psoriasis vulgaris

advertisement
Responsi
PSORIASIS VULGARIS
Oleh :
Tri Suci Ramadhani, S.Ked.
G 0007166
Penguji :
dr. Suci Widhiati, Sp.KK, M.Sc
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
2012
1
STATUS RESPONSI
ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
Pembimbing
: dr. Suci Widhiati, Sp.KK, M.Sc
Nama Mahasiswa : Tri Suci Ramadhani, S.Ked.
NIM
: G0007166
PSORIASIS
DEFINISI
Psoriasis ialah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik
dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas
dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan; disertai fenomena
tetesan lilin, auspitz, dan kobner. 1
SINONIM
Psoriasis juga disebut psoriasis vulgaris berarti psoriasis yang biasa,
karena ada psoriasis yang lain, misalnya psoriasis pustulosa.1
EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini dapat ditemukan diseluruh dunia dengan angka kesakitan
yang berbeda dari satu tempat ke tempat yang lain. Pada bangsa yang berkulit
hitam seperti di Afrika jarang ditemukan.4
Angka kesakitan penyakit ini di Amerika dilaporkan sebesar 1%, Jerman
1,3%, Denmark 1,7%, Inggris 1,7%, dan Swedia 2,3%. Di Indonesia belum ada
angka kesakitan yang jelas untuk penyakit ini.4
Penyakit ini dapat mengenai semua kelompok umur, walaupun pada bayi
dan anak-anak jarang, dan tidak ada perbedaan antara laki-laki dan wanita. Umur
rata-rata waktu gejala pertama timbul pada laki-laki 29 tahun dan wanita 27
tahun.4
2
Insiden pada kulit putih lebih tinggi daripada orang kulit berwarna. Di
Eropa dilaporkan sebanyak 3-7%, di Amerika Serikat 1-2%, sedangkan di Jepang
0,6%. Pada bangsa berkulit hitam, misalnya di Afrika, jarang dilaporkan,
demikian pula bangsa indian di Amerika.1
ETIOPATOGENESIS
Penyebab psoriasis belum jelas, tetapi yang jelas adalah pembentukan
epidermis dipercepat.2
Faktor genetik juga berperan. Bila orangtuanya tidak menderita psoriasis
maka risiko mendapat psoriasis 12%, sedangkan jika salah satu orangtuanya
menderita psoriasis risikonya mencapai 34-39%. Berdasarkan awitan penyakit
dikenal dua tipe: psoriasis tipe I dengan awitan dini bersifat familial, psoriasis tipe
II dengan awitan lambat bersifat nonfamilial. Hal lain yang menyokong adanya
faktor genetik ialah bahwa psoriasis berkaitan dengan HLA. Psoriasis tipe I
berhubungan dengan HLA-B13, B17, Bw57 dan Cw6. Psoriasis tipe II berkaitan
dengan HLA-B27 dan Cw2, sedangkan psoriasis pustulosa berkorelasi dengan
HLA-B27.1
Faktor imunologik juga berperan. Defek genetik pada psoriasis dapat
diekspresikan pada salah satu dari tiga jenis sel, yakni limfosit T, sel penyaji
antigen (dermal) atau keratinosit. Keratinosit psoriasis membutuhkan stimuli
untuk aktivasinya. Lesi psoriasis matang umumnya penuh dengan sebukan
limfosit T pada dermis yang terutama terdiri atas limfosit T CD4 dengan sedikit
sebukan limfosit dalam epidermis. Sedangkan pada lesi baru umumnya lebih
banyak didominasi oleh limfosit T CD8. Pada lesi psoriasis terdapat sekitar 17
sitokin yang produksinya bertambah. Sel langerhans juga berperan pada
imunopatogenesis psoriasis. Terjadinya proliferasi epidermis diawali dengan
adanya pergerakan antigen, baik eksogen maupun endogen oleh sel langerhans.
Pada psoriasis pembentukan epidermis (turn over time) lebih cepat, hanya 3-4
hari, sedangkan pada kulit normal lamanya 27 hari. Nickoloff (1998)
berkesimpulan bahwa psoriasis merupakan penyakit autoimun lebih dari 90%
kasus dapat mengalami remisi setelah diobati dengan obat-obatan imunosupresif.1
3
Berbagai faktor pencetus pada psoriasis yang disebut dalam kepustakaan,
diantaranya adalah stres psikik, infeksi fokal, trauma (fenomena kobner),
endokrin, gangguan metabolik, obat juga alkohol dan rokok. Stres psikik
merupakan faktor pencetus utama. Infeksi fokal mempunyai hubungan erat
dengan salah satu bentuk psoriasis yaitu psoriasis gutata, sedangkan hubungannya
dengan psoriasis vulgaris tidak jelas. Pernah dilaporkan kasus-kasus psoriasis
gutata yang sembuh setelah diadakan tonsilektomi. Umunya infeksi disebabkan
oleh streptokokus. Faktor endokrin rupanya mempengaruhi perjalanan penyakit.
Puncak insiden psoriasis pada waktu pubertas dan menopause. Pada waktu
kehamilan umumnya membaik, sedangkan pada masa pascapartus memburuk.
Gangguan metabolisme, misalnya hipokalsemia dan dialisis telah dilaporkan
sebagai pencetus. Obat yang umumnya dapat menyebabkan residif adalah betaadrenergic blocking agents, litium, antimalaria, dan pengehentian mendadak
kortikosteroid sistemik.1
Berdasarkan penelitian, ada beberapa hal yang diperkirakan dapat
memicu timbulnya Psoriasis, antara lain adalah :
♦ Garukan/gesekan dan tekanan yang berulang-ulang, misalnya pada saat
gatal digaruk terlalu kuat atau penekanan anggota tubuh terlalu sering
pada saat beraktivitas. Bila Psoriasis sudah muncul dan kemudian
digaruk/dikorek, maka akan mengakibatkan kulit bertambah tebal.
♦ Obat oral tertentu antara lain obat anti hipertensi dan antibiotik.
♦ Mengoleskan obat terlalu keras bagi kulit.
♦ Emosi tak terkendali.
♦ Sedang mengalami infeksi saluran nafas bagian atas, yang keluhannya
dapat berupa demam, nyeri menelan, batuk dan beberapa infeksi lainnya.
♦ Makanan berkalori sangat tinggi sehingga badan terasa panas dan kulit
menjadi merah , misalnya mengandung alkohol. 6
GEJALA KLINIK
4
Keadaan umum tidak dipegaruhi, kecuali pada psorisasi yang menjadi
eritroderma. Sebagian pasien mengeluh gatal ringan. Tempat predileksi pada kulit
kepala, perbatasan daerah dahi dan rambut, ekstremitas bagian ekstensor terutama
siku serta lutut dan daerah lumbosakral.5
Kelainan ulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi dengan
skuama diatasnya. Eritema berbatas tegas dan merata, tapi pada stadium
penyembuhan sering eritema yang ditengah menghilang dan hanya terdapat di
pinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika, serta
transparan. Besar kelainan bervariasi mulai dari lentikular, numular sampai plakat
dan dapat berkonfluensi. Jika seluruhnya atau sebagian besar lentikular disebut
psoriasis gutata, biasanya terdapat pada anak-anak dan dewasa muda dan
umumnya terjadi setelah adanya infeksi akut oleh streptokokok.5
Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner
(isomorfik). Kedua fenomena yang disebut lebih dahulu dianggap khas,
sedangkan yang terakhir tidak khas, hanya kira-kira 47% yang positif dan didapati
pula pada penyakit lain, misalnya liken planus dan veruka plana juvenilis.5
Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah warna menjadi putih
setelah digores, seperti lilin yang digores, akibat berubahnya indeks bias cahaya
pada lapisan skuama. Cara menggores dapat dilakukan dengan pinggir gelas alas.
Pada fenomena auspitz tampak serum atau darah yang berbintik-bintik akibat
papilomatosis. Cara mengerjakannya sebagai berikut : skuama yang berlapis-lapis
tersebut dikerok dengan pinggir gelas alas hingga skuama habis. Pengerokan
harus dilakukan secara perlahan-lahan karena jika terlalu dalam tidak akan tampak
perdarahan yang berbintik-bintik, melainkan perdarahan yang merata. Trauma
pada kulit normal pasien psoriasis, misalnya garukan dapat menyebabkan kelainan
yang sama dengan kelainan psoriasis dan disebut fenomena kobner.5
Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan kuku, yakni sebanyak kira-kira
50%, yang khas adalah pitting nail (nail pit) berupa lekukan-lekukan miliar.
Kelainan yang tak khas adalah kuku yang keruh, tebal, bagian distalnya terangkat
karena terdapat lapisan tanduk dibawahnya dan onikolisis.5
5
Selain menimbulkan kelainan pada kulit dan kuku, penyakit ini dapat pula
menyebabkan kelainan pada sendi. Umumnya bersifat poliartikular, tempat
predileksi pada sendi interfalangs distal. Banyak terdapat pada usia 30-50 tahun.
Sendi membesar, kemudian terjadi angkilosis dan lesi kistik sub korteks. Kelainan
pada mukosa jarang ditemukan dan tidak penting untuk diagnosis sehingga tidak
penting untuk dibicarakan.5
JENIS – JENIS PSORIASIS
1. Psoriasis Pustular
Kasus Psoriasis Pustular (PUHS-choo-ler) terutama banyak ditemui
pada orang dewasa. Karakteristik dari penderita PUHS-choo-ler ini
adalah timbulnya Pustules putih (blisters of noninfectious pus) yang
dikelilingi oleh kulit merah. Pus ini meliputi kumpulan dari
sel darah putih yang bukan merupakan suatu infeksi dan juga tidak
menular. Bentuk psioriasis yang pada umumnya tidak biasa ini
mempengaruhi lebih sedikit dari 5 % dari seluruh penderita psoriasis. 6
Psoriasis ini, bisa terkumpul dalam daerah tertentu pada tubuh,
contohnya, pada tangan dan kaki. Psoriasis Pustular juga dapat ditemukan
menutupi hampir seluruh tubuh, dengan kecenderungan membentuk suatu
siklus reddening (membuat kulit merah) yang diikuti oleh pembentukan
pustules dan scaling. 6
Psoriasis Pustular dapat muncul secara tiba-tiba sebagai tanda awal
dari psoriasis, atau psoriasis plak dapat berubah menjadi psoriasis
pustular. Psoriasis Pustular dipicu oleh pengobatan secara internal,
penggunaan obat oles yang membuat kulit menjadi iritasi, terlalu banyak
terkena sinar UV, kehamilan, obat steroid yang diminum, diinjeksi,
infeksi, stres emosi dan tidak mengikuti pengobatan yang teratur dan
berhenti secara tiba-tiba atau obat oles yang keras. Ada beberapa tipe
psoriasis pustular yang berbeda. Walaupun jalur dari tipe psoriasis
pustular dapat tersebar luas dari individu ke individu lainnya, perawatan
yang bisa membantu telah tersedia. Pengobatan secara injeksi diberitakan
6
kemungkinan dapat menjadi pengobatan yang efektif untuk merawat
penderita psoriasis pustular, setelah dipelajari dan diakui. Pengobatan
secara injeksi telah dipelajari dan sukses untuk pengobatan psoriasis tipe
plak yang kronis. 6
2. Eritroderma psoriasis
Tipe psoriasis ini sangat berbahaya, seluruh kulit penderita menjadi
merah matang dan bersisik, fungsi perlindungan kulit hilang, sehingga
penderita mudah terkena infeksi. 6
3. Psoriasis Guttate
Psoriasis Guttate (GUH-tate) adalah salah satu bentuk dari
psoriasis yang mulai timbul sejak waktu anak-anak atau remaja. kata
guttate berasal dari bahasa latin yang berarti “jatuh” (drop).6
Bentuk psoriasis ini menyerupai bintik-bintik merah kecil di kulit.
bercak (lesions) guttate biasanya timbul pada badan dan kaki. Bintikbintik ini biasanya tidak setebal atau bersisik seperti bercak-bercak
(lesions) pada psoriasis plak. 6
Psoriasis Guttate kadang-kadang timbul secara tiba-tiba. Berbagai
kondisi diketahui menjadi pencetus timbulnya psoriasis guttate, termasuk
infeksi saluran pernafasan atas, infeksi streptococcal, amandel, stres, luka
pada kulit dan penggunaan obat-obatan tertentu (termasuk anti-malaria dan
beta-bloker). Infeksi streptococcal pada tenggorokan (strep throat)
biasanya merupakan salah satu pencetus psoriasis guttate. Strep throat bisa
terjadi tanpa gejala dan tetap bisa menimbulkan psoriasis guttate. 6
4. Psoriasis Inverse
Inverse psoriasis ditemukan pada ketiak, pangkal paha, dibawah
payudara, dan di lipatan-lipatan kulit di sekitar kemaluan dan panggul.
Tipe psoriasis ini pertama kali tampak sebagai bercak (lesions) yang
sangat merah dan biasanya berkaitan dengan psoriasis plak. Bercak itu
bisa tampak licin dan bersinar. Psoriasis Inverse sangat (particularly
irritating) menganggu karena iritasi yang disebabkan garukan dan keringat
karena lokasinya di lipatan-lipatan kulit dan daerah sensitif. Terutama
7
sangat mengganggu bagi penderita yang gemuk dan yang mempunyai
lipatan kulit yang dalam. 6
5. Psoriasis Kuku
Menyerang dan merusak kuku, di bagian bawah kuku tumbuh
banyak sisik seperti serbuk, jenis ini termasuk yang sulit untuk
disembuhkan bagi penderita. 6
6. Psoriasis Plak
Hampir 80% dari penderita psoriasis adalah tipe Psoriasis plak
yang secara ilmiah sisebut juga psoriasis vulgaris (yang berarti umum).
Tipe plak ini bersifat meradang pada kulit menimbulkan bercak merah
yang dilapisi dengan kulit yang tumbuh berwarna keperakan yang umum
nya akan terlihat pada sekitar alis, lutut, kepala (seperti ketombe), siku
juga bagian belakang tubuh sekitar panggul serta akan meluas kebagianbagian kulit lainnya. 6
Pada
awal
timbulnya
bintik
merah
yang
berangsur-angsur
membesar menjadi bercak merah yang disebut plak atau bercak yang
kemudian tumbuh dengan lebih cepat menutupi bercak merah dengan kulit
yang berwarna putih keperakan (berpetak-petak) yang terjadi dari sel-sel
kulit yang mati, yang akan terus menerus terlepas dari kulit yang terkena
radang psoriasis plak tersebut. Pada umumnya kulit-kulit yang terkena
psoriasis akan sangat kering juga terasa perih, gatal dan terkelupas. 6
7. Psoriasis Scalp
Psoriasis tipe ini tampak pada batas rambut, kepala (seperti
ketombe), kening, sekitar leher juga di belakang telinga, berupa seperti
sisik kulit atau serbuk. 6
8. Psoriatik Arthritis
Timbul dengan peradangan sendi, sehingga sendi terasa nyeri,
membengkak dan kaku, sama persis seperti gejala rematik. Pada tahap ini,
penderita harus segera ditolong agar sendi-sendinya tidak sampai terjadi
pengeroposan.6
8
DIAGNOSIS
Diagnosis psoriasis tidak dapat ditegakkan hanya pada gambaran
histopatologi saja, tetapi hendaknya didasarkan pada gambaran klinik secara
keseluruhan. Pola pembentukan sisik yang khas dari psoriasis biasanya dengan
mudah dapat dikenali, sehingga tidak diperlukan pemeriksaan diagnostik khusus.8
Untuk memperkuat diagnosis bisa dilakukan biopsi kulit. Psoriasis
memberi gambaran histopatologik yang khas, yakni parakeratosis dan akantosis.
Pada stratum spinosum terdapat kelompok leukosit yang disebut abses munro.
Selain itu terdapat papilomatosis dan vasodilatasi di subepdermis.8
DIAGNOSIS BANDING
1. Dermatitis seboroika
Biasanya menunjukkan kulit yang berminyak tanpa skuama yang berlapislapis.
2. Lues stadium II (psoriasiform)
Skuma berwarna coklat tembaga dan sering disertai demam pada malam hari
(dolores nocturnal), STS positif.
3. Pitiriasis rosea
Biasanya berjalan subakut, skuama tidak berlapis-lapis dan eflorensi berupa
eritema berbentuk lonjong sesuai dengan garis lipatan kulit.2
PENATALAKSANAAN
Dalam kepustakaan terdapat banyak cara pengobatan. Pada pengobatan
psoriasis gutata yang biasanya disebabkan oleh infeksi di tempat lain, setelah
infeksi tersebut diobati umumnya psoriasisnya akan sembuh sendiri.
Obat-obat yang paling banyak digunakan untuk mengobati lesi kulit pada
psoriasis adalah:
1. Obat-obat topikal

Emolien

Ter
9

Asam salisilat

Steroid topikal

Ditranol (antralin)

Analog vitamin D (misalnya kalsipotriol, takalsitol)

Analog vitamin A

Radiasi sinar ultraviolet
2. Obat-obat sistemik

PUVA (psoralen + ultraviolet A)

Retinoid

Sitotoksik,
misalnya
metotreksat,
azatioprin,
hidroksikarbamid
(hidroksiurea)

Steroid sistemik

Siklosporin
Pepatah lama mengatakan bahwa ada banyak cara untuk mengobati suatu
penyakit, tetapi tidak satupun yang bekerja secara sempurna. Hal ini memang
benar-benar terjadi pada psoriasis. Walaupun masing-masing cara pengobatan bisa
bermanfaat pada beberapa pasien, tetapi semuanya disertai kompromi terhadap
keamanan, efektivitas atau kenyamanan. Banyak pasien memerlukan obat-obatan
yang berbeda untuk tempat-tempat yang berbeda dan pada saat-saat yang berbeda.
1. Terapi topikal
Banyak obat-obatan bisa digunakan secara topikal untuk menimbulkan
suatu remisi atau perbaikan. Sebagian besar aman, tetapi membuat pasien menjadi
bosan untuk menggunakannya, karena obat-obatan ini harus terus dipakai
berbulan-bulan, bahkan tidak dapat ditentukan sampai kapan.
a. Emolien
Emolien yang berupa parafin baik putih maupun kuning atau lanolin dapat
dipakai untuk mengendalikan pembentukan skuama.
b. Asam salisilat
10
Asam salisilat merupakan bahan keratolitik dan bisa mengurangi pembentukan
skuama. Bahan ini dapat digunakan dalam bentuk campuran dengan ter dan
juga dalam kombinasi dengan steroid topikal yang tersedia dalam bentuk
preparat-preparat komersial.
c. Ter
Ter sudah dipergunakan selama bertahun-tahun, terutama dalam kombinasi
dengan radiasi UV. Bentuk preparat yang paling efektif adalah ekstrak dari ter
batu bara kasar. Walaupun banyak usaha sudah dilakukan untuk memurnikan
ter agar dapat lebih diterima secara kosmetis, tetapi bentuk yang paling efektif
masih tetap yang berwarna paling hitam, paling berbau menyengat dan tampak
paling kotor. Oleh karena itu, tidak banyak pasien yang memakai ter untuk
pemakaian rutin yang luas. Akan tetapi, ter yang dicampurkan dengan minyak
untuk mandi atau dalam campuran salep dapat bermanfaat dan sangat
bermanfaat untuk kelainan pada kulit kepala.
d. Steroid topikal
Steroid topikal tidak dapat menyembuhkan psoriasis secara tuntas, tetapi dapat
meredakannya. Beberapa dermatolog mengatakan bahwa mereka tidak pernah
menggunakan steroid topikal untuk psoriasis, karena adanya risiko yang
mungkin terjadi (dapat menyebabkan timbulnya ’britle’ psoriasis). Akan tetapi,
apabila digunakan untuk penyakit yang dalam keadaan stabil dan pada kulit
kepala serta daerah fleksor, obat-obatan ini dapat bermanfaat.
e. Ditranol (antralin)
Ditranol dapat mengubah plak-plak psoriasis menjadi tampak seperti kulit
normal. Cara kerjanya belum diketahui. ’Regimen ingram’ –suatu kombinasi
dari ditranol, ter, dan radiasi UV- telah digunakan selama bertahun-tahun:
sebagian besar pasien dapat menjadi bersih dari plak psoriasis dalam waktu
sekitar 3 minggu dengan pengobatan setiap hari. Seharusnya, ditranol dibiarkan
berada dikulit selama 24 jam, tetapi pengobatan dengan kontak singkat sudah
cukup untuk memberikan hasil yang sama.
Ditranol tampaknya bekerja paling baik dalam bentuk pasta lassar (tepung, zink
oksida, dan asam salisilat dalam parafin lunak putih), tetapi juga tersedia dalam
11
bentuk krim atau salep. Mulailah dengan konsenrasi yang rendah (0,1%) dan
naikkan bila perlu.
Komplikasi yang utama adalah terjadinya perubahan warna kulit (akibat
oksidasi dari cat) dan kulit menjadi terbakar. Perubahan warna kulit biasanya
bersifat sementara, tetapi mungkin tertinggal bekas-bekas permanen pada
tempat mandi, tempat tidur, dan pakaian. Rasa seperti terbakar akibat ditranol
bisa menjadi sangat tidak menyenangkan, terutama bila terdapat disekitar mata.
Pasien harus diajari untuk memakai ditranol dengan hati-hati.
f. Analog-analog vitamin D dan Vitamin A
Kalsipotriol dan takalsitol yang merupakan analog vitamin D dapat bekerja
dengan baik, dan dengan cepat memperoleh posisi sebagai bagian dari
penanganan rutin. Analog vitamin A lebih disenangi oleh sebagian ahli, tetapi
umumnya kurang efektif. Terdapat sejumlah kecil efek samping lokal akibat
kedua kelompok analog (walaupun analog vitamin D bisa membakar wajah dan
daerah fleksor), tetapi kadar kalsium darah dapat terganggu apabila analog
vitamin D dipakai dalam jumlah yang besar, sedangkan kepada pasien yang
memakai analog vitamin A hendaknya dianjurkan untuk tidak hamil, karena
adanya efek teratogenik.
g. Radiasi ultraviolet
Penggunaan terapi dengan sinar UV telah dikenal baik, sedangkan panjang
gelombang yang paling efektif adalah dalam kisaran medium (UVB). UVB
harus digunakan dengan hati-hati karena juga bisa menyebabkan kulit menjadi
terbakar. Dosis yang diperlukan pasien adalah yang hanya bisa menimbulkan
eritema pada kulit tanpa menjadi terbakar. Secara bertahap dosis kemudian
dinaikkan. Penyinaran biasanya dilakukan dua kali seminggu, sampai kulit
menjadi bersih. Penambahan ter bisa membuat UVB lebih efektif. UVB secara
teoritik bersifat karsinogenik (sebagaimana juga ter) dan yang mengejutkan
adalah bahwa pada beberapa penderita psoriasis berkembang kanker kulit.
2. Terapi sistemik
a. Psoralen + ultraviolet A (PUVA)
12
Psoralen membentuk ikatan kimia dengan DNA jika ada radiasi UV. Yang
paling banyak digunakan adalah 8-metoksipsoralen, yang biasanya
diminum 2 jam sebelum dilakukan pemaparan dengan sinar UV
gelombang panjang (UVA), yang pada awalnya dilakukan 2 kali
seminggu. Kacamata pelindung dipake untuk mencegah terjadinya
kerusakan pada mata. Untuk mengurangi risiko ini, sekarang beberapa
klinik merendam kulit pasien ke dalam larutan psoralen. Terdapat risiko
jangka panjang yang signifikan berupa terjadinya keratosis dan kangker
epitel akibat kedua bentuk tindakan tersebut.
b. Obat-obat sitotoksik
Sitotoksik yang paling efektif dan digunakan secara luas adalah
metotreksat, yang meupakan antagonis dari asam folat. Sebagian psoriasis
berhasil diobati dengan dosis 7,5-20 mg sekali seminggu. Obat-obat yang
lain mencakup azatioprin dan hidroksikarbamid atau hidroksiurea.
Semua obat-obatan sitotoksik memiliki efek samping yang tidak
diharapkan, terutama supresi pada sumsum tulang. Hal ini jarang terjadi
pada penggunaan metotreksat, tetapi mungkin timbul dalam bentuk reaksi
idiosinkrasi yang tidak adanya hubungannya dengan besarnya dosis.
Masalah utama pada pengggunaan metotreksat adalah adanya efek
hepatotoksik, terutama terjadinya fibrosis pada penggunaan yang lama.
Alkohol tampaknya dapat mengeksaserbasi terjadinya kecenderungan
tersebut. Pada pasien-pasien muda perlu dilakukan tindakan biopsi hati
secara reguler. Metotreksat juga menghambat spermatogenesis dan juga
bersifat teratogenik. Karenanya, obat ini hanya digunakan pada pasien
dengan kelainan yang berat.
c. Retinoid
Derivat-derivat vitamin A dapat dipakai pada pasien psoriasis. Yang
paling sering digunakan adalah asitretin. Retinoid menyebabkan terjadinya
berbagai efek samping, rambut rontok, hiperlipidemia, abnormalitas tes
fungsi hati, dan efek teratogenik.
d. Steroid sistemik
13
Pada psoriasis yang sangat berat, steroid kadang-kadang perlu diberikan,
tetapi tidak boleh digunakan tersendiri.
e. Siklosporin
Obat imunosupresif ini bekerja dengan sangat baik, bahkan pada psoriasis
yang sangat berat. Obat ini bersifat nefrotoksik dan harganya mahal.3
KOMPLIKASI
♦ Dapat menyerang sendi menyebabkan arthritis psoriasis
♦ Psoriasis pustlosa
Pada eritema timbul pustule miliar. Bila menyerang telapak tangan dan kaki
serta ujung jari disebut psoriasis pustule tipe barber. Namun bila pustule
timbul pada lesi psoriasis dan juga kulit diluar lesi dan disertai gejala sistemik
berupa panas/rasa terbakar disebut tipe zumbusch. Yang terakhir ini
berprognosis kurang baik.
♦ Psoriasis eritroderma
Bila lesi psoriasis terdapat diseluruh tubuh, dengan skuama halus dan gejala
konstitusi berupa badan terasa pana-dingin.2
PROGNOSIS
Psoriasis tidak/jarang mengancam jiwa tapi sulit diobati, bersifat kronik residif.
Onset dini dan riwayat keluarga atas penyakit ini kurang dipertimbangkan sebagai
indikator prognosis. Faktor lingkungan (khususnya sinar matahari dan cuaca
panas) membantu meringankan gejala penyakit. Metotreksat, PUVA, siklosporin,
retinoid oral, dan terapi biologis semuanya membantu mencegah remisi kasus
psoriasis yang berat.7
14
Daftar Pustaka
1. Adhi Djuanda, dkk. Dermatosis Eritroskuamosa. Dalam : Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. Edisi V. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2007 ; 189-195.
2. R.S. Siregar. Dermatosis Eritroskuamosa. Dalam: Atlas Berwarna Saripati
Penyakit Kulit. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1992. 107-9.
3. Robin Graham-Brown dan Tony Burns. Psoriasis. Dalam : Lecture Notes
Dermatologi. Edisi VIII. Penerbit Erlangga. Jakarta. 2002. 78-89.
4. Siregar RS. Psoriasis. Dalam : Marwali Harahap. Ilmu Penyakit Kulit.
Hipokrates. Jakarta. 2000 ; 116-26.
5. Erdina H.D. Pusponegoro. Dermatosis Eritroskuamosa. Dalam: Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi III Jilid 2. Media Aesculapius FKUI. Jakarta. 2000. 116-20.
6. Anonim. Psoriasis. http://www.psoriasisindonesia.org/psoriasis.php 2008
7. Harvey Lui. Psoriasis, Plaque.
http://www.emedicine.com/derm/TOPIC365.HTM 2008
8. Anonim. Psoriasis.
http://www.medicastore.com/apotik_online/obat_kulit/psoriasis.htm. 2008
15
STATUS PENDERITA
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Ny. W
Umur
: 56 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Alamat
: Mojosari 2/2 Bekonang, Mojolaban, Sukoharjo
Tanggal pemeriksaan
: 3 Oktober 2012
No. RM
: 926951
II. ANAMNESIS
A.
Keluhan Utama
Gatal di kaki dan tangan
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan gatal di tangan dan kaki sejak kurang lebih 10
tahun yang lalu. Gatal disertai munculnya bercak kemerahan di tangan dan
kaki. Kemudian pasien berobat ke RSDM diberi obat minum dan salep.
Pasien mengaku dengan pengobatan tersebut keluhannya membaik.
Dua tahun yang lalu pasien mengeluhkan penyakit kulit ini kambuh
kembali. Timbul bercak hampir seluruh tubuh, tidak disertai munculnya
nanah. Kemudian pasien diopname selama 4 hari. Saat itu pasien mengaku
keluhannya membaik dan diperbolehkan pulang.
Kurang lebih 1 bulan yang lalu muncul bercak serupa di tangan,
kaki, dan punggung. Bercak tersebut diakui sangat gatal dan mengganggu
aktivitas. Selama 1 bulan ini pasien belum mengobati keluhannya dan baru
memeriksakan diri ke RSDM.
16
C. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat sakit serupa
: (+) 10 tahun yang lalu
Riwayat atopi
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
Riwayat hipertensi
: disangkal
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat sakit serupa
: disangkal
Riwayat atopi keluarga
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
Riwayat hipertensi
: disangkal
E. Riwayat Kebiasaan
Pasien biasa mandi 2x sehari dan memakai handuk sendiri dengan
sumber air PDAM. Ganti pakaian luar 1x sehari dan pakaian dalam 2x
sehari.
F. Riwayat Sosial Ekonomi
Penderita seorang ibu rumah tangga yang tinggal bersama suami dan
3 orang anaknya.
III.PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
1. Keadaan umum
Vital Sign
: baik, compos mentis, gizi kesan cukup
: Tensi
:
mmHg
2. Kepala
Respirasi rate
: 18x/menit
Nadi
: 72x/menit
Suhu
: afebril
: dalam batas normal
17
120/90
3. Mata
: dalam batas normal
4. Hidung
: dalam batas normal
5. Mulut
: dalam batas normal
6. Leher
: dalam batas normal
7. Punggung
: lihat status lokalis
8. Dada
: lihat status lokalis
9. Abdomen
: lihat status lokalis
10. Gluteus
: dalam batas normal
11. Inguinal & urogenital
: dalam batas normal
12. Ektremitas atas
: lihat status lokalis
13. Ektremitas bawah
: lihat status lokalis
B. Status Dermatologis
Regio antebrachii dextra et sinistra, abdomen, dorsum, cruris dextra et
sinistra :
Tampak plak eritema, berbatas tegas, multipel, diskret dengan skuama
yang berlapis-lapis, permukaan kasar. Tanda auspitz (+).
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan
V. USULAN PEMERIKSAAN
Pemeriksaan histopatologi
Pemeriksaan Lab Fungsi Hepar, Ginjal
VI. DIAGNOSIS BANDING
Psoriasis Vulgaris
Dermatitis seboroika
Pitiriasis Rosea
VII.
DIAGNOSIS KERJA
18
Psoriasis Vulgaris
VIII. TERAPI
A. Nonmedikamentosa :
Edukasi pasien mengenai :
•
Menjaga kesehatan dan kekebalan tubuh
•
Menghindari garukan pada tempat lesi dan bagian tubuh lain
•
Sebisa mungkin menghindari sinar matahari, misalnya dengan
memakai topi atau baju panjang bila sedang di luar rumah.
B. Medikamentosa
Topikal :
R/ Asam Salisilat 3 %
Boor lanolin 5 gr
Urea 10 % 10 gr
mfla pulv da in pot No I
 2 dd ue
Sistemik :
Metotreksat 2,5 mg tab, 2 dd tab I selama 14 hari
Interhistin tab, 2 dd tab I
IX. PROGNOSIS
Ad vitam
Ad sanam
: baik
: jelek
Ad fungsionam : baik
Ad kosmetikam : dubia et bonam
19
Foto Klinis
20
Download