BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Paduan suara merupakan salah satu kegiatan musik dari cabang seni vokal yang terdiri dari sekumpulan personil yang terbagi lagi dalam beberapa kategori suara. Kata paduan suara dapat berarti suara-suara yang dipadukan, tentunya lebih dari satu penyanyi. (Sitompul, 1999: 1) berpendapat bahwa: paduan suara adalah suatu kumpulan penyanyi yang menyanyi bersama. Secara umum dapat diartikan himpunan dari sejumlah penyanyi yang dikelompokkan menurut jenis suaranya. Paduan suara merupakan penyajian musik vokal yang terdiri atas 15 orang atau lebih (Pramayuda, 2010:63), dapat juga dikatakan bahwa paduan suara merupakan sekolompok orang yang dapat memadukan berbagai warna suara menjadi satu kesatuan yang utuh dan dapat menampilkan jiwa lagu yang dibawakan. Musik vokal adalah musik yang bersumber dari suara manusia, bisa dinyanyikan oleh seorang penyanyi atau sekelompok orang. Jika dinyanyikan perorangan disebut solo, dan jika dinyanyikan secara serempak disebut suara bersama (samen zinger). Suara bersama ini apabila dinyanyikan dengan harmoni dan berbagai warna suara (timbre) seperti suara sopran, alto, tenor, dan bass, disebut musik paduan suara atau choir (koor).1 Bentuk paduan suara secara umum adalah kelompok penyanyi baik sejenis maupun campuran (mixed). Sejenis artinya terdiri dari wanita atau pria saja 1 N. Simanungkalit, Teknik Vokal Paduan Suara (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008) Universitas Sumatera Utara 2 (homogen), atau campuran pria dan wanita (heterogen) dengan kelompok usia yang dikehendaki, atau kelompok anak-anak, remaja, dewasa, hingga orang tua. Menurut Soedarsono, secara garis besar seni musik, tari maupun teater memiliki tiga fungsi utama (primer) yaitu (1) Sebagai sarana upacara atau ritual; (2) Sebagai hiburan pribadi, dan; (3) Sebagai penyajian estetis.2 Dilihat dari bentuk pagelarannya, paduan suara dapat berfungsi sebagai sarana upacara ataupun sebagai penyajian estetis. 1.1.1 Tumbuh pesatnya perkembangan paduan suara Banyaknya lembaga, yayasan atau instansi yang bergerak di bidang seni, khususnya seni musik paduan suara, akhir-akhir ini menunjukkan perkembangan yang pesat. Hal ini menunjukkan pula bahwa apresiasi masyarakat Indonesia khusunya di kota Medan terhadap seni yang semakin meningkat. Peningkatan apresiasi masyarakat ini membawa dampak positif bagi peningkatan penghargaan masyarakat terhadap kebudayaan/ kesenian. Banyak lembaga atau instansi berlomba – lomba mencapai prestasi di bidang seni, terutama dalam bidang seni musik. Hal tersebut dapat dilihat dengan banyaknya lomba seni vokal individu maupun paduan suara yang diselenggarakan di tingkat lokal, nasional dan internasional seperti: Indonesian Idol, Akademi Dangdut, X Factor, Indonesian’s Got Talent, Kompetisi Paduan Suara Consolatio, Kompetisi Paduan Suara 2 R. M. Soedarsono, Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi (Yogyakarta: Gadjah MadaUniversity Press; 2002), hal.,123. Universitas Sumatera Utara 3 SMAN-1 Medan, Festival Paduan Suara Dinas Pendidikan Kota Medan, Kompetisi Paduan Suara NHKBP Sei Putih Medan, Kompetisi Paduan Suara NHKBP Maranatha Medan, Lomba Paduan Suara RRI Medan, Asian Choir Games 2007, BICF (Bali International Choir Festival), Crescendo Studio Choir Competition, Pesparawi, Pesparani, Pesparama, Festival Paduan Suara Institut Teknologi Bandung, Kompetisi Paduan Suara Universitas Parahiangan Bandung, North Sumatera International Choir Competition, Penabur International Choir Festival 2017, Indonesia Choir Festival, Singapore International Choral Festival, International Folk Festivals, International Choir Festival · Coralua Trondheim , 15th International Choir Festival Tallinn , International Choir Festival Alta Pusteria - Chorfestival, International Choir Competition of Tolosa, European Grand Prix for Choral Singing dan kompetisi paduan suara lainnya. Pesatnya perkembangan paduan suara di kota Medan dapat dilihat juga dari banyaknya paduan suara di kota Medan yang telah mengukir prestasi baik di tingkat nasional maupun internasional. Consolatio Choir misalnya telah mengukir prestasi sejak tahun 1995 lewat PESPARAWI Mahasiswa Nasional III di Universitas Parahiangan Bandung sebagai Juara Harapan, Juara II pada Lomba Paduan Suara Antar Perguruan Tinggi Indonesia (LPSAPTI) di UKI Jakarta tahun 1996, dan masih banyak prestasi lainnya termasuk memperoleh medali emas kategori musica sacra a capella pada 4th World Choir Games di Xiamen-China bulan Juli 2006 serta memperoleh medali emas kategori musica sacra dan mixed youth choir pada 5th World Choir Games di Graz-Australia bulan Juli 2008. Universitas Sumatera Utara 4 Saat ini paduan suara ini sedang mempersiapkan diri dalam menghadapi the 15th International Chamber Choir Competition 2017 di Marktoberdorf-Germany pada bulan Juni. Penyelenggaraan konser paduan suara secara rutin yang dilaksanakan banyak paduan suara di kota Medan semakin memperkuat eksistensi paduan suara tersebut, seperti Consolatio Choir, Methodist-2 Chamber Choir, Crescendo Studio Choir, Paduan Suara El-Shaddai USU, Paduan Suara Concordia UHN, Paduan Suara Clarabelle SMAN 12, Paduan Suara Koinonia SMAN 4, Ozora Choir, Paduan Suara Magnificum Et Bonum Unimed, Paduan Suara El Senyor Unimed, Paduan Suara Hallelujah SMAN 7, Paduan Suara Excelsis, Svara Sacra Choir, Paduan Suara Avenue Voice, Kavernia Choir HKI, dan lain-lain. Umur paduan suara-paduan suara ini ada yang sudah mencapai hampir 30 (tiga puluh) tahun, ada yang sudah 20 (dua puluh) tahun dan ada yang belasan tahun, tetap konsisten menyelenggarakan konser paduan suara. Ada juga beberapa paduan suara yang baru didirikan namun telah menunjukkan aktifitas musik paduan suara seperti penyelenggaraan konser dan mengikuti kompetisi paduan suara seperti: Paduan Suara Vox Seraphim yang berdiri tahun 2016, Medan Community Male Choir berdiri tahun 2015, Paduan Suara Syalom USU didirikan tahun 2015, Children Choir of PPIA didirikan tahun 2015, e Deum Voice didirikan tahun 2013, Vox Angeli Children Choir didirikan tahun 2014, Paduan Suara Glorify Martubung didirikan tahun 2016, Gita Sonora Choir Tembung didirikan tahun 2015, Lux Caesti Choir didirikan tahun 2017. Universitas Sumatera Utara 5 Pesatnya perkembangan tersebut juga tidak terlepas dari semakin tingginya kuantitas penyelenggaraan seminar-seminar, symposium, dan workshop paduan suara di kota Medan seperti yang diselenggarakan oleh Consolatio Choir, Medan Choral Society, Crescendo Studio Choir, Bel Canto, Graha Nada, Bandung Choral Society, Deualu Organizer, Magenta Organizer, dan beberapa penyelenggara kegiatan dalam rangka pengembangan paduan suara. 1.1.2 Fakta yang berbeda Pada uraian perkembangan paduan suara yang telah dipaparkan di atas dapat dilihat pesat tumbuhnya perpaduansuaraan di kota Medan. Namun ironisnya, di lain sisi faktanya di kota Medan ada beberapa kelompok paduan suara yang didirikan dan telah mengukir beberapa prestasi di tingkat nasional bahkan di tingkat internasional, yakni dalam keikutsertaan pada 2nd Bali International Choir Competition dan mendapatkan medali emas, namun tidak lagi eksis, seperti Gloria Patri Choir & Gloria Patri Male Choir didirikan tahun 2010, demikian juga Todah Male Choir yang didirikan tahun 2014, Paduan Suara Manna Nominous yang didirikan tahun 2010, Paduan Suara Methodist Manna Marturia Male Choir 2009 . Ada juga paduan suara yang sudah beraktifitas hampir 10 (sepuluh) tahun namun tidak lagi menunjukkan eksistensinya di kancah perpaduansuaraan di kota Medan, seperti Paduan Suara Solideo, Paduan Suara Sola Gratia Medan, Paduan Suara Skopos HKI. Apa yang menyebabkan paduan suara tersebut tidak lagi eksis? Apakah salah satunya disebabkan oleh manajemen organisasinya yang kurang Universitas Sumatera Utara 6 baik? Ataukah manajemen kepemimpinannya yang tidak berajalan dengan baik? Ataukah manajemen produksinya yang tidak tepat? Ataukah manajemen pemasarannya yang masih tergolong belum baik? Lalu kenapa ada paduan suarapaduan suara yang eksis sampai saat ini sejak didirikan? Hal-hal apa saja yang dilakukan oleh manajemen kelompok paduan suara tersebut sehingga dapat bertahan dan eksis sampai dengan saat ini? Pertanyaan-pertanyaan tersebut melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian terhadap beberapa kelompok paduan suara yang eksis di kota Medan, yakni paduan suara Consolatio Choir dan Methodist-2 Chamber Choir, untuk meneliti tentang manajemen kedua paduan suara tersebut. 1.1.3 Alasan pemilihan paduan suara Penulis memilih kedua paduan suara di atas untuk diteliti dengan alasan sebagai berikut; A. Consolatio Choir (1) Paduan Suara ini merupakan salah satu kelompok paduan suara yang berada di bawah naungan Panitia Hari Besar Kristen (PHBK) Universitas Sumatera Utara, namun di dalam menjalankan roda organisasinya bersifat independen (tidak memiliki keterikatan yang tetap dengan pihak-pihak di luar Consolatio Choir), (2) Consolatio telah menunjukkan eksistensinya sejak didirikan tahun 1989 sampai dengan saat ini, (3) paduan suara ini telah banyak meraih prestasi, baik di tingkat lokal, nasional maupun di kancah internasional, (4) paduan Universitas Sumatera Utara 7 suara ini secara konsisten telah menyelenggarakan konser tahunan sejak paduan suara ini didirikan, (5) paduan suara ini telah banyak dikenal oleh masyarakat paduan suara baik di kota Medan maupun di Indonesia, (6) paduan suara ini telah menyelenggarakan beberapa kali kompetisi paduan suara dan juga menyelenggarakan pelatihan-pelatihan vocal dan dirigen di kota Medan dan di luar kota Medan, (7) untuk memilih lokasi penelitian harus dengan memperhitungkan pengeluaran waktu dan biaya yang efisien. B. Methodist-2 Chamber Choir (1) Methodist-2 Chamber Choir juga merupakan salah satu kelompok paduan suara di bawah naungan Yayasan Perguruan Kristen Methodist Indonesia (PKMI-2) namun dalam menjalankan organisasinya bersifat independen (tidak memiliki keterikatan yang tetap dengan pihak-pihak di luar Methodist-2 Chamber Choir), (2) paduan suara ini telah menunjukkan eksistensinya sejak didirikan tahun 1996 sampai dengan saat ini, (3) paduan suara ini telah banyak diminta untuk melakukan tour konser baik di Indonesia maupun di luar negeri, (4) paduan suara ini secara konsisten telah menyelenggarakan konser tahunan sejak paduan suara ini didirikan, (5) paduan suara ini telah banyak dikenal oleh masyarakat paduan suara baik di kota Medan, di Indonesia maupun di luar negeri. Dari uraian di atas, penulis melihat bahwa keberadaan managemen paduan suara di kota Medan perlu diteliti lebih lanjut sebagai salah satu penelitian ilmiah Universitas Sumatera Utara 8 dengan judul “Manajemen Kelompok Paduan Suara di Kota Medan: Studi Kasus Consolatio Choir dan Methodit-2 Chamber Choir. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas Penulis menentukan yang menjadi rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah manajemen organisasi paduan suara Consolatio Choir dan Methodist-2 Chamber Choir di kota Medan? 2. Bagaimanakah manajemen produksi paduan suara Consolatio Choir dan Methodist-2 Chamber Choir di kota Medan? 3. Bagaimanakah manajemen pemasaran paduan suara Consolatio Choir dan Methodist-2 Chamber Choir di kota Medan? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Untuk menganalisis manajemen organisasi paduan suara Consolatio Choir dan Methodist-2 Chamber Choir di kota Medan. 2. Untuk menganalisis manajemen produksi paduan suara Consolatio Choir dan Methodist-2 Chamber Choir di kota Medan. 3. Untuk menganalisis manajemen pemasaran paduan suara Consolatio Choir dan Methodist-2 Chamber Choir di kota Medan. Universitas Sumatera Utara 9 1.4 Manfaat Penelitian Dalam penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca dan khususnya bagi kelompok paduan suara Consolatio Choir dan Methodist-2 Chamber Choir. Adapun manfaat penulisan ilmiah ini adalah: 1. Sebuah studi banding terhadap manajemen paduan suara yang berada di luar Kota Medan. 2. Memberikan kontribusi terhadap khasanah musik paduan suara di Kota Medan. 3. Memberikan masukan bagi peneliti berikutnya yang ingin menganalisis manajemen paduan suara di kota Medan. 4. Di samping itu juga sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas akhir memperoleh gelar Magister Seni di Program Studi Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. 1.5 Tinjauan Pustaka Sepanjang pengetahuan penulis, dari hasil penelitian pustaka yang dilakukan menunjukkan bahwa hingga saat ini belum ada kajian mengenai kajian manajemen organisasi, manajemen produksi dan manajemen pemasaran paduan suara Consolatio Choir dan Methodist -2 Chamber Choir. Dalam melakukan pengkajian terhadap manajemen ketiga paduan suara di atas, penulis melakukan studi kasus. Pengertian studi kasus, menurut Depdikbud (1997:2) menjelaskan bahwa: “studi kasus adalah suatu studi atau analisa yang komprehensif dengan Universitas Sumatera Utara 10 menggunakan berbagai teknik, bahan dan alat mengenai gejala atau ciri-ciri karakteristik berbagai jenis masalah atau tingkah laku menyimpang baik individu maupun kelompok”. Studi kasus merupakan teknik mengadakan persiapan konseling yang memakai ciri-ciri yaitu mengumpulkan data yang lengkap, bersifat rahasia, terus menerus secara ilmiah, dan data diperoleh dari beberapa pihak (Mungin Eddy Wibowo, 1984: 80). Tujuan studi kasus adalah untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan, individu, kelompok, lembaga, dan masyarakat” (Suryabrata, 2003: 80). Untuk mendukung pengetahuan dan pemahaman Penulis dalam membahas permasalahan yang ada, maka penulis mempergunakan beberapa buku acuan, antara lain sebagai berikut: 1. Buku Manajemen Organisasi Seni Pertunjukan, yang ditulis oleh Achsan Permans, dkk (2003). Buku ini menawarkan pendekatan, metode, dan teknik untuk memanajemeni organisasi seni pertunjukan di Indonesia. Pendekatan, metode, maupun teknik yang disajikan dalam buku ini didasarkan atas studi dan pengamatan terhadap organisasi-organisasi seni pertunjukan di Indonesia maupun di luar negeri selama lima tahun dan telah diuji dalam bentuk pelatihan dan konsultansi terhadap organisasi-organisasi seni pertunjukan di seluruh Indonesia. Cakupan pembahasan buku ini adalah: profil organisasi pertunjukan di Indonesia, konsep dasar manajemen organisasi seni pertunjukan, manajemen Universitas Sumatera Utara 11 stratejik, manajemen pemasaran, manajemen keuangan, manajemen proyek, dan penggalangan dana. 2. Buku Manajemen Seni yang ditulis oleh Muhammad Takari (2008), buku ini menjelaskan bagaimana dasar-dasar ilmu manajemen, bagaimana terapannya untuk bidang-bidang kesenian serta fungsi-fungsi manajemen yang digunakan dalam mengelola praktik kesenian. Diantaranya adalah perencanaan, pengorganisasian, penempatan sumber daya manusia seniman, penggerakan atau pemotivasian dan pengawasan. 3. Buku Penelitian Ilmu Manajemen, Tinjauan Filosofis dan Praktis (2013) berisikan tentang konsep manajemen adalah ilmu dan seni, artinya sebuah proses atau upaya sadar antar manusia dengan sesama secara beradab, dimana pihak kesatu secara terarah membimbing perkembangan kemampuan dan kepribadian pihak kedua secara manusiawi yaitu orang per orang. 4. Buku Manajemen Kinerja, yang ditulis oleh Wibowo (2014). Buku ini membahas tentang manajemen kinerja adalah manajemen tentang menciptakan hubungan dan memastikan komunikasi yang efektif. Manajemen kinerja memfokuskan pada apa yang diperlukan oleh organisasi, manajer, dan pekerja untuk berhasil. Manajemen kinerja adalah tentang bagaimana kinerja dikelola untuk memperoleh sukses. 5. Buku A-Z Direksi Paduan Suara, yang ditulis oleh Listya, Agastya Rama (2007). Buku ini membahas tentang paduan suara, mulai dari konduktor, teknik Universitas Sumatera Utara 12 mengabah atau memimpin paduan suara. Selain itu, buku ini juga membahas tenang kepengurusan paduan suara. 6. Buku Menjadi Dirigen 2 dan 3, yang ditulis oleh Tim Pusat Musik Liturgi Yayasan Musik Gereja. Buku ini berisi tentang bagaimana menjadi seorang dirigen dengan tiga bagian, yakni buku dirigen 1, dirigen 2, dan dirigen 3 yang membahas ketukan, pola-pola birama, fungsi tangan kanan, fungsi tangan kiri, dan postur tubuh, 7. Elisabeth Purba, 2015, menulis sebuah tesis yang diajukan untuk menyelesaikan studi magister seni di Program Studi Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, yang bertajuk Kajian Manajemen Organisasi, Produksi, dan Pemasaran Grup Musik Tiup di Kota Medan: Studi Kasus Mangampu Tua dan Tambunan, mendeskripsikan dan mengkaji bagaimana manajemen (a) organisasi, (b) produksi, dan (c) pemasaran dua grup musik tiup di Kota Medan, yakni Mangampu Tua dan Tambunan. 8. Boho Pardede, 2011, dalam tesisnya yang berjudul Koor Di Huria Kristen Batak Protestan (HKBP): Analisis Sejarah, Fungsi dan Struktur Musik mengatakan bahwa koor di HKBP lahir seiring dengan masuknya kekristenan di Tanah Batak. Koor di HKBP merupakan cikal bakal bertambahnya nyayian-nyayian jemaat. Hal ini dibuktikan dengan fakta sejarah bahwa nyayian gereja di HKBP pada awalnya merupakan koor-koor yang dibawakan oleh kelompok Paduan suara baik yang dibawa oleh para missionaris maupun hasil karya dari jemaat lokal. Koor berperan penting dalam ibadah karena fungsi-fungsi yang melekat Universitas Sumatera Utara 13 pada koor itu sendiri; fungsi-fungsi tersebut adalah: fungsi pengungkapan emosional, fungsi penghayatan estetis, fungsi hiburan, fungsi komunikasi, fungsi perlambangan, fungsi reaksi jasmani, fungsi yang berkaitan dengan normanorma sosial, fungsi kesinambungan budaya dan fungsi pengintegrasian masyarakat. Dari beberapa tinjauan pustaka yang diuraikan di atas, penelitian yang dilakukan penulis dari hasil studi di lapangan (field work) terhadap hubungan diantara keduanya, yaitu hasil temuan dengan teori dan asumsi para penulis sebelumnya. Dengan itu diharapkan, dapat ditemukan hubungan keterkaitan topik yang dikemukakan penulis dengan pendapat para penulis buku, sekaligus memberi pembenaran dan sanggahan akan pernyataan-pernyataan mereka. Karena jawaban akan dapat ditemukan setelah mengkaji dan menganalisis fenomena musik dalam disiplin ilmu etnomusikologi ini dengan studi lapangan dan studi laboratorium, dimana studi laboratorium harus berdasarkan atas studi lapangan, dan harus mencari keseimbangan di antara keduanya (dual nature), bukan memberi tekanan khusus pada salah satu (Merriam,1964;39). 1.6 Konsep dan Landasan Teori Menurut Mely G. Tan (1990:21), konsep merupakan defenisi dari apa yang kita amati, konsep menentukan antara variabel-variabel mana yang kita ingin menentukan hubungan empiris. Universitas Sumatera Utara 14 1.6.1 Konsep 1.6.1.1 Beberapa pengertian manajemen Kata manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno yaitu ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Lewis dkk. (2004:5) mendefinisikan manajemen sebagai: “the process of administering and coordinating resources effectively and efficiently in an effort to achieve the goals of the organization.” Pendapat tersebut mempunyai arti bahwa manajemen merupakan proses mengelola dan mengkoordinasikan sumber daya secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan organisasi. Menurut Robbins dan Coulter (2007:8) manajemen adalah proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. Kata efisiensi dapat diartikan sebagai mendapatkan output terbesar dengan input yang sangat kecil, sementara efektivitas dapat diartikan pada penyelesaian kegiatan-kegiatan sehingga sasaran organisasi dapat tercapai. Menurut Ismail Solihin (2009:4) manajemen dapat didefinisikan sebagai “proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian dari berbagai sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien”. Dari ketiga pengertian manajemen diatas, dapat dirangkum bahwa manajemen adalah “seni dalam mencapai tujuan organisasi dengan cara pengkoordinasian sumber daya dari mulai perencanaan, pengorganisasian, dan kepemimpinan sehingga dapat terselesaikan secara efisien dan efektif”. Menurut Stoner dkk. (1996:9) efektif diartikan sebagai kemampuan untuk menentukan Universitas Sumatera Utara 15 tujuan yang memadai. Sedangkan efisien artinya kemampuan untuk meminimalkan penggunaan sumber daya dalam mencapai tujuan organisasi. Manajemen juga dapat diartikan sebagai ilmu dan seni tentang upaya untuk memanfaatkan semua sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan secara efektif dan efesien. Manajemen sebagai seni yaitu manajemen dipandang sebagai keahlian, kemahiran, kemampuan, serta keterampilan dalam menerapkan prinsip, metode, dan teknik dalam menggunakan sumber daya manusia dan sumber daya alam secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan. Sifat manajemen sebagai seni yaitu: ahli, mahir, mampu, dan terampil. Douglas McGregor (Luthans, 2008:444) berpendapat ada dua gaya kepemimpinan, yaitu teori X mempresentasikan gaya otoriter tradisional kepemimpinan dan teori Y mempresentasikan gaya humanistis yang bebas dari prasangka. Teori ini menyatakan bahwa pemimpin yang menyukai teori X cenderung menyukai gaya kepemimpinan otoriter, seorang pemimpin yang menyukai teori Y lebih menyukai gaya kepemimpinan demokratis. Untuk kriteria bawahan yang memiliki tipe teori X adalah bawahan dengan sifat yang tidak akan bekerja tanpa perintah, sebaliknya bawahan yang memiliki tipe teori Y akan bekerja dengan sendirinya tanpa perintah atau pengawasan dari atasannya. Tipe Y ini adalah tipe yang sudah menyadari tugas dan tanggung jawab pekerjaannya. Manajemen diklasifikasikan sebagai berikut: manajemen organisasi, manajemen perencanaan, manajemen produksi, manajemen pemasaran, dan lainlainnya. Bila dilihat dari tingkatan dalam organisasi, manajemen dibagi menjadi Universitas Sumatera Utara 16 tiga golongan yang berbeda yaitu: (1) Manajemen puncak, (2) Manajemen madya, (3) Manajemen operasional atau sering disebut manajemen bawah Dalam mencapai tujuan organisasi, dalam manajemen juga dibutuhkan manajemen strategik. Menurut Pearson dan Robinson (2007), manajemen strategik didefinisikan sebagai sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi. Ini terdiri dari Sembilan tugas penting: (1) Merumuskan misi organisasi, meliputi rumusan umum tentang maksud keberadaan (purpose), filosofi (philosophy), dan tujuan (goal), (2) Mengembangkan profil organisasi yang mencerminkan kondisi intern dan kapabilitasnya, (3) Menilai lingkungan ekstern organisasi, meliputi baik pesaing maupun faktor-faktor kontekstual umum, (4) Menganalisis opsi organisasi dengan mencocokkan sumber dayanya dengan lingkungan ekstern, (5) Mengidentifikasi opsi yang paling dikehendaki dengan mengevaluasi setiap opsi yang ada berdasarkan misi organisasi, (6) Memilih seperangkat sasaran jangka panjang dan strategi umum (grand strategy) yang akan mencapai pilihan yang paling dikehendaki, (7) Mengembangkan sasaran tahunan dan strategi jangka pendek yang sesuai dengan sasaran jangka panjang dan strategi umum yang dipilih, (8) Mengimplementasikan pilihan strategik dengan cara mengalokasikan SDM, struktur, teknologi, dan sistem reward, (9) Mengevaluasi keberhasilan proses strategik sebagai masukan bagi pengambilan keputusan yang akan datang. Universitas Sumatera Utara 17 Seperti ditunjukkan oleh kesembilan tugas ini, manajemen meliputi perencanaan, pengarahan, pengorganisasian, dan pengendalian atas keputusankeputusan dan tindakan-tindakan organisasi yang berkaitan dengan strategi. Strategi diartikan oleh para manajer sebagai rencana mereka yang berskala besar dan berorientasi kepada masa depan untuk berinteraksi dengan lingkungan persaingan guna mencapai sasaran-sasaran organisasi. Strategi adalah “rencana besar” suatu organisasi. 1.6.1.2 Paduan suara Menurut H. A. Pandopo3 istilah musik paduan suara adalah musik yang dinyanyikan oleh paduan suara atau koor (Belanda), yang berasal dari bahasa Yunani Choros (di bahasa Inggris disebut sebagai Choir), yang berarti gabungan sejumlah penyanyi di mana mereka mengombinasikan berbagai suara ke dalam suatu harmoni. Paduan suara atau koor (dari bahasa Belanda, koor) merupakan istilah yang merujuk kepada ensembel musik yang terdiri atas penyanyi-penyanyi maupun musik yang dibawakan oleh ensembel tersebut. Umumnya suatu kelompok paduan suara yang membawakan musik paduan suara terdiri atas beberapa bagian suara. Bentuk paduan suara secara umum adalah kelompok penyanyi baik sejenis maupun campuran (mixed). Sejenis artinya terdiri dari wanita atau pria saja (homogen), atau campuran pria dan wanita (heterogen) 3 H.A.Pandopo, Menggubah Nyayian Jemaat: Penuntun Untuk Pengadaan Nyayian Gereja, BPK Gunung Mulia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1984), hal., 21. Universitas Sumatera Utara 18 dengan kelompok usia yang dikehendaki, atau kelompok anak-anak, remaja, dewasa, hingga orang tua. Hampir semua paduan suara kini menyajikan lagu-lagu mereka di dalam suatu harmoni yang terdiri atas empat bagian, yaitu Sopran (suara tinggi wanita), Alto (suara rendah wanita), Tenor (suara tinggi pria), dan Bass (suara rendah pria). Namun demikian, karya-karya musik paduan suara dapat pula ditulis atau diaransir di dalam lebih dari empat bagian suara. Sebagian besar karya-karya musisi terkemuka ditulis untuk paduan suara dengan iringan instrumen dan sebagian lagi merupakan karya musik paduan suara tanpa iringan instrumen, biasanya disebut acapella. 1.6.1.3 Dirigen / pelatih sebagai pemimpin paduan suara Pemimpin dalam sebuah paduan suara adalah seorang dirigen, sekaligus sebagai pelatih dan pemimpin. Seorang dirigen paduan suara dalam tugas dan tanggung jawabnya dituntut oleh pekerjaan tersebut untuk bertindak sebagai seorang ilmuan, yakni orang yang berilmu dalam ilmu pengetahuan paduan suara. Sebagai ilmuan, usaha untuk mendalami, mengembangkan, dan mencari temuan baru dalam bidang pembinaan suara merupakan tugas dan tanggung jawabnya. Pelatih/ dirigen semestinya aktif dalam menguji konsep dan prinsip, disertai dengan sikap kritis, terbuka, teliti dan tidak lekas puas. Ia juga dituntut memiliki kemampuan dalam menggunakan teori, konsep, trampil dalam mengkaji berbagai gejala dan memecahkan masalah, mengkaji ulang hipotesis, bongkar pasang Universitas Sumatera Utara 19 hipotesis dalam mencari kebenaran ilmiah harus menjadi metode kerjanya dalam proses pengolahan paduan suara. Sebagai seorang praktisi, dirigen harus mampu mengolah suara paduan suaranya, menerapkan hasil kajiannya secara praktis, mudah dicerna, mendatangkan rasa keberuntungan, menumbuhkan rasa kegembiraan, kecintaan, rasa percaya diri, tanggung jawab dan dedikasi yang tinggi dalam diri penyanyi paduan suara yang dipimpinnya (Listya, 2007: 2-6). Ada beberapa hal dasar yang harus dimiliki oleh seorang dirigen yang dibedakan menjadi dua aspek, yaitu aspek non teknis dan aspek teknis. Aspek non teknis yaitu komunikatif, sikap terbuka, teliti dan kerja keras, kreatif dan inovatif, kooperatif, serta disiplin tinggi dan serius. Aspek teknis yaitu pendengaran yang baik, pengetahuan mengenai teknik vocal, pengetahuan mengenai teori musik, pengetahuan mengenai ilmu bentuk analisa, pengetahuan mengenai teknik mengabah, pengetahuan mengenai sejarah musik dan repertoire lagu paduan suara, kemampuan dalam hal sight singing, serta kemampuan memainkan piano (Listya, 2007: 2-6). Dari aspek tersebut diharapkan bahwa seorang dirigen adalah seorang yang mumpuni dan menguasai dalam bidang paduan suara. Seorang dirigen memiliki peran yang sangat dominan dalam sebuah paduan suara. Kriteria-kriteria untuk dapat disebut sebagai dirigen adalah bukan orang sembarangan dan yang seolaholah hanya sebagai sebuah pajangan hidup yang bergerak dengan tangannya dalam memimpin sebuah paduan suara secara asal. Akan tetapi lebih dari itu dituntut Universitas Sumatera Utara 20 memiliki kecakapan-kecakapan dan kepekaan musikalitas yang tinggi terhadap seni paduan suara. Listya (2007:1) juga menyampaikan bahwa tugas seorang dirigen dapat dianalogikan dengan tugas dan tanggungjawab seorang panglima di medan perang. Hanya bedanya bila tugas utama seorang panglima perang adalah mengatur strategi yang jitu untuk memenangkan suatu pertempuran, sebaliknya seorang dirigen bertugas untuk mewujudkan suatu keindahan musical melalui kelompok paduan suara yang dipimpinnya. Karena itu tidak dapat dipungkiri lagi bahwa keberhasilan suatu kelompok paduan suara dalam mewujudkan keindahan musikal tersebut sepenuhnya tidak terlepas dari kemampuan mendasar yang harus dimiliki oleh seorang dirigen, misalnya pengetahuan tentang teknik dirigen, teknik vokal, teori musik, ilmu bentuk analisa, sejarah musik, dan keluasan wawasan tentang repertoir4 lagu paduan suara. Tugas seorang dirigen bukan hanya berkutat pada pengajaran notasi musik dan terminology 5 musik yang digunakan pada sebuah lagu, sebaliknya tugas terpenting yang diemban seorang pengabah dan seringkali dilupakan adalah mengajak paduan suara yang dipimpinnya “bernyanyi”. Penting bagi kita untuk membedakan antara membaca notasi musik dan “bernyanyi”. Bila suatu kelompok 4 Istilah repertoar (Perancis: repertoire) menurut Kodijat (1989: 62) berarti berbekalan komposisi musik yang ada pada seorang seniman penyelenggara pagelaran musik. Repertoir dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989: 744) memiliki dua pengertian, yang pertama adalah persediaan nyanyian, lakon, drama, dan sebagainya yang dimiliki seorang atau suatu kelompok seni yang siap untuk dimainkan. Pengertian repertoar yang kedua adalah daftar lagu, judul sandiwara, opera dan sebagainya yang akan disajikan oleh pemain musik, sanggar, penyanyi, dan sebagainya. 5 Terminologi (bahasa Latin: terminus) atau peristilahan adalah ilmu tentang istilah dan penggunaannya. Universitas Sumatera Utara 21 paduan suara baru sampai tahap membunyikan nada-nada yang ada tanpa diikuti oleh ekspresi musikal seperti: kontras dinamika, tempo, artikulasi, frasering, dan lain-lain, maka kelompok paduan suara tersebut belum dapat dikatakan “bernyanyi”. Suatu kelompok paduan suara dikatakan “bernyanyi” bila dalam penyampaiannya telah dapat mewujudkan suatu citarasa estetis melalui penguasaan lagu, teknik olah vokal, dan pembawaan yang tepat (Listya, 2007:1). Disamping kecakapan seorang dirigen, keberhasilan sebuah paduan suara juga ditentukan bagaimana manajemen paduan suara tersebut, baik manajemen organisasi, manajemen produksi dan bahkan manajemen pemasarannya. Menurut Mary Parker Follet yang dikutip oleh Handoko (2008:3) manajemen merupakan seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini mengandung arti bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan berbagai tugas yang mungkin diperlukan. 1.6.1.4 Musica Sacra (Musik ibadat) Tahun 1967 dalam instruksi Musicam Sacram (Instruksi dari Kongregasi Ibadat Roma, 5 Maret 1967) No. 4 dijelaskan bahwa musica sacra sebagai berikut: (a) Musik ibadat (musica sacra) adalah musik yang digubah untuk perayaan ibadat suci, dan dari segi bentuknya memiliki suatu bobot kudus tertentu. (b) yang masuk dalam kategori musik ibadat adalah: lagu gregorian, polifoni suci, dengan aneka bentuknya baik kuno maupun modern, musik ibadat untuk organ dan alat musik lain Universitas Sumatera Utara 22 yang telah disahkan, dan musik ibadat rakyat entah itu liturgis entah sekedar lagu rohani (https://sulut.kemenag.go.id, di akses tanggal 30 Februari 2017). Dalam kompetisi paduan suara, musica sacra merupakan salah satu kategori dari seluruh kategori yang diperlombakan. Karya yang tergolong pada kategori musica sacra pada umumnya adalah reportoir pada jaman Baroq, jaman Renaissans, jaman Klasik, dan jaman Romantik. Istilah musica sacra tersebut merupakan istilah teknis dalam pengkategorian lomba paduan suara yang sering disebutkan di kalangan perpaduansuaraan. 1.6.2 Landasan teori Ada tiga teori utama yang digunakan dalam mengkaji sistem manajemen seni yang berfokus kepada tiga masalah utama, yaitu manajemen organisasi, manajemen produksi, dan manajemen pemasaran. Teori-teori yang penulis gunakan yaitu: teori manajemen organisasi, teori manajemen produksi, dan teori manajemen pemasaran. (A) Di dalam konteks mengkaji manajemen organisasi, penelitian ini menggunakan pendekatan teori organisasi dan teori kepemimpinan, dimana pengorganisasian merupakan keseluruhan proses pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab dan wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Definisi ini menunjukkan bahwa pengorganisasian merupakan langkah pertama ke arah pelaksanaan rencana yang Universitas Sumatera Utara 23 telah tersusun sebelumnya. Dengan demikian, adalah suatu hal yang logis pula apabila pengorganisasian sebagai fungsi manajemen ditempatkan sebagai fungsi kedua. Sumber daya manusia merupakan komponen utama suatu organisasi yang menjadi perencana dan pelaksana dalam setiap aktivitas organisasi. Mereka mempunyai pikiran, perasaan, keinginan, status dan latar belakang pendidikan, usia, jenis kelamin yang heterogen dibawa ke dalam suatu organisasi sehingga tidak seperti mesin, uang dan materiel, yang sifatnya pasif dan dapat dikuasai dan diatur sepenuhnya dalam mendukung tercapainya tujuan organisasi. Selanjutnya dalam konteks kepemimpinan ada 3 teori kepemimpinan menurut Lewin, White, dan Lippit (1930). Menurut mereka kepemimpinan itu: (1) ada yang authoritarian, yang menerapkan kepemimpinan otoriter, pemimpin tidak memberi kesempatan pada bawahannya untuk bertanya ataupun minta penjelasan. Yang kedua disebut (2) democratic yang mengikutsertakan bawahannya serta memberi kesempatan bawahan untuk berdiskusi. Yang ketiga (3) laissez fair yang membiarkan kondisi yang ada dan menyerahkan kekuasaannya pada bawahannya. Menurut Permas Achsan (2003:28) kepemimpinan adalah fungsi atau proses seseorang mempengaruhi orang lain untuk menjalankan kegiatan demi mencapai tujuan bersama. Pemimpin adalah orang yang mempengaruhi orang lain. Dalam mempengaruhi orang lain, pemimpin dapat menggunakan beberapa gaya, yaitu: (1) otokratis, gaya kepemimpinan yang memusatkan kekuasaan dan Universitas Sumatera Utara 24 pengambilan keputusan pada diri sang pemimpin, (2) partisipatif/ demokratis, gaya kepemimpinan yang melibatkan bawahannya dalam pengambilan keputusan. Menurut Purba Elisabeth (2015:36) dalam ilmu manajemen biasanya ada 6 (enam) macam teori aliran manajamen organisasi, yaitu sebagai berikut. (1) Aliran klasik, aliran ini mendefinisikan manajemen sesuai dengan fungsifungsi manajemennya. Perhatian dan kemampuan manajemen dibutuhkan pada penerapan fungsi-fungsi tersebut. (2) Aliran perilaku, aliran ini sering disebut juga aliran manajemen hubungan manusia. Aliran ini memusatkan kajiannya pada aspek manusia dan perlunya manajemen memahami manusia. (3) Aliran manajemen ilmiah, aliran ini menggunakan matematika dan ilmu statistika untuk mengembangkan teorinya. Menurut aliran ini, pendekatan kuantitatif merupakan sarana utama dan sangat berguna untuk menjelaskan masalah manajemen. (4) Aliran analisis sistem, aliran ini memfokuskan pemikiran pada masalah yang berhubungan dengan bidang lain untuk mengembangkan teorinya. (5) Aliran manajemen berdasarkan hasil, aliran manajemen ini diperkenalkan pertama kali oleh Peter Drucker pada awal 1850-an. Aliran ini memfokuskan pada pemikiran hasil-hasil yang dicapai bukannya pada interaksi kegiatan karyawan. (6) Aliran manajemen mutu, yaitu yang memfokuskan pemikiran pada usahausaha untuk mencapai kepuasan pelanggan atau konsumen. Universitas Sumatera Utara 25 (B) Selanjutnya untuk mengkaji manajemen produksi seni paduan suara di Kota Medan, penulis menggunakan teori manajemen produksi. Menurut Sofyan Assauri (1980:11), produksi didefinisikan sebagai berikut: “Produksi adalah segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan (utility) sesuatu barang atau jasa, untuk kegiatan mana dibutuhkan faktor-faktor produksi dalam ilmu ekonomi berupa tanah, tenaga kerja, dan skill (organization, managerial, dan skills). Produksi adalah segala kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan atau menambah guna atas suatu benda, atau segala kegiatan yang ditujukan untuk memuaskan orang lain melalui pertukaran (Partadireja, 1985:21). Produksi adalah semua kegiatan dalam menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa, dimana untuk kegiatan tersebut diperlukan faktor-faktor produksi (Sumiati, 1987:60). Dari pengertian tentang definisi produksi di atas, maka dapat diartikan bahwa produksi merupakan suatu kegiatan untuk mentransformasikan faktor-faktor produksi, sehingga dapat meningkatkan atau menambah manfaat bentuk, waktu, dan tempat suatu barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia yang diperoleh melalui pertukaran. Menurut Ahyari (1997:67) produksi optimal suatu kegiatan akan terpenuhi oleh beberapa faktor berikut: (a) tersedianya bahan dasar, (b) tersedianya kapasitas mesin-mesin yang dimiliki, (c) tersedianya tenaga kerja, (d) besarnya permintaan akan hasil produksi, (e) tersedianya faktor-faktor produksi yang lain. Universitas Sumatera Utara 26 (C) Untuk mengkaji bagaimana kedua kelompok paduan suara tersebut memasarkan hasil produksinya berupa pertunjukan musik (konser), penjualan rekaman DVD/ Kaset, maka penulis menggunakan teori manajemen pemasaran. Teori ini bertumpu pada bagaimana produk berupa barang dan jasa dipasarkan, sesuai dengan kebutuhan konsumennya. Menurut Achsan Permas (2003:101) Pemasaran adalah suatu proses yang membantu organisasi seni pertunjukan menukarkan sesuatu karya seni yang mempunyai nilai atau manfaat bagi publik penontonnya dengan sesuatu (nama, posisi, uang) yang dibutuhan organisasi seni pertunjukan tersebut. Manajemen suatu organisasi seni pertunjukan perlu menyusun langkah-langkah yang ptraktis dan sistematis sehingga kegiatan pemasarnnya menjadi efisien dan efektif. Ada 5 (lima ) langkah pemasaran yang dilakukan oleh organisasi seni pertunjukan, yakni (1) menentukan sasaran pemasaran, (2) penentuan posisi, (3) melakukan audit pemasaran, (4) pengembangan rencana pemasaran, dan (5) pengembangan kampanye promosi. Menurut Sofyan Assauri (2004:2) pemasaran adalah kegiatan aktivitas menganalisis, merencanakan, mengkoordinasikan, serta mengendalikan semua kegiatan yang terkait dengan perancangan serta peluncuran produk, pengkomunikasian, promosi, serta pendistribusian produk tersebut, menenetapkan harga serta mentransaksikannya, dengan tujuan agar dapat memuaskan konsumen serta sekaligus dapat mencapai tujuan organisasi dalam jangka panjang. Universitas Sumatera Utara 27 Dalam sebuah konsep pemasaran, terdapat tiga unsur yang penting yang harus selalu diperhatikan. Ketiga hal tersebut yang nantinya akan menjadi bagian penting dalam konsep pemasaran serta akan turut menentukan bagaimana nantinya manajemen pemasaran tersebut dikelola. (1) Orientasi pada konsumen. Pada konsep pemasaran sebagai bagian dari manajemen pemasaran adalah hal yang menjadi prioritas utama saat menghasilkan sebuah produk bisnis. Pada dasarnya usaha bisnis yang dilakukan merupakan upaya pemenuhan terhadap kebutuhan konsumen. Konsumen ialah orientasi utama yang harus dipertimbangkan dalam segala hal dan macam bentuk strategi bisnis. (2) Penyusunan kegiatan-kegiatan pemasaran secara integral atau menyeluruh. Manajemen pemasaran dapat melalui konsep pemasaran sebagai bagian dari filsafat bisnis yang dapat dijalankan menghendaki adanya pengaturan secara yang dinamis berbagai bentuk penyusunan kegiatan pemasaran secara lebih menyeluruh. (3) Kepuasan konsumen, juga adalah salah satu unsur penting yang sangat perlu diperhatikan dalam penyusunan konsep pemasaran. Manajemen pemasaran yang baik akan menghendaki adanya hasil kepuasan konsumen yang maksimal sebagai akibat dari proses marketing yang berjalan baik. Kepuasan konsumen tidak hanya diukur dari bagaimana kualitas produk yang dihasilkan, namun juga diukur dari bagaimana cara dan strategi pemasaran itu dijalankan. Universitas Sumatera Utara 28 1.7 Metode Penelitian Dalam penelitian ini digunakan pendekatan yang bersifat kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, baik berupa tulisan atau pernyataan dari seseorang atau suatu perilaku aktor, maupun gejala tertentu yang dapat diamati oleh seorang penulis. Masalah utama dari penelitian ini adalah menelusuri manajemen organisasi, manajemen produksi, dan manajemen pemasaran paduan suara di Kota Medan, dalam hal ini Consolatio Choir (sebuah paduan suara yang beranggotakan Mahasiswa/i Universitas Sumatera Utara), dan Methodist-2 Chamber Choir (sebuah paduan suara sekolah yang beranggotakan jemaat Gereja Methodist Indonesia). 1.7.1 Observasi Observasi yang dilakukan penulis dalam penelitian adalah observasi secara langsung kepada pihak pengurus, pelatih, dan anggota paduan suara Consolatio Choir, dan Methodist-2 Chamber Choir serta kepada para aktifis/ tokoh paduan suara yang ada di kota Medan. Selain itu, observasi yang penulis lakukan adalah dengan melihat langsung pertunjukan-pertunjukan yang dilakukan kelompok musik paduan suara Consolatio Choir, dan Methodist-2 Chamber Choir. 1.7.2 Wawancara Untuk memperoleh data-data yang tidak didapatkan melalui observasi, penulis melakukan wawancara. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara Universitas Sumatera Utara 29 yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan sistem manajemen, sejarah berdiri, visi & misi, kesekretariatan, tempat latihan, iuran, struktur organisasi, keanggotaan & perekrutan, dirigen & pelatih, penghargaan & sanksi, kepengurusan, ebaluasi keanggotaan, proses latihan, lagu & mempersiapkan lagu, kegiatan tahunan (pelayanan bulanan & undangan, konser, dan rekaman), dan eksistensi paduan suara Consolatio Choir, dan Methodist-2 Chamber Choir, serta strategi pemasaran yang direncanakan dan dilakukan. 1.7.3 Tahap analisis Data yang telah terkumpul kemudian diklasifikasikan sesuai dengan jenis manajemennya dan selanjutnya dilakukan analisis. Hal ini dilakukan untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam penelitian dan penulisan tesis. Analisis data-data yang diperoleh dari lapangan ini tetap mengacu kepada tiga pokok permasalahan yang telah ditetapkan, yaitu mengenai manajemen organisasi, produksi, dan pemasaran di dalam kedua kelompok paduan suara Consolatio Choir, dan Methodist-2 Chamber Choir. 1.7.4 Perekaman Perekaman audio wawancara dan dokumentasi gambar dilakukan dengan menggunakan HP Lenovo A6000. Universitas Sumatera Utara 30 1.7.5 Lokasi penelitian Penelitian dilaksanakan di daerah kota Medan, tepatnya di sekretariat dan tempat latihan masing-masing ketiga paduan suara serta gedung konser, saat konser paduan suara berlangsung. A. Consolatio Choir, alamat sekretariat di Jl. Bunga Mawar No. 49 A Pasar 5 Padang Bulan, Medan. Sekretariat sekaligus menjadi tempat latihan. Gedung Konser Grha Methodist yang beralamat di Jl. P. Merak Jingga No. 5 Medan menjadi tempat penyelenggaraan konser ke-27 pada tanggal 27 November 2016 lalu. B. Methodist-2 Chamber Choir, alamat sekretariat dan tempat latihan adalah di Gedung Konser Grha Methodist yang beralamat di Jl. P. Merak Jingga No. 5 Medan. Gedung tersebut sekaligus menjadi gedung konser yang digunakan pada konser yang ke-20 pada tanggal 12 November 2016 lalu. 1.8 Sistematika Penulisan Bagaimanapun juga tesis ini ditulis mengikuti sistematika penulisan ilmiah. Tulisan ini secara umum dibagi kedalam VI bab. Setiap bab merupakan satu kesatuan yang utuh dan berisi satu rangkaian tulisan yang padu. Selengkapnya Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II menjelaskan mengenai gambaran paduan suara yang Universitas Sumatera Utara 31 ada di Indonesia dan di Kota Medan. Dimana masing-masing sub bab menjelaskan tentang keberadaan paduan suara yang ada di Kota Medan. Selanjutnya Bab III berisikan kajian tentang manajemen organisasi paduan suara Consolatio Choir dan Methodist-2 Chamber Choir. Di dalamnya tercakup visi & misi sebagai dasar/ fondasi organisasi dan merupakan pernyataan cita-cita, keingingan, atau harapan dari para pendiri, pemimpin, dan anggota organisasi mengenai bentuk dan karakteristik organisasi di masa depan. Terdapat pula perencanaan dan program kerja, memiliki struktur organisasi mulai dari; pembina, badan pengurus harian, pelatih/ konduktor, seksi-seksi dan anggota. Seterusnya Bab IV berisi kajian terhadap manajemen produksi, yang mencakup faktor produksi sebagai berikut: (a) tersedianya program kegiatan, dan repertoar/ partitur, (b) tersedianya kesempatan untuk mengasah kemampuan dan skill lewat proses latihan, (c) tersedianya tenaga kerja sebagai pelaksana program, (d) adanya kebutuhan akan hasil produksi. keempat faktor tersebut akan menghasilkan (e) prestasi dan kegiatan sebagai hasil produksi. Kemudian Bab V memuat kajian tentang manajemen pemasaran yang dilakukan oleh dua kelompok paduan suara di Kota medan ini paduan suara Consolatio Choir, dan Methodist-2 Chamber Choir. Apek-aspek manajemen pemasaran yang dikaji meliputi: menentukan sasaran pemasaran (sasaran tindakan dan sasaran citra), menentukan posisi/ slogan, melakukan audit pemasaran, melakukan pengembangan rencana pemasaran (mulai dari perumusan sasaran pemasaran, draf perencanaan pemasaran, dan implementasi), pengembangan Universitas Sumatera Utara 32 kampanye promosi dengan melakukan: (1) target audiens dan sasaran, (2) pesan, (3) komunikator, (4) saluran komunikasi, (5) teknik dengan poster, brosur, leaflet, flyer atau sejenisnya biasanya bersifat lebih permanen, iklan, siaran pers, direct mail atau surat langsung, media sosial, diskon, perluasan genre pertunjukan, menjaga kepercayaan pelanggan dan kualitas pertunjukan, (6) anggaran, dan (7) implementasi. Bab VI merupakan bab penutup yang isinya memuat kesimpulan dan saran dari penulisan ini. Kesimpulan yang diuraikan adalah menjawab tiga pokok masalah yang telah dikemukakan di dalam Bab I. Sedangkan saran-saran akan diarahkan bagaimana pendekatan yang harus dilakukan oleh para peneliti, pemerhati kebudayaan, tokoh dan aktifis paduan suara dalam mencarikan solusi terkait permasalahan-peramsalahan kepaduansuaraan yang ada di kota Medan. Kiranya tesis ini dapat menjadi salah satu sumber keilmuan di bidang manajemen seni, khususnya pada Program Studi Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni, pada Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan. Universitas Sumatera Utara