9 agarosa, dan agropektin (Bintang 2010). Konsentrasi agarosa yang sering dipakai berkisar antara 0.8-1.5%. Konsentrasi gel yang sangat encer (0.1-0.2%) dapat meningkatkan daya pisah elektroforesis tetapi hal tersebut sulit dilakukan karena gel yang encer sangat mudah pecah. Larutan bufer yang digunakan dalam elektroforesis sama dengan yang digunakan untuk membuat gel. Bufer tersebut dapat dibuat seperti tris-asetat-EDTA (TAE) atau tris-borat-EDTA (TBE). Gel agarosa dicampur dengan etidium bromida (EtBr). Penambahan etidium bromida (EtBr) bertujuan agar hasil elektroforesis dapat teramati secara visual. Etidium bromida akan menyisip ke dalam DNA sehingga apabila dilihat di bawah sinar UV pita-pita DNA menjadi terlihat karena etidium bromida akan memendarkan sinar UV. Sampel DNA memerlukan loading buffer sebelum dimasukkan ke dalam sumur, loading buffer ini berfungsi sebagai pewarna dan meningkatkan densitas sampel sehingga fragmen tersebut berada di dasar sumur dan tidak menyebar. Marka atau penanda yang digunakan pada elektroforesis merupakan campuran molekul dengan ukuran berbedabeda yang digunakan untuk menentukan ukuran molekul dalam pita sampel (Clark & Christopher 2008). BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan meliputi mortar, tabung sentrifus, sentrifus Beckman Coulter AllegraTM 64R Centrifuge, tabung mikro, neraca analitik Scaltec, pipet mikro, pipet volumetrik, bulp, penangas air, spektrofotometer UV-VIS Beckman Coulter DU 530, cetakan gel, sisir, labu Erlenmeyer, sudip, gelas piala, gelas ukur, microwave, parafilm, power supply, perangkat elektroforesis Toylab, UV Transilluminator 2201 Sigma dan kamera Power Shot A640 Canon, mesin PCR (PCR Biometra), dan mesin DNA speed vac (Savant DNA Speed Vac 110). Bahan-bahan yang digunakan meliputi 58 sampel tanaman kelapa sawit yang belum diketahui identitasnya dalam suatu populasi, N2 (liquid nitrogen) cair, polivinil pirrolidon (PVP) 1.5%, β-merkaptoetanol, Na-asetat 3 M pH 5.8, etanol absolut, etanol 70%, kloroform:isoamilalkohol (ChI:IAA) 24:1, bufer ekstraksi yang merupakan campuran dari CTAB 2%, EDTA 20 mM pH 8.0, trisHCl 100 mM pH 8.0, NaCl 1.26 M, isopropanol, agarosa (Fermentas), bufer Tris Boric EDTA (TBE) 0.5x, Etidium bromida (EtBr) 1% (w/v), loading buffer (bromfenol biru 2.5%:sukrosa 40%), marker 1 kb plus DNA ladder (Invitrogen), complete buffer, dNTPs, dan Taq DNA polimerase yang merupakan komersial kit dari Fermentas, primer mTcCIR (15, 26, 37, 229) dengan urutan sekuen terlampir (Lampiran 3) serta molecular water (MW). Metode Isolasi DNA (Castillo 1994) Sampel ditimbang sebanyak 1 gram dan ditambahkan 1 L N2 cair serta PVP 1.5% kemudian digerus hingga halus dengan menggunakan mortar. Selanjutnya disiapkan bufer ektraksi masing-masing 5 ml dalam tabung sentrifus dan ditambahkan βmerkaptoetanol, setelah itu dipanaskan pada suhu 65°C selama 15 menit. Sampel yang telah digerus halus ditambahkan bufer ekstraksi dan β-merkaptoetanol dalam keadaan hangat dan dikocok kuat hingga homogen. Selanjutnya suspensi diinkubasi selama 30 menit pada suhu 65°C, dan setiap 10 menit dibolak-balik perlahan-lahan. Setelah 30 menit, suspensi didiamkan selama 5 menit pada suhu ruang. Kemudian diekstrak dengan kloroform:isoamilalkohol (24:1) sebanyak 1 volume dan dikocok perlahan. Setelah terbentuk emulsi disentrifugasi dengan kecepatan 11000 rpm pada suhu 25°C selama 10 menit. Supernatan bagian atas hasil sentrifugasi dihitung volumenya dan dipindahkan ke tabung sentrifus baru dengan menggunakan pipet mikro. Kemudian diekstrak dengan kloroform:isoamilalkohol (24:1) sebanyak 1 volume sesuai volume supernatan. Setelah itu disentrifugasi dengan kecepatan 11000 rpm pada suhu 25°C selama 10 menit. Setelah 10 menit sentrifugasi supernatan bagian atas dihitung volumenya dan dipindahkan ke tabung sentrifus baru dan diekstrak dengan isopropanol sebanyak 1 volume sesuai volume supernatan, dibolak-balik perlahan. Selanjutnya disimpan pada suhu 4°C selama 30 menit. Kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 11000 rpm pada suhu 25°C selama 10 menit. Setelah 10 menit supernatan dibuang, dan pelet dikering anginkan selama 10 menit dengan cara meletakkan tabung 10 dengan posisi terbalik dengan dialasi tisu dibawahnya. Pengeringan dilakukan dengan hati-hati agar pelet tidak terjatuh dari tabung. Pelet kemudian ditambah 500 µL bufer TE kemudian dikocok perlahan, selanjutnya ditambahkan natrium asetat 3 M pH 5.2 sebanyak 1/10 volume dan ethanol absolut 2 volum kemudian dibolak-balik perlahan. DNA disimpan di dalam freezer (-20°C) selama satu malam. DNA yang diperoleh hari sebelumnya disentrifus dengan kecepatan 12000 rpm, 4°C selama 10 menit. Pelet hasil sentrifus ditambah dengan etanol 70%, kemudian disentrifus kembali dengan kecepatan 12000 rpm, 4°C selama 2 menit. Setelah 2 menit pelet dikeringanginkan dengan speed vacuum. Pelet ditambah 30 µL bufer TE. DNA yang diperoleh kemudian dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan spektrofotometer. Analisis DNA secara kualitatif dilakukan dengan elektroforesis gel agarose 1%. Pemurnian DNA Hasil isolasi diuji kemurniannya melalui elektroforesis gel agarosa 1% dengan aliran tegangan listrik sebesar 75 V. Adanya kontaminan yang tampak dari pita hasil elektroforesis kemudian dimurnikan. Pemurnian dilakukan dengan cara ditambahkan RNase 2 µg/mL. Selanjutnya dilakukan inkubasi di waterbath bersuhu 370C selama 60 menit. Uji Kualitatif DNA Uji kualitatif DNA dilakukan untuk melihat visualisasi DNA yang berhasil diisolasi sehingga dapat diketahui kualitasnya. Uji ini dilakukan dengan menggunakan elektroforesis gel agarosa. Sebelum melakukan elektroforesis disiapkan gel agarose 1% 60 ml. Sebanyak 0.6 gram dilarutkan dengan 60 mL TBE 0.5x. Selanjutnya campuran dipanaskan dalam microwave selama kurang lebih 2-3 menit hingga larut. Setelah larut dengan sempurna, larutan dibiarkan sampai hangat, kemudian ditambahkan 3 μL ETBr. Larutan diaduk perlahan lahan hingga homogen dan dituangkan ke dalam cetakan yang dilengkapi dengan sisir. Gel yang sudah beku kemudian dimasukkan dalam alat elektroforesis dan direndam dengan bufer TBE 0.5x. Proses elektroforesis gel agarose diawali dengan disiapkan seperangkat bak elektroforesis yang telah berisi larutan TBE 0.5x. Selanjutnya gel agarosa yang telah memadat dimasukkan ke dalam bak hingga gel terendam penuh. Selanjutnya sampel yang akan dielektroforesis dicampur dengan loading buffer dengan perbandingan 1:5 pada parafilm. Setelah diresuspensi maka diinjeksi ke dalam sumur gel agarosa. Marker yang digunakan adalah 1 kb plus DNA ladder sebanyak 0.8 µL. Setelah semua sampel selesai diinjeksi maka alat elektroforesis dihubungkan pada power supply dan voltase diatur pada 75 volt. Proses elektroforesis dilakukan selama kurang lebih 60 menit. Setelah elektroforesis selesai, gel dikeluarkan dari alat elektroforesis kemudian dilihat dengan bantuan sinar ultra violet (UV) dalam trasnsilluminator. Uji Kuantitatif DNA Uji kuantitatif dilakukan dengan cara mengukur absorbansi sampel DNA dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang tertentu. Sebanyak 2 μl suspensi DNA murni diencerkan hingga 200 μl dengan menggunakan MW. Selanjutnya diukur nilai absorbansnya pada tiga panjang gelombang yaitu 230 nm, 260 nm, 280 nm. Serapan maksimum radiasi UV oleh DNA berada pada panjang gelombang 260 nm. Panjang gelombang 280 nm digunakan untuk mengetahui adanya kontaminasi protein sedangkan pada panjang gelombang 230 nm untuk mengetahui kontaminasi polisakarida. Konsentrasi DNA dihitung dengan perbandingan bahwa pada panjang gelombang 260 nm, 1 unit absorban sebanding dengan 50 μg/ml DNA (Brown 2003). Sehingga konsentrasi DNA bisa didapat melalui perkalian nilai absorban dengan faktor pengenceran dan 50 μg/ml. Kemurnian DNA ditentukan dengan indeks kemurnian. DNA dikatakan murni bila memiliki indeks kemurnian antara 1.6-1.8. Kemurnian tersebut dihitung berdasarkan kemurnian terhadap protein (A260/A280) dan polisakarida (A260/A230). Optimasi Suhu Annealing Amplifikasi DNA dengan Primer Mikrosatelit Sebelum melakukan amplifikasi DNA dengan menggunakan primer mikrosatelit, terlebih dahulu dilakukan optimasi suhu annealing agar diperoleh suhu annealing yang tepat untuk penempelan primer pada saat proses amplifikasi di mesin PCR sehingga didapat amplikon sesuai dengan yang diharapkan. Prosedur dalam melakukan optimasi hampir sama dengan proses amplifikasi DNA hanya saja dilakukan dengan menggunakan PCR gradien. PCR gradien dapat digunakan untuk melihat suhu