangan dengan
muatan lokal ditayangkan dini hari saat khalayak di Riau sudah tidur pulas.
Jika dikaitkan dengan regulasi penyiaran di Indonesia, maka kepemilikan media
swasta di Indonesia diatur oleh pemerintah melalui Undang-Undang No.32 tahun 2002
tentang Penyiaran yang harus diikuti oleh lembaga penyiaran yang bersiaran di Indonesia.
Saran
Seharusnya stasiun televisi nasional sudah menerapkan stasiun penyiaran
berjaringan sesuai amanat melalui Undang-Undang No.32 tahun 2002 tentang Penyiaran.
Pada dasarnya UU No 32 tahun 2002 tentang Penyiaran mengamanatkan perlunya
demokratisasi di bidang penyiaran.
38
Dari segi ekonomi dan pembangunan daerah, demokratisasi di bidang penyiaran
ditandai dengan keberagaman kepemilikan (diversity of ownership) atas lembaga
penyiaran. Undang-UndangPenyiaran dengan tegas melarang monopoli kepemilikan
lembaga penyiaran oleh orang dan atau kelompok tertentu saja. Undang-Undang Penyiaran
juga dengan tegas mengamanatkan perlunya demokratisasi isi siaran dalam bentuk
keberagaman isi (diversity of content).
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro, Lukiati Komala dan Siti Karlinah. 2007, Komunikasi Massa Suatu
Pengantar, Edisi Revisi, Simbiosa Rekatama Media - Bandung
Baksin, Askurifai. 2006, Jurnalistik Televisi : Teori dan Praktik, Simbiosa Rekatama
Media - Bandung
Dwita, Desliana. 2007, Menuju Stasiun Penyiaran Berjaringan, Artikel Opini Edisi Selasa
27 Maret 2007, Harian Batam Pos – Batam
____________. 2014. Televisi dan Kepentingan Pemilik Modal Dalam Perspektif Teori
Ekonomi Politik Media, Jurnal IPTEKS TERAPAN Kopertis Wilayah X Vol 8, No 4,
Desember 2014
Kuswandi, Wawan. 1996, Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Isi Media Televisi),
PT.Rineka Cipta - Jakarta
Littlejohn, Stephen W & Karen A Foss. 2009, Theories of Human Communication, 9th ed.
(terjemahan), Salemba Humanika - Jakarta
LP3ES, Tim Redaksi. 2006, Jurnalisme Liputan 6: Antara Peristiwa dan Ruang Publik,
Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta
Morrissan. 2011, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi,
Edisi Revisi, Kencana Prenada Media Group - Jakarta
________. 2010, Teori Komunikasi Massa : Media, Budaya, dan Masyarakat, Ghalia
Indonesia - Bogor
Mufid, Muhamad. 2005, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, Kencana Prenada MediaJakarta
Nurudin. 2009, Pengantar Komunikasi Massa, Rajawali Pers-Jakarta
39
Penyiaran Kita. 2014. Berita Acara Rapat Pimpinan Komisi Penyiaran Indonesia 2014,
Edisi September-Oktober 2014, KPI Pusat - Jakarta
Sunarto. 2009, Televisi, Kekerasan, dan Perempuan, Kompas-Jakarta
Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran
Usman Ks. 2009, Ekonomi Media : Pengantar Konsep dan Aplikasi, Ghalia Indonesia Bogor
40
OPTIMALISASI KOMUNIKASI DALAM PENGEMBANGAN MANAJEMEN DI
LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
Zahriyah Simargolang
[email protected]
Program Studi Pendidikan Agama Islam UIN SUSKA Riau
ABSTRAK
Komunikasi merupakan bagian yang sangat penting dalam sebuah lembaga atau
organisasi. Struktur dan kemajuan lembaga pada keseluruhannya ditentukan oleh teknikteknik komunikasi. Maka manajemen komunikasi sangat penting dalam sebuah lembaga
pendidikan Islam dan semua pihak di lembaga tersebut perlu memahami dan meningkatkan
kemampuan mereka dalam bidang komunikasi. Organisasi-organisasi swasta yang besar
dan kompleks sekalipun tidak akan bermakna tanpa manajemen dan satu jaringan
komunikasi yang dapat mewujudkan kerjasama, semangat kerja dan semangat belajar.
Sehingga keberhasilan individu dan lembaga seperti pendidikan Islam secara
keseluruhannya sangat tergantung kepada kegiatan komunikasi. Oleh sebab itu setiap
lembaga maupun organisasi dan perusahaan perlu mengetahui optimalisasi komunikasi
sehingga dapat mencegah adanya miss komunikasi maupun kesalahan dalam memberikan
informasi akibat kelalaian, ketidaktahuan maupun kurangnya teknik-teknik maupun
strategi dalam komunikasi.
Kata Kunci : Komunikasi, Optimalisasi Komunikasi, Manajemen, Lembaga Pendidikan
Islam
ABSTRACT
Communication is a very important part in an institution or organization. The structure
and progress of the whole institution is determined by the techniques of communication.
Then the communication management is very important in Islamic Educational Institutions
and all stakeholders in the institution need to understand and improve their skills in the
field of communication. Private organizations large and complex though no meaning
without the management and the communication network that can realize cooperation,
morale and enthusiasm for learning. Therefore the success of individuals and institutions
such as Islamic education as a whole is dependent upon communication activities.
Therefore, any agencies or organizations and companies need to know to optimize
communication so as to prevent any miss communication or error in providing information
as a result of negligence, ignorance or lack of techniques and strategies in communication.
Keywords: Communication, Optimizing Communication, management, Islamic
Educational Institutions,
41
PENDAHULUAN
Dalam kegiatan komunikasi yang baik, komunikator mempunyai kebebasan dalam
menerima dan menyampaikan informasi baik secara lisan, tulisan ataupun isyarat. Namun
kebebasan yang diberikan untuk menerima dan menyebarkan informasi tersebut harus
dibarengi dengan tanggung jawab sehingga informasi yang disampaikan haruslah benar
dan bermanfaat.
Manajemen komunikasi merupakan gabungan dari perkataan manajemen dan
komunikasi. Secara ethimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa Inggris yaitu
communication dan juga berasal dari bahasa latin, yaitu communicare yang berarti ‘sama’
maksudnya sama makna (Syamsuddin A. Rahim, 1993).
Sedangkan secara therminologis, komunikasi dapat diartikan sebagai proses
penyampaian pesan dari komunikator (pembicara) kepada komunikan (penerima pesan)
dengan menggunakan media massa seperti surat kabar, radio, TV, buku dll atau tidak
menggunakan media untuk mencapai tujuan atau efek tertentu.
Komunikasi dapat berlangsung secara efektif apabila terjadi kesamaan makna
antara komunikator dan komunikan tentang sesuatu hal yang dibicarakan serta terjadi
perubahan sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan yang diinginkan oleh
komunikator.
Sedangkan manajemen berasal dari Bahasa Italia manegg (iare) yang bersumber
dari Bahasa Latin manus berarti tangan, menangani atau melatih kuda atau secara bahasa
dapat diartikan memimpin, membimbing atau mengatur. (Onong Uchjono Effendy,
1993:4).
Secara istilah, manajemen dapat diartikan sebagai proses yang khas, yang terdiri
dari tindakan-tindakan dari kegiatan-kegiatan dalam manajemen itu sendiri, yaitu
perencanaan, pengorganisasian, penggiatan dan pengawasan yang dilakukan untuk
menentukan serta mencapai sasaran sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan
sumber daya manusaia dan sumber-sumber lain (Terry, 1979).
Dengan demikian, manajemen komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses
perencanaan komunikasi, pengorganisasian komunikasi, penggiatan komunikasi dan
pengawasan pesan dari komunikator kepada komunikan baik menggunakan media massa
atau tidak untuk mencapai tujuan tertentu.
Walaupun disadari pentingnya komunikasi untuk mencapai suatu tujuan bagi
sebuah lembaga, namun komunikasi masih merupakan aspek yang kurang dipahami oleh
42
banyak pihak. Chase menunjukkan bahwa dari 150 lembaga yang ditelitinya, semuanya
mempunyai masalah komunikasi dari atas ke bawah. Pihak pimpinan masih memimpin
secara otoriter dan berusaha menciptakan jurang pemisah antara pimpinan dan bawahan.
Masalah lain ialah arus informasi yang makin ke bawah makin berkurang. Informasi hanya
sampai kepada tingkat bawah sekitar 20% setelah melalui beberapa lapisan dalam lembaga
tersebut.
Demikian juga arus komunikasi dari bawah ke atas banyak mengalami masalah.
Seperti hasil penelitian Sanborn menunjukkan bahwa sepertiga dari anggota merasa bahwa
pimpinan mereka tidak mau mendengarkan usulan dan ide-ide mereka. Sepertiga lainnya
merasa tidak bebas berkomunikasi dengan pimpinan mereka, walaupun berhubungan
dengan bidang tugas mereka. Maka bentuk komunikasi perlu dilakukan dengan sebaikbaiknya termasuk dalam sebuah lembaga pendidikan Islam demi untuk menjalin interaksi
yang harmonis di kalangan sesama warga lembaga pendidikan.
Dalam hal ini guru merupakan suatu komponen terpenting dari komponen lainnya,
seperti : tujuan, kurikulum, metode, sarana dan prasarana. Anak didik itu bukan berarti
sebagai makhluk yang lemah tanpa memiliki potensi kemampuan–kemampuan atau talent
tertentu. Sehingga pengajaran akan lebih bermakna apabila guru berusaha menghubungkan
pengalaman-pengalaman pada masa lampau dan akan datang.
Berikut ini firman Allah dalam Surat An-Nahl-125 yang merupakan perintah dari
Allah SWT agar kita sebagai hamba-Nya mampu memberikan pelajaran yang baik.
Artinya :
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan cara hikmah dan berilah
pelajaran yang baik serta bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (Q.S: An-Nahl-125).
43
Ayat tersebut menjelaskan perintah dakwah yang dianjurkan dalam dunia Islam
melalui pendekatan persuasif, lemah lembut, tegas, benar dan bijaksana.
Kandungan isi tersebut dapat diterapkan melalui strategi kelompok yang terdiri dari
tim pendengar, membuat catatan terbimbing, perdebatan aktif, strategi menggabungkan
dua kekuatan dan pertanyaan kelompok. Dengan cara memberikan hujjah yang terbaik,
bukan dengan jalan perang dan kekerasan sehingga siswa dapat membedakan antara yang
hak dengan yang bathil.
Hal ini telah banyak dibahas berbagai konferensi, seminar ilmiah, dan keputusan
riset di berbagai dunia. Dengan adanya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah, wewenang Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan pendidikan di
daerah menjadi semakin luas. Kebijakan tersebut berkaitan dengan implementasi Standar
Nasional Pendidikan.
Melalui mendidik dan membekali peserta didik dengan seperangkat pengetahuan,
sikap, nilai, moral dan keterampilan untuk memahami lingkungan sosial masyarakat dapat
dicapai. Hal ini juga dapat menjadikan pembelajaran sosial lebih menarik, penuh tantangan
dan semangat dalam mempelajarinya. Strategi pengajaran yang dilakukan ini adalah
menekankan agar individu secara aktif menyusun dan membangun.
Fenomena yang diamati dalam proses belajar mengajar belum mencakup
pengembangan pada ranah kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotorik secara
menyeluruh dan terpadu. Hal tersebut ditandai oleh :
(1) rendahnya kemampuan siswa dalam menjelaskan jawaban yang ditanyakan oleh
teman-temannya pada saat mendapatkan tugas persentase sehingga yang dijelaskan
hanya seadanya saja
(2) rendahnya kemampuan siswa dalam menanggapi secara kritis isi teks
(3) minimnya perubahan sikap setelah mempelajari bahan ajar yang telah dijelaskan
gurunya.
Siswa belum memenuhi indikator-indikator penilaian berdasarkan aspek tujuan,
mengemukakan pendapat, melaporkan hasil dari pengamatan dan sumber referensi,
menghargai peranan pengetahuan dalam kehidupan, menunjukkan sikap pemecahan
masalah, mengusulkan, melengkapi, menghubungkan serta menunjukkan rasa wajib
terhadap perbaikan masyarakat.
Faktor penyebabnya adalah faktor dari siswa sendiri dan faktor dari guru. Faktor
penyebab dari siswa adalah peserta didik cenderung kurang memahami, mengungkapkan
44
pendapat, menunjukkan sikap pemecahan masalah, mengusulkan serta
melengkapi
jawaban. Sedangkan faktor penyebab dari guru adalah kurangnya kreativitas para pendidik
dalam menggunakan alat / bahan yang dapat membantu siswa.
Pembelajaran saat ini lebih memfokuskan pada perlunya siswa berpartisipasi aktif
dalam proses pembelajaran, pembelajaran berbasis masalah untuk mengembangkan
kemampuan belajar mandiri, perlunya siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan
pengetahuannya sendiri, serta perlunya guru/dosen berperan menjadi fasilitator, mediator,
dan manejer dalam proses pembelajaran. Agar pembelajaran lebih optimal maka dalam hal
ini guru harus memiliki strategi komunikasi yang efektif dan selektif sehingga dapat
disesuaikan dengan keadaan peserta didik pada saat proses belajar. Melalui proses
komunikasi yang dilakukan guru dengan baik dan bijaksana maka guru dapat
mempengaruhi siswa untuk dapat menerapkan ilmu yang telah diajarkan.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
deskriptif
yang
ditujukan
untuk
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada berlangsung saat ini atau masa lampau.
Penelitian ini juga menggambarkan suatu kondisi apa adanya dan keadaan dalam tahapantahapan perkembangannya. Dalam penelitian perkembangan ini ada yang bersifat
longitudinal atau sepanjang waktu dan ada yang bersifat cross sectional atau dalam
potongan waktu.
PEMBAHASAN
1. Bentuk-Bentuk Komunikasi Dalam Pendidikan
Secara umum ada tiga bentuk komunikasi yaitu: (1) komunikasi antar individu
(interpersonal communication), (2) komunikasi kelompok (group communication) dan
komunikasi massa (mass communication). Namun ada juga yang menambahkan dua
bentuk lagi, yaitu (1) komunikasi intra-personal dan (2) komunikasi transedental (
Syamsuddin A. Rahim, 1993).
Komunikasi antar individu ialah komunikasi yang dilakukan oleh seseorang yang
pada umumnya bersifat tatap muka. Misalnya antara guru dan siswa. Komunikasi
kelompok, yaitu komunikasi yang dilakukan antara seseorang dengan kelompok atau
antara kelompok dengan kelompok. Sedangkan komunikasi massa ialah komunikasi yang
45
dilakukan oleh individu atau kelompok dengan khalayak luas dengan menggunakan media
massa seperti surat kabar, radio, televisi, majalah, brosur, spanduk dan sebagainya.
Disamping itu dikenal istilah komunikasi intrapersonal, maksudnya ialah
komunikasi yang dilakukan oleh seseorang dengan dirinya sendiri termasuk di dalamnya
introspeksi diri. Maka dalam hal ini pihak lembaga pendidikan harus mengetahui bentuk
komunikasi yang baik dan efektif sehingga dapat terjalin hubungan yang baik dan mampu
meningkatkan kualitas pendidikan.
Dalam membahas ranah Ipteks, tidak bisa dipisahkan dengan pendidikan.
Sedangkan pendidikan secara teknis operasional juga tidak bisa dipisahkan dengan salah
satu unsur essensial dalam pendidikan kita yaitu dengan adanya guru. Pengembangan diri
sendiri dapat menjadikan profesi pendidik sadar dan terus memberdayakan diri sendiri
dalam meningkatkan kemampuan berkaitan dengan peran dan tugasnya di bidang
pendidikan. Hal ini juga dapat memberikan kekuasaan keahlian (expert power) pada
pendidik, sehingga dapat menjadikan pendidik sebagai profesi yang kuat dan penting
dalam proses pendidikan bangsa.
Pendidikan
dipandang sebagai peningkatan kualitas untuk berkiprah dalam
berbagai bidang kehidupan, menjadi pegawai harus dipandang sebagai salah satu alternatif
pilihan yang setara dengan pilihan untuk bidang-bidang pekerjaan lainnya. Keterlibatan
manusia terdidik dalam berbagai bidang kehidupan dan pekerjaan akan mendorong
keseimbangan dalam menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih baik dan memiliki
potensi yang ada jelas sehingga manusia terdidik dapat berperan di dalamnya.
Oleh karena itu pengembangan profesi pendidik akan memberi dampak besar bagi
peningkatan kualitas pendidikan yang sekarang masih tertinggal, serta memberi arah yang
tepat. Kemandirian tenaga pendidik dapat lebih berani melakukan hal-hal yang inovatif dan
kreatif sehingga proses pendidikan/pembelajaran akan lebih mendorong siswa untuk makin
menyukai dan rajin belajar
Dengan menggali wilayah yang tidak dikenal disertai dengan rasa ingin tahu dan
pikiran terbuka serta tanpa ada ikatan terhadap hasil tertentu akan menciptakan ruang bagi
pengalaman baru dan kemungkinan sukses.1 Dan hal ini dapat membuat seseorang menjadi
lebih aktif, kreatif dan efektif dan menyenagkan dalam menjalani kehidupannya.
1
Joe Rubino, The Power To Succed, Pengembangan Pribadi untuk Mencapai Sukses, 30 Prinsip
Memaksi malkan Efektivitas Pribadi Anda ( Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2004), hlm 48
46
Dewasa ini belajar dan mengajar dalam suatu proses dilibatkan oleh pengembangan
profesi tenaga pendidik telah berhasil dengan baik melalui sikap inovatif. Masih ada yang
tidak menerapkan dan gagal menerapkan karena penerapannya tidak komprehensif, tidak
disiapkan dengan baik dan mereka seringkali bingung dan cemas mengemban tanggung
jawabnya yang baru, kurangnya atau tidak adanya pelatihan yang diberikan oleh guru,
sehingga sukar ditanggulangi dan tidak berhasil dalam proses belajar.
Akibatnya suatu bangsa tidak rasional, sulit beradaptasi dengan perubahan, kurang
berambisi, mudah dieksploitasi dan jarang bisa bekerja dalam tim secara harmonis. Pada
saat anak berinteraksi dengan orang tua atau teman yang lebih mampu, mereka saling
bertukar ide dan cara berpikir tentang representasi dan konsep. Maka aktif mental lebih
baik dari aktif fisik agar pengetahuan, ide, sikap dan sistem nilai yang dimiliki
berkembang. Upaya sentralnya berporos pada pembaruan kurikulum pendidikan.
2
Pemahaman siswa akan meningkat apabila siswa berpartisipasi aktif dan dapat langsung
melihat dan mempraktekkan kompetensi yang ada di dalam mata pelajaran tersebut. Semua
itu akan dapat terwujud apabila guru memiliki strategi komunikasi yang efektif sehingga
dapat memudahkan siswa untuk dapat memahaminya.
2. Pengembangan Komunikasi di Lembaga Pendidikan Islam
Pengembangan komunikasi di lembaga pendidikan Islam dari segi sasaran
komunikasi secara umum dapat dibedakan kepada dua, yaitu :
(1) kegiatan komunikasi yang bersifat internal (internal communication)
(2) kegiatan komunikasi yang bersifat eksternal (eksternal communication).
a. Komunikasi Internal
Komunikasi internal ialah komunikasi yang terjadi di lingkungan sekolah.
Komunikasi di sekolah tidak hanya terjadi pada kelompok pimpinan, guru maupun
santri. Tetapi antara guru dengan siswa.
Karena itu dalam manajemen komunikasi, komunikasi internal dapat dibedakan
kepada beberapa bagian yaitu :
(1) komunikasi vertical
(2) komunikasi horizontal
(3) komunikasi diagonal.
2
Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Ed.1, cet 6, Jakarta :
Bumi Aksara, 2009,hlm 11
47
Komunikasi vertikal ialah komunikasi antara pimpinan sekolah dan guru atau
siswa atau sebaliknya antara santri dan guru atau pimpinan sekolah. Dalam
manajemen komunikasi, komunikasi
dua arah dan timbal balik sangat perlu
dilakukan, kalau tidak, proses manajemen besar kemungkinan tidak berjalan secara
efektif.
Pimpinan perlu mengetahui laporan, tanggapan, gagasan, masalh yang
dialami serta saran dan perasaan kalangan bawah. Selain itu sekolah juga perlu
menyediakan guru khusus (guru bimbingan penyuluhan) yang bertindak sebagai
pembimbing
dan penyuluh terutama bagi siswa bermasalah yang dapat
mempengaruhi kelacaran pendidikannya di sekolah.
Ada tiga cara komunikasi dari atas ke bawah yang baik untuk di aplikasikan, yaitu :
1. Seorang pimpinan menetapkan terlebih dahulu objek yang akan dibicarakan.
2. Isi pembicaraan haruslah jelas, tepat, mudah di pahami dan mencukupi
3. Menggunakan teknik komunikasi yang baik untuk menyampaikan pesan, apakah
melalui lisan, tulisan atau melalui telpon.
Komunikasi horizontal ialah komunikasi yang dilakukan secara mendatar
dalam jenjang atau status yang sama, seperti sesame guru antara santri dengan santri.
Komunikasi horizontal ini pada umumnya berlangsung dalam suasana tidak formal,
sambil istirahat atau juga sambil belajar atau diskusi. Komunikasi ini sangat berguna
dalam upaya tukar menukar informasi dan ilmu pengetahuan serta meluahkan
perasaan sesama mereka.
Komunikasi tidak formal juga dapat terjadi antara pimpinan, guru dan siswa
yang saling berinteraksi tanpa mengikuti hirarki formal yang terdpat pada sekolah.
Pihak guru melayani siswa seolah mereka dalam suatu institusi keluarga yang besar.
Sedangkan komunikasi diagonal ialah komunikasi antara satu sama lain
berbeda jenjang dan status. Misalnya komunikasi antara guru dengan guru lainnya
yang juga diikuti oleh siswa. Dalam hal ini guru juga harus mengunakan teori
kecerdasan majemuk yang merupakan salah satu perkembangan paling penting dan
menjanjikan dalam pendidikan dewasa ini, bukan hanya mengakui perbedaan
individual ini untuk tujuan praktis, seperti pengajaran dan penilaian, tetapi juga
menganggap serta menerimanya sebagai sesuatu yang normal, wajar, bahkan menarik
dan sangat berharga. Setiap anak memiliki kecerdasan dan kemampuan berbeda
dalam memahami sebuah mata pelajaran.
48
Seorang pendidik harus bisa memahami kemampuan mereka secara personal.
Seorang pendidik tidaklah boleh memaksakan siswanya untuk memahami setiap
pelajaran dengan pemahaman yang sama dan sempurna dengan satu takaran
kecerdasan, sebab keadaan anak dalam satu kelas berbeda-beda.
Dengan berbagai macam keadaan siswa, kewajiban seorang pendidik adalah
mengakui keberadaannya dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Seorang
pendidik harus mengakui dan menghargai bakat dan hasil karya siswa-siswanya.
Teori kecerdasan Majemuk mungkin lebih tepat untuk digunakan oleh para pendidik
untuk mendampingi siswa-siswanya dalam belajar. Setiap anak memiliki lebih dari
satu kecerdasan.
Pendidik juga bisa menyatukan kecerdasan mereka dengan mengadakan
sebuah even di kelas, dengan mengikut sertakan semua anak didik sesuai dengan
kemampuan masing-masing. Pastinya dari perpaduan tersebut akan menghasilkan
hasil yang maksimal. Kecerdasan secara umum dipahami pada dua tingkat yakni
kecerdasan sebagai suatu kemampuan untuk memahami informasi yang membentuk
pengetahuan dan kesadaran.
Kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses informasi sehingga
masalah-masalah yang di hadapi dapat dipecahkan (problem solved) dan dengan
demikian pengetahuan pun bertambah. Jadi mudah dipahami bahwa kecerdasan
adalah pemandu bagi kita untuk mencapai sasaran-sasaran kita secara efektif dan
efisien.
Dengan kata lain, orang yang lebih cerdas, akan mampu memilih strategi
pencapaian sasaran yang lebih baik dari orang yang kurang cerdas. Artinya orang
yang cerdas mestinya lebih sukses dari orang yang kurang cerdas. Adanya orang
yang kelihatan tidak cerdas (sedikitnya di sekolah) kemudian tampil sukses, bahkan
lebih sukses dari rekan-rekannya yang lebih cerdas, dan sebaliknya.
Seseorang dapat belajar dari pengalaman-pengalamannya akan menentukan
penyesuaian dirinya. Ungkapan-ungkapan pikiran, cara berbicara, dan cara
mengajukan pertanyaan, kemampuan memecahkan masalah, dan sebagainya. Akan
tetapi, diperlukan waktu lama untuk dapat menyimpulkan kecerdasan seseorang
berdasarkan pengamatan perilakunya, dan cara demikian belum tentu tepat pula.
49
Apabila siswa telah mengetahui jenis kecerdasannya maka guru akan
mengarahkan sesuai dengan minat dan tingkat kecerdasannya sehingga siswa dapat
belajar dengan semangat.
Ada tujuh kecerdasan yang diidentifikasi oleh Gardner yaitu :
a. Kecerdasan linguistik (berkaitan dengan bahasa)
b. Kecerdasan logis-matematis (berkaitan dengan nalar logika dan matematika)
c. Kecerdasan spasial (berkaitan dengan ruang dan gambar)
d. Kecerdasan musikal (berkaitan dengan musik, irama dan bunyi/suara)
e. Kecerdasan badani-kinestetik (berkaitan dengan badan dan gerak tubuh)
f. Kecerdasan interpersonal (berkaitan dengan hubungan antar pribadi, sosial)
g. Kecerdasan interpersonal (berkaitan dengan hal-hal yang sangat mempribadi).3
Dalam hal ini seorang guru dapat menerapkan di dalam kelas dengan cara
melibatkan minat siswa membuat poster warna ukuran besar yang mengiklanfkan
ketujuh kecerdasan.Kecerdasan tersebut dijelaskan dan diberikan contoh masing-masing
kecerdasan. Guru hanya membantu dalam memberikan contoh linguistik dan siswa
memberikan tanggapan dengan jujur dan adil kecerdasan apa saja yang dapat
diperolehnya apabila mereka dapat melakukan suatu pekerjaan yang berkaitan dengan
materi pelajaran.
Siswa membuat portofolio dengan menyimpan catatan proyek dan aktivitas yang
tak tertulis di atas kertas umum melalui video atau audiotape dan di sana akan terlihat
apakah siswa suka membuat gambar polaroid dan standar apa yang mereka ingin
tetapkan untuk portofolio. Maka strategi, metode serta kecerdasan yang diaplikasikan
oleh guru haruslah memperhatikan bentuk-bentuk komunikasi seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya sehingga siswa dapat belajar dengan semangat sesuai dengan
arahan yang diberikan oleh guru.
b. Komunikasi Eksternal (eksternal communication)
Komunikasi eksternal ialah komunikasi yang dilakukan oleh pimpinan sekolah
atau yang mewakilinya dengan pihak luar sekolah. Untuk kepentingan komunikasi ini
sebaiknya sekolah membentuk bagian atau petugas khusus hubungan masyarakat
(public relation) dengan tugas utama menjalin hubungan dengan :
1. Masyarakat sekitar (community relations)
3
Ibid, hlm 14
50
2. Instansi pemerintah (government relations)
3. Pers (pers relation)
4. Pelanggan (customer relations)
Komunikasi antara sekolah dengan masyarakat sekitar sangat perlu dilakukan
dalam upaya menarik simpati masyarakat dan meningkatkan hubungan akrab dan
kerjasama yang baik antara sekolah dan masyarakat. Hubungan ini juga dapat menjadi
ajang promosi sekolah ke luar dan dapat menghilangkan isu-isu negative (kalau ada)
tentang sekolah islam terpadu tersebut di kalangan masyarakat. Masyarakat juga tidak
segan-segan memberikan saran yang bersifat membangun demi untuk kemajuan
sekolah.
Kemudian sekolah juga perlu melakukan komunikasi yang baik dengan
pemerintah.
Melaporkan
perkembangan
dan
kemajuan
sekolah
dan
juga
menginformasikan berbagai permasalahan yang dihadapi atau bakal dihadapi.
Dengan demikian pemerintah diharapkan dapat membantu keperluan sekolah
Karena merasa dilibatkan dalam kemajuan sekolah. Komunikasi dengan pers perlu
dilakukan dalam upaya memberikan informasi tentang perkembangan dan kemajuan
yang dicapai oleh sekolah, kegiatan-kegiatan yang dilakukan serta informasi penting
lainnya. Tanpa komunikasi dan hubungan yang baik dengan pihak pers, sekolah tidak
akan di kenal dan diketahui secara objektif oleh masyarakat luas.
Sekolah juga perlu memerlukan komunikasi sebaik mungkin oleh semua pihak
yang menggunakan jasa sekolah terutama siswa atau calon siswa serta anggota
masyarakat. Sehingga sekolah dapat memberikan pelayanan yang memuaskan
pelanggan dan dapat menarik minat calon pelanggan lainnya untuk menjadi pengguna
jasa sekolah.
Sekolah juga sebaiknya dapat memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi
seperti internet dalam melengkapi informasi dan perkembangan baru dalam ilmu
pengetahuan. Multimedia diharapkan menjadi modal utama yang dapat membuat dunia
pendidikan sekolah lebih progresif dan interaktif karena komunikasi antara guru dan
siswa tidak terbatas di lingkungan sekolah saja, tetapi siswa menungkinkan
berkomunikasi dengan guru di luar sekolah dan guru bertanggung jawab membimbing
mereka melalui video, website, email, blog maupun yang lainnya.
51
Namun dalam hal ini guru juga harus memberikan pengawasan dan pengarahan
yang baik sehingga siswa tidak dapat menyalahgunakan multi media untuk hal-hal yang
tidak bermanfaat.
KESIMPULAN
Komunikasi sangat perlu dilakukan di sekolah Islam terpadu, baik secara internal
maupun secara eksternal. Kegiatan komunikasi tersebut harus direncanakan secara matang,
diorganisir, didorong atau digiatkan serta diawasi, sehingga dapat mencapai tujuan seperti
yang diharapkan. Semaksimal mungkin sekolah juga harus membentuk satu bagian yang
khusus menangani komunikasi dan informasi. Kecerdasan siswa juga harus di dukung oleh
ilmu tambahan lainnya seperti dengan teknologi komunikasi. Selanjutnya sekolah perlu
menyiapkan tenaga khusus pembimbing dan penyuluh (konselor) terutama untuk
kepentingan
siswa-siswa
yang
mengalami
masalah.
Maka
komunikasi
sangat
mempengaruhi kinerja dan kemajuan lembaga pendidikan Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniah Manusia, cet. II, Jakarta :
Bulan Bintang, 1997
Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Jakarta : Bumi
Aksara, 2009.
Dimyati, Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, cet.3, Jakarta : PT. Rieneka Cipta, 2006
Halimah, Siti, Strategi Pembelajaran, cet.pertama, Medan : Cita Pustaka Media Perintis,
2008.
Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, cet. 2, Jakarta: Misaka Galiza,
2003
Muslich, Masnur, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Ed.1, cet 6,
Jakarta : Bumi Aksara, 2009
Muhammad Mufid, Etika dan Filsafat Komunikasi, Jakarta : Kencana, 2009
Republik Indonesia, Departemen Agama, Alquran dan Terjemahannya, ed. Refisi
1989,Bandung : Gema Risalah Press, 1989
52
Sanjaya, Wina, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, ed.1,
cet.4, Jakarta : Kencana, 2008
Shalel, Abdul Racman, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, visi, Misi, dan Aksi, cet.
Pertama, Jakarta : PT. Grafindo Persada, 2004
Syukur Kholil, Komunikasi Islam, cet. Pertama, Bandung : Citapustaka Media , 2007
53
KOMUNIKASI INTERPERSONAL
ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK MENURUT AL QURAN
(Tinjauan Analisis Komunikasi Islam)
Aidil Haris
[email protected]
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Riau
ABSTRAK
Menjadi orangtua yang bijaksana tidak semudah yang dibayangkan. Peran orangtua
dalam keluarga tidak sebatas merawat dan membesarkan anak, tapi lebih daripada itu
bagaimana orangtua mampu mendidik anaknya sejak dini hingga anaknya menjadi besar
dan terdidik. Yang menjadi hal terpenting bagi orang tua pada hakikatnya adalah
bagaimana orang tua mampu membangun komunikasi interpersonal yang efektif dengan
anak-anaknya. Apabila komunikasi interpersonal orangtua dan anak ini sudah terbangun
secara baik, maka hubungan pertalian darah antara orangtua dan anak tidak akan mudah
terpengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Atas dasar itulah, maka pada kajian ini penulis
menala’ah lebih rinci tentang bagaimana komunikasi interpersonal orangtua dan anak
menurut Alquran dalam tinjauan Komunikasi Islam. Pada paparan pembahasan kajian ini,
penulis mengutip Alquran surah Ash-Shaaffat ayat 100-107 tentang komunikasi
interpersonal yang dibangun oleh Nabi Ibrahim, AS ketika mendidik anaknya Nabi Ismail,
AS. Dalam sejarah Islam disebutkan bahwa Nabi Ibrahim, AS merupakan seorang nabi,
pendidik, ayah dan suami yang sukses mendidik keluarga dan ummat. Kualitas keimanan,
keshalehan dan kepemimpinannya sebagai seorang Nabi utusan Allah tak perlu diragukan
lagi. Begitu halnya dengan perannya sebagai seorang ayah dan pendidik di tengah-tengah
keluarganya. Meskipun demikian tentu tidak mudah bagi kita untuk memahami atau
menela’ah konsep-konsep pendidikannya dalam mendidik keluarga dan ummat. Model dan
konsep komunikasi interpersonal Nabi Ibrahim dalam mendidik anaknya Ismail, AS inilah
yang akan penulis kaji untuk dijadikan panduan bagi orangtua dalam mendidik anakanaknya. Dari pembahasan kajian ini, ditarik kesimpulan bahwa komunikasi interpersonal
orangtua dalam mendidik anak dapat dimulai dengan penanaman konsep diri pada diri
orangtua itu sendiri dan anak. Kemudian, juga perlu adanya sikap saling terbuka dan
menumbuhkan rasa saling mendukung antara orangtua dan anak. Lalu, tanamkan perasaan
positif dalam diri orang tua, sehingga anak juga akan turut menanamkan perasaan positif
dalam dirinya.
Keyword: Komunikasi Interpersonal, Alquran, Komunikasi Islam, Komunikasi Orang tua.
54
ABSTRAK
Being a parent is wise not as easy as imagined. The role of parents in the family is not
limited to caring for and raising a child, but more than that how parents were able to
educate their children from an early age to become a large and educated their children.
Which is the most important thing for parents is essentially how the parents were able to
build effective interpersonal communication with their children. If the parents and children
interpersonal communication are now established as well, the relationship consanguinity
between parents and children would not be easily influenced by the surrounding
environment. On that basis, then in this study the authors menala'ah more detail about how
parents and children interpersonal communication according to the Koran in Islamic
Communication reviews. On exposure to discussion of this study, the authors cite the
Koran Surah Ash-Shaaffat paragraphs 100-107 of interpersonal communication that was
built by Prophet Abraham, the US when educating his son Prophet Ismail, USA. In the
history of Islam is mentioned that Prophet Abraham, the US is a prophet, educator,
successful husband and father to educate family and community. The quality of faith, piety
and leadership as a prophet messenger of God can not be doubted. So it is with his role as
a father and educator in the midst of his family. Nonetheless certainly not easy for us to
understand or menela'ah concepts of education in educating the family and community.
The model and the concept of interpersonal communication in educating their children
Ibrahim Ismail, the US is to be the author of the review to be used as a guide for parents in
educating their children.From the discussion of this study, conclude that interpersonal
communication of parents in educating children can begin by planting themselves on self
concept itself and the child's parents. Then, it is also necessary to open and foster mutual
sense of mutual support between parents and children. Then, cultivate positive feelings in
their parents, so that children will also contribute to instill positive feelings in him.
Keyword : interpersonal communication, the koran, Islamic Communication, Children and
Parent.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jika kita menyimak isi media massa beberapa tahun belakangan, persoalan
mendasar yang sering muncul adalah seputar pemberitaan kasus kriminalitas orang tua dan
anak. Ada pemberitaan seputar orang tua membunuh anaknya. Ada pula pemberitaan
tentang orang tua menelantarkan anaknya. Kemudian pemberitaan seputar anak membunuh
orang tuanya. Peristiwa ini tentu menjadi potret buram tentang tindakan orang tua terhadap
anak yang dianggap tidak berprikemanusiaan.
Apabila kita berfikir sejenak, maka muncul tanda tanya besar dalam pikiran kita
tentang mengapa orang tua tega menelanatarkan anaknya dan bahkan tidak khawatir
sampai membunuh anak kandungnya sendiri? Lalu, bagaimana pula dengan anak durhaka
yang tega-teganya membunuh orangtua kandungnya sendiri. Ada apa dibalik semua
peristiwa ini? Siapa yang salah? Apakah orangtua yang salah atau anaknya yang salah?
Bila kita menyimak dengan kasat mata maka asumsi yang muncul adalah bahwa persoalan
ini merupakan persoalan yang sangat memilukan kehidupan keluarga. Akar masalah dari
55
semua itu salahsatunya adalah persoalan komunikasi orangtua dan akan yang tidak
terbangun dengan baik.
Harus diakui, menjadi orangtua yang bijaksana tidak semudah yang dibayangkan.
Peran orangtua dalam keluarga tidak sebatas merawat dan membesarkan anak, tapi lebih
daripada itu bagaimana orangtua mampu mendidik anaknya sejak dini hingga anaknya
menjadi besar dan terdidik. Yang menjadi hal terpenting bagi orang tua pada hakikatnya
adalah bagaimana orang tua mampu membangun komunikasi interpersonal yang efektif
dengan anak-anaknya. Apabila komunikasi interpersonal orangtua dan anak ini sudah
terbangun secara baik, maka hubungan pertalian darah antara orangtua dan anak tidak akan
mudah terpengaruhi oleh lingkungan sekitarnya.
Atas dasar itulah, maka pada kajian ini penulis menala’ah lebih rinci tentang
bagaimana komunikasi interpersonal orangtua dan anak menurut Alquran dalam tinjauan
Komunikasi Islam. Pada paparan pembahasan kajian ini, penulis mengutip Alquran surah
Ash-Shaaffat ayat 100-107 tentang komunikasi interpersonal yang dibangun oleh Nabi
Ibrahim, AS ketika mendidik anaknya Nabi Ismail, AS. Dalam sejarah Islam disebutkan
bahwa Nabi Ibrahim, AS merupakan seorang nabi, pendidik, ayah dan suami yang sukses
mendidik keluarga dan ummat. Kualitas keimanan, keshalehan dan kepemimpinannya
sebagai seorang Nabi utusan Allah tak perlu diragukan lagi. Begitu halnya dengan
perannya sebagai seorang ayah dan pendidik di tengah-tengah keluarganya. Meskipun
demikian tentu tidak mudah bagi kita untuk memahami atau menela’ah konsep-konsep
pendidikannya dalam mendidik keluarga dan ummat.
Model dan konsep komunikasi interpersonal Nabi Ibrahim dalam mendidik
anaknya Ismail, AS inilah yang akan penulis kaji untuk dijadikan panduan bagi orangtua
dalam mendidik anak-anaknya.
Landasan Konsep& Teoritis
1. Alquran Surah Ash-Shaaffat Ayat 100-102
‫ﻲ ﻗَﺎ َل ﯾَﺎ‬
َ ‫ﺴ ْﻌ‬
‫ ﻓَﻠَﻤﱠﺎ ﺑَﻠَ َﻎ َﻣ َﻌﮫُ اﻟ ﱠ‬-١٠١- ٍ‫ ﻓَﺒَﺸﱠﺮْ ﻧَﺎهُ ِﺑﻐ َُﻼمٍ َﺣﻠِﯿﻢ‬-١٠٠- َ‫رَ بّ ِ ھَﺐْ ﻟِﻲ ﻣِ ﻦَ اﻟﺼﱠﺎﻟِﺤِ ﯿﻦ‬
‫ﺳﺘَﺠِ ﺪُﻧِﻲ إِن‬
َ ُ‫ﺖ ا ْﻓﻌَﻞْ ﻣَﺎ ﺗ ُﺆْ ﻣَﺮ‬
ِ َ‫ﻲ ِإﻧِّﻲ أ َرَ ى ﻓِﻲ ا ْﻟ َﻤﻨَﺎمِ أَﻧِّﻲ أ َ ْذ َﺑﺤُﻚَ ﻓَﺎﻧﻈُﺮْ ﻣَﺎذَا ﺗ َﺮَ ى ﻗَﺎ َل ﯾَﺎ أَﺑ‬
‫ﺑُ َﻨ ﱠ‬
- ‫ وَ ﻧَﺎدَ ْﯾﻨَﺎهُ أ َنْ ﯾَﺎ إِﺑْﺮَ اھِﯿ ُﻢ‬-١٠٣- ِ‫ ﻓَﻠَﻤﱠﺎ أ َ ْﺳﻠَﻤَﺎ وَ ﺗَﻠﱠﮫُ ِﻟ ْﻠ َﺠﺒِﯿﻦ‬-١٠٢- َ‫ﺷَﺎء ﱠ ُ ﻣِ ﻦَ اﻟﺼﱠﺎﺑ ِِﺮﯾﻦ‬
- ُ‫ إِنﱠ َھﺬَا ﻟَﮭُﻮَ ا ْﻟﺒ ََﻼء ا ْﻟ ُﻤﺒِﯿﻦ‬-١٠٥- َ‫ﺻﺪﱠﻗْﺖَ اﻟﺮﱡ ؤْ ﯾَﺎ إِﻧﱠﺎ َﻛﺬَﻟِﻚَ ﻧَﺠْ ِﺰي ا ْﻟﻤُﺤْ ِﺴﻨِﯿﻦ‬
َ ‫ ﻗَ ْﺪ‬-١٠٤
-١٠٧- ٍ‫ وَ ﻓَﺪَ ْﯾﻨَﺎهُ ﺑِ ِﺬ ْﺑﺢٍ ﻋَﻈِ ﯿﻢ‬-١٠٦
Artinya:
“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orangorang yang saleh.(!00) Maka Kami beri Dia khabar gembira dengan seorang anak yang
amat sabar.(101) Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersamasama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi
bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai
bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan
mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".(102) Tatkala keduanya telah berserah
diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya
).(103) Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim,(104) Sesungguhnya kamu telah
membenarkan mimpi itu, Sesungguhnya demikianlah Kami memberi Balasan kepada
56
orang-orang yang berbuat baik. .(105) Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang
nyata.(106) dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.(107) 4
2. Penafsiran Surah Ash-Shaaffat Ayat 100-107
Untuk memberikan penafsiran terhadap surat Ash-Shaaffat ayat 100-107, penulis
mengutip penafsiran dari ulama tafsir Quraish Shihab dalam tafsir Al Mishbah. Berikut
disajikan penafsiran surat Ash-Shaaffat ayat 100-107.
a. Tafsir Surah Ash-Shaaffat Ayat 100-101
-١٠١- ٍ‫ ﻓَﺒَﺸﱠﺮْ ﻧَﺎهُ ﺑِﻐ َُﻼمٍ َﺣﻠِﯿﻢ‬-١٠٠- َ‫رَ بّ ِ ھَﺐْ ﻟِﻲ ﻣِ ﻦَ اﻟﺼﱠﺎﻟِﺤِ ﯿﻦ‬
Ayat 100: Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orangorang yang saleh.
Ayat 101.Maka Kami beri Dia khabar gembira dengan seorang anak yang Amat sabar.
Di dalam tafsir Al-Mishbah dijelaskan bahwa:
“Nabi Ibrahim ketika itu berada di Ur, negeri Kaldania memutuskan untuk berhijrah
agar dapat menjalankan misinya dengan baik.Dan ia berkata kepada beberapa orang
kepercayaan bahkan mengumumkan tekadnya di hadapan masyarakat umum
bahwa:”Sesungguhnya aku akan pergi menuju kesatu tempat di mana aku dapat leluasa
mengabdi kepada Tuhanku tanpa diganggu oleh siapapun, dan Dia akan
menunjukiku jalan yang terbaik”. Karena ketika itu beliau tidak menemukan seorangpun
yang dapat menggantikannya sebagai penerus, maka beliau berdoa tanpa menggunakan
panggilan “Ya/wahai” untuk mengisyaratkan kedekatan beliau kepada Allah:”Tuhanku,
anugerahkanlah kepadaku seorang anak yang termasuk kelompok orang-orang yang
shaleh. Maka Kami memberinya kabar gembira bahwa dia akan dianugerahi dengan
seorang anak yang amat penyantun.
Kata ghulam adalah seorang pemuda yang telah tumbuh memanjang kumisnya.
Biasanya yang mencapai usia tersebut telah tumbuh pesat pula nafsu seksualnya, karena
itu nafsu seksual dinamai juga ghulmah.
Kata halim, mempunyai tiga makna dasar, yaitu tidak tergesa-gesa, lubang karena
kerusakan serta mimpi. Bagi manusia, tidak tergesa-gesa lahir dari ketidaktahuan
seseorang atau keraguannya, ketika itu ia tidak dapat dinamai halim, walaupun ia tidak
tergesa.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa kabar gembira yang disampaikan itu
mengandung isyarat bahwa anak tersebut adalah seorang anak lelaki, dari kata ghulam.
Ia sudah mencapai usia dewasa, dipahami dari sifatnya sebagai seorang
yang halim/penyantun,karena seorang yang belum dewasa, tidak dapat menyandang
sifat tersebut.”5
Al-Quran & Terjemahan.1990. Departemen Agama Republik Indonesia. Toha Putra. Semarang
Tafsir Al Mishbah
4
5
57
b. Tafsir Surah Ash-Shaaffat Ayat 102
‫ﺖ‬
ِ َ‫ﻲ إِﻧِّﻲ أ َرَ ى ﻓِﻲ ا ْﻟ َﻤﻨَﺎمِ أَﻧِّﻲ أ َ ْذ َﺑﺤُﻚَ ﻓَﺎﻧﻈُﺮْ ﻣَﺎذَا ﺗ َﺮَ ى ﻗَﺎ َل ﯾَﺎ أَﺑ‬
‫ﻲ ﻗَﺎ َل ﯾَﺎ ﺑُ َﻨ ﱠ‬
َ ‫ﺴ ْﻌ‬
‫ﻓَﻠَﻤﱠﺎ ﺑَﻠَ َﻎ َﻣﻌَﮫُ اﻟ ﱠ‬
-١٠٢- َ‫ﺳﺘ َﺠِ ﺪُﻧِﻲ إِن ﺷَﺎء ﱠ ُ ﻣِ ﻦَ اﻟﺼﱠﺎﺑ ِِﺮﯾﻦ‬
َ ُ‫ا ْﻓﻌَﻞْ ﻣَﺎ ﺗ ُﺆْ ﻣَﺮ‬
102. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa
aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku,
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku
termasuk orang-orang yang sabar".
“Allah telah menepati janjiNya kepada Nabi Ibrahim tentang perolehan anak.Demikian
hingga anak tersebut lahir dan tumbuh menjadi remaja. Maka tatkala ia telah mencapai
usia yang menjadikan ia mampu berusaha bersamanya, maka Ibrahim berkata: "Hai
anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, dan
engkau tentu tahu bahwa mimpi para nabi adalah wahyu ilahi. Maka fikirkanlah apa
pendapatmu, sang anak menjawab dengan penuh hormat: "Hai bapakku, kerjakanlah
apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk
orang-orang yang sabar".
Sebagaimana dijelaskan dalam tafsir Al Mishbah bahwa:
“Ayat di atas menggunakan bentuk kata kerja mudhari’ pada kata-kata ‫ أرَ ي‬dan َ‫أذْﺑَﺤُﻚ‬,
Begitu juga pada kata ُ‫ﺗ ُﺆْ ﻣَﺮ‬. Ini mengisyaratkan apa yang beliau lihat itu seakan-akan
masih terlihat hingga saat penyampaiannya itu. Sedangkan kata penyembelihan untuk
mengisyaratkan bahwa perintah Allah yang dikandung mimpi tersebut belum selesai
dilaksanakan. Karena itu pula jawaban anak menggunakan kata kerja masa kini juga
untuk mengisyaratkan bahwa ia siap.
Ucapan anak:“Engkau akan mendapatiku insya Allah termasuk para penyabar, dengan
mengaitkan kesabarannya dengan kehendak Allah, menunjukkan betapa tinggi akhlak
dan sopan santun kepada Allah dan orangtuanya”.6
c. Tafsir Surah Ash-Shaaffat Ayat 103-107
‫ﺻﺪﱠﻗْﺖَ اﻟﺮﱡ ؤْ ﯾَﺎ إِﻧﱠﺎ‬
َ ‫ ﻗَ ْﺪ‬-١٠٤- ‫ وَ ﻧَﺎدَ ْﯾﻨَﺎهُ أ َنْ ﯾَﺎ إِﺑْﺮَ اھِﯿ ُﻢ‬-١٠٣- ِ‫ﻓَﻠَﻤﱠﺎ أ َ ْﺳﻠَﻤَﺎ وَ ﺗَﻠﱠﮫُ ِﻟ ْﻠ َﺠﺒِﯿﻦ‬
ٍ‫ وَ ﻓَﺪَ ْﯾﻨَﺎهُ ﺑِ ِﺬ ْﺑﺢٍ ﻋَﻈِ ﯿﻢ‬-١٠٦- ُ‫ إِنﱠ َھﺬَا ﻟَﮭُﻮَ ا ْﻟﺒ ََﻼء ا ْﻟ ُﻤﺒِﯿﻦ‬-١٠٥- َ‫َﻛﺬَﻟِﻚَ ﻧَﺠْ ِﺰي ا ْﻟﻤُﺤْ ِﺴﻨِﯿﻦ‬
١٠٧-103.”Maka tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya
atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ).104. dan Kami panggillah dia: "Hai
Ibrahim,
105. Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu Sesungguhnya demikianlah
Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.106. Sesungguhnya ini
benar-benar suatu ujian yang nyata.107.dan Kami tebus anak itu dengan seekor
sembelihan yang besar”.
6
Ibid. hal 62-63
58
Quraish Shihab dalam tafsir Al Misbah menafsirkan bahwa:
“Ayat yang lalu menguraikan kesediaan anak untuk disembelih atas perintah
Allah.Maka tanpa ragu tatkala keduanya telah berserah diri secara penuh dan tulus
kepada Allah dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya, maka ketika itu
terbukti kesabaran keduanya. Pisau yang begitu tajam atas kuasa Kami tidak melukai
Ismail sedikitpun dan Kamimelalui Malaikat memanggilnya:”Hai Ibrahim, sungguh
engkau telah membenarkan mimpi, karena itu Kami memberimu ganjaran dengan
menjadikanmu imam dan teladan bagi orang-orang bertakwa. Sesungguhnya perintah
menyembelih anak serta kewajiban memenuhinya benar-benar suatu ujian yang
nyata yang tidak dapat dipikul kecuali manusia pilihan.
Kata (‫ ) ﺗَﻠﱠﮫ‬yaitu tempat yang tinggi. Ada juga yang memahami tumpukan pasir/ tanah
yang keras.Maksud ayat ini adalah membaringkan dan meletakkan pelipisnya pada
tempat yang keras agar tidak bergerak. Sedangkan kalimat( َ‫ﺻﺪﱠﻗْﺖ‬
َ -‫ ) اﻟﺮﱡ ؤْ ﯾَﺎ‬yaitu telah
membenarkan mimpi itu, dan melaksanakan sesuai dengan kemampuan yang
diperintahkan Allah melalui mimpi. Boleh jadi Nabi Ibrahim hanya bermimpi
menyembelih anaknya, tanpa melihat adanya darah yang memancar, apalagi yang
menyebabkan kematian ataupun mungkin juga melihat dalam mimpinya Ismail
berlumuran darah dan itulah yang beliau lakukan tetapi perintah yang dimimpikan itu
dibatalkan Allah. Demikian Nabi Ibrahim telah melaksanakan perintah, seandainya
tidak ada panggilan untuk itu, tentu ia akan terus berupaya sehingga terpenuhi
perintahNya.
Firman-Nya: ( ُ‫)إِنﱠ َھﺬَا ﻟَﮭُﻮَ ا ْﻟﺒ ََﻼء ا ْﻟ ُﻤﺒِﯿﻦ‬, yaitu Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang
nyata. Ujian yang dimaksud disini merupakan cobaan terhadap Nabi Ibrahim dengan
mengorbankan anak satu-satunya yang sangat disayangi dan berpuluh tahun lamanya
menanti kehadirannya, oleh Allah justru diperintahkan untuk disembelih. Yang
sangat memilukan lagi Ismail harus disembelih oleh
ayahnya
sendiri.
Ayat berikutnya:
( ٍ‫ )وَ ﻓَﺪَ ْﯾﻨَﺎهُ ﺑِ ِﺬ ْﺑﺢٍ ﻋَﻈِ ﯿﻢ‬Yaitu Dan Kami menembusnya dengan seekor sembelihan yang besar,
yaitu seekor kibas yang besar dan sempurna.
Dengan demikian Penafsiran ayat di atas, memuat penjelasan tentang permohonan
Nabi Ibrahim untuk memperoleh anak, doa terkabul dengan anak yang amat penyabar,
mimpi Nabi Ibrahim menyembelih Ismail, Nabi Ibrahim mendialogkan mimpinya
kepada Ismail, pelaksanaan penyembelihan dan diakhiri dengan keselamatan Ismail,
yang berarti kesuksesan misi Nabi Ibrahim, sebagai Rasul yang benar-benar pilihan.”7
3. Memahami Komunikasi Interpersonal
Jika kita pahami sejenak bahwa pergaulan manusia sehari-hari merupakan bagian
dari bentuk peristiwa komunikasi. Sadar atau tanpa disadari, setiap saat kita selalu
melakukan proses komunikasi. Menurut Scrhamm (dalam Rohim, 2009) diantara manusia
yang bergaul, ada yang saling membagi informasi, namun ada pula yang membagi gagasan
dan sikap.8
7
8
Ibid. hal 66
Rohim, Syaiful. 2009. Teori Komunikasi (Perspektif, Ragam & Aplikasi).Jakarta. Rineka Cipta
59
Begitu pula menurut Merril dan Lownstein bahwa dalam lingkungan pergalana
antarmanusia selalu terjadi penyesuain pikiran, penciptaan symbol yang mengandung
pengertian bersama. Theodorson selanjutnya mengemukakan pula bahwa komunikasi
adalah proses pengalihan informasi dari satu orang atau sekelompok orang dengan
menggunakan symbol-simbol tertentu kepada satu orang atau sekelompok lain.9 Menurut
Rohim, pengalihan informasi tersebut selalu mengandung pengaruh tertentu. Komunikasi
yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik. 10
Little John (dalam Rulli Nasrullah, 2012) menjelaskan bahwa komunikasi
interpersonal atau komunikasi antarpribadi merupakan proses komunikasi yang terjadi
diantara satu individu dengan individu lainnya. Komunikasi di level ini menempatkan
interaksi tatap muka diantara dua individu tersebut dalam kondisi yang khusus (private
setting).11
Steward L. Tubbs dan Sylvia Moss (dalam Deddy Mulyana, 2005) mengatakan
ciri-ciri komunikasi antarpribadi adalah peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat,
peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik
secara verbal maupun non verbal.12
PEMBAHASAN
Komunikasi interpersonal yang dilakukan Nabi Ibrahim AS dengan anaknya Ismali
merupakan bagian dari model komunikasi diadik. Menurut Rohim (2009:70) bahwa
komunikasi diadik merupakan proses komunikasi interpersonal yang berlangsung antar dua
orang. Orang pertama adalah komunikator yang menyampaikan pesan dan seorang lagi
adalah komunikan yang menerima pesan. Dalam komunikasi ini komunikator selalu
memusatkan perhatiannya hanya kepada diri komunikan seorang tersebut, sehingga ketika
dialog terjadi diantara keduanya selalu berlangsung serius dan intensif. 13
Dari kisah Nabi Ibrahim AS beserta penafsirannya diatas dapat dipahami bahwa
komunikasi interpersonal antara Nabi Ibrahim dan anaknya Ismail menunjukkan betapa
bersahabatnya seorang ayah dan anak ketika bertutur kata, meskipun harus mengutarakan
sesuatu yang pahit di hadapan anaknya. Dalam hal ini tergambar aktualisasi komunikasi
interpersonal Nabi Ibrahim dalam mendidik anaknya Ismail dalam Surah As-Shaffat 100107, yang dimulai dengan penyerahan diri secara totalitas kepada Allah sebagai bukti
penghambaannya yang diiringi dengan doa. Hal ini menunjukkan bahwa Ibrahim sebagai
orangtua sangat bijaksana mengajarkan nilai-nilai ketuhanan kepada anaknya sebagai
landasan hidup.
Ketika Nabi Ibrahim telah dianugerahi anak oleh Allah SWT, lalu Ibrahim AS
diperintahkan Allah SWT untuk menyembelih anaknya, Ismail. Jika kita simak kisah
tersebut lalu kita bawakan kepada diri kita sebagai seorang anak atau sebagai orang tua,
maka tentu banyak pertentangan yang muncul dari dalam diri kita sendiri. Akan tetapi
berbeda halnya dengan Ibrahim AS yang sabar menerima perintah tersebut yang tidak
hanya melibatkan pengendalian emosional, tetapi juga kematangan spiritual (iman) yang
tinggi. Disini jelas terlihat bahwa kepatuhan dan ketaatan Nabi Ibrahim tanpa membantah
langsung melaksanakan perintah dari Allah SWT.
Ibid. hal: 69
Ibid. hal: 69-70
11
Nasrullah, Rulli. 2012. Komunikasi Antar Budaya di Era Budaya Siber. Jakarta. Kencana
12
Mulyana, Deddy. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung. Remaja Rosda Karya.
13
Op.cit. Rohim, Syaiful. Hal: 70
9
10
60
Menariknya lagi, Ismail sebagai seorang anak justru tidak membantah apa yang
menjadi permintaan orangtuanya, Nabi Ibrahim, AS. Ismail dengan sikap menjunjung
tinggi nilai-nilai sopan santun menyerahkan diri sebagai bentuk kepatuhan dan ketaatannya
kepada orang tua untuk disembelih. Seolah-olah keduanya tidak ada beban sedikitpun
dalam menjalankan perintah Allah.
Dari kisah Nabi Ibrahim tersebut diatas, jika kita tela’ah lebih dalam maka dapat
ditarik pemahaman bahwa konsep komunikasi interpersonal orang tua dalam mendidik
anaknya sebagaimana dikisahkan dalam Alquran surah Ash-Shaaffat ayat 100-107 yaitu:
a. Pentingnya Menanamkan Konsep Diri
Do’a Nabi Ibrahim, AS kepada Allah SWT untuk dianugerahi seorang anak yang
saleh merupakan sebuah pengharapan yang dinanti-nantikan Ibrahim, AS.Meski
akhirnya Allah SWT mengabulkan permohonan Ibrahim AS.Penantian panjang
Ibrahim mengharapkan anak merupakan sebuah upaya menanamkan konsep
diri.Alhasil, nilai-nilai kesabaran merupakan hal terpenting yang harus dimiliki
oleh seseorang.Konsep diri merupakan pandangan dan perasaan kita tentang diri
kita sendiri. Nabi Ibrahim menyadari bahwa ia adalah seorang manusia yang lemah.
Yang kuasa hanyalah Allah SWT.Penanaman nilai aqidah inilah yang dimiliki oleh
Ibrahim dan kemudian ditanamkan pada anaknya Ismail. Ketika orang tua telah
mengenal akan dirinya yang sesungguhnya maka setiap berperilaku dan bertingkah
laku ia akan selalu ‘berkaca’ terlebih dahulu dan memahami bahwa dalam setiap
kehidupan ini hanya Allah SWT yang menjadi penguasa. Penanaman konsep diri
yang sesungguhnya dapat dilihat bagaimana orangtua menanamkan aqidah kepada
anaknya.
b. Sikap Terbuka dan Suportivinies
Pada Alquran surah Ash-Shaaffat ayat 102 yang artinya:
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi
bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab:
"Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu
akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”
Dari terjemahan diatas sebagaimana juga sudah dijelaskan dalam tafsir al
Mishbah, bahwa pernyataan Nabi Ibrahim yang mengungkapkan tentang mimpinya
untuk menyembelih Ismail merupakan bagian dari sikap keterbukaannya kepada
Ismail. Hal ini menunjukkan bahwa orangtua harus mampu menciptakan suasana
terbuka dalam proses komunikasi interpersonal pada saat mendidik anak. Yang
lebih menariknya lagi, Ismail sebagai seorang anak juga memberikan dukungan
(suportivinies) yang luar biasa terhadap keterbukaan yang diberikan oleh ayahnya,
Ibrahim. Hal ini terbukti dari direkamnya pernyataan Ismail dalam Alquran yang
artinya: “……Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya
Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.
c. Sikap Perasaan Positif
Salah satu ciri komunikasi interpersonal menurut De Vito adalah adanya
perasaan positif diantara komunikator dan komunikan. Dari kisah Ibrahim dapat
kita ambil pelajaran bahwa jika orang tua selalu berprasangka positif kepada orang
lain, maka akan muncul perasaan positif dalam diri kita sendiri. Hal ini menjadi
bagian dari terciptanya suasana interpersonal yang efektif.Ketika Ibrahim
61
mengutarakan kisah mimpinya kepada Ismail, maka umpan balik yang diberikan
Ismail adalah jawaban positif yang dilahirkan dari perasaan positif.
KESIMPULAN
Apa yang disebutkan oleh banyak para ahli komunikasi tentang pola komunikasi
interpersonal yang efektif bagi orangtua dalam mendidik anak di tengah-tengah keluarga,
ternyata telah dijawab oleh Allah SWT dalam Alquran dengan menceritakan banyak kisah.
Salah satunya adalah kisah Nabi Ibrahim AS yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk
menyembelih anaknya tatka ia sedang menikmati indahnya kehadiran seorang anak di
tengah-tengah keluarga. Lalu dialog antara Ibrahim dan anaknya tersebut diabadikan dalam
Alquran sebagai pelajaran berharga bagi orangtua dalam membangun komunikasi
interpersonal dengan anaknya. Jadi, bila kita tarik kesimpulan dari pembahasan materi ini,
maka dapat diambil intisarinya bahwa komunikasi interpersonal orangtua dalam mendidik
anak dapat dimulai dengan penanaman konsep diri pada diri orangtua itu sendiri dan anak.
Kemudian, juga perlu adanya sikap saling terbuka dan menumbuhkan rasa saling
mendukung antara orangtua dan anak. Lalu, tanamkan perasaan positif dalam diri orang
tua, sehingga anak juga akan turut menanamkan perasaan positif dalam dirinya.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama Republik Indonesia. 1990. Al-Quran & Terjemahan. Toha Putra.
Semarang
Mulyana, Deddy. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung. Remaja Rosda Karya
Nasrullah, Rulli. 2012. Komunikasi Antar Budaya di Era Budaya Cyber. Jakarta. Kencana
Rohim, Syaiful. 2009. Teori Komunikasi (Perspektif, Ragam & Aplikasi). Jakarta. Rineka
Cipta
Shihab, Quraish. 2006. Tafsir Al-Mishbah. Lentera Hati. Jakarta, Cet. IV
62
ERA KEWARGANEGARAAN DIGITAL DALAM APLIKASI INFOMASI DAN
KOMUNIKASI DI INDONESIA
Ali Murtadha
KOMINFO BBPPKI Medan
ABSTRAK
Negara- negara maju dewasa ini, seakan berpacu menuju negara yang akrab dengan dunia
digitakisasi, yang memiliki arti, setiap warga negaranya, terutama dalam menunjang
kehiduan sehari-hari, baik hanya sekedar berintraksi ataupun bertransaksi bahkan untuk
mendata warganya, semua dilakukan dengan media aplikasi informasi dan komunikasi
yang berbaur dengan prangkat digitalisasi. Selanjutnya, demikian pula dengan negaranegara berkembang tidak terkecuali dengan negara Indonesia. Dinamika yang terjadi di
Indonesia, dapat dilihat contoh peninjauan kepala negara dengan prangkat digital, transaksi
jual beli dengan prangkat digital, prangkat media komunikasi berbasis digital atau smart
phone. Dari dinamika ini, segalanya memiliki nilai positif dan negatif, hal ini semua
bergantung pada pengguna.
Kata Kunci: kewarganegaraan, digital, informasi, komunikasi, aplikasi informasi
ABSTRAC
the up new contries old in, competion to contries world digitalisasi, having meaning, all
social society, importing in suport living days, good welll intraction or transiction, and
recoded civil society. All aplication by media hard wear media information and
comunication, mixing by hard wear dgitalisasi. Next time, by contries develomen, in
indonesia contries. Fenomena in indonesia, can observation, by exsemple visited president
indonesia by hard wear digital, transaction economic by aplaction digital, and aplication
comunication by basic aplication digitalisation or smart phone. From fenomena, all haved
value positif and negatif, this is all back come to oprator.
Keyword: citizenship, digital, information, communication, application information
63
PENDAHULUAN
Artikel ini berkaitan dengan munculnya ICT di kalangan masyarakat Indonesia.
Penyebaran yang cepat dari aplikasi TIK telah mempengaruhi berbagai aspek
kewarganegaraan digital tidak terlepas di negara Indonesia. Dari berbagai sumber
menunjukkan bahwa penggunaan aplikasi TIK dikalangan masyarakat Indonesia mulai
tidak jauh beda dengan, seperti negara-negara Barat lainnya, sedang menggunakan digital
secara bertahap.
Ini merupakan evolusi yang tidak berubah dengan efek yang nyata didalam tren
baru komunikasi dan konsumsi. Artikel ini membahas apakah perbedaan teknologi
jaringan informasi dan komunikasi serta penggunaan yang dapat dijelaskan oleh budaya
secara spesifik dan dengan karakteristik budaya kesukuan, agama dan kemampuan bahasa,
terlepas dari karakteristik demografi sosial (usia, jenis kelamin dan status sosial ekonomi).
PEMBAHASAN
Kewarganegaraan digital adalah segala aspek interakasi menggunakan alat aplikasi
teknlogi komunikasi tepatnya dalam ruang lingkup social. Semua masyarakat
menggunakan alat aplikasi teknologi komunikasi dan informasi baik secara umum maupun
secara pribadi.
Namun Menurut salah seorang praktisi komunikasi Indonesia, Indonesia sendiri
dirasakan belum memasuki masyarakat digital. Akan tetapi alat aplikasi informasi dan
komunikasi di Indonesia sudah mulai menjalar sampaik kepelosok desa. karena teknologi
komunikasi dapat mendukung nilai penidikan dan upaya menjebatan kesenjangan 14 dalam
penggunaan alat informasi teknologi pada dunia pendidikan.
Bila diperhatikan, khususnya disepanjang jalan perkotaan, tepatnya kota medan
terutama yang berdekatan dengan dunia pendidikan, seperti kampus, akademisi, masih
banyak terdapat rental-rental computer, warnet dengan sajiannya tersendiri, bahkan
diwilayah perguruan tinggi terutama dipelosok daerah tingkat penggunaan alat aplikasi
TIK dirasakan semakin untuk mengakses informasi secara digital, sebagai contoh beberapa
perguruan tinggi di pedalaman Indonesia. Hal ini didukung dengan taman internet yang
ada di daerah tersebut
14
Onong Uchjana Effendi, Komunikasi Teori Dan Praktek ( Bandung: Rosda Karya.2005), h. 107
64
Selanjutnya media komunikasi di Indonesia, terutama media massa, telah mencoba
menggunakan alat-alat yang berlandaskan digitalisasi. Seperti TV, radio, bahkan surat
kabar sekalipun dengan tujuan untuk mencapai kepuasan konsumen dalam mengkonsumsi
berita yang dikabarkan kepada masyarakat.
Misalnya mengguakan Koran elektrik dengan system digital, warna gambar, suara,
atau audio visual yang kesemuanya memakai system digital dengan mudah, cepat dan tepat
yang dikirmkan dengan kejadian di waktu yang sama. Sehingga merangkup sebagai village
global.
Sebagai contoh, Radio Republik Indonesia, sekarang ini sudah menggunakan radio
play yang dihubungkan prangkat digital internet, sehinggainternet dapat digunakan
konsumen dalam mengakses informasi RRI meskipun siaranya telah berlalu. Contoh
selanjutnya dalam penggunaan TIK di Indonesia, internet dijadikan media politik pada
dunia maya seperti jatuhnya rezim Soeharto terutama pada dua tahun terakhir sebelum
jatuhnya Soeharto, internet digunakan secara ekstensif oleh kaum oposisi kelas menengah
perkotaan untuk mengakhiri sensor media siaran yang diterapkan rezim orba. Hal ini
mungkin pada masa itu banyak yang belum mengetahuinya.
Pada masa titik jatuhnya rezim Soharto, mahasiswa menggunakan internet dalam
menggerakan rencana mereka dan mengukur dukungan international untuk membangun
demontrasi nasional, yang akhirnya menumbangkan rezim Soeharto, dengan menggunakan
computer laptop untuk mengirim beritasecara online, sementara tentara menjaga ketat
disekeliling mereka.15
A. Media Massa Digital Indonesia
Media massa digital Indonesia, bila ditinjau dari sudut pandang media masa sebagai
komunikasi publik, sudah mulai mencoba menggunakan aplikasi teknologi yang
berkapasitas digital, dengan tujuan untuk menciptakan tayangan yang berkualitas. Pada era
digitalisasi sekarang ini banyak lembaga penyiaran, terutama pada televisi swasta yang
belomba menggunakan prangkat berkapasitas digital tidak terkecuali televisi negara.
Audio yang jelas, visual yang terang, sebagai contoh media masa televise nasional
TVRI telah mencoba menggunakan sestem digital, yang pada masa itu di era tahun 1976
15
Krishna Sen, Media, Budaya, Dan Politik Di Indonesia, ( Jakarta: Institute Study Arus Informasi,
2001), h. 227
65
siaran TVRI mulai menasional16.Bahkan dari surat kabar pun sudah mencoba melakukan
dengan pendekatan digital, dan dalam media elektronik biasanya dikenal jurnalis radio dan
televise, namun pada era digital bertambah satu istilah yaitu jurnalisme online yang
memliki kode etik tersendiri17. Dalam hal ini ditujukan agar informasi yang disampaikan
lebih cepat dan akurat tanpa adanya pembatas waktu antara pemberi berita terhadap
penerima berita.
Meskipun terkadang, cara pandang tradisional etnis, dianggap sebagai hambatan
sosiokultural dalam aplikasi TIK komunikasi masa, mungkin hal ini dikarenakan
keragaman, seperti aneka etnik, perbedaan norma social, masih adanya kurang mampu
dalam berbahasa Indonesia, factor semantic yaitu adanya perbedaan makna pengucapan
antar etnik di tambah lagi belum meratanya pendidikan di negeri ini tak ketinggalan pula
hambatan mekanis 18 , tentunya hal ini dapat dilihat pada daerah-daerah yang memiliki
jangkauan yang jauh dari terminal oprator stasiun media masa baik elektronik maupun
cetak.
Akan tetapi dengan adanya penyediaan sinyal internet, dimana masyarakat yang
berada dipedalaman Indonesia, kebanyak telah memakai prangkat smart phone, bila
dikoneksikan dengan dunia maya, maka akan menciptakan wahana baru dalam aplikasi
teknologi infomasi dan komunikasi itu sendiri.
B. Statistik ICT di Indonesia
Di zaman globalisasi ini masyrakat perlu berpacu dalam meraih segala informasi
yang membangun agar dapat menajadi dasar untuk mensejahterakan rakyat, karena dari
keunggulan menguasai teknologi informasi komunikasi, masyarakat dapat menguasai
dunia bahkan secara global, hal ini dikarenakan menguasai dibidang teknologi informasi
komunikasi sangat berpengaruh baik
dalam politik, ekonomi, budaya, kesehatan,
pendidikan, dan lain sebaginya.
Selain itu juga dalam dunia digital yang mengenal istilah multimedia khususnya
pada dunia business dan komersil yang bergantung pada dunia digital disebut juga ecommerce yaitu pengasilan, pengiklanan yang disalurkan melalui jaringan-jaringan yang
16
Philip Kitley, Kontruksi Budaya Bangs Di Layar Kaca, (Jakarta: Institute Arus Informasi, 2001),
17
Septiawan Sananta, Jurnalisme Kontenporeri, ( Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h. 133
Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa, (Bandung: Simbiosa Rakatam Media, 2009), h.98
h. 50
18
66
berbasis telekomunikasi 19 .Sedangkan e-business merujuk kepada negoisasi perniagaan
dengan saluran internet.
Akan tetapi di Indonesia sendiri bila diteliti dari sudut kuantitatif dan kualitatif
dirasakan masih sangat kurang, hal bila dilihat dari populasi yang berjumlah 240 juta jiwa,
dalam penggunaan ICT di Indonesia dengan penggunaan internet terdapat 40 jiwa,
pelanggan internet 6 juta jiwa, akun face book 43 juta jiwa, penggunaan black berry 4 juta
jiwa. 20 Dari hal ini dapat dilihat sejauh mana pemamfaatan alat informasi komunikasi
teknologi pada kalangan masyarakat Indonesia, terutama pada hal-hal yang berfaedah.
Akan tetpi sebaliknya, penulis mengamati, seiring mudahnya masyarakat Indonesia
dalam membeli alat komunikasi yang bertaraf digital dan didukung dengan sinyal internet,
baik
dikota
ataupun
didesa
sekalipun,
dapat
mempercepat
pertumbuhan
era
kewarganegaraan digitalisasi dalam aplikasi informasi dan komunikasi di Indonesia.
C. Era Digital
Dilihat dari segi bahasa, kata Era dapat diartikan masa, zaman. Sedangkan digital,
dapat diartikan yakni, sesuatu yang berhubungan dengan jari atau secara harfiah adalah,
segala kegiatan tidak terlepas dengan kekuatan jari, lebih tepatnya segala aktfitas yang
dilakukan sehari-hari tidak terlepas dengan satu jari yang menjadi pendukung dalam
memenuhi kebutuhan hidup secara praktis, seperti informasi dan komunikasi terutama
dalam kajian-kajian wawasan keislaman.
Era digital, secara istilah yaitu, kehidupan masyarakat, massa, atau generasi
penerus, dalam menjalani kehidupan sehari hari, baik dari sisi suka duka kehidupan,
semuanya tidak dapat dipisahkan dengan dunia teknologi dan komunikasi.
Bahkan dapat dikatakan teknologi dan komunikasi sudah menjadi sebuah
kebutuhan yang menduduki peringkat level yang berada pada tingkat tinggi, artinya segala
aspek yang berkenaan dengan dunia digital yang ada pada masyarakat, tidak hanya sekedar
barang mewah, melainkan posisi kebutuhan melalui dunia digital seakan-akan menjelma
dan sudah menjadi sebuah kebutuhan yang sangat mendasar pada tingkat primer.
19
Abubakar Abdul Majeed, Multimedia Dan Islam, ( Kuala Lumpur: Institute Kepahaman
Malasyia, 2000), h. 54
20
Muhammad Neil, Pemeriksaan Alat Bukti Digital Dalam Peruses Pembuktian, ( Medan:
Kominfo, 2012), h. 1
67
Hal demikian telah terjadi pada masyarakat kita pada umumnya, sehingga dunia
digital menjadi kebutuhan yang kedua setelah sandang, pangan, dan papan. Maka dari itu
menyebabkan masyarakat lupa dan lalai akan kebutuhan jasmani dan rohani secara
batiniah. Sehingga tidak heran apabila dunia digital tanpa diiringi dengan nilai-nilai
spiritual dan nilai-nilai dakwah dalam kehidupan, maka dapat merosotkan nilai-nilai
aqidah dan akhlak generasi sekarang dan generasi masa mendatang.
D. Dampak Digitalisasi Terhadap Umat
Diera digital sekarang ini dirasakan sangat pesat sekali kemajuan teknologi dan
informasi.Hampir setiap tangan masyarakat menggenggam yang namanya alat teknologi
informasi yang berbesik digital. Aspek digital bukan hanya diartikan sebatas media televisi
yang memiliki transmisi yang berkaliber digital saja, akan tetapi sampai kepada dunia
maya, termasuk pada smart phone masyarakat dewasa ini.
Apapun nama dari bentuk yang disajikan kepada umat, tentu memiliki nilai
tersendiri, semuanya memiliki negatif dan positif, bergantung pada sipengguna media
teknologi digital. Menurut informasi yang dirangkum oleh penulisyang dikutip dari
berbagai sumber, Indoneisia salah satu negara yang memiliki rating tertinggi dalam
menkonsumsi perangkat digital, baik dalam bentuk smart phone, PC, dan lain sebagainya.
Hal ini menyebabkan tingginya tingkat persaingan khususnya pada smart phone di
Indonesia 21 . Tingkat konsumen digital lainya bukan hanya pada prangkat digital saja,
melainkan juga pada sajian program prangkat lunak IT, seperti bermain game online, pace
book, dan lain sebagainya. Negara indonesia, terbilang cukup tinggi dalam mengkonsumsi
IT terutama pada game online dan pace book, hal ini memiliki dampak tersendiri apa bila
dinama IT di Indonesia tanpa warna dakwah didalamnya.
penulis masih ingat pada pada era tahun 1990an, terutama hadirnya televisi di desadesa yang ada di Indonseia, televisi menjadi sebuah kebanggaan tersendiri terutama
menggunakan digital prabola. Hadirnya telivisi, terlebih-lebih televisi swasta, pada
dasarnya membuat kekahawatiiran bagi orang tua terhadap perkembangan anak di desadesa. Karena itu pad era 1990an televisi dianggap seperti bom waktu, karena segala
aktifitas masyarakat umumnya, dipengaruhi oleh televisi.
21
Blommberg Indonesia, juli 2015
68
Hal ini mengingatkan penulis pada sebuah tulisan oleh Jalaluddin Rakhmat yang
mengatakan, TV sudah menjadi “ The First God” 22 karena menurut beliau TV sudah
menjadi agama baru pada kalangan masyarakat industri, yang artinya, masyarakat sekarang
baik dari tingkat individu, sudah belajar hidup dari TV, bahkan di Amerika TV disebut
tuhan kedua, karena segala sessuatu semuanya merujuk dari TV.
Fenomea dampak kehadiran televisi bagi masyarakat pedesaan, perna terjadi di
selawesi selatan. Masyarakat yang umumnya berprofesikan petani, mengubah waktu tidur
mereka,setelah kehadiran TV. Hal ini disebabkan mereka harus menonton acara film pada
jam akhir siaran televisi, yang dianggap menarik, sehingga meraka rata-rata tidur jam
01.00 dini hari, dan dampaknya mereka pergi kerja keladang lebih siang dari sebelumnya,
sehingga berdampak pada hasil kinerja petani.
Dari contoh argumen diatas tentunya memiliki korelasi dengan model generasi
digital pada era melenia ini.Sebagai contoh tertama dikalangan remaja. Penggunaan
internet terutama penggunaan game online pada anak dan kalangan remaja, hal ini dapat
berdampak buruk, mulai dari pola gaya hidup sampai dengan cara pandang hidup, yang
dapat berakibatkan kemerosotan nilai sikap anak dan tersebut.
a. Perkembangan Teknologi
Perkembngan teknologi pada era gelobalisasi ini semakin pesat dan tidak dapat
terbendung, baik tua maupun muda, semua seakan-akan dituntut untuk mengikuti tren yang
ada sekarang ini. Ini semua dikarenakan, semua lapisan masyarakat akan menuju kearah
masyarakat informasi.
Dampak perkembangan teknologi, tidak melihat norma, adat, budaya, dan agama,
karena semua dipandang rata oleh teknologi komunikasi. Terbesit sebuah pertanyaan,
siapkah masyrakat kita mengahdapi gelombang perkembangan teknologi.?Pertanyaan ini
hampir senada dengan pertanyaan pada era televisi prabola masuk kepedesaan tanah
Gayo23.
Menghadapi perkembangan teknologi, pada dasarnya masyarakat harus dibarengi
dengan jiwa dan rasa semnagat membaca, agar tidak terjadi ketupang tindihan dalam
menyerapan informsi yang diterima masyarakat. Berbeda dengan pola negara-negara
22
Jalaluddin Rahkmat, Catatan kang jalal, (Bandung: Rosda), 1997, h, 26
Tabloit Telangke, KGAT-SU, ( Medan: Keluarga Gayo Aceh Tengah ), 1996, h,-
23
69
industri atau negara-negara maju, sebelum mesuk pada arena perkembangan teknologi
informasi, masyarakatnya disuguhkan dengan media surat kabar, yang merangsang
masyarakatnya untuk gemar membaca.
Masyarakat pada negara-negara maju yang telah disuguhi dengan media surat kabar
sekaligus menciptakan nuansa membaca sebagai kebutuahan, maka mssuklah radio yang
berkembang menjadi radio picture atau dikenal dengan televisi dan seterusnya pada era
digitalisasi sekarang ini.
Lagi-lagi yang menjadi pertanyaan kita, apakah masyarakat Indonesia telah
melewati fase-fase yang dihadapi negara-negara maju sebelumnya.?Tentu itu semua
menjadi pekerjaan rumah bagi orang tua dan generasi berikutnya dalam mengahadapi
perkembangan teknologi komunikasi berikutnya. Bagaimana masyarakat kita bisa siap
menghadapi teknologi komunikasi diera digitalisasi ini,?Tentu solusinya, dengan diringi
nilai-nilai dakwah swcara unversal tertuama yang berkenaan dengan konten-konten yang
ada pada media sekarang ini.
Kita sadar, perkembaagan teknologi informasi pada dunia digitalisasi sekarang ini
menjadi sebuah dilema tersendiri dalam mengadapinya, hal ini diakibatkan jauh
sebelumnya masyarakat kita memiliki minat baca yang kurang, sehingga segala informasi
yang diterimanya dianggap sebagai lumrah dalam mengakses konten-konten yang ada,
tentu dari segi aksiologi dianggap belum siap mengehadapi era digitalisasi, akan tetapi
disampaing itu, sudah saatnya masyarakat indonesia menjadi menjuju kearah masyarakat
informaif, dengan cara dapat mengaakses segala informasi yang bijak sesuai dengan
kebutuhan dan norma-norma nilai agama.
Perkembangan teknologi komunikasi dalam menyerap informasi yang ada tanpa
dibarengi dengan penyaringan yang mapan maka akan timbul aktualisasi informasi yang
buruk bagi komunikan dan berdampak pada tindakan, sikap dikarenakan stimulasi
organism respon salah menganalisa pesan atau disebut dengan SOR.
Seorang pakar psikolog mengatakan, orang tua sekarang
banyak memberikan
prangkat IT kepada anaknya, terutama pada anak usia sekolah. Sebagian orang,
memberikan anaknya prangkat IT, dianggap sebagai solusi atau altrenatif yang praktis
dalam menghadapi kenakalan anak, berharap dengan prangkat IT anak bisa tenang dan
tidak nakal, padahal dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik sesuatu yang salah.
70
Dampak IT terhadap tumbuh kembang anak, dapat berpengaruh pada aspek
kecerdasan dan perkembangan, mental, sosial dan emosional, seperti anak akan menjadi
egois tanpa memperdulikan keadaan sosial sekitar. Kita masih ingat, terutama pada era
tahun 1990an, perkembangan anak pada era itu tidak terlepas dari film, termasuk film yang
beradegankan kekerasan, maka perkembangan mental, sosial dan emosional banyak
sedikitnya akan dipengarui dari refleksi film yang ditonton, sekarang bagaimana dengan
anak sekarag telah telah disuguhi dengan hiruk pikuk dunia digital yang berbentuk IT.?
Tentunya sangat mempengaruhi mental mereka kedepan terlebih-lebih tanpa disuguhi
dengan konten-konten dakwah.
Penulis pernah mengadakan pengamatan dibeberapa tempat warnet khususnya di
kota Medan. Pengamatan yang dilakukan oleh penulis terutama pada malam hari,
banyaknya warnet yang buka sampai 24 jam memiliki pelanggan yang berpariasi mulai
dari mencari informasi, pendidikan, hiburan dan lain sebagainya.
Rata-rata pelanggan yang bermain diwarnet sejauh pengamatan penulis terutama
diatas pukul 22.00 keatas lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain game,
terutama game online sampai dengan pukul 05.00 dini hari. Melihat dari suasana game
yang dimaikan oleh pelanggan warung internet, kebanyakan game yang barbaur dengan
nilai-nilai kekerasan, seperti suasana perang di timur tengah. Sadar atau tidak dengan
fenomena diatas, dirasakan kedepan akan mengubah cara pandang generasi muda terhadap
dunia timur tengah yang memiliki catatan latar belakang dunia muslim, seakan dunia timur
tengh harus perangi dengan media game.
Pada aspek pola gaya hidup yang dilakukan oleh remaja diatas, tentunya tidak baik
bagi kesehatan mereka termasuk pada ekonomi, banyak waktu yang tersita, mengabaikan
waktu shalat danlain sebagainya. Hal ini perlu penataan ulang khususnya bagi izin yang
mendirikan usaha warnet.
Pada era 2000-an, warnet menjadi tempat yang menakutkan khususnya bagi kaum
ibu-ibu, karena khawatir akan pengaruh dunia maya terhadap perilaku anaknya setelah
mengakses informasi dari berbagai konten yang disajikan dalam dunia maya tersebut. Hal
ini disebabkan masih minimnya pengetahuan dan informasi serta nilai-nilai keislaman
didunia maya tersebut.
71
b. Masyarakat Cyber
Masyarakat Cyber atau disebut dengan cyber community, adalah suatu kelompok
dari kumpulan masyarakat yang saling berinteraksi melalui dunia maya dan memilki
oreantasi tertentu, memiliki aturan tersendiri, dilakukan secara sadar dan mengakui bagian
dari anggota tersebut.
perkembangan teknologi, sdar tidak sadar menciptakan menciptakan masyarakat
lokal, menjadi bgian dari masyarakat global. Dunia dijadikan ibarat bola kecil yang sangat
dekat serta dapat dilihat dengan tembus pendang, baik tingkat informasi, transportasi yang
sekaligus mengubah pradaban umat. Dalam dunia maya, seakan-akan dunia seperti desa
yang besar (the big village)24, yang mana bila suatu desa memiliki kelompok masyarakat
yang ramah, saling kenal, hal demikian dengan cyber community.
Cyber community atau masyarakat cyber, yang dikenal dengan masyarakat maya
yakni menggambarkan intraksi masyarakat dalam kehidupan sehar-hari dengan
menggunakan media digital, tanpa langsung bersentuhan dengan indra manusia, akan tetapi
dapat dirasakan dan disaksikan dengan nyata.
Masyarakat cyber tidak menutup kemungkinan akan memiliki struktur baik dalam
dunia maya maupun dunia nyata, hal ini bagian dari bentuk kontrol sosial dalam dunia
cyber khususnya, sehingga perlu penanaman nilai dakwah dalam menyampaikan pesanpesan keislaman dalam masyarakat cyber.
Dalam proses intraksi masyarakat cyber dapat melalui browwsing, chatting, search,
meskinpun hanya sekejab, disisi lain proses intraksi masyarakat cyber ada dengan janga
panjang yang sangat lama, seakan-akan intraksi dunuia maya menjelma menjadi kebutuhan
sehari-hari, seperti masyarakat pengguna internet yang setiap saat stand by depan monitor,
baik sekedar bergaul, menegur sapa, bercinta, bisnis, bahkan sampai berbuat keriminal
sekalipun.
Bentuk alamat rumah masyarakat cyber yakni dengan adanya email, website,
provider, yang menjadi situs halaman rumah mereka, sebagai alamat kontak intraksi
sesama masyarakat cyber, hal ini perlu diimbangi dengan provider-provider konten
dakwah islami sebagai media penyalur pesan keislaman dalam masyarakat cyber.
24
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana), 2008, h, 179
72
E. Dakwah dan Digitalisasi
Era Perkembangan teknologi dakwah dan digitalisasi harus memiliki keterpaduan
yang sama agar dakwah dapat berperan menjadi penyeimbang dalam menanggulangi
fenomena dan dinamika masyarakat, khususnya masyarakat cyber.
Dakwah dan digitalisasi, yang mana prangkat digital bagi kalangan masyarakat
postmodren, era digital dianggap sebagai inovasi, gaya hidup dan dianggap sebagai
alternatif dalam pendukung kinerja masyarakat.
Akan tetapi sebagai umat mslim perlu adanya peran dakwah sebagai penyeimbang
dalam memberikan solusi dalam kehidupan umat yang diserta padukan dengan prangkat
digital, agar menjadi media yang praktis dalam mencari solusi hidup dengan menggunakan
dakwah dalam sarana prangkat digital.
a. Teknologi Media dan Dakwah
Teknologi sebagai media dakwah pada dasarnya sudah menjadi kearifan ulamaulama terdahulu dalam menyebarkan islam, hal ini disesuaikan dengan porsi zaman, waktu
dan masanya, agar pesan dakwah dapat lebih efektif dan efesien diterima oleh masyarakat
setempat.
Media teknologi yang digunakan oleh ulama terdahulu dapat dikatakan teknologi
tepat guna sehingga memudahkan umat untuk memahami pesan yang disampaikan oleh
ulama tersebut, seperti teknologi yang sesuai dengan kearifan lokal masyarakat setempat,
seperti menggunakan wayang, alat musik tradisional yang mana pada masa itu dianggap
sebagai teknologi media dakwah.
Seiring perkembangan teknologi media dakwah pada era digitalisasi sekarang ini,
secara terpaksa menuntut para da’i agar berpacu dalam menselaraskan dinamisasi hidup
dalam perkembangan teknologi dewasa ini. Sehingga da’i sebagai komunikator, yang
menyampaikan peasa-pesan nilai keislama diharapkan untuk tidak gagap akan teknologi,
melainkan teknologi sebagai media yang berpeluang untuk berdakwah.
Perkembangan teknologi digital dalam aplikasi cyber dikehidupan umat,memiliki
berbagai macam varian lainya, salah satu contoh diantaranya yang dilakukan oleh
73
pemerintah dlam mengawasi anggota kabinetnya yakni dalam bentuk varian E-goverment,
yakni seorang pimpinan dapat mengawasi bawahanya tanpa harus bertemu nyata.
Demikian juga dalam dunia perdagangan, yakni menggunakan varian E-commerce,
dengan cara ini memudahkan transaksi jarak jauh tanpa harus bertemu secara fisik
mengingat akan waktu dan beban biaya lainya. Hal senada juga dengan pendapat penulis,
berharap akan hadirnya bentuk varian aplikasi digital dalam dunia cyber dengan bentuk
varian E-dakwah yang berisi nilai-nilai religius dan mudah dipahami, sehingga
memudahkan umat untuk berintraksi dan mencari segala informasi tentang dunia
keislaman.
b. Membangun umat melalui Multimedia Islami
Kita masih ingat pada era tahun 1990 sampai tahuan 2000an khususnya di negara
indonesia sangat dikenal dengan era komputerisasi, yang mana segala kegiatan yang
dahulunya dilakukan dengan mesin ketik, secara perlahan digantikan dengan tenaga
komputer, sehingga proses era komputerisasi berjalan dengan cepat.
Seiring dengan perkembangan multimedia, komupter menunjukan perkembanganya
yang melebihi dari ambang batas, yakni penggambungan radio, komputer, televisi dan
telepon menjadi satu kesatuan jaringan yang disebut dengan internet, disini dunia akrab
disebut-sebut dengan, era global, digital dan era masyarakat informasi.
Pada era digital sekarang ini, peluang kegunaan dari multimedia sebenarnya dapat
digunakan untuk pembangunan umat, bila digunakan dengan penerapan islami.Multimedia
dapat digabungkan dengan jaringan internet, maka dapat menjadi alat yang menarik untuk
menyebarluaskan ilmu dan informasi, termasuk ilmu-ilmu agama dan dakwah.
Islam tidak melarang umatnya untuk memanfaatkan teknologi modren termasuk
teknologi multimedia untuk kepentingan komunikasi dan penyiaran nilai-nilai aqidah dan
syariah islam. Multimedia dapat dimanfaatkan sebagai alat penting, menyimpan, dan
menyebarluaskan informasi yang bermanfaat bagi pembangunan umat25.
25
Syukur kholil, Komunikasi Islam, (Bandung: Cipta Pustaka Media), 2007, h, 61
74
c. Manfaat multimedia bagi umat
Menurut prof. Syukur kholil, multimedia merupakan senjata bermata dua yang
dapat memberikan mamfaat besar juga dapat menimbulkan kemudharatan bagi
pembangunan umat, tergantung cara dan tujuan penggunaannya. Multimedia akan
memberi manfaat bila digunakan untuk mensyiarkan nilai-nilai islam dalam amar ma’ruf
nahi mungkar (dakwah).
Menurut beliau, penyebaran dakwah sangat baik dilakukan dengan multimedia.
Dewasa ini dihalaman web yahoo, pada tahun 2000 terdapat 702 situs web yang
membicarakan islam, akan tetapi ditambahkan beliau, sementara ini dipandang belum
cukup untuk memenuhi kebutuhan umat islam, khususnya diasia tenggara.
Oleh karean itu, menurut analisis penulis, para da’i hendakanya berpacu dengan
laju untuk berdakwah khususnya dengan prangkat dunia maya, hal ini dirasakan memiliki
nilai tambah pada masyarakat khususnya pada generasi diera digital yang semakin
berkembang setiap saat.
Fenomene dinamika sekarang dapat dirasakan dampak positif berdakwah melalui
multimedia internet, seperti halnya sekarang ini, dakwah mengenai trend model hijab,
khususnya dikalangan remaja. Treend hijab pada remaja dimenutupkemungkinan pengaruh
tempakan pesan dari arus multimedia islami.
Melalui multimedia islami dengan menggunakan jaringan internet, para pengguna
dapat berkomunikasi langsung dengan ulama secara intraktif melalui IRC ( Internet Relay
Chat), News group, dan E-mail26 . disamping itu multimedia, selain memberikan informasi
keislaman, dapat juga sebagai hiburan yang bernafaskan islam.
Sekarang ini tidak sedikit para teknisi islam menciptaka perangkat yang
beredukasikan nilai-nilai islam serta hiburan bernapaskan keislaman, sebagai contoh
permainan game yang baru-baru ini syarat akan pesan syariat, smart phone yang berisikan
konten-konten keislaman, sehingga generasi muda tertarik untuk mendengar dan
menyaksikan hiburan (entertaiment) bernafaskan Islami.
Dengan
era
digitalisasi
sekarang
ini,
masyarakat
telah
menikmati
atau
memamfaatkan informasi yang telah diakses dari internet, hal ini disebabkan karena
26
Syukur kholi,,h, 72
75
informasi yang dimaksud dapat menudukung pekerjaan baik sebagai siswa maupun sebagai
masyarakat biasa, di samping itu juga dapat menambah pengetahuan masyarakat
diberbagai bidang ilmu pengetahuan umum, sosial dan agama27.
KESIMPULAN
Saatnya era digital masuk kedalam kehidupan masyarakat Indonesia, agar dapat
berpacu dengan semangat. Dengan adanaya digitalisasi maka dengan cepat masyarakat
Indonesia dapat mengakses informasi pembangunan untuk kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat Indonesia.
Perlahan tapi pasti, seiring tingginya penggunaan TIK dalam kehidupan sehari-hari
maka, rakyat Indonesia dapat menjadi pelopor dalam pembangunan informatika dan
komunikasi di negara-nagara maju. Fenomena yang terjadi, tidak terlepas juga dengan
dunia dakwah di Indonesia, semua harus berubah sesuai zaman teknologi, maka dari utu
para da’i dan dai’iah Indonesia di tuntun untuk menguasai teknologi komunikasi terutama
dalam bentuk digital, dengan tujuan agar informasi dalam dunia Islam masih terpatri dihati
masyarakat.
27
Ali Murtadha, Kesiapan Masyarakat Desa Menyonsong Teknologi Informasi di Kab. Labuhan
Batu, ( Medan : BBPPKI ), 2010, h, 373.
76
DAFTAR PUSTAKA
Ali Murtadha, Kesiapan Masyarakat Desa Menyonsong Teknologi Informasi di Kab.
Labuhan Batu, Medan : BBPPKI, 2010.
Ardianto, Elvinaro, Komunikasi Massa, Bandung: Simbiosa Rakatam Media, 2009.
Blommberg Indonesia, Juli 2015
Bungin Burhan, Sosiologi Komunikasi, Jakarta: kencana, 2008.
Effendi,Onong Uchjana Komunikasi Teori Dan Praktek, Bandung: Rosda Karya.2005.
Kholil Syukur, Komunikasi Islam, Bandung: Cipta Pustaka Media, 2007.
Kitley, Philip, Kontruksi Budaya Bangs Di Layar Kaca, Jakarta: Institute Arus Informasi,
2001.
Majeed, Abubakar Abdul, Multimedia Dan Islam, Kuala Lumpur: Institute Kepahaman
Malasyia, 2000.
Neil, Muhammad, Pemeriksaan Alat Bukti Digital Dalam Peruses Pembuktian, Medan:
Kominfo, 2012.
Rahkmat Jalaluddin, Catatan kang jalal, Bandung: Rosda, 1997.
Sananta, Septiawan, Jurnalisme Kontenporeri, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005.
Sen, Krishna, Media, Budaya, Dan Politik Di Indonesia, Jakarta: Institute Study Arus
Informasi, 2001.
Telangke Tabloit, KGAT-SU, Medan: Keluarga Gayo Aceh Tengah, 1996.
77
BIAYA KOMUNIKATOR POLITIK DI PILKADA SERENTAK
Jupendri
[email protected]
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Riau
ABSTRAK
Besarnya biaya politik harus membuat komunikator politik menggambarkan dan bepikir
bahwa untuk menjadi kepala daerah harus orang yang kaya atau orang-orang yang punya
modal. Kondisi ini tidak konsisten dengan semangat demokrasi yang membuka ruang
kebebasan dan kesetaraan. Untuk meminimalkan biaya komunikator politik dalam
mengikuti pemilu, pemerintah telah membuat kebijakan pembiayaan pengaturan dan
pembatasan dana kampanye. Pemerintah menanggung sebagian kampanye yang
sebelumnya ditanggung oleh komunikator politik. Namun, dalam kenyataannya tidak
mengurangi secara signifikan biaya komunikator politik. Karena itu, komunikator politik
yang muncul pada pemilu simultan masih didominasi oleh orang-orang kaya yang kualitas
dan integritas dipertanyakan.
Kata Kunci : komunikator, Biaya politik, komunikator politik, demokrasi
ABSTRACT
The amount of political costs should release political communicator illustrates that in
order to become head of the region must necessarily rich people or people who support
capital. This condition is not consistent with the spirit of democracy that opens a space of
freedom and equality. To minimize the cost of political communicator in following the
elections, the government has made a policy of financing arrangements and restrictions on
campaign funds. Governments bear some campaigns that were previously borne by
political communicator. However, in reality not reduce significantly the costs of political
communicator. Because of that, Political communicator who appears on simultaneous
elections are still dominated by rich people that quality and integrity are questionable.
Keywords: Communicator, Political Costs, Political Communicators, democracy
78
PENDAHULUAN
Komunikator politik merupakan orang-orang yang melakukan komunikasi politik
(penyampaian pesan politik) kepada orang lain dengan menimbulkan konsekuensi politik.
Orang-orang yang melakukan komunikasi tersebut dikenal dengan sebutan aktor politik.
Menurut Eko Harry Susanto (2010:20), aktor politik ada tiga yaitu politikus, profesional
dan aktivis. Politikus adalah orang-orang yang mencari pengaruh politik, memiliki posisi
didalam atau diluar jabatan pemerintah. Profesional adalah orang-orang yang memiliki
kemampuan dan keterampilan untuk mengendalikan serta mempengaruhi khalayak.
Aktivis adalah orang-orang yang dapat dipercaya dan mempunyai kredebilitas tinggi di
lingkungannya. Keberadaan aktor politik ini dapat dilihat pada proses pemilihan pemimpin
bangsa, seperti Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).
Kepala Daerah adalah Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta
Walikota dan Wakil Walikota. Proses pemilihannya dilakukan melalui suatu pemilihan
yang dikenal dengan istilah Pilkada. Sejak lahirnya era reformasi 1998, sistem pemilihan
Kepala Daerah mengalami perubahan ke arah yang lebih demokratis. Salah satu
indikatornya adalah dengan dibukanya ruang kebebasan (liberty) dan persamaan (equality)
setiap warga negara dalam menentukan pemimpinnya.
Secara historis sistem pemilihan Kepala Daerah telah dilakukan dengan berbagai
mekanisme. Di era orde baru mekanismenya melalui pemilihan 3 (tiga) orang calon oleh
DPRD, kemudian diajukan kepada Presiden untuk pemilihan Gubernur dan kepada
Menteri Dalam Negeri untuk pemilihan Bupati dan Walikota. Kemudian di awal era
reformasi, mekanisme pemilihan Kepala Daerah dilakukan melalui perwakilan atau DPRD,
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah.
Selanjutnya, mekanisme melalui perwakilan diganti dengan pemilihan secara langsung
oleh masyarakat. Perubahan mekanisme ini terjadi pada tanggal 15 oktober tahun 2004,
ketika Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang memuat
ketentuan tentang pemilihan Kepala Daerah lansung ditandatangani oleh Presiden
Megawati Sukarno Puteri. Kemudian penjabarannya pada Peraturan Pemerintah nomor 6
tahun 2005 mengenai pemilihan, pengesahan, pengangkatan dan pemberhentian Kepala
79
Daerah dan Wakil Kepala Daerah ditetapkan pada tanggal 11 februari 2005 oleh Presiden
Susilo Bambang Yudoyono.
Mekanisme pemilihan langsung dianggap publik lebih demokratis dibandingkan secara
perwakilan, karena dilibatkan secara langsung untuk menentukan pemimpinnya. Sistem ini
telah membangkitkan semangat untuk mendemokratisasikan kehidupan bernegara. Selain
itu, harapannya melalui mekanisme ini dapat menghindarkan praksis politik daerah dari
praktek politik uang. Calon Kepala Daerah akan mengalami kesulitan untuk ‘membeli
suara’ masyarakat yang jumlahnya banyak. Sedangkan melalui mekanisme perwakilan
sangat memungkinkan ‘pembelian suara’ kepada wakil rakyat yang jumlahnya relatif
sedikit.
Dalam realitasnya, apa yang menjadi harapan dari pelaksanaan sistem pemilihan
langsung tersebut belumlah terwujud. Praktek politik uang tetap saja terjadi dan semakin
terbuka. Biaya penyelenggaraan Pilkada yang tinggi dan besarnya biaya yang dikeluarkan
oleh komunikator politik (pasangan calon). Kondisi ini membuat Pemerintah melakukan
perubahan regulasi, maka disahkanlah Undang-Undang nomor 8 tahun 2015 tentang
Perubahan atas undang-undang nomor 1 tahun 2015 tentang penetapan peraturan
pemerintah pengganti undang-undang nomor 1 tahun 2014 tentang pemilihan gubernur,
bupati, dan walikota menjadi undang-undang.
Dalam undang-undang tersebut dimuat tentang penyelenggaraan Pilkada secara
serentak dan penataan pengaturan kampanye. Keputusan ini sebagai upaya untuk
meminimalisir biaya penyelenggaraan Pilkada dan biaya komunikator politik. Maka
sebagai bentuk realisasinya, pada tahun 2015 dimulailah penyelenggaraan Pilkada secara
serentak. Selain itu, juga dilakukan penataan dan pengaturan kampanye. Semua alat peraga
kampanye, bahan kampanye, debat publik dan iklan di media massa tidak lagi menjadi
tanggungjawab pasangan calon. Akan tetapi ditanggung atau disediakan oleh Komisi
Pemilihan Umum (KPU).
Kebijakan Pemerintah ini mendapat sambutan positif dari masyarakat. Rahmat
Hollyson MZ dan Sri Sundari menyebutkan dalam bukunya tentang ‘PILKADA; Penuh
Euforia, Miskin Makna’ (2015:118), bahwa penyelenggaraan Pilkada secara serentak
dengan sendirinya akan mampu mengurangi biaya penyelenggaraan dan biaya politik
pasangan calon dalam pemilihan.
80
Namun kenyataannya, biaya penyelenggaraan Pilkada serentak justru lebih mahal dari
Pilkada sebelumnya. Hal ini sebagaimana dikatakan Menteri Dalam Negeri, Tjahjo
Kumolo bahwa biaya Pilkada serentak justru lebih tinggi dari Pilkada sebelumnya. Pilkada
serentak tahun 2015 yang lalu menghabiskan biaya lebih kurang Rp7 triliun, sedangkan
biaya Pilkada sebelumnya sekitar Rp 4 triliun (http://pekanbaru.tribunnews.com, diunduh
17 Juni 2016).
Portal media online (http://print.kompas.com, diunduh 17 Juni 2016) memuat adanya
peningkatan biaya penyelenggaraan Pilkada di berbagai daerah. Di Kalimantan Tengah,
biaya Pilkada serentak tahun 2015 mencapai Rp 126 miliar, sedangkan biaya Pilkada
sebelumnya sebesar Rp 70 miliar. Di Sulawesi Utara, biaya Pilkada serentak mencapai Rp
105 miliar, sedangkan biaya Pilkada sebelumnya sebesar Rp 90 miliar.
Begitu juga dengan biaya komunikator politik yang dalam hal ini adalah pasangan
calon Kepala Daerah. Meskipun KPU menyediakan alat peraga kampanye, bahan
kampanye, debat publik dan iklan di media massa, akan tetapi pasangan calon tetap saja
memerlukan biaya yang besar. Mulai dari penentuan partai politik pengusung, sosialisasi
untuk membentuk dan meningkatkan popularitas, dan pembentukan tim sukses
pengumpulan KTP atau dukungan masyarakat bila menggunakan jalur perseorangan
(independent), serta pengeluaran lainnya.
Untuk membentuk dan meningkatkan popularitas, para bakal pasangan calon
melakukan sosialisasi melalui berbagai kegiatan dan penggunaan media yang beragam
diantaranya, melakukan sosialisasi (kampanye) terbuka, pemasangan baliho, spanduk,
iklan, kegiatan jalan santai, pertemuan tertutup, pemberian bantuan seperti sarung dan
poster, dan kegiatan lainnya.
Di Kota Semarang-Jawa Tengah, bakal calon Walikota melakukan kampanye terbuka,
memasang baliho dan poster (https://m.tempo.co, dikutip 17 Juni 2016). Di Kabupaten
Paser- Kalimanta Timur, bakal calon Bupati mengadakan kegiatan jalan sehat dan
pemberian kupon yang memuat visi, misi bakal calon (http://helloborneo.com, dikutip 17
Juni 2016). Di Kabupaten Banyuwangi-Jawa Timur, bakal calon Bupati memasang 120
baliho dan 5000 poster di jalanan kota dan desa (https://m.tempo.co, dikutip 17 Juni 2016).
Kemudian, di Kabupaten Indragiri Hulu-Riau, bakal calon Bupati mengadakan pertemuan
81
terbatas dan pembagian sarung songket serta stiker (http://portalriau.com, dikutip 17 Juni
2016).
Besarnya biaya yang harus dikeluarkannya pasangan calon memberikan gambaran
bahwa untuk dapat mencalonkan diri sebagai Kepala Daerah mestilah orang kaya (orang
yang beruang) atau orang yang memperoleh dukungan uang. Mahalnya biaya politik yang
harus dikeluarkan pasangan calon menyebabkan munculnya upaya pengembalian biaya
politik secara illegal (korupsi) setelah terpilih nantinya.
Besarnya biaya yang dikeluarkan komunikator politik (pasangan calon) menjadi
menarik untuk diangkat sebagai tulisan seiring dengan semangat demokratisasi untuk
memperoleh pemimpin yang berkualitas dan berintegritas (bebas korupsi). Berdasarkan
permasalahan diatas, penulis ingin mengulas secara teoritis mengenai apa dan mengapa
biaya komunikator politik masih tinggi di Pilkada serentak.
PEMBAHASAN
Pemilihan Kepala Daerah secara langsung menimbulkan beberapa permasalahan
diantaranya biaya politik pasangan calon (komunikator politik) yang besar. Hal ini pulalah
menyebabkan Pemerintah sempat mengembalikan sistem pemilihan langsung kepada
perwakilan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang nomor 22 tahun 2014.
Pemberlakukan kembali sistem pemilihan secara perwakilan didasari atas evaluasi
penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah secara langsung. Biaya yang harus dikeluarkan
Negara dan pasangan calon untuk menyelenggarakan dan mengikuti pemilihan sangat
besar, adanya potensi peningkatan korupsi, penurunan efektifitas penyelenggaraan
pemerintahan, peningkatan eskalasi konflik dan penurunan partisipasi pemilih.
Namun publik menolak sistem pemilihan secara perwakilan, sehingga Pemerintah
mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) nomor 1 tahun
2014 yang mengembalikan sistem pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota secara
langsung. Perppu tersebut kemudian ditetapkan menjadi Undang-Undang nomor 1 tahun
2015 dan mengalami perubahan menjadi Undang-Undang nomor 8 tahun 2015. Perubahan
ini dilakukan sebagai upaya mengantisipasi permasalahan yang timbul pada pelaksanaan
Pilkada langsung sebelumnya. Oleh sebab itu, dimuatlah ketentuan yang mengkedepankan
82
prinsip keadilan, kesetaraan, akuntabilitas dan transparansi. Sehingga akan mampu
menciptakan kesempatan yang sama diantara pasangan calon dalam berkompetisi serta
mengharuskan bersikap terbuka terhadap semua proses pengelolaan dana kampanye.
Pada Pilkada langsung sebelumnya, sistem pemilihan membuka kesempatan yang luas
bagi para kontestan dalam persaingan memperebut suara rakyat. Para pasangan calon
saling menunjukkan kekuatan politik yang dimiliki, jaringan politik, sumber daya dan
kepemilikan modal (uang). Sebagai konsekuensinya, akan ada pasangan calon yang
‘menguasai’ penggunaan media kampanye karena memiliki pembiayaan yang cukup.
Sehingga, persaingan terlihat menjadi tidak seimbang dan transparan.
Kemudian, setelah ditetapkan Undang-Undang nomor 8 tahun 2015, persaingan antara
pasangan calon diharapkan menjadi seimbang dan transparan. Karena dalam regulasi
tersebut telah atur sedemikian rupa pembiayaan dan pembatasan dana kampanye pasangan
calon.
Kebijakan Pemerintah untuk mengatur pembiayaan dan pembatasan dana kampanye
bukan berarti penerapan sistem demokrasi pada Pemilihan Kepala Daerah terlepas dari
keberadaan uang sebagai pembiayaan politik. Ruslan Ismail Mage (2013:5) mengatakan,
uang dan politik tidak dapat dipisahkan dalam sistem demokrasi. Siapa saja individu atau
kelompok yang berminat memasuki bursa demokrasi harus menyiapkan uang atau modal.
Meskipun demikian, uang bukanlah segala-galanya atau satu-satunya
yang
menentukan. Kepemilikan uang tidak menjamin pasangan calon dapat membeli
komunikasi politik yang baik atau efektif. Justru efektivitas komunikasi politik pasangan
calon dapat dilakukan melalui kegiatan atau kampanye yang bersifat inovasi dan
kreativitas (McNair, 2015:57).
Selain pengaturan pembiayaan dan pembatasan dana kampanye, Pemerintah juga
membuat kebijakan penyelenggaraan Pilkada langsung dilakukan secara serentak diseluruh
Indonesia. Maka pada tahun 2015 yang lalu diselenggarakan Pilkada serentak yang diikuti
oleh 9 Provinsi, 36 Kota, dan 224 Kabupaten. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir biaya
politik pasangan calon dan biaya penyelenggaraannya.
Bilamana melihat dan menganalisa Pilkada serentak tahun 2015 yang lalu, maka dapat
diketahui bahwa biaya penyelenggaraan justru lebih mahal sebagaimana dikatakan Menteri
83
Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo. Sedangkan biaya politik yang harus dikeluarkan pasangan
calon masih tinggi. Hal ini dapat dilihat dari jenis-jenis pengeluaran yang harus dilakukan
pasangan calon. Apa saja biaya politik yang harus dikeluarkan komunikator politik
(pasangan calon) di Pilkada serentak? Kemudian, Mengapa masih tinggi biaya yang harus
dikeluarkan komunikator politik di Pilkada Serentak?
Dua pertanyaan tersebut yang akan dijawab dalam tulisan ini. Untuk mengawalinya,
penulis terlebih dahulu menjelaskan makna biaya politik, komunikator politik dan Pilkada
serentak. Menurut Lia Wulandari (Peneliti Perludem, 2014), biaya politik adalah segala
bentuk pengeluaran, pembayaran, distribusi, pinjaman, deposit maupun pemberian uang
atau barang berharga, dengan tujuan untuk memberikan dalam proses pemilihan umum
atau bertujuan untuk membantu mempromosikan seorang kandidat atau partai politik untuk
memenangkan suatu pemilihan umum (http://www.academia.edu, diunduh 30 Juni 2016).
Komunikasi politik adalah segala bentuk komunikasi baik verbal (pernyataan lisan dan
tulisan) maupun non verbal (sarana pemaknaan visual dan desain logo) yang dilakukan
oleh politisi dan pelaku politik lainnya guna mencapai tujuan tertentu (Mc Nair, 2015:4).
Orang yang melakukan komunikasi politik disebut sebagai komunikator politik. Pada
tulisan ini, komunikator politik yang dimaksud adalah pasangan calon Kepala Daerah.
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) adalah istilah yang digunakan masyarakat umum
untuk pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota
dan Wakil Walikota. Dalam Undang-Undang nomor 8 tahun 2015, istilah yang digunakan
adalah pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota yaitu pelaksanaan kedaulatan rakyat di
wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk memilih Gubernur dan Wakil Gubernur,
Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota secara langsung dan
demokratis.
Untuk dapat mengikuti pemilihan tersebut, pasangan calon ‘harus’ menyiapkan biaya
politik. Biaya ini digunakan untuk kegiatan sosialisasi, pemenuhan kebutuhan
perlengkapan dan peralatan mulai dari persiapan pencalonan, masa kampanye, pemungutan
suara (biaya saksi), sengketa Pilkada jika ada dan syukuran pemenangan bila terpilih
sebagai Kepala Daerah.
Biaya politik menjadi faktor yang sangat penting dimiliki oleh setiap komunikator
politik untuk berkompetisi dalam suatu pemilihan. Meskipun demikian, biaya politik
84
bukanlah satu-satunya persyaratan mutlak bagi seorang komunikator politik. Mengutip
pendapat Ruslan Ismail Mage (2013:12) tentang persyaratan seorang calon legislatif dalam
bukunya Berpolitik Dengan Biaya Murah, maka bagi pasangan calon Kepala Daerah juga
berlaku hal yang sama. Ada 6 (enam) kriteria atau modal yang harus dimiliki pasangan
calon Kepala Daerah untuk mengikuti suatu pemilihan yaitu popularitas, elektabilitas,
moralitas dan integritas, dana kampanye, partai politik, dan tim sukses.
Berdasarkan 6 (enam) kriteria diatas, hanya ada satu kriteria yaitu dana kampanye yang
secara langsung menyebutkan adanya kebutuhan biaya atau uang. Sedangkan lima kriteria
lainnya tidak secara langsung memerlukan pembiayaan. Akan tetapi, untuk mewujudkan
tetap saja membutuhkan atau memerlukan biaya.
Pertama, popularitas yaitu tingkat pengenalan masyarakat pada pasangan calon. Untuk
dapat membentuk dan meningkatkan popularitas, pasangan calon harus melakukan
sosialisasi kepada masyarakat. Bentuk sosialisasi dapat dilakukan dengan memperkenalkan
diri datang langsung kepada masyarakat dan atau menggunakan media seperti televisi,
radio, surat kabar, baliho, spanduk, reklame, poster, media online dan lain lain. Untuk
datang langsung kepada masyarakat, pasangan calon tidak mungkin datang tanpa
mengeluarkan biaya. Paling tidak ada biaya pertemuan berupa sewa tempat, makanan dan
minuman, spanduk kegiatan dan pemberian bantuan (bila ada). Begitu juga halnya, jika
sosialisasi menggunakan media. Para pasangan calon harus menyediakan uang untuk biaya
pemasangan iklan di media massa; pembuatan dan pemasangan baliho, spanduk, poster;
biaya operator media online seperti facebook, whatsapp, twitter, dan lain-lain.
Setelah kegiatan sosialisasi dilaksanakan, kegiatan berikutnya adalah melakukan survei
untuk mengetahui tingkat popularitas pasangan calon. Semua kegiatan tersebut mulai dari
sosialisasi sampai kepada survei memerlukan biaya dari pasangan calon.
Kedua, elektabilitas yaitu tingkat keinginan masyarakat untuk memilih pasangan calon.
Untuk dapat membentuk dan meningkatkannya tidak jauh berbeda dengan popularitas.
Hanya saja, Pasangan calon harus lebih intens berkomunikasi (bersosialisasi) dengan
masyarakat. Sebab target yang diinginkan tidak sekedar dikenal, namun disukai dan
diingikan oleh masyarakat. Oleh karena itu, para pasangan calon harus melakukan kegiatan
yang dapat menyentuh perasaan dan emosi masyarakat. Untuk kegiatan ini, banyak para
85
pasangan calon melakukan politik uang (money politic) atau pemberian barang dan jasa
kepada masyarakat (politik transaksional).
Hasil penelitian tim Polhukam tahun 2007 juga menyebutkan bahwa dalam pilkada
langsung siapa yang berduit, maka dia sanggup membeli suara masyarakat (Agustino,
2009:127). Kondisi ini menunjukkan adanya upaya pembelian suara (politik uang)
masyarakat oleh pasangan calon.
Selanjutnya sebagaimana halnya dengan popularitas, pasangan calon juga harus
melakukan penelitian melalui survei untuk mengetahui tingkat elektabilitas. Kegiatan
survei bisa juga dilakukan bersamaan dengan survei popularitas dalam rangka untuk
meminimalisir pengeluaran.
Ketiga, Moralitas dan Integritas pasangan calon. Moralitas adalah kualitas dalam
perbuatan manusia yang menunjukkan bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau
buruk (http://joy-dedicated.blogspot.co.id, diunduh 1 Juli 2016). Sedangkan, integritas
adalah kejujuran dan kebenaran dari tindakan seseorang. Moralitas dan integritas pasangan
calon terlihat pada prilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, tidak jarang
pasangan calon berprilaku baik disaat ingin maju sebagai Kepala Daerah. Untuk berprilaku
baik, banyak pasangan calon yang merubah sikap dan prilaku menjadi lebih baik.
Meskipun tidak semua pasangan calon, sebab masih ada pasangan calon yang memang
memiliki sikap dan prilaku yang baik. Beberapa cara yang dilakukan pasangan calon
merubah sikap dan prilakunya dengan merubah penampilan yang lebih relegius dan
sederhana, bersikap ramah dan empati pada keadaan masyarakat, suka menolong atau
‘mendadak’ menjadi dermawan, serta banyak cara lainnya. Kesemuanya itu memerlukan
biaya dalam mewujudkannya.
Keempat, partai politik pengusung bilamana pasangan calon tidak maju melalui
perseorangan (independen). Untuk mendapatkan partai politik, para pasangan calon harus
menyiapkan biaya ‘pembelian perahu’ atau dikenal dengan istilah ‘mahar politik’. Menurut
Rahmat Hollyson MZ dan Sri Sundari (2015:67) pasangan calon kepala daerah yang akan
maju melalui partai politik harus menyiapkan ‘mahar’ bekisar 1 s/d 5 milyar untuk calon
Bupati/Wakil Bupati dan Walikota/Wakil Walikota dan 5 s/d 15 milyar untuk calon
Gubernur/Wakil Gubernur.
86
Kelima, Tim Sukses yaitu orang-orang yang berhimpun menjadi suatu organisasi
pendukung pasangan calon dengan tujuan untuk membantu pasangan calon meraih
dukungan masyarakat. Untuk menggerakkan tim sukses, pasangan calon harus
menyediakan sarana dan prasarana termasuk juga imbalan (gaji).
Dari paparan diatas menunjukkan betapa besarnya biaya politik yang dibutuhkan
pasangan calon. Dedy Djamaluddin Malik dalam tulisannya tentang Pemilihan Langsung
Presiden: Perspektif Budaya dan Komunikasi Politik juga menguraikan tentang dana
politik. Menurutnya, kegiatan pencalonan selain membutuhkan waktu cukup lama, juga
memerlukan dana yang tidak sedikit guna menyiapkan memobilisasi massa, termasuk
media dan konsultan PR dan manajemen politik dalam kampanye (Malik, 1999:56).
Kemudian Rahmat Hollyson MZ dan Sri Sundari (2015:65), mengatakan ada banyak
kegiatan yang dilakukan pasangan calon memerlukan pembiayaan. Semua kegiatan
dilakukan mulai dari bakal calon hingga selesainya Pilkada dilaksanakan. Kegiatankegiatan yang dimaksud sebagai berikut:
1. Pembelian partai politik (perahu) untuk partai pengusung yang digunakan sebagai
persyaratan pendaftaran
2. Pengumpulan KTP atau dukungan, bila pasangan calon maju melalui perseorangan
(independent).
3. Survei elektabilitas dan konsultan publik. Survei digunakan untuk mengetahui tingkat
keterpilihan pasangan calon. Kemudian konsultan publik sebagai tenaga ahli dalam
mendesain strategi kampanye atau pemenangan.
4. Kampanye terbuka, seperti rapat akbar dan pertemuan tertutup (terbatas).
5. Saksi ditempat pemungutan suara (TPS)
6. Pembuatan baliho dan spanduk sebagai media penyampai pesan
7. Pembelian atau pengadaan kemeja, kaos dan jaket kampanye
8. Atribut kampanye lainnya seperti kalender, gantungan kunci, mug dan lain-lain
9. Iklan di media cetak dan media elektronik
10. Operasional tim sukses/ relawan
11. Paket bantuan
12. Sengketa Pilkada serta biaya-biaya lainnya.
Secara sistematis, biaya politik juga dapat dilihat dari tahapan penyelenggaraan
Pilkada, sebab pelaksanaannya memerlukan pembiayaan. Undang-Undang nomor 8 tahun
87
2015 ada 10 (sepuluh) tahapan yang harus dilaksanakan pasangan calon. Namun tidak
semua tahapan ‘mengharuskan’ pasangan calon mengeluarkan biaya. Tahapan berupa
kegiatan yang berkaitan langsung dengan pasangan calon yang menimbulkan pembiayaan.
Berikut tahapan-tahapan yang harus diketahui dan diikuti oleh pasangan calon, yaitu:
1. Pengumuman pendaftaran pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur untuk
Provinsi, pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati untuk Kabupaten, serta pasangan
calon Walikota dan Wakil Walikota untuk Kota;
2. Pendaftaran pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur, pasangan calon Bupati dan
Wakil Bupati, serta pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota;
3. Penelitian persyaratan pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur, pasangan calon
Bupati dan Wakil Bupati, serta pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota;
4. Penetapan pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur, pasangan calon Bupati dan
Wakil Bupati, serta pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota;
5. Pelaksanaan Kampanye;
6. Pelaksanaan pemungutan suara;
7. Penghitungan suara dan rekapitulasi hasil penghitungan suara;
8. Penetapan calon terpilih;
9. Penyelesaian pelanggaran dan sengketa hasil Pemilihan;
10. Pengusulan pengesahan pengangkatan calon terpilih.
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, bahwa tidak semua tahapan yang menyebabkan
pasangan calon mengeluarkan pembiayaan. Dari sepuluh tahapan tersebut, ada 4 (empat)
tahapan yang menyebabkan pasangan calon mengeluarkan pembiayaan yaitu: Pendaftaran
pasangan calon; Pelaksanaan kampanye; Pemungutan dan penghitungan suara, rekapitulasi
hasil perhitungan suara, serta penetapan calon terpilih; serta Penyelesaian pelanggaran dan
sengketa hasil Pemilihan.
1. Pendaftaran pasangan calon. Sebelum melakukan pendaftaran, ada beberapa kegiatan
yang dilakukan dengan berkonsekuensi adanya pembiayaan yaitu:
a. Partai politik pengusung
b. Pengumpulan Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau dukungan, bila melalui jalur
perseorang (independent)
c. Pembentukan Tim Sukses yang akan didaftarkan bersamaan dengan pendaftaran
pasangan calon
88
d. Kegiatan mengantarkan pasangan calon mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum.
Kegiatan ini selalu dilakukan dengan mobilisasi massa pendukung, penampilan
kesenian dan bentuk kegiatan lainnya.
2. Pelaksanaan Kampanye.
Sesuai dengan Undang-Undang nomor 8 tahun 2015 dan Peraturan KPU nomor 7 tahun
2015, kegiatan kampanye diatur dan dibatasi. Ada kampanye yang dilaksanakan oleh
KPU dan ada pula yang dilaksanakan pasangan calon. Jenis kampanye yang
dilaksanakan KPU yaitu:
a. Debat publik atau debat terbuka antar pasangan calon
b. Penyebaran bahan kampanye kepada umum
c. Pemasangan alat peraga kampanye, dan/atau
d. Iklan di media massa cetak dan/atau media massa elektronik.
Kemudian, kampanye yang dilaksanakan pasangan calon beserta pembiayaannya ada
tiga, yaitu:
a. Pertemuan terbatas.
b. Pertemuan tatap muka dan dialog, dan/ atau
c. Kegiatan lain yang tidak melanggar larangan kampanye, seperti rapat umum
terbatas, kegiatan kebudayaan (pentas seni, panen raya, konser music, dan lainlain), kegiatan olahraga (pertandingan sepak bola, gerak jalan santai, sepeda santai
dan lain-lain), kegiatan sosial (sunatan massal, bazar, donor darah, perlombaan, dan
lain-lain) dan/atau kampanye melalui media sosial seperti di facebook, twitter, path
dan lain-lain.
3. Pemungutan dan penghitungan suara, rekapitulasi hasil perhitungan suara, serta
penetapan calon terpilih.
Sesuai buku Panduan Pelaksanaan Pemungutan dan Penghitungan Suara Di TPS
Pilkada 2015, kegiatan pemungutan dan perhitungan suara dilakukan oleh Kelompok
Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di Tempat Pemungutan Suara (TPS).
Rekapitulasi hasil perhitungan suara dilakukan Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK).
Kemudian penetapan calon terpilih dilakukan di Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Untuk mengikuti sekaligus mengawasi kegiatan tersebut, pasangan calon menyiapkan
saksi yang tentunya menimbulkan pembiayaan.
89
4. Penyelesaian pelanggaran dan sengketa hasil Pemilihan.
Pada kenyataannya banyak Pilkada yang diakhiri dengan putusan makamah konstitusi
sebagai akibat adanya pelanggaran dan sengketa. Oleh sebab itu, pasangan calon harus
mempersiapkannya seperti pembentukan tim kuasa hukum, kajian terhadap dugaan
pelanggaran dan sebagainya. Kegiatan itu semua memerlukan pembiayaan yang
ditanggung oleh pasangan calon.
Berdasarkan berbagai pendapat dan ketentuan Pilkada dapat diketahui bahwa
komunikator politik memerlukan biaya yang tinggi untuk mengikuti suatu pemilihan.
Meskipun pemerintah telah membuat kebijakan mengenai pengaturan dan pembatasan
kampanye.
Dari berbagai pendapat ilmuan, peraturan dan perundang-undangan serta realitas
lapangan penulis menguraikan secara rinci mengenai apa saja biaya komunikator politik
yang harus dikeluarkan dan mengapa biayanya masih tinggi di Pilkada serentak. Secara
umum ada tiga tahap kegiatan yang menimbulkan pembiayaan yaitu tahap Pra Pilkada,
tahap Pelaksanaan Pilkada, dan tahap Pasca Pilkada.
Pertama, tahap pra Pilkada yaitu tahapan dimana pasangan calon masih berstatus
sebagai bakal calon atau masa sebelum tahapan Pilkada dilaksanakan. Pada tahap ini,
waktu pelaksanaan kegiatannya bersifat fleksibel atau dinamis. Bergantung pada pasangan
calon kapan ingin memulainya. Sedangkan batas waktu akhir kegiatan dibatasi sampai
pada dibukanya tahapan pemilihan Kepala Daerah oleh KPU.
Dengan demikian, pilihan kapan waktu dimulainya kegiatan bergantung pada pasangan
calon. Semakin panjang rentang waktu yang digunakan, maka semakin banyak kegiatan
yang dapat dilakukan pasangan calon untuk bersosialisasi. Konsekuensinya, semakin
banyak pula biaya yang dikeluarkan pasangan calon. Begitu pula sebaliknya, Semakin
pendek rentang waktu yang digunakan, maka semakin sedikit kegiatan yang dapat
dilakukan pasangan calon untuk bersosialisasi. Konsekuensinya, semakin kecil pula biaya
yang dikeluarkan pasangan calon.
Tahap pra Pilkada, akan dimanfaatkan pasangan calon untuk melakukan berbagai
kegiatan persiapan meliputi sosialisasi, pembentukan tim sukses, konsultan politik, upaya
mendapatkan partai politik pengusung, pengumpulan KTP atau dukungan jika melalui jalur
perseorangan.
90
Sosialisasi dilakukan pasangan calon sebagai upaya untuk membentuk dan
meningkatkan popularitas dan elektabilitas. Cara yang dilakukan pasangan calon dengan
mendatangi langsung masyarakat dan menggunakan media seperti media cetak, media
elektronik, media online, media luar ruangan (baliho, spanduk, reklame), dan lain-lain.
Setelah melakukan kegiatan sosialisasi, pasangan calon akan melakukan penelitian melalui
survei untuk mengetahui tingkat popularitas dan elektabilitas. Hal ini menjadi penting bagi
pasangan calon untuk memutuskan maju atau tidaknya dalam suatu pemilihan Kepala
Daerah.
Pembentukan tim sukses dan konsultan politik oleh pasangan calon merupakan upaya
untuk memudahkan dan mempelancar kegiatan sosialisasi atau kampanye nantinya kepada
masyarakat. Selain itu, tim sukses merupakan salah satu komponen persyaratan yang diatur
dalam regulasi Pilkada dan didaftarkan bersamaan dengan pendaftaran pasangan calon.
Upaya memperoleh partai politik pengusung merupakan salah satu cara yang harus
dilakukan pasangan calon sebelum mendaftar sebagai peserta pemilihan. Pasangan calon
bisa didaftarkan sebagai peserta pemilihan bila dilakukan oleh partai politik atau gabungan
partai politik. Oleh sebab itu, pasangan calon harus mampu memperoleh partai politik
sebagai ‘perahu’ untuk mengikuti pemilihan. Kemudian, Pengumpulan KTP atau
dukungan, jika pasangan calon menggunakan jalur perseorangan (independent).
Kedua, tahap pelaksanaan Pilkada yaitu masa dimana pelaksanaan pemilihan kepala
daerah dimulai. Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan pasangan calon adalah
pendaftaran pasangan calon; kampanye; Pemungutan dan penghitungan suara, rekapitulasi
hasil perhitungan suara, penetapan calon terpilih; Penyelesaian pelanggaran dan sengketa
hasil Pemilihan.
Pendaftaran pasangan calon, biasanya dilakukan dengan berbagai kegiatan atau ritual
seperti pawai, penampilan anekaragam kesenian, mobilisasi massa pendukung yang
mengiringi pasangan calon mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum.
Kampanye, yaitu kegiatan menawarkan visi, misi, dan program Pasangan Calon
dan/atau informasi lainnya, yang bertujuan mengenalkan atau meyakinkan pemilih untuk
memilih calon pasangan tertentu (Undang-Undang nomor 8 tahun 2015). Sesuai dengan
regulasi tersebut, ada tiga jenis kampanye yang dilakukan pasangan calon yaitu pertemuan
terbatas, pertemuan tatap muka dan dialog, dan/ atau kegiatan lain yang tidak melanggar
91
larangan kampanye. Ketiga jenis kampanye tersebut diatur dalam Juknis (petunjuk teknis)
Pilkada serentak tahun 2015 yang dikeluarkan KPU (http://www.kpu.go.id).
Pertemuan terbatas adalah pertemuan dengan jumlah audiens terbatas di dalam ruangan
atau gedung tertutup. Jumlah peserta maksimum 2.000 orang untuk tingkat provinsi dan
1.000 orang untuk tingkat kabupaten/kota. Bahan kampanye yang digunakan nomor urut
dan foto Pasangan Calon, tanda gambar Partai Politik atau Gabungan Partai Politik, umbulumbul/ atribut Pasangan Calon.
Pertemuan tatap muka dan dialog adalah pertemuan tatap muka disertai dialog secara
interaktif. Pertemuan ini dapat dilaksanakan di dalam atau diluar ruangan dengan
ketentuan, Jumlah peserta tidak melampaui kapasitas tempat duduk dan Peserta dapat
terdiri atas peserta pendukung dan tamu undangan.
Pertemuan tatap muka dan dialog yang dilaksanakan diluar ruangan dapat dilaksanakan
dalam bentuk kegiatan kunjungan ke pasar, tempat tinggal warga, komunitas warga atau
tempat umum lainnya. Petugas Kampanye pertemuan tatap muka dan dialog dapat
memasang alat peraga kampanye di halaman gedung atau tempat pertemuan.
Kegiatan lain yang tidak melanggar larangan kampanye, seperti rapat umum terbatas,
kegiatan kebudayaan (pentas seni, panen raya, konser musik, dan lain-lain), kegiatan
olahraga (pertandingan sepak bola, gerak jalan santai, sepeda santai dan lain-lain), kegiatan
sosial (sunatan massal, bazar, donor darah, perlombaan, dan lain-lain) dan/atau kampanye
melalui media sosial seperti di facebook, twitter, path dan lain-lain.
Pemungutan dan penghitungan suara, rekapitulasi hasil perhitungan suara, penetapan
calon terpilih. Untuk mengikuti sekaligus mengawasi kegiatan tersebut, pasangan calon
harus menyediakan saksi-saksi di Tempat Pemungutan Suara (TPS) untuk pemungutan dan
perhitungan suara oleh Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS). Kemudian
saksi pada saat rekapitulasi hasil perhitungan suara oleh Panitia Pemilihan Kecamatan
(PPK) dan penetapan calon terpilih oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Penyelesaian pelanggaran dan sengketa hasil Pemilihan. Meskipun, tidak semua
penyelenggaraan Pilkada diwarnai dengan pelanggaran dan sengketa pemilihan. Namun
sebagiannya lagi harus ‘berakhir’ dengan putusan makamah konstitusi. Oleh sebab itu,
pasangan calon harus mempersiapkannya seperti pembentukan tim kuasa hukum, kajian
92
terhadap dugaan pelanggaran dan sebagainya. Kegiatan itu semua memerlukan
pembiayaan yang ditanggung oleh pasangan calon.
Ketiga, Tahap Pasca Pilkada, yaitu masa dimana penyelenggaraan Pilkada telah selesai
dan penetapan calon terpilih sudah dilakukan. Pada tahap ini, pasangan calon yang masih
mengeluarkan pembiayaan adalah pasangan calon yang terpilih. Bentuk kegiatan yang
biasa dilakukan adalah syukuran pemenangan baik dalam bentuk kegiatan yang besar
maupun kecil. Semua kegiatan tersebut memerlukan pembiayaan yang ditanggung oleh
pasangan calon.
KESIMPULAN
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak tahun 2015 telah selesai dilaksanakan.
Kebijakan Pemerintah tentang pengaturan dan pembatasan kampanye pun telah
dilaksanakan. Namun, keinginan Pemerintah untuk memenimalisir biaya yang harus
dikeluarkan pasangan calon untuk mengikuti pemilihan masih tinggi.
Meskipun Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menanggung penyediaan dan
pemasangan alat peraga, penyebaran bahan kampanye, Iklan di media massa cetak
dan/atau media massa elektronik. Namun, pengurangan biaya komunikator politik
(pasangan calon) tidak significant dalam mengikuti Pilkada.
Disisi lain, biaya penyelenggaraan Pilkada serentak juga tidak menurun, bahkan
meningkat dari Pilkada sebelumnya. Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo mengatakan
biaya Pilkada serentak tahun 2015 telah menghabiskan sekitar Rp7 triliun. Biaya
penyelenggaraan ini jauh meningkat bila dibandingkan dengan biaya Pilkada sebelumnya
yakni sekitar Rp 4 triliun.
Berdasarkan uraian pembahasan diatas, penulis membuat beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Biaya komunikator politik masih tinggi, meskipun sistem pemilihan Kepala Daerah
dilakukan secara langsung dan serentak masih memerlukan biaya tinggi baik bagi
Negara untuk penyelenggaraannya maupun komunikator politik sebagai peserta
pemilihan
93
2. Komunikator politik (pasangan calon) yang muncul pada Pilkada serentak tidak
mengalami perbedaan dengan Pilkada sebelumnya yaitu didomininasi oleh orang-orang
kaya atau orang yang mendapatkan akses keuangan, meskipun masih diragukan
kompetensinya.
3. Faktor kebebasan dan persamaan setiap warga negara untuk menjadi pemimpin sebagai
semangat dari demokratisasi belum terwujud.
Berdasarkan kesimpulan tersebut, penulis berpendapat bahwa roda pemerintahan
daerah cenderung digerakkan oleh pemilik modal (kekayaan), karena dipimpin oleh orangorang yang berduit yang kompetensinya masih dipertanyakan. Kemudian, para ‘pembantupembantu’ Kepala Daerah adalah mereka-meraka yang bisa ‘menghambakan’ diri kepada
pemodal. Mestinya diisi oleh orang-orang berpendidikan dan patriotik.
Pendapat ini juga sebagai jawaban dari isi Pidato Edwar G. Ryan tahun 1873 di
universitas Wisconsin. Dalam pidato tersebut dikatakan: ‘siapa yang akan memerintah:
kekayaan ataukah manusia. Siapa yang akan memimpin: uang ataukah intelektual. Siapa
yang akan mengisi posisi umum: manusia bebas dan berpendidikan yang patriotik ataukah
budak budak yang menghambakan diri kepada capital perusahaan (Mage, 2013:vii).
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Eko Harry Susanto, komunikasi manusia, mitra wacana media, 2010 jakarta
Rahmat Hollyson MZ dan Sri Sundari (2015), PILKADA; Penuh Euforia, Miskin Makna,
Bestari, Jakarta
Ruslan Ismail Mage (2013), Berpolitik Dengan Biaya Murah (Solusi Mencegah Politisi
Korupsi), Thafa Media, Yogyakarta
Leo Agustino (2009), Pilkada dan Dinamika Politik Lokal, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Brian McNair (2015), Pengantar Komunikasi Politik (An Introduction to Political
Communication), Nusa Media, Bandung
Buku Panduan Pelaksanaan Pemungutan dan Penghitungan Suara Di TPS Pilkada 2015
Jurnal:
Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, Komunikasi Politik, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung. Vol.IV/Oktober 1999
94
Majalah, Suara KPU, Edisi V/ September-Oktober 2015
Peraturan:
Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
undang-undang nomor 22 tahun 2014 tentang pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota
Undang-undang nomor 1 tahun 2015 tentang penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
undang-undang nomor 1 tahun 2014 tentang pemilihan gubernur, bupati, dan walikota
menjadi undang-undang
Undang-undang nomor 8 tahun 2015 tentang perubahan atas undang-undang nomor 1
tahun 2015 tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti undang-undang nomor 1
tahun 2014 tentang pemilihan gubernur, bupati, dan walikota menjadi undang-undang
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur, Bupati, dan Walikota
Internet:
http://pekanbaru.tribunnews.com
http://print.kompas.com
https://m.tempo.co
http://helloborneo.com
https://m.tempo.co
http://portalriau.com
http://www.academia.edu
http://joy-dedicated.blogspot.co.id
http://www.kpu.go.id
95
DAYA TARIK FACEBOOK SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI ALTERNATIF
Marlina, MA
Universitas Tjut Nyak Dhien, Medan
ABSTRAK
Komunikasi suatu hal keharusan yang tidak bisa dihindari oleh setiap manusia, karena
komunikasi juga merupakan kebutuhan primer setiap makhluk sosial. Saat ini marak kita
temukan pada setiap dikalangan, tidak memandang status sosial, tingkat pendidikan dan
pekerjaan yaitu kegiatan berkomunikasi yang berlangsung didunia maya, dengan fasilitas
media sosial yang sangat beragam, komunikasi yang dilakukan oleh setiap orang lebih
mudah dan cepat. Ada kenalan baru, sahabat lama yang tidak pernah bertemu lama, dan
lain sebagainya. Mengamati setiap detail teks yang mereka gunakan pada saat berinteraksi
dengan sahabat “dunia maya” pengguna media sosial, akan bisa terlihat sejauh mana
keterbukaan serta ketulusan dalam melakukan interaksi sosial di dunia maya mereka.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tekhnik wawancara terhadap 10 orang
pengguna media sosial facebook.Penelitian yang bersifat kualitatif ini, menggunakan teori
komunikasi interpersonal. Temuan yang didapat dalam penelitian ini adalah, komunikasi
yang dilakukan dengan cara tatap muka berlangsung tergantikan dengan komunikasi yang
dilakukan melalui media, khususnya media sosial Facebook. Para pengguna media sosial
ini lebih senang dan asyik bertegur sapa didunia maya, walaupun duduk berhadapan
mereka lebih asik dengan dunia maya mereka dari pada melakukan kegiatan interaksi
langsung.Dalam penelitian ini didapati juga beberapa hal yang menjadi faktor penyebab
bergesernya pola komunikasi tatap muka kepada komunikasi melalui media sosial
Facebook. Adapun beberapa faktor tersebut adalah: jarak yang terpaut jauh, kesibukan
masing-masing sehingga tidak memungkinkan untuk bertemu langsung, lebih santai dan
dapat dilakukan dalam keadaan apapun, bahasa yang akan dikeluarkan dapat disetting
sedemikian rupa, hemat biaya. Walaupun demikian komunikasi tatap muka merupakan
sebuah komunikasi perwujudan yang nyata ,komunikasi yang dilakukan melalui media
sosial merupakan sebuah alternatif dari cara berkomunikasi agar tetap melakukan
komunikasi dengan tidak menganggu dan lebih menghemat biaya.
Kata Kunci
: Daya Tarik, Media Sosial, Media, Komunikasi Alternatif
96
ABSTRACT
Communication is a necessity that can not be avoided by human being, since
communication is also a primary needs for every social creatures. Nowadays, we find on
each social status; regardless of social status, education level and occupation then
communication takes place on the virtual world, with social media facilities that are very
diverse, therefore the communications made by each person more easily and quickly. They
will find new friends there, old friends who had not seen a long time, and others.
Observing every detail of the text that used by social media user when interacting with
friends on "virtual world", will be seen how much their kindness and sincerity in social
interactions through the virtual world. This study was conducted by using interview
techniques to 10 users of facebook. This is a qualitative study that used a theory of
interpersonal communication. The finding in this study was that communication which
done directly face to face is on going replaced by communication through the social
media, especially Facebook. The social media users are more happy and fun to greet each
other virtually, even when they were sitting together, they more enjoy with interaction on
virtual world with others. In this study, it can also be found some factors that cause the
shifting of face to face communication pattern into communication via Facebook. There
are some factors namely: the distance between them, their own duty then it is impossible to
meet, more relaxed and can be done in any case, the language can be set in such a way and
low cost. Nevertheless, personal communication by face to face is a manifestation of the
real communication, while the communication which done by social media is an
alternative way of communicating with no disturbing and more saving
Keywords: Attractions, social media, media, alternative communication media
PENDAHULUAN
Media sosial merupakan salah satu yang telah banyak berkontribusi terhadap
pengembangan keilmuan, terutama dalam bidang Ilmu Komunikasi. Media sosial bukan
hanya menjadi alat berkomu ikasi baru, akan tetapi juga membuka peluang bagi para
peneliti untuk meneliti apapun yang berkaitan dengan media sosial sebagai media
komunikasi maupun sebagai bentuk dari komunitas dunia baru dalam berkomunikasi. Bila
kita berbicara mengenai media sosial yang mengarahakan kepada dunia baru yang lebih
dikenal dengan dunia maya, maka satu alat yang bisa mencapai dunia baru tersebut selain
perangkat komputer adalah Handphone dengan sistem Android.
Sebelum adanya Handphone dengan sistem Android atau semua yang mendukung
perangkat untuk mengakses internet komputer adalah satu-satunya yang dapat
menghubungkan penggunanya dengan internet. Kemajuan tekhnologi mengarahkan pada
sesuatu yang menjadikan Handphone bukan hanya alat untuk berkomunikasi dengan
kemudahan untuk melakukan panggilan suara dan layanan pengiriman pesan melalui
tulisan saja, saat ini Handphone telah dilengkapi dengan berbagai fitur yang mempermudah
seseorang melakukan pekerjaan yang biasanya dilakukan dengan menggunakan komputer,
seperti mengirim dan menerima Email, Browsing, pengguaan media sosial dan lain
sebagainya.
Kemajuan dan penemuan dibidang teknologi maupun inovasi internet
menyebabkan tidak hanya memunculkan media baru saja. Berbagai macam aspek
kehidupan manusia, seperti komunikasi meupun interaksi, juga mengalami perubahan yang
tidak pernah diduga sebelumnya, dunia seolah-oleh tidak memiliki batasan dan tidak ada
97
sebuah rahasia yang dapat ditutupi lama, atau berkisar pada hanya orang-orang tertentu
saja, kita dapat mengetahui apa kegiatan seseorang, dimana dia saat ini dengan siapa dan
lain sebagainya melalui media sosial, sementara orang yang kita dapati informasinya bisa
saja bukan siapa-siapa kita, akan tetapi semua kegiatannya dapat kita ketahui ketika dia
memasang sesuatu di Account Facebook miliknya, walaupun kita tidak pernah berkenalan
dan berjumpa secara langsung dan bertatap mata. (Rulli Nasrullah, 2015: xi)
Selain dampak diatas ada juga dampak lain dari kemajuan tekhnologi khususnya
media sosial yaitu dampak berbagi yang berlebihan serta pengungkapan diri yang
berlebihan juga di dunia maya, budaya berbagi yang berlebihan ini dikarenakan dimedia
sosial siapa saja dapat mengunggah apapun yang mereka inginkan dan membagikannya
kembali. ( Cross, 2011: 25) dampak dari berbagi yang berlebihan ini juga memiliki
dampak yang negatif, berbagi apa saja yang ingin dibagikan tanpa menyaringlagi mengenai
kebenaran berita yang telah mereka bagikan. Bisa saja berita yang mereka bagikan tersebut
adalah sebuah beita hoax, yang bisa saja akan memunculkan perselisihan antara
kelompok, agama, suku dan lain sebagainya.
Dalam Alquran seseorang sangat tidak disarankan untuk menerima bulat-bulat
informasi yang datang atau mereka terima, harus ada penyaringan, pengecekan ulang atas
informasi yang beredar. Apakah benar adanya atau hanya sebuah informasi yang hanya
mencari sensai atau bahkan sebuah kabar berita atau informasi yang sifatnya ingin
mengadu domba dan menginginkan terjadinya perpecahan. Allah Swt berfirman :
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik
membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu
musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu
menyesal atas perbuatanmu itu. (QS Al_Hujarat: 6)
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yang sering disamakan pengertiannya
dengan penelitian naturalistik yang berusaha memahami bagaimana orang-orang
mempersepsi dunia dengan menelaah bagaimana mereka berkomunikasi (Deddy Mulyana,
2003: 157-158). Menurut Bogdan dan Taylor penelitian kualitatif merupakan prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang dapat diamati (Lexy J. Moleon, 2000 : 3).
Metode kualitatif digunakan karena dianggap lebih sesuai untuk mendapatkan data
yang valid dan realibel tentang aspek-aspek yang akan diteliti, berkaitan dengan
keterbukaan berkomunikasi yang dilakukan di media sosial, dengan metode penelitian
kualitatif dapat dilakukan pengamatan yang lebih mendalam dan teliti terhadap objek
penelitian, sehingga data yang didapatkan lebih akurat. Penelitian yang merupakan suatu
rangkaian ilmiah baik untuk mengumpulkan data, menarik kesimpulan atas gejala-gejala
tertentu dalam gejala empirik. Melalui kegiatan yang panjang, penelitian sosial cenderung
bersifat thick description dengan mengandalkan analisis yang bersifat holistik (Burhan
bungin, 2004: 56).
1. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam setiap kegiatan penelitian dibutuhkan objek atau subjek yang mempunyai
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian
ditarik suatu kesimpulan (Kriyantono, 2015: 153). Subjek dalam penelitian ini adalah
98
pengguna media sosial yang memiliki akun facebook dan sering membagikan informasi
atau berita yang ada dan yang selalu melakukan update status di akun facebook mereka.
2. Sumber data
Sumber data yang akan diambil adalah dua jenis yaitu data primer dan data skunder
Berkaitan dengan hal ini, jenis data dalam penelitian ini dibagi dalam kata-kata dan
tindakan informan yang diwawancarai atau yang diamati berkenaan dengan fokus
penelitian, umumnya data skunder diperoleh dari hasil wawancara langsung, sumber data
tertulis dan dokumentasi (Kriyantono, 2015: 153). Data primer diperoleh dari hasil
wawancara mendalam dan observasi mengenai kegiatan komunikasi yang dilakukan di
media sosial, sedangkan data skunder diperoleh dariberbagai referensi, hasil penelitian atau
dokumentasi berupa sumber tertulis, seperti buku, jurnal ilmiah, dan juga sumber lainnya.
3. Tekhnik pengumpulan data
Tekhnik pengumpulan data dalam pendekatan secara kualitatif dilakukan melalui
observasi dan wawancara yang dilakukan secara terbuka dan mendalam, observasi dan
wawancara adalah untuk mengamati serta mencatat dengan sistematis dan terencana
mengenai fenomena sosial yang terjadi ditengah masyarakat (James P Spradley,1997: 140),
dalam tekhnik dan tahapan pengumpulan data peneliti mempertimbangkan setidaknya ada
empat ukuran yaitu; dimana penelitian berlangsung, pelaku atau orang yang terlibat dalam
penelitian tersebut untuk diwawancarai atau di observasi, peristiwa yaitu apa yang akan di
amati dan diobservasi dan yang terakhir adalah proses yaitu sifat yang dilakukan didalam
latar kejadian tersebut (John W. Cresswell, 1994: 139).
4. Analisi Data
Analisis data merupakan suatu cara untuk mengolah data setelah diperoleh hasil
penelitian, sehingga dapat diambil kesimpulan berdasarkan data yang faktual. Dalam
penelitian ini metode analisa data yang digunakan adalah metode kualitatif interpetatif
yaitu mengumpulkan serta menyusun data yang diperoleh (Winarno surakhmad, 1990:
139) data yang telah terkumpul melalui wawancara, observasi dan catatan lapangan akan
dianalisis dengan menggunakan data kualitatai deskriptif yang sifatnya pemaknaan untuk
mengungkapkan keadaan atau karaktersitik sumber data.
Teknis triangulasi lebih mengutamakan efektivitas proses dan hasil yang
diinginkan, oleh karena itu triangulasi dapat dilakukan dengan menguji apakah proses dan
hasil metode yang digunakan sudah berjalan dengan baik, seperti
1. Penelitian menggunakan tekhnik wawancara mendalam dan observasi partisipasi untuk
pengumpulan data, dengan memastikan bahwa hasil wawancara serta pengamatan
ketika wawancara telah terkumpul dalam catatan yang dilakukan secara harian
2. Setelah itu dilakukan uji silang terhadap materi catatan-catatan harian, hal ini dilakukan
untuk memastikan tidak ada informasi yang bertentangan antara catatan hasil
wawancara dengan catatan hasil observasi, karena apaila terjadi kesenjangan informasi
atau terdapat ketidak samaan peneliti wajib mengkonfirmasi kembali kepada informan
mengenai data yang didapatkan.
3. Hasil konfirmasi yang didapat tersebut wajib diuji kembali dengan informasi
sebelumnya, karena bisa saja hasil konfirmasi tersebut bertentangan dengan data yang
diperoleh pada awal pengumpulan data, dan apabila terjadi kesenjangan anatar
informasi tersebut, maka penelirti wajib terus melakukan pengecekan data yang
diperoleh mengapa terjadi kesenjangan (Burhan bungin, 2012: 203-204).
Proses triangulasi tersebut diatas dilakukan terus menerus sepanjang proses
mengumpulkan data dan analisis data sampai suatu saat peneliti yakin bahwa sudah tidak
ada lagi perbedaan-perbedaan, dan tidak ada lagi yang perlu dikonfirmasikan kepada
informan mengenai kesenjangan informasi yang diperoleh.
99
Menurut Miles dan Huberman, analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata,
yang biasanya disusun ke dalam teks yang diperluas. Data yang diperoleh dari lapangan
dilakukan analisis melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap pertama: Kategorisasi dan mereduksi data, yaitu melakukan pengumpulan
terhadap semua informasi penting yang terkait dengan masalah penelitian ini,
selanjutnya data itu dikelompokkan sesuai dengan topik permasalahan.
2. Tahap kedua: Data yang dikelompokkan selanjutnya disusun dalam bentuk narasinarasi, sehingga data berbentuk rangkaian informasi yang bermakna sesuai degan
masalah penelitian.
3. Tahap ketiga: Melakukan interpretasi pada data, yaitu dengan menginterpretasikan apa
yang telah diberikan dan diinterpretasikan informan terhadap masalah yang diteliti.
4. Tahap keempat: Pengambilan kesimpulan berdasarkan susunan narasi yang telah
disusun pada tahap ketiga, sehingga dapat memberi jawaban atas masalah penelitian.
5. Tahap kelima: Melakukan verifikasi hasil analisis data dengan informan, yang
didasarkan pada simpulan tahap keempat. Tahap ini dimaksudkan untuk menghindari
kesalahan interpretasi dari hasil wawancara dengan sejumlah informan penelitian yang
dapat mengaburkan makna persoalan sebenarnya dari fokus tentang penelitian ini (A.
Michael Huberman & Matthew B. Milles,1992: 16).
PEMBAHASAN
Media sosial sebagai media komunikasi alternatif
Media sosial yang disebut sebagai media baru dalam kegiatan berkomunikasi
dianggap sudah merasuki segala spek kehidupan seseorang. Terlepas dari manfaat apa dan
bagaimana seseorang menggunakan perangkat tersebut dalam keseharuannya. Media sosial
telah memasukan penggunannya sebagai bagian dari masyarakat jejaring ( network society)
tanpa batasan demografi, budaya, sosial dan lain sebagainya. Manfaat dan daya tarik yang
dihadirkan dan disuguhkan oleh media sosial ketengah-tengah masyarakat sepertinya
memiliki daya magnet dan sihir yang luar biasa, sehingga membuat pengguna media sosial
tersebut terpikat dan terkadang lupa dengan sekitarnya dan dunia nyata yang didiaminya.
Kecenderungan kebanyakan masyarakat yang kerap sekali berkonsentrasi dalam
cyberspace merupakan bukti bahwa penggunaan internet telah membawa kemudahankemudahan bagi masyarakat. Akan tetapi bagi sebagian penggguna yang aktif munculnya
fenomena ini tentu saja telah mengubah perilaku dan kebiasaan masyarakat dalam
berinteraksi dengan masyarakat lainnya, baik interaksi yang dilakukan secara individual
maupun secara kelompok. Selain hal itu, kemajuan teknologi tersebut tentunya akan selalu
berjalan beriringan dan bersamaan dengan munculnya perubahan-perubahan di kalangan
kelompok dan individu yang ada ditengah masyarakat.
Seiring dengan berjalannya waktu, penggunaan internet tidak lagi hanya menjadi
sebuah sumberinformasi akan tetapi juga menyediakan sebuah daerah dan gaya baru bagi
interaksi antara para penggunanya. Hal inilah yang ternyata menjadi salah satu kelebihan
internet dibanding media komunikasi yang lainnya. Selain berfungsi menjadi sebuah
media massa juga berfungsi sebagai media interpersonal melalui kegiatan chatting dan
email. Internet ternyata juga telah menjadi saluran perubahan, percepatan, perluasan
sekaligus perputaran ide dan gagasan. Dewasa ini fungsi media internet yang paling baru
dan sangat diminati semua kalangan penggunanya adalah jejaring sosial, yang berhasil
mulus membawa beberapa orang dalam mencapai tujuannya sebut saja seperti presiden
Amerika Serikat Barack Obama dan Presiden Republik Indonesi Joko Widodo yang telah
100
menggunakan jejaring sosial atau media sosial pada kegiatan kampanye yang mereka
lakukan.
Tak berlebihan bila seorang profesor dari Faurleigh Dickinson University Mary Cross
mengeluarkan pernyataan mengenai media sosial “we all already experiencing the cultural
effect of the digital revolution that is underway” (Cross, 2011:23). Kita sadari atau tidak
bahwa keberadaan media sosial menjadikan kita sebagai penggunanya terkepung dari
segala sudut aspek kehidupan manusia, dan hal ini adalah merupakan sebuah dampak dari
kemajuan tekhnologi. Manusia yang sama sekali tidak pernah tau dan kenal akan bisa
menjadi seorang teman baik didalam sebuah dunia yang disebut sebagai dunia maya.
Seseorang akan lebih nyaman melakukan komunikasi dengan temannya di media
sosial, sekedar menyapa atau ingin mempertanyakan sesuatu, bila kita lihat kemungkinan
dan kesemoatan, ternyata mereka sangat memiliki kesempatan dan peluang bertemu, hal
ini dikarenakan meraka adalah teman satu kamlus atau bahkan teman satu kelas. Fungsi
media sosial yang memiliki daya pikat tersendiri telah mengubah kebiasaan berkomunikasi
seseorang, dari komunikasi interpersonal melalui tatap muka mengarah kepada komunikasi
interpersonal bermedia. Hal tersebut terjadi karena faktor kemudahan dan yang paling
sering kita dengar adalah faktor ingin diakui dan ingin dikenal.
Kegiatan komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan media alternatif yaitu
media sosial khusunya Facebook merupakan media yang menjanjikan dunia baru dan
kesan berkomunikasi baru yang didapatkan oleh penggun facebook tersebut. Mengapa?
Karena dengan menggunakan facebook siapa saja dan dalam keadaan yang
bagaimanapundapat melakukan kegiatan komunikasi dengan baik, hanya dengan
memegang Gadget, duduk santai dan dengan busana yang sesuka hati dapat melakukan
kegiatan komunikasi dengan siapa saja, bahkan dengan guru, pejabat atau siapa saja.
Berbeda dengan komunikasi yang dilakukan ketika seseorang bertatap muka, gaya bahasa
harus terjaga, penampilan juga harus rapi, dan tentunya dengan waktu tertentu sesuai
dengan keluangan waktu seseorang yang ingin kita ajak berkomunikasi, serta masih
banyak lagi tuntutan yang bermacam ragam.
Fecebook juga menjanjikan keadaan dan sensasi berkomunikasi lain, seperti ada
kebanggan tersendiri ketika kita membagikan sesuatu di dinding akun kita, kemudian ada
yang memberikan like-nya, memberikan komentar atau memuji, atau hanya sekedar
memberikan tanggapan yang positf, dan lain sebagainya. Hal semacam ini menjadikan
seseorang sangat suka melakukan komunikasi dengan menggunakan media Facebook,
bukan hanya sampai disitu saja, selain orang yang kita sudah kenal mereka yang belum
kenal bisa saja melihat apa yang telah kita bagikan di facebook, hal yang paling disukai
oleh pengguna facebook adalah dibanjiri like, ketika mereka membagikan status baru. Hal
ini juga lah mengapa banyak pengguna media sosial melirik facebook sebagai alat
komunikasi alternatif.
1. Daya tarik Facebook dalam mengalihkan cara berkomunikasi
Facebook memiliki daya tari tersendiri bagi penggunanya untuk menjadikan
mereka harus elalu meng-update status, adalah salah satu dari pernyataan yang peneliti
dapati ketika melakukan wawan cara dengan pengguna Facebook. Ketika pengguna
melakukan update status setiap harinya bahkan ada juga yang melakukan sampai lebih dari
10 status pada setiap harinya. Motivasi mereka melakukan update status beragam; hanya
sekedar curhat, ingin membagikan informasi yang mereka dapatkan, mengirim gambar
yang mereka anggap menarik, mengisi kekosongan waktu yang mereka punya.
101
Mengakses internet, merupakan sebuah kebutuhan primer bagi setiap orang, hal ini
dikarenakan kebutuhan terhadap akses informasi yang terbaru, pendidikan, sekedar
mencari hiburan, serta pengetahuan yang bila dengan cara yang manual memiliki biaya
yang relatif mahal serta membutuhkan waktu yaang lama (Rulli Nasrullah: 2015, 1),
kebuthan yang disebutkan diatas merupakan hal yang dapat didapat melalui facebook, para
pengguna facebokk yang konsen menggunakan akun mereka untuk membagi dan
mempublikasi hal yang bersifat pengetahuan, tips kah itu, atau berita yang berkenaan
dengan selebritis dan lain sebagainya.
Kecanggihan, kemajuan serta sangat mudahnya mencari informasi serta apa yang
kita inginkan melalui akses internet serta canggihnya alat-alat yang menunjang pada ekses
internet tersebut semakin membuktikan bahwa dunia saat ini sangatlah kecil, sesuai dengan
buku yang diterbitkan oleh Thomas L Ferdian (2007) memberi istilah “the world is flat”,
bukan hal yang berlebihan ketika Thomas menyatakan hal tersebut, karena siapa saja
dengan perangkat yang menunjang untuk mengakses internet yang mereka miliki, dan
tidak juga dibatasi usia bagi penggunanya, sangat bisa untuk membuka dan mendapatkan
apa saja informasi yang mereka inginkan.
Dari uraian diatas mengenai akses informasi serta kemudahan cara
mengoperasikannya facebook memiliki tempat tersendiri bagi pengguna dan penikmat
fasilitas media sosial, dengan cara yang simple setiap apa yang kita bagikan akan dapat
terlihat oleh siapa saja, tentu saja ketika dia menggunakan akun facebook juga. Dari hasil
wawancara serta pengamatan yang dilakukan oleh peneliti ada beberapa faktor yang
menjadi daya tarik serta alasan para pengguna media sosial memilih facebook sebagai alat
komunikasi alternatif bukan yang lain, adapun faktor tersebut adalah:
1. Penggunaan Facebook dibanding dengan media sosial lainnya lebih mudah
2. Banyak sahabat serta kenalan mereka yang menggunakan facebook, sehingga menjadi
kemudahan buat mereka saling berhubungan
3. Ketika mereka memajang status baru semua pengguna facebook dapat membacanya,
sekalipun mereka tidak saling mengenal
4. Pengguna facebook bisa melakukan curhat serta ingin menyindir seseorang, tanpa harus
berhadapan langsung dengan yang ingin mereka tuju.
5. Memiliki fasilitas group, sehingga pengguna facebook dapat bergabung dengan group
yang mereka inginkan
6. Berkomunikasi melalui facebook sangat fleksibel, baik waktu, keadaan dan terutama
bahasa yang digunakan bisa lebih diatur dan disesuaikan.
2. Dampak penggunaan facebook terhadap kegiatan komunikasi tatap muka
Kehadiran media sosial khususnya facebook dengan ranah dunia mayanya telah
memindahkan kebiasaan dan kegiatan komunikasi interpersonal didunia nyata menuju
komunikasi interpersonal didunia maya. Melalui facebook setiap orang ingin dikenal
dengan penilaian dan kesan dari setiap yang melihat bahkan mengintip profilnya sebagai
orang yang baik atau dengan karakter positif. Keberadaan facebook memang diciptakan
sebagai alat untuk menciptakan kesan dimata publik (Apriadi Tamburaka, 2013: 221),
pemasangan foto diprofil juga merupakan suatu hal ingin menciptakan sebuah kesan yang
positif, foto profil yang dipajang bisa saja merupakan hasil jepretan sendiri atau yang
dikenal dengan selfie akan tetapi bukian jepretan yang pertama bisa saja merupakan hasil
jepretan yang kesekian dengan pose dan tempat yang sama.
Memajang sesuatu seperti foto yang cantik dan denfan pose tertentu, dapat
mengundang siapa saja untuk memerbikan like serta membuka kesempatan untuk
mendapatkan kesempatan dan ketertarikan seseorang untuk melakukan hubungan
102
pertemanann dengan pemilik akun yang memajang foto profil yang menarik, atau membuat
status dan membagi setiap foto terbaik yang kita punya. Hal tersebut merupakan trik yang
dilancarkan seseorang dalam membuat akun atau setiap statusnya dibanjiri comment dan
like. Sangatbanyak usaha yang dilakukan seseorang untuk memberikan kesan yang
menarik, positif dan menyenangkan dengan tujuan untuk merubah opini dan mendapatkan
kesan yang baik dari siapa saja di dunia maya.
Facebook juga dapat menjadi alat untuk mendapatkan informasi, bukan hanya
menjadi konsumsi atas sebuah informasi akan tetapi kita juga dapat menjadi sumber
informasi, serta dapat berbagi pengetahuan yang kita miliki dengan orang lain. Facebook
menciptakan suasana komunikasi yang berbeda dengan komunikasi tatap muka, dengan
membaca status seseorang yang lucu atau melihat gambar yang unik dan aneh dapat
memnbuat rasa gembira kita timbul, hal ini hanya dapat kita rasakan di dunia maya.
Dampak dari penggunaan facebook ini juga ada yang bersifat negatif, semuanya
tergantung si pengguna, apabila digunakan untuk hal yang positif akan menghasilkan yang
positif juga akan tetapi banyak juga penggunaan facebook ini digunakan mengarah kepada
hal yang bersifat negatif, baik itu untuk diri pribadi dan untuk keluarga serta lingkungan
sekitarnya, ada beberapa poin yang bisa ditimbulkan atau dampak yang akan dirasakan
oleh pengguna facebook antara lain:
a.
b.
c.
d.
Seringnya menyajikan sesuatu hal yang berlebihan keranah publik didunia maya
Sikap cuek dan tidak mau tahu dengan sekitar
Asik dengan dunia barunya yaitu dunia maya
Sering terjadinya ketidak terbukaan anatara komunikasi langsung dengan komunikasi
yang dilakukan dimedia sosial facebook
e. Merasa nyaman dengan curhat di facebook, terkadang dapat membuat kita membuka aib
sendiri
f. Penyalah gunaan fungsi facebook
g. Mengurang me time dan family time
3. Membangun kepercayaan lewat komunikasi menggunakan facebook dalam
persefktif Islam
Facebook sebagai sebuah situs jaringan sosial yang dapat memudahkan individu
untuk bertemu dengan orang lain yang mereka kenal atau tidak, teman lama serta siapa saja
yang memiliki minat yang sama, mendukung hubungan renggang, dan khususnya
memudahkan individu untuk mengakses jaringan teman-teman dan orang lainnya, sehingga
berpotensi membuat sebuah jaringan hubungan menjadi lebih luas dan lebih heterogen
(Christa Kristakis, 2009 : 27). Dalam dunia online individu bertemu dan berkenalan
dengan orang lain pada kelompok dengan minat yang sama. Hal ini memudahkan individu
untuk memperoleh informasi satu sama lain dan memfasilitasi terjadinya komunikasi.
Media sosial merupakan salah satu platform yang muncul dimedia cyber, karena itu
melihat media sosial yang tidak jauh bebeda dengan karakteristik yang tidak jauh berbeda
dengan karakteristik yang dimiliki oleh media cyber, pengamat dan praktisi dunia cyber
Gane dan Beer secara khusus memberikan sebuah konsep untuk memahami mengenai
media cyber (cybermedia) dan bagaimana karakteristiknya, untuk jelasnya hal ini sudah
dituangkan oleh pernada dalam bukunya yang berjudul Teori dan Riset Media Cyber, dan
di terbitkan tahun 2014. Adapun yang menjadi karakteristik media sosial adalah;
1. jaringan (network)
2. informasi (Information)
3. arsip (Archive)
103
4. interaksi (Interactivity)
5. simulasi sosial (simulation of society)
6. konten oleh pengguna (User-Generated content). (Rulli Nasrullah, 2015:16)
Meskipun karakteristik media sosial dapat dilihat melalui media cyber, akan tetapi
media sosial memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh media cyber lainnya. Ada batasanbatasan dan ciri khusus tertentu yang dimiliki oleh media sosial akan tetapi tidak dimiliki
oleh media lainnya, yaitu bagaimana media sosial berubah menjadi bagaimana media
sosial itu berubah fungsi menjadi sarana sosial di dunia virtual (Rulli Nasrullah, 2015:15),
bukan berarti tidak ada adaciri atau karakter secara umum, hanya saja pembahasan
karakteristik media sosial ini dipanda sangat penting, untuk membedakan mana media
sosial dan media lainnya.
Semua orang memiliki satu kebutuhan yang sama yakni kebutuhan untuk saling
terhubung satu sama lain. Hal ini semakin dipermudah dengan adanya Facebook. Beberapa
kejadian unik, menarik bahkan mengagumkan yang belum pernah terjadi sebelumnya,
terjadi melalui situs jejaring sosial yang merupakan fenomena baru dalam kehidupan kita
saat ini. Kehadiran situs jejaring sosial seperti Facebook telah mengubah cara orang
berperilaku. Komunikasi tatap muka mulai berkurang intensitasnya, diganti oleh
komunikasi secara online melalui situs jejaring sosial.
Saat ini, hanya dengan memiliki satu profil di situs Facebook, seseorang dapat
mengakses siapa saja yang hendak diajak berkomunikasi. Melalui situs ini, seseorang bisa
menemukan teman lama, mencari teman baru, mempertahankan teman yang sudah dijalin
di dunia nyata, mencari pasangan, mencari komunitas yang disukai, karena keunggulan
Facebook ini juga dapat membuat sebuah kelompok atau komunitas yang memiliki visi
dan misi yang sama, atau memiliki kesamaan dalam satu hal, dan kelompok-kelompok ini
tentu saja melakukan proses komunikasi mereka melalui Facebook. Facebook yang telah
mendunia ini juga tentunya mempunyai dampak negatif bagi penggunanya. Ada saja orang
yang tertipu oleh teman Facebook-nya, bahkan ada yang sampai terluka dan mengalami
berbagai hal buruk lainnya, hal ini bila dilihat karena mereka melakukan interaksi denan
orang yang mereka kenal hanya melalui data saja, tida pernah berkomunikasi secara
langsung.
Proses komunikasi yang terjadi melalui media sosial ternyata banyak sekali
menimbulkan dampak didunia nyata, bisa kita perhatikan akhir-akhir ini sangat banyak
sekali kasus yang terjadi di dunia nyata dan hal ini yang menyebabkannya adalah interaksi
melalui media sosial yang juga sering kita sebut dengan dunia maya. Banyak penipuan
yang terjadi, penculikan, pemerkosaan, pelacuran dan bahkan pembunuhan juga sering kita
dengar melalui televisi, yang kesemuanya disebabkan karena interaksi yang terjadi melalui
media sosial, hal ini menyebabkan terjadinya sebuah hubungan komunikasi yang tidak
sehat.
Mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat adalah fenomena yang bisa
kita temui dikalangan mahasiswa saat ini, kegiatan menyapa dengan hangat dan selalu
melontarkan salam atau hanya sekedar menyapa ringan terkadang menjadi pemandangan
yang agak langka terlihat, hal ini dikarenakan adanya ketertarikan dunia baru yang sering
kita sebut dengan dunia maya. Mahasiswa merasa nyaman melakukan kegiatan komunikasi
melalui media sosial khusunya facebook, dengan santai mereka dapat melakukan kegiatan
komunikasi, orang yang pendiam sekalipun dapat menguntai kata-kata dengan baik, karena
komunkasi yang berlangusng tidak dilakukan dengan lisan langsung, hanya dilakukan
dengan perantara media.
104
Kenyamanan yang diberikan oleh kegiatan berkomunikasi di media sosial bukan
hanya menjadi sebuah kenyamanan semata, akan tetapi dapat menjadi sebuah ancaman
yang serius untuk menciptakan perubahan dimasyarakat, dimana komunikasi yang
dilakukan dengan tatap muka bisa saja akan terkikis atau berkurang dengan adanya
kemudahan serta kenyamanan yang ditawarkan oleh internet khususnya media sosial.
Kegiatan komunikasi yang dilakukan melalui media sosial seolah bisa menggantikan
pesona berkomunikasi dengan media, seseorang yang ketika dengan kata-kata sangat susah
mengungkapkan apa yang menjadi keinginannya, akan tetapi melalui komunikasi yang
dilakukan melalui media seseorang yang sulit berkata-kata dapat menjadi seorang yang
bijak dalam menasehati dan memberi solusi, seorang yang sangat pendiam dapat menajadi
seorang yang puitis dan lain sebagai, keterbukaan yang terjadi antara komunikasi langsung
dan komunikasi melalui media sepertinya ada yang menghalangi.
Media sosial Facebook menjadi pilihan dibanding dengan media sosial lainnya
seperti Instagram, twitter, WhatsUp, Line dan masih banyak lagi jenis media sosial
lainnya, karena Facebook masih tetap menjadi pilihan banyak pengguna dan pencinta
media sosial, selain karena aplikasi yang disediakan oleh Facebook lebih mudah untuk
dioprasikan ternyata masih banyak pengguna media sosial yang tetap aktif meng-update
status di Facebook walaupun mereka juga menggunakan media sosial lainnya. Facebook
juga lebih menjanjikan untuk melakukan hubungan komunikasi dengan orang yang sama
sekali tidak kita kenal, baru kita kenal atau bahkan teman lama yang sudah tidak pernah
bertemu langsung, karena Faceboook selalu menawarkan sahabat atau teman sesuai dengan
data yang tertera pada profil yang kita miliki.
Kegiatan komunikasi yang dibangun didunia maya melalui media sosial juga
mempertontonkan interaksi yang penuh dengan hal baru, serta gaya komunikasi baru pula.
Penggunaan bahasa dalam menuliskan pesan di wall mereka, membalas pesan dengan icon
dan gambar, yang membentuk sebuah bahasa baru dalam dunia maya tersebut. Akan tetapi
semua yang memiliki account media sosial akan dengan senang hati menterjemahkan
setiap wujud pesan, gambar dari seseorang. Akses internet semakin berkembang demikian
pesat dan telah menjadi kultur masyarakat modern, mengapa dikatakan telah menjadi
kultur karena dengan internet berbagai aktifitas masyarakat cyber seperti berpikir,
berkreasi, dan bertindak dapat dilakukan serta diekspresikan di dalamnya, kapanpun,
dimanapun. Kehadirannya telah membentuk dunia tersendiri yang dikenal dengan dunia
maya (cyberspace) atau dunia semu yaitu sebuah dunia komunikasi berbasis komputer
yang menawarkan realitas yang baru berbentuk virtual atautidak langsung dan tidak nyata (
Christa Kristakis, Nicholas. A & James H. Flower, 2009: 5).
Sebuah kepercayaan dapat tumbuh menurut Salomon A. Asch dikarenakan unsur
pengetahuan, kebutuhan serta kepentingan, pengetahuan akan berhubungan dengan berapa
besarnya informasi yang diterima oleh seseorang, selain itu faktor keintiman juga
merupakan hal yang menjadikan timbulnya rasa kepercayaan terhadap seseorang (
Rakhmat, 1999: 42). Kebutuhan juga sering mewarnai kepercayaan yang akan
ditimbulkan, hubungan interpersonal kpercayaan akan lebih besar terjadi terhadap siapa
yang sering melayani dan menyediakan kebutuhan yang diinginkan oleh seseorang, karena
kepercayaan merupakan sebuah hubungan yang menunjukan untung rugi yang ditimbulkan
(suciati, 2015:22).
Griffin menyatakan bahwa kepercayaan merupakan sikap mengendalikan perilaku
sesuai dengan tujuan yang ingin dikehendaki yang pencapaiannya tidak pasti dan penuh
dengan resiko (Rakhmat, 1999: 129-130), griffin juga mengatakan ada beberapa unsur
yang meliputi kepercayaan tersebut (Supratiknya, 1995:26), adapun unsur tersebut adalah:
1. kepercayaan terhadap seseorang mengandung resiko
105
2. akibat berupa untung dan rugi yang mengakibatkannya adalah perilaku seseorang
3. penderitaan dari sebuah resiko jauh lebih besar daripada manfaat atau akibat
menguntungkan
4. akibat yang menguntungkan dari kepercayaan kita terhadap orang lain adalah keyainan
dari dalam diri kita sendiri.
Dalam sebuah kepercayaan biasanya akan timbul sebuah komitmen diantara
kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih, selain komitmen hal yang dapat
menghentikan sebuah kepercayaan terhadap hubungan yang telah dijalin adalah sebuah
pengkhianatan. Dalam Islam kepercayaan tersebut lebih sering kita kenal dengan sebutan
amanah, begitu pula hubungan yang dijalin melalui media sosial Facebook, siapa saja yang
meletakan kepercyaan terhadap seseorang maka resiko tetap berjalan atau berhenti adalah
hal yang pasti.
Ada beberapa hadis populer yang menggambarkan mengenai kepercayaan yang
dibangun dan dikomitmenkan oleh seseorang yang pertama, hadis yang diriwayatkan oleh
Anas bin Malik RA: “Tidak sempurna iman bagi mereka yang tidak bersifat amanah dan
tidak sempurna bagi mereka yang tidak menepati janji”, dan hadis yang berkaitan dengan
dilarangnya perbuatan khianat pernah diriwayatkan oleh Abu Hurairah :
“Rasulullah SAW bersabda: Tunaikanlah amanah kepada orang yang kamu
percaya (untuk menunaikan amanah kepadanya), dan jangan khianati orang yang telah
mengkhianatimu”.
KESIMPULAN
Media sosial termasuk facebook adalah sebuah media komunikasi baru dan telah
menjadi alternatif bagi sebagahaian orang, setiap orang pada umumnya telah memiliki
akun dimedia sosial, khususnya facebook, salah satu produk dari media sosial
mendapatkan tempat di hati para pengguna atau para penikmat kecangggihan tekhnologi
internet, karen facebook dapat menghubungan seseorang dengan kenalan yang baru, teman
lama yang sudah lama tidak bertemu serta tak jarang juga yang mendapatkan jodoh dengan
perantara Facebook.
Facebook sebagai komunikasi alternatif juga sangat menjanjikan sensasi
berkomunikasi dengan orang yang kita kenal serta baru berteman, dengan memiliki akun di
facebook bukan hanya berkomunikasi yang bisa kita lakukan dengan teman atau kenalan
kita. Akan tetapi mendapatkan Ilmu serta berbagi Ilmu sangat memungkinkan terjadi
ketika seseorang telah memiliki akun facebook. Informasi yang beredar di facebook juga
belum tentu benar adanya, ada beberapa berita hoax (perita abal-abal yang hanya untuk
mengundang orang lain bersedia memberikan likenya terhadap status yang baru saja
dibagikan di wall.
Ketertarikan seseorang terhadap facebook sebagai media komunikasi alternatif
terkadang bisa menggeser komunikasi yang telah dilakukan dengan tatap muka mengarah
kepada komunikasi bermedia, koumikasi yang dilakukan denga orang lain ketika
berkomunikasi dengan tatap muka atau langsung, harus lah diwaktu-waktu tertentu,
berlaku sopan serta penampilan juga harus dijaga, akan tetapi, ketika seseorang melakukan
kegiatan komunikasi melalui media khususnya facebook hal persiapan diatas tidak perlu
dilakukan, hanya cukup duduk santai kemudian mengambil hanpdon dan mulai melakukan
kegiatan komunikasinya.
106
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Andi Muis. 2001.Komunikasi Islami ,PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana, 2004)
Bungin, Burhan,
Analisis Data penelitian Kualitatif, pemahaman filosofis dan
metodologis kearah penguasaan model aplikasi. (Jakarta: Pt.Raja Grafindo Persada,
2012)
Changara, Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Rajawali Press, 2006).
Endraswara, Suwardi,
Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi,
Epistemologi, dan Aplikasi (Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2006)
Kristakis, Christa, dkk. Connected: Dahsyatnya Kekuatan Jejaring Sosial Mengubah
Hidup Kita. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2009)
Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,
2012)
Lestari, Ellys Pembayun, Communication Quotient Kecerdasan Komunikasi dalam
Pendekatan Emosional dan Spiritual (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012).
Lexy J. Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2000).
Michael, A.
Huberman & Matthew B. Milles, Analisis Data Kualitatif. Terjemahan
Tjetjep Rohendi (Jakarta: UI-Press, 1992)
Mulyana, Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi
dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003)
Nasrullah, Ruli, media sosial persfektif komunikasi, budaya dan sosiotekhnologi.
(bandung: simbiosa rekatama media, 2015).
P, James, Spradley, metode Etnografi. (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1997).
Saiful, Bambang Ma’arif, Komunikasi Dakwah Paradigma untuk Aksi (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2010).
Surakhmad, Winarno, pengantar penelitian ilmiah; dasar dan tekhnik metode. ( Bandung;
Tarsito, 1990).
W. John, Cresswell, Qualitative Inquiry and Research Design Choosing Among Five
Traditions (London: Sage Publication, 1994
Yahya, Syekh ibn Hamzah al-Yamani, Pelatihan Lengkap Tazkiyatu Nafs, terj. Maman
Abdurrahman Assegaf (Jakarta: Zaman, 2012)
107
MERANTAU SEBAGAI KOMUNIKASI BUDAYA
MASYARAKAT MINANGKABAU
Umar Abdur Rahim SM, S.Sos.I., MA
[email protected]
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Riau
ABSTRAK
Kajian
ini
fokuspada
kajian
hakikat
merantau
sebagai
komunikasi
budayamasyarakat Minangkabau. Tentang bagaimana tradisi budaya membawa pesanpesan yang disampaikan, sesuai denganhakikat merantau bagi masyarakat Minangkabau
itu sendiri dan bagaimana budaya merantau sebagai komunikasi nilai-nilai budaya kepada
masyarakat luas.Pendekatan dalam kajian ini menggunakan kajian kepustakaan, dengan
mempelajari dan mengumpulkan data dari literature, buku-buku serta sumber yang relevan
dan mendukung. Hasil
menunjukkan bahwa hakikat merantau bagi masyarakat
minangkabau sarat akan nilai-nilai budaya dan komunikasi yang erat kaitannya dengan
nilai-nilai religi (agama Islam) yang sudah lama menjadi warisan nenek moyang dalam
pepatah minang “adat basandi syara’ syara’ basandi kitabullah” yang harus di aplikasikan
dalam kehidupan. Selain itu, hakikat merantau bagi masyarakat minangkabau juga
memiliki peranan yang sangat penting yaitu sebagai komunikasi budaya dalam
mengkomunikasikan dan meperkenalkan budaya minangkabau.
Kata Kunci : Merantau, Komunikasi, Budaya, Komunikasi budaya, Masyarakat Minangkabau
108
ABSTRACT
This study has focused on the nature of the Minangkabau people migrated as a cultural
communication. About how the cultural traditions carry the messages are delivered, in
accordance with the nature of the Minangkabau people migrated for itself and how culture
migrated as communication of cultural values to the community at large.The approach in
this study using research literature, by studying and collecting data from literature, books
and resources that are relevant and support. The results show that the fact traveled to
society minangkabau full of cultural and communication values are closely related to the
values of religion (Islam) which has long been the ancestral heritage in the proverbial
music "custom basandi Islamic Shari'ah basandi kitabullah" which must be applied in life.
Moreover, the fact traveled to society minangkabau also have a very important role as a
cultural communication to communicate and introduce the culture of Minangkabau.
Keywords : wander, Communication, Culture, Culture Communication, Minangkabau Society
PENDAHULUAN
Mengkaji tentang budaya dan komunikasi, sesungguhnya adalah suatu hal yang
unik dan menarik. Jika dikaitkan, ada banyak dari nilai-nilai budaya yang sesungguhnya
erat kaitannya dengan komunikasi. Hal ini dikarenakan budaya adalah suatu hal yang tidak
bisa dipisahkan dari kehidupan manusia seperti juga halnya komunikasi yang tidak bisa
dilepaskan dalam kehidupan manusia bahkan sudah merupakan bagian kekal dalam
kehidupan manusia seperti halnya bernapas (Cangara,2012:1).
Salah satu komunikasi budaya yang menarik untuk dikaji adalah budaya yang ada
dalam masyarakat minangkabau. Masyarakat yang berasal dari wilayah sumatera barat di
pulau sumatera ini adalah salah satu suku yang tidak saja terkenal akan keindahan alamnya
saja, tetapi juga terkenal dengan kaya akan nilai-nilai budaya dan tradisi yang beraneka
ragam dan menarik untuk dikaji.
Salah satu tradisi yang menarik untuk dikaji yang sarat akan nilai nilai tradisi dan
komunikasi antar budaya dalam masyarakat minangkabau adalah budaya merantau.
Merantau sesungguhnya adalah suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dari masyarakat
Minangkabau. Masyarakat minangkabau dikenal punya tradisi merantau yang kuat.
109
Mereka telah mengembara ke berbagai wilayah Asia tenggara serta ke wilayah lainnya
sejak berabad abad yang lalu. Sehingga, keturunan mereka sampai saat ini masih ada
bahkan berkembang dibanyak tempat diberbagai wilayah nusantara seperti Kalimantan,
Makasar, Aceh, Riau, Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu, Lampung dan wilayah lainnya.
Jika kita lihat, sebagian besar dari tokoh-tokoh Indonesia yang berpengaruh juga
adalah dari masyarakat minangkabau. Bangsa Indonesia tentu akan ingat dengan jasa-jasa
pejuang dan pahlawan negara ini yang berasal dari Ranah Minangkabau seperti
Mohammad Hatta, Syarifuddin, Sjahrir dan lainnya yang dianggap tokoh Indonesia paling
penting bersama dalam perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Semua tokoh-tokoh besar tersebut adalah para “perantuan”. Pencapaian yang tinggi
oleh perantau-perantau itu akhirnya menimbulkan pertanyaan, apa yang menjadi tujuan
dan filosofi orang Minang dalam merantau. Secara sederhana bisa direnungkan makna dari
sebuah pepatah bijak Minangkabau yaitu “Iduik bajaso, mati bapusako” (Hidup
berjasa,mati berpusaka) yang bermakna selagi hidup harus memberi jasa agar setelah mati
meninggalkan pusaka (warisan nama baik) yang dikenang sepanjang masa.
Jika ditela’ah secara bahasa, asal kata “merantau” itu sendiri sesungguhnya berasal
dari bahasa dan budaya minangkabau yaitu “rantau” yang dalam kamus besar bahasa
Indonesia mempunyai arti pantai di sepanjang teluk, negeri asing, negeri lain diluar
kampong halaman (KBBI.2014:1143). Rantau pada awalnya adalah sebutan untuk wilayah
yang berada diluar daerah “inti” Minangkabau (tempat awal mula peradaban
Minangkabau).
Peradaban Minangkabau wilayah inti itu disebut “darek” (darat) atau luhak nan
tigo, sedangkan akitifitas orang-orang dari wilayah inti yang kemudian beraktifitas ke
wilayah luar disebut “merantau” atau pergi ke wilayah rantau.
Lama kelamaan wilayah rantau pun jadi wilayah Minangkabau. Akhirnya wilayah
rantau menjadi semakin jauh dan luas, bahkan pada zaman modern sekarang ini wilayah
rantau orang minangkabau bisa disebut di seluruh dunia, walaupun wilayah tersebut secara
teritorial tidak masuk dalam kategori wilayah minangkabau.
Secara nilai tradisi, merantau berfungsi sebagai suatu perjalanan spiritual dan batu
ujian bagi lelaki Minangkabau dalam menjalani kehidupannya. Pada masa lalu,kaum lelaki
Minangkabau yang biasanya telah menguasai ilmu beladiri silat untuk menjaga diri
diperintahkan untuk berangkat pergi merantau dari kampung halaman ketempat yang jauh
110
hanya berbekal seandanya, bahkan tak jarang tanpa bekal sama sekali. Kehidupan yang
keras, jauh dari sanak saudara dan kampung halaman diharapkan menjadi cobaan untuk
menempa jiwa, kegigihan, dan keuletan lelaki minang dalam meningkatkan derajat
kehidupannya.
Kebiasaan merantau pada awalnya adalah sesuatu yang melekat pada kaum lelaki
masyarakat minangkabau saja, ini disebab karena orang minangkabau menganut sistem
matrilinear yang meletakkan
kaum ibu atau kaum perempuan sebagai penentu garis
keturunan.Sehingga dengan sistem ini penguasa harta pusaka dipegang oleh kaum
perempuan, sedangkan hak kaum laki-laki dalam hal ini cukup kecil. Selain itu setelah
masa akil baligh para pemuda tidak dapat tidur di rumah orang tuanya,karena rumah hanya
diperuntukan untuk kaum perempuan beserta suaminya dan anak–anaknya.
Bagi laki–laki minang merantau erat kaitanya dengan pesan nenek moyang
“karantau madang di hulu babuah babungobalun”. Anjuran merantau kepada laki–laki
karena belum berguna.Namun
pada perkembangannya, tradisi merantau tidak lagi
dilakukan oleh kaum lelaki saja, akan tetapi juga dilakukan oleh para kaum wanita dari
masyarakat minangkabau yang mengakibatkan semakin banyak masyarakat minangkabau
yang merantau. Sehingga akhirnya, nilai-nilai budaya minangkabau yang kental menyatu
dalam diri masyarakatnya ikut tersebar seiring dengan bertebarnya masyarakat
minangkabau yang tidak hanya diseluruh pelosok negeri namun juga tersebar dihampir
seluruh penjuru negeri yang ada didunia.
TINJAUAN PUSTAKA
a. Defenisi Komunikasi
Komunikasi adalah interasi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lainnya,
sengaja atau tidak sengaja, tidak terbatas bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal,
tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi (Shannon dan Weaver,
yang dikutip Cangara, 2011:2).
Riswandy (2009:5-7) merumuskan berbagai defenisi komunikasi mempunyai beberapa
pokok pengertian:
1) Komunikasi adalah suatu proses mengenai pembentukan penyampian, penurunan dan
pengolahan pesan. Membentuk pesan artinya menciptakan ide atau gagasan.
111
2) Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat
dan dapat terjadi dalam diri seseorang, antara dua orang, antara beberapa orang atau
banyak orang.
3) Komunikasi bersifat transaksional yang akan berhasil jika kedua belah pihak yang
terlibat mempunyai kesepakatan mengenai hal-hal yang dikomunikasikan
4) Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu, bahwa pelaku yang terlibat dalam
komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta tempat yang sama.
b. Fungsi Komunikasi
Begitu pentingnya komunikasi dalam hidup manusia, maka Harold D. Laswell
mengemukakan bahwa ada beberapa fungsi komunikasi antara lain(1) manusia dapat
mengontrol lingkungannya,(2) beradaptasi dengan lingkungan tempat mereka berada, serta
(3) melakukan transformasi warisan sosial kepada generasi berikutnya (Cangara, 2012:67).
c. Jenis Komunikasi
Satu-satunya alat untuk dapat berhubungan dengan orang lain di lingkungan nya adalah
komunikasi baik secara verbal maupun non verbal, karena pada dasarnya komunikasi
digunakan untuk menciptakan atau meningkatkan aktifitas hubungan antara manusia atau
kelompok. Berikut beberapa penjelasan tentang jenis-jenis atau tatanan dalam komunikasi.
1) Komunikasi Intrapribadi, komunikasi intrapribadi (intapersonal communication) adalah
komunikasi dengan diri sendiri,baik kita sadari atau tidak.
2) Komunikasi Antarpribadi, komunikasi antarpribadi (interpesonal communication)
adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan respon
verbal maupun nonverbal berlangsung secara langsung.
3) Komunikasi Kelompok, komunikasi kelompok merujuk pada komunikasi yang
dilakukan sekelompok kecil orang (small-group communication).
4) Komunikasi Publik, komunikasi publik adalah komunikasi antara seorang pembicara
dengan sejumlah orang (khalayak), yaitu tidak bisa dikenal satu persatu.
5) Komunikasi Organisasi, komunikasi organisasi (organizational communication) terjadi
dalam suatu organisasi, bersifat formal dan informal, dan berlangsung dalam jaringan
yang lebih besar dari komunikasi kelompok.
6) Komunikasi Massa, komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang
menggunakan media massa cetak maupun elektronik yang dikelola sebuah lembaga atau
112
orang yang dilembagakan yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar,
anonim, dan heterogen (Onong uchjana,2003:57).
PEMBAHASAN
1.
Merantau Dalam Adat Minangkabau
Masyarakatminangkabau adalah masyarakat yang secara mudah kebaradaannya
dapat dijumpai diberbagai pelosok Indonesia, bahkan di dunia. Mereka terkenal dengan
berbagai macam ragam budayanya dan juga terkenal akan kelezatan masakannya. Hal itu
semua dapat dikenal oleh masyarakat luasdikarenakan adanya sebuah tradisi budaya yang
ada dalam masyarakat minangkabau yaitu merantau.
Di Indonesia, merantau adalah suatu budaya yang hanya dimiliki oleh suku-suku
tertentu saja. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi (Stewart.2005:237). Selain
sukuminang, ada suku lain yang masyarakatnya juga terkenal dengan masyarakat perantau
seperti Jawa, Bugis, Banjar, Batak, dan sebagian orang di pantai Utara Jawa dan
Madura.Namun, filosofi dan tujuan merantau orang minangkabau berbeda dengan imigrasi,
urbanisasi, atau trasnmigrasi seperti halnya suku jawa atausuku lainnya.
Secara Historis, budaya merantau orang minangkabau sudah tumbuh dan
berkembang sejak berabad-abad silam. Para pengelana awal bangsa Eropa yang
mengunjungi Asia Tenggara mencatat bahwa orang Minangkabau sudah merantau ke
semenanjung Melayu jauh sebelum orang-orang kulit putih datang ke sana. Bahkan sebuah
laporan pertengahan Abad ke-19 yang tersimpan dalam arsip di Perpustakaan Leiden,
Negeri Belanda, menyebutkan tentang “The Minangkabau State in Malay Peninsula”
(Negara Minangkabau di Semenanjung Malaya).
Negeri itulah yang kemudian kita kenal sebagai Negeri Sembilan, salah satu kerajaan
yang mendirikan Negara Federasi Malaysia. Jadi mereka sudah mendirikan sebuah negara
di Semenanjung Malaya jauh sebelum berdiri di barisan terdepan dalam mendirikan sebuah
negara di semenanjung Malaya dan jauhsebelum berdiri dibarisan terdepan dalam
mendirikan negara Republik Indonesia.
2. Merantau Sebagai Komunikasi Budaya
113
Tradisi merantau orang minang sendiri terbangun dari budaya dinamis, egaliter,
mandiri dan berjiwa merdeka. Ditambah kemampuan bersilat lidah atau berkomunikasi
yang baik sebagai salah satu ciri khas mereka yang membuatnya mudah beradaptasi
dengan suku bangsa mana saja. Komunikasi yang dilakukan masyarakat minang adalah
sebagai sebuah realitas biasa dalam kehidupan manusia yang jika dilihat dari sudut fungsi
komunikasi adalah sebagai bentuk komunikasi social (Deddy.2007:5) dalam menyatakan
eksistensi dan aktualisasi dirinya untuk menjaga kelangsungan hidup ditengah-tengah
kehidupan masyarakat.
Zaman dulu kala merantau dilakukan dengan transportasi yang sangat sederhana
melewati sungai dan juga melintasi lautan yang memisahkan suatu daratan dengan daratan
lainnya yang mau tidak mau akhirnya membuat masyarakat minangkabau harus melakukan
hubungan antar budaya yang semakin banyak.
Rantau secara tradisional adalah wilayah ekspansi,daerah perluasan atau daerah
taklukan. Namun dalam perkembangan belakangan, konsep rantau dilihat dan dikaitkan
sebagai suatu yang menyajikan harapan untuk masa depan kehidupan yang lebih baik.
Merantau, erat kaitannya dengan konteks kehidupan, baik dari dimensi budaya,
komunikasi, sosial, ekonomi dan sebagainya.
Menurut perspektif Minangkabau merantau sesungguhnya memiliki nilai-nilai
filosofi yang erat kaitannya dengan ideologi, komunikasi dan sosiokultural yang bersumber
pada ajaraan Islam. Secara ideologi, merantau adalah suatu kebudayaan yang tidak bisa
dilepaskan dari keyakinan “adat basandi syarak, syarat basandi kitabullah” sehingga
merantau yang ada dalam adat minang sesungguhnya merujuk pada perintah Allah untuk
bertebaran di muka bumi dan kemudian mencari karunia Allah Swt (Quran Surah Al
Jumuah:10).
Selain itu, secara komunikasi, merantau sesungguhnya adalah bentuk implementasi
kehidupan dari apa yang diperintahkan Allah Swt yaitu agar manusia saling
berkomunikasi, saling mengenal satu dengan yang lainnya dan juga agar dapat melakukan
hubungan interaksi yang baik antara sesama manusia.Hal ini dapat dilihat dalam Al-quran
sebagai berikut :
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara
114
kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujuraat :13).
Sedangkan secara sosiokultural merantau adalah sebagai tahapan yang harus dilalui
laki-laki minangkabau yang sudah beranjak dewasa yang pergi meninggalkan kampung
halamanya untuk menambah wawasan dan pengalaman hidup guna untuk menambaha
ilmu, mengubah nasib menjadi lebih baik lagi dan untuk menaikkan level stratifikasi sosial
keluarganya dalam kehidupan masyarakat.
Masyarakat minang merantau dengan kemauan dan kemampuannya sendiri. Mereka
melihat proses ini semacam penjelajahan, proses hijrah, untuk membangun kehidupan yang
lebih baik.Dalam alam pikiran orang Minangkabau analog dengan dunia agraris kampung
halaman atau tanah kelahiran ibaratnya persemian yang berfungsi untuk menumbuhkan
bibit. Setelah bibit tumbuh, mereka harus keluar dari persemian ke lahan yang lebih luas
agar menjadi pohon yang besar, kemudian berbuah.
Proses seperti inilah yang dialami dan kemudian terlihat pada tokoh-tokoh asal
Minangkabau yang berkiprah di dunia yang jauh lebih luas seperti muhammad Hatta,
Sutan Sjahrir, Muhammad Yamin, Buya Hamka, Muhammad Natsir, Haji Agus Salim,
atau generasi yang lebih belakangan lahir, mereka tumbuh mengalami masa kecil dan
remaja di kampung, lalu pergi merantau.
Namun, setinggi-tingginya jabatan atau kesuksesan orang minang di negeri rantau, ia
akan selalu ingat dengan kampong halamannya. Hal ini sesuai dengan pepatah minang
yang menyatakan
“satinggi tinggi tabang bangau, nan suruiknyo ka kubangan
juo” .sehingga filosofi ini jugalah yang membuat orang minang dimanapun ia berada,
membawa selalu nilai-nilai budaya yang berasal dari kampung halamannya di negeri
orang. Sehingga hal inilah yang akhirnya membuat budaya minang di kenal oleh
masyarakat luas diseluruh belahan dunia.
Dalam kenyataannya, orang minang adalah orang yang pandai dalam merantau.Hal
ini dikarenakan, mereka adalah masyarakat yang pandai dalam berkomunikasi.Mereka
selalu mudah membaur, jarang terlibat konflik ke mana pun mereka merantau, dimana pun
berada, orang Minang memiliki daya adaptasi yang tinggi dengan lingkungannya. Ini
sesuai dengan ungkapan yang merupakan pedoman hidup mereka “dimana bumi dipijak, di
situ langit di junjung”.
Kemahiran masyarakat minang dalam berinteraksi karena budaya dan perilaku hidup
mereka yang terbuka, tidak eksklusif, dan hidup membaur dengan masyarakat setempat.
115
Karena daya adaptasi, kemampuan menyesuaikan diri yang tinggi itu mereka pun diterima
oleh masyarakat di mana mereka berada. Mereka diterima menjadi pemimpin formal
maupun informal dirantaunya masing-masing. Budaya merantaulah yang menyebabkan
orang Minang tersebar dan mempunyai peranan di mana-mana, di berbagai kota dan
pelosok di Indonesia dan mancanegara.
Meskipun orang Minang selalu membaur dan mudah menyesuaikan dengan
lingkungannya di rantau, namun ada sesuatu hal yang unik dan selalu menjadi ciri khas
mereka, yakni kepedulian dan kecintaan kepada kampung halaman.Hal ini disebabkan
karena masyarakat minang adalah masyarakat yang menganut sistem matriliniar
(keturunan garis ibu), jelas mereka mempunyai rasa cinta yang sangat besar kepada ibu
yang melahirkannya. Demikian pula dalam hal mencintai tanah kelahiran atau kampung
halamannya.
Kecintaan kepada kampung halaman mereka ditunjukan, setidaknya dalam dua hal;
yang pertama, kepedulian yang tinggi kepada negeri asal kampung halaman dan adat
budayanya. Kedua, di mana tempat mereka berada, mereka membangun ikatan-ikatan
kekeluargaan dalam bentuk kesatuan se-negeri asal dalam ikatan kekeluargaan Minang.
Di rantau mereka tetap mereka tetap mempertahankan jati diri sebagai orang Minang
yang menganut “adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah”. Mereka tetap setia
memlihara nilai-nilia budaya, adat istiadat, tradisi, dan kesenian dari daerah asal mereka
sendiri.
KESIMPULAN
Secara Historis, budaya merantau orang Minangkabau sudah tumbuh dan
berkembang sejak berabad-abad silam.Tradisi merantau orang Minang terbangun dari
budaya dinamis, egaliter, mandiri dan berjiwa merdeka. Ditambah kemampuan
berkomunikasi sebagai salah satu ciri khas yang membuatmereka mudah beradaptasi
dengan suku bangsa mana saja.
Orang minang dimanapun ia berada, membawa selalu nilai-nilai budaya dinegeri
orang sebagai pelepas rindu akan kampung halamannya. Dalam kehidupan sehari-hari
seperti dalam hal masakan, kebiasan-kebiasaan, bahasa maupun yang lainnya, tradisi
minang selalu melekat dalam diri mereka.Sehingga aktifitas merantau yang mereka
lakukan, selain sebagai sebuah tradisi, juga sekaligus sebagai sarana komunikasi budaya
116
dalam meperkenalkan nilai-nilai budaya sehingga akhirnya membuat budaya mereka di
kenal oleh masyarakat luas bahkan diseluruh belahan dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama Republik Indonesia. 1990. Al-Quran & Terjemahan. TohaPutra.
Semarang
Deddy Mulyana. 2007, Ilmu Komunikasi “Suatu Pengantar”, Rosda Karya, Bandung
Deddy Mulyana. 2003, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rosda Karya, Bandung
Hafied Cangara. 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi, Rajawali Press, Jakarta
Naim,
Mochtar,1979.
Merantau:
"Pola
Migrasi
Suku
Bangsa
Minangkabau".
Yogyakarta:Gadjah Mada University Press,
Onong Uchjana Effendi. 2003, Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi, PT.Citra Aditya
Bakti, Bandung
Riswandi, 2009. Ilmu Komunikasi (Cetakan Pertama). Yogyakarta : Graha Ilmu
Steward L.Tubbs. 2005, Human Communication, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
http://farahcamilla.blogspot.co.id/2016/04/merantau-dalam-masyarakat-minangkabau.html
https://zafriadihistory.wordpress.com/2014/12/24/merantau-dalam-masyarakatminangkabau/
https://id.wikipedia.org/wiki/Orang_Minangkabau
117
117
Download