PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING PADA MATERI HIMPUNAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 1 BANAWA TENGAH Nurfadila E-mail: [email protected] I Nyoman Murdiana E-mail: [email protected] Idrus Puluhulawa E-mail: [email protected] Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran Quantum Teaching pada materi himpunan yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Banawa Tengah. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang mengacu pada desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart, yaitu 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi dan 4) refleksi. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Quantum Teaching pada materi himpunan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Banawa Tengah melalui fase-fase model pembelajaran Quantum Teaching, yaitu : 1) tumbuhkan, memberikan motivasi dengan bahan tayang, 2) alami, menampilkan slide power point yang berkaitan dengan LKS dan memutar musik saat mengerjakan LKS terstruktur, 3) namai, mengarahkan pengetahuan siswa dalam diskusi kelas, 4) pendemonstrasian, memberikan latihan soal yang berhubungan dengan materi kepada siswa yang dilanjutkan dengan siswa mempresentasikanhasil pekerjaannya di depan kelas, 5) ulangi, mengarahkan siswa untuk mengulangi kembali materi yang telah dipelajari melalui penyampaian pengetahuan yang telah diperolehnya serta pemberian pekerjaan rumah sebagai latihan lanjutan, dan 6) rayakan, memberikan penghargaan kelompok. Kata kunci: quantum teaching, hasil belajar, himpunan. Abstract: The aim of this research was describe the implementation of Quantum Teaching learning model can increase students study result of class VII on the set at SMPN 1 Banawa Tengah. The research is class action research refers to Kemmis and Mc. Taggart research design, that were. 1) planning, 2) acting, 3) observation, and 4) reflection. This research was conducted in two cycles. The result of this research shows that the implementation of Quantum Teaching learning model can increase students study result of class VII on the set at SMPN 1 Banawa Tengah through the phases of Quantum Teaching learning model, they are. 1) grow up, giving motivation with visual presentation, 2) experience, showing power point slide about structured task and playing music when doing structured task, 3) named, directing students’s knowledge in class discussion, 4) demonstration, giving exercise followed by student’s presentation activity , 5) repeat, directing students to repeat the material which has been studied by telling it and giving home work as advanced exercise, and 6) celebrate, giving reward for student’s team. Keywords: quantum teaching, result study, set. Matematika merupakan sarana untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Kemampuan tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelolah dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif (Depdiknas, 2006). Oleh karena itu matematika merupakan satu dari beberapa mata pelajaran yang wajib diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar sampai ke jenjang perguruan tinggi. Asnidar (2014) mengatakan matematika masih saja dianggap sebagai suatu bidang studi yang sulit oleh siswa, dan masih banyak siswa yang memperoleh hasil belajar yang kurang Nurfadila, I Nyoman Murdiana, dan Idrus Puluhulawa, Penerapan Model … 283 memuaskan karena lemahnya pemahaman siswa terhadap konsep-konsep atau prinsipprinsip dalam matematika. Hal ini diperkuat oleh informasi yang diperoleh peneliti melalui dialog yang dilakukan dengan guru matematika SMP Negeri 1 Banawa Tengah. Guru matematika mengatakan bahwa hasil belajar siswa kelas VII hingga kelas IX di SMP Negeri 1 Banawa Tengah pada materi matematika masih rendah. Hal ini disebabkan karena sebagian besar siswa sulit memahami konsep materi matematika yang diajarkan oleh guru. Peneliti juga memperoleh informasi bahwa pokok bahasan yang dianggap sulit untuk dipahami siswa ialah himpunan. Meskipun materi himpunan cukup mudah untuk dipahami, namun menurut guru matematika masih banyak siswa yang melakukan kesalahan pada saat mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan materi himpunan. Siswa belum mampu membedakan himpunan dan bukan himpunan, menyatakan keanggotaan suatu himpunan, membedakan himpunan berhingga dan himpunan tak berhingga, menentukan himpunan kosong, himpunan semesta, dan himpunan bagian. Informasi yang diperoleh dari hasil dialog ditindaklanjuti dengan memberikan tes kemampuan kepada 26 siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Banawa Tengah untuk mengidentifikasi pengetahuan siswa tentang himpunan. Satu diantara soal yang diberikan yaitu: tulislah 3 contoh kumpulan yang merupakan himpunan dan 3 contoh kumpulan yang bukan merupakan himpunan, serta tuliskan alasan untuk masing-masing contoh himpunan dan bukan himpunan untuk mendukung jawabanmu! Berikut satu diantara jawaban siswa PS ditunjukkan pada Gambar 1. PS103 PS101 PS102 Gambar 1(a). Jawaban siswa PS terhadap soal tes kemampuan PS104 PS105 PS106 Gambar 1(b). Jawaban siswa PS terhadap soal tes kemampuan Gambar 1(a) menunjukkan bahwa siswa menuliskan contoh himpunan yang keliru dan hanya 1 contoh saja (PS101), padahal perintah soal menyatakan untuk menuliskan 3 contoh himpunan. Siswa PS juga menuliskan 3 alasan untuk 1 contoh himpunan yang keliru (PS102), padahal perintah soal menyatakan untuk menuliskan 1 alasan untuk 1 contoh himpunan. Gambar 1(b) menunjukkan bahwa siswa menuliskan contoh bukan himpunan yang keliru dan hanya 1 contoh saja (PS104), padahal perintah soal menyatakan untuk 284 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016 Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016 menuliskan 3 contoh bukan himpunan. Siswa PS juga menuliskan 3 alasan untuk 1 contoh bukan himpunan yang keliru (PS105), padahal perintah soal menyatakan untuk menuliskan 1 alasan untuk 1 contoh bukan himpunan. Pada Gambar 1(a) dan Gambar 1(b) juga menunjukkan bahwa siswa melakukan kesalahan dengan menuliskan notasi keanggotaan himpunan (PS103 dan PS106). Usaha lain yang dilakukan peneliti untuk memperkuat informasi yaitu melakukan wawancara terhadap beberapa siswa kelas VII dan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas VII. Hasil wawancara dengan beberapa siswa mengungkapkan bahwa penyajian materi matematika kurang menarik sehingga minat siswa untuk belajar matematika rendah, siswa menganggap matematika merupakan matapelajaran yang sulit dipahami, dan membosankan. Peneliti juga memperoleh informasi bahwa pada umumnya siswa di sekolah tersebut, khususnya siswa kelas VII cenderung lebih menyukai kesenian, seperti musik, drama, tari, melukis dan menggambar dari pada pelajaran eksak khususnya matematika. Selanjutnya, dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti diperoleh informasi bahwa siswa menerima pengetahuan yang sepenuhnya bersumber dari guru dan siswa jarang mengajukan pertanyaan ataupun menjawab pertanyaan dari guru. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu diterapkan suatu model pembelajaran yang menumbuhkan minat siswa untuk belajar, mengajak siswa mengkontruksi pengetahuan baru secara mandiri dengan suasana kelas yang menyenangkan serta pembelajaran berkesan dan bermakna. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut ialah dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching. Peneliti memilih model pembelajaran Quantum Teaching karena menurut DePorter (2010) terdapat enam fase dari model pembelajaran Quantum Teaching sebagai berikut: 1) tumbuhkan, pada fase ini peneliti menumbuhkan minat siswa untuk belajar dengan menyampaikan manfaat himpunan melalui tayangan dan hal-hal yang siswa senangi, yaitu kesenian seperti menyajikan gambar contohcontoh himpunan, 2) alami, pada fase ini peneliti memberi kesempatan bagi siswa untuk mengalami langsung masalah himpunan yang disajikan dengan mengaitkannya ke dalam kehidupan sehari-hari, 3) namai, pada fase ini siswa dapat mengkonstruksi pengertian himpunan dan dapat menggunakan pengetahuan tersebut pada sub materi himpunan maupun dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari terkait dengan himpunan, 4) pendemonstrasian, pada fase ini peneliti memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengerjakan latihan soal dan mempresentasikan hasil kerjanya terkait dengan materi himpunan untuk menunjukkan bahwa mereka tahu, 5) ulangi, pada fase ini peneliti bersama siswa menyimpulkan materi himpunan, 6) rayakan, fase yang terakhir ini siswa diberikan penghargaan berupa pujian, tepuk tangan, dan kado berdasarkan hasil pekerjaanya. Hal ini dapat membuat siswa merasa bahwa hasil pekerjaannya dihargai dan diharapkan keinginan siswa untuk belajar lebih meningkat sehingga hal ini dapat memberikan konstribusi yang besar terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana penerapan model pembelajaran Quantum Teaching yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII pada materi himpunan di SMP Negeri 1 Banawa Tengah? METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini ialah penelitian tindakan kelas yang mengacu pada alur desain penelitian yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc.Taggart (2013), yang terdiri atas empat komponen yaitu 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi dan 4) refleksi. Nurfadila, I Nyoman Murdiana, dan Idrus Puluhulawa, Penerapan Model … 285 Subjek penelitian yakni siswa kelas VII SMP Negeri 1 Banawa Tengah sebanyak 25 siswa yang terdaftar pada tahun ajaran 2015/2016. Selanjutnya, dari subjek penelitian dipilih 3 siswa sebagai informan berdasarkan hasil analisis tes awal dan konsultasi dengan guru matematika dengan karakteristik informan yaitu siswa AIS berkemampuan rendah, siswa PMS berkemampuan sedang, dan siswa AI berkemampuan tinggi. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini meliputi: observasi, tes, wawancara, dan catatan lapangan. Analisis data dilakukan dengan mengacu pada analisis data kualitatif model Miles dan Huberman (1992) meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Keberhasilan tindakan dapat diketahui dari aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran di kelas dan aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching minimal berkategori baik untuk setiap aspek pada lembar observasi dan meningkatnya hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa dikatakan meningkat apabila telah memenuhi indikator keberhasilan tindakan pada siklus I yaitu siswa dapat mengkonstruksi konsep himpunan, menyatakan masalah sehari-hari dalam bentuk himpunan dan mendata anggotanya, menyebutkan anggota dan bukan anggota himpunan, dan mengenal himpunan berhingga dan tak berhingga. Indikator keberhasilan siklus II yaitu siswa dapat mengenal himpunan kosong dan nol serta notasinya, mengenal pengertian himpunan semesta serta dapat menyebutkan anggotanya, menentukan himpunan bagian dan banyak himpunan bagian suatu himpunan. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes akhir tindakan. HASIL PENELITIAN Peneliti memberikan tes awal kepada siswa yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa mengenai materi prasyarat yaitu bilangan dan operasinya. Soal tes awal yang diberikan sebanyak 5 nomor dan diikuti oleh 22 siswa kelas VII. Hasil analisis tes menunjukkan bahwa siswa dapat menentukan anggota-anggota dari jenis-jenis bilangan, dan melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan. Namun sebagian besar siswa salah dalam melakukan operasi hitung campuran, siswa mendahulukan operasi penjumlahan dari operasi perkalian, siswa juga salah dalam mengurutkan bilangan. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa mengenai materi prasyarat yang diberikan rendah. Oleh karena itu, peneliti membahas kembali soal-soal pada tes awal pada kegiatan pendahuluan. Hasil analisis tes awal juga digunakan dalam menentukan informan dan sebagai pedoman dalam membentuk kelompok belajar yang heterogen berdasarkan kemampuan akademik dan jenis kelamin. Kelompok belajar tersebut terdiri dari 5 siswa dalam setiap kelompok. Penelitian yang dilakukan terdiri atas dua siklus. Setiap siklus dilakukan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama siklus I dan Siklus II dilaksanakan dalam tiga tahap pembelajaran, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup dengan mengikuti fase-fase model pembelajaran Quantum Teaching yaitu: 1) tumbuhkan, 2) alami, 3) namai, 4) pendemonstrasian, 5) ulangi, dan 6) rayakan. Sedangkan pada pertemuan kedua di setiap siklus peneliti membahas pekerjaan rumah dan memberikan tes akhir tindakan kepada siswa. Kegiatan pendahuluan pada setiap siklus dimulai dengan peneliti membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa untuk berdoa, mengecek kehadiran siswa dan menyiapkan siswa untuk belajar. Kegiatan tersebut dapat menarik perhatian siswa di awal pembelajaran. Hal ini dapat dilihat saat siswa memberikan respon balik terhadap kegiatan yang dilakukan oleh peneliti. Siswa yang hadir pada siklus I pertemuan pertama yaitu 22 siswa dan pertemuan kedua yaitu 24 siswa, sedangkan pertemuan pertama dan kedua pada siklus II dihadiri oleh 24 siswa. Selanjutnya peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak 286 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016 Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016 dicapai. Tujuan pembelajaran pada siklus I yaitu siswa dapat memahami pengertian himpunan, keanggotaan himpunan, himpunan berhingga dan himpunan tak berhingga serta dapat memberikan contohnya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan tujuan pembelajaran pada siklus II yaitu siswa dapat memahami himpunan kosong, himpunan semesta, dan himpunan bagian serta dapat memberikan contohnya dalam kehidupan sehari-hari. Pada kegiatan ini siswa telah mengetahui tujuan pembelajaran yang hendak dicapai sehingga siswa lebih terarah dalam mengikuti pembelajaran. Selanjutnya peneliti melakukan apersepsi dengan mengingatkan kembali siswa mengenai materi prasyarat. Peneliti memberikan apersepsi pada siklus I berupa materi prasyarat yakni mengenai bilangan dan operasinya. Peneliti memberikan pertanyaan secara lisan tentang jenisjenis bilangan dan menuliskan soal di papan tulis tentang operasi bilangan. Apersepsi yang diberikan peneliti pada siklus II yaitu mengajukan pertanyaan mengenai pengertian himpunan, cara menyatakan keangotaan suatu himpunan, pengertian himpunan berhingga dan himpunan tak berhingga serta contohnya. Pada kegiatan ini siswa telah mengetahui materi prasyarat sehingga siswa lebih siap untuk menerima pengalaman baru dalam belajar. Fase-fase model pembelajaran Quantum Teaching yang termasuk dalam kegiatan inti yaitu: 1) tumbuhkan, 2) alami, 3) namai, 4) pendemonstrasian, dan 5) ulangi. Pada fase tumbuhkan peneliti memotivasi siswa dengan menyampaikan manfaat mempelajari himpunan. Peneliti menyajikan tayangan tentang manfaat himpunan dalam pengelompokkan dan pemberian papan nama alat dan bahan di pasar sesuai jenisnya. Capaian siswa pada fase ini yaitu siswa mengetahui manfaat mempelajari himpunan sehingga siswa lebih siap dan termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Kegiatan selanjutnya ialah pelaksanaan fase alami yang dimaksudkan untuk memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Pada fase ini peneliti mengarahkan siswa untuk bergabung ke dalam kelompok yang telah ditentukan sebelumnya agar siswa dapat bekerja sama, saling membantu dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya. Kemudian peneliti membagikaan LKS kepada setiap kelompok. Kegiatan ini bertujuan untuk menuntun siswa dalam menemukan konsep dan kesimpulan dari materi yang diajarkan. Pada siklus I peneliti membagikan LKS tentang langkah-langkah mengkonstruksi pengertian himpunan dan menyatakan keanggotaan himpunan serta menampilkan slide power point yang berisi informasi mengenai nama-nama siswa kelas VII dan pekerjaan ayahnya yang digunakan untuk mengisi tabel pada LKS. Tabel tersebut berisi kolom nama-nama siswa dan kolom pekerjaan ayah yang akan diisi oleh siswa sebagai langkah dalam mengkonstruksi himpunan. Setiap kelompok menunjukkan interaksi antara sesama anggota kelompok dalam mengerjakan LKS sehingga dapat memudahkan siswa mengkonstruksi pengertian himpunan dan mengerjakan soal-soal pada LKS. Sedangkan pada siklus II peneliti membagikan LKS tentang pengertian himpunan kosong, himpunan semesta, dan himpunan bagian beserta contoh-contohnya. Peneliti mengamati dan mengarahkan siswa untuk mendiskusikan LKS secara berkelompok agar dapat menentukan himpunan kosong dan contohnya, himpunan semesta dan contohnya, serta himpunan bagian dari suatu himpunan. Setiap kelompok menunjukkan interaksi antara sesama anggota kelompok dalam mengerjakan LKS sehingga dapat memudahkan siswa menentukan himpunan kosong dan contohnya, himpunan semesta dan contohnya, serta himpunan bagian dari suatu himpunan. Peneliti memberikan bimbingan seperlunya kepada kelompok yang mengalami kesulitan. Pada siklus I peneliti membimbing kelompok 4 dan 5 yang kesulitan menyatakan keanggotaan himpunan dengan notasi pembentuk himpunan. Pada siklus II peneliti membimbing kelompok 5 yang kesulitan menentukan himpunan bagian dari suatu himpunan. Nurfadila, I Nyoman Murdiana, dan Idrus Puluhulawa, Penerapan Model … 287 Tujuan pemberian bimbingan oleh peneliti yaitu sebagai petunjuk agar siswa dapat bekerja lebih terarah. Selanjutnya peneliti memutar musik klasik saat siswa mendiskusikan materi dan mengerjakan LKS bersama teman kelompoknya. Pemutaran musik ini dimaksudkan agar dapat meningkatkan intelegensi siswa dan ketenangan untuk berpikir. Aktivitas yang dilakukan peneliti pada fase namai yaitu mempersilahkan siswa untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok dan kelompok lain menanggapi. Pada siklus I siswa AI dari kelompok 2 dan siswa PMS dari kelompok 3 mempresentasikan tentang pengertian himpunan dengan menuliskan jawaban di papan tulis dan membacakannya kembali. Kemudian, jawaban kedua kelompok tersebut ditanggapi oleh siswa ANM dari kelompok 1 dan siswa SS dari kelompok 4. Pada siklus II siswa SS dari kelompok 4 mempresentasikan tentang himpunan kosong, siswa AS dari kelompok 3 mempresentasikan tentang himpunan semesta, dan siswa AI dari kelompok 2 mempresentasikan tentang himpunan bagian dengan membacakan jawabannya. Kelompok yang menanggapai jawaban dari ketiga kelompok tersebut ialah siswa ANM dari kelompok 1 dan siswa AAS dari kelompok 5. Capaian pada fase ini ialah siswa telah berani menyampaikan hasil diskusi kelompok dan menanggapi jawaban kelompok lain sehingga materi yang dipelajari lebih bermakna bagi siswa. Kegiatan inti selanjutnya ialah fase pendemonstrasian. Peneliti mengarahkan siswa mengerjakan latihan soal, mempresentasikan hasil kerja kelompok, dan kelompok lain menanggapi jawaban tersebut. Pada siklus I siswa ANM dari kelompok 1 mempresentasikan tentang cara menyatakan keanggotaan himpunan, dan siswa AI dari kelompok 2 mempresentasikan tentang himpunan berhingga dan himpunan tak berhingga. Kemudian, jawaban kedua kelompok tersebut ditanggapi oleh siswa MUZ dari kelompok 4 dan siswa RB dari kelompok 5. Pada siklus II siswa PMS dari kelompok 3 mempresentasikan jawaban latihan soal tentang himpunan semesta, siswa SS dari kelompok 4 jawaban latihan soal tentang himpunan bagian, dan siswa AIS dari kelompok 5 mempresentasikan jawaban latihan soal tentang himpunan kosong. Kelompok yang menanggapai jawaban dari ketiga kelompok tersebut ialah siswa AI dari kelompok 1 dan siswa BD dari kelompok 2. Siswa dapat mengerjakan latihan soal dan menyampaikan jawabannya sehingga dapat memantapkan penguasaan bahan pelajaran bagi siswa. Selanjutnya pelaksanaan fase ulangi. Pada fase ini peneliti bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Pada siklus I terdapat 5 siswa dari 3 kelompok yang berbeda dapat menyampaikan kesimpulan tentang pengertian himpunan dan bukan himpunan, keanggotaan himpunan, himpunan berhingga dan himpunan berhingga beserta contohnya. Siswa tersebut ialah siswa AI dari kelompok 2, siswa PMS dan AS dari kelompok 3, siswa SS dan MUZ dari kelompok 4. Sedangkan pada siklus II, setiap kelompok telah mampu menyimpulkan secara umum materi tentang himpunan kosong, himpunan semesta, dan himpunan bagian beserta contohnya. Siswa dapat membuat kesimpulan dari materi yang dipelajari berdasarkan tujuan pembelajaran. Kegiatan penutup pembelajaran yaitu pelaksanaan fase rayakan. Fase rayakan pada siklus I peneliti memberikan penghargaan berupa pujian dan tepuk tangan kepada kelompok 3 dan 4 atas kerjasama yang baik, kelompok 1 atas kecepatan dan ketepatan dalam mengerjakan soal. Fase rayakan pada siklus II peneliti memberikan penghargaan atas hasil kerja setiap kelompok berupa tepuk tangan, buku catatan, dan pulpen. Kelompok yang unggul dalam kerjasama dan tanggung jawab terhadap kelompok yaitu kelompok 4. Siswa telah menerima penghargaan atas usaha dan hasil pekerjaannya sehingga siswa mempunyai keinginan yang lebih untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya. Kemudian, peneliti memberikan pekerjaan rumah sebagai tugas mandiri dan latihan lanjutan sebelum mengakhiri pembelajaran pada setiap siklus. Semua siswa menulis pekerjaan rumah yang 288 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016 Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016 diberikan. Kegiatan yang dilakukan peneliti selanjutnya yaitu meminta kesediaan ketua kelas untuk memimpin doa dan mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam. Aspek-aspek aktivitas peneliti yang diamati selama pembelajaran berlangsung pada siklus I dan siklus II menggunakan lembar observasi meliputi: 1) membuka pembelajaran dengan salam dan mengajak siswa untuk berdoa, 2) mengecek kehadiran siswa dan menyiapkan siswa untuk belajar, 3) menyampaikan informasi tentang subpokok bahasan yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, 4) melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan secara lisan dan tertulis, 5) memotivasi siswa dengan menyampaikan manfaat dengan mengaitkan konsep yang akan dipelajari dengan kehidupan sehari-hari dan materi selanjutnya, 6) mengarahkan siswa membentuk kelompok belajar dan membagikan LKS kepada siswa, 7) menjelaskan hal-hal yang akan dilakukan dengan bantuan LKS dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengamati slide power point sesuai dengan konsep materi yang akan dipelajari, 8) membimbing siswa untuk membuat jawaban-jawaban yang benar soal-soal pada LKS dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memaparkan jawabannya yang dibahas secara berkelompok, 9) mengarahkan siswa untuk mengerjakan soal-soal latihan pada LKS yang berkaitan dengan materi yang baru saja mereka pelajari, 10) memilih perwakilan siswa dari beberapa kelompok untuk mempresentasikan jawabannya, 11) menyajikan jawaban berkaitan dengan soal yang terdapat pada LKS, menjelaskannya kepada siswa, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, 12) membuat kesimpulan tentang materi yang telah diajarkan dengan melibatkan siswa, 13) memberikan penghargaan kepada siswa terhadap usaha dan hasil kerja kelompok, 14) memberikan Pekerjaan Rumah (PR) yang berkaitan dengan menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan materi yang telah dipelajari dan menyampaikan hal yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya, 15) menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam, 16) efektivitas pengelolaan waktu, dan 17) penampilan guru dalam proses pembelajaran. Hasil observasi pengamat terhadap aktivitas peneliti pada siklus I yaitu aspek 8, 11, dan 17 berkategori cukup. Aspek 2, 3, 4, 5, 7, 12, 13, dan 14 berkategori baik. Aspek 1, 6, 9, 10, 15, dan 16 berkategori sangat baik. Peneliti melakukan perhitungan hasil perolehan skor pada lembar observasi aktivitas peneliti dan memperoleh skor 75 yang artinya berada pada taraf baik berdasarkan interval yang telah dibuat dengan mengacu pada perhitungan desil. Kemudian hasil observasi terhadap aktivitas peneliti dijadikan bahan refleksi oleh peneliti untuk ditingkatkan pada siklus selanjutnya. Hasil observasi pengamat terhadap aktivitas peneliti pada siklus II yaitu aspek nomor 4, 5, 8, 9, 10, 11, 12, 16 dan 17 berkategori baik. Aspek nomor 1, 2, 3, 6, 7, 13, 14, dan 15 berkategori sangat baik. Peneliti melakukan perhitungan hasil perolehan skor pada lembar observasi aktivitas peneliti dan memperoleh skor 76 yang artinya berada pada taraf sangat baik berdasarkan interval yang telah dibuat dengan mengacu pada perhitungan desil. Aspek-aspek aktivitas siswa yang diamati meliputi: 1) menjawab salam dan berdoa, 2) menyiapkan diri untuk belajar, 3) menyimak penjelasan guru mengenai tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, 4) mengungkapkan pengetahuan awal secara lisan atau tulisan, 5) menyimak penyampaian guru tentang manfaat mempelajari himpunan, 6) membentuk kelompok belajar dan menerima LKS, 7) memperhatikan penjelasan guru tentang LKS dan mengamati video yang disajikan oleh guru, 8) melakukan kegiatan pembelajaran untuk menemukan konsep himpunan berdasarkan LKS, 9) mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya bagi perwakilan kelompok yang ditunjuk dan kelompok lain menanggapi, 10) menyimpulkan tentang konsep himpunan yang telah dipelajari dengan Nurfadila, I Nyoman Murdiana, dan Idrus Puluhulawa, Penerapan Model … 289 bimbingan guru, 11) mengerjakan latihan soal pada LKS secara berkelompok, 12) memperhatikan penjelasan guru dan menanyakan hal-hal yang belum dipahami, 13) membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari, 14) memperoleh penghargaan atas usaha dan hasil kerjanya selama proses pembelajaran, 15) memberikan respon terhadap hal-hal yang menjadi Pekerjaan Rumah (PR), dan 16) menjawab salam. Hasil observasi pengamat terhadap aktivitas siswa pada siklus I yaitu aspek 4, 12, 13, dan 14 berkategori cukup. Aspek 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 15 dan 16 berkategori baik. Peneliti melakukan perhitungan hasil perolehan skor pada lembar observasi aktivitas peneliti dan memperoleh skor 60 yang artinya berada pada taraf baik berdasarkan interval yang telah dibuat dengan mengacu pada perhitungan desil. Kemudian hasil observasi terhadap aktivitas peneliti dijadikan bahan refleksi oleh peneliti untuk ditingkatkan pada siklus selanjutnya. Hasil observasi pengamat terhadap aktivitas siswa pada siklus I yaitu aspek 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13 dan 14 berkategori baik. Aspek 1, 2, 6, 15, dan 16 berkategori sangat baik. Peneliti melakukan perhitungan hasil perolehan skor pada lembar observasi aktivitas peneliti dan memperoleh skor 69 yang artinya berada pada taraf sangat baik berdasarkan interval yang telah dibuat dengan mengacu pada perhitungan desil. Pelaksanaan tes akhir tindakan siklus I diikuti oleh 24 siswa. Hasil tes akhir tindakan siklus I yaitu terdapat 16 siswa tuntas dan 8 siswa tidak tuntas. Satu diantara soal yang diberikan yaitu: diketahui M adalah himpunan bilangan bulat antara -3 dan 3 dan N adalah himpunan lima bilangan ganjil pertama. Nyatakan keanggotaan M dan N dengan notasi pembentuk himpunan! Jika dilihat dari pekerjaan siswa, umumnya siswa yang tidak tuntas mengalami kesulitan dalam hal menyatakan keanggotaan himpunan dengan notasi pembentuk himpunan, satu diantaranya yaitu siswa PMS. Jawaban siswa PMS ditunjukkan pada Gambar 2. PMS3S101 PMS3S103 PMS3S102 PMS3S104 PMS3S105 PMS3S106 Gambar 2. Jawaban siswa PMS terhadap tes akhir tindakan siklus I Gambar 2 menunjukkan bahwa siswa PMS dapat menuliskan himpunan yang diketahui dengan benar yaitu himpunan M (PMS3S104) dan himpunan N (PMS3S101). Siswa PMS juga dapat memisalkan anggota dari himpunan M (PMS3S105) dan anggota dari himpunan N (PMS3S102) dengan benar, dan juga menyatakan keanggotaan N dengan notasi pembentuk himpunan dengan benar (PMS3S103). Namun siswa PMS melakukan kesalahan dalam menyatakan keanggotaan M dengan notasi pembentuk himpunan (PMS3S106). Peneliti melakukan wawancara dengan PMS untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang kesalahan PMS sebagaimana transkip wawancara sebagai berikut: PMS S1 26 S : ya kakak. Saya sudah tahu salahnya, sepertinya kalau nomor 3 saya salah notasi-notasinya. Kurang teliti saya nomor 3 itu kakak. PMS S1 27 P : kalau begitu coba kamu selesaikan kembali soal itu dengan lebih teliti. PMS S1 28 S : ya kakak. PMS S1 29 P : baca baik-baik yang diketahui. Ingat kembali notasi-notasinya. PMS S1 30 S : (mengerjakan soal sampai selesai). 290 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016 Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016 PMS S1 31 P PMS S1 32 S PMS S1 35 P PMS S1 36 S PMS S1 37 P PMS S1 38 S PMS S1 39 P PMS S1 40 S PMS S1 41 P : bagus sekali. Jadi sudah mengerti yang ini? : ya kakak. Sudah mengerti. : kalau nomor 3 pake cara lain kamu bisa kerja? : yang dua cara itu kakak? : ya. coba kamu kerjakan. Bisa? : ya bisa kakak. (mengerjakan soal sampai selesai). Sudah benar ini kakak? : coba kakak lihat (memeriksa jawaban). Bagus. Ya sudah benar. : kalau yang dua cara ini lebih saya pahami kakak. : bagus kalau kamu sudah paham. Tapi harus banyak berlatih mengerjakan soal-soal. Supaya bisa lebih teliti lagi. PMS S1 42 S : ya kakak. Hasil wawancara pada siklus I memberikan informasi bahwa siswa PMS sudah memahami cara menyatakan keanggotaan suatu himpunan (PMS S1 32 S dan PMS S1 40 S) dan dapat menyatakan keanggotaan suatu himpunan (PMS S1 30 S dan PMS S1 38 S). Namun, siswa mengaku kurang teliti sehingga keliru menuliskan notasi-notasi yang digunakan dalam menyatakan anggota suatu himpunan dengan notasi pembentuk himpunan (PMS S1 26 S). Pelaksanaan tes akhir tindakan siklus II diikuti oleh 22 siswa. Hasil tes akhir tindakan siklus II yaitu terdapat 18 siswa tuntas dan 4 siswa tidak tuntas. Pada umumnya siswa yang tidak tuntas mengalami kesulitan dalam hal menentukan himpunan-himpunan bagian dari suatu himpunan. Satu diantara soal tes akhir tindakan siklus II ditunjukkan pada Gambar 3. Satu diantara siswa yang mengalami kesulitan dalam hal menentukan himpunan-himpunan bagian dari suatu himpunan yaitu siswa AIS. Jawaban siswa AIS ditunjukkan pada Gambar 4. Gambar 3. Soal tes akhir tindakan AIS3AS20 1 AIS3BS20 1 Gambar 4. Jawaban AIS soal 3 pada tes akhir Gambar 4 menunjukkan bahwa siswa AIS menentukan banyaknya himpunan bagian dari himpunan N dengan benar (AIS3AS201), namun siswa AIS hanya menuliskan empat himpunan bagian dari N (AIS3BS201), padahal masih ada duabelas himpunan bagian lagi dari N tidak dituliskan oleh AIS. Peneliti melakukan wawancara dengan AIS untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang kesalahan AIS sebagaimana transkip wawancara sebagai berikut: AIS S2 25 P : ya bagus. Benar sekali. Kalau yang nomor 3b kamu tahu salahnya? AIS S2 26 S : tidak tahu kakak. AIS S2 29 P : masih ingat soal pada LKS yang menentukan himpunan bagian dari suatu himpunan yang mempunyai satu anggota, dua anggota, dan tiga anggota ? AIS S2 30 S : ya kakak. Yang menggunakan panah-panah kakak ? AIS S2 31 P : ya, yang menggunakan panah-panah. Coba kamu kerjakan soal nomor 3b ini seperti cara pada LKS kemarin. AIS S2 32 S : (menulis dengan bimbingan peneliti seperti pada Gambar 4a). Nurfadila, I Nyoman Murdiana, dan Idrus Puluhulawa, Penerapan Model … 291 Gambar 4a. Jawaban siswa AIS terhadap tes akhir tindakan siklus II pada saat wawancara AIS S2 33 P : ya sudah benar. Sekarang tuliskan dalam bentuk himpunan. AIS S2 34 S : (menulis dengan bimbingan peneliti seperti pada Gambar 4b). Gambar 4b. Jawaban siswa AIS terhadap tes akhir tindakan siklus II Pada saat wawancara AIS S2 35 P AIS S2 36 S AIS S2 37 P AIS S2 38 S AIS S2 39 P AIS S2 40 S AIS S2 41 P AIS S2 42 S AIS S2 43 P AIS S2 44 S Gambar 4c. Jawaban siswa AIS terhadap tes akhir tindakan siklus II pada saat wawancara : coba kamu hitung ada berapa banyak himpunan bagian dari N ? : ada 14 saja kakak. Padahal kalau pakai rumus 2n dapat 16. : coba ingat kembali aturan lain mengenai himpunan bagian! : ya kakak. Saya ingat yang ada dalam kotak-kotak di LKS ? : ya. Jadi apa jawaban ? : berarti himpunan itu sendiri juga dengan himpunan kosong. (menulis seperti pada Gambar 4c). : ya benar sekali. Jadi ada berapa himpunan bagian dari N ? : ada 16 kakak. : bagaimana sudah paham materinya? : ya kakak. Sudah paham, ternyata sama seperti contoh yang di LKS itu. Saya kira beda kakak. Hasil wawancara pada siklus II memberikan informasi bahwa siswa AIS pada awalnya tidak memahami himpunan bagian dari suatu himpunan (AIS S2 27 S) namun dengan bimbingan peneliti, siswa AIS telah mampu menentukan himpunan bagian dari suatu himpunan (AIS S2 32 S, AIS S2 34 S, AIS S2 40 S) dan memahami himpunan bagian dari suatu himpunan (AIS S2 44 S). 292 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016 Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016 PEMBAHASAN Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti terlebih dahulu memberikan tes awal kepada siswa untuk mengetahui kemampuan awal siswa mengenai materi prasyarat. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutrisno (2012) yang menyatakan bahwa pelaksanaan tes sebelum perlakuan dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Hasil tes awal juga digunakan sebagai pertimbangan dalam pembentukan kelompok belajar yang heterogen dan penentuan informan, sebagaimana pendapat Nurcholis (2013) yang menyatakan bahwa pemberian tes awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan untuk dijadikan sebagai pertimbangan dalam pembentukan kelompok yang bersifat heterogen. Pelaksanaan pembelajaran Siklus I dan Siklus II mengikuti fase-fase pembelajaran model pembelajaran Quantum Teaching yang dikemukakan oleh DePorter (2010) yang terdiri dari enam fase, yaitu: 1) tumbuhkan, 2) alami, 3) namai, 4) demonstrasikan, 5) ulangi, dan 6) rayakan. Kegiatan pendahuluan pada setiap siklus diawali dengan peneliti membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa berdoa, mengecek kehadiran siswa, dan mempersiapkan siswa. Hal ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa di awal pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Amrullah (2014) yang menyatakan bahwa kegiatan guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa untuk berdoa bersama, mengecek kehadiran siswa dan menyiapkan siswa untuk belajar dapat menarik perhatian siswa di awal pembelajaran. Selanjutnya peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Penyampaian ini dimaksudkan agar siswa lebih terarah dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Prawiradilaga (2009) yang menyatakan bahwa menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dapat membuat siswa lebih terarah dalam mengikuti pembelajaran. Kemudian peneliti memberikan apersepsi kepada siswa agar lebih siap untuk menerima pengalaman baru dalam belajar, sebagaimana yang dikemukakan oleh Hanafiah dan Suhana (2009) bahwa apersepsi dapat menumbuhkan perhatian siswa sehingga lebih siap untuk menerima pengalaman baru dalam belajar. Kegiatan inti diawali dengan pelaksanaan fase tumbuhkan. Pada fase ini peneliti memotivasi siswa dengan menyampaikan manfaat mempelajari himpunan agar siswa menjadi siap dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Verawati (2015) yang menyatakan bahwa dengan menyampaikan manfaat mempelajari materi yang diajarkan akan membuat siswa lebih siap dan termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Aktivitas pada fase alami ialah peneliti mengelompokkan siswa ke dalam 5 kelompok belajar yang heterogen, terdiri dari 5 siswa setiap kelompok. Tujuan pembentukan kelompok yaitu agar siswa dapat bekerja sama, saling membantu dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya. Hal ini sejalan dengan pendapat Yanto (2015) bahwa pembentukan kelompok bertujuan agar siswa dapat bekerjasama, saling membantu, dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya masing-masing. Peneliti juga memberikan LKS terstruktur pada saat pembelajaran yang bertujuan untuk menuntun siswa dalam menemukan konsep dan kesimpulan dari materi yang diajarkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Yusnawan (2014) yang menyatakan bahwa memberikan LKS kepada setiap kelompok di dalam pelaksanaan pembelajaran bertujuan untuk menuntun siswa dalam proses penemuan sehingga dapat membuat kesimpulan dari materi yang diajarkan. Peneliti mengamati dan mengarahkan siswa yang sedang mengerjakan soal pada LKS dengan memberikan bimbingan seperlunya kepada siswa yang Nurfadila, I Nyoman Murdiana, dan Idrus Puluhulawa, Penerapan Model … 293 mengalami kesulitan menggunakan teknik scaffolding. Hal ini sesuai dengan pendapat Nusantara dan Syafi’i (2013) yang menyatakan bahwa seorang guru memiliki kewajiban dalam mengatasi kesulitan yang dialami siswa pada proses belajarnya dengan melakukan upaya pemberian bantuan seminimal mungkin atau yang lebih dikenal dengan istilah scaffolding agar siswa dapat bekerja lebih terarah. Siswa diiringi musik klasik untuk menciptakan kondisi yang membuat siswa menjadi tenang untuk berpikir. Hal ini sejalan dengan pendapat Susanti (2011) yang menyatakan bahwa penggunaan musik klasik pada saat belajar dapat meningkatkan intelegensi seseorang dan ketenangan untuk berpikir. Selanjutnya pada fase namai peneliti mempersilahkan perwakilan dari beberapa kelompok yang ingin menyampaikan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lain memberikan tanggapan terhadap jawaban kelompok penyaji. Hal ini dilakukan agar siswa terbiasa mengemukakan pendapat mengenai jawaban yang diberikan temannya sehingga materi yang dipelajari lebih bermakna. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahmawati (2013) yang menyatakan perlunya pembiasaan untuk memberikan tanggapan terhadap jawaban yang diberikan oleh orang lain dalam pembelajaran matematika, agar materi yang dipelajari siswa menjadi lebih bermakna. Aktivitas pada fase pendemonstrasian ialah peneliti mengarahkan siswa untuk mengerjakan latihan soal pada LKS dan menyampaikan jawabannya. Hal ini bertujuan agar siswa dapat memantapkan penguasaan materi yang dipelajari. Hal ini sejalan dengan pendapat Barla (2013) yang menyatakan bahwa latihan sebagai usaha untuk memantapkan penguasaan bahan pelajaran bagi siswa. Selanjutnya, aktivitas pada fase ulangi ialah peneliti sebagai guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Barlian (2013) yang menyatakan bahwa guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan pelajaran pada akhir pembelajaran berdasarkan tujuan pembelajaran. Selanjutnya, pada fase rayakan peneliti memberi pengakuan berupa tepuk tangan, pujian, dan kado kepada kelompok yang usaha dan hasil pekerjaannya dianggap baik oleh peneliti. Hal ini perlu dilakukan karena pengakuan peneliti mempengaruhi kemampuan dan keinginan belajar siswa selanjutnya. Hal ini sejalan dengan pendapat DePorter (2010) yang menyatakan bahwa kemampuan belajar dan keinginan siswa untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya meningkat karena pengakuan guru. Peneliti memberikan tes akhir tindakan kepada siswa setelah melaksanakan pembelajaran untuk memperoleh data hasil belajar siswa. Hasil tes akhir tindakan siklus I menunjukkan bahwa siswa yang tuntas sebanyak 16 orang siswa dari 24 siswa yang mengikuti tes, sedangkan hasil tes akhir tindakan siklus II menunjukkan bahwa siswa yang tuntas sebanyak 18 orang siswa dari 22 siswa yang mengikuti tes. Hasil analisis tes akhir tindakan menunjukkan adanya peningkatan hasil tes akhir tindakan dari siklus I ke siklus II. Selanjutnya hasil observasi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas peneliti dan aktivitas siswa dari kegiatan siklus I ke siklus II. Setiap aspek yang dinilai pada lembar observasi aktivitas guru maupun aktivitas siswa pada siklus II berada pada kategori baik maupun sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas guru dalam hal ini peneliti dan aktivitas siswa memenuhi indikator keberhasilan tindakan. Hasil dan pembahasan yang telah diuraikan menunjukkan bahwa indikator keberhasilan tindakan telah tercapai, sehingga dapat disimpulkan bahwa bahwa penerapan model pembelajaran Quantum Teaching pada materi himpunan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMPN 1 Banawa Tengah dengan mengikuti fase-fase yaitu: 1) tumbuhkan, 2) alami, 3) namai, 4) demonstrasikan, 5) ulangi, dan 6) rayakan. 294 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016 Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Banawa Tengah pada materi himpunan dengan mengikuti fase-fase model pembelajaran Quantum Teaching, yaitu: 1) tumbuhkan, 2) alami, 3) namai, 4) pendemonstrasian, 5) ulangi, dan 6) rayakan. Kegiatan pada fase tumbuhkan ialah peneliti memotivasi siswa dengan menyampaikan manfaat mempelajari himpunan dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan bahan tayang berupa slide power point dan video pembelajaran. Pada fase alami peneliti mengelompokkan siswa ke dalam 5 kelompok heterogen dan membagikan LKS kepada setiap kelompok. Siswa mengerjakan LKS diiringi musik klasik untuk meningkatkan intelegensi dan ketenangan untuk berpikir bagi siswa. Peneliti juga memberikan bimbingan kepada setiap kelompok dengan teknik scaffolding. Selanjutnya pada fase namai peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lain menanggapi jawaban kelompok penyaji. Selanjutnya kelompok penyaji serta kelompok lainnya membuat kesimpulan tentang pengertian himpunan yang mereka konstruksikan dan guru meluruskan serta memberikan penguatan tentang konsep yang telah disimpulkan oleh siswa. Kegiatan selanjutnya ialah pelaksanaan fase pendemonstrasian. Pada fase ini peneliti mengarahkan siswa untuk mengerjakan latihan soal dengan menggunakan konsep materi yang telah didiskusikan bersama siswa. Selanjutnya pada fase ulangi peneliti bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Kemudian pada fase rayakan peneliti memberikan pengakuan atas usaha dan hasil pekerjaan siswa berupa tepuk tangan, pujian dan kado. SARAN Berdasarkan hasil dan kesimpulan tersebut, peneliti menyarankan bahwa pembelajaran matematika melalui penerapan model pembelajaran Quantum Teaching layak dipertimbangkan sebagai alternatif dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi himpunan. Bagi peneliti lain yang ingin melaksanakan penelitian matematika, diharapkan mencoba menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching pada materi lain. Selain itu, perlu mencari strategi alternatif yang lebih baik untuk menarik perhatian siswa di awal proses pembelajaran agar pengalaman belajar siswa lebih berkesan. DAFTAR PUSTAKA Amrullah, A. L. (2014). Penerapan Pendekatan Realistic Mathematics Education untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Soal Cerita tentang Himpunan di Kelas VII MTsN Palu Barat. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako. [Online]. Vol. 2 (1), 11 halaman. Tersedia: http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index. php/JEPMT/article/download/3226/2281 [26 November 2015]. Asnidar. (2014). Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Operasi Himpunan di Kelas VII SMP Negeri 19 Palu. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako. [Online]. Vol. 1 (2), 10 halaman. Tersedia: http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index. php/JEPMT/article/downloa d/3220/2275 [26 November 2015]. Nurfadila, I Nyoman Murdiana, dan Idrus Puluhulawa, Penerapan Model … 295 Barla, N. dan Hasyim, A. (2013). Pengaruh Tingkat Intensitas Pemberian Latihan Soal terhadap Prestasi Belajar Siswa dalam Matapelajaran PKn Kelas VII SMP Negeri 21 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2012/2013. Jurnal Kultur Demokrasi .[Online]. Vol. 1 (2), 15 halaman. Tersedia: http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/JKD/article/view/ 807 [22 Juni 2016]. Barlian, I. (2013). Begitu Pentingkah Strategi Belajar Mengajar Bagi Guru?. Jurnal Forum Sosial. [Online]. Vol. 6 (1), 6 halaman. Tersedia: http://eprints.unsri.ac.id/2268/2/isi.pdf [17 Juni 2016]. Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 Matapelajaran Matematika. Jakarta: Depdiknas. DePorter, B. (1999). Quantum Teaching, Nilandari, A (penerjemah), 2010. Quantum Teaching (Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas). Bandung: Kaifa. Hanafiah, N. dan Suhana, C. (2009). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Refika Aditama. Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. (2013). The Action Research Planner: Doing Critical Participatory Action Research. Singapore: Springer Sience. [Online]. Tersedia: https://books.google.co.id/books?id=GB3IBAAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=kem mis+and+mctaggart&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=kemmis%20and%20 mctaggart&f=false [21 Agustus 2016]. Miles, M. B. dan Huberman, A. M. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-metode Baru. Terjemahan oleh Tjeptjep Rohendi Rohidi, Jakarta: UI-Press. Nurcholis. (2013). Implementasi Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Penarikan Kesimpulan Logika Matematika. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako. [Online]. Vol. 1 (1), 11 halaman. Tersedia: http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/in-dex.php/JEPMT/article/view/1707/ 1124. [21 Agustus 2016]. Nusantara, T. dan Safi’i, I. (2013). Diagnosis Kesalahan Siswa pada Materi Faktorisasi Bentuk Aljabar dan Scaffoldingnya. Journal Of Mathematic’s Teacher Education. [Online]. Vol. 1 (3), 10 halaman. Tersedia: http://jurnalonline.um.ac.id/data/artikel/ artikel29887756D901C2029476EE329D179594.pdf [17 Juni 2016]. Prawiradilaga, D. S. (2009). Prinsip Disain Pembelajaran. Jakarta: Kencana. Rahmawati, F. (2013). Pengaruh Pendekatan Pendidikan Realistik Matematika dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Journal FMIPA Unila. [Online]. Vol. 1 (1), 14 halaman. Tersedia: http://journal.fmipa. unila.ac.id.index.php/semirata/article/view/882/701 [21 Juni 2016]. Susanti, D.V. dan Rohmah, F.A. (2011). Efektivitas Musik Klasik dalam Menurunkan Kecemasan Matematika (Math Anxiety) pada Siswa Kelas XI. Jurnal Humanitas. [Online]. Vol. 8 (2), 14 halaman. Tersedia: http://journal. uad.ac.id/index.php/HUMANITAS/article/download/460/299 [29 Desember 2015]. Sutrisno. (2012). Efektivitas Pembelajaran dengan Metode Penemuan Terbimbing Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika. 296 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016 Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016 [Online]. Vol. 1 (4), 16 halaman. Tersedia: http://fkip.unila.ac.id/ ojs/journals/II/ JPMUVol1No4/016-Sutrisno.pdf [ 17 Juni 2016]. Verawati. (2015). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Pertidaksamaan Linear Satu Variabel di Kelas VII SMP Islam Terpadu Qurrota’ayun Tavanjuka. Skripsi Sarjana pada FKIP Universitas Tadulako Palu. Palu: Tidak Diterbitkan. Yanto. (2015). Penerapan Model Pembelajaran Numbered Heads Together dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Menyelesaikan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di Kelas VIII D SMPN 7 Palu. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako. [Online]. Vol. 2 (4), 12 halaman. Tersedia: http://jurnal. untad.ac.id /jurnal/index.php/JEPMT/article/view/1707/1124 [21 Juni 2016]. Yusnawan, I.P.A. (2014). Penerapan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Materi Gradien di Kelas VIII B SMP Negeri 9 Palu. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako. [Online]. Vol. 1 (2), 11 halaman. Tersedia: http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ JEPMT/ article [21 Juni 2016]