Substitusi Tepung Ikan Impor dengan Tepung Ikan - E

advertisement
Konferensi Akuakultur Indonesia 2013
Substitusi Tepung Ikan Impor dengan Tepung Ikan Lokal dan Tepung
Bungkil Kedelai pada Pakan Ikan Sidat (Anguilla bicolor) yang dipelihara
di Kolam (Hapa)
Dedy Yaniharto, Odilia Rovara dan Iwan Eka Setiawan
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
email: [email protected]
Abstract
Dedy Yaniharto, Odilia Rovara dan Iwan Eka Setiawan. 2013. Substitution of Import Fish Meal
with Local Fish Meal and Soybean Meal Flour in Eel Fish Feed (Anguilla bicolor) are Maintained in
the Pool (Hapa). Konferensi Akuakultur Indonesia 2013. The objective of this research is to investigate the
substitution of imported fish meal with local fish meal and soybean meal included additive to performance of
growth, feed convertion ratio and survival rate of Indonesian shortfin eel (Anguilla bicolor). This research
used experimental method and Completely Random Design method with three treatments and it was
replicated three times. The feed experimental has been done in outdoor pond start from January until August,
with feeding rate 3% of body weight and 2 times feeding frequency. The density of eel was 1 kg/m3 or about
50 fish/m3 water with the average body weight 21,48±0,35 g. During the experiment, water quality was
monitored such as temperature, pH, dissolved oxygen, alkalinity, amonia and nitrite. The result showed that
the substitution of imported fish meal with local fish meal and soybean meal included additive obtained
relatively similar growth and feed eficiency.
Keyword: Additive; Anguilla bicolor; Feed; Fish meal; Indonesian eel; Soybean meal
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji substitusi tepung ikan impor dengan tepung ikan lokal dan
tepung bungkil kedelai serta penambahan additive terhadap pertumbuhan, rasio konversi pakan dan tingkat
kelangsungan hidup ikan sidat (Anguilla bicolor). Penelitian terdiri dari 3 perlakuan dan masing-masing
terdiri atas 3 ulangan. Perlakuan A adalah pakan kontrol menggunakan tepung ikan impor, sedangkan
perlakuan B dan C menggunakan tepung ikan lokal dan sekaligus mensubstitusi porsi tepung ikan dengan
tepung bungkil kedelai serta penambahan additive untuk perlakuan C. Uji pakan dilakukan di kolam out door
mulai bulan Januari hingga bulan Agustus, pakan perlakuan diberikan sebanyak 3% per-bobot tubuh per-hari
dengan frekuensi pemberian 2 kali sehari, yaitu pagi dan sore hari. Wadah uji menggunakan hapa (nylon net)
sebanyak 9 buah berukuran 2 x 1 x 1,5 m3; tingkat kepadatan ikan sidat yang digunakan adalah 1,0 kg/m3 atau
50 ekor/m3 dengan kisaran bobot rata-rata individu 21,48±0,35 g. Selama penelitian berlangsung, dilakukan
pengamatan kualitas air media pemeliharaan meliputi temperatur, pH, Oksigen terlarut (mg/L); Alkalinitas;
Amonia (NH3) dan Nitrit (NO-2). Hasil uji menunjukkan bahwa substitusi tepung ikan (lokal) dengan tepung
bungkil kedelai dan addtive dapat menghasilkan pertumbuhan ikan sidat dan efisiensi pakan yang relatif
sama dengan pakan yang menggunakan 100% tepung ikan (impor).
Kata kunci: Aditif; Anguilla bicolor; Pakan; Tepung ikan; Ikan sidat; Tepung kedelai
Pendahuluan
Ikan sidat (Anguilla bicolor) merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki prospek sebagai
komoditas ekspor di pasar Internasional terutama Jepang dan Korea (Affandi, 2010). Tingginya
harga jual ikan sidat dan luasnya daerah pemasaran ikan sidat, di satu sisi dan cukup tersedianya
benih di perairan Indonesia baik elver maupun juvenil, memungkinkan Indonesia menjadi produsen
ikan sidat. Namun walaupun Indonesia memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan
budidaya ikan sidat, terdapat permasalahan yang dihadapi dimana biaya proses budidayanya
50–60% dari biaya produksi adalah biaya pakan. Tingginya harga pakan karena ikan sidat
merupakan ikan karnivora yang membutuhkan protein yang tinggi. Kebutuhan protein mencapai
40-50% dari asupan pakan yang diberikan, berbeda dengan ikan mas, lele dan nila hanya sekitar
20-30% saja. Kebutuhan protein yang sangat tinggi dalam komposisi pakan berdampak pada
373
Konferensi Akuakultur Indonesia 2013
tingginya biaya produksi pakan. Untuk itu perlu dicari alternatif bahan baku agar formula pakan
yang dipakai menjadi efisien dan terjangkau. Ikan sidat mencapai ukuran konsumsi bila telah
mencapai berat 120-500 g. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai ukuran 120 g adalah sekitar
8-9 bulan masa pemeliharaan (Sasongko et al., 2007). Pertumbuhan sangat berkaitan erat dengan
pakan. Pakan yang memenuhi kebutuhan gizi dapat berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan.
Riset formulasi pakan buatan terus dilakukan dengan berbagai rekayasa guna meningkatkan dan
memperbaiki kualitas pakan buatan. Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dari berbagai macam
bahan baku hewani dan nabati dengan memperhatikan kandungan gizi, sifat dan ukuran ikan yang
akan mengkonsumsi pakan tersebut dengan cara dibuat oleh manusia dengan bantuan peralatan
prosesing pakan. Pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan selain dapat menjamin
kehidupan ikan juga dapat mempercepat pertumbuhannya (Djajasewaka, 1985). Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji substitusi tepung ikan impor dengan tepung ikan lokal dan tepung
bungkil kedelai serta penambahan additive terhadap pertumbuhan, rasio konversi pakan dan tingkat
kelangsungan hidup ikan sidat (A. bicolor).
Materi dan Metode
Tempat dan waktu
Penelitian dilaksanakan di kolam pembesaran (out door) milik Balai Besar Pengembangan
Budidaya Air Tawar (BBPBAT) - Sukabumi, Jawa Barat. Penelitian berlangsung dari bulan Januari
hingga bulan Agustus tahun 2009. Wadah penelitian menggunakan hapa (nylon net) sebanyak
9 buah berukuran 2 x 1 x 1,5 m3 yang ditempatkan pada kolam tanah semi terkontrol dengan
pematang tembok semen.
Tabel 1. Komposisi pakan uji yang digunakan pada penelitian pemeliharaan benih sidat
Perlakuan (%)
No.
Bahan
A
B
0
1 Tepung ikan (impor)
43,47
67,53
2 Tepung ikan (lokal)
0
0
3 Tepung Rebon
29,69
0
4 Tepung Terigu
1,4
18,89
5 Tepung Kedele
0
0
6 Additive
0
4,29
7 Minyak ikan
10,22
4,29
8 Minyak jagung
10,22
1,5
9 Vitamin mix
1,5
1,5
10 Mineral mix
1,5
2
11 CMC
2
TOTAL
100
100
Formula
No.
Parameter Nutrisi
A
C
1 Protein (%)
45,18
45,00
2 Lemak (%)
22,96
11,63
3 Abu (%)
10,26
14,17
4 Air (%)
13,61
15,35
5 Nitrogen free content
7,31
13,29
4111
3394
6 Energi (kal/1000 g)
C
0
66,03
0
0
18,47
1,92
4,29
4,29
1,5
1,5
2
100
D
45,00
11,63
14,17
15,35
13,29
3394
Perlakuan
Penelitian terdiri dari 3 perlakuan yang masing-masing terdiri dari 3 kali ulangan. Perlakuan
A adalah pakan kontrol mengunakan tepung ikan impor, sedangkan perlakuan B dan C
374
Konferensi Akuakultur Indonesia 2013
menggunakan tepung ikan lokal dan sekaligus mensubstitusi porsi tepung ikan dengan tepung
bungkil kedelai sebanyak 20% serta penambahan additive sebanyak 2% pada perlakuan C.
Komposisi formula pakan uji yang digunakan pada pemeliharaan ikan di hapa disajikan pada Tabel 1.
Pemeliharaan ikan dan pengumpulan data
Benih ikan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih sidat ukuran fingerling /juvenil
yang berasal dari peraiaran Segara Anakan Cilacap, Jawa Tengah. Ikan yang digunakan
sebelumnya diadaptasikan dengan kondisi lingkungan di BBPBAT, mengingat adanya perbedaan
ketinggian daerah atau altitude (temperatur air lebih rendah) antara Cilacap dan Sukabumi yang
berpengaruh pada turunya nafsu makan benih sidat. Selanjutnya, benih diadaptasikan dengan pakan
buatan dalam bentuk moist diet dengan menggunakan formula pakan seperti pada Tabel 1. Ikan
lalu diseleksi (disortir) sesuai bobot. Proses sortir dilakukan dengan menggunakan wadah ember
yang telah dilubangi dengan ukuran tertentu. Biasanya dalam suatu populasi yang normal, akan
diperoleh 3 kelompok ukuran yang berbeda yaitu sejumlah 25% ukuran S, 50% ukuran M dan 25%
ukuran L. Dari hasil seleksi diperoleh benih dengan kisaran bobot rata-rata 21,48±0,35 g,
selanjutnya ikan dimasukkan ke dalam 9 buah berukuran 2 x 1 x 1,5 m3. Selama pemeliharaan, air
kolam tetap mengalir (flow through) yang bertujuan agar kualitas air media pemeliharaan tetap
stabil, suplai oksigen mencukupi dan terjadi pergantian air kolam secara kontinyu atau terusmenerus. Dengan demikian tidak diperlukan penyiponan feses dan sisa pakan, karena secara
kontinyu air terus mengalir.
Pakan diberikan sebanyak 3% per bobot tubuh per hari dengan frekuensi pemberian 2 kali
sehari, yaitu pagi dan sore hari. Banyaknya pakan yang diberikan selama penelitian dicatat untuk
mengetahui tingkat konsumsi pakan. Tingkat konsumsi pakan ini dijadikan dasar dalam
menghitung nilai efisiensi pakan.
Penimbangan bobot ikan dilakukan setiap 2 minggu sekali meliputi bobot massal (populasi)
dan sampel bobot serta panjang tubuh individu. Selain itu juga dilakukan penghitungan jumlah
ikan. Sampel ikan diambil di akhir penelitian. Ikan disimpan dalam freezer pada suhu (-20ºC).
Kemudian dilakukan analisis kadar air, kadar protein, lemak dan kadar abu tubuh ikan.
Parameter yang diukur
a. Pertumbuhan relatif (PR)
Pertumbuhan relatif (PR) dihitung dengan menggunakan rumus :
PR 
(Wt  Wo )
x 100%
Wo
Keterangan :
PR
Wt
W0
=
=
=
Pertumbuhan Relatif (%)
Biomassa ikan pada waktu t (g)
Biomassa ikan pada awal pemeliharaan (g)
b. Tingkat kelangsungan hidup (SR)
Kelangsungan hidup benih dihitung dengan membandingkan jumlah ikan yang hidup pada
akhir penelitian terhadap jumlah benih yang ditebar di awal penelitian (D.0).
SR (%) 
Keterangan :
 ikan akhir x 100%
 ikan awal
SR
Nt
No
= Tingkat kelangsungan hidup (%)
= Jumlah ikan yang hidup pada akhir penelitian (ekor)
= Jumlah ikan pada awal penelitian (ekor)
c. Rasio konversi pakan (FCR)
FCR = { F / (Bt+Bd) – Bo } x 100%
375
Konferensi Akuakultur Indonesia 2013
Keterangan:
FCR
Bt
Bo
Bd
F
=
=
=
=
=
Rasio konversi pakan
Biomasaa mutlak ikan pada akhir penelitian (g)
Biomassa mutlak ikan pada awal penelitian (g)
Biomassa mutlak ikan yang mati selama penelitian (g)
Jumlah pakan yang dikonsumsi selama penelitian (g)
d. Analisis kualitas air
Selama penelitian berlangsung, dilakukan pengamatan kualitas air media pemeliharaan
meliputi temperatur, pH, Oksigen terlarut (mg/L); Alkalinitas; Amonia (NH3) dan Nitrit (NO-2).
e. Analisis kimia
Analisis proksimat dilakukan terhadap bahan, pakan dan ikan yang meliputi kadar air, kadar
protein kasar, kadar lemak kasar, kadar abu dan serat kasar.
Hasil dan Pembahasan
Hasil
Dari hasil pengamatan selama penelitian (Januari hingga Agustus 2009) diperoleh data-data
mengenai pertumbuhan (g), Kelangsungan hidup (%) dan konversi pakan (FCR). Hasil pengamatan
terhadap parameter-parameter perlakuan disajikan pada Grafik dan Tabel berikut.
Pertumbuhan Ikan Sidat di Hapa
Berat (g)
60.00
50.00
40.00
A
30.00
B
20.00
C
10.00
0.00
Jan' 09
Apr' 09
Jul' 09
Agt' 09
Jenis Pakan
Gambar 1. Pertumbuhan bobot individu rata-rata (g) benih sidat yang dipelihara pada hapa dengan pemberian
jenis pakan berbeda selama periode Januari-Agustus.
Gambar 2. Rasio konversi pakan (FCR), tingkat kelangsungan hidup (%) ikan sidat yang dipelihara pada
hapa dengan pemberian jenis pakan yang berbeda.
376
Konferensi Akuakultur Indonesia 2013
Tabel 2. Hasil pengamatan parameter kualitas air kolam pemeliharaan sidat di hapa selama periode
Januari–Agustus.
Parameter Kualitas Air
Suhu
pH
O2
ALK
NH3
NO2
ºC
unit
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
25,30
6,88
3,23
73,06
0,65
0,15
Rataan
1,55
0,40
1,46
20,93
0,42
0,23
SD
27,90
7,76
6,54
124,30
1,87
0,87
Maks
22,70
6,03
0,95
48,72
0,14
0,01
Min
Pemeliharaan ikan sidat di hapa dengan komposisi formula pakan yang berbeda dimana
perlakuan pakan A menggunakan 100% tepung ikan impor, pakan B menggunakan tepung ikan
lokal dengan substitusi tepung bungkil kedelai sebesar 20%, dan pakan C menggunakan bahan
baku yang dengan dengan pakan B namun ditambah additive asam amino sebagai penyeimbang,
masing-masing menghasilkan laju pertumbuhan individu yang relatif sama antara perlakuan A dan
C, sedangkan laju pertumbuhan individu pakan A sedikit berbeda dengan pakan B. Pada
pemeliharaan selama 8 bulan perlakuan pakan A, B dan C menghasilkan pertumbuhan
masing-masing sebesar 175%; 145% dan 162% (Gambar 1). Demikian pula untuk rasio konversi
pakan (FCR – Gambar 2) menunjukkan hasil yang relatif tidak berbeda khususnya antar perlakuan
A (FCR=4,24) dibandingkan dengan perlakuan C (FCR=4,24), namun FCR pakan A relatif berbeda
dengan pakan C (FCR=4,76). Tingkat kelangsungan hidup hingga akhir penelitian tertinggi
diperoleh pada perlakuan pakan C (80,31%) diikuti pakan B (77,92%) dan pakan C (76,81%)
namun nilainya relatif tidak berbeda antar perlakuan (Gambar 2). Nilai kisaran kualitas air kolam
tempat hapa pemeliharaan masih berada pada kisaran batas yang bisa ditolerir oleh ikan sidat.
Pembahasan
Teknologi pemeliharaan ikan sidat di wadah Hapa pada prinsipnya sama dengan teknik
penmeliharaan di bak terkontrol. Keuntungan pendederan di hapa adalah tidak memerlukan tenaga
listrik untuk aerator dan pompa air sehingga dapat mengurangi biaya operasional. Namun demikian
pendederan di hapa relatif membutuhkan penanganan lebih intensif, terutama dalam hal
pengendalian lingkungan dan penyakit. Usaha yang dilakukan untuk mengendalikan kualitas air
dalam jaring pemeliharaan agar tetap baik adalah dengan cara mengganti dan mencuci waring
secara periodik. Pencucian waring terutama untuk menghilangkan organisme atau kotoran yang
menempel pada waring. Jika kotoran tidak dihilangkan akan mengganggu sirkulasi air yang masuk
ke dalam media pemeliharaan. Padat tebar awal pendederan dengan menggunakan hapa adalah
sekitar 1,0 kg/m3 atau 50 ekor/m3 untuk size 20-25 g/ekor. Pada budidaya ikan sidat di hapa yang
akan ditempatkan baik di daerah aliran sungai (DAS) maupun kolam semi tertutup, maka yang
perlu diperhatikan adalah pembuatan kolam, pembuatan pintu pemasukan dan pengeluaran
air.Sumber air dapat menggunakan aliran sungai atau irigasi. Parameter kualitas air yan baik untuk
pemeliharaan ikan sidat adalah sebagai berikut:
1. Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan ikan sidat berkisar antara 28-32°C. Suhu air akan
mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan napsu makan ikan serta kelarutan
oksigen dalam air.
2. pH air yang ideal berkisar antara 6-9.
3. Oksigen terlarut di dalam air harus > 1 mg/L.
Frekuensi dan waktu pemberian pakan yang tepat perlu diperhatikan agar menghasilkan
pertumbuhan dan angka kelangsungan hidup yang baik serta penggunaan pakan yang efisien. Hal
ini berhubungan dengan kecepatan pencernaan dan pemakaian energi. Pakan yang diberikan selama
penelitian pada setiap perlakuan sekalipun memiliki kadar protein yang sama, namun secara
kualitas berbeda dimana berdasarkan hasil analisis proximat bahan yaitu tepung ikan impor
memiliki kandungan protein kasar sebesar 69% sedangkan tepung ikan lokal hanya 53%. Kualitas
protein yang berbeda ini menggambarkan profil atau komposisi asam amino yang berbeda pula.
Semakin besar penggantian protein tepung ikan oleh tepung bungkil kedelai menyebabkan
penurunan asam amino esensial antara lain lysin dan methionin. Ketidak-seimbangan asam amino
377
Konferensi Akuakultur Indonesia 2013
menyebabkan rendahnya ketersediaan satu atau lebih asam amino esensial dalam pakan serta
rendahnya retensi protein dalam tubuh. Dengan demikian perlu dilakukan penyeimbangan asam
amino pada pakan yang disubstitusi oleh tepung bungkil kedelai. Berdasarkan hasil pengujian
pakan oleh peneliti sebelumnya, tingkat level protein pakan 45%, merupakan level yang optimal
untuk dapat memenuhi kebutuhan protein ikan sidat, sehingga bisa tumbuh optimal. Energi dapat
didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja. Energi merupakan sesuatu yang abstrak
tetapi dapat dirasakan dan energi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya (Smith, 1989).
Energi berasal dari makanan yang dimakan (Zonneveld et al., 1991), namun kadang-kadang hewan
mendapatkan energinya dari pemecahan cadangan tubuh seperti protein, lemak, dan glikogen,
setelah perncernaan dan penyerapan makanan (Kaushik dan Medala, 1994). Energi diperlukan
dalam pengendalian reaksi kimia untuk membuat jaringan baru, mempertahankan tekanan osmotic
dan keseimbangan garam, menyimpan atau mengeluarkan cairan tubuh (Smith, 1989),
pertumbuhan, reproduksi dan aktivitas fisik. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan energi ikan
diantaranya aktivitas fisik, suhu, ukuran ikan, dan ketegangan (stress) pada ikan (Smith, 1989).
Selain itu ditinjau dari sisi harga, formula pakan A yang menggunakan tepung ikan impor
dengan harga yang relatif lebih dari 3 kali (300%) terhadap tepung ikan lokal per kg yang digunakan
pada pakan perlakuan B dan C, tentu akan berdampak pada efisiensi biaya produksi khusunya pakan.
Dengan demikian secara keseluruhan jika dikaji dari aspek teknis (pertumbuhan, FCR dan
kelangsungan hidup ikan) dan ekonomis (harga pakan per kg) maka formula pakan C memberikan hasil
terbaik.
Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan melakukan persiapan kolam dengan baik.
Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan kolam tanah, persiapan kolam meliputi pengeringan,
pembalikan tanah, perapihan pematang, pengapuran, pemupukan, pengairan dan pengkondisian
tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan kolam
tembok atau kolam plastik, persiapan kolam meliputi pengeringan, disenfeksi (bila diperlukan),
pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Perbaikan kondisi air
kolam dapat pula dilakukan dengan penambahan bahan probiotik.
Kesimpulan
Substitusi tepung ikan (lokal) dengan tepung bungkil kedelai sebesar 20% dapat
menghasilkan pertumbuhan ikan sidat dan efisiensi pakan yang relatif sama dengan pakan yang
menggunakan 100% tepung ikan, terhadap ikan sidat ukuran 21 g yang dipelihara pada hapa yang
ditempatkan dalam kolam semi terkontrol.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan apresiasi dan terima kasih atas dukungan dana penelitian dari program
riset kompetitif Kementerian Riset dan Teknologi dan juga kepada segenap pimpinan beserta staf
Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) - Sukabumi, Jawa Barat, sehingga
penelitian dapat terlaksana sesuai target yang direncanakan.
Daftar Pustaka
Affandi, R. 2010. Strategi Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Sidat, Anguilla spp. di Indonesia. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Prosiding Seminar Riptek Kelautan
Nasional. Halver, J. E. 1988. Fish Nutrition. Academic Press, Inc. London. 789 pp.
Djajasewaka, H. 1985. Pakan Ikan. CV Yasaguna : Jakarta.
Kaushik, S.J. and F. Medale. 1994. Energy Requirement, Utilization and Dietary Supply to Salmonids.
Aquaculture, 124: 81-97.
Sasongko, A., J. Purwanto, S. Mu'minah dan U. Arie. 2007. Sidat. Penebar Swadaya; Jakarta. Hlm 5-74.
Smith, R.R. 1989. Nutritional Energetics. In fish Nutrition. J. Halver (eds). Academic Press, Inc. New York.
1-28pp.
Zonneveld, N.Z.A., E.A. Huisman dan J.H. Bonn. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta. 318h.
378
Download