BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Organisasi membutuhkan banyak hal untuk menjadi lebih efektif, salah
satunya melalui perilaku individu dalam organisasi. Individu merupakan
faktor penting yang tidak bisa lepas dari organisasi. Karena peningkatan
efektifitas organisasi sangat dipengaruhi oleh kualitas perilaku yang
ditunjukkan oleh individu atau anggota yang mempunyai peran untuk
menjalankan tugas di dalam organisasi (Putra, 2013).
Pelaksanaan atas tugas-tugas tersebut tidak hanya merupakan tugastugas yang telah ditetapkan saja (in-role) namun juga perilaku yang tidak
digariskan dalam job description atau bersifat extra-role juga sangat
dibutuhkan oleh organisasi. Perilaku tersebut diharapkan mampu membuat
organisasi lebih efektif. Perilaku ini disebut juga organizational citizenship
behavior (Putra, 2013)..
Perilaku atau peranan yang dilakukan oleh karyawan sangat penting
bagi suatu perusahaan. Berbagai pendapat yang mengemukakan tentang
pentingnya perilaku karyawan yang mau bekerja melebihi deskripsi jabatan
antara lain seperti yang dikemukakan oleh Robbins (2001) yang menyatakan
bahwa organisasi yang sukses membutuhkan karyawan yang akan melakukan
lebih dari sekedar tugas formal mereka dan mau memberikan kinerja yang
melebihi harapan. Dalam dunia kerja yang dinamis seperti saat ini, di mana
tugas makin sering dikerjakan dalam tim, fleksibilitas sangatlah penting.
Organisasi menginginkan karyawan yang bersedia melakukan tugas yang
tidak tercantum dalam deskripsi pekerjaan mereka (Robbins, 2001). Menurut
Robbins dan Judge (2008), fakta menunjukkan bahwa organisasi yang
mempunyai karyawan yang memiliki OCB yang baik, akan memiliki kinerja
yang lebih baik dari organisasi lain.
Organizational Citizenship Behavior (OCB) merupakan perilaku
individu yang bersifat bebas , tidak secara langsung atau secara eksplisit
mengharapkan sistem imbalan formal, dan secara keseluruhan meningkatkan
efisiensi dan keefektifan fungsi organisasi. OCB bersifat bebas dan sukarela,
karena perilaku tersebut tidak diharuskan atau bukanlah tuntutan secara
langsung dari organisasi; melainkan sebagai pilihan personal (Organ,
podsakoff, & macKenzie, 2006).
Smith (1983) menyebutkan OCB adalah kontribusi karyawan di atas
dan lebih dari deskripsi kerja formal. OCB melibatkan beberapa perilaku,
meliputi perilaku menolong orang lain, menjadi volunteer untuk tugas-tugas
ekstra, patuh terhadap aturan-aturan dan prosedur-prosedur di tempat kerja.
Perilaku-perilaku ini menggambarkan nilai tambah karyawan dan merupakan
salah satu bentuk perilaku prososial, yaitu perilaku sosial yang positif,
konstruktif dan bermakna membantu (Novliadi, 2007).
Studi Shore dan Wayne (1993) menemukan bahwa persepsi terhadap
dukungan organisasi menjadi prediktor OCB dan berhubungan positif dengan
kinerja dan OCB. Penelitian lain juga mengungkapkan bahwa karyawan yang
merasa bahwa mereka didukung oleh organisasi akan memberikan timbal
baliknya dan menurunkan ketidakseimbangan dalam hubungan tersebut
dengan terlibat dalam perilaku citizenship (dalam Novliadi, 2007).
Dukungan organisasi dilihat sebagai faktor organisasi yang sering
dimungkinkan mendahului adanya Organizational Citizenship Behavior dalam
organisasi. Hal ini dimungkinkan dukungan organisasi memberi perhatian
pada karyawan dan ketika seorang karyawan senang dengan dukungan yang
diberikan maka mereka ingin memberikan imbalan untuk mendukung
organisasi tersebut .Karyawan akan mempersepsikan sejauh mana organisasi
menghargai kontribusi karyawan dan peduli tentang kesejahteraan karyawan
(Allen, Shore, & Griffeth, 2003).
Moideenkutty (2005) menyebutkan
pertukaran sosial di organisasi dapat dikonsepkan dengan pertukaran global
antara individu dengan organisasi, ketika terjadi pertukaran sosial di
organisasi, dimungkinkan karyawan mengikutsertakan perilaku yang menjadi
keuntungan organisasi. Ketika karyawan diperlakukan baik oleh organisasi,
maka sebagai timbal baliknya. Karyawan akan menunjukkan perilaku yang
dapat menguntungkan organisasi (dalam Putra,2013) .
Surat Kabar Harian Waspada merupakan salah satu media cetak yang
cukup terkemuka dikota Medan, yang mana aktivitas perusahaan ini setiap
harinya menerbitkan berita kepada seluruh lapisan masyarakat. Agar aktivitas
perusahaan dapat berjalan dengan efektif, surat kabar Harian Waspada
membagi jam kerja karyawan menjadi 2 shift. Shift pertama dimulai dari
pukul 08.30 sampai pukul 16.30 WIB. Karyawan yang bekerja dalam shift ini
adalah karyawan bagian perkantoran , dan pemasaran yang berjumlah 40
orang dan karyawan sekretariat yang berjumlah 40 orang. Shift
kedua
dimulai dari pukul 17.00-23.00 WIB ,merupakan jam kerja untuk karyawan
bagian redaksi, yang terdiri dari reporter dan percetakan yang berjumlah 88
orang. Staf redaksi terdiri atas reporter dan sekretariat yang bertugas untuk
mencari dan menerbitkan berita mengenai berbagai macam bidang, yakni
rubrik, agama, tajuk keterangan laporan khsusus, desk naskah umum, desk
naskah berita, kota, luar negeri, daerah, nasional dan olahraga. seluruh
Redaktur harus datang sesuai jam kerja yang sudah ditentukan.
Dalam pelaksanaannya, tentunya ada beberapa karyawan yang datang
terlambat. Terdapat staf redaksi yang paling sering datang terlambat. Staf
redaksi yang beranggotakan reporter dan redaktur memiliki sistem kerja yang
saling bergantungan. Yang mana reporter akan briefing pada pagi hari,
kemudian dibebaskan untuk mencari berita, dan harus kembali ke kantor
paling lama pukul 19.00 WIB , dan redaktur-redaktur akan mulai menuliskan
berita untuk diterbitkan keesikan harinya. Tentunya, apabila ada staf redaksi
yang terlambat, akan mengganggu kinerja karyawan yang lain.
Alasan yang muncul dari karyawan-karyawan yang terlambat pun
beragam, misalnya karyawan yang piket mencari berita datang terlambat
karena belum mendapatkan berita pada batas waktu yang telah dtentukan.
Alasan lain yang kerap disebutkan berupa alasan klasik, seperti malas untuk
datang tepat waktu.
Untuk
meminimalisir
keterlambatan
yang
terjadi,
perusahaan
memberlakukan sistem pemotongan gaji terhadap karyawan yang terlambat.
Bagi karyawan yang sudah berulang kali datang terlambat, akan diberikan
surat peringatan. Biasanya karyawan yang sudah mendapat surat peringatan
akan datang tepat waktu, namun setelah batas waktu surat peringatan berakhir
(3 bulan) karyawan kembali mengulangi perilaku datang terlambat. Begitu
seterusnya hingga karyawan mendapat mendapat surat peringatan lagi.
Permasalahan keterlambatan pada karyawan staf redaksi menarik
untuk diteliti. Ketika dilakukan wawancara kepada salah satu staf redaksi
yang terlambat (redaktur) , beliau mengatakan bahwa alasan keterlambatannya
adalah malas untuk datang tepat waktu, karena ketika datang tepat waktu
beliau belum bisa mengerjakan apa-apa karena berita belum masuk,sehingga
beliau harus menunggu lagi. Karena hal ini terjadi berulang kali, beliau
memutuskan untuk datang pada pukul 19.00 WIB hampir setiap hari. Dengan
demikian, mau tidak mau gaji beliau harus dipotong.
Pemotongan gaji yang dialami karyawan karena keterlambatan
membuat mereka sering mengeluh kurang puas atas kebijakan yang dilakukan
perusahaan dan meminta kenaikan gaji kepada pihak perusahaan. Karena
pihak perusahaan merasa gaji yang sudah diberikan sudah sesuai UMK, maka
permintaan karyawan ditolak.
Berbeda dengan persepsi salah satu staf redaksi diatas, salah satu
bagian sekretariat mengatakan sangat senang karena telah diberikan
kesempatan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan, baik outdoor maupun
indoor, serta beberapa seminar
tersebut. Selain menambah pengetahuan,
pelatihan juga semakin menambah relasi
kerja. Tak hanya itu, beliau
mengatakan bahwa perusahaan cukup menghargai kontribusi karyawan,
khususnya yang sudah bekerja selama 25 tahun di perusahaan itu, dengan
memberikan cincin emas seberat 25 gram. Hal ini dimaksudkan untuk
menghargai loyalitas yang diberikan karyawan terhadap perusahaan.
Tak hanya staf sekretariat tersebut , salah satu staf pemasaran juga
berpendapat demikian. Beliau cukup senang dengan kegiatan yang dilakukan
oleh perusahaan dalam rangka perayaan ulang tahun perusahaan. Kegiatan
yang dilakukan berupa seremonial, seminar, dan
kegiatan sosial yang
tentunya melibatkan seluruh peran aktif dari karyawan harian Waspada
Medan. Tentunya hal ini akan menambah jiwa kekeluargaan dalam
perusahaan.
Dukungan atasan yang merupakan dimensi dari persepsi dukungan
organisasi juga mempengaruhi OCB karyawan harian Waspada Medan .
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu karyawan Harian Waspada
Medan, mengatakan bahwa kelancaran komunikasi belum mendapat perhatian
penting bagi para atasan, hal ini terlihat dari tidak seriusnya para atasan untuk
mengembangkan komunikasi dengan para bawahannya, khususnya informasi
dua arah. Biasanya penyampaian informasi dari atasan cenderung dilakukan
secara formal, misalnya dalam bentuk-bentuk edaran, emmo, buku,
pengumuman, publikasi maupun perintah. Demikian juga sebaliknya apabila
bawahan memiliki gagasan, saran, reaksi, keluhan, pendapat dalam diri
bawahan mereka lebih cenderung untuk mengambil sikap untuk tidak
menyampaikan reaksi ataupun keluhan atau pendapat mereka.
Berdasarkan hasil
wawancara diatas,
dapat disimpulkan bahwa
masalah yang dihadapi perusahaan mengenai keterlambatan , serta persepsipersepsi yang berbeda dari karyawan terhadap dukungan yang diberikan
organisasi merupakan hal yang cukup mendapat perhatian peneliti. Untuk
itulah peneliti ingin meneliti pengaruh persepsi dukungan organisasi terhadap
organizational citizenship behavior pada karyawan Harian Waspada Medan .
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimanakah
pengaruh persepsi dukungan organisasi terhadap Organizational Citizenship
Behavior pada karyawan Harian Waspada Medan ?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
a. Tingkat organizational citizenship behavior (OCB) Karyawan
harian Waspada medan
b. Persepsi dukungan organisasi karyawan harian Waspada Medan
c. Mengetahui dan menganalisa pengaruh
persepsi dukungan
organisasi terhadap Organizational Citizenship Behavior pada
karyawan Harian Waspada Medan
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data-data empiris yang
berkaitan dengan persepsi dukungan organisasi dan organizational
citizenship behavior
2. Manfaat Praktis
Bagi Institusi:
a. Dapat mengetahui tingkat organizational citizenship behavior
karyawan
b. Dapat mengetahui tingkat persepsi karyawan terhadap dukungan
organisasi yang diberikan oleh perusahaan
c. Dapat mengetahui pengaruh persepsi dukungan organisasi terhadap
OCB karyawan
d. Diharapkan dengan diketahuinya tingkat OCB dan persepsi
karyawan terhadap dukungan organisasi,
perusahaan dapat
menindaklanjutinya.
E. Sistematika Penulisan
Penelitian ini disajikan dalam beberapa bab dengan sistematika
penelitian sebagai berikut:
1. Bab I : Pendahuluan
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
2. Bab II : Tinjauan Pustaka
Bab ini menguraikan landasan teori yang mendasari masalah yang
menjadi objek penelitian. Teori yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teori organizational citizenship behavior yang terdiri dari definisi
OCB, dimensi OCB , serta faktor-faktor OCB . Teori tentang persepsi
dukungan organisasi yang terdiri dari definisi persepsi dukungan
organisasi ,dimensi persepsi dukungan organisasi, serta dampak persepsi
terhadap dukungan organisasi. Di bab ini juga dijelaskan pengaruh
persepsi dukungan organisasi terhadap ocb karyawan , serta hipotesa.
3. Bab III : Metode Penelitian
Bab ini berisi identifikasi variabel, defenisi operasional, subjek
penelitian, metode pengambilan data, validitas dan reliabilitas alat ukur,
prosedur penelitian, dan metode analisis data
4. Bab IV : Analisa Data dan Interpretasi
Bab ini memaparkan mengenai gambaran umum subjek penelitian,
hasil penelitian, hasil utama penelitian, dan menginterpretasikan data –
data empirik.
5. Bab V : Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi kesimpulan mengenai hasil penelitian serta berisi saransaran metodologis dan saran-saran praktis.
Download