PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP PURCHASE INTENTION DENGAN CORPORATE IMAGE SEBAGAI VARIABEL MODERATOR (STUDI KASUS: PT. PHAPROS,TBK) Achmad Audrinazta BINUS University, Raffles Hills Blok I-3 NO. 20 Depok, 081286858630, [email protected] Dyah Budiastuti BINUS University ABSTRAK An enterprise in carrying out their activities must be based the dealy not only based on financial factor, but also should be based on social and environmental consequences. The role of a company in the community has improved namely by increased the sensibility and care for the environment and problems ethic. The aim of this research is analyzing the influence of corporate social responsibility and corporate image to purchase intention, and the influence of corporate social responsibility of corporate image. A method of research used is associative, by means of the analysis of structural equation models ( ev ). The spread of a questionnaire done to consumers of an apothecary spread in the city of semarang. The result of this research show that the corporate social responsibility and corporate image affect the purchase intention, and corporate social responsibility impact on corporate image of PT. Phapros,Tbk. Suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan, melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan. Peran perusahaan dalam masyarakat telah ditingkatkan yaitu dengan peningkatan kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan dan masalah etika. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh Corporate Social Responsibility dan corporate image terhadap purchase intention, dan pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap corporate image. Metode penelitian yang digunakan yaitu asosiatif, dengan alat analisis Structural Equation Models (SEM). Penyebaran kuesioner dilakukan kepada konsumen apotek yang tersebar di kota Semarang. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Corporate Social Responsibility dan corporate image berpengaruh terhadap purchase intention, dan Corporate Social Responsibility berpengaruh terhadap corporate image dari PT. Phapros,Tbk. Kata Kunci: Corporate Social Responsibility, corporate image, purchase intention. PENDAHULUAN Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya perusahaan memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan. CSR berhubungan erat dengan pembangunan berkelanjutan, di mana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan atau deviden melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang. Hal ini yang menjadi perhatian terbesar dari peran perusahaan dalam masyarakat telah ditingkatkan yaitu dengan peningkatan kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan dan masalah etika. Masalah seperti perusakan lingkungan, perlakuan tidak layak terhadap karyawan, dan cacat produksi yang mengakibatkan ketidak nyamanan ataupun bahaya bagi konsumen adalah menjadi berita utama surat kabar. Peraturan pemerintah pada beberapa negara mengenai lingkungan hidup dan permasalahan sosial semakin tegas, juga standar dan hukum seringkali dibuat hingga melampaui batas kewenangan negara pembuat peraturan (misalnya peraturan yang dibuat oleh Uni Eropa. Beberapa investor dan perusahaam manajemen investasi telah mulai memperhatikan kebijakan CSR dari Surat perusahaan dalam membuat keputusan investasi mereka, sebuah praktek yang dikenal sebagai investasi bertanggung jawab sosial (socially responsible investing). Banyak pendukung CSR yang memisahkan CSR dari sumbangan sosial dan perbuatan baik, namun sesungguhnya sumbangan sosial merupakan bagian kecil saja dari CSR. Perusahaan di masa lampau seringkali mengeluarkan uang untuk proyek-proyek komunitas, pemberian bea siswa dan pendirian yayasan sosial. Mereka juga seringkali menganjurkan dan mendorong para pekerjanya untuk menjadi sukarelawan dalam mengambil bagian pada proyek komunitas sehingga menciptakan suatu itikad baik di mata komunitas tersebut yang secara langsung akan meningkatkan reputasi perusahaan serta memperkuat merek perusahaan. Dengan diterimanya konsep CSR, terutama triple bottom line, perusahaan mendapatkan kerangka baru dalam menempatkan berbagai kegiatan sosial di atas. Kepedulian kepada masyarakat sekitar/relasi komunitas dapat diartikan sangat luas, namun secara singkat dapat dimengerti sebagai peningkatan partisipasi dan posisi organisasi di dalam sebuah komunitas melalui berbagai upaya kemaslahatan bersama bagi organisasi dan komunitas. CSR adalah bukan hanya sekedar kegiatan amal, di mana CSR mengharuskan suatu perusahaan dalam pengambilan keputusannya agar dengan sungguh-sungguh memperhitungkan akibat terhadap seluruh pemangku kepentingan(stakeholder) perusahaan, termasuk lingkungan hidup. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk membuat keseimbangan antara kepentingan beragam pemangku kepentingan eksternal dengan kepentingan pemegang saham, yang merupakan salah satu pemangku kepentingan internal. PT Phapros Tbk. (Perseroan) sebagai sebuah perusahaan farmasi terkemuka Indonesia, telah melayani masyarakat dengan memproduksi obat-obatan bermutu selama hampir enam dasawarsa melalui pabriknya di Semarang. Berawal dari NV Pharmaceutical Processing Industries yang merupakan bagian dari Oei Tiong Ham Concern (OTHC), konglomerat pertama Indonesia yang menguasai bisnis gula dan agroindustri, sejak didirikan pada 21 Juni 1954 Phapros telah menumbuhkan Budaya Perusahaan yang mengedepankan profesionalisme. Budaya perusahaan ini terus dilestarikan bahkan setelah Perseroan mengalami nasionalisasi pada 1961, ketika seluruh kekayaan OTHC diambil alih Pemerintah dan diubah bentuk jadi PT Perusahaan Perkembangan Ekonomi Nasional (PPEN) Rajawali Nusantara Indonesia yang sekarang dikenal sebagai PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI). Divestasi yang dilakukan pada awal tahun 1970-an—sehingga saham mayoritas Perseroan berada di tangan masyarakat, terutama kalangan dokter, apoteker, dan profesional lainnya di bidang kesehatan serta karyawan Perseroan membuat sikap profesional dalam diri insan Phapros tertanam kian kokoh. Phapros termasuk satu dari lima perusahaan di Indonesia yang pertama kali mendapatkan sertifikasi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) pada 1990. Komitmen tinggi Perseroan terhadap standar kualitas bertaraf internasional dibuktikan lagi dengan perolehan Sertifikat ISO 9001 pada 1999 dan Sertifikat ISO 14001 pada 2000 yang keduanya telah ditingkatkan menjadi versi terkini. Sertifikasi OHSAS 18001 yang diterima pada awal 2010 menunjukkan bahwa Phapros adalah perusahaan yang peduli terhadap kelestarian lingkungan. Saat ini Perseroan memproduksi 217 item obat, 208 di antaranya adalah obat hasil pengembangan sendiri. Pada 2011, Phapros meluncurkan 16 item produk baru, enam di antaranya obat dengan merek milik sendiri, termasuk satu item produk OTC atau Over The Counter. Dari portofolio produknya yang luas, per 31 Desember 2011 Phapros berhasil meraih Laba Bersih Rp64,70 miliar dari Penjualan Bersih Rp470,67 miliar, membukukan imbal-hasil kepada pemegang saham [ROE] 25,5% dan Imbal-Hasil atas Investasi [ROI] 22,5%— salah satu yang tertinggi di antara Perusahaan Farmasi di Indonesia. Di sisi organisasi, Phapros yang sejak Desember 2000 telah menjadi perusahaan terbuka yang tercatat di Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) ini memiliki 1.106 karyawan, 924 di antaranya adalah karyawan tetap. Berdasarkan data yang diperoleh dari PT. Phapros,Tbk diketahui bahwa penjualan produk OTC pada bulan Maret 2010 sampai dengan Febuari 2012 dapat dilihat melalui tabel berikut. Tabel 1 Penjualan Produk OTC pada Wilayah Semarang Tahun Bulan Penjualan Bersih Rp. 2010 Maret 142,624,361 2011 2012 April 277,865,154 Mei 224,455,700 Juni 513,355,225 Juli 377,174,827 Agustus 356,682,287 September 312,795,992 Oktober 383,700,193 November 408,937,121 Desember 795,156,629 Januari 72,447,644 Febuari 218,038,623 Maret 975,116,150 April 184,293,346 Mei 131,474,750 Juni 329,781,093 Juli 507,732,757 Agustus 258,600,274 September 372,684,538 Oktober 215,763,330 November 396,326,355 Desember 1,026,304,241 Januari 84,948,748 Febuari 123,805,855 PT Phapros Tbk, selalu berupaya mengidentifikasi diri dengan lingkungan sosial tempat Perseroan melakukan aktivitas bisnis. Hal ini terutama dilakukan melalui upaya community development berkelanjutan. Untuk itu, Perseroan secara bertahap dan konsisten menyisihkan dana dari laba bersihnya buat menjalankan aktivitas CSR. Hal ini mengadopsi prinsip-prinsip Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) pada Badan Usaha Milik Negara umumnya. CSR atau PKBL yang dilakukan PT Phapros Tbk diberi nama “Phapros Peduli.” Pengelolaan dana CSR ini terpisah dari pembukuan Phapros. Dari dana yang disisihkan sampai dengan 2011, telah disetor ke dalam kas PKBL Rp8.493,21 juta, yaitu dari penyisihan laba semenjak 1995. Maka, ditambah berbagai pendapatan, jumlah akumulasi sumber dana mencapai Rp11.240,23 juta. Kegiatan sosial pada 2011 yang patut dicatat adalah yang terkait dengan upaya percepatan pencapaian Millennium Development Goals (MDGs). Untuk memberdayakan ibu rumah tangga dan meningkatkan penghasilan rumah tangga, pada November 2011 Perseroan bekerjasama dengan Lembaga Kemanusiaan Nasional PKPU (Pos Keadilan Peduli Umat), menghibahkan dana bergulir Rp108,00 juta kepada 40 ibu rumah tangga, dengan pendampingan selama satu tahun. Terkait Bina Lingkungan, Perseroan bekerjasama dengan berbagai pihak menyelenggarakan Bakti Sosial di berbagai daerah dalam bentuk pemberian obat-obatan dan peralatan kesehatan. Pada 2011, kegiatan rutin ini ditambah dengan bantuan imunisasi (DPT, polio, campak, BCG, hepatitis) kepada anakanak balita melalui kegiatan Posyandu di berbagai daerah di Jawa Tengah, serta bantuan fasilitas MCK ramah lingkungan. Phapros meneruskan upaya pelestarian lingkungan yang telah dilakukan sejak 2009, pada 2011 menanam 75.000 pohon bakau di pantai sekitar Semarang. Menggandeng Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Perseroan juga membantu upaya Desa Imorenggo menjadikan Pantai Trisik sebagai daerah wisata dengan penanaman cemara udang (Casuarina equisetifolia). Untuk membantu para karyawan yang akan habis masa tugasnya, Perseroan memberikan seminar dan pelatihan kewirausahaan yang diikuti 40 karyawan. Dan, seperti tahun-tahun sebelumnya, Perseroan memberikan bea siswa kepada putera-puteri karyawan yang berprestasi, mengadakan Sunatan massal, donor darah sebagai rangkaian peringatan HUT Kemerdekaan Indonesia, serta bazar murah dan kegiatan buka bersama dengan anak-anak yatim dan kaum dhuafa pada bulan Ramadhan. Adapun juga, corporate Image PT Phapros Tbk sangat terbantu dengan adanya kegiatan CSR atau PBKL ini, popularitas ikut naik seiring waktu kegiatan CSR yang dilakukan. Sedangkan dengan adanya CSR tersebut akan mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian di masa yang akan datang. Oleh karena itu CSR akan membuat suatu perusahaan akan semakin bernilai di mata pelanggan. Arti dari minat beli (purchase intention) yaitu rencana untuk membeli suatu produk baik barang ataupun jasa di masa yang akan datang. Maka oleh karena itulah peneliti tertarik untuk mengangkatnya dalam tema penelitian kali ini yang berjudul : "Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap purchase intention dengan corporate image sebagai variabel moderator (Studi Kasus : PT. Phapros, Tbk)". Penelitian terdahulu yang berjudul Corporate Social Responsibility, purchase intention dan corporate image pada restoran di Surabaya dari perspektif pelanggan oleh Semuel, Wijaya. masalah penelitian tersebut adalah ingin melihat penerapan konsep CSR terhadap Purchase Intention melalui corporate image sebagai mediasinya pada beberapa restoran di Surabaya yang telah menerapkannya. metode penelitian yang digunakan kuantitatif dan eksplanasi, dengan alat analisis Structural Equation Modelling (SEM). Hasil penelitian tersebut mengatakan CSR berpengaruh signifikan positif terhadap purchase intention, juga berpengaruh signifikan positif terhadap corporate image. Hal yang sama juga dinampakan bahwa corporate image berpengaruh signifikan positif terhadap purchase intention dan dapat ditemukan bahwa corporate image berperan sebagai mediasi antara pengaruh CSR terhadap purchase intention. Penelitian terdahulu yang berjudul Pengaruh Lokasi dan Citra Perusahaan Terhadap Minat Konsumen oleh Tezza Adriansyah Anwar. masalah penelitian tersebut: Bagaimana tanggapan konsumen atas lokasi dari Roger's Cafe & Lounge? Bagaimana pula tanggapam konsumen atas citra dari Roger's? dan seberapa besar pengaruh lokasi dan citra Roger's terhadap minat konsumen Roger's Cafe & Lounge? Metode penelitian bersifat deskriptif, tipe data penelitian untuk ketiga tujuan penelitian adalah kualitatif, sedangkan tujuan penelitian keempat menggunakan data kuantitatif. Hasil penelitian ini citra perusahaan yang telah terbentuk dinilai sudah cukup baik di mata konsumen. Lokasi dan citra perusahaan secara signifikan mempengaruhi minat konsumen Roger's. Menurut John Elkington yang dikutip oleh Mursitama, Hasan, Fakhrudin (2011: 23) pengertian CSR adalah : "Perusahaan yang menunjukan tanggung jawab sosialnya akan memberikan perhatian kepada kemajuan masyarakat, khususnya komunitas sekitar (people), serta lingkungan hidup/bumi (planet) dan peningkatan kualitas perusahaan (profit)". Menurut Effendy (2001) yang dikutip oleh Herlina (2011: 49-65) purchase intention adalah sebagai berikut : "Penggunaan atau pembelian kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat(desire) untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan komunikator". Ratih (2009: 180) mendefinisikan: “Citra perusahaan (corporate image) adalah pemikiran pelanggan tentang citra atau gambaran menyeluruh dari perusahaan penyedia jasa berdasarkan pengalaman dan pemahaman pelanggan masing-masing, baik menyangkut produk ataupun tingkat reputasi dan kredibilitas yang dicapai perusahaan menurut persepsi pelanggan”. METODE PENELITIAN Berdasarkan tingkat eksplanasi, penelitian ini menggunakan jenis penelitian asosiatif. Menurut Sugiyono (2004: 11) penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan,meramalkan, dan mengontrol suatu gejala. Metode penelitian yang digunakan merupakan metode survey, karena penelitian dilakukan kepada populasi besar, dan data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis (Sugiyono: 2004). Metode survey dalam penelitian ini melalui penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada pelanggan. Unit analisis yang diteliti adalah individu, yaitu orang-orang yang menjadi pelanggan PT Phapros. Cross section adalah penelitian yang dilakukan satu kali pengukuran saja pada waktu yang sama (Zulganef: 2008). Tabel 2 Metode yang Digunakan Metode Unit Analisis Penelitian Tujuan Penelitian Jenis Penelitian T-1 Asosiatif Survey Individu konsumen apotek Cross section T-2 Asosiatif Survey Individu konsumen apotek Cross section T-3 Asosiatif Survey Individu konsumen apotek Cross section Time Horizon Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kuantitatif dengan sumber datanya adalah data primer. Berbagai teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner, wawancara, observasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah nonprobabilitas dengan sampling aksidental. Penentuan jumlah sampel merujuk pada sampel minimal dengan menggunakan alat analisis Structural Equation Models (SEM) yaitu 200 sampel seperti yang dikemukakan Hair, Black, Babin, Anderson (2010: 661). Metode analisis yang digunakan adalah Structural Equation Models (SEM), dimana model penelitian ini adalah sebagai berikut: δ1 δ2 δ3 δ4 X1 δ6 X3 δ 10 Corporate image ξ1 y4 y6 X8 λ y 91 λ x101 y7 y8 y9 x10 Purchase intention η2 λ y122 y12 ζ2 λ y102 y11 ε 11 ε 12 Gambar 1 Diagram Lintasan ε2 ε3 ε4 y5 β 21 γ 21 ε1 ε5 ζ1 X6 X9 y2 y3 η1 X5 X7 δ9 γ 11 CSR δ7 δ8 λ y11 X2 X4 δ5 y1 λ x11 y10 ε 10 ε6 ε7 ε8 ε9 HASIL DAN BAHASAN 4.1 Analisis Kondisi Corporate Social Responsibility, Corporate Image, dan Purchase Intention Data pada garis kontinom menunjukkan bahwa Corporate Social Responsibility berada pada kategori baik. Dengan demikian, nampak bahwa sebagian besar responden menilai variabel tersebut dengan kategori baik. Hal ini nampak pada persepsi 200 responden yang setelah dianalisis mencapai 3,19. Hal ini menunjukan bahwa menurut pelanggan, tingkat kualitas & keamanan produk, tingkat kesejahteraan karyawan, dan tingkat pencemaran lingkungan yang dilakukan PT. Phapros, Tbk adalah baik. Pelanggan juga menilai bahwa perusahaan sudah baik dalam menunjukan tanggung jawab sosialnya dengan memberikan perhatian kepada kemajuan masyarakat, khususnya komunitas sekitar (people), serta lingkungan hidup/bumi(planet) dan peningkatan kualitas (profit). Data pada garis kontinom menunjukkan bahwa corporate image berada pada kategori baik. Dengan demikian, nampak bahwa sebagian besar responden menilai variabel tersebut dengan kategori baik. Hal ini nampak pada persepsi 200 responden yang setelah dianalisis mencapai 3,14. Hal ini menunjukan bahwa menurut pelanggan, tingkat moral perusahaan, tingkat pengelolaan perusahaan, dan tingkat kinerja perusahaan adalah baik. Pemikiran pelanggan tentang citra atau gambaran menyeluruh dari PT. Phapros, Tbk berdasarkan pengalaman dam pemahaman mereka adalah baik. Data pada garis kontinom di atas menunjukkan bahwa purchase intention berada pada kategori baik. Dengan demikian, nampak bahwa sebagian besar responden menilai variabel tersebut dengan kategori baik. Hal ini nampak pada persepsi 200 responden yang setelah dianalisis mencapai 3,00. Hal ini menunjukan bahwa tingkat ketertarikan konsumen, tingkat kesadaran konsumen terhadap PT. Phapros, Tbk adalah baik. Selain itu, konsumen cenderung untuk membeli produk dari PT. Phapros, Tbk atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian. 4.2 Analisis Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Purchase Intention pada PT. Phapros, Tbk Analisis Model Pengukuran. Berikut ini adalah gambar yang menunjukan nilai t hitung pada masing-masing indikator terhadap konstruknya. Gambar 2 Parameter Estimasi nilai thitung Model Pengukuran Gambar 1 menunjukan nilai t hitung pada masing-masing indikator terhadap konstruk laten Corporate Social Responsibility dan purchase intention terlihat bahwa pada model pengukuran mempunyai validitas yang baik. Hal ini berdasarkan kriteria validitas yang baik, dimana nilai t muatan faktornya ≥ nilai ttabel (thitung ≥ 1,972). Sehingga dapat disimpulkan bahwa indikator pada model pengukuran dapat mengukur konstruk Corporate Social Responsibility dan purchase intention dengan cukup baik. Setelah melihat bahwa masing masing indikator pada konstruk laten Corporate Social Responsibiliity dan purchase intention mempunyai validitas yang baik, maka dengan menggunakan nilai standarized loading factor pada gambar 2 guna melihat pengaruh langsung indikator pada variabel latennya. Gambar 3 Parameter Estimasi Standarized Loading Factor Model Pengukuran Pada variabel Corporate Social Responsibility terlihat pengaruh langsung dari indikatorindikatornya yaitu : 1. Besarnya variasi yang dapat dijelaskan oleh X1 (Kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan PT Phapros tidak menyebabkan penurunan kualitas produk.) sebesar 0,64 2. Besarnya variasi yang dapat dijelaskan oleh X2 (PT Phapros menjaga keamanan produk yang dijualnya sebagai salah satu bentuk kegiatan Corporate Social Responsibility.) sebesar 0,61 3. Besarnya variasi yang dapat dijelaskan oleh X3 (Informasi kandungan obat yang diberikan PT Phapros pada produknya benar dan dapat dipercaya) sebesar 0,68 4. Besarnya variasi yang dapat dijelaskan oleh X4 (Kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan PT Phapros tidak membebani harga dari produk yang ditawarkan.) sebesar 0,63 5. Besarnya variasi yang dapat dijelaskan oleh X5 (PT Phapros memperhatikan masa depan karyawannya dengan menyediakan kemudahan fasilitas kredit) sebesar 0,58 6. Besarnya variasi yang dapat dijelaskan oleh X6 (PT Phapros mampu memberikan rasa aman kepada karyawan dengan memberikan perlengkapan helm,sepatu bots) sebesar 0,66 7. Besarnya variasi yang dapat dijelaskan oleh X7 (PT Phapros bersedia mempekerjakan masyarakat sekitar sebagai karyawannya) sebesar 0,62 8. Besarnya variasi yang dapat dijelaskan oleh X8 (PT Phapros berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial dengan pembangunan MCK) sebesar 0,67 9. Besarnya variasi yang dapat dijelaskan oleh X9 (PT Phapros bertanggung jawab terhadap limbah yang dihasilkannya dengan memilah limbah B3(bahan berbahaya &beracun) dan non-B3) sebesar 0,62 10. Besarnya variasi yang dapat dijelaskan oleh X10 (PT Phapros mengurangi ukuran kemasan produk, agar mengurangi limbah) sebesar 0,54 Dapat dilihat bahwa indikator X3 memiliki nilai bobot yang paling tinggi, artinya bahwa faktor dominan yang terjadi pada Variabel Corporate Sosial Responbility adalah informasi kandungan obat yang diberikan PT Phapros pada produknya benar dan dapat dipercaya, dimana bobot indikator tersebut sama sebesar 0,68 atau 46,24% dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain (error pengukuran). Pada variabel purchase intention terlihat pengaruh langsung dari indikator-indikatornya yaitu : 1. Besarnya variasi yang dapat dijelaskan oleh Z1 (Iklan produk PT Phapros merangsang saya untuk membeli produk tersebut) sebesar 0,66 2. Besarnya variasi yang dapat dijelaskan oleh Z2 (Kesesuaian harga dan kualitas produk yang diberikan, membuat saya berminat untuk membeli produk PT Phapros) sebesar 0,75 3. Besarnya variasi yang dapat dijelaskan oleh Z3 (Saya ingin mengetahui lebih banyak informasi mengenai produk PT Phapros setelah melihat iklannya) sebesar 0,79 Dapat dilihat bahwa indikator Z3 memiliki nilai bobot yang paling tinggi, artinya bahwa faktor dominan yang terjadi pada Variabel Purchase Intention adalah Saya ingin mengetahui lebih banyak informasi mengenai produk PT Phapros setelah melihat iklannya, dimana bobot indikator tersebut sama sebesar 0,79 atau 62,41% dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain (error pengukuran). Setelah diketahui masing-masing indikator memiliki kevalidan yang cukup baik, Berikut ini ditampilkan nilai construct reliability (CR) untuk setiap konstruk pada model pengukuran : Tabel 3 Construct Reliability Model Pengukuran Corporate Social Responsibility, Purchase Intention Konstruk Construct Reliability Corporate Sosial Responbility 0,865 Purchase Intention 0,778 Berdasarkan nilai standardized loading factor dan measurement error serta rumus untuk menghitung Construct Reliability, besarnya Construct Reliability variabel laten Corporate Social Responsibility adalah sebesar 0,865. dan besarnya Construct Reliability variabel laten purchase intention adalah sebesar 0,778. Hal ini menunjukkan bahwa nilai Construct Reliability variabel laten Corporate Social Responsibility dan purchase intention melebihi batas ambangnya yaitu 0,70. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat reliabilitas konstruk Corporate Social Responsibility dan purchase intention adalah cukup tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa indikator-indikator konstruk cukup konsisten untuk mengukur konstruknya. Proses perhitungannya dapat dilihat pada lampiran perhitungan manual construct reliability pada variabel laten penelitian. Setelah sebelumnya diketahui bahwa model yang diusulkan bersifat unique, maka dengan menggunakan model usulan pada gambar 1 berserta data yang telah diperoleh, dengan bantuan output SIMPLIS pada LISREL, selanjutnya dapat dilihat bagaimana pengujian kesesuaian model keseluruhan yang diusulkan dengan menggunakan dua kriteria uji kecocokan model, yaitu uji kesesuaian model secara inferensial dan uji kesesuaian model secara deskriptif. Uji Kesesuaian Model Secara Deskriptif Berikut ini ditampilkan hasil output LISREL untuk evaluasi kesesuaian model keseluruhan secara deskriptif : Tabel 4 Indeks Kesesuaian Model Secara Deskriptif Indeks Kecocokan Nilai Estimasi Kriteria Keterangan RMSEA 0,081 ≤ 0,08 Tidak Fit GFI 0,82 ≥ 0,9 Marginal Fit RMR 0,044 ≤ 0,05 Fit NNFI 0,94 ≥ 0,9 Fit CFI 0,95 ≥ 0,9 Fit IFI 0,95 ≥ 0,9 Fit NFI 0,91 ≥ 0,9 Fit Berdasarkan hasil pengujian dengan statistik deskriptif di atas dapat dilihat, hasilnya membuktikan bahwa model ini sudah cukup baik. Hal tersebut ditunjukan oleh nilai-nilai indeks kecocokan model pada umumnya yang dikatakan marginal fit ataupun fit dengan data. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa kecocokan keseluruhan model adalah baik. Analisis Model Struktural Dari model struktural dapat diketahui bagaimana pengaruh antar variabel laten, dalam hal ini pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap purchase intention. Berdasarkan hasil output LISREL pada Lampiran Syntax dan Output Analisis Structural Equation Model, berikut ini adalah tabel yang menunjukan hasil estimasi parameter Standarized (nilai bobot) model struktural untuk model tersebut. Tabel 5 Parameter Estimasi Standarized Model Struktural Corporate Social Responsibility, Purchase Intention Variabel Laten Estimasi Keterangan Eksogen → Endogen Standardized Tvalue Corporate Social Responsibility terhadap purchase intention 0,570 4,48* Signifikan Dari tabel dapat dilihat bahwa langkah-langkah pengujian hipotesis untuk pengujian keberartian pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap purchase intention, dimana respondennya adalah konsumen Apotek adalah sebagai berikut : Hipotesis Uji Pertama: H0: Tidak ada pengaruh antara Corporate Social Responsibility terhadap purchase intention Ha: Terdapat pengaruh antara Corporate Social Responsibility terhadap purchase intention Kriteria Uji : Tolak hipotesis nol jika t hitung ≥ t tabel Terima hipotesis nol jika t hitung < t tabel Dengan t tabel = t (0,05;198) =1,972 Berdasarkan Output pengujian yang ditunjukan, didapat bahwa nilai t hitung = 4,48 ≥ t tabel = 1,972 maka H0 ditolak. Hal ini berarti dengan taraf signifikansi 5% dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara Corporate Social Responsibility terhadap purchase intention. Besarnya hubungan pengaruh positif antara Corporate Social Responsibility terhadap purchase intention adalah sebesar 0,570. Atau dapat dikatakan pula bahwa Pengaruh positif Corporate Social Responsibility sebesar 32,49% terhadap purchase intention di PT Phapros , sedangkan sisanya yaitu 67,51% dijelaskan oleh variabel lain. Kajian penelitian ini merumuskan variabel Corporate Social Responsibility dibentuk dari indikator-indikator ekonomi, sosial, lingkungan. Lebih lanjut riset pada variabel purchase intention dibentuk oleh indikator-indikator rangsangan, kesadaran, dan pencarian informasi. Riset menunjukan bukti empiris bahwa terdapat pengaruh antara Corporate Social Responsibility terhadap purchase intention, besarnya hubungan pengaruh positif sebesar 0,570. Atau dapat dikatakan pula bahwa pengaruh positif Corporate Social Responsibility sebesar 32,49% terhadap purchase intention di PT Phapros , sedangkan sisanya yaitu 67,51% dijelaskan oleh variabel lain. Dengan demikian studi ini membuktikan sekaligus memperkuat hasil penelitian terdahulu Semuel, Wijaya (2008: 35-54). Bukti empiris berdasarkan analisis menggunakan alat analisis SEM dapat diketahui bahwa indikator dari konstruk purchase intention yang paling dominan adalah pencarian informasi, yaitu tentang konsumen ingin mengetahui lebih banyak informasi mengenai produk PT Phapros setelah melihat iklannya, dimana bobot indikator tersebut sama sebesar 0,79 atau 62,41% dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain (error pengukuran). Hal ini menunjukan bahwa tingkat ketertarikan konsumen adalah hal yang berpengaruh dominan dalam rangka kecendrungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian. Lebih lanjut, dapat diketahui bahwa indikator dari konstruk Corporate Social Responsibility yang paling dominan adalah ekonomi, yaitu tentang informasi kandungan obat yang diberikan PT Phapros pada produknya benar dan dapat dipercaya, dimana bobot indikator tersebut sama sebesar 0,68 atau 46,24% dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain (error pengukuran). Hal ini menunjukan bahwa menurut pelanggan, tingkat kualitas dan keamanan produk adalah hal yang berpengaruh dominan dalam rangka perusahaan menunjukan tanggung jawab sosial nya, dengan memberikan perhatian kepada kemajuan masyarakat, khususnya komunitas sekitar (people), serta lingkungan hidup/bumi (planet) dan peningkatan kualitas perusahaan (profit). 4.2 Analisis Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Corporate Image pada PT. Phapros, Tbk Analisis Model Pengukuran Merujuk pada Gambar 2 menunjukan nilai t hitung pada masing-masing indikator terhadap konstruk laten corporate image , terlihat bahwa pada model pengukuran mempunyai validitas yang baik. Hal ini berdasarkan kriteria validitas yang baik, dimana nilai t muatan faktornya ≥ nilai ttabel (thitung ≥ 1,972). Sehingga dapat disimpulkan bahwa indikator pada model pengukuran dapat mengukur konstruk laten corporate image dengan cukup baik. Setelah melihat bahwa masing masing indikator pada konstruk laten corporate image mempunyai validitas yang baik, maka dengan menggunakan nilai standarized loading factor pada gambar 4.3 guna melihat pengaruh langsung indikator pada variabel latennya. Pada variabel corporate image terlihat pengaruh langsung dari indikator-indikatornya yaitu : Besarnya variasi yang dapat dijelaskan oleh Y1 (PT Phapros rutin melakukan kegiatan amal dengan pemberian obat-obatan dan peralatan kesehatan.) sebesar 0,54 2. Besarnya variasi yang dapat dijelaskan oleh Y2 (Proses produksi yang dilakukan PT Phapros ramah lingkungan karena menggunakan alat pengikat asap) sebesar 0,57 3. Besarnya variasi yang dapat dijelaskan oleh Y3 (Sistem Manajemen Mutu ISO 9001: 2000 yang dimiliki PT Phapros, membuktikan manajemen PT Phapros adalah baik) sebesar 0,53 4. Besarnya variasi yang dapat dijelaskan oleh Y4 (Standar Cara Pembuatan Obat Baik(CPOB) yang diperoleh PT Phapros, membuktikan karyawannya memiliki keahlian profesional.) sebesar 0,76 5. Besarnya variasi yang dapat dijelaskan oleh Y5 (PT Phapros mampu menciptakan suasana kerja yang baik) sebesar 0,71 6. Besarnya variasi yang dapat dijelaskan oleh Y6 (PT Phapros memberikan pelatihan ISO kepada seluruh karyawannya.) sebesar 0,62 7. Besarnya variasi yang dapat dijelaskan oleh Y7 (Harga obat OTC sesuai dengan kualitas produk) sebesar 0,66 8. Besarnya variasi yang dapat dijelaskan oleh Y8 (Kegiatan Promosi yang dilakukan PT Phapros mampu menarik perhatian saya) sebesar 0,48 9. Besarnya variasi yang dapat dijelaskan oleh Y9 (Kegiatan periklanan yang dilakukan PT Phapros memberikan dampak nyata berupa peningkatan penjualan.) sebesar 0,61 Dapat dilihat bahwa indikator Y4 memiliki nilai bobot yang paling tinggi, artinya bahwa faktor dominan yang terjadi pada variabel corporate image adalah Standar Cara Pembuatan Obat Baik(CPOB) yang diperoleh PT Phapros, membuktikan karyawannya memiliki keahlian profesional, dimana bobot indikator tersebut sama sebesar 0,76 atau 57,76% dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain (error pengukuran). 1. Setelah diketahui masing-masing indikator memiliki kevalidan yang cukup baik, Berikut ini ditampilkan nilai construct reliability (CR) untuk konstruk corporate image pada model pengukuran : Tabel 6 Construct Reliability Model Pengukuran Corporate Image Konstruk Construct Reliability Corporate Image 0,842 Berdasarkan nilai standardized loading factor dan measurement error serta rumus untuk menghitung Construct Reliability, besarnya Construct Reliability variabel laten corporate image adalah sebesar 0,842. Hal ini menunjukkan bahwa nilai Construct Reliability variabel laten corporate image melebihi batas ambangnya yaitu 0,70. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat reliabilitas konstruk corporate image adalah cukup tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa indikator-indikator konstruk cukup konsisten untuk mengukur konstruknya. Analisis Model Struktural Dari model struktural dapat diketahui bagaimana pengaruh antar variabel laten, dalam hal ini yaitu Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap corporate image di PT.Phapros,Tbk. Berdasarkan hasil output LISREL pada lampiran, berikut ini adalah tabel yang menunjukan hasil estimasi parameter Standaridized (nilai bobot) model struktural untuk model tersebut. Tabel 7 Paramater Estimasi Standardized Model Struktural Corporate Social Responsibility, Corporate Image Variabel Laten Estimasi Keterangan Eksogen → Endogen Standardized Tvalue Corporate Social Responsibility terhadap corporate image 0,710 5,85* Signifikan Dari tabel dapat dilihat bahwa langkah-langkah pengujian hipotesis untuk pengujian keberartian Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap corporate image, dimana respondennya adalah konsumen Apotek adalah sebagai berikut : Hipotesis Uji Kedua : H0: Tidak ada pengaruh antara Corporate Social Responsibility terhadap corporate image Ha: Terdapat pengaruh antara Corporate Social Responsibility terhadap corporate image Kriteria Uji : Tolak hipotesis nol jika t hitung ≥ t tabel Terima hipotesis nol jika t hitung < t tabel Dengan t tabel = t (0,05;198) =1,972 Berdasarkan Output pengujian yang ditunjukan, didapat bahwa nilai t hitung = 5,85 ≥ t tabel = 1,972 maka H0 ditolak. Hal ini berarti dengan taraf signifikansi 5% dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara Corporate Social Responsibility terhadap corporate image. Besarnya hubungan pengaruh positif antara Corporate Social Responsibility terhadap corporate image adalah sebesar 0,710. Atau dapat dikatakan pula bahwa Pengaruh positif Corporate Social Responsibility sebesar 50,41% terhadap corporate image di PT Phapros, sedangkan sisanya yaitu 49,59% dijelaskan oleh variabel lain Kajian penelitian ini merumuskan variabel corporate image dibentuk dari indikator-indikator moralities, management, performance. Riset menunjukan bukti empiris bahwa terdapat pengaruh antara Corporate Social Responsibility terhadap corporate image, besarnya hubungan pengaruh positif sebesar 0,710. Atau dapat dikatakan pula bahwa pengaruh positif Corporate Social Responsibility sebesar 50,41% terhadap corporate image di PT Phapros, sedangkan sisanya yaitu 49,59% dijelaskan oleh variabel lain. Dengan demikian riset ini telah membuktikan dan memperkuat justifikasi penelitian terdahulu Semuel, Wijaya (2008: 35-54). Berdasarkan hasil empiris dengan analisis SEM diketahui bahwa indikator dari konstruk corporate image yang paling dominan adalah management, yaitu mengenai Standar Cara Pembuatan Obat Baik (CPOB) yang diperoleh PT Phapros, membuktikan karyawannya memiliki keahlian profesional, dimana bobot indikator tersebut sama sebesar 0,76 atau 57,76% dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain (error pengukuran). Hal ini menunjukan bahwa menurut pelanggan, tingkat pengelolaan baik perusahaan adalah hal yang berpengaruh dominan dalam rangka pemikiran pelanggan tentang citra atau gambaran menyeluruh dari perusahaan berdasarkan pengalaman dan pemahaman pelanggan masing-masing. 4.3 Analisis Pengaruh Corporate Image terhadap Purchase Intention pada PT. Phapros, Tbk Analisis Model Struktural Dari model struktural dapat diketahui bagaimana pengaruh antar variabel laten, dalam hal ini yaitu pengaruh corporate image terhadap purchase intention di PT.Phapros,Tbk. Berdasarkan hasil output LISREL pada lampiran, berikut ini adalah tabel yang menunjukan hasil estimasi parameter Standaridized (nilai bobot) model struktural untuk model tersebut. Tabel 8 Paramater Estimasi Standardized Model Struktural Corporate Image, Purchase Intention Variabel Laten Estimasi Keterangan Endogen → Endogen Standardized Tvalue Corporate image terhadap purchase intention 0,230 2,00* Signifikan Dari tabel dapat dilihat bahwa langkah-langkah pengujian hipotesis untuk pengujian keberartian pengaruh antara corporate image terhadap purchase intention dimana respondennya adalah konsumen Apotek adalah sebagai berikut : Hipotesis Uji Ketiga: Tidak ada pengaruh antara corporate image terhadap purchase intention H0: Ha: Terdapat pengaruh antara corporate image terhadap purchase intention Kriteria Uji : Tolak hipotesis nol jika t hitung ≥ t tabel Terima hipotesis nol jika t hitung < t tabel Dengan t tabel = t (0,05;198) =1,972 Berdasarkan Output pengujian yang ditunjukan, didapat bahwa nilai t hitung = 2,00 ≥ t tabel = 1,972 maka H0 ditolak. Hal ini berarti dengan taraf signifikansi 5% dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara corporate image terhadap purchase intention. Besarnya hubungan pengaruh positif antara corporate image terhadap purchase intention adalah sebesar 0,230. Atau dapat dikatakan pula bahwa pengaruh positif corporate image sebesar 5,29% terhadap purchase intention di PT Phapros, sedangkan sisanya yaitu 94,71% dijelaskan oleh variabel lain. Dari hasil analisis data dalam penelitian ini berhasil didapatkan bahwa terdapat pengaruh antara corporate image terhadap purchase intention. Besarnya hubungan pengaruh positif antara corporate image terhadap purchase intention adalah sebesar 0,230. Atau dapat dikatakan pula bahwa pengaruh positif corporate image sebesar 5,29% terhadap purchase intention di PT Phapros, sedangkan sisanya yaitu 94,71% dijelaskan oleh variabel lain. Dengan demikian hasil penelitian ini telah memperkuat hasil dan justifikasi penelitian terdahulu Anwar (2007: 137). SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan • • Riset menunjukan bukti empiris bahwa terdapat pengaruh antara Corporate Social Responsibility terhadap purchase intention. Dapat diketahui bahwa indikator dari konstruk purchase intention yang paling dominan adalah pencarian informasi, yaitu tentang konsumen ingin mengetahui lebih banyak informasi mengenai produk PT Phapros setelah melihat iklannya. indikator dari konstruk Corporate Social Responsibility yang paling dominan adalah ekonomi, yaitu tentang informasi kandungan obat yang diberikan PT Phapros pada produknya benar dan dapat dipercaya. Menurut pelanggan tingkat ketertarikan konsumen adalah hal yang berpengaruh dominan dalam rangka kecendrungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian. Menurut pelanggan, tingkat kualitas dan keamanan produk adalah hal yang berpengaruh dominan dalam rangka perusahaan menunjukan tanggung jawab sosial nya, dengan memberikan perhatian kepada kemajuan masyarakat, khususnya komunitas sekitar (people), serta lingkungan hidup/bumi (planet) dan peningkatan kualitas perusahaan (profit). Riset menunjukan bukti empiris bahwa terdapat pengaruh antara Corporate Social Responsibility terhadap corporate image. Dapat diketahui bahwa indikator dari konstruk corporate image yang paling dominan adalah management, yaitu mengenai Standar Cara Pembuatan Obat Baik(CPOB) • yang diperoleh PT Phapros, membuktikan karyawannya memiliki keahlian profesional. Menurut pelanggan, tingkat pengelolaan baik perusahaan adalah hal yang berpengaruh dominan dalam rangka pemikiran pelanggan tentang citra atau gambaran menyeluruh dari perusahaan berdasarkan pengalaman dan pemahaman pelanggan masing-masing. Dari hasil analisis data dalam penelitian ini berhasil didapatkan bahwa terdapat pengaruh antara corporate image terhadap purchase intention. 5.2 Saran • • • • Corporate Social Responsibility yang harus dipertahankan oleh PT. Phapros, Tbk adalah mengenai masalah ekonomi yang membahas tentang informasi kandungan obat yang diberikan pada produknya benar dan dapat dipercaya. Hal ini dapat ditangani oleh perusahaan dengan cara memperbesar ukuran huruf pada penulisan informasi kandungan obat. Corporate image yang harus dipertahankan oleh perusahaan adalah mengenai masalah management yang membahas tentang Standar Cara Pembuatan Obat Baik (CPOB) yang diperoleh PT Phapros, membuktikan karyawannya memiliki keahlian profesional. Hal ini dapat ditangani oleh pihak perusahaan dengan terus meningkatkan standar yang berlaku. Purchase intention yang harus diperhatikan oleh PT. Phapros, Tbk adalah masalah pencarian informasi, yaitu tentang konsumen ingin mengetahui lebih banyak informasi mengenai produk PT. Phapros setelah melihat iklannya. Hal tersebut sebaiknya ditangani oleh pihak perusahaan dengan cara memberikan informasi yang lebih banyak kepada konsumen melalui media internet, program edukasi masyarakat, dan penerbitan katalog. Dari hasil penelitian, model adalah benar. Sehingga jika manajemen PT. Phapros, Tbk ingin meningkatkan purchase intention, maka tidak hanya berfokus pada Corporate Social Responsibility, tetapi juga memperhatikan corporate image. REFERENSI Al Rasyid, H. (1993). Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran. Anwar, T. A. (2007). Pengaruh Lokasi dan Citra Perusahaan Terhadap Minat Konsumen. Jurnal Bisnis & Manajemen, 2: 134-150. Ardianto, E., Machfudz, D. M. (2011). Efek Kedermawanan Pebisnis dan CSR Berlipat-lipat. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo. Azwar, Saifuddin, MA. (2003). Reliabilitas dan Validitas (edisi 3). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Banerjee, S. B. (2007). Corporate social responsibility: the good, the bad and the ugly. Cheltenham: Edward Elgar Publishing Limited. Brennan, L., Brophy, R., Brumm, J. E., Cronstedt, C., Goldsmith, J., Granström, M., et al. (2011).Corporate Social Responsibility: The Corporate Governance of the 21st Century. Hague: Kluwer Law International. Cutlip, S. M., Center, A. H., Broom, G. M. (2009). Cutlip& Center’s Effecive Public Relations,tenth edition. New Jersey : Prentice Hall. Griffin, R. W. Alih bahasa oleh Gania, G. (2004). Manajemen jilid 1 (edisi 7). Jakarta: Penerbit Erlangga. Guntur, E. M. (2010). Transformasi Manajemen Pemasaran + Membangun Citra Negara. Jakarta: CV Sagung Seto. Hair, J. F., Black, W. C., Babin, B. J., Anderson, R. E. (2010). Multivariate Data Analysis: A Global Perspective (7th ed.). New Jersey: Pearson Education, Inc. Hawkins, D. I., Motherbaugh, D. L. (2010).Consumer Behavior: Building marketing strategy (11thed.). New York: The McGraw-Hill Companies, Inc. Herlina. (2011). Pengaruh Iklan Graphis Produk Kosmetik Viva terhadap Minat Beli pada Konsumen Wanita di Perumahan Bukit Kencana Bandar Lampung. Jurnal Ilmiah Gema,1(2): 49-65. Hoyer, W. D., MacInnis, D. J. (2010).Consumer Behavior, Fifth Edition. Asia: South-Western. Irawan, A., Pane, A. (2011). Pengaruh Segmentasi Pasar terhadap Minat Beli pada Perumahan Citra Garden Bandar Lampung. Jurnal Ilmiah Gema,1(2): 66-79. Kaplan, R. M., Sacuzzo, D. P. (1993). Psycological Testing Principles, Aplication, and Issue. California: Broks/Cole Publishing Company. Kasali, R. (2003). Manajemen public relations: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Kotler, P., Armstrong, G. Alih bahasa oleh Sabran, B. (2008).Prinsip-prinsip Pemasaran jilid 1 (edisi 12). Jakarta: Penerbit Erlangga. Kotler, P., Armstrong, G. Alih bahasa oleh Sabran, B. (2008).Prinsip-prinsip Pemasaran jilid 2 (edisi 12). Jakarta: Penerbit Erlangga. Lattimore, D., Baskin, O., Heiman, S. T., Toth, E. L. (2009). Public Relations:The profession and the practice,third edition. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc. Mallin, C. A. (2009).Corporate social responsibility: a case study approach. Cheltenham: Edward Elgar Publishing Limited. Mursitaman T. N., Hasan, M. F., Fakhrudin, I. Y. (2011). Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia, Teori dan Implementasi: Studi Kasus Community Development Riau pulp. Jakarta: Indef. Neal, C., Quester, P., Hawkins, D. (2004). Consumer behavior: Implications for Marketing Strategy. Sydney: McGraw-Hill Australia Pty Limited. Peter, J. P., Donnelly, J. (2011). A preface to marketing management,twelfth edition. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc. Rachman, N.M., Efendi,A., Wicaksana, E. (2011). Panduan lengkap perencanaan CSR. Jakarta: Penebar Swadaya. Ratih,I.A.B. (2009). Pengaruh Kinerja Produk, Pelayanan dan Sumberdaya Manusia terhadap Niat Pembelian Ulang melalui Citra Perusahaan dan Kepuasan Pelanggan PT Asuransi Jiwasraya. Ekuitas,13(2):176-198. Robbins, S. P., Coulter, M. Alih bahasa oleh Slamet, H. (2007). Manajemen jilid 1 (edisi 8). Jakarta: PT Indeks. Sarjono, H., Julianita, W. (2011). SPSS vs LISREL: Sebuah Pengantar, Aplikasi untuk Riset. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Semuel, H., Wijaya, E. (2008). Corporate Social Responsibility, Purchase Intention dan Corporate Image Pada Restoran di Surabaya dari Perspektif Pelanggan. Jurnal Manajemen Pemasaran,3(1):35-54. Simamora, B. (2003). Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif dan Profitabel. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Solomon, M. R. (2007). Consumer Behavior: Buying, Having, and Being, seventh edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall. Sugiyono. (2004). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. The Public Relations Society of America. (2009). What is Public Relations? PRSA's Widely Accepted Definition. http://www.prsa.org/AboutPRSA/PublicRelationsDefined . Diakses tanggal 7 Mei 2012. Wijanto, S. H. (2008). Structural Equation Modeling dengan LISREL 8.8: Konsep dan Tutorial. Yogyakarta: Graha Ilmu. Wijaya, T. (2009). Analisis Structural Equation Model Menggunakan Amos. Yogyakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya Yogyakarta. RIWAYAT PENULIS Achmad Audrinazta lahir di kota Jakarta pada 30 Januari 1990. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Binus University dalam bidang manajemen pada 2012.