BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia tersebut bergantung pada kualitas pendidikan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi suatu bangsa. Pendidikan harus dikembangkan secara terus menerus sesuai dengan perkembangan zaman. Melalui pendidikan diharapkan bangsa Indonesia dapat meningkatkan kualitas mutu pendidikan. Dalam meningkatkan kualitas pendidikan maka proses kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan kegiatan yang sangat penting. Mengingat akan pentingnya peranan pendidikan, pemerintah terus-menerus berupaya meningkatkan mutu pendidikan dengan seoptimal mungkin. Banyak usaha yang telah dilakukan pemerintah antara lain perbaikan dan pengembangan kurikulum, peningkatan mutu guru melalui Pengembangan Profesi Guru yang berlangsung selama 2 semester, pelatihan pembuatan perangkat mengajar, pelatihan pembuatan Penelitian Tindakan Kelas, seminar nasional/internasional, serta peningkatan sarana dan prasarana sekolah yang ditunjukkan melalui pengadaan laboratorium baru yang dilengkapi dengan fasilitasnya. Dimana tujuan dari semua usaha itu adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Sains adalah ilmu pengetahuan atau kumpulan konsep, prinsip huku, dan teori yang dibentuk melalui proses kreatif yang sistematis melalui inkuiri yang dilanjutkan dengan proses observasi (empiris) secara terus-menerus (Mariana, 2009:18). Dalam perkembangannya, sains terbagi menjadi beberapa bidang sesuai dengan perbedaan bentuk dan cara memandang gejala alam. Diantaranya adalah biologi, fisika, ilmu pengetahuan bumi dan antariksa, dan kimia. Fisika merupakan salah satu cabang sains yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Sebagai ilmu yang 1 2 mempelajari fenomena alam, fisika juga memberikan pelajaran yang baik kepada manusia untuk hidup selaras berdasarkan hukum alam (Subagya, 2013:7). Ketika belajar fisika, siswa akan dikenalkan tentang produk fisika berupa materi, konsep, teori, dan hukum-hukum fisika. Siswa juga akan diajarkan untuk bereksperimen di dalam atau di luar laboratorium sebagai proses ilmiah untuk memahami berbagai materi pokok fisika. Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik. Interaksi atau hubungan timbal balik dalam proses kegiatan pembelajaran tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa saja, tetapi berupa interaksi edukatif. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum proses pembelajaran dilakukan. Salah satu masalah yang dihadapi di dunia pendidikan adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang di motivasi untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghafal informasi. Dalam hal ini siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya ketika siswa lulus dari sekolah, mereka hanya pintar secara teoritik. Dengan kata lain, mereka tidak mampu mengaplikasikan teori yang mereka ketahui kedalam kehidupan seharihari. Selama ini hasil belajar fisika hanya tampak dari kemampuan siswa menghafal fakta-fakta, ada siswa yang mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi yang diterima siswa tetapi siswa itu seringkali kurang memahami secara mendalam substansi materinya. Terutama dalam proses pembelajaran eksakta seperti fisika, siswa cenderung menghafal rumus tanpa mengerti konsep dasar. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu guru bidang studi fisika di SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan yaitu Bapak P. Simanjuntak, diperoleh 3 data hasil belajar fisika siswa yang pada umumnya masih rendah yaitu rata-rata 68 , sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang akan dicapai adalah 75. Sehingga dapat dikatakan bahwa masih sebagian siswa yang memperoleh nilai yang sesuai dengan KKM. Adapun penyebab dari rendahnya hasil belajar tersebut adalah karena adanya kesulitan belajar siswa dalam aspek membaca grafik, menulis kesimpulan, memahami materi fisika, matematika, penyelesaian masalah fisika, dan memusatkan perhatian dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi peneliti melalui pembagian angket kesulitan belajar kepada siswa, terlihat bahwa 60,59% siswa mengalami kesulitan dalam aspek membaca grafik, 57,59% menulis kesimpulan, 64,52% memahami materi fisika, 69,85% matematika, 66,91% penyelesaian masalah fisika , dan 53,43 % memusatkan perhatian dalam proses pembelajaran. Dari setiap persentase aspekaspek tersebut terlihat bahwa kemampuan siswa dalam setiap aspek dapat dikategorikan masih kurang. Selama ini siswa masih berpendapat bahwa fisika itu sulit karena mereka banyak menemukan persamaan matematik sehingga ia diidentikkan dengan angka dan rumus. Bagi siswa, konsep dan prinsip fisika menjadi sulit dipahami dan dicerna oleh kebanyakan mereka. Hal ini berdampak pada rendahnya minat siswa untuk belajar fisika. Masalah ini merupakan salah satu masalah yang sering dijumpai oleh guru fisika di sekolah. Menurut Rusilowati, A (2007:3) bahwa kesulitan belajar adalah keadaan yang menunjukkan bahwa siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Kesulitan belajar tidak berhubungan langsung dengan tingkat inteligensi dari individu yang mengalami kesulitan, namun individu tersebut mengalami kesulitan dalam menguasai keterampilan belajar dan dalam tugas-tugas spesifik yang dibutuhkan dalam belajar seperti yang dilakukan dalam pendekatan dan pembelajaran konvensional. Salah satu pembenahan dalam proses pembelajaran yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan memilih model pembelajaran yang tepat dalam penyampaian setiap konsep sehingga siswa secara mudah menerima atau menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pemilihan 4 model yang tepat atau sesuai untuk setiap konsep membuat tujuan proses hasil belajar mengajar yang sudah ditentukan tercapai dengan baik. Salah satu model yang dapat mengatasi hal tersebut adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing. Menurut Carol C Kuhlthau (2012:11) bahwa inkuiri terbimbing adalah cara berpikir, belajar, dan mengajar yang mengubah budaya sekolah menjadi komunitas penyelidikan kolaboratif. Inkuiri terbimbing merupakan salah satu model pembelajaran yang dirancang untuk mengajarkan konsep-konsep dan hubungan antar konsep. Ketika menggunakan model pembelajaran ini, guru menyajikan contoh pada siswa, memandu siswa saat siswa berusaha menemukan pola dalam contoh tersebut, dan memberikan kesimpulan ketika siswa telah mampu mendeskripsikan gagasan yang diajarkan oleh guru. Model pembelajaran inkuiri terbimbing melibatkan siswa dalam menjawab setiap pertanyaan guru. Siswa melakukan penyelidikan, sedangkan guru membimbing mereka kearah yang tepat/benar. Dalam model pembelajaran ini, guru perlu memiliki keterampilan memberikan bimbingan, yakni mendiagnosis kesulitan siswa dan memberikan bantuan dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi. Peneliti yang terkait tentang model pembelajaran inkuiri terbimbing telah dilakukan oleh Sofiani (2011) yang mengatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara rata-rata skor postes kelompok eksperimen dengan rata-rata skor postes kelompok kontrol. Dimana pada kelompok eksperimen nilai rata-rata siswa adalah 70,37 dan kelompok kontrol adalah 61,40. Selain itu, penelitian yang sama juga pernah dilakukan oleh Rachman, dkk. (2012) dengan hasil yang menunjukan bahwa (1) penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. (2) penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan ketuntasan belajar fisika pada siswa. Kemudian Matthew dan Ighardo O Kenneth (2013) dengan hasil penelitiannya yang menunjukkan bahwa siswa yang diajarkan logika menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki nilai prestasi yang lebih baik daripada siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Selain itu, Asyhari, dkk. (2014) juga melakukan penelitian yang sama dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa ada peningkatan terhadap hasil belajar siswa setelah 5 menggunakan perangkat pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing. Peneliti selanjutnya adalah Sudarmini, dkk. (2015) yang memperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kritis antara siswa yang mendapatkan pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing dengan menggunakan LKS dan siswa yang mendapatkan pembelajaran fisika secara konvensional. Namun ada perbedaan antara peneliti yang sebelumnya dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Penelitian yang sebelumnya hanya menganalisis pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar siswa, sedangkan penelitian ini akan menganalisis mengenai pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar dan menganalisis kesulitan belajar fisika siswa. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penulis berkeinginan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar dan Analisis Kesulitan Belajar Siswa pada Materi Pokok Kinematika Gerak Lurus di Kelas X Semester I SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan T.P. 2015/2016”. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat diidentifikasi masalah yang relevan dengan penelitian ini adalah : 1. Hasil belajar siswa masih rendah yaitu rata-rata 68 (belum mencapai KKM 75). 2. Siswa menganggap fisika merupakan mata pelajaran yang sulit dan selalu mengarah kepada perhitungan dan rumus-rumus. 3. Siswa cenderung menghafal rumus tanpa mengerti konsep dasar fisika yang sebenarnya. 4. Kemampuan berpikir siswa masih kurang berkembang karena kurangnya motivasi. 5. Adanya kesulitan belajar siswa dalam mempelajari fisika di dalam aspek membaca grafik, menulis kesimpulan, memahami materi fisika, 6 matematika, penyelesaian masalah fisika, dan memusatkan perhatian dalam proses pembelajaran. 1.3 Batasan Masalah Untuk memberikan ruang lingkup yang jelas dalam pembahasan, maka perlu dilakukan pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Subjek penelitian adalah siswa kelas X semester I SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan T.P 2015/2016. 2. Model pembelajaran dalam penelitian ini adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing. 3. Materi yang diajarkan dalam penelitian ini adalah kinematika gerak lurus . 4. Hasil belajar siswa pada semester I T.P 2015/2016. 5. Kesulitan belajar siswa. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah hasil belajar siswa yang diberi perlakuan dengan pembelajaran konvensional pada materi pokok kinematika gerak lurus di kelas X SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan T.P 2015/2016? 2. Bagaimanakah hasil belajar siswa yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi pokok kinematika gerak lurus di kelas X SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan T.P 2015/2016? 3. Adakah pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok kinematika gerak lurus di kelas X SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan T.P 2015/2016? 4. Kesulitan apa saja yang dialami siswa dalam mempelajari fisika? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada materi pokok kinematika gerak lurus di kelas X dengan menggunakan pembelajaran konvensional. 7 2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada materi pokok kinematika gerak lurus di kelas X dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. 3. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok kinematika gerak lurus di kelas X. 4. Untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami siswa dalam mempelajari fisika. 1.6 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Sebagai bahan informasi bagi guru dan peneliti selanjutnya mengenai hasil penelitian menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. 2. Sebagai bahan informasi alternatif bagi guru dan peneliti selanjutnya untuk pemilihan model pembelajaran. 1.7 Definisi Operasional Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah cara berpikir, belajar, dan mengajar yang mengubah budaya sekolah menjadi komunitas penyelidikan kolaboratif (Kuhlthau, 2012:11). Hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang diukur dan diamati dalam bentuk perubahan kognitif, dan psikomotorik (Winkel dalam Purwanto, 2011:45). Kesulitan belajar adalah keadaan yang menunjukkan bahwa siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. (Rusilowati, 2007:3) Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang dilakukan oleh seseorang untuk membangun pengetahuan baru berdasarkan pengalaman/pengetahuannya sendiri melalui interaksi aktif dengan lingkungannya yang menghasilkan pengetahuan, keterampilan dan sikap. perubahan-perubahan dalam