BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Paduan suara

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Paduan suara merupakan salah satu kegiatan musik dari cabang seni vokal yang
terdiri dari sekumpulan personil yang terbagi lagi dalam beberapa kategori suara. Kata
paduan suara dapat berarti suara-suara yang dipadukan, tentunya lebih dari satu penyanyi.
(Sitompul, 1999: 1) berpendapat bahwa: paduan suara adalah suatu kumpulan penyanyi yang
menyanyi bersama. Secara umum dapat diartikan himpunan dari sejumlah penyanyi yang
dikelompokkan menurut jenis suaranya.
Paduan suara merupakan penyajian musik vokal yang terdiri atas 15 orang
atau lebih (Pramayuda, 2010:63), dapat juga dikatakan bahwa paduan suara
merupakan sekolompok orang yang dapat memadukan berbagai warna suara
menjadi satu kesatuan yang utuh dan dapat menampilkan jiwa lagu yang
dibawakan.
Musik vokal adalah musik yang bersumber dari suara manusia, bisa dinyanyikan
oleh seorang penyanyi atau sekelompok orang. Jika dinyanyikan perorangan disebut solo,
dan jika dinyanyikan secara serempak disebut suara bersama (samen zinger). Suara bersama
ini apabila dinyanyikan dengan harmoni dan berbagai warna suara (timbre) seperti suara
sopran, alto, tenor, dan bass, disebut musik paduan suara atau choir (koor).1
Bentuk paduan suara secara umum adalah kelompok penyanyi baik sejenis
maupun campuran (mixed). Sejenis artinya terdiri dari wanita atau pria saja
1
N. Simanungkalit, Teknik Vokal Paduan Suara (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008)
Universitas Sumatera Utara
2
(homogen), atau campuran pria dan wanita (heterogen) dengan kelompok usia yang
dikehendaki, atau kelompok anak-anak, remaja, dewasa, hingga orang tua.
Menurut Soedarsono, secara garis besar seni musik, tari maupun teater
memiliki tiga fungsi utama (primer) yaitu (1) Sebagai sarana upacara atau ritual;
(2) Sebagai hiburan pribadi, dan; (3) Sebagai penyajian estetis.2 Dilihat dari bentuk
pagelarannya, paduan
suara dapat berfungsi sebagai sarana upacara ataupun
sebagai penyajian estetis.
1.1.1 Tumbuh pesatnya perkembangan paduan suara
Banyaknya lembaga, yayasan atau instansi yang bergerak di bidang seni,
khususnya seni musik paduan suara, akhir-akhir ini menunjukkan perkembangan
yang pesat. Hal ini menunjukkan pula bahwa apresiasi masyarakat Indonesia
khusunya di kota Medan terhadap seni yang semakin meningkat. Peningkatan
apresiasi masyarakat ini membawa dampak positif bagi peningkatan penghargaan
masyarakat terhadap kebudayaan/ kesenian. Banyak lembaga atau instansi
berlomba – lomba mencapai prestasi di bidang seni, terutama dalam bidang seni
musik. Hal tersebut dapat dilihat dengan banyaknya lomba seni vokal individu
maupun paduan suara yang diselenggarakan di tingkat lokal, nasional dan
internasional seperti: Indonesian Idol, Akademi Dangdut, X Factor, Indonesian’s
Got Talent, Kompetisi Paduan Suara Consolatio,
Kompetisi Paduan Suara
2
R. M. Soedarsono, Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi (Yogyakarta: Gadjah
MadaUniversity Press; 2002), hal.,123.
Universitas Sumatera Utara
3
SMAN-1 Medan, Festival Paduan Suara Dinas Pendidikan Kota Medan, Kompetisi
Paduan Suara NHKBP Sei Putih Medan, Kompetisi Paduan Suara NHKBP
Maranatha Medan, Lomba Paduan Suara RRI Medan, Asian Choir Games 2007,
BICF (Bali International Choir Festival), Crescendo Studio Choir Competition,
Pesparawi, Pesparani, Pesparama, Festival Paduan Suara Institut Teknologi
Bandung, Kompetisi Paduan Suara Universitas Parahiangan Bandung, North
Sumatera International Choir Competition, Penabur International Choir Festival
2017, Indonesia Choir Festival, Singapore International Choral Festival,
International Folk Festivals, International Choir Festival · Coralua Trondheim ,
15th International Choir Festival Tallinn , International Choir Festival Alta
Pusteria - Chorfestival, International Choir Competition of Tolosa, European
Grand Prix for Choral Singing dan kompetisi paduan suara lainnya.
Pesatnya perkembangan paduan suara di kota Medan dapat dilihat juga dari
banyaknya paduan suara di kota Medan yang telah mengukir prestasi baik di tingkat
nasional maupun internasional. Consolatio Choir misalnya telah mengukir prestasi
sejak tahun 1995 lewat PESPARAWI Mahasiswa Nasional III di Universitas
Parahiangan Bandung sebagai Juara Harapan, Juara II pada Lomba Paduan Suara
Antar Perguruan Tinggi Indonesia (LPSAPTI) di UKI Jakarta tahun 1996, dan
masih banyak prestasi lainnya termasuk memperoleh medali emas kategori musica
sacra a capella pada 4th World Choir Games di Xiamen-China bulan Juli 2006 serta
memperoleh medali emas kategori musica sacra dan mixed youth choir pada 5th
World Choir Games di Graz-Australia bulan Juli 2008.
Universitas Sumatera Utara
4
Saat ini paduan suara ini sedang mempersiapkan diri dalam menghadapi the
15th International Chamber Choir Competition 2017 di Marktoberdorf-Germany
pada bulan Juni. Penyelenggaraan konser paduan suara secara rutin yang
dilaksanakan banyak paduan suara di kota Medan semakin memperkuat eksistensi
paduan suara tersebut, seperti Consolatio Choir, Methodist-2 Chamber Choir,
Crescendo Studio Choir, Paduan Suara El-Shaddai USU, Paduan Suara Concordia
UHN, Paduan Suara Clarabelle SMAN 12, Paduan Suara Koinonia SMAN 4, Ozora
Choir, Paduan Suara Magnificum Et Bonum Unimed, Paduan Suara El Senyor
Unimed, Paduan Suara Hallelujah SMAN 7, Paduan Suara Excelsis, Svara Sacra
Choir, Paduan Suara Avenue Voice, Kavernia Choir HKI, dan lain-lain.
Umur paduan suara-paduan suara ini ada yang sudah mencapai hampir 30
(tiga puluh) tahun, ada yang sudah 20 (dua puluh) tahun dan ada yang belasan
tahun, tetap konsisten menyelenggarakan konser paduan suara. Ada juga beberapa
paduan suara yang baru didirikan
namun telah menunjukkan aktifitas musik
paduan suara seperti penyelenggaraan konser dan mengikuti kompetisi paduan
suara seperti: Paduan Suara Vox Seraphim yang berdiri tahun 2016, Medan
Community Male Choir berdiri tahun 2015, Paduan Suara Syalom USU didirikan
tahun 2015, Children Choir of PPIA didirikan tahun 2015, e Deum Voice didirikan
tahun 2013, Vox Angeli Children Choir didirikan tahun 2014, Paduan Suara Glorify
Martubung didirikan tahun 2016, Gita Sonora Choir Tembung didirikan tahun
2015, Lux Caesti Choir didirikan tahun 2017.
Universitas Sumatera Utara
5
Pesatnya perkembangan tersebut juga tidak terlepas dari semakin tingginya
kuantitas penyelenggaraan seminar-seminar, symposium, dan workshop paduan
suara di kota Medan seperti yang diselenggarakan oleh Consolatio Choir, Medan
Choral Society, Crescendo Studio Choir, Bel Canto, Graha Nada, Bandung Choral
Society, Deualu Organizer, Magenta Organizer, dan beberapa penyelenggara
kegiatan dalam rangka pengembangan paduan suara.
1.1.2 Fakta yang berbeda
Pada uraian perkembangan paduan suara yang telah dipaparkan di atas dapat
dilihat pesat tumbuhnya perpaduansuaraan di kota Medan. Namun ironisnya, di lain
sisi faktanya di kota Medan ada beberapa kelompok paduan suara yang didirikan
dan telah mengukir beberapa prestasi di tingkat nasional bahkan di tingkat
internasional, yakni dalam keikutsertaan pada 2nd Bali International Choir
Competition dan mendapatkan medali emas, namun tidak lagi eksis, seperti Gloria
Patri Choir & Gloria Patri Male Choir didirikan tahun 2010, demikian juga Todah
Male Choir yang didirikan tahun 2014, Paduan Suara Manna Nominous yang
didirikan tahun 2010, Paduan Suara Methodist Manna Marturia Male Choir 2009 .
Ada juga paduan suara yang sudah beraktifitas hampir 10 (sepuluh) tahun namun
tidak lagi menunjukkan eksistensinya di kancah perpaduansuaraan di kota Medan,
seperti Paduan Suara Solideo, Paduan Suara Sola Gratia Medan, Paduan Suara
Skopos HKI. Apa yang menyebabkan paduan suara tersebut tidak lagi eksis?
Apakah salah satunya disebabkan oleh manajemen organisasinya yang kurang
Universitas Sumatera Utara
6
baik? Ataukah manajemen kepemimpinannya yang tidak berajalan dengan baik?
Ataukah manajemen produksinya yang
tidak tepat? Ataukah manajemen
pemasarannya yang masih tergolong belum baik? Lalu kenapa ada paduan suarapaduan suara yang eksis sampai saat ini sejak didirikan? Hal-hal apa saja yang
dilakukan oleh manajemen kelompok paduan suara tersebut sehingga dapat
bertahan dan eksis sampai dengan saat ini? Pertanyaan-pertanyaan tersebut
melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian terhadap beberapa kelompok
paduan suara yang eksis di kota Medan, yakni paduan suara Consolatio Choir dan
Methodist-2 Chamber Choir, untuk meneliti tentang manajemen kedua paduan
suara tersebut.
1.1.3 Alasan pemilihan paduan suara
Penulis memilih kedua paduan suara di atas untuk diteliti dengan alasan
sebagai berikut;
A. Consolatio Choir
(1) Paduan Suara ini merupakan salah satu kelompok paduan suara yang berada
di bawah naungan Panitia Hari Besar Kristen (PHBK) Universitas Sumatera
Utara, namun di dalam menjalankan roda organisasinya bersifat independen
(tidak memiliki keterikatan yang tetap dengan pihak-pihak di luar Consolatio
Choir), (2) Consolatio telah menunjukkan eksistensinya sejak didirikan tahun
1989 sampai dengan saat ini, (3) paduan suara ini telah banyak meraih prestasi,
baik di tingkat lokal, nasional maupun di kancah internasional, (4) paduan
Universitas Sumatera Utara
7
suara ini secara konsisten telah menyelenggarakan konser tahunan sejak
paduan suara ini didirikan, (5) paduan suara ini telah banyak dikenal oleh
masyarakat paduan suara baik di kota Medan maupun di Indonesia, (6) paduan
suara ini telah menyelenggarakan beberapa kali kompetisi paduan suara dan
juga menyelenggarakan pelatihan-pelatihan vocal dan dirigen di kota Medan
dan di luar kota Medan, (7) untuk memilih lokasi penelitian harus dengan
memperhitungkan pengeluaran waktu dan biaya yang efisien.
B. Methodist-2 Chamber Choir
(1) Methodist-2 Chamber Choir juga merupakan salah satu kelompok paduan
suara di bawah naungan Yayasan Perguruan Kristen Methodist Indonesia
(PKMI-2) namun dalam menjalankan organisasinya bersifat independen (tidak
memiliki keterikatan yang tetap dengan pihak-pihak di luar Methodist-2
Chamber Choir), (2) paduan suara ini telah menunjukkan eksistensinya sejak
didirikan tahun 1996 sampai dengan saat ini, (3) paduan suara ini telah banyak
diminta untuk melakukan tour konser baik di Indonesia maupun di luar negeri,
(4) paduan suara ini secara konsisten telah menyelenggarakan konser tahunan
sejak paduan suara ini didirikan, (5) paduan suara ini telah banyak dikenal oleh
masyarakat paduan suara baik di kota Medan, di Indonesia maupun di luar
negeri.
Dari uraian di atas, penulis melihat bahwa keberadaan managemen paduan
suara di kota Medan perlu diteliti lebih lanjut sebagai salah satu penelitian ilmiah
Universitas Sumatera Utara
8
dengan judul “Manajemen Kelompok Paduan Suara di Kota Medan: Studi
Kasus Consolatio Choir dan Methodit-2 Chamber Choir.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas Penulis menentukan yang
menjadi rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah manajemen organisasi paduan suara Consolatio Choir dan
Methodist-2 Chamber Choir di kota Medan?
2. Bagaimanakah manajemen produksi paduan suara Consolatio Choir dan
Methodist-2 Chamber Choir di kota Medan?
3. Bagaimanakah manajemen pemasaran paduan suara Consolatio Choir dan
Methodist-2 Chamber Choir di kota Medan?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka penelitian
ini bertujuan untuk:
1. Untuk menganalisis manajemen organisasi paduan suara Consolatio Choir
dan Methodist-2 Chamber Choir di kota Medan.
2. Untuk menganalisis manajemen produksi paduan suara Consolatio Choir
dan Methodist-2 Chamber Choir di kota Medan.
3. Untuk menganalisis manajemen pemasaran paduan suara Consolatio Choir
dan Methodist-2 Chamber Choir di kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
9
1.4 Manfaat Penelitian
Dalam penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan khususnya bagi kelompok paduan suara Consolatio Choir dan
Methodist-2 Chamber Choir. Adapun manfaat penulisan ilmiah ini adalah:
1. Sebuah studi banding terhadap manajemen paduan suara yang berada di luar
Kota Medan.
2. Memberikan kontribusi terhadap khasanah musik paduan suara di Kota
Medan.
3. Memberikan masukan bagi peneliti berikutnya yang ingin menganalisis
manajemen paduan suara di kota Medan.
4. Di samping itu juga sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas akhir
memperoleh gelar Magister Seni di Program Studi Magister Penciptaan dan
Pengkajian Seni, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
1.5 Tinjauan Pustaka
Sepanjang pengetahuan penulis, dari hasil penelitian pustaka yang
dilakukan menunjukkan bahwa hingga saat ini belum ada kajian mengenai kajian
manajemen organisasi, manajemen produksi dan manajemen pemasaran paduan
suara Consolatio Choir dan Methodist -2 Chamber Choir. Dalam melakukan
pengkajian terhadap manajemen ketiga paduan suara di atas, penulis melakukan
studi kasus. Pengertian studi kasus, menurut Depdikbud (1997:2) menjelaskan
bahwa: “studi kasus adalah suatu studi atau analisa yang komprehensif dengan
Universitas Sumatera Utara
10
menggunakan berbagai teknik, bahan dan alat mengenai gejala atau ciri-ciri
karakteristik berbagai jenis masalah atau tingkah laku menyimpang baik individu
maupun kelompok”.
Studi kasus merupakan teknik mengadakan persiapan konseling yang
memakai ciri-ciri yaitu mengumpulkan data yang lengkap, bersifat rahasia, terus
menerus secara ilmiah, dan data diperoleh dari beberapa pihak (Mungin Eddy
Wibowo, 1984: 80). Tujuan studi kasus adalah untuk mempelajari secara intensif
tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan, individu,
kelompok, lembaga, dan masyarakat” (Suryabrata, 2003: 80).
Untuk mendukung pengetahuan dan pemahaman Penulis dalam membahas
permasalahan yang ada, maka penulis mempergunakan beberapa buku acuan,
antara lain sebagai berikut:
1. Buku Manajemen Organisasi Seni Pertunjukan, yang ditulis oleh Achsan
Permans, dkk (2003). Buku ini menawarkan pendekatan, metode, dan teknik
untuk memanajemeni organisasi seni pertunjukan di Indonesia. Pendekatan,
metode, maupun teknik yang disajikan dalam buku ini didasarkan atas studi dan
pengamatan terhadap organisasi-organisasi seni pertunjukan di Indonesia
maupun di luar negeri selama lima tahun dan telah diuji dalam bentuk pelatihan
dan konsultansi terhadap organisasi-organisasi seni pertunjukan di seluruh
Indonesia. Cakupan pembahasan buku ini adalah: profil organisasi pertunjukan
di Indonesia, konsep dasar manajemen organisasi seni pertunjukan, manajemen
Universitas Sumatera Utara
11
stratejik, manajemen pemasaran, manajemen keuangan, manajemen proyek,
dan penggalangan dana.
2. Buku Manajemen Seni yang ditulis oleh Muhammad Takari (2008), buku ini
menjelaskan bagaimana dasar-dasar ilmu manajemen, bagaimana terapannya
untuk bidang-bidang kesenian serta fungsi-fungsi manajemen yang digunakan
dalam mengelola praktik kesenian. Diantaranya adalah perencanaan,
pengorganisasian, penempatan sumber daya manusia seniman, penggerakan
atau pemotivasian dan pengawasan.
3. Buku Penelitian Ilmu Manajemen, Tinjauan Filosofis dan Praktis (2013)
berisikan tentang konsep manajemen adalah ilmu dan seni, artinya sebuah
proses atau upaya sadar antar manusia dengan sesama secara beradab, dimana
pihak kesatu secara terarah membimbing perkembangan kemampuan dan
kepribadian pihak kedua secara manusiawi yaitu orang per orang.
4. Buku Manajemen Kinerja, yang ditulis oleh Wibowo (2014). Buku ini
membahas tentang manajemen kinerja adalah manajemen tentang menciptakan
hubungan dan memastikan komunikasi yang efektif. Manajemen kinerja
memfokuskan pada apa yang diperlukan oleh organisasi, manajer, dan pekerja
untuk berhasil. Manajemen kinerja adalah tentang bagaimana kinerja dikelola
untuk memperoleh sukses.
5.
Buku A-Z Direksi Paduan Suara, yang ditulis oleh Listya, Agastya Rama
(2007). Buku ini membahas tentang paduan suara, mulai dari konduktor, teknik
Universitas Sumatera Utara
12
mengabah atau memimpin paduan suara. Selain itu, buku ini juga membahas
tenang kepengurusan paduan suara.
6. Buku Menjadi Dirigen 2 dan 3, yang ditulis oleh Tim Pusat Musik Liturgi
Yayasan Musik Gereja. Buku ini berisi tentang bagaimana menjadi seorang
dirigen dengan tiga bagian, yakni buku dirigen 1, dirigen 2, dan dirigen 3 yang
membahas ketukan, pola-pola birama, fungsi tangan kanan, fungsi tangan kiri,
dan postur tubuh,
7. Elisabeth Purba, 2015, menulis sebuah tesis yang diajukan untuk menyelesaikan
studi magister seni di Program Studi Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni,
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara,
yang bertajuk Kajian
Manajemen Organisasi, Produksi, dan Pemasaran Grup Musik Tiup di Kota Medan:
Studi Kasus Mangampu Tua dan Tambunan, mendeskripsikan dan mengkaji
bagaimana manajemen (a) organisasi, (b) produksi, dan (c) pemasaran dua grup
musik tiup di Kota Medan, yakni Mangampu Tua dan Tambunan.
8. Boho Pardede, 2011, dalam tesisnya yang berjudul Koor Di Huria Kristen Batak
Protestan (HKBP): Analisis Sejarah, Fungsi dan Struktur Musik mengatakan
bahwa koor di HKBP lahir seiring dengan masuknya kekristenan di Tanah
Batak. Koor di HKBP merupakan cikal bakal bertambahnya nyayian-nyayian
jemaat. Hal ini dibuktikan dengan fakta sejarah bahwa nyayian gereja di HKBP
pada awalnya merupakan koor-koor yang dibawakan oleh kelompok Paduan
suara baik yang dibawa oleh para missionaris maupun hasil karya dari jemaat
lokal. Koor berperan penting dalam ibadah karena fungsi-fungsi yang melekat
Universitas Sumatera Utara
13
pada koor itu sendiri; fungsi-fungsi tersebut adalah: fungsi pengungkapan
emosional, fungsi penghayatan estetis, fungsi hiburan, fungsi komunikasi, fungsi
perlambangan, fungsi reaksi jasmani, fungsi yang berkaitan dengan normanorma sosial, fungsi kesinambungan budaya dan fungsi pengintegrasian
masyarakat.
Dari beberapa tinjauan pustaka yang diuraikan di atas, penelitian yang
dilakukan penulis dari hasil studi di lapangan (field work) terhadap hubungan
diantara keduanya, yaitu hasil temuan dengan teori dan asumsi para penulis
sebelumnya. Dengan itu diharapkan, dapat ditemukan hubungan keterkaitan topik
yang dikemukakan penulis dengan pendapat para penulis buku, sekaligus memberi
pembenaran dan sanggahan akan pernyataan-pernyataan mereka. Karena jawaban
akan dapat ditemukan setelah mengkaji dan menganalisis fenomena musik dalam
disiplin ilmu etnomusikologi ini dengan studi lapangan dan studi laboratorium,
dimana studi laboratorium harus berdasarkan atas studi lapangan, dan harus
mencari keseimbangan di antara keduanya (dual nature), bukan memberi tekanan
khusus pada salah satu (Merriam,1964;39).
1.6 Konsep dan Landasan Teori
Menurut Mely G. Tan (1990:21), konsep merupakan defenisi dari apa yang
kita amati, konsep menentukan antara variabel-variabel mana yang kita ingin
menentukan hubungan empiris.
Universitas Sumatera Utara
14
1.6.1 Konsep
1.6.1.1 Beberapa pengertian manajemen
Kata manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno yaitu ménagement, yang
memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Lewis dkk. (2004:5)
mendefinisikan manajemen sebagai: “the process of administering and
coordinating resources effectively and efficiently in an effort to achieve the goals
of the organization.” Pendapat tersebut
mempunyai arti bahwa manajemen
merupakan proses mengelola dan mengkoordinasikan sumber daya secara efektif
dan efisien dalam mencapai tujuan organisasi. Menurut Robbins dan Coulter
(2007:8) manajemen adalah proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan
sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan
melalui orang lain. Kata efisiensi dapat diartikan sebagai mendapatkan output
terbesar dengan input yang sangat kecil, sementara efektivitas dapat diartikan pada
penyelesaian kegiatan-kegiatan sehingga sasaran organisasi dapat tercapai.
Menurut Ismail Solihin (2009:4) manajemen dapat didefinisikan sebagai “proses
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian dari berbagai
sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien”.
Dari ketiga pengertian manajemen diatas, dapat dirangkum bahwa
manajemen adalah “seni dalam mencapai tujuan organisasi dengan cara
pengkoordinasian sumber daya dari mulai perencanaan, pengorganisasian, dan
kepemimpinan sehingga dapat terselesaikan secara efisien dan efektif”. Menurut
Stoner dkk. (1996:9) efektif diartikan sebagai kemampuan untuk menentukan
Universitas Sumatera Utara
15
tujuan yang memadai. Sedangkan efisien artinya kemampuan untuk meminimalkan
penggunaan sumber daya dalam mencapai tujuan organisasi.
Manajemen juga dapat diartikan sebagai ilmu dan seni tentang upaya untuk
memanfaatkan semua sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan secara
efektif dan efesien. Manajemen sebagai seni yaitu manajemen dipandang sebagai
keahlian, kemahiran, kemampuan, serta keterampilan dalam menerapkan prinsip,
metode, dan teknik dalam menggunakan sumber daya manusia dan sumber daya
alam secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan. Sifat manajemen sebagai
seni yaitu: ahli, mahir, mampu, dan terampil.
Douglas McGregor (Luthans, 2008:444) berpendapat ada dua gaya
kepemimpinan, yaitu teori X mempresentasikan gaya otoriter tradisional
kepemimpinan dan teori Y mempresentasikan gaya humanistis yang bebas dari
prasangka. Teori ini menyatakan bahwa pemimpin yang menyukai teori X
cenderung menyukai gaya kepemimpinan otoriter, seorang pemimpin yang
menyukai teori Y lebih menyukai gaya kepemimpinan demokratis. Untuk kriteria
bawahan yang memiliki tipe teori X adalah bawahan dengan sifat yang tidak akan
bekerja tanpa perintah, sebaliknya bawahan yang memiliki tipe teori Y akan bekerja
dengan sendirinya tanpa perintah atau pengawasan dari atasannya. Tipe Y ini
adalah tipe yang sudah menyadari tugas dan tanggung jawab pekerjaannya.
Manajemen diklasifikasikan sebagai berikut: manajemen organisasi,
manajemen perencanaan, manajemen produksi, manajemen pemasaran, dan lainlainnya. Bila dilihat dari tingkatan dalam organisasi, manajemen dibagi menjadi
Universitas Sumatera Utara
16
tiga golongan yang berbeda yaitu: (1) Manajemen puncak, (2) Manajemen madya,
(3) Manajemen operasional atau sering disebut manajemen bawah
Dalam mencapai tujuan organisasi, dalam manajemen juga dibutuhkan
manajemen strategik. Menurut Pearson dan Robinson (2007), manajemen strategik
didefinisikan sebagai sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan
perumusan (formulasi) dan pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang
dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi. Ini terdiri dari Sembilan
tugas penting: (1) Merumuskan misi organisasi, meliputi rumusan umum tentang
maksud keberadaan (purpose), filosofi (philosophy), dan tujuan (goal), (2)
Mengembangkan profil organisasi yang mencerminkan kondisi intern dan
kapabilitasnya, (3) Menilai lingkungan ekstern organisasi, meliputi baik pesaing
maupun faktor-faktor kontekstual umum, (4) Menganalisis opsi organisasi dengan
mencocokkan sumber dayanya dengan lingkungan ekstern, (5) Mengidentifikasi
opsi yang paling dikehendaki dengan mengevaluasi setiap opsi yang ada
berdasarkan misi organisasi, (6) Memilih seperangkat sasaran jangka panjang dan
strategi umum (grand strategy) yang akan mencapai pilihan yang paling
dikehendaki, (7) Mengembangkan sasaran tahunan dan strategi jangka pendek yang
sesuai dengan sasaran jangka panjang dan strategi umum yang dipilih, (8)
Mengimplementasikan pilihan strategik dengan cara mengalokasikan SDM,
struktur, teknologi, dan sistem reward, (9) Mengevaluasi keberhasilan proses
strategik sebagai masukan bagi pengambilan keputusan yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
17
Seperti ditunjukkan oleh kesembilan tugas ini, manajemen meliputi
perencanaan, pengarahan, pengorganisasian, dan pengendalian atas keputusankeputusan dan tindakan-tindakan organisasi yang berkaitan dengan strategi.
Strategi diartikan oleh para manajer sebagai rencana mereka yang berskala besar
dan berorientasi kepada masa depan untuk berinteraksi dengan lingkungan
persaingan guna mencapai sasaran-sasaran organisasi. Strategi adalah “rencana
besar” suatu organisasi.
1.6.1.2 Paduan suara
Menurut H. A. Pandopo3 istilah musik paduan suara adalah musik yang
dinyanyikan oleh paduan suara atau koor (Belanda), yang berasal dari bahasa
Yunani Choros (di bahasa Inggris disebut sebagai Choir), yang berarti gabungan
sejumlah penyanyi di mana mereka mengombinasikan berbagai suara ke dalam
suatu harmoni. Paduan suara atau koor (dari bahasa Belanda, koor) merupakan
istilah yang merujuk kepada ensembel musik yang terdiri atas penyanyi-penyanyi
maupun musik yang dibawakan oleh ensembel tersebut.
Umumnya suatu kelompok paduan suara yang membawakan musik paduan
suara terdiri atas beberapa bagian suara. Bentuk paduan suara secara umum adalah
kelompok penyanyi baik sejenis maupun campuran (mixed). Sejenis artinya terdiri
dari wanita atau pria saja (homogen), atau campuran pria dan wanita (heterogen)
3
H.A.Pandopo, Menggubah Nyayian Jemaat: Penuntun Untuk Pengadaan Nyayian
Gereja, BPK Gunung Mulia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1984), hal., 21.
Universitas Sumatera Utara
18
dengan kelompok usia yang dikehendaki, atau kelompok anak-anak, remaja,
dewasa, hingga orang tua.
Hampir semua paduan suara kini menyajikan lagu-lagu mereka di dalam
suatu harmoni yang terdiri atas empat bagian, yaitu Sopran (suara tinggi wanita),
Alto (suara rendah wanita), Tenor (suara tinggi pria), dan Bass (suara rendah pria).
Namun demikian, karya-karya musik paduan suara dapat pula ditulis atau diaransir
di dalam lebih dari empat bagian suara. Sebagian besar karya-karya musisi
terkemuka ditulis untuk paduan suara dengan iringan instrumen dan sebagian lagi
merupakan karya musik paduan suara tanpa iringan instrumen, biasanya disebut
acapella.
1.6.1.3 Dirigen / pelatih sebagai pemimpin paduan suara
Pemimpin dalam sebuah paduan suara adalah seorang dirigen, sekaligus
sebagai pelatih dan pemimpin. Seorang dirigen paduan suara dalam tugas dan
tanggung jawabnya dituntut oleh pekerjaan tersebut untuk bertindak sebagai
seorang ilmuan, yakni orang yang berilmu dalam ilmu pengetahuan paduan suara.
Sebagai ilmuan, usaha untuk mendalami, mengembangkan, dan mencari temuan
baru dalam bidang pembinaan suara merupakan tugas dan tanggung jawabnya.
Pelatih/ dirigen semestinya aktif dalam menguji konsep dan prinsip, disertai
dengan sikap kritis, terbuka, teliti dan tidak lekas puas. Ia juga dituntut memiliki
kemampuan dalam menggunakan teori, konsep, trampil dalam mengkaji berbagai
gejala dan memecahkan masalah, mengkaji ulang hipotesis, bongkar pasang
Universitas Sumatera Utara
19
hipotesis dalam mencari kebenaran ilmiah harus menjadi metode kerjanya dalam
proses pengolahan paduan suara. Sebagai seorang praktisi, dirigen harus mampu
mengolah suara paduan suaranya, menerapkan hasil kajiannya secara praktis,
mudah
dicerna,
mendatangkan
rasa keberuntungan,
menumbuhkan
rasa
kegembiraan, kecintaan, rasa percaya diri, tanggung jawab dan dedikasi yang tinggi
dalam diri penyanyi paduan suara yang dipimpinnya (Listya, 2007: 2-6).
Ada beberapa hal dasar yang harus dimiliki oleh seorang dirigen yang
dibedakan menjadi dua aspek, yaitu aspek non teknis dan aspek teknis. Aspek non
teknis yaitu komunikatif, sikap terbuka, teliti dan kerja keras, kreatif dan inovatif,
kooperatif, serta disiplin tinggi dan serius. Aspek teknis yaitu pendengaran yang
baik, pengetahuan mengenai teknik vocal, pengetahuan mengenai teori musik,
pengetahuan mengenai ilmu bentuk analisa, pengetahuan mengenai teknik
mengabah, pengetahuan mengenai sejarah musik dan repertoire lagu paduan suara,
kemampuan dalam hal sight singing, serta kemampuan memainkan piano (Listya,
2007: 2-6).
Dari aspek tersebut diharapkan bahwa seorang dirigen adalah seorang yang
mumpuni dan menguasai dalam bidang paduan suara. Seorang dirigen memiliki
peran yang sangat dominan dalam sebuah paduan suara. Kriteria-kriteria untuk
dapat disebut sebagai dirigen adalah bukan orang sembarangan dan yang seolaholah hanya sebagai sebuah pajangan hidup yang bergerak dengan tangannya dalam
memimpin sebuah paduan suara secara asal. Akan tetapi lebih dari itu dituntut
Universitas Sumatera Utara
20
memiliki kecakapan-kecakapan dan kepekaan musikalitas yang tinggi terhadap seni
paduan suara.
Listya (2007:1) juga menyampaikan bahwa tugas seorang dirigen dapat
dianalogikan dengan tugas dan tanggungjawab seorang panglima di medan perang.
Hanya bedanya bila tugas utama seorang panglima perang adalah mengatur strategi
yang jitu untuk memenangkan suatu pertempuran, sebaliknya seorang dirigen
bertugas untuk mewujudkan suatu keindahan musical melalui kelompok paduan
suara yang dipimpinnya. Karena itu tidak dapat dipungkiri lagi bahwa keberhasilan
suatu kelompok paduan suara dalam mewujudkan keindahan musikal tersebut
sepenuhnya tidak terlepas dari kemampuan mendasar yang harus dimiliki oleh
seorang dirigen, misalnya pengetahuan tentang teknik dirigen, teknik vokal, teori
musik, ilmu bentuk analisa, sejarah musik, dan keluasan wawasan tentang repertoir4
lagu paduan suara.
Tugas seorang dirigen bukan hanya berkutat pada pengajaran notasi musik
dan terminology 5 musik yang digunakan pada sebuah lagu, sebaliknya tugas
terpenting yang diemban seorang pengabah dan seringkali dilupakan adalah
mengajak paduan suara yang dipimpinnya “bernyanyi”. Penting bagi kita untuk
membedakan antara membaca notasi musik dan “bernyanyi”. Bila suatu kelompok
4
Istilah repertoar (Perancis: repertoire) menurut Kodijat (1989: 62) berarti berbekalan
komposisi musik yang ada pada seorang seniman penyelenggara pagelaran musik. Repertoir dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989: 744) memiliki dua pengertian, yang pertama adalah
persediaan nyanyian, lakon, drama, dan sebagainya yang dimiliki seorang atau suatu kelompok seni
yang siap untuk dimainkan. Pengertian repertoar yang kedua adalah daftar lagu, judul sandiwara,
opera dan sebagainya yang akan disajikan oleh pemain musik, sanggar, penyanyi, dan sebagainya.
5
Terminologi (bahasa Latin: terminus) atau peristilahan adalah ilmu tentang istilah dan
penggunaannya.
Universitas Sumatera Utara
21
paduan suara baru sampai tahap membunyikan nada-nada yang ada tanpa diikuti
oleh ekspresi musikal seperti: kontras dinamika, tempo, artikulasi, frasering, dan
lain-lain, maka kelompok paduan suara tersebut belum dapat dikatakan
“bernyanyi”. Suatu kelompok paduan suara dikatakan “bernyanyi” bila dalam
penyampaiannya telah dapat mewujudkan suatu citarasa estetis melalui penguasaan
lagu, teknik olah vokal, dan pembawaan yang tepat (Listya, 2007:1).
Disamping kecakapan seorang dirigen, keberhasilan sebuah paduan suara
juga ditentukan bagaimana manajemen paduan suara tersebut, baik manajemen
organisasi, manajemen produksi dan bahkan manajemen pemasarannya. Menurut
Mary Parker Follet yang dikutip oleh Handoko (2008:3) manajemen merupakan
seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini mengandung
arti bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan
orang-orang lain untuk melaksanakan berbagai tugas yang mungkin diperlukan.
1.6.1.4 Musica Sacra (Musik ibadat)
Tahun 1967 dalam instruksi Musicam Sacram (Instruksi dari Kongregasi
Ibadat Roma, 5 Maret 1967) No. 4 dijelaskan bahwa musica sacra sebagai berikut:
(a) Musik ibadat (musica sacra) adalah musik yang digubah untuk perayaan ibadat
suci, dan dari segi bentuknya memiliki suatu bobot kudus tertentu. (b) yang masuk
dalam kategori musik ibadat adalah: lagu gregorian, polifoni suci, dengan aneka
bentuknya baik kuno maupun modern, musik ibadat untuk organ dan alat musik lain
Universitas Sumatera Utara
22
yang telah disahkan, dan musik ibadat rakyat entah itu liturgis entah sekedar lagu
rohani (https://sulut.kemenag.go.id, di akses tanggal 30 Februari 2017).
Dalam kompetisi paduan suara, musica sacra merupakan salah satu kategori
dari seluruh kategori yang diperlombakan. Karya yang tergolong pada kategori
musica sacra pada umumnya adalah reportoir pada jaman Baroq, jaman Renaissans,
jaman Klasik, dan jaman Romantik. Istilah musica sacra tersebut merupakan istilah
teknis dalam pengkategorian lomba paduan suara yang
sering disebutkan di
kalangan perpaduansuaraan.
1.6.2 Landasan teori
Ada tiga teori utama yang digunakan dalam mengkaji sistem manajemen
seni yang berfokus kepada tiga masalah utama, yaitu manajemen organisasi,
manajemen produksi, dan manajemen pemasaran. Teori-teori yang penulis gunakan
yaitu: teori manajemen organisasi, teori manajemen produksi, dan teori manajemen
pemasaran.
(A) Di dalam konteks mengkaji manajemen organisasi, penelitian ini
menggunakan pendekatan teori organisasi dan teori kepemimpinan, dimana
pengorganisasian merupakan keseluruhan proses pengelompokkan orang-orang,
alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab dan wewenang sedemikian rupa sehingga
tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Definisi ini menunjukkan bahwa
pengorganisasian merupakan langkah pertama ke arah pelaksanaan rencana yang
Universitas Sumatera Utara
23
telah tersusun sebelumnya. Dengan demikian, adalah suatu hal yang logis pula
apabila pengorganisasian sebagai fungsi manajemen ditempatkan sebagai fungsi
kedua.
Sumber daya manusia merupakan komponen utama suatu organisasi yang
menjadi perencana dan pelaksana dalam setiap aktivitas organisasi. Mereka
mempunyai pikiran, perasaan, keinginan, status dan latar belakang pendidikan,
usia, jenis kelamin yang heterogen dibawa ke dalam suatu organisasi sehingga tidak
seperti mesin, uang dan materiel, yang sifatnya pasif dan dapat dikuasai dan diatur
sepenuhnya dalam mendukung tercapainya tujuan organisasi.
Selanjutnya dalam konteks kepemimpinan ada 3 teori kepemimpinan
menurut Lewin, White, dan Lippit (1930). Menurut mereka kepemimpinan itu: (1)
ada yang authoritarian, yang menerapkan kepemimpinan otoriter, pemimpin tidak
memberi kesempatan pada bawahannya untuk bertanya ataupun minta penjelasan.
Yang kedua disebut (2) democratic yang mengikutsertakan bawahannya serta
memberi kesempatan bawahan untuk berdiskusi. Yang ketiga (3) laissez fair yang
membiarkan kondisi yang ada dan menyerahkan kekuasaannya pada bawahannya.
Menurut Permas Achsan (2003:28) kepemimpinan adalah fungsi atau
proses seseorang mempengaruhi orang lain untuk menjalankan kegiatan demi
mencapai tujuan bersama. Pemimpin adalah orang yang mempengaruhi orang lain.
Dalam mempengaruhi orang lain, pemimpin dapat menggunakan beberapa gaya,
yaitu: (1) otokratis, gaya kepemimpinan yang memusatkan kekuasaan dan
Universitas Sumatera Utara
24
pengambilan keputusan pada diri sang pemimpin, (2) partisipatif/ demokratis, gaya
kepemimpinan yang melibatkan bawahannya dalam pengambilan keputusan.
Menurut Purba Elisabeth (2015:36) dalam ilmu manajemen biasanya ada 6
(enam) macam teori aliran manajamen organisasi, yaitu sebagai berikut.
(1)
Aliran klasik, aliran ini mendefinisikan manajemen sesuai dengan fungsifungsi manajemennya. Perhatian dan kemampuan manajemen dibutuhkan
pada penerapan fungsi-fungsi tersebut.
(2)
Aliran perilaku, aliran ini sering disebut juga aliran manajemen hubungan
manusia. Aliran ini memusatkan kajiannya pada aspek manusia dan
perlunya manajemen memahami manusia.
(3)
Aliran manajemen ilmiah, aliran ini menggunakan matematika dan ilmu
statistika untuk mengembangkan teorinya. Menurut aliran ini, pendekatan
kuantitatif merupakan sarana utama dan sangat berguna untuk menjelaskan
masalah manajemen.
(4)
Aliran analisis sistem, aliran ini memfokuskan pemikiran pada masalah
yang berhubungan dengan bidang lain untuk mengembangkan teorinya.
(5)
Aliran manajemen berdasarkan hasil, aliran manajemen ini diperkenalkan
pertama kali oleh Peter Drucker pada awal 1850-an. Aliran ini
memfokuskan pada pemikiran hasil-hasil yang dicapai bukannya pada
interaksi kegiatan karyawan.
(6)
Aliran manajemen mutu, yaitu yang memfokuskan pemikiran pada usahausaha untuk mencapai kepuasan pelanggan atau konsumen.
Universitas Sumatera Utara
25
(B) Selanjutnya untuk mengkaji manajemen produksi seni paduan suara di
Kota Medan, penulis menggunakan teori manajemen produksi. Menurut Sofyan
Assauri (1980:11), produksi didefinisikan sebagai berikut: “Produksi adalah segala
kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan (utility) sesuatu barang atau
jasa, untuk kegiatan mana dibutuhkan faktor-faktor produksi dalam ilmu ekonomi
berupa tanah, tenaga kerja, dan skill (organization, managerial, dan skills).
Produksi adalah segala kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan atau
menambah guna atas suatu benda, atau segala kegiatan yang ditujukan untuk
memuaskan orang lain melalui pertukaran (Partadireja, 1985:21). Produksi adalah
semua kegiatan dalam menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa,
dimana untuk kegiatan tersebut diperlukan faktor-faktor produksi (Sumiati,
1987:60).
Dari pengertian tentang definisi produksi di atas, maka dapat diartikan
bahwa produksi merupakan suatu kegiatan untuk mentransformasikan faktor-faktor
produksi, sehingga dapat meningkatkan atau menambah manfaat bentuk, waktu,
dan tempat suatu barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia yang
diperoleh melalui pertukaran.
Menurut Ahyari (1997:67) produksi optimal suatu kegiatan akan terpenuhi
oleh beberapa faktor berikut: (a) tersedianya bahan dasar, (b) tersedianya kapasitas
mesin-mesin yang dimiliki, (c) tersedianya tenaga kerja, (d) besarnya permintaan
akan hasil produksi, (e) tersedianya faktor-faktor produksi yang lain.
Universitas Sumatera Utara
26
(C) Untuk mengkaji bagaimana kedua kelompok paduan suara tersebut
memasarkan hasil produksinya berupa pertunjukan musik (konser), penjualan
rekaman DVD/ Kaset, maka penulis menggunakan teori manajemen pemasaran.
Teori ini bertumpu pada bagaimana produk berupa barang dan jasa dipasarkan,
sesuai dengan kebutuhan konsumennya.
Menurut Achsan Permas (2003:101) Pemasaran adalah suatu proses yang
membantu organisasi seni pertunjukan menukarkan sesuatu karya seni yang
mempunyai nilai atau manfaat bagi publik penontonnya dengan sesuatu (nama,
posisi, uang) yang dibutuhan organisasi seni pertunjukan tersebut. Manajemen
suatu organisasi seni pertunjukan perlu menyusun langkah-langkah yang ptraktis
dan sistematis sehingga kegiatan pemasarnnya menjadi efisien dan efektif.
Ada 5 (lima ) langkah pemasaran yang dilakukan oleh organisasi seni
pertunjukan, yakni (1) menentukan sasaran pemasaran, (2) penentuan posisi, (3)
melakukan audit pemasaran, (4) pengembangan rencana pemasaran, dan (5)
pengembangan kampanye promosi.
Menurut Sofyan Assauri (2004:2) pemasaran adalah kegiatan aktivitas
menganalisis, merencanakan, mengkoordinasikan, serta mengendalikan semua
kegiatan
yang
terkait
dengan
perancangan
serta
peluncuran
produk,
pengkomunikasian, promosi, serta pendistribusian produk tersebut, menenetapkan
harga serta mentransaksikannya, dengan tujuan agar dapat memuaskan konsumen
serta sekaligus dapat mencapai tujuan organisasi dalam jangka panjang.
Universitas Sumatera Utara
27
Dalam sebuah konsep pemasaran, terdapat tiga unsur yang penting yang
harus selalu diperhatikan. Ketiga hal tersebut yang nantinya akan menjadi bagian
penting dalam konsep pemasaran serta akan turut menentukan bagaimana nantinya
manajemen pemasaran tersebut dikelola.
(1) Orientasi pada konsumen. Pada konsep pemasaran sebagai bagian dari
manajemen pemasaran adalah hal yang menjadi prioritas utama saat menghasilkan
sebuah produk bisnis. Pada dasarnya usaha bisnis yang dilakukan merupakan upaya
pemenuhan terhadap kebutuhan konsumen. Konsumen ialah orientasi utama yang
harus dipertimbangkan dalam segala hal dan macam bentuk strategi bisnis.
(2) Penyusunan kegiatan-kegiatan pemasaran secara integral atau
menyeluruh. Manajemen pemasaran dapat melalui konsep pemasaran sebagai
bagian dari filsafat bisnis yang dapat dijalankan menghendaki adanya pengaturan
secara yang dinamis berbagai bentuk penyusunan kegiatan pemasaran secara lebih
menyeluruh.
(3) Kepuasan konsumen, juga adalah salah satu unsur penting yang sangat
perlu diperhatikan dalam penyusunan konsep pemasaran. Manajemen pemasaran
yang baik akan menghendaki adanya hasil kepuasan konsumen yang maksimal
sebagai akibat dari proses marketing yang berjalan baik. Kepuasan konsumen tidak
hanya diukur dari bagaimana kualitas produk yang dihasilkan, namun juga diukur
dari bagaimana cara dan strategi pemasaran itu dijalankan.
Universitas Sumatera Utara
28
1.7 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan yang bersifat kualitatif. Metode
penelitian kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif, baik berupa tulisan atau pernyataan dari seseorang atau suatu perilaku
aktor, maupun gejala tertentu yang dapat diamati oleh seorang penulis. Masalah
utama dari penelitian ini adalah menelusuri manajemen organisasi, manajemen
produksi, dan manajemen pemasaran paduan suara di Kota Medan, dalam hal ini
Consolatio Choir (sebuah paduan suara yang beranggotakan Mahasiswa/i
Universitas Sumatera Utara), dan Methodist-2 Chamber Choir (sebuah paduan
suara sekolah yang beranggotakan jemaat Gereja Methodist Indonesia).
1.7.1 Observasi
Observasi yang dilakukan penulis dalam penelitian adalah observasi secara
langsung kepada pihak pengurus, pelatih, dan anggota paduan suara Consolatio
Choir, dan Methodist-2 Chamber Choir serta kepada para aktifis/ tokoh paduan
suara yang ada di kota Medan. Selain itu, observasi yang penulis lakukan adalah
dengan melihat langsung pertunjukan-pertunjukan yang dilakukan kelompok musik
paduan suara Consolatio Choir, dan Methodist-2 Chamber Choir.
1.7.2 Wawancara
Untuk memperoleh data-data yang tidak didapatkan melalui observasi,
penulis melakukan wawancara. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara
Universitas Sumatera Utara
29
yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan sistem
manajemen, sejarah berdiri, visi & misi, kesekretariatan, tempat latihan, iuran,
struktur organisasi, keanggotaan & perekrutan, dirigen & pelatih, penghargaan &
sanksi, kepengurusan, ebaluasi keanggotaan, proses latihan, lagu & mempersiapkan
lagu, kegiatan tahunan (pelayanan bulanan & undangan, konser, dan rekaman), dan
eksistensi paduan suara Consolatio Choir, dan Methodist-2 Chamber Choir, serta
strategi pemasaran yang direncanakan dan dilakukan.
1.7.3 Tahap analisis
Data yang telah terkumpul kemudian diklasifikasikan sesuai dengan jenis
manajemennya dan selanjutnya dilakukan analisis. Hal ini dilakukan untuk
menjawab permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam penelitian dan
penulisan tesis. Analisis data-data yang diperoleh dari lapangan ini tetap mengacu
kepada tiga pokok permasalahan yang telah ditetapkan, yaitu mengenai manajemen
organisasi, produksi, dan pemasaran di dalam kedua kelompok paduan suara
Consolatio Choir, dan Methodist-2 Chamber Choir.
1.7.4 Perekaman
Perekaman audio wawancara dan dokumentasi gambar dilakukan dengan
menggunakan HP Lenovo A6000.
Universitas Sumatera Utara
30
1.7.5 Lokasi penelitian
Penelitian dilaksanakan di daerah kota Medan, tepatnya di sekretariat dan
tempat latihan masing-masing ketiga paduan suara serta gedung konser, saat konser
paduan suara berlangsung.
A. Consolatio Choir, alamat sekretariat di Jl. Bunga Mawar No. 49 A Pasar 5
Padang Bulan, Medan. Sekretariat sekaligus menjadi tempat latihan. Gedung
Konser Grha Methodist yang beralamat di Jl. P. Merak Jingga No. 5 Medan
menjadi tempat penyelenggaraan konser ke-27 pada tanggal 27 November
2016 lalu.
B. Methodist-2 Chamber Choir, alamat sekretariat dan tempat latihan adalah di
Gedung Konser Grha Methodist yang beralamat di Jl. P. Merak Jingga No. 5
Medan. Gedung tersebut sekaligus menjadi gedung konser yang digunakan
pada konser yang ke-20 pada tanggal 12 November 2016 lalu.
1.8 Sistematika Penulisan
Bagaimanapun juga tesis ini ditulis mengikuti sistematika penulisan ilmiah.
Tulisan ini secara umum dibagi kedalam VI bab. Setiap bab merupakan satu
kesatuan yang utuh dan berisi satu rangkaian tulisan yang padu.
Selengkapnya
Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, landasan teori, metode penelitian, dan
sistematika penulisan. Bab II menjelaskan mengenai gambaran paduan suara yang
Universitas Sumatera Utara
31
ada di Indonesia dan di Kota Medan. Dimana masing-masing sub bab menjelaskan
tentang keberadaan paduan suara yang ada di Kota Medan.
Selanjutnya Bab III berisikan kajian tentang manajemen organisasi paduan
suara Consolatio Choir dan Methodist-2 Chamber Choir. Di dalamnya tercakup visi
& misi sebagai dasar/ fondasi organisasi dan merupakan pernyataan cita-cita,
keingingan, atau harapan dari para pendiri, pemimpin, dan anggota organisasi
mengenai bentuk dan karakteristik organisasi di masa depan. Terdapat pula
perencanaan dan program kerja, memiliki struktur organisasi mulai dari; pembina,
badan pengurus harian, pelatih/ konduktor, seksi-seksi dan anggota.
Seterusnya Bab IV berisi kajian terhadap manajemen produksi, yang
mencakup faktor produksi sebagai berikut: (a) tersedianya program kegiatan, dan
repertoar/ partitur, (b) tersedianya kesempatan untuk mengasah kemampuan dan
skill lewat proses latihan, (c) tersedianya tenaga kerja sebagai pelaksana program,
(d) adanya kebutuhan akan hasil produksi. keempat faktor tersebut akan
menghasilkan (e) prestasi dan kegiatan sebagai hasil produksi.
Kemudian Bab V memuat kajian tentang manajemen pemasaran yang
dilakukan oleh dua kelompok paduan suara di Kota medan ini paduan suara
Consolatio Choir, dan Methodist-2 Chamber Choir. Apek-aspek manajemen
pemasaran yang dikaji meliputi: menentukan sasaran pemasaran (sasaran tindakan
dan sasaran citra), menentukan posisi/ slogan, melakukan audit pemasaran,
melakukan pengembangan rencana pemasaran (mulai dari perumusan sasaran
pemasaran, draf perencanaan
pemasaran, dan implementasi), pengembangan
Universitas Sumatera Utara
32
kampanye promosi dengan melakukan: (1) target audiens dan sasaran, (2) pesan,
(3) komunikator, (4) saluran komunikasi, (5) teknik dengan poster, brosur, leaflet,
flyer atau sejenisnya biasanya bersifat lebih permanen, iklan, siaran pers, direct
mail atau surat langsung, media sosial, diskon, perluasan genre pertunjukan,
menjaga kepercayaan pelanggan dan kualitas pertunjukan, (6) anggaran, dan (7)
implementasi.
Bab VI merupakan bab penutup yang isinya memuat kesimpulan dan saran
dari penulisan ini. Kesimpulan yang diuraikan adalah menjawab tiga pokok
masalah yang telah dikemukakan di dalam Bab I. Sedangkan saran-saran akan
diarahkan bagaimana pendekatan
yang harus dilakukan oleh para peneliti,
pemerhati kebudayaan, tokoh dan aktifis paduan suara dalam mencarikan solusi
terkait permasalahan-peramsalahan kepaduansuaraan yang ada di kota Medan.
Kiranya tesis ini dapat menjadi salah satu sumber keilmuan di bidang
manajemen seni, khususnya pada Program Studi Magister Penciptaan dan
Pengkajian Seni, pada Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Universitas Sumatera Utara
Download