BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan (barriers) bekerjanya perdagangan bebas dengan jalan mengintroduksi semua bentukbentuk kerjasama dan unifikasi. Integrasi dapat dipakai sebagai alat untuk mengakses pasar yang lebih besar dan menstimulasi pertumbuhan ekonomi sebagai untuk meningkatkan kesejahteraan nasional. Dalam integrasi ekonomi terjadi perlakuan diskriminatif antara negara-negara anggota dengan negara-negara non-anggota dalam melakukan perdagangan, sehingga dapat memberikan dampak penciptaan (trade creation) dan dampak pengalihan (trade diversion) (Salvatore, 2000). Tujuan yang paling mendasar dari integrasi ekonomi ini adalah untuk meningkatkan volume perdagangan barang dan jasa, meningkatkan mobilitas kapital dan tenaga kerja, meningkatkan produksi, meningkatkan efisiensi produksi serta meningkatkan daya saing produk yang dihasilkan. Pembentukan integrasi ekonomi pada akhirnya akan menciptakan dampak meningkatnya kesejahteraan negara-negara anggota secara keseluruhan karena akan mengarah pada peningkatan spesialisasi produksi, yang didasarkan pada keuntungan komparatif (Lapipi, 2005). Secara teoritis, integrasi ekonomi regional selain menimbulkan dampak penciptaan perdagangan (trade creation) bagi negara anggota dapat pula menimbulkan dampak pengalihan perdagangan (trade diversion) bagi negara non-anggota, sebagai akibat perlakuan diskriminatif kepada negara non-anggota yang dapat memproduksi barang lebih efisien daripada produksi 1 negara anggota untuk komoditi yang sama. Kerjasama perdagangan internasional diharapkan membawa implikasi positif, tetapi dampak negatifnya tidak dapat dihindari. Viner (1950) menyadari dampak dari adanya kerjasama perdagangan internasional dapat menyebabkan trade diversion dan trade creation. Trade creation merupakan dampak positif yang menjadi peluang bagi suatu negara akibat beralihnya konsumsi dari produk domestik yang bersifat high-cost menjadi produk impor yang bersifat low-cost. Sebaliknya, trade diversion merupakan perubahan orientasi perdagangan ke arah yang tidak efisien akibat adanya pengalihan dari produk impor yang bersifat low-cost dari negara non-anggota, menjadi produk yang bersifat high-cost dari negara anggota perjanjian. Menurut Kindleger dan Linders (1978) dalam Prabowo dan Wardoyo (2004) ada bentuk lima integrasi yaitu: a. Kawasan Perdagangan Bebas (Free Trade Area) adalah suatu bentuk integrasi ekonomi di mana pembatasan kuantitatif dan hambatan tarif antara negara-negara anggota dihapuskan; dan setiap negara tetap memberlakukan tarifnya sendiri-sendiri terhadap negara luar yang bukan anggota. b. Custom Union adalah integrasi ekonomi di mana tarif antara negara anggota dihapuskan dan “tarif bersama eksternal” (common external tariff) tetap diberlakukan terhadap negara bukan anggota. c. Pasar Bersama (Common Market) adalah bentuk integrasi ekonomi yang memiliki ciriciri Custom Union plus pengapusan pembatasan perdagangan dan penghapusan pembatasan lalu lintas faktor-faktor produksi antar negara anggota. 2 d. Uni Ekonomi (Economic Union) adalah satu bentuk integrasi di samping memiliki ciriciri pasar bersama juga ada penyeragaman kebijakan ekonomi dan sosial. e. Uni Supranasional (Supranational Union) adalah bentuk integrasi ekonomi di mana pemerintahan nasional menyerahkan kekuasaan dan sovereignity kebijaksanaan ekonomi dan sosial kepada otoritas supranasional. Berbagai bentuk kerjasama seperti perjanjian perdagangan bilateral, regional, dan multilateral merupakan bentuk upaya untuk mengoptimalkan perdagangan internasional. Salah satu jalan yang ditempuh kebanyakan negara adalah dengan membentuk perjanjian area perdagangan bebas atau yang biasa disebut dengan Free Trade Area (FTA). Semakin banyaknya negara-negara yang terlibat dalam beberapa perjanjian dagang, baik bilateral, regional, atau multilateral, menunjukkan perkembangan FTA kearah yang positif. Bentuk kerjasama ekonomi untuk negara-negara di Asia Tenggara tercermin dengan dibentuknya ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada tahun 1992 yang bertujuan untuk meningkatkan kerjasama dibidang ekonomi dan perdagangan. Kerjasama ekonomi ASEAN semakin kuat dan berkembang setelah disepakati jadwal penurunan tarif sejak tahun 1993 dan realisasi perdagangan bebas yang dimulai pada tanggal 1 Januari 2003. Kemudian pada konferensi tingkat tinggi ASEAN tahun 1997 melahirkan visi untuk memperluas integrasi ekonomi dengan membentuk ASEAN Economic Community (AEC) yang siap dilaksanakan pada tahun 2020 dan telah disepakati pada KTT ke-9 di Bali pada Oktober 2003. AEC dimaksudkan untuk menjadi pasar tunggal dan basis produksi, dengan pergerakan bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil dan aliran modal lebih bebas. AEC juga dapat membantu perkembangan ekonomi yang merata di kawasan dan mengurangi kemiskinan dan kesenjangan ekonomi-sosial pada tahun 2020. Pada bulan November 2002, para Kepala Pemerintahan ASEAN merekomendasikan pembentukan 3 AEC pada tahun 2020; yang kemudian dipercepat menjadi 2015. Proposal ini didukung oleh berbagai pertimbangan, termasuk: (i) keinginan untuk menciptakan agenda pasca AFTA, (ii) kebutuhan untuk memperdalam integrasi ekonomi di kawasan ini dalam upaya peningkatan kawasan perdagangan bebas (FTA), (iii) kemungkinan bahwa FTA bilateral, yang anggota bebas untuk terlibat, akan membahayakan integrasi ASEAN, dan (iv) pasca-1997, pelajaran krisis keuangan Asia yang mengakui pentingnya kerjasama baik dalam sektor riil dan keuangan, dan arus bebas tenaga kerja terampil. Tabel 1. Nilai Pangsa Ekspor dan Impor Sepuluh Besar Partner Perdagangan ASEAN 2013 Pangsa Perdagangan ASEAN Nilai (Juta US$) Negara Partner (%) Perdagangan Ekspor Impor Total Ekspor Impor Total 330.318,1 278.240,2 608.558,3 26,0 22,4 24,2 ASEAN 152.545,5 197.962,8 350.508,4 12,0 16,0 14,0 Tiongkok 124.434,1 121.794,1 246.228,3 9,8 9,8 9,8 EU-28 122.863,2 117.903,9 240.767,1 9,7 9,5 9,6 Japan 114.509,7 92.345,7 206.855,4 9,0 7,4 8,2 USA 52.823,0 82.139,6 134.962,6 4,2 6,6 5,4 Korea, Republic of 35.469,4 66.220,0 101.689,4 2,8 5,3 4,0 Taiwan 82.084,8 13.135,9 95.220,7 6,5 1,1 3,8 Hong Kong 45.526,1 22.531,4 68.057,5 3,6 1,8 2,7 Australia 41.935,2 25.926,7 67.861,9 3,3 2,1 2,7 India Lain-lain 168.618,9 222.188,1 390.807,1 Total 1.271.128,1 1.240.388,4 2.511.516,5 Sumber: ASEAN Merchandise Trade Statistics Database 13,3 17,9 15,6 100 100 100 Perdagangan intra-regional adalah perdagangan yang dilakukan antar negara dalam satu regional, sedangkan perdagangan Inter-regional ASEAN adalah perdagangan yang dilakukan oleh suatu negara denganga negara di luar regionalnya. Tabel 1 menunjukkan sepuluh negara utama partner perdagangan ASEAN. Untuk perdagangan intra-regional ASEAN memiliki pangsa sebesar 4 26 persen. Untuk perdagangan Inter-regional ASEAN sendiri masih didominasi oleh negara Tiongkok yang berada di posisi pertama, dengan pangsa pasar yang cukup tinggi sebesar 12 persen diikuti EU-28, Japan, dan USA masing-masing berada di posisi kedua (9,8 persen), ketiga (9,7 persen) dan keempat (9 persen) dari sepuluh besar negara partner dagang ASEAN. Grafik 1. Tren Perdagangan Intra-regional ASEAN (Juta US$) Sumber: ASEAN Secretariat (2015) Grafik 1 menunjukkan tren perdagangan Intra-regional ASEAN yang meningkat baik dari sisi ekspor, impor, dan trade balance nya dari tahun 1993-2013. Pada tahun 1998 dan 2009 terdapat penurunan dari ketiga indikator perdagangan Intra-regional ASEAN tersebut, hal ini disebabkan oleh dampak dari krisis ASEAN pada tahun 1997-1998 dan krisis ekonomi Amerika pada tahun 2008-2009 yang ikut mempengaruhi kondisi perdagangan Intra-regional ASEAN 5 (ASEAN International Merchandise Trade Statistics Yearbook 2014). Berdasarkan grafik di atas, tercatat pada tahun 2013 Ekpor Intra-regional ASEAN di angka 330.318 Juta US$, meningkat dari 323.855 Juta US$ (2012). Untuk Impor Intra-regional ASEAN sedikit meningkat di angka 278.240 Juta US$ (2013) dan 278.193 Juta US$ (2012) serta trade balance Intra-regional ASEAN sebesar 52.078 Juta US$ yang juga menigkat dari 45.662 Juta US$ (2012). Hal ini menunjukkan kondisi perdagangan Intra-regional ASEAN yang cukup baik, dan mengindikasikan dampak positif dari ASEAN Free Trade Area (AFTA) yang tercermin dari peningkatan indikator perdagangan Intraregional ASEAN. Grafik 2. Tren Perdagangan Inter-regional ASEAN (Juta US$) Sumber: ASEAN Secretariat (2015) 6 Di sisi lain, tren perdagangan Inter-regional ASEAN menunjukkan tren yang meningkat di sisi ekspor dan impor nya, masing-masing di angka 940.810 Juta US$ (2013) dan 962.148 Juta US$ (2013) serta trade blance yang defisit pada tahun tersebut di angka -21.338 Juta US$ (2013). Dari data tersebut, terdapat indikasi bahwa kondisi perdagangan Inter-regional ASEAN masih di dominasi oleh impor dibandingkan ekspor ke luar negara ASEAN, hal tersebut mengindikasikan adannya pengalihan perdagangan yang cukup besar keluar dari bloc negara ASEAN. Indonesia, Malaysia, Singapore, Thailand, dan Filipina (ASEAN5) merupakan negara yang dipilih dalam penelitian ini. Alasannya adalah karena beberapa karakteristik yang serupa antar negara tersebut. Karakteristik tersebut mencakup pertumbuhan ekonomi, potensi peluang dan pengalihan perdagangan, dan ketersediaan data yang mendukung. Liberalisasi memiliki dampak positif dan negatif bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara Hal ini terutama diukur dari kesiapan berbagai sektor domestik dalam menghadapi liberalisasi, khususnya liberalisasi perdagangan. Negara-negara anggota ASEAN tentunya sangat berharap ASEAN Economic Community (AEC) dapat menjadi mediasi bagi terciptanya interdependensi yang menguntungkan bagi negara-negara anggota ASEAN. AEC akan membentuk ASEAN sebagai pasar tunggal, basis produksi, dan membuat ASEAN lebih dinamis serta menjadi daya tarik yang kuat dalam perekonomian global. Kajian secara mendalam mengenai integrasi ekonomi ASEAN menjelang diterapkannya ASEAN Economic Community (AEC) di akhir tahun 2015 menjadi penting dan menarik khususnya untuk melihat penciptaan perdagangan (trade creation) dan pengalihan perdagangan (trade diversion) yang ditimbulkan terutama bagi arus perdagangan dan kesejahteraan negara-negara ASEAN. 7 1.2. Rumusan Masalah Adanya integrasi ekonomi di negara-negara Asia Tenggara yang diwujudkan dalam bentuk organisasi bernama ASEAN ini diharapkan dapat memberi manfaat khususnya dalam hal perdagangan bagi negara anggotanya. Peningkatan ekspor dari negara-negara anggota ASEAN dianggap sebagai tolak ukur pertumbuhan ekonomi. Trade creation atau penciptaan perdagangan merupakan peluang dan kesempatan yang mungkin saja didapatkan oleh negara ASEAN dengan AEC, Negara-negara ASEAN tentunya mengharapkan peluang perdagangan yang lebih besar dan dapat menghasilkan perdagangan yang lebih efisien. Pada dasarnya hal ini bertujuan untuk meningkatkan perdagangan regional, yang akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi setiap negara anggota dan menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat negara anggota AEC. Trade diversion atau pengalihan perdagangan tidak dapat dihindari, terdapat beberapa negara anggota ASEAN yang berpotensi untuk mengalami pengalihan perdagangan yang cukup besar. Sejatinya pengalihan perdagangan pasti akan terjadi seiring semakin terintegrasinya perdagangan global. Tentunya, tujuan dibentuknya AFTA dan AEC akan efekif jika menimbulkan trade creation. Maka dari itu, diperlukan pengukuran untuk mengetahui besarnya trade diversion dan trade creation yang tercipta menjelang berlangsungnya AEC di penguhujung tahun 2015 ini. 1.3. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang diuraikan oleh peneliti, maka pertanyaan penelitian dirumuskan sebagai berikut: 8 1. Apakah ASEAN Free Trade Area (AFTA) berpengaruh pada penciptaan perdagangan (trade creation)? 2. Apakah ASEAN Free Trade Area (AFTA) berpengaruh pada pengalihan perdagangan (trade diversion)? 3. Apakah penciptaan perdagangan (trade creation) memiliki dampak yang lebih besar dari pada dampak pengalihan perdagangan (trade diversion) selama ASEAN Free Trade Area (AFTA) berlangsung? 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pengaruh penciptaan perdagangan (trade creation) di negara ASEAN setelah berlangsungnya ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan menjelang diberlakukannya ASEAN Economic Community (AEC) 2015. 2. Mengetahui pengaruh pengalihan perdagangan (trade diversion) di negara ASEAN setelah berlangsungnya ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan menjelang diberlakukannya ASEAN Economic Community (AEC) 2015. 3. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari berlangsungya ASEAN Free Trade Area (AFTA), apakah dampak penciptaan perdagangan (trade creation) lebih besar daripada dampak pengalihan perdagangan (trade diversion). 9 1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat sebagai berikut: 1. Menjadi sumber referensi bagi kegiatan penelitian berikutnya yang mengangkat tema tentang trade creation atau trade diversion di ASEAN. 2. Menjadi salah satu studi yang melengkapi penelitian yang sudah ada tentang trade creation dan trade diversion. 3. Memberikan bukti empiris tentang potensi trade creation dan trade diversion di negara ASEAN pasca AFTA dan menjelang ASEAN Economic Community (AEC) 2015. 1.6. Pembatasan Penelitian - Penelitian menggunakan 22 negara yang tujuan ekspor nya adalah ASEAN5. Pemilihan negara pengekspor tersebut berdasarkan pangsa pengekspor ke negara ASEAN pada tahun 2013 yang dipublikasi oleh ASEAN Merchandise Trade Statistics Database. - Penelitian ini dibatasi pada beberapa hal. Pertama, periode waktu data yang digunakan dalam penelitian ini berada pada rentang waktu tahun 1983 hingga tahun 2013. Kedua, variabel ekspor yang digunakan dalam penelitian ini adalah total ekspor negara partner dagang ASEAN ke negara ASEAN5. Ketiga, negara ASEAN yang diamati dalam penelitian ini adalah ASEAN5 yaitu Indonesia, Malaysia, Singapore, Thailand, dan Filipina. Lima negara anggota ASEAN lainnya tidak diikutsertakan dalam penelitian ini dikarenakan keterbatasan data yang ada. 10 - Penelitian ini hanya melihat besar trade creation dan trade diversion yang terjadi di negara ASEAN5 pasca AFTA dan menjelang berlangsungnya AEC 2015 dan melihat kecenderungan arus perdagangan yang dilakukan oleh negara ASEAN5 tersebut. - Penelitian ini menggunakan data panel time series, karena jumlah tahun (time series) lebih banyak dibanding jumlah negara (cross section). - Model ekonomi dalam penelitian ini mengikuti model gravitasi 1.7. Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri dari empat bagian, dengan susunan atau sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Pendahuluan menjelaskan dan memaparkan tentang hal-hal yang menjadi latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan, tujuan, manfaat, pembatasan, dan sistematika penulisan. Bab II Kerangka Teori dan Metodologi Bab ini akan memaparkan tentang tinjauan pustaka dari judul penelitian, penelitianpenelitian terdahulu yang relevan, dan hipotesis. Bab III Metodologi Penelitian Bab ini akan memaparkan tentang uraian metodologi penelitian, model, dan alat analisis. 11 Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab hasil dan pembasan akan memaparkan tentang statistika deskriptif dari data yang digunakan dalam model, tahapan-tahapan analisis, pembahasan hasil dan temuan penelitian. BAB V Kesimpulan dan Saran Bab ini merupakan bagian terakhir dari penulisan yang memaparkan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian serta saran untuk penelitian selanjutnya. 12