strategi pengendalian standar kualitas produk furniture ekspor pada

advertisement
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang penilaian
higiene dan sanitasi tempat peternakan sapi dan tempat pemerahan susu sapi
segar, jumlah bakteri Coliform yang terkandung di dalam susu sapi segar dan
mengkaji hubungan higiene dan sanitasi berbagai lingkungan peternakan dan
pemerahan terhadap jumlah bakteri Coliform pada susu sapi segar di Desa
Kayumas Kabupaten Klaten.
A. Hasil Penelitian
1. Karakteristik penjamah susu sapi segar
Observasi higiene dan sanitasi dilakukan di 12 tempat peternakan sapi dan
pemerahan susu sapi segar yang ada di Desa Kayumas Kabupaten Klaten.
Peternakan dan pemerahan susu sapi segar yang ada di Desa Kayumas dikelola
oleh masing-masing individu secara pribadi yaitu para warga Desa Kayumas,
yang selanjutnya susu sapi hasil pemerahan di kumpulkan di KUD. Penelitian ini
mengambil sampel susu sapi segar di masing-masing tempat pemerahan yang
dikelola oleh masing-masing warga secara pribadi. Salah satu faktor yang
mempengaruhi nilai hygiene dan sanitasi adalah penjamah. Penjamah yang
dimaksud dalam penelitian ini yaitu para pemerah susu sapi. Penelitian ini
dilakukan di 12 lokasi pemerahan yang berbeda dengan karakteristik penjamah
susu sapi yang dipaparkan pada Tabel 3.
38
Tabel 3. Karakteristik Penjamah Susu Sapi
Karakteristik penjamah susu
sapi
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Umur
20-30 tahun
31-40 tahun
> 40 tahun
Pendidikan terakhir SD
SLTP
SLTA
S1
Pengalaman
< 1 tahun
1-2 tahun
2-3 tahun
> 4 tahun
Jumlah
8
4
2
6
4
3
3
5
1
1
2
4
5
Persentase
(%)
66,67
33,37
16,67
50,00
33,37
25,00
25,00
41,67
8,30
8,30
16,67
33,37
41,67
Karakteristik penjamah susu sapi segar yaitu pemerah susu sapi dalam
penelitian ini beragam karakteristiknya. Pemerah susu sapi memiliki beragam
jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir dan lama pengalaman menjadi pemerah
susu sapi.
2. Penilaian higiene dan sanitasi tempat peternakan sapi dan pemerahan
susu sapi
Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan
observasi dan mengisi lembar inspeksi higiene sanitasi. Penilaian higiene sanitasi
dilakukan menggunakan formulir inspeksi higiene peternakan sapi dan pemerahan
susu sapi yang disusun berdasarkan Pedoman Teknis Pengembangan Budidaya
Sapi Perah Direktorat Budidaya Ternak Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan Tahun 2012.
Masing-masing pertanyaan dalam formulir inspeksi mempunyai nilai atau
bobot. Nilai higiene sanitasi diperoleh dengan menghitung jumlah total nilai
39
keseluruhan. Formulir penilaian higiene sanitasi dan hasil pengisian dapat dilihat
pada lampiran 1. Total nilai yang dapat diperoleh maksimal 100%. Nilai higiene
dan sanitasi sebesar 71-80% dikatakan cukup baik, nilai sebesar 81-90%
dikatakan baik dan nilai 91-100% dikatakan sangat baik.
Tabel 4. Hasil Penilaian Higiene dan Sanitasi Tempat Peternakan Sapi dan
Pemerahan Susu Sapi
Nilai Higiene dan Sanitasi (%)
Lokasi Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek
1
2
3
4
5
6
1
40
40
70
80
70
80
2
100
80
70
70
90
80
3
50
80
70
80
70
80
4
80
80
70
70
90
80
5
80
100
70
70
70
80
6
70
80
70
70
90
70
7
100
100
70
80
70
80
8
70
80
70
80
90
80
9
100
100
70
50
90
80
10
50
60
70
50
70
80
11
50
60
40
70
70
70
12
100
100
90
100
80
100
Ratarata
63,33
81,67
71,67
78,33
78,33
75,00
83,33
78,33
81,67
63,33
60,00
95,00
Kriteria
Kriteria
Bobot
Kurang baik
Baik
Cukup baik
Cukup baik
Cukup baik
Cukup baik
Baik
Cukup baik
Cukup baik
Kurang baik
Kurang baik
Sangat baik
< 70%
81-90%
71-80%
71-80%
71-80%
71-80%
81-90%
71-80%
71-80%
< 70%
< 70%
91-100%
Keterangan :
Aspek 1 = Perawatan kebersihan kandang
Aspek 2 = Perawatan kesehatan dan kebersihan hewan
Aspek 3 = Perawatan kebersihan alat-alat pemerah
Aspek 4 = Keadaan kebersihan pemerahan
Aspek 5 = Kesehatan pemerah atau pekerja
Aspek 6 = Pemberian makan
Observasi higiene dan sanitasi dilakukan di 12 lokasi peternakan dan
pemerahan yang ada di Desa Kayumas yang dilakukan pada Bulan Juli 2016.
Hasil penilaian higiene dan sanitasi peternakan sapi dan pemerahan susu sapi
yang ada di 12 tempat di Desa Kayumas Klaten menunjukkan bahwa hanya
terdapat 1 tempat pemerahan dan peternakan yang mempunyai nilai higiene dan
40
sanitasi sangat baik, 2 tempat mempunyai nilai higiene dan sanitasi baik, 6 tempat
mempunyai nilai higiene dan sanitasi cukup baik dan sebanyak 3 tempat
peternakan dan pemerahan susu sapi mempuyai nilai higiene dan sanitasi kurang
baik. Gambaran higiene dan sanitasi peternakan dan pemerahan susu sapi
dipaparkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Nilai Higiene dan Sanitasi Peternakan dan Pemerahan Susu Sapi
Nilai higiene dan sanitasi berdasarkan aspek perawatan kebersihan
kandang dari 12 tempat peternakan yang ada di Desa Kayumas menunjukkan
bahwa sebanyak 4 tempat peternakan telah melakukan aspek perawatan kandang
dengan sangat baik, 2 tempat peternakan melakukan dengan baik, 2 tempat
peternakan melakukan dengan cukup baik dan 4 tempat peternakan telah
melakukan perawatan kebersihan kandang dengan kurang baik. Hasil penilaian
higiene dan sanitasi berdasarkan aspek perawatan kesehatan dan kebersihan
hewan menunjukkan bahwa sebanyak 4 tempat peternakan telah melakukan
perawatan kesehatan dan kebersihan hewan dengan sangat baik, 5 tempat
41
peternakan telah melakukan dengan baik, 3 tempat peternakan telah melakukan
dengan kurang baik. Hasil penilaian higiene dan sanitasi berdasarkan aspek
perawatan kebersihan alat-alat pemerah menunjukkan bahwa sebanyak 1 tempat
peternakan telah melakukan perawatan kebersihan alat-alat pemerah dengan
sangat baik, 10 tempat peternakan telah melakukan dengan cukup baik, 1 tempat
peternakan telah melakukan dengan kurang baik. Hasil penilaian higiene dan
sanitasi berdasarkan aspek keadaan kebersihan pemerahan menunjukkan bahwa
sebanyak 1 tempat peternakan telah melakukan kebersihan pemerahan dengan
sangat baik, 4 tempat peternakan telah melakukan dengan baik, 5 tempat
peternakan telah melakukan dengan cukup baik dan 2 tempat peternakan telah
melakukan dengan kurang baik. Hasil penilaian higiene dan sanitasi berdasarkan
aspek kesehatan pemerah atau pekerja menunjukkan bahwa sebanyak 5 tempat
peternakan telah melakukan aspek kesehatan pemerah atau pekerja dengan sangat
baik, 1 tempat peternakan telah melakukan dengan baik, 6 tempat peternakan telah
melakukan dengan cukup baik. Hasil penilaian higiene dan sanitasi berdasarkan
aspek pemberian makan menunjukkan bahwa sebanyak 10 tempat peternakan
telah melakukan aspek pemberian makan dengan baik, dan 2 tempat peternakan
telah melakukan dengan cukup baik.
3. Uji indikator mikrobiologis susu sapi segar
Uji indikator mikrobiologis susu sapi segar yang dilakukan pada penelitian
ini berupa pemeriksaan angka kuman atau angka lempeng total (ALT) dan uji
keberadaan Coliform menggunakan metode Most Probable Number (MPN).
Pemeriksaan Angka Lempeng Total (ALT) ini dilakukan dengan menggunakan
42
media Plate Count Agar (PCA) dengan metode pour plate. Sampel susu sapi
segar diencerkan menggunakan NaCl steril 0,9% kemudian diisolasi dan
diinkubasi terbalik pada suhu 37ºC selama 24-48 jam.
Uji mikrobiologis lainnya yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
pemeriksaan Coliform. Pemeriksaan jumlah Coliform pada susu segar dilakukan
melalui pemeriksaan Most Probable Number (MPN) yaitu melalui uji pendugaan
dan penegasan. Pada saat uji pendugaan, sampel susu sapi segar diisolasi dengan
menggunakan media Lauryl Sulphate Tryptose Broth (LSTB). Setelah dilakukan
uji pendugaan dilanjutkan dengan uji penegasan dengan memindahkan biakan ke
media Essay kemudian diinkubasi pada suhu 44ºC selama 48 jam. Hasil
pemeriksaan MPN Coliform dan jumlah total bakteri dipaparkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Coliform dan Jumlah Total Bakteri Susu Sapi
Lokasi
Lokasi 1
Lokasi 2
Lokasi 3
Lokasi 4
Lokasi 5
Lokasi 6
Lokasi 7
Lokasi 8
Lokasi 9
Lokasi 10
Lokasi 11
Lokasi 12
Jumlah
Coliform
MPN/mL
>1100
460
>1100
1100
1100
1100
240
460
460
>1100
>1100
3,6
Baku
Jumlah Total
Baku Mutu
Mutu
Bateri
MPN/mL
cfu/mL
cfu/mL
2
6
2 x 10
9,9 x 10
5 x 104
2 x 102
1,2 x 105
5 x 104
2 x 102
4,3 x 105
5 x 104
2 x 102
4,5 x 105
5 x 104
2 x 102
2,7 x 105
5 x 104
2 x 102
3,0 x 105
5 x 104
2 x 102
1,6 x 106
5 x 104
2 x 102
1,0 x 105
5 x 104
2 x 102
6,1 x 104
5 x 104
2 x 102
7,5 x 105
5 x 104
2 x 102
7,3 x 105
5 x 104
2 x 102
2,7 x 103
5 x 104
Hasil pemeriksaan MPN Coliform susu sapi pada Tabel 5 menunjukkan
bahwa sampel susu sapi segar yang diambil di berbagai lokasi di pemerahan sapi
43
Desa Kayumas secara keseluruhan mengandung Coliform. Berdasarkan SNI 7388:
2009 tentang Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Pangan, baku mutu
kandungan Coliform dalam bahan pangan sebesar 2 x 102 MPN/mL. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dari 12 sampel susu sapi yang diambil dari
masing-masing tempat pemerahan susu sapi yang ada di Desa Kayumas, hanya
terdapat satu sampel yang mengandung Coliform kurang dari baku mutu yang
diizinkan berdasar pada SNI 7388: 2009 dan sebanyak 11 sampel susu sapi segar
yang diambil dari 11 lokasi pemerahan yang berbeda di Desa Kayumas
mengandung Coliform melebihi batas baku mutu yang diizinkan berdasarkan pada
SNI 7388: 2009.
Hasil pemeriksaan angka lempeng total susu sapi segar yang diambil dari
12 tempat pemerahan yang berbeda di Desa Kayumas juga memberikan hasil
serupa yaitu hanya satu sampel susu sapi segar yang mempunyai kandungan total
mikroorganisme kurang dari baku mutu yang diizinkan berdasarkan pada SNI
7388: 2009. Sebanyak 11 sampel susu segar yang diambil dari 11 tempat
pemerahan di Desa Kayumas mempunyai kandungan total mikroorganisme yang
melebihi batas baku mutu yang diizinkan berdasar pada SNI 7388: 2009.
Berdasarkan hasil pemeriksaan angka lempeng total dan MPN Coliform
menunjukkan bahwa susu sapi segar yang diambil dari 12 peternak di Desa
Kayumas
Klaten
mempunyai
kualitas
rendah
ditinjau
dari
kandungan
mikroorganisme didalamnya. Hasil ini serupa dengan penelitian yang dilakukan
oleh Wijiastutik (2012) bahwa susu sapi yang diambil dari para peternak di
Kecamatan Mojosongo Boyolali mengandung mikroba yang melebihi batas
44
minimum yang diizinkan. Menurut Wijiastutik (2012), rendahnya kualitas susu
dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu intrinsik (dari dalam hewan) dan faktor
ekstrinsik (lingkungan, pemerah, dan alat yang digunakan). Pembahasan
selanjutnya akan mengkaji pengaruh higiene dan sanitasi peternakan dan
pemerahan terhadap indikator mikrobiologis susu.
4. Gambaran hubungan higiene sanitasi peternakan sapi dan pemerahan
susu sapi dengan indikator mikrobiologis
Gambaran hubungan higiene sanitasi peternakan sapi dan pemerahan susu
sapi dengan indikator mikrobiologis dilakukan dengan mengolah data higiene
sanitasi dan hasil uji indikator mikrobiologis ke dalam satu tabel. Tabel tersebut
dipaparkan pada Tabel 6.
Tabel 6. Hubungan Higiene Sanitasi Peternakan dan Pemerahan dengan jumlah
Coliform dan angka lempeng total
Jumlah
Coliform
Angka kuman
Kriteria
MPN/mL
cfu/mL
Tidak baik
Baik
Cukup baik
Cukup baik
Cukup baik
Cukup baik
Baik
Cukup baik
Cukup baik
Tidak baik
Tidak baik
Sangat baik
>1100
460
>1100
1100
1100
1100
240
460
460
>1100
>1100
3,6
9,9 x 106
1,2 x 105
4,3 x 105
4,5 x 105
2,7 x 105
3,0 x 105
1,6 x 106
1,0 x 105
6,1 x 104
7,5 x 105
7,3 x 105
2,7 x 103
Higiene sanitasi
Lokasi
Lokasi 1
Lokasi 2
Lokasi 3
Lokasi 4
Lokasi 5
Lokasi 6
Lokasi 7
Lokasi 8
Lokasi 9
Lokasi 10
Lokasi 11
Lokasi 12
Persentase
nilai (%)
63,33
81,67
71,67
78,33
78,33
75,00
83,33
78,33
81,67
63,33
60,00
95,00
Hasil hubungan antara nilai higiene dan sanitasi peternakan sapi dan
pemerahan susu sapi dengan indikator mikrobiologis menunjukkan bahwa
45
semakin baik kriteria higiene dan sanitasi memperlihatkan jumlah bakteri
Coliform dan jumlah total bakteri yang terkandung di dalam susu sapi segar
semakin sedikit.
B. Pembahasan
Penelitian ini mengkaji aspek higiene dan sanitasi peternakan dan
pemerahan susu api terhadap jumlah Coliform dan jumlah total mikroorganisme
yang terdapat pada susu sapi segar yang diambil dari peternakan Desa Kayumas
Klaten. Susu sapi merupakan minuman dengan kandungan gizi yang tinggi yang
diambil dari hasil pemerahan sapi. Proses pemerahan dan serta kondisi kebersihan
dan kesehatan sapi dapat mempengaruhi kualitas susu sapi yang diperah. Hal ini
karena banyaknya sumber kontaminan yang dapat mengkontaminasi susu sapi
merupakan hal-hal yang harus diperhatikan untuk menjaga kualitas susu sapi.
1. Higiene dan sanitasi peternakan dan pemerahan susu sapi
Higiene dan sanitasi yang dapat mempengaruhi kualitas susu merupakan
kontribusi dari higiene dan sanitasi peternakan dan juga higiene dan sanitasi
pemerahan. Higiene dan sanitasi peternakan dan pemerahan yang dikaji dalam
penelitian ini berdasarkan Pedoman Teknis Pengembangan Budidaya Sapi Perah
Direktorat Budidaya Ternak Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan Tahun 2012 meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a. Aspek perawatan kebersihan kandang
Aspek perawatan kebersihan kandang seharusnya memperhatikan
kondisi lantai kandang di mana lantai kandang sebaiknya terbuat dari semen
46
atau tanah padat yang mudah dibersihkan dan mempunyai kemiringan 5%
tidak licin, tidak kasar, mudah kering dan tahan injak. Kandang diharapkan
mempunyai sirkulasi udara (agak terbuka) dan juga mempunyai drainase dan
saluran pembuangan limbah yang baik, serta mudah dibersihkan. Kebersihan
kandang juga harus dijaga dengan cara mensucihamakan seluruh bagian
kandang dan peralatan yang pernah dipakai dengan desinfektan, seperti
creolin, lysol, dan bahan-bahan lainnya. Kotoran hewan sebaiknya di
tempatkan di tempat yang terpisah dengan kandang.
Hasil penilaian higiene dan sanitasi berdasarkan aspek perawatan
kebersihan kandang dari 12 tempat peternakan yang ada di Desa Kayumas
menunjukkan kriteria yang sangat baik sebanyak 4 tempat, kriteria baik
sebanyak 2 tempat, kriteria cukup baik sebanyak 2 tempat dan kriteria kurang
baik sebanyak 4 tempat. Sebagian besar peternak yang ada di Desa Kayumas
tidak mensucihamakan peralatan dan kandang terlebih dahulu dan hanya
dicuci dengan sabun, selain itu drainase dan saluran pembuangan limbah
belum dibuat dengan baik serta tidak semua tempat peternakan dibuat miring.
Meskipun demikian, hampir semua tempat peternakan mempunyai lantai
yang cukup mudah dibersihkan, sebagian lantai terbuat dari semen dan
sebagian lagi masih berupa tanah yang sudah memadat.
b. Nilai higiene dan sanitasi berdasarkan aspek perawatan kesehatan
dan kebersihan hewan
Aspek perawatan kesehatan dan kebersihan hewan seharusnya
memperhatikan kesehatan hewan dengan melakukan pemeriksaan kesehatan
sapi secara rutin yaitu selama 3 bulan sekali dan melakukan vaksinasi sesuai
47
petunjuk. Kebersihan hewan juga harus dijaga dengan baik dengan selalu
menjaga lantai agar tetap kering, melakukan pemisahan sapi antara sapi yang
sehat dan sapi yang sakit, memandikan sapi secra teratur degan air bersih dan
kandang dibersihkan secara teratur yaitu setiap hari kandang harus
dibersihkan.
Hasil penilaian higiene dan sanitasi berdasarkan aspek perawatan
kesehatan dan kebersihan hewan menunjukkan bahwa sebanyak 4 tempat
memiliki nilai higiene dan sanitasi yang sangat baik, sebanyak 5 tempat
mempunyai kriteria yang baik, dan sebanyak 3 tempat peternakan telah
melakukan perawatan kesehatan dan kebersihan hewan dengan kurang baik.
Artinya bahwa sebagian peternak yang ada di Desa Kayumas telah melaukan
perawatan dan kesehatan hewan dengan baik. Pemeriksaan sapi telah
dilakukan secara rutin oleh para peternak selama 3 bulan sekali, vaksinasi
juga selalu dilakukan sesuai petunjuk dan peternak telah sadar mengenai
bahaya penularan penyakit dengan selalu melakukan pemisahan antara sapi
yang sehat dan sapi yang sedang sakit. Kandang selalu dibersihkan setiap hari
dan sapi dimandikan secara teratur dengan air bersih oleh para peternak
meskipun sebagian peternak belum melakukannya, Faktor yang masih belum
menjadi perhatian bagi para peternak mengenai lantai yang harus selalu
kering. Sebagian besar peternak sulit untuk menjaga agar lantai selalu kering.
Tidak keringnya lantai kandang karena belum semua lantai kandang dibuat
miring dan dilengkapi dengan drainase yang baik. Hampir semua kandang
kondisinya terbuka sehingga ketika hujan, sebagian air hujan masuk ke dalam
kandang dan selain itu juga akibat kotoran yang dikeluarkan oleh sapi.
48
c. Nilai higiene dan sanitasi berdasarkan aspek perawatan kebersihan
alat-alat pemerah
Aspek
perawatan
kebersihan
alat-alat
pemerah
seharusnya
memperhatikan ha-hal sebagai berikut: air yang digunakan untuk mencuci
alat pemerahan harus memenuhi persyaratan baku mutu air. Alat pemerah
harus selalu dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan, alat pemerah yang
digunakan harus sesuai dengan peruntukannya dan tidak dicampur-campur
serta selalu melakukan sterilisasi alat pemerah sebelum digunakan.
Hasil penilaian higiene dan sanitasi berdasarkan aspek perawatan
kebersihan alat-alat pemerah menunjukkan bahwa sebanyak 1 tempat
peternakan telah melakukan perawatan kebersihan alat-alat pemerah dengan
sangat baik, sebanyak 10 tempat dengan kriteria cukup baik dan sebanyak 1
tempat dengan kriteria kurang baik. Hasil ini menunjukkan bahwa perawatan
kebersihan alat-alat pemerah telah dilakukan dengan baik oleh para peternak
yang ada di Desa Kayumas. Peternak selalu mencuci menggunakan sabun
peralatan yang akan digunakan untuk memerah dan dengan menggunakan air
yang diambil dari sumur. Alat-alat yang digunakan untuk memerah telah
disiapkan tersendiri sesuai dengan fungsinya masing-masing. Meskipun
demikian, hampir semua peternak yang ada di Desa Kayumas tidak
melakukan sterilisasi peralatan pemerah. Alat pemerah yang telah dicuci
hanya dikeringkan diudara terbuka di bawah panas matahari.
d. Nilai higiene
pemerahan
dan
sanitasi
berdasarkan
keadaan
kebersihan
Aspek keadaan kebersihan pemerahan dalam menilai higiene dan
sanitasi harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: sebelum pemerahan
49
dilakukan pembersihan kandang terlebih dahulu, sebelum pemerahan dahulu,
ambing dibersihkan dan susu langsung disaring ditempat bersih.
Hasil penilaian higiene dan sanitasi berdasarkan aspek keadaan
kebersihan pemerahan menunjukkan bahwa sebanyak 1 tempat peternakan
telah melakukan kebersihan pemerahan dengan sangat baik, sebanyak 4
dengan kriteria baik, sebanyak 5 tempat peternakan dengan kriteria cukup
baik dan sebanyak 2 tempat peternakan dengan kriteria kurang baik. Semua
pemerah di Desa Kayumas telah sadar mengenai pentingnya kebersihan susu
yang diperah dengan langsung menyaringnya dan ditempatkan ditempat yang
bersih dan tertutup. Namun, beberapa peternak masih belum melakukan
kebersihan kandang sebelum pemerahan, tidak memandikan sapi sebelum
proses pemerahan dan juga tidak membersihkan ambing.
e. Nilai higiene dan sanitasi berdasarkan aspek kesehatan pemerah atau
pekerja
Aspek kesehatan pemerah juga harus diperhatikan dalam melakukan
evaluasi higiene dan sanitasi. Pemeriksaan status kesehatan secara rutin
kepada pekerja seharusnya selalu dilakukan. Pekerja memakai pakaian kerja
yang bersih dan sepatu bot, pekerja tidak memakai perhiasan di dalam area
kandang dan waktu melakukan proses pemerahan, pekerja berperilaku
bersih/higienis dan terdapat pelatihan rutin terhadap setiap pekerja terkait
dengan biosekuriti, higiene dan sanitasi.
Hasil penilaian higiene dan sanitasi berdasarkan aspek kesehatan
pemerah atau pekerja menunjukkan bahwa sebanyak 5 tempat peternakan
telah melakukan aspek kesehatan pemerah atau pekerja dengan sangat baik,
50
sebanyak 1 tempat peternakan memiliki kriteria baik, sebanyak 6 tempat
peternakan memiliki kriteria cukup baik. Peternakan yang ada di Desa
Kayumas telah terorganisir dengan baik dan sering mendapat penyuluhan dan
pelatihan dari Dinas Peternakan setempat. Semua peternak Desa Kayumas
yang dikaji dalam penelitian ini telah mengikuti pelatihan secara rutin namun
tidak melakukan statsu kesehatan dirinya secara rutin. Sebagian peternak
tidak menggunakan pakaian kerja yang bersih dan sepatu bot ketika bekerja
dan sebagian besar peternak masih menggunakan perhiasan ketika memerah
susu sapi.
f. Nilai higiene dan sanitasi aspek pemberian makan
Aspek pemberian makan merupakan aspek yang pening dalam
memperhatikan masuknya sumber kontaminan ke dalam tubuh ternak/sapi
sehingga perlu diperhatikan dengan baik. Sapi harus selalu disediakan air
minum yang bersih sesuai dengan persyaratan baku mutu air, tempat pakan
dan minum ditempatkan di luar kandang dan masih berada dalam satu atap,
tempat pakan dibuat agak tinggi agar pakan tidak diinjak-injak, dan tempat
minum dibuat permanen dari semen dan sedikit leih tinggi dari permukaan
lantai.
Hasil penilaian higiene dan sanitasi berdasarkan aspek pemberian
makan menunjukkan bahwa sebanyak 10 tempat peternakan telah melakukan
aspek pemberian makan dengan baik dan sebanyak 2 tempat peternakan telah
melakukan aspek pemberian makan dengan cukup baik. Sapi diberi air
minum yang bersih yang diambil dari sumur oleh para peternak Desa
51
Kayumas. Beberapa peternak telah menyediakan tempat makan dan minum
sapi yang berada di luar kandang namun masih di bawah atap, dan telah
menyediakan tempat makan ditempat yang agak tinggi. Namun sebagian
besar tempat minum sapi belum terbuat dari semen dan hanya menggunakan
ember plastik besar.
2. Higiene sanitasi peternakan sapi dan pemerahan susu sapi dengan
jumlah Coliform dan jumlah total bakteri
Susu yang masih dalam kelenjar susu dapat dikatakan steril tetapi setelah
keluar dari puting dapat terjadi kontaminasi. Faktor yang berpengaruh besar
terhadap kualitas susu segar adalah adanya bakteri baik bakteri patogen maupun
bakteri non patogen. Jumlah bakteri dalam susu dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor baik yang berasal dari hewannya sendiri (faktor intrinsik) maupun yang
berasal dari luar tubuhnya (faktor ekstrinsik) (Hadiwiyoto, 1994: 15). Oleh karena
itu, higiene dan sanitasi peternakan dan juga pemerahan susu merupakan faktor
yang diduga dapat mempengaruhi kualitas susu. Berdasarkan sampel susu segar
yang diambil di 12 peternakan yang ada di Desa Kayumas dilakukan uji MPN
Coliform dan uji ALT untuk mengetahui kandungan bakter Coliform dan juga
angka kuman yang terkandung di dalam susu. Sampel susu sapi yang digunakan
untuk uji indikator mikrobiologis merupakan susu sapi hasil pemerahan yang
ditambung di ember sebelum dilakukan penyaringan ke dalam wadah tertutup.
Berdasarkan hasil uji MPN Coliform dan ALT menunjukkan bahwa dari
12 susu sapi segar yang diambil dari 12 peternakan di Desa Kayumas, hanya 1
sampel yang dinyatakan mempunyai kandungan Coliform dan angka kuman
kurang dari batas minimal yang diizinkan berdasarkan SNI 7388:2009, tentang
52
Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Pangan. Sampel susu sapi segar yang
memiliki kandungan Coliform dan jumlah total bakteri yang rendah, memiliki
nilai higiene dan sanitasi dengan kriteria yang sangat tinggi. Sedangkan 11 sampel
susu segar lainnya memiliki kandungan Coliform dan Angka kuman melebihi
batas baku yang didizinkan menurut SNI dan memiliki nilai higiene dan sanitasi
yang baik (2 sampel), cukup baik (6 sampel) dan kurang baik (3 sampel). Dengan
demikian, nilai higiene dan sanitasi peternakan dan pemerahan susu sapi
mempengaruhi jumlah kandungan Coliform dan Angka kuman dalam susu sapi
segar.
Coliform merupakan bakteri indikator yang dapat digunakan untuk melihat
tingkat sanitasi dari lingkungan maupun kebersihan dari ternak. Jumlah Coliform
dalam susu juga dipengaruhi oleh musim pada saat pemerahan. Penelitian yang
dilakukan oleh Van Schaik menunjukkan bahwa jumlah Coliform susu pada
musim panas lebih tinggi bila dibandingkan dengan musim dingin. Musim panas
sangat mendukung bakteri Coliform dan golongan termodurik atau tahan panas
untuk tumbuh dan berkembang yang menyebabkan jumlah Coliform dan angka
kuman dalam susu meningkat. Jumlah Coliform dalam susu sangat berhubungan
dengan tingkat sanitasi dan manajemen pemerahan susu. Pada saat pemerahan
susu, lingkungan kandang sapi yang tidak dibersihkan dapat menyebabkan puting
dan ambing menjadi kotor akibatnya susu yang dihasilkan memiliki jumlah
Coliform lebih tinggi. Menurut Suarjana (2009: 12) bahwa jumlah Coliform yang
tinggi pada tempat minum mengindikasikan bahwa sanitasi kandang masih kurang
baik. Kandang yang jarang dibersihkan terutama tempat minum akan mudah
53
terkontaminasi oleh bahan-bahan infektif seperti debu kandang, kotoran dan
bahan pakan yang merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri.
Angka Lempeng Total (ALT) merupakan salah satu pemeriksaan
mikrobiologi yang digunakan untuk melihat jumlah mikroorganisme secara
keseluruhan dalam susu. Kondisi kebersihan dari susu harus diperhatikan mulai
dari lingkungan pemerahan sampai ke tangan konsumen dan hal tersebut dapat
diketahui dari uji ALT. Jumlah angka kuman dipengaruhi oleh sanitasi dari
lingkungan seperti kebersihan ternak, kebersihan kandang serta peralatan untuk
pemerahan. Tempat penyimpanan susu dan jarak antara lokasi pemerahan dengan
tempat pengumpul susu dapat mempengaruhi jumlah angka kuman. Jarak yang
terlalu jauh antara tempat pengumpul susu dengan pemerah dan tidak disertai
dengan fasilitas pendingin menyebabkan bakteri mudah tumbuh dan berkembang
akibatnya jumlah angka kuman meningkat. Secara alami di dalam susu tedapat
bakteri seperti Micrococcus, Streptococcus. Berdasarkan SNI 7388: 2009 tentang
Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Pangan dengan syarat minimal
kandungan angka kuman sebesar 5 x 104 cfu/mL maka hanya terdapat 1 sampel
susu sapi segar dari 12 sampel susu yang diujikan. Sampel yang memenuhi syarat
SNI 7388: 2009 tentang Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Pangan juga
hanya 1 sampel dari 12 sampel yang diujikan berdasarkan batas minimal
kandungan Coliform yaitu minimal sebesar 2 x 102 MPN/mL. Dengan demikian,
kualitas susu sapi yang berasal dari peternakan Desa Kayumas tergolong masih
sangat rendah.
54
Hubungan antara higiene dan sanitasi peternakan dan pemerahan susu sapi
terhadap jumlah Coliform dalam susu sapi dapat djelaskan berdasarkan aspekaspek dalam higiene dan sanitasi peternakan dan pemerahan susu sapi. Aspek
pertama higiene dan sanitasi dalam penelitian ini adalah perawatan dan kebersihan
kandang. Kandang sapi yang tidak bersih dan tidak sehat memungkinkan adanya
bakteri dalam kandang dan sapi. Adanya bakteri dalam kandang dan sapi
memungkinkan terkontaminasinya susu sapi yang dihasilkan sehingga jumlah
bakteri dalam susu dapat naik dengn cepat. Oleh karena itu perlu diperhatikan
dengan cermat keadaan kadang seperti misalnya, pencucian lantai kandang harus
dengan air mengalir yang bersih, saluran pembuangan, dan ventilasi luar ruangan.
Sanitasi kandang yang tidak baik akan berpengaruh terhadap kualitas susu sapi
yang dihasilkan terutama keberadaan cemaran mikroba. Kandang yang baik akan
membuat sapi yang ada di dalamnya nyaman, karena kandang yang buruk dapat
membuat sapi yang ada di dalamnya mengalami stress. Hal yang biasa dilakukan
untuk menjaga kebersihan kandang agar udara dapat berjalan dengan lancar,
merancang bangunan kandang agar sinar matahari dapat masuk ke dalam
kandang, tidak membiarkan kotoran sapi menumpuk di kandang dan segera
membersihkan sisa-sisa pakan yang berceceran di lantai kandang.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa sebagian
kandang sudah diplester/disemen dan sebagian masih lantai tanah yang padat,
namun saluran air limbah tidak memenuhi syarat dan kedap air. Tempat
pembuangan kotoran padat dan cair sementara belum memenuhi syarat karena
jaraknya tidak < 10 m dari kandang dan hanya ditempatkan di samping kandang.
55
Temperatur penampung kotoran padat/cair sementara tersebut juga tidak ada
penutupnya. Keadaan sanitasi serta lingkungan memegang peranan penting dalam
menjaga kualitas susu yang baru saja dihasilkan. Jumlah kuman total dan jumlah
Coliform yang melebihi standar salah satunya disebabkan oleh sanitasi kandang
sapi perah yang kurang baik. Hasil ini sebagaimana dinyatakan oleh Hayes dan
Boor (2001: 42) bahwa salah satu sumber kontaminasi bakteri pada susu segar adalah
lingkungan. Secara umum, kontaminasi Coliform berkaitan dengan kandang, air,
tanah, dan tanaman.
Aspek kedua higiene dan sanitasi dalam penelitian ini adalah perawatan
dan kebersihan hewan. Keadaan sapi perah yang tidak sehat dan tidak bersih pada
waktu diperah akan menghasilkan mutu susu yang tidak baik. Kebersihan dan
kesehatan sapi dapat memengaruhi jumlah bakteri dalam susu secara langsung,
karena sapi yang bersih akan menghasilkan susu yang baik. Menjaga kebersihan
dan kesehatan sapi salah satunya dengan cara memandikan dan membersihkan
bagian-bagian yang penting seperti lipatan paha dan sekitar anus, ambing sapi dan
puting sapi. Sebelum dilakukan pemerahan dilakukan pembersihan dahulu pada
paha, ambing dan puting dengan mengunakan air hangat. Penggunaan air hangat
dimaksudkan untuk membunuh bakteri atau mikroorganisme yang terdapat pada
bagian-bagian tersebut. Badan sapi terutama pada bagian kulit seringkali kotor
akibat kulit ari yang mengelupas, debu, lumpur, dan kotoran sapi yang melekat
bersama keringat dan lemak sapi. Kulit yang kotor ini dapat menyebabkan hal-hal
yang merugikan yaitu radang kulit, menyulitkan sapi untuk membuang zat yang
merugikan melalui keringat karena tertutupi oleh debu dan kotoran, sapi sulit
56
untuk mengatur suhu badannya dan mengganggu kenyamanan sapi sehingga
pertumbuhannya tidak maksimal. Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa
mayoritas peternak sapi perah kurang memperhatikan kebersihan sapi mereka
terutama dalam hal memandikan sapi, air yang dipakai untuk membersihkan lipat
paha, ambing dan puting. Apabila sapi tidak disiapkan sebaik mungkin, saat sapi
diperah maka akan mempengaruhi jumlah kuman pada susu hasil perahan. Angka
kuman total dan Coliform yang melebihi standar salah satunya disebabkan oleh
kesehatan dan kebersihan sapi yang tidak memenuhi syarat.
Hasil ini sejalan dengan pernyataan Hayes dan Boor (2001: 42) bahwa salah
satu sumber kontaminasi bakteri pada susu segar adalah tubuh sapi. Apabila sanitasi
puting sebelum pemerahan tidak diperhatikan dengan benar, akan menyebabkan
adanya mikroorganisme dalam susu, sedangkan bila puting dibersihkan dan
dikeringkan sesegera mungkin sebelum pemerahan akan menurunkan Angka
Lempeng Total Coliform dan juga mengurangi sedimen susu. Sedimen dijadikan
ukuran untuk kebersihan susu saat diperah dan seharusnya tidak ada di dalam susu.
Sedimen susu berupa debris atau reruntuhan kotoran yang bisa melewati saringan
susu. Apabila sedimen susu tinggi maka kemungkinan TPC juga tinggi. Reruntuhan
debris tersebut dapat berasal dari debu kandang dan puting serta ambing yang tidak
dibersihkan (Kirk, 2005: 6).
Aspek ketiga higiene dan sanitasi dalam penelitian ini adalah kebersihan
alat-alat pemerah. Alat-alat pemerah yang tidak dicuci dengan menggunakan air
yang bersih dan tidak disterilisasi dapat menjadi sumber kontaminasi bakteri pada
susu sapi. Kontaminasi sering disebabkan oleh alat-alat pada waktu pemerahan,
wadah susu, air pencuci alat maupun wadah yang dalam keadaan kotor, maka
57
semua itu harus dijaga kebersihannya. Sanitasi alat sangat berpengaruh terhadap
keberadaan mikroorganisme dalam susu karena alat berhubungan langsung
dengan susu. Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa sebagian besar tidak
membilas peralatan (ember, saringan, milk can, dan lap) yang akan digunakan
dalam proses pemerahan dengan air hangat. Hasil penelitian ini serupa dengan
pernyataan Hayes dan Boor (2001: 43) bahwa sumber pencemaran mikroorganisme
dalam pemerahan meliputi ember, milk can, tabung penghisap dari mesin pemerahan,
milk pipelines, bulk tanks, dan transport tankers. Apabila alat pemerahan tidak
dibersihkan dengan benar peralatan tersebut mungkin meninggalkan residu yang
dapat menjadi media pertumbuhan mikroorganisme. Bakteri berkembang biak dan
mencemari susu yang kontak melalui alat-alat tersebut.
Manning (2010: 7) menyatakan bahwa air yang terkontaminasi Coliform
merupakan sumber pencemaran yang paling penting di sebuah peternakan karena
bakteri ini dapat bertahan hidup dalam sedimen air selama enam bulan, bahkan dapat
bertahan hidup sepanjang musim dingin. Selain itu, air yang telah terkontaminasi
dapat bercampur dengan air tanah dan menjadi sumber penularan ke tanaman dan
rumput yang dimakan oleh ternak melalui sistem irigasi, serta dapat mengkontaminasi
danau, sungai dan sumber air lainnya yang berada di sekitar peternakan. Faktor lain
yang menyebabkan tingginya kontaminasi koliform adalah jarak peternakan yang
dekat dengan pemukiman penduduk. Hal tersebut dapat meningkatkan penyebaran
dan kontaminasi pada air yang berasal dari pembuangan dan penampungan kotoran
manusia yang dekat dengan sumur, danau atau sungai sebagai sumber air pada
peternakan (Winarno, 1993: 131).
58
Ember dan saringan yang digunakan untuk menampung air susu juga
dalam keadaan yang tidak bersih. Peternak juga tidak menyediakan tempat khusus
yang jauh dri sumber kotoran untuk meletakkan alat-alat tersebut. Sehingga hal
tersebut memicu bakteri untuk berkembang biak pada peralatan dan akhirnya
dapat mencemari susu. Jumlah Coliform dan angka kuman total yang melebihi
standar salah satunya disebabkan oleh sanitasi peralatan yang tidak memenuhi
syarat. Beberapa tindakan sanitasi wajib dilakukan untuk mengurangi jumlah
kontaminasi bakteri ke dalam susu yaitu selalu membersihkan peralatan yang
telah digunakan dengan cara menggunakan desinfektan atau dengan mendidihkan
menggunakan air.
Aspek keempat higiene dan sanitasi dalam penelitian ini adalah keadaan
kebersihan pemerah dan aspek kelima yaitu kesehatan pemerah. Pemerah sapi
diharapkan dalam kondisi sehat dan bersih serta tidak menggunakan perhiasan
untuk menghindari terkontaminasinya susu sapi sewaktu diperah. Selain itu,
tempat pemerahan diharapkan jauh dari kandang sapi. Pemerah dapat
mempengaruhi kualitas susu yang dihasilkan. Sebelum melakukan pemerahan
sebaiknya pemerah memperhatikan kebersihan diri seperti kebersihan kuku
tangan, tangan, pakaian dan kesehatan pemerah. Higiene pemerah merupakan
faktor penting yang mempengaruhi kualitas susu sapi agar kontaminasi bakteri
yang berasal dari pekerja yang sakit atau pekerja yang tidak bersih dapat dihindari
dan dikurangi. Kebersihan telapak tangan berpengaruh terhadap kesehatan dan
kualitas susu karena tangan yang kotor atau telapak tangan yang tidak dibersihkan
mengandung banyak kuman dan dapat mengkontaminasi susu yang sedang
59
diperah. Higiene pemerah berhubungan dengan jumlah Coliform dan angka
kuman pada susu karena dari hasil pengamatan, sebagian besar pemerah tidak
menggunakan pakaian bersih dan sepatu bot serta memakai perhiasan ketika
memerah susu. Semua pemerah tidak memelihara kuku sehingga dapat menjadi
sumber penyakit karena mengandung banyak kotoran dan kuman. Hasil ini sejalan
dengan pernyataan dari Gamroth dan Bodyfelt (1993: 22) bahwa keberadaan bakteri
Coliform dalam susu mengindikasikan suatu kondisi unsanitary. Bakteri Coliform
dapat masuk ke dalam susu karena terbawa oleh tangan dan baju pemerah, peralatan
pemerahan, dan udara.
Aspek keenam yaitu pemberian makan sapi. Sapi yang baru saja diberi
makan akan menghasilkan susu dengan kandungan lebih banyak daripada sapi
yang belum diberi makan. Selain itu cara pemberian makan sapi juga akan
mempengaruhi kualitas susu. Tempat makanan dan minuman sapi yang terlalu
rendah dapat diinjak oleh sapi dan terkontaminasi dengan kototran sapi sehingga
makanan yang dimakan dapat terkontaminasi bakteri dalam kotoran sapi. Selain
itu, pemberian minum diharapkan menggunakan air minum yang bersih karena
kandungan bakteri dalam air yang tidak bersih sangat banyak. Umlah Coliform
dan angka kuman yang melampaui batas dalam penelitian ini dimungkinkan
karena pemberian makan yang tidak baik pada sapi.
Penelitian ini menunjukkan bahwa higiene dan sanitai peternakan dan
pemerahan berpengaruh terhadap jumlah Coliform dan angka kuman. Hasil ini
sejalan dengan pernyataan Hadiwiyoto (1994: 16) bahwa higiene dan sanitasi
berpengaruh terhadap kualitas susu dimana faktor-faktor yang mempengaruhi
60
mutu (kualitas) susu antara lain: 1) perawatan kebersihan kandang, 2) perawatan
kesehatan dan kebersihan hewan, 3) perawatan kebersihan alat-alat pemerah, 4)
keadaan pemerahan, 5) kesehatan pemerah atau pekerja, 6) pemberian makanan,
dan 7) penyimpanan susu. Penelitian yang dilakukan oleh Wijiastutik (2012: 6)
menyatakan bahwa jumlah total mikroorganisme atau angka kuman total yang
terkandung dalam susu sapi tidak dipengaruhi secara signifikan oleh higiene dan
sanitasi dari aspek perawatan kebersihan kandang dan kebersihan dan perawatan
alat-alat pemerah. Hasil yang sama juga dinyatakan oleh Pradana (2013: 14)
bahwa tidak terdapat pengaruh antara kebersihan pemerah, kebersihan sapi,
sanitasi kandang dan sanitasi alat terhadap kandungan angka kuman susu sapi.
Tingginya jumlah kontaminasi Coliform pada hampir semua sampel susu
menunjukkan adanya tingkat pencemaran fekal yang tinggi. Hal ini disebabkan
karena Coliform merupakan mikroorganisme normal yang hidup pada saluran
pencernaan makhluk. hidup berdarah panas dan dapat berada di lingkungan melalui
feses (Sperling, 2007: 23). Menurut Effendi (2003: 4), kadar Coliform maksimal pada
air yang digunakan untuk usaha peternakan adalah 1 cfu/ml atau dapat dilakukan
klorinasi dengan konsentrasi 50 ppm bila jumlah koliform melebihi batas tersebut.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (1990) tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan
Kualitas Air, maksimal total Coliform untuk air bersih adalah 0 MPN/100 ml dan
maksimal fekal Coliform untuk air bersih adalah 0 MPN/100 ml.
Pada penelitian ini tingginya jumlah kontaminasi Coliform pada susu sapi
segar karena kurangnya higiene dan sanitasi kebersihan kandang, dan kebersihan dan
kesehatan hewan, peralatan pemerahan, dan pemerahan. Saluran pembuangan limbah
dekat (< 10 m) dengan peternakan dan pemerahan. Sebagian besar peternak sapi
61
perah kurang memperhatikan kebersihan sapi mereka terutama dalam hal
memandikan sapi, air yang dipakai untuk membersihkan lipat paha, ambing dan
puting. Peralatan pemerahan tidak dibilas kembali dengan air hangat. Sebagian
besar pemerah tidak menggunakan pakaian bersih dan sepatu bot serta memakai
perhiasan ketika memerah susu. Semua pemerah tidak memelihara kuku sehingga
dapat menjadi sumber penyakit karena mengandung banyak kotoran dan kuman.
Kondisi-kondisi tersebut yang dapat menimbulkan kontaminasi Coliform pada
susu sapi Segar di Desa Kayumas Kabupaten Klaten.
62
Download