Virus Budaya Friday, 19 September 2008 at 10:58 Pada kehidupan ini, kita jumpai 3 virus: yakni virus genetik, virus komputer, dan virus budaya. Virus genetik berasal dari DNA yang memiliki kode parasit yang berkembang di dalam kromoson, virus komputer tumbuh dalam software yang menyebar melalui akses internet dan transfer data dari satu komputer ke komputer lainnya, virus budaya tumbuh dalam sebuah kebudayaan yang lahir akibat pengaruh dari satu pemikiran seseorang terhadap orang lain. Contoh virus budaya, bisa kita lihat pada perkembangan pemikiran anak-anak. Masa kanak-kanak merupakan masa ketika mereka mempercayai informasi apa saja yang mereka terima. Otak anak dibentuk melalui evolusi untuk menyerap kebudayaan dari masyarakat di sekitarnya. Informasi tersebut diterima dari orang yang lebih dewasa sebelum mereka mencapai pemikiran yang matang. Seperti halnya computer, otak memiliki kemampuan menyimpan “data” (pengalaman). Karena itu, anak-anak sangat mudah terserang “mental infection” yang ditularkan oleh orang dewasa. DNA punya kemampuan yang sama. Virus yang muncul dari luar tubuh manusia (mahkluk hidup lain) menetap pd inti sel dan turut berduplikasi dengan sel tersebut. Lantas mereka menyebar mencari lingkungan yang cocok untuk bertahan hidup. Virus juga memiliki siklus hidup dan caranya sendiri untuk mempertahankan keberadaannya. Mereka melakukan regenerasi melalui sperma atau sel telur (yang disebut legitimate host DNA), yang lebih cepat melalui penularan langsung pada tubuh, seperti melalui bersin, batuk, dll (disebut parasit DNA). Ranah virus komputer memiliki jaringan yang luas. Dunia maya memungkinkan virus menyebar dengan berbagai cara sehingga terdapat berbagai macam virus yang memiliki sistem kerja yang beragam. Terdapat 2 hal yang menyebabkan computer rentan terhadap virus; (1) virus selalu siap bereplikasi secara akurat, dan (2) virus siap untuk mematuhi instruksi yang terdapat pada informasi yang direplikasi tersebut. Meskipun demikian, virus computer bisa diatasi dengan anti-virus yang bekerja seperti vaksin. Virus budaya bisa berupa doktrin, dogma, atau tradisi yang diwariskan dari generasi sebelumnya. Penyebaran dan perkembangan virus tersebut dimulai sebelum korban mencapai pemikiran yang matang. Pada virus budaya, sang korban cenderung tidak menyadari bahwa ia telah terinfeksi virus ini, bahkan mungkin ketika ia diberitahu tentang hal ini—akan menyangkal bahwa apa yang diterimanya tersebut adalah virus. Contoh virus budaya adalah agama. (perilaku desktruksifnya bisa kita lihat pada pelaku bom Bali, terorisme 11 september dll).