BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi dewasa ini memiliki dampak pada lesunya iklim ekonomi dunia usaha yang mengakibatkan banyak perusahaan harus melakukan upaya konsolidasi internal sebagai upaya penghematan keuangan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup (survive) dan mencapai pertumbuhan (growth) perusahaan melalui kinerja yang efektif dan efisien. Manajemen sangat diperlukan didalam perusahaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, baik untuk memudahkan terwujudnya tujuan perusahaan maupun karyawan. Menurut Hasibuan (2014), mengatakan bahwa manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Adapun unsur-unsur manajemen itu terdiri dari: man, money, methode, machines, materials, dan market, disingkat 6 M. Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Timbul pertanyaan tentang: apa yang diatur, apa tujuannya diatur, mengapa harus diatur, siapa yang mengatur, dan bagaimana mengaturnya. Tercapainya tujuan perusahaan membutuhkan kerjasama antara pemimpin dengan bawahan, dalam hal ini adalah karyawan. Kerjasama tersebut dapat terjadi apabila tercipta hubungan kerja yang harmonis. Pemimpin harus menyadari bahwa dinamika suatu organisasi sebagian besar terletak pada dirinya. Pemimpin yang cakap harus memelihara semua hubungan secara harmonis dan ditentukan dari keberhasilannya mengelola sumber daya manusia. 1 Manajer yang berhasil adalah mereka yang mampu melihat sumber daya manusia sebagai asset yang harus dikelola sesuai dengan kebutuhan bisnis. Hal ini akan menciptakan perusahaan memiliki daya saing. Pengelola organisasi harus memiliki kemampuan untuk memadukan berbagai pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh para anggotanya dengan sumber daya organisasi lainnya (Bangun, 2012). Pengelolaan sumber daya manusia yang dimaksudkan adalah perusahaan harus mampu untuk menyatukan cara pandang pemimpin dan karyawan dalam mencapai tujuan perusahaan. Bangun (2012) mengemukakan bahwa manajemen sumber daya manusia dapat didefinisikan sebagai suatu proses perencanaan, pengorganisasian, penyusunan staf, penggerakan dan pengawasan, terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintregasian, pemeliharaan, dan pemisahaan tenaga kerja untuk mencapai tujuan organisasi. Sumber daya manusia merupakan hal yang sangat penting dalam suatu organisasi, karena keberhasilan suatu perusahaan tergantung pada kualitas dan kinerja sumber daya manusia yang ada. Persoalan yang ada ditentukan bagaimana menciptakan sumber daya manusia yang dapat menghasilkan kinerja yang optimal sehingga tujuan perusahaan bisa tercapai. Produktivitas kerja merupakan tuntutan utama perusahaan supaya operasionalnya dapat terjamin dengan baik. Meningkatnya produktivitas kerja dapat dilakukan oleh manusia dan juga melemahnya produktivitas juga bisa ditimbulkan dari manusia, sehingga sumber daya manusia merupakan salah satu tuntutan dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja. 2 Peningkatan produktivitas kinerja merupakan sumber pertumbuhan utama untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Pertumbuhan yang tinggi dan berkelanjutan merupakan unsur penting dalam menjaga kesinambungan peningkatan produktivitas jangka panjang. Dengan demikian, perumbuhan dan produktivitas keduanya saling tergantung dengan pola hubungan yang dinamis, tidak mekanistik, non linear dan kompleks (Sedarmayanti, 2011). Konsep produktivitas dalam pandangan ilmu ekonomi biasanya dikaitkan dengan jumlah luaran dan harga luaran. Menurut Sedarmayanti (2011), mengemukakan bahwa produktivitas artinya keluaran yang dihasilkan diperoleh dari keseluruhan masukan yang ada dalam organisasi. Sinungan (2014) secara luas mengartikan bahwa produktivitas adalah suatu pendekatan interdisipliner untuk menentukan tujuan yang efektif, pembuatan rencana, aplikasi penggunaan cara yang produktivitas untuk menggunakan sumbersumber secara efisien, dan tetap menjaga adanya kualitas yang tinggi. Produktivitas mengikutsertakan pendayagunaan secara terpadu sumber daya manusia dan keterampilan, barang modal teknologi, manajemen, informasi, energi, dan sumbersumber lain menuju kepada pengembangan dan peningkatan standar hidup untuk seluruh masyarakat, melalui konsep produktivitas semesta/ total. Banyak hal yang mempengaruhi produktivitas kerja oleh karena itu perusahaan harus menjamin agar faktor-faktor yang berkaitan dengan produktivitas kerja karyawan dapat terpenuhi. Menurut Sinungan (2014) terdapat 8 faktor-faktor yang umum, yakni: 1. Manusia 2. Modal 3 3. Metode/Proses 4. Lingkungan organisasi (internal) 5. Produksi 6. Lingkungan negara (eksternal) 7. Lingkungan internasional maupun regional 8. Umpan balik Kualitas sumber daya manusia sangat berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Untuk meningkatkan produktivitas perlu adanya upaya dari perusahaan untuk meningkatkan kinerja karyawan agar hasil produktivitas yang diinginkan dapat tercapai. Produktivitas kerja dikatakan tinggi jika hasil yang diperoleh lebih besar dari sumber kerja yang digunakan. Produktivitas kerja karyawan yang tinggi akan mendorong munculnya Organizational Citizenship Behavior (OCB). Menurut Organ (dalam Titisari 2014), Organizational Citizenship Behavior (OCB) merupakan perilaku karyawan perusahaan yang ditikan untuk meningkatkan efektifitas kinerja perusahaan tanpa mengabaikan tujuan produktivitas individual karyawan. Menurut Aldag dan Resckhe (dalam Titisari 2014), Organizational Citizenship Behavior (OCB) merupakan kontribusi individu yang melebihi tuntutan peran di tempat kerja. Organizational Citizenship Behavior (OCB) ini melibatkan beberapa perilaku meliputi perilaku menolong orang lain, menjadi volunteer untuk tugas-tugas ekstra, patuh terhadap aturan-aturan dan prosedur-prosedur di tempat kerja. Perilakuperilaku ini menggambarkan “nilai tambah karyawan” yang merupakan salah satu bentuk perilaku prososial, yaitu perilaku sosial yang positif, konstruktif dan 4 bermakna membantu. Munculnya OCB dapat menjadi gambaran adanya kinerja yang tinggi dalam organisasi. Kinerja masih merupakan permasalahan yang selalu dihadapi pihak manajemen, sehingga manajemen perlu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan. Salah satu ukuran kinerja karyawan adalah kemampuan intelektual, yang didukung dengan kemampuan menguasai, mengelola diri sendiri serta kemampuan dalam membina hubungan dengan orang lain (Martin dikutip oleh Fitriastuti, 2013). Menurut Goleman (2015:54) menyatakan bahwa salah satu aspek kecerdasan emosional yaitu kecerdasan “sosial” kemampuan untuk memahami orang lain dan “bertindak bijaksana dalam hubungan antarmanusia” merupakan suatu aspek seseorang. Sedangkan menurut Boyatzis et al. (dikutip oleh Fitriastuti, 2013) menyatakan, bahwa kecerdasan emosional merupakan komponen yang membuat seseorang menjadi pintar menggunakan emosi. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa emosi manusia berada di wilayah bawah sadar sehingga diakui kecerdasan emosional menyediakan pemahaman yang lebih mendalam dan utuh tentang diri sendiri dan orang lain. Orang-orang yang mempunyai penyesuaian alamiah dengan suasana hati mereka sendiri pasti lebih cakap dalam merumuskan pesan suara hati. Penyesuaian batin ini seharusnya membuat mereka lebih berbakat untuk menyuarakan kebijaksanaan alam bawah sadar makna yang terasa pada mimpi dan fantasi, simbol yang mewujudkan hasrat-hasrat kita yang paling dalam. Emosi yang bergejolak di bawah ambang kesadaran dapat berpengaruh besar terhadap bagaimana kita mencerap dan bereaksi, meskipun kita tidak mengetahui betul bagaimana emosi 5 bekerja. Kesadaran diri emosional merupakan batu pembangun kecerdasan emosional penting berikutnya: kemampuan untuk melepaskan suasana hati yang tidak mengenakkan (Goleman, 2015:73). Kecerdasan emosional merupakan faktor yang sama pentingnya dengan kemampuan dan analisis untuk menghasilkan kinerja yang lebih optimal. Selain itu, salah satu aspek lain yang berperan dalam meningkatkan produktivitas kerja karyawan adalah disiplin kerja. Disiplin adalah sikap mental yang tercermin dalam perbuatan atau tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan (obedience) terdapat peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan baik oleh pemerintah atau etik, norma dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat untuk tujuan tertentu (Sinungan, 2014:147). Sedangkan Hasibuan (2014:193) berpendapat bahwa kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan normanorma sosial yang berlaku. Kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Jadi, dia akan mematuhi/mengerjakan semua tugasnya dengan baik, bukan atas paksaan. Kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan peraturan perusahaan, baik yang tertulis maupun tidak. Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Dalam menjalankan sikap yang disiplin dapat membantu mengurangi tingkat kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan, karena karyawan yang menaati 6 peraturan yang ada dapat lebih berhati-hati dan mengurangi tingkat risiko kecelakaan dalam bekerja. Untuk meminimalkan berbagai risiko yang berkaitan dengan pekerjaan, perlu adanya upaya peningkatan perlindungan terhadap tenaga kerja melalui program K3. Menurut Sedarmayanti (2011) mengemukakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja adalah pengawasan terhadap orang, mesin, material dan metode yang mencakup lingkungan kerja agar pekerja tidak mengalami cedera. Kasus-kasus kecelakaan kerja di Indonesia masih cukup besar, baik di sektor industri dan jasa. Kecelakaan kerja dapat mengakibatkan kehancuran alat-alat produksi dan hasil produksi menurun. Bagi pekerja kecelakaan kerja tersebut mengakibatkan cacat fisik, mengidap penyakit kronis sehingga tidak mampu bekerja lagi dan banyak pekerja yang meninggal. Program K3 diadakan untuk meminimalkan berbagai resiko berkaitan dengan pekerjaan. Meminimalkan beban bagi perusahaan untuk membayar biaya pengobatan dan perawatan bagi pekerja yang mengalami kecelakaan kerja. Produksi yang terhenti juga mempengaruhi hasil produktivitas kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja juga mempunyai dampak positif terhadap usaha peningkatan kedisiplinan dan produktivitas kerja karyawan. Pentingnya program keselamantan dan kesehatan kerja dalam perusahaan juga berkaitan dengan tuntutan global yang menetapkan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai salah satu syarat penting dalam hubungan dagang antarnegara yang harus dipenuhi oleh seluruh anggota, termasuk Indonesia. Bahkan keselamatan dan kesehatan kerja telah ditempatkan secara hakiki sebagai aspek yang bersentuhan langsung dengan hak asasi manusia (HAM) (Konradus, 2012). 7 Konradus (2012) mengemukakan bahwa Pemerintah cq Depnakertrans telah berusaha memberikan panduan penerapan K3 di perusahaan melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Pasal 1 menyebutkan, “SMK3 adalah bagian dari sistem keseluruhan meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan pemeliharaan bagi pengembangan, kebijakan penerapan, keselamatan dan pencapaian, kesehatan kerja pengkajian, dalam dan rangka mengendalikan resikoyang berkaitan dengan kerja guna terciptanya kerja yang aman, efisien dan produktif.” Secara hukum perusahaan diwajibkan untuk bertanggung jawab mensosialisasikan dan mempromosikan budaya K3 (safety and healthy culture) kepada para karyawan. Promosi budaya K3 di tempat kerja harus dipandang sebagai proses untuk meningkatkan kualitas SDM pekerja. Karena itu K3 merupakan program yang tak terpisahkan dari manajemen perusahaan. Menurut hasil prasurvey yang dilakukan peneliti terhadap 20 karyawan PT Jati Luhur Agung Semarang tentang keselamatan dan kesehatan kerja dapat diketahui hasilnya sebagai berikut: 8 Tabel 1.1 Pra Survey terhadap karyawan PT Jati Luhur Agung Semarang No 1. 2. 3. 4. Setuju Prosentase Tidak Setuju Prosentase 15 75% 5 25% Perusahaan memiliki alat pelindung diri sesuai potensi bahaya yang dapat terjadi 17 83% 3 15% Karyawan menggunakan alat pelindung diri saat bekerja 18 90% 2 10% Sering terjadi kecelakaan kerja di perusahaan ini 9 45% 11 55% 3 15% Uraian Perencanaan perusahaan dengan baik K3 di terorganisir 5. Sering terjadi perbedaan 17 83% pendapat antar karyawan Sumber: hasil prasurvey 20 karyawan, Oktober 2015 Berdasarkan tabel 1.1.1 diatas dapat diperoleh gambaran bahwa prasurvey dilakukan kepada 20 karyawan yang bekerja di PT Jati Luhur Agung Semarang, 90% menyatakan bahwa karyawan sudah mengguanakn alat pelindung diri saat bekerja, 83% karyawan menyatakan bahwa perusahaan memiliki alat pelindung diri sesuai potensi bahaya yang dapat terjadi dan sering terjadi perbedaan pendapat antar karyawan, 75% menyatakan bahwa perencanaan K3 di perusahaan terorganisir dengan baik dan 45% menyatakan bahwa sering terjadi kecelakaan kerja di perusahaan ini. Hal ini berbanding terbalik dengan data kecelakaan kerja yang terjadi di PT Jati Luhur Agung Semarang dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Berikut data kecelakaan kerja di PT Jati Luhur Agung Semarang : 9 Tabel 1.2 Data Kecelakaan Kerja di PT Jati Luhur Agung pada tahun 2011-2015 No. Tahun Jumlah 1 2011 46 2 2012 82 3 2013 50 4 2014 72 5 2015 70 Sumber: Data Kecelakaan Kerja PT Jati Luhur Agung Berdasarkan tabel 1.1.2 dapat diketahui bahwa kecelakaan kerja di PT Jati Luhur Agung sangat banyak. Pada tahun 2011 terjadi sebanyak 46 kasus, sedangkan kecelakaan kerja terjadi paling banyak pada tahun 2012 yaitu sebanyak 82 kasus. Tahun 2013 terjadi 50 kasus, pada tahun 2014 terjadi 72 kasus dan tahun 2015 dari bulan Januari sampai dengan bulan September terjadi 70 kasus. Dari fenomena diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian di PT Jati Luhur Agung semarang. PT Jati Luhur Agung Semarang merupakan perusahaan produsen lantai kayu berorientasi ekspor. Perusahaan ini telah berpengalaman lebih dari 35 tahun memproduksi lantai kayu dengan berbagai desain, dari klasik hingga yang paling tren terbaru. PT Jati Luhur Agung Semarang merupakan salah satu perusahaan lantai kayu terbesar di Jawa Tengah. Perusahaan ini menciptakan fondasi yang kuat pada kemitraan dengan pelanggan dan lingkungan dengan menggabungkan teknologi. 10 Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan maka dapat disimpulkan permasalahan di PT Jati Luhur Agung Semarang menurunnya produktivitas kerja karyawan dipengaruhi oleh kecelakaan kerja karyawan dan Organizational Citizenship Behavior (OCB). Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk mengambil judul “Pengaruh Kecerdasan Emosional, Disiplin Kerja dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) Dan Dampaknya Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Operasional PT Jati Luhur Agung Semarang”. 1.2 Rumusan Masalah Permasalahan yang penulis rumuskan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh kecerdasan emosional terhadap organizational citizenship behavior (OCB) di PT Jati Luhur Agung Semarang ? 2. Bagaimana pengaruh disiplin kerja terhadap organizational citizenship behavior (OCB) di PT Jati Luhur Agung Semarang ? 3. Bagaimana pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap organizational citizenship behavior (OCB) di PT Jati Luhur Agung Semarang? 4. Bagaimana pengaruh organizational citizenship behavior (OCB) terhadap produktivitas kerjadi PT Jati Luhur Agung Semarang ? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis: 11 1. Untuk menganalisis pengaruh kecerdasan emosional terhadap organizational citizenship behavior (OCB) di PT Jati Luhur Agung Semarang. 2. Untuk menganalisis pengaruh disiplin kerja terhadap organizational citizenship behavior (OCB) di PT Jati Luhur Agung Semarang. 3. Untuk menganalisis pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap organizational citizenship behavior (OCB) di PT Jati Luhur Agung Semarang. 4. Untuk menganalisis pengaruh organizational citizenship behavior (OCB) terhadap produktivitas kerjadi PT Jati Luhur Agung Semarang. 1.4 1 Manfaat Penelitian Bagi Perusahaan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk dapat menetukan langkah-langkah yang diambil dalam mengelola karyawan dengan baik serta sebagai dasar pengambilan keputusan dalam meningkatkan produktivitas kerja pada perusahaan tersebut. 2 Bagi Penulis Dengan hasil dari penelitin ini, penulis dapat mengetahui kenyataan permasalahan danpraktek yang ada di dalam perusahaan serta dapat dibandingkan dengan teori yang diteliti. Serta menambah ilmu pengetahuan serta wawasan penulis di dalam ilmu ekonomi dan bisnis, khususnya bidang manajemen sumber daya manusia dalam peningkatan produktivitas kerja karyawan. 3 Bagi Akademik 12 Hasil laporan Tugas Akhir ini diharapkan dapat berguna bagi Universitas Dian Nuswantoro Semarang sebagai bahan referensi dan informasi dalam memahami permasalahan dalam bidang yang sama. 1.5 Sistematika Penulisan Penelitian ini disusun dalam lima bab yang terdiri dari: BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II : LANDASAN TEORI Pada bab ini berisi teori yang mendukung dalam penelitian, penelitian terdahulu, kerangka konseptual (pemikiran) dan hipotesis. BAB III : METODE PENELITIAN Pada bab ini berisi tentang variabel penelitian dan definisi operasional, penentuan populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, serta metode analisis data. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini berisi tentang gambaran umum perusahaan, gambaran umum responden serta analisis data. BAB V : PENUTUP Pada bab ini berisi tentang kesimpulan yang diperoleh serta saran yang ingin dikemukakan. 13