BAB 2 PEMBAHASAN A. Definisi Psoriaris Psoriasiss adalah suatu penyakit peradangan kronis pada kulit dimana penderitanya mengalami proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Penyakit ini secara klinis sifatnya tidak mengancam jiwa dan tidak menular tetapi karena timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja sehingga dapat menurunkan kualitas hidup seseorang bila tidak dirawat dengan baik. (Effendy, 2005) Psoriasis adalah suatu penyakit inflamasi kulit bersifat kronis residif, dapat mengenai semua umur yang ditandai dengan plak kemerahan yang ditutupi oleh sisik yang tebal berwarna putih keperakan dan berbatas tegas. Umumnya lesi psoriasis berdistribusi secara simetris dengan predileksi terutama di daerah siku dan lutut, kulit kepala, lumbosakral, bokong dan genitalia (Schon dkk. 2005; Simmon 2007; Gudjonsson dkk. 2012). B. Etiologi Penyebab psoriasis sampai saat ini belum diketahui.Diduga penyakit ini diwariskan secara poligenik. Walaupun sebagian besar penderita psoriasis timbul secara spontan, namun pada beberapa penderita dijumpai adanya faktor pencetus antara lain: a. Trauma Psoriasis pertama kali timbul pada tempat-tempat yang terkena trauma, garukan, luka bekas operasi, bekas vaksinasi, dan sebagainya.Kemungkinan hal ini merupakan mekanisme fenomena Koebner.Khas pada psoriasis timbul setelah 7-14 hari terjadinya trauma. b. Infeksi Pada anak-anak terutama infeksi Streptokokus hemolitikus sering menyebabkan psoriasis gutata. Psoriasis juga timbul setelah infeksi kuman lain dan infeksi virus tertentu, namun menghilang setelah infeksinya sembuh c. Iklim Beberapa kasus cenderung menyembuh pada musim panas, sedangkan pada musim penghujan akan kambuh. d. Faktor endokrin Insiden tertinggi pada masa pubertas dan menopause.Psoriasis cenderung membaik selama kehamilan dan kambuh serta resisten terhadap pengobatan setelah melahirkan.Kadang-kadang psoriasis pustulosa generalisata timbul pada waktu hamil dan setelah pengobatan progesteron dosis tinggi. e. Sinar matahari Walaupun umumnya sinar matahari bermanfaat bagi penderita psoriasis namun pada beberapa penderita sinar matahari yang kuat dapat merangsang timbulnya psoriasis.Pengobatan fotokimia mempunyai efek yang serupa pada beberapa penderita. f. Obat-obatan a) Antimalaria seperti mepakrin dan klorokuin kadang-kadang dapat memperberat psoriasis, bahkan dapat menyebabkan eritrodermia. b) Pengobatan dengan kortikosteroid topikal atau sistemik dosis tinggi dapat menimbulkan efek “withdrawal”. c) Lithium yang dipakai pada pengobatan penderita mania dan depresi telah diakui sebagai pencetus psoriasis. d) Alkohol dalam jumlah besar diduga dapat memperburuk psoriasis. e) Hipersensitivitas terhadap nistatin, yodium, salisilat dan progesteron dapat menimbulkan psoriasis pustulosa generalisata. g. Berdasarkan penelitian para dokter, ada beberapa hal yang diperkirakan dapat memicu timbulnya Psoriasis, antara lain adalah : a) Garukanataugesekan dan tekanan yang berulang-ulang , misalnya pada saat gatal digaruk terlalu kuat atau penekanan anggota tubuh terlalu sering pada saat beraktivitas. Bila Psoriasis sudah muncul dan kemudian digarukataudikorek, maka b) c) d) e) akan mengakibatkan kulit bertambah tebal. Obat telan tertentu antara lain obat anti hipertensi dan antibiotik. Mengoleskan obat terlalu keras bagi kulit. Emosi tak terkendali. Makanan berkalori sangat tinggi sehingga badan terasa panas dan kulit menjadi merah , misalnya mengandung alcohol. C. Klasifikasi a. Psoriasis Vulgaris Merupakan bentuk yang paling umum dari psoriasis dan sering ditemukan (80%). Psoriasis ini tampak berupa plak yang berbentuk sirkumskrip. Jumlah lesi pada psoriasis vulgaris dapat bervariasi dari satu hingga beberapa dengan ukuran mulai 0,5 cm hingga 30 cm atau lebih. Lokasi psoriasis vulgaris yang paling sering dijumpai adalah ekstensor siku, lutut, sakrum dan scalp. Selain lokasi tersebut diatas, psoriasis ini dapat juga timbul di lokasi lain. b. Psoriasis Gutata Tampak sebagai papul eritematosa multipel yang sering ditemukan terutama pada badan dan kemudian meluas hingga ekstremitas, wajah dan scalp. Lesi psoriasis ini menetap selama 2-3 bulan dan akhirnya akan mengalami resolusi spontan. Pada umumnya terjadi pada anak-anak dan remaja yang seringkali diawali dengan radang tenggorokan. c. Psoriasis Pustulosa Generalisata (Von Zumbusch) Psoriasis jenis ini tampak sebagai erupsi generalisata dengan eritema dan pustul. Pada umumnya diawali oleh psoriasis tipe lainnya dan dicetuskan oleh penghentian steroid sistemik, hipokalsemia, infeksi dan iritasi lokal. d. Psoriasis Pustulosa Lokalisata Kadang disebut juga dengan pustulosis palmoplantar persisten. Psoriasis ini ditandai dengan eritema, skuama dan pustul pada telapak tangan dan kaki biasanya berbentuk simetris bilateral. (a) (b) (c) Gambar. Gambaran klinis Psoriasis vulgaris : (a) Tipe Plak ,(b) Tipe Gutatta dan (c) Tipe Eritrodermi D. Patofisiologi Mekanisme imun yang diperantai oleh sel memainkan peranan penting dalam perkembangan psoriasis. Aktivasi imun yang diperantai oleh sel T inflamator pada kulit membutuhkan dua sinyal sel T yang dimediasi oleh interaksi sel-sel antara permukaan protein dengan APC (antigen-presenting cells), seperti sel dendritik dan makrofag. Sinyal pertama merupakan interaksi antara reseptor sel T dengan antigen yang diperkenalkan oleh APC, sedangkan sinyal kedua (disebut sebagai konstimulasi) diperantai oleh berbagai interaksi permukaan. Ketika sel T diaktivasi, sel tersebut bermigrasi dari nodus limfa dan aliran darah ke kulit dan mensekresikan berbagai sitokin, terutama interferon-γ dan interleukin-2, yang menginduksi perubahan patologis yang dikenal sebagai psoriasis. Keratinosit lokal dan neutrofil menginduksi dihasilkannya sitokin lain, seperti TNF-α (tumor necrosis factor-α) dan IL-8 (interleukin-8). Sebagai akibat dari produksi dan aktivasi sel T patogenik, sel epidermal psoriasis berproliferasi pada laju 7x lebih cepat daripada sel epidermal normal. Proliferasi sel epidermal rupanya meningkat juga pada kulit normal pasien yang beresiko psoriasis. Genetik merupakan komponen yang berpengaruh secara signifikan pada psoriasis. Studi terhadap antigen histokompatibilitas pada pasien psoriasis mengindikasikan hubungan yang signifikan, terutama HLA-Cw6, yakni psoriasis kemungkinan berkembang 9-15 kali lebih tinggi apabila terdapat hubungan keluarga. Iklim, stres, alkohol, merokok, infeksi, trauma, dan obat-obatan tertentu dapat memperburuk psoriasis pada 80% pasien, sedangkan 90% pasien memburuk pada cuaca dingin. Lesi psoriasis dapat berkembang pada daerah luka (seperti bekas menggosok, pengambilan darah, gigitan serangga, operasi) pada kulit yang nampak normal (respon Koebner). Litium karbonat, inhibitor ACE, tetrasiklin, serta interferon dilaporkan dapat memperparah psoriasis. E. WOC F. Manifestasi Klinis a. Keluhan utama pasien psoriasis adalah lesi yang terlihat, rendahnya kepercayaan diri, gatal dan nyeri terutama jika mengenai telapak tangan, telapak kaki dan daerah intertriginosa. b. Dapat menimbulkan arthritis psoriasis c. Terdapat plak eritematosa sirkumskrip dengan skuama putih keperakan diatasnya dan tanda Auspitz d. Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan kuku yang agak khas yang disebut pitting nail atau nail pit berupa lekukan-lekukan miliar. G. Manajemen Medis Terapi farmakologi pada penanganan psoriasis ddibagi menjadi 2 pengobatan yaitu secara topical dan sistemik. Pada penanganan topikal dibagi menjadi dua kelompok yaitu lini pertama yang meliputi keratolik, kortikosteroid topikal dan analog vitamin D dan pengobatan topikal lini kedua yang meliputi ter ( batubara), antralin, monografi antharalin. Pada penanganan pengobatan sistemik sama dengan pengobatan lokal yaitu di bagi menjadi dua lini, namun dari kedua pengobatan ini ada juga hal lain yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan terapi biologi, di bawah ini merupakan penjelasan dari masing- masing pengobatan secara farmakologi yang isa dilakukan. 1. Terapi topical Preparat yang dioleskan secara topikal digunakan untuk melambatkan aktivitas epidermis yang berlebihan tanpa mempengaruhi jaringan lainnya.Obat-obatannya mencakup preparat ter, anthralin, asam salisilat dan kortikosteroid.Terapi dengan preparat ini cenderung mensupresi epidermopoisis (pembentukan sel-sel epidermis). 2. Formulasi ter mencakup losion, salep, pasta, krim dan sampo. Rendaman ter dapat menimbulkan retardasi dan inhibisi terhadap pertumbuhan jaringan psoriatik yang cepat.Terapi ter dapat dikombinasikan dengan sinar ultraviolet-B yang dosisnya ditentukan secara cermat sehingga menghasilkan radiasi dengan panjang gelombang antara 280 dan 320 nanometer (nm).Selama fase terapi ini pasien dianjurkan untuk menggunakan kacamata pelindung dan melindungi matanya.Pemakaian sampo ter setiap hari yang diikuti dengan pengolesan losion steroid dapat digunakan untuk lesi kulit kepala.Pasien juga diajarkan untuk menghilangkan sisik yang berlebihan dengan menggosoknya memakai sikat lunak pada waktu mandi. 3. Anthralin preparat (Anthra-Derm, Dritho-Crème, Lasan) yang berguna untuk mengatasi plak psoriatik yang tebal yang resisten terhadap preparat kortikosteroid atau preparat ter lainnya. 4. Kortikosteroid topikal dapat dioleskan untuk memberikan efek antiinflamasi. Setelah obat ini dioleskan, bagian kulit yang diobati ditutup dengan kasa lembaran plastik oklusif untuk menggalakkan penetrasi obat dan melunakkan plak yang bersisik. 5. Terapi intralesi Penyuntikan triamsinolon asetonida intralesi (Aristocort, Kenalog-10, Trymex) dapat dilakukan langsung kedalam berck-bercak psoriasis yang terlihat nyata atau yang terisolasi dan resisten terhadap bentuk terapi lainnya.Kita harus hati-hati agar kulit yang normal tidak disuntuik dengan obat ini. 6. Terapi sistemik Metotreksat bekerja dengan cara menghambat sintesis DNA dalam sel epidermis sehingga mengurangi waktu pergantian epidermis yang psoriatik. Walaupun begitu, obat ini bisa sangat toksik, khususnya bagi hepar yang dapat mengalamim kerusakan yang irreversible.Jadi, pemantauan melalui pemeriksaan laboratorium harus dilakukan untuk memastikan bahwa sistem hepatik, hematopoitik dan renal pasien masih berfungsi secara adekuat. Pasien tidak boleh minum minuman alkohol selama menjalani pengobatan dengan metotreksat karena preparat ini akan memperbesar kemungkinan kerusakn hepar. Metotreksat bersifat teratogenik (menimbulkan cacat fisik janin) pada wanita hamil. a. Hidroksiurea menghambat replikasi sel dengan mempengaruhi sintesis DNA. Monitoring pasien dilakukan untuk memantau tanda-tanda dan gejal depresi sumsum tulang. b. Siklosporin A, suatu peptida siklik yang dipakai untuk mencegah rejeksi organ yang dicangkokkan, menunjukkan beberapa keberhasilan dalam pengobatan kasuskasus psoriasis yang berat dan resisten terhadap terapi. Kendati demikian, penggunaannya amat terbatas mengingat efek samping hipertensi dan nefroktoksisitas yang ditimbulkan (Stiller, 1994). c. Retinoid oral derivat sintetik vitamin A dan metabolitnya, asam vitamin A, akan memodulasi pertumbuhan serta diferensiasi jaringan epiterial, dan dengan demikian pemakaian preparat ini memberikan harapan yang besar dalam pengobatan pasien psoriasis yang berat. d. Fotokemoterapi. Terapi psoriasis yang sangat mempengaruhi keadaan umum pasien adalah psoralen dan sinar ultraviolet A (PUVA). Terapi PUVA meliputi pemberian preparat fotosensitisasi (biasanya 8-metoksipsoralen) dalam dosis standar yang kemudian diikuti dengan pajanan sinar ultraviolet gelombang panjang setelah kadar obat dalam plasma mencapai puncaknya. Meskipun mekanisme kerjanya tidak dimengerti sepenuhnya, namun diperkirakan ketika kulit yang sudah diobati dengan psoralen itu terpajan sinar ultraviolet A, maka psoralen akan berkaitan dengan DNA dan menurunkan proliferasi sel. PUVA bukan terapi tanpa bahaya; terapi ini disertai dengan resiko jangka panjang terjadinya kanker kulit, katarak dan penuaan prematur kulit. e. Terapi PUVA mensyaratkan agar psoralen diberikan peroral dan setelah 2 jam kemudian diikuti oleh irradiasi sinar ultraviolet gelombang panjang denagn intensitas tinggi. (sinar ultraviolet merupakan bagian dari spektrum elektromagnetik yang mengandung panjang gelombang yang berkisar dari 180 hingga 400 nm). f. Terapi sinar ultraviolet B (UVB) juga digunakan untuk mengatasi plak yang menyeluruh. Terapi ini dikombinasikan dengan terapi topikal terbatubara (terapi goeckerman). Efek sampingnya serupa dengan efek samping pada terapi PUVA. g. Etretinate (Tergison) adalah obat yang relatif baru (1986). Ia adalah derivat dari Vitamin A. Bisa diminum sendiri atau dikombinasi dengan sinar ultraviolet. Hal ini dilakukan pada penderita yang sudah bandel dengan obat obat lainnya yang terdahulu. Di antara pengobatan tersebut diatas, yang paling efektif untuk mengobati psoriasis adalah dengan ultraviolet (fototerapi), karena dengan fototerapi penyakit psoriasis dapat lebih cepat mengalami “clearing” atau “almost clearing” (keadaan dimana kelainan / gejala psoriasis hilang atau hampir hilang). Keadaan ini disebut “remisi”.Masa remisi fototerapi tersebut bisa bertahan lebih lama dibandingkan dengan pengobatan lainnya.