DAFTAR ISI Hal ABSTRAK - Repository UIN Jakarta

advertisement
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .................................................................................. 16
C. Kegunaan Penelitian ................................................................................. 16
B II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Profesionalisme Guru ............................................................................... 18
B. Persyaratan Profesionalisme Guru............................................................ 23
C. Indikator Profesionalisme Guru................................................................ 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 35
B. Waktu dan tempat Penelitian .................................................................... 35
C. Populasi dan Sampel ................................................................................. 35
D. Metode Penelitian .................................................................................... 35
E. Tehnik Pengumpulan Data........................................................................ 36
F. Instrumen Pengumpulan Data ................................................................... 37
G. Tehnik Analisis Data ................................................................................ 37
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum ..................................................................................... 39
1. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 7 Jakarta ........................................... 39
iv
2. Keadaan Guru ....................................................................................... 40
3. Keadaan Siswa ..................................................................................... 42
4. Sarana dan Prasarana ............................................................................ 45
B. Deskripsi dan Analisis Data ..................................................................... 46
C. Interpretasi Data ....................................................................................... 57
D. Peran Kepala Sekolah ............................................................................... 57
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................. 61
B. Saran ..................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 64
LAMPIRAN – LAMPIRAN ................................................................................. 66
iv
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ............................................................. 37
2. Tabel 2. Keadaan Guru SMA Negeri 7 Jakarta .................................................. 40
3. Tabel 3. Keadaan Siswa ..................................................................................... 43
4. Tabel 4. Sarana dan Prasarana ............................................................................ 45
5. Tabel 5. Profesionalisme Guru SMA Negeri 7 Jakarta ...................................... 46
6. Tabel 6. Skor Profesionalisme Guru .................................................................. 56
7. Tabel 7. Kategori Penilaian kondisi Profesionalisme Guru ............................... 57
iv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat izin penelitian ............................................................................................ 67
2. Surat keterangan penelitian ................................................................................ 68
3. Struktur Organisasi SMA Negeri 7 Jakarta ........................................................ 69
4. Kuesioner .......................................................................................................... 70
5. Daftar Skor Profesionalisme Guru .....................................................................72
6. Pedoman wawancara .......................................................................................... 75
7. Hasil wawancara ................................................................................................ 76
iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan dapat dipahami dari dua sisi yang meliputinya, yaitu
pendidikan sebagai sebuah produksi (education as product), dan pendidikan
sebagai sebuah proses (education as process). Dua sisi ini selalu berpengaruh
dalam memahami dan melakukan kegiatan pendidikan dalam kehidupan nyata
manusia. Pendidikan sebagai sebuah produksi muncul dari keinginan manusia itu
sendiri untuk menghasilkan sesuatu, baik yang konkrit maupun yang abstrak.
Sehingga muncul dalam dunia pendidikan untuk melakukan penilaian (evaluasi)
sebagai hasil dari sebuah kegiatan pendidikan. Dalam dunia pendidikan, peran dan
fungsi guru merupakan salah satu faktor yang sangat signifikan. Guru merupakan
bagian terpenting dalam proses belajar mengajar, baik di jalur pendidikan formal
maupun informal. Oleh sebab itu, dalam setiap upaya peningkatan kualitas
pendidikan di tanah air, tidak dapat dilepaskan dari berbagai hal yang berkaitan
dengan eksistensi guru itu sendiri. Filsofis sosial budaya dalam pendidikan di
Indonesia, telah menempatkan fungsi dan peran guru sedemikian rupa sehingga
para guru di Indonesia tidak jarang telah di posisikan mempunyai peran ganda
bahkan multi fungsi. Mereka dituntut tidak hanya sebagai pendidik yang harus
mampu mentransformasikan knowledge, values, dan skill, tetapi sekaligus sebagai
penjaga moral bagi anak didik. Bahkan tidak jarang, para guru dianggap sebagai
orang kedua, setelah orang tua anak didik dalam proses pendidikan secara global.
Dalam era reformasi pendidikan, dimana salah satunya isu utamanya adalah
peningkatan profesionalisme guru, hal itu merupakan sebuah keniscayaan yang
tidak dapat ditawar-tawar lagi dalam mencapai pendidikan yang lebih berkualitas.
2
Selain itu, pendidikan sebagai sebuah proses selalu berdampak pada sebuah upaya
untuk senantiasa memperbaiki agar hasil tersebut menjadi baik. Untuk
memperbaiki hasil pendidikan kita, tentu kita perlu tahu tentang kondisi
pendidikan kita. Kita sadari bahwa profesionalisme guru merupakan sebuah
kebutuhan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi, seiring dengan semakin
meningkatnya persaingan yang semakin ketat dalam era globalisasi seperti
sekarang ini. Diperlukan orang-orang yang memang benar benar-benar ahli
dibidangnya, sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya agar setiap orang dapat
berperan secara maksimal, termasuk guru sebagai sebuah profesi yang menuntut
kecakapan dan keahlian tersendiri. Profesionalisme tidak hanya karena faktor
tuntutan dari perkembangan jaman, tetapi pada dasarnya juga merupakan suatu
keharusan bagi setiap individu dalam kerangka perbaikan kualitas hidup manusia.
Profesionalisme menuntut keseriusan dan kompetensi yang memadai, sehingga
seseorang dianggap layak untuk melaksanakan sebuah tugas. Salah satu upaya
untuk meningkatkan profesionalisme guru adalah melalui sertifikasi sebagai
sebuah proses ilmiah yang memerlukan pertanggung jawaban moral dan
akademis. Dalam isu sertifikasi tercermin adanya suatu uji kelayakan dan
kepatutan yang harus dijalani seseorang, terhadap kriteria-kriteria yang secara
ideal telah ditetapkan. Sertifikasi bagi para Guru dan Dosen merupakan amanah
dari UU Sistem Pendidikan Nasional kita (pasal 42) yang mewajibkan setiap
tenaga pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan
jenjang kewenangan mengajar yang dimilikinya. Singkatnya adalah, sertifikasi
dibutuhkan untuk mempertegas standar kompetensi yang harus dimiliki para guru
dan dosen sesui dengan bidang ke ilmuannya masing-masing. Faktor lain yang
harus dilakukan dalam mencapai profesionalisme guru adalah, perlunya
perubahan paradigma dalam proses belajar mengajar. Anak didik tidak lagi
ditempatkan sekedar sebagai obyek pembelajaran tetapi harus berperan dan
diperankan sebagai subyek. Sang guru tidak lagi sebagai instruktur yang harus
memposisikan dirinya lebih tinggi dari anak didik, tetapi lebih berperan sebagai
fasilitator atau konsultator yang bersifat saling melengkapi. Dalam konteks ini,
guru dituntut untuk mampu melaksanakan proses pembelajaran yang efektif,
3
kreatif dan inovatif secara dinamis dalam suasana yang demokratis. Dengan
demikian proses belajar mengajar akan dilihat sebagai proses pembebasan dan
pemberdayaan, sehingga tidak terpaku pada aspek-aspek yang bersifat formal,
ideal maupun verbal. Penyelesaian masalah yang aktual berdasarkan prinsipprinsip ilmiah harus menjadi orientasi dalam proses belajar mengajar.Oleh sebab
itu, out put dari pendidikan tidak hanya sekedar mencapai IQ, tetapi mencakup
pula EQ dan SQ, serta AQ. Salah satu faktor yang dapat merangsang
profesionalisme guru adalah, jenjang karir yang jelas. Dengan adanya jenjang
karir yang jelas akan melahirkan kompetisi yang sehat, terukur dan terbuka,
sehingga memacu setiap individu untuk berkarya dan berbuat lebih baik.
Kesejahteraan merupakan isu yang utama dalam konteks peran dan fungsi guru
sebagai tenaga pendidik dan pengajar. Paradigma professional tidak akan tercapai
apabila individu yang bersangkutan, tidak pernah dapat memfokuskan diri pada
satu hal yang menjadi tanggungjawab dan tugas pokok dari yang bersangkutan.
Oleh sebab itu, untuk mencapai profesionalisme, jaminan kesejahteraan bagi para
guru merupakan suatu hal yang tidak dapat diabaikan dan dipisahkan.
Akhir-akhir ini, pendidikan di sekolah telah mengalami suatu perubahan
yang cukup signifikan, baik dari sisi sarana maupun kualitas lulusan suatu
sekolah, meskipun masih jauh dari yang diharapkan oleh dunia global. Sering kita
melihat sekolah-sekolah yang bangunannya tinggi, mewah dan bahkan berbeda
dengan bangunan-bangunan di sekitarnya, tidak hanya itu, fasilitas-fasilitas
modern pun lengkap dan tersedia di sekolah, belum lagi para lulusan yang sudah
mampu berkiprah baik di tingkat regional, nasional bahkan internasional, baik
kiprah mereka dalam lomba yang mengasah otak maupun keterampilan.
Kemajuan-kemajuan yang dirasa ada sekarang ini merupakan hasil kerja keras
para praktisi pendidikan, stake holder, dewan guru, siswa dan masyarakat maupun
peranan kepala sekolah itu sendiri.
Tidak bisa dipungkiri, bahwa adanya kepala sekolah dalam institusi
sekolah sangat berperan besar dalam menentukan maju-mundurnya suatu sekolah
meskipun pada tataran praktisnya para guru adalah pejuang utama dalam
pencapaian kemajuan tersebut. Namun, sebagai seorang pemimpin maka kepala
4
sekolah memiliki tugas yang sangat besar dan tanggungjawab yang besar pula
untuk memberikan ciri dan warna maupun corak terhadap kualitas sekolah
tersebut.
Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada
masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk
senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian penguasaan
kompetensinya.
Guru
harus
harus
lebih
dinamis
dan
kreatif
dalam
mengembangkan proses pembelajaran siswa. Guru di masa mendatang tidak lagi
menjadi satu-satunya orang yang paling well informed terhadap berbagai
informasi dan pengetahuan yang sedang berkembang serta berinteraksi dengan
manusia di jagat raya ini. Di masa depan, guru bukan satu-satunya orang yang
lebih pandai di tengah-tengah siswanya. Jika guru tidak memahami mekanisme
dan pola penyebaran informasi yang demikian cepat, ia akan terpuruk secara
profesional. Kalau hal ini terjadi, ia akan kehilangan kepercayaan baik dari siswa,
orang tua maupun masyarakat. Untuk menghadapi tantangan profesionalitas
tersebut, guru perlu berfikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus
melakukan pembaruan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus
menerus. Disamping itu, guru masa depan harus paham penelitian guna
mendukung terhadap efektivitas pembelajaran yang dilaksanakannya, sehingga
dengan dukungan hasil penelitian guru tidak terjebak pada praktek pembelajaran
yang menurut asumsi mereka sudah efektif, namum kenyataannya justru
mematikan kreativitas para siswanya. Begitu juga, dengan dukungan hasil
penelitian yang mutakhir memungkinkan guru untuk melakukan pembelajaran
yang bervariasi dari tahun ke tahun, disesuaikan dengan konteks perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berlangsung.
Agar proses pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien, guru dituntut memiliki
kompetensi yang memadai, baik dari segi jenis maupun isinya. Namun, jika kita
selami lebih dalam lagi tentang isi yang terkandung dari setiap jenis kompetensi
sebagaimana disampaikan oleh para ahli maupun dalam perspektif kebijakan
pemerintah kiranya untuk menjadi guru yang kompeten bukan suatu hal yang
5
mudah, diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dan komprehensif sehingga
dapat mewujudkan serta meningkatkan kompetensi guru.
Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha membudayakan manusia atau
memanusiakan manusia, pendidikan amat strategis untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara
menyeluruh. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem
pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab (UU No. 20 Tahun 2003).
Fungsi pendidikan harus betul-betul diperhatikan dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan nasional sebab tujuan berfungsi sebagai pemberi arah yang
jelas terhadap kegiatan penyelenggaraan pendidikan sehingga penyelenggaraan
pendidikan harus diarahkan kepada (1) pendidikan diselenggarakan secara
demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi
hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa, (2)
pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem
terbuka dan multimakna, (3) pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat,
(4) pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun
kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
6
pembelajaran, (5) pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya
membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat, (6) pendidikan
diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui
peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.
Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia
yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru merupakan salah satu faktor penentu
tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan mempunyai posisi strategis maka setiap
usaha peningkatan mutu pendidikan perlu memberikan perhatian besar kepada
peningkatan guru baik dalam segi jumlah maupun mutunya.
Guru adalah figur manusia sumber yang menempati posisi dan memegang
peran penting dalam pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan masalah
dunia pendidikan figur guru mesti terlibat dalam agenda pembicaraan terutama
yang menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah. Pendidik atau guru
merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,
terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Hal tersebut tidak dapat disangkal
kerana lembaga pendidikan formal adalah dunia kehidupan guru. sebagai besar
waktu guru ada di sekolah, sisanya ada di rumah dan di masyarakat (Djamarah,
2000).
Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam
pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh
teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Di sekolah guru merupakan unsur
yang sangat mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan selain unsur murid dan
fasilitas lainnya. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan
kesiapan guru dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui kegiatan belajar
mengajar. Namun demikian posisi strategis guru untuk meningkatkan mutu hasil
pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan profesional guru dan mutu
kinerjanya.
7
Guru merupakan ujung tombak pendidikan sebab secara langsung
berupaya mempengaruhi, membina dan mengembangkan peserta didik, sebagai
ujung tombak, guru dituntut untuk memiliki kemampuan dasar yang diperlukan
sebagai pendidik, pembimbing dan pengajar dan kemampuan tersebut tercermin
pada kompetensi guru. Berkualitas tidaknya proses pendidikan sangat
tergantung pada kreativitas dan inovasi yang dimiliki guru. Gunawan (1996)
mengemukakan bahwa Guru merupakan perencana, pelaksana sekaligus sebagai
evaluator pembelajaran di kelas, maka peserta didik merupakan subjek yang
terlibat langsung dalam proses untuk mencapai tujuan pendidikan. Kehadiran
guru dalam proses pembelajaran di sekolah masih tetap memegang peranan yang
penting. Peran tersebut belum dapat diganti dan diambil alih oleh apapun. Hal ini
disebabkan karena masih banyak unsur-unsur manusiawi yang tidak dapat diganti
oleh unsur lain. Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting
dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa guru sering dijadikan
tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. (Wijaya dan Rusyan, 1994).
Guru
dituntut
memiliki
kinerja
yang
mampu
memberikan
dan
merealisasikan harapan dan keinginan semua pihak terutama masyarakat umum
yang telah mempercayai sekolah dan guru dalam membina anak didik. Dalam
meraih mutu pendidikan yang baik sangat dipengaruhi oleh kinerja guru dalam
melaksanakan tugasnya sehingga kinerja guru menjadi tuntutan penting untuk
mencapai keberhasilan pendidikan. Secara umum mutu pendidikan yang baik
menjadi tolok ukur bagi keberhasilan kinerja yang ditunjukkan guru. Guru
sebagai pekerja harus berkemampuan yang meliputi penguasaan materi pelajaran,
penguasaan profesional keguruan dan pendidikan, penguasaan cara-cara
menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk melaksanakan tugasnya, disamping
itu guru harus merupakan pribadi yang berkembang dan bersifat dinamis. Hal ini
sesuai dengan yang tertuang dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidik dan tenaga kependidikan
berkewajiban
(1)
menciptakan
suasana
pendidikan
yang
bermakna,
menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis, (2) mempunyai komitmen secara
8
profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan (3) memberi teladan dan
menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan
yang
diberikan
kepadanya. Harapan
dalam
Undang-Undang
tersebut
menunjukkan adanya perubahan paradigma pola mengajar guru yang pada
mulanya sebagai sumber informasi bagi siswa dan selalu mendominasi kegiatan
dalam kelas berubah menuju paradigma yang memposisikan guru sebagai
fasilitator dalam proses pembelajaran dan selalu terjadi interaksi antara guru
dengan siswa maupun siswa dengan siswa dalam kelas. Kenyataan ini
mengharuskan guru untuk selalu meningkatkan kemampuannya terutama
memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas
peserta didik dalam proses pembelajaran.
Menurut Pidarta (1999) bahwa setiap guru adalah merupakan pribadi yang
berkembang. Bila perkembangan ini dilayani, sudah tentu dapat lebih terarah dan
mempercepat laju perkembangan itu sendiri, yang pada akhirnya memberikan
kepuasan kepada guru-guru dalam bekerja di sekolah sehingga sebagai pekerja,
guru harus berkemampuan yang meliputi unjuk kerja, penguasaan materi
pelajaran, penguasaan profesional keguruan dan pendidikan, penguasaan cara-cara
menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk melaksanakan tugasnya.
Guru pada prinsipnya memiliki potensi yang cukup tinggi untuk berkreasi
guna meningkatkan kinerjanya. Namun potensi yang dimiliki guru untuk berkreasi
sebagai upaya meningkatkan kinerjanya tidak selalu berkembang secara wajar dan
lancar disebabkan adanya pengaruh dari berbagai faktor baik yang muncul dalam
pribadi guru itu sendiri maupun yang terdapat diluar pribadi guru. Tidak dapat
dipungkiri bahwa kondisi dilapangan mencerminkan keadaan guru yang tidak
sesuai dengan harapan seperti adanya guru yang bekerja sambilan baik yang
sesuai dengan profesinya maupun diluar profesi mereka, terkadang ada sebagian
guru yang secara totalitas lebih menekuni kegiatan sambilan dari pada kegiatan
utamanya sebagai guru di sekolah. Kenyataan ini sangat memprihatinkan dan
mengundang berbagai pertanyaan tentang konsistensi guru terhadap profesinya.
Disisi lain kinerja guru pun dipersoalkan ketika memperbicangkan masalah
9
peningkatan mutu pendidikan. Kontroversi antara kondisi ideal yang harus
dijalani guru sesuai harapan Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional
No. 20 Tahun 2003 dengan kenyataan yang terjadi dilapangan merupakan suatu
hal yang perlu dan patut untuk dicermati secara mendalam tentang faktor
penyebab munculnya dilema tersebut, sebab hanya dengan memahami faktor yang
berpengaruh terhadap kinerja guru maka dapat dicarikan alternatif pemecahannya
sehingga faktor tersebut bukan menjadi hambatan bagi peningkatan kinerja guru
melainkan mampu meningkatkan dan mendorong kinerja guru kearah yang lebih
baik sebab kinerja sebagai suatu sikap dan perilaku dapat meningkat dari waktu ke
waktu. 1
Hal ini terkait dengan tuntutan terhadap guru untuk terus selalu berpikir
kreatif dan inovatif dalam mengembangkan pembelajaran sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru yang kreatif adalah guru
yang selalu mencari dan menemukan hal-hal yang baru dan mutakhir untuk
kepentingan peningkatan kualitas pembelajaran. 2
Tenaga pendidik formal maupun non formal seharusnya memahami dan
mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia dalam penyusunan dan
penyelenggaraan program pembelajaran pendidikan
Pendidik
formal atau non formal.
yang memiliki pengetahuan mengenai kebutuhan-kebutuhan dasar
manusia itu akan berusaha menyiapkan kenyamanan fisik untuk keperluan proses
pembelajaran. Ia akan memberikan pengalaman belajar yang menjamin
pertumbuhan
warga
belajar.
Ia
akan
mentransferkan
program-program
pembelajaran yang dirancang untuk meningkatkan ketentaraman sosial, ekonomi,
psikologi dan akan meyiapkan suatu lingkungan yang dapat menjamin ketenangan
dalam belajar. Para tenaga pendidik yang memahami mengenai kebutuhan dasar,
akan memperhitungkannya dalam berbagai hal. Ia akan menciptakan lingkungan
belajar yang menyenangkan dan memberikan setiap peserta pengalaman belajar
1
http://muhlis.files.wordpress.com/2008/05/profesionalisme-kinerja-guru-masa-depan.doc
selasa13 okt 2009
2
http://fkip.unila.ac.id/ Sertifikasi dan Profesionalisme Guru.
10
yang akan menjamin perasaan untuk berkembang bagi stiap orang. Ia akan
menawarkan program belajar yang akan meningkatkan keamanan psikologis dan
spiritual serta memberikan rasa aman selama belajar. Ia akan menciptakan
lingkungan yang akan menumbuhkan minat baru serta gagasan baru, sehingga
program belajarnya tidak bersifat rutin. Ia akan memberikan kesempatan
timbulnya hubungan yang hangat antara peserta atau warga belajar dengan tenaga
pendidi atau antara peserta dengan peserta. Ia menyadari bahwa setiap peserta
memerlukan pengakuan atau perhatian.
Bagi seorang tenaga pendidik secara sederhana, ia akan membantu peserta
menyadari
akan
kebutuhnnya
serta
memperluas
pengalamannya
dan
meningkatkan kemampuan mereka, sehingga dapat memuaskan kebutuhannya
melalui perilaku yang efektif. ia akan menyadari bahwa salah satu tujuan
pendidikan adalah membentu peserta agar mereka memperoleh pemahaman yang
lebih objektif terhadap sebab-sebab perilakunya dan menjadi lebih terampil dalam
mendiagnosa kebutuhannya untuk pengembangan lebih lanjut agar dapat
memberikan kepuasan yang lebih baik terhadap kebutuhan fisik dan
psikologisnya. Aspek lain yang perlu dipahami mengenai kebutuhan dasar
manusia adalah dalam hubungannya dengan waktu. Artinya kebutuhan dasar
mereka akan berubah baik intensitasnya maupun kualiitasnya sejalan dengan
pertambahan umur mereka. Misalnya kebutuhan untuk memperoleh pengakuan
atau kebutuhan akan berprestasi akan menurun sejalan dengan bertambahnya
umur dan penurunan itu terutama disebabkan adanya rasa puas atau kebutuhan
tersebut telah diganti oleh kebutuhan lainnya. 3
Penggambaran kompleksitas kegiatan pendidikan di atas mengarahkan ke
suatu kesimpulan bahwa profesi seorang pendidik berat sekaligus mulia, dan agar
seorang pendidik mampu menyumbang jasa yang memadai dalam perkembangan
peserta didik ke arah pencapaian serta peningkatan kedewasaannya, pendidik
3
http://blog.unm.ac.id/rudiamir/2010/02/15/kebutuhan-dasar-manusia/
11
tersebut dituntut peranannya sebagai model (teladan atau panutan) kepada peserta
didik maupun kepada lembaga madarashnya. Hal ini menandakan bahwa faktor
sumber daya guru yang profesional dan bermutu sangat di harapkan. Di sisi lain
kinerja komponen-komponen pendidikan lain juga sangat mendukung atas
perkembangan siswa dan lembaga yang dikelola.
Pada kenyataanya proses pendidikan di Indonesia khususnya di sekolahsekolah, belum menerapkan manajemen berbasis sekolah (MBS) secara optimal.
Hal ini disebabkan oleh kesulitan sekolah dalam mengelola SDM dan
menyediakan sarana prasarana. Hal ini tentunya merupakan tugas manajemen
sekolah, Pemerintah, dan praktisi pendidikan untuk mempersiapkan sumber daya
guru, dan komponen lainnya dalam proses pendidikan. Satu permasalahan
pendidikan sangat erat kaitannya dengan permasalahan-permasalahan lain dan
pasti ada penyebabnya. Penyelesaian permasalahan pendidikan harus di atasi
secara menyeluruh, dalam hal ini termasuk profesionalisme guru dan komponenkomponen pendidikan lainnya.
Pendidikan di abad pengetahuan menuntut adanya manajemen pendidikan
yang modern dan profesional dengan bernuansa pendidikan. Lembaga-lembaga
pendidikan diharapkan mampu mewujudkan peranannya secara efektif dengan
keunggulan dalam kepemimpinan, staf, proses belajar mengajar, pengembangan
staf, kurikulum, tujuan dan harapan, iklim sekolah, penilaian diri, komunikasi, dan
keterlibatan orang tua/masyarakat. Tidak kalah pentingnya adalah sosok
penampilan guru yang ditandai dengan keunggulan dalam nasionalisme dan jiwa
juang, keimanan dan ketakwaan, penguasaan iptek, etos kerja dan disiplin,
profesionalisme, kerjasama dan belajar dengan berbagai disiplin, wawasan masa
depan, kepastian karir, dan kesejahteraan lahir batin. Pendidikan mempunyai
peranan yang amat strategis untuk mempersiapkan generasi muda yang memiliki
keberdayaan dan kecerdasan emosional yang tinggi dan menguasai megaskills
yang mantap. Untuk itu, lembaga penidikan dalam berbagai jenis dan jenjang
memerlukan pencerahan dan pemberdayaan dalam berbagai aspeknya.
Pendidikan merupakan suatu rekayasa untuk mengendalikan learning guna
mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Dalam proses rekayasa ini peranan
12
teaching amat penting, karena merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru
untuk mentransfer pengetahuan, dan menginternalisasikan
keterampilan serta
nilai kepada siswa sehingga memiliki makna bagi dirinya sendiri, dan berguna
tidak saja bagi dirinya tapi juga bagi masyarakat.
Guru merupakan titik sentral, yaitu sebagai ujung tombak dilapangan
dalam pengembangan kurikulum. Keberhasilan belajar-mengajar antara lain
ditentukan oleh kemampuan profesional dan pribadi guru. Dikarenakan
pengembangan kurikulum bertitik tolak dari dalam kelas, guru hendaknya
mengusahakan gagasan kreatif dan melakukan uji coba kurikulum dikelasnya. Ini
merupakan suatu fase penting dalam upaya pengembangan kurikulum, disamping
sebagai unsur penunjang administrasi secara keseluruhan. 4
Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara
keseluruhan, guru merupakan unsur strategis sebagai anggota, agen, dan pendidik
masyarakat. Sebagai anggota masyarakat guru berperan sebagai teladan bagi bagi
masyarakat di sekitarnya baik kehidupan pribadinya maupun kehidupan
keluarganya. Sebagai agen masyarakat, guru berperan sebagai mediator
(penengah) antara masyarakat dengan dunia pendidikan khususnya di sekolah.
Dalam kaitan ini, guru akan membawa dan mengembangkan berbagai upaya
pendidikan di sekolah ke dalam kehidupan di masyarakat, dan juga membawa
kehidupan di masyarakat ke sekolah. Selanjutnya sebagai pendidik masyarakat,
bersama unsur masyarakat lainnya guru berperan mengembangkan berbagai upaya
pendidikan yang dapat menunjang pencapaian hasil pendidikan yang bermutu 5
Kualitas sumber daya guru atau guru profesional sangat diperlukan dalam
kegiatan belajar mengajar. Secara umum guru harus memenuhi dua kategori yaitu
memiliki Capability dan Loyality. Capability yang di maksud adalah guru itu
harus -memiliki kemampuan dalam bidang ilmu yang diajarkannya, memiliki
4
Hamalik Oemar, Dasar- Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), hal. 231
5
http://dunia55pendidikan.blogspot.com/2010/02/guru-yang-profesional-itu-gimana-
seh.html
13
kemampua teoritik tentang mengajar yang baik, dari mulai perencanaan,
implementasi sampai evaluasi. Sedangkan
Loyality adalah memiliki loyalitas
keguruan, yakni setia terhadap tugas-tugas yang tidak semata di dalam kelas, tapi
sebelum dan sesudah kelas. Memperhatikan kualitas guru di Indonesia memang
jauh berbeda dengan dengan guru-guru yang ada di Amerika Serikat atau Inggris.
Di Amerika Serikat pengembangan profesional guru harus memenuhi standar
sebagaimana yang dikemukakan Stiles dan Horsley (1998) dan NRC (1996)
bahwa ada empat standar standar pengembangan profesi guru yaitu; (1) Standar
pengembangan profesi A adalah pengembangan profesi untuk para guru sains
memerlukan pembelajaran isi sains yang diperlukan melalui perspektif-perspektif
dan metode-metode inquiri. Para guru dalam sketsa ini melalui sebuah proses
observasi fenomena alam, membuat penjelasan-penjelasan dan menguji
penjelasan-penjelasan tersebut berdasarkan fenomena alam; (2) Standar
pengembangan profesi B adalah pengembangan profesi untuk guru sains
memerlukan pengintegrasian pengetahuan sains, pembelajaran, pendidikan, dan
siswa, juga menerapkan pengetahuan tersebut ke pengajaran sains. Pada guru
yang efektif tidak hanya tahu sains namun mereka juga tahu bagaimana
mengajarkannya. Guru yang efektif dapat memahami bagaimana siswa
mempelajari konsep-konsep yang penting, konsep-konsep apa yang mampu
dipahami siswa pada tahap-tahap pengembangan, profesi yang berbeda, dan
pengalaman, contoh dan representasi apa yang bisa membantu siswa belajar; (3)
Standar pengembangan profesi C adalah pengembangan profesi untuk para guru
sains memerlukan pembentukan pemahaman dan kemampuan untuk pembelajaran
sepanjang masa. Guru yang baik biasanya tahu bahwa dengan memilih profesi
guru, mereka telah berkomitmen untuk belajar sepanjang masa. Pengetahuan baru
selalu dihasilkan sehingga guru berkesempatan terus untuk belajar; (4) Standar
pengembangan profesi D adalah program-program profesi untuk guru sains harus
koheren (berkaitan) dan terpadu. Standar ini dimaksudkan untuk menangkal
kecenderungan kesempatan-kesempatan pengembangan profesi terfragmentasi
dan tidak berkelanjutan.
14
Guru merupakan pendidik yang profesional mempunyai citra yang baik di
masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat apabila ia layak
menjadi panutan atau teladan bagi masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama
akan melihat sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apakah patut diteladani atau
tidak. Bagaimana guru meningkatkan pelayanannya dan pengetahuannya,
memberi arahan dan dorongan kepada anak didiknya, dan bahkan bagaimana cara
guru berpakaian, bergaul dengan siswa, teman-temannya, serta anggota
masyarakat, serta menjadi perhatian masyaraka. 6
Gilbert H. Hunt sebagaimana dikutif oleh Dede Rosyada, menyatakan
bahwa guru yang baik itu harus memenuhi tujuh kriteria (Hunt, 1999: 15-16),
yaitu:
1. Guru yang baik harus memiliki sifat antusias, stimulatif, mendorong
siswa untuk maju, hangat, berorientasi pada tugas dan pekerja keras,
toleran, sopan, dan bijaksana, memiliki pengetahuan yang memadai
dalam mata pelajaran yang diampunya, mampu memberikan jaminan
bahwa materi yang disampikannya mencakup semua unit bahasan yang
diharapkan siswa secara maksimal.
2. Guru yang baik juga memiliki pengetahuan yang memadai dalam mata
pelajaran yang diampunya, dan terus mengikuti kemajuan dalam
bidangnya.
3. Guru yang baik mampu memberikan jaminan bahwa materi yang
disampaikannnya mencakup semua unit bahasan yang diharapkan
siswa secara maksimal.
4. Mampu menjelaskan berbagai informasi secara jelas, dan terang,
memberikan layanan yang variatif, menciptakan dan memelihara
momentum menggunakan kelompok kecil secara efektif, mendorong
semua siswa untuk berpartisipasi,memonitor dan bahkan sering
mendatangi siswa.
5. Mampu memberikan harapan pada siswa, mampu membuat siswa
accountable, dan mendorong partisipasi orang tua dalam memajukan
kemampuan akademik siswanya
6. Bisa menerima berbagai masukan, risiko, dan tantangan, selalu
memberikan dukungan pada siswanya, konsisten dalam kesepakatan
dengan siswa, bijaksana terhadap kritik siswa. Mampu menunjukan
keahlian dalam perencanaan, memiliki kemampuan mengorganisasi
kelas sejak hari pertama dia bertugas
6
http://baktiwaluyo.wordpress.com/2010/04/10/guru-sebagai-profesi
15
7. Guru yang baik harus mampu menunjukkan keahlian dalam
perencanaan, mengorganisir kelas secara efektif dan efisien. 7
Kutipan di atas menunjukan ada tujuh kriteria yang dijadikan acuan untuk
guru profesional. Maka untuk menjadi guru yang baik, seseorang harus memiliki
berbagai kriteria atau sifat-sifat yang diperlukan untuk profesi keguruan yaitu
antusias, stimulatif, mendorong siswa untuk maju, hangat,berorientasi pada tugas
dan pekerja keras, toleran, sopan, dan bijaksana, bisa dipercaya, fleksibel dan
mudah menyesuaikan diri, demokratis, penuh harapan bagi siswa, tidak semata
mencari refutasi pribadi, mampu mengatasi sterotype siswa, bertanggung jawab
terhadap kegiatan belajar siswa, mampu menyampaikan perasaanya, dan memiliki
pendengaran yang baik.
Menurut Ainurrofiq Dawam, guru profesional adalah guru yang mampu
menerapkan hubungan yang berbentuk multidimensional.Guru yang demikian
adalah guru yang secara internal memenuhi kriteria administratif, akademis, dan
kepribadian. 8
Atas dasar wacana yang ada di lapangan, maka penulis ingin membuktikan
apakah persepsi yang ada masayarakat mengenai masalah profesionalisme guru
itu benar atau sebaliknya, dengan melakukan suatu penelitian.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis , pada umumnya kondisi sekolah
yang ada masih terdapat guru yang belum profesional. Kompetisi guru yang ada di
sekolah tersebut belum sepenuhnya memenuhi kriteria sebagaimana yang
diinginkan oleh persyaratan guru profesional. Oleh karena itu, pemerintah
megadakan program sertifikasi keguruan dengan mensyaratkan pengajar memiliki
kualifikasi pendidikan minimal S1 sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Profesionalisme guru menjadi permasalahan utama bagi sekolah sebagai
institusi pendidikan formal. Oleh karena itu sekolah, dalam hal ini diwakili oleh
kepala sekolah, perlu mengembangkan secara terus menerus sumber daya guru
agar tercipta guru yang profesional. Berbagai upaya dapat dilakukan baik yang
7
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, ( Jakarta: Prenada Media, Cet. Ke-1
2004), hal. 111-113
8
Muhamad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Jogjakarta: Primasophie, Cet. Ke-1,
April 2004), hal.20
16
difasilitasi pihak sekolah, pemerintah, lembaga non pemerintah maupun oleh guru
yang bersangkutan, melalui pendidikan lanjut, balai kerja (workshop), seminarseminar dan kegiatan-kegiatan lainnya.
Sebagaimana halnya sekolah negeri pada umumnya, SMA Negeri 7
Jakarta menurut informasi yang penulis peroleh dari hasil wawancara wakil
kepala sekolah, telah melakukan berbagai upaya pengembangan profesionalisme
guru diantaranya meningkatkan kualifikasi dan persyaratan jenjang pendidikan
yang lebih tinggi bagi tenaga pengajar, pihak sekolah mengikut sertakan guru
mengikuti program sertifikasi. Selain sertifikasi upaya lain yang telah dilakukan
untuk meningkatkan profesionalisme guru, misalnya PKG (Pusat Kegiatan Guru,
dan KKG (Kelompok Kerja Guru) yang memungkinkan para guru untuk berbagi
pengalaman dalam memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi dalam
kegiatan mengajarnya. Dari upaya-upaya tersebut diatas menyisakan beberapa
permasalahan yaitu, masih rendahnya nilai output siswa pada ujian nasional,
rendahnya motivasi belajar siswa, sedangkan dipihak lain ada beberapa guru yang
belum menunjukkan dedikasi dan edukasi sebagai wujud tenaga professional.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dan membahasnya dalam bentuk skripsi yang berjudul
“PROFESIONALISME GURU SMA NEGERI 7 JAKARTA”
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalahnya adalah :
1. Bagaimana Profesionalisme guru di SMA Negeri 7 Jakarta ?
2. Apa saja upaya yang dilakukan kepala SMA Negeri 7 Jakarta dalam
meningkatkan profesionalisme guru
C. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan pengetahuan ilmiah
di bidang pendidikan, khususnya kepala sekolah agar dapat meningkatkan
profesionalisme dan kesejahteraan para guru, dan dapat berguna bagi penulis,
17
peserta didik, pendidik dan Praktisi pendidikan pada umumnya sebagai pelengkap
khazana keilmuan.
18
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Profesionalisme Guru
Guru sangat banyak makna dan arti, ada yang bilang juga arti guru di gugu
terus ditiru yang dalam bahas Indonesia artinya adalah dipercaya dan di contoh.
Guru dari bahasa Sansekerta guru yang juga berarti guru, tetapi artinya
harafiahnya adalah “berat” adalah seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa
Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik. McLeod, (1989) berasumsi guru adalah seseorang
yang pekerjaanya mengajar orang lain. Kata mengajar dapat kita tapsirkan
misalnya :
1. Menularkan pengetahuan dan kebudayaan kepada orang lain (bersifat
kognitif).
2. Melatih ketrampilan jasmani kepada orang lain (psikomotorik)
3. Menanamkan nilai dan keyakinan kepada orang lain (afektif)
Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai
dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (UU Sistem
Pendidikan Nasional tahun 2003 Bab XI Pasal 42 ayat 1).
Selain siswa, faktor penting dalam proses belajar mengajar adalah guru.
Guru sangat berperan penting dalam menciptakan kelas yang komunikatif. Breen
dan Candlin dalam Nunan(1989:87) mengatakan bahwa peran guru adalah sebagai
19
fasilitator dalam proses yang komunikatif, bertindak sebagai partisipan, dan yang
ketiga bertindak sebagai pengamat.
Menurut tinjauan psikologi,kepribadian berarti sipat hakiki individu yang
tercermin pada sikap dan perbuatanya yang membedakan dirinya dari yang lain.
McLeod (1989) mengartikan kepribadian (personality) sebagai sipat yang khas
yang dimiliki oleh seseorang. Dalam hal ini kepribadian adalah karakter atau
identitas.
Guru sebagaimana dijelaskan oleh Hadari Nawawi dalam bukunya yang
berjudul “Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas”, yang dikutip Abuddin
Nata. ,adalah orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah
atau kelas. Secara lebih khusus lagi, ia mengatakan bahwa guru berarti orang yang
bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggungjawab
dalam membantu anak-anak mencapai kedewasaan masing-masing. Guru dalam
pengertian tersebut, menurutnya, bukanlah sekedar orang yang berdiri di depan
kelas untuk menyampaikan materi pengetahuan tertentu, akan tetapi adalah
anggota masyarakat yang harus ikut aktif dan berjiwa bebas serta kreatif dalam
mengarahkan perkembangan anak didiknya untuk menjadi anggota masyarakat
sebagai orang dewasa. 9 Dalam pengertian ini terkesan adanya tugas yang
demikian berat yang harus dipikul oleh seorang pendidik, khususnya guru. Tugas
tersebut, selain memberikan pelajaran di muka kelas, juga harus membantu
mendewasakan anak didik. Dari uraian tersebut tampak bahwa ketika menjelaskan
pengertian guru atau pendidik selalu dikaitkan dengan bidang tugas atau pekerjaan
yang harus dilakukannya. Ini menunjukkan bahwa pada akhirnya pendidik itu
adalah merupakan profesi atau keahlian tertentu yang melekat pada seseorang
yang tugasnya berkaitan dengan pendidikan.
Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta
9
DR. H. Abuddin Nata. MA, Filasafat Pendidikan Islam, ( Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1997), hal. 62-63
20
didik pada pendidikan anak usia dini, jalur prndidikan formal , pendidikan dasar
dan menengah (UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen , Bab I Pasal I
ayat I). 10
Dari pengertian di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa guru
adalah orang yang telah mengkhususkan dirinya atau menspesialisasikan diri
untuk melakukan kegiatan menyampaikan pembelajaran kepada murid sebagai
pelaksana dari sistem pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang
pekerjaan yangingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesijuga diartikan
sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yangmensyaratkan pengetahuan dan
keterampilan
khusus
yang
diperoleh
dari
pendidikan
akademis
yang
intensif(webstar, 1989). Jadi, profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang
menuntut keahlian tertentu. Artinya suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut
profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, tetapi memerlukan persiapan
melalui pendidikan dan pelatihan secara khusus. Profesional adalah pekerjaan atau
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan
kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi
( UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen). 11
Profesi dimaksudkan adalah pekerjaan yang memerlukan keterampilan
atau keahlian tertentu, yang mengharuskan penyandangnya mempersiapkan diri
secara khusus melalui pelatihan, sekolah atau perguruan tinggi dalam bidang
tersebut. Bekerja dengan mempergunakan keterampilan atau keahlian khusus itu
disebut bekerja secara profesional. Dengan demikian berarti profesi tidak dapat
dikerjakan oleh semua orang, tetapi hanya dapat dilaksanakan oleh orang –orang
yang benar-benar dipersiapkan untuk menguasai keterampilan atau keahlian yang
10
http://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/04/pengertian -guru.html
Kunandar, GURU PROFESIONAL Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2008),cet. 3 hal.45
11
21
relevan dengan persyaratan untuk dapat melaksanakan pekerjaan tersebut secara
efisien, efektif dan produktif. 12
Profesi pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau janji terbuka to
profess artinya menyatakan, yang menyatakan bahwa seseorang itu mengabdikan
dirinya pada suatu jabatan atau pelayanan karena orang tersebut merasa terpanggil
menjabat pekerjaan itu.
Sedangkan Kenneth Lynn (165: 67) memberikan definisi profesi sebagai
berikut: “ A Profession delivers esoteric service based on esoteric knowledge
systematically formulated and applied to the needs of a client ” ( suatu profesi
yang menyajikan jasa dengan berdasarkan pada ilmu pengetahuan yang dipahami
oleh orang tertentu secara sistematik yang doformulasikan dan diterapkan untuk
memenuhi kebutuhan klien) . 13
Profesional mengandung makna yang lebih luas daripada hanya
berkualitas tinggi dalam hal teknis, profesional mempunyai makna ahli (ekspert),
tanggung jawabmoral dan memiliki rasa kesejawatan. Makna profesional dapat
dipandang dari tiga dimensi, yaitu:
1. Ekspert (ahli)
2. Rasa tanggung Jawab
3. Rasa kesejawatan
Dengan bertitik tolak pada pengertian di atas, Moh Uzer Usman memberi
pengertian guru profesional adalah “orang yang memiliki kemampuan dan
keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan
tanggung jawab profesinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal” 14 Atau
dengan kata lain, guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan
baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya. Profesionalisme juga
12
H. Hadari Nawawi, H. Mimi Martini, Manusia berkualitas, ( Yogyakarta: GADJAH
MADA UNIVERSITY PRESS, 1994), cet. 1 hal.167
13
Muhamad Nurdin, Kiat ….,hal.121
14
Moh. Uzer Usman , Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
Cet. Ke-1, September 2006), hal.15
22
mengandung pengertian komitmen untuk menjalankan amanah sesuai dengan
jenis tugas dan pekerjaan yang diembannya. 15
Dalam Islam, setiap pekerjaan harus dilakukan secara profesional, dalam arti
harus dilakukan dengan benar. Hal ini hanya mungkin dilakukan oleh orang ahli.
Profesi
guru
juga
sangat
menuntut
keahlian,
karena
jika
ia
mengajar/mendidik tidak dengan keahlian maka tunggulah kehancurannya.
Rasulullah SAW bersabda:
(‫ إذا وﺳﺪ اﻵ ﻣﺮ إﻟﻰ ﻏﻴﺮ أهﻠﻪ ﻓﺎﻧﺘﻈﺮ اﻟﺴﺎﻋﺔ )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرى‬......
Artinya: “Bila suatu urusan dikerjakan oleh orang yang tidak ahli, maka
tunggulah kehancurannya”. (H.R. Bukhari)
Menurut Ahmad Tafsir kata “Kehancuran dalam hadits ini dapat diartikan
secara terbatas dan dapat juga diartikan secara luas. Bila seorang guru mengajar
tidak dengan keahlian, maka yang “hancur” adalah muridnya. Ini dalam arti yang
terbatas. Sedangkan secara luas adalah kehancuran akan orang-orang (muridmurid) dan sistem kebenaran, karena murid-murid tersebut juga akan mempunyai
murid-murid lagi dan mengajarkan apa yang telah diajarkan oleh gurunya
tersebut. 16
Pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya
dapat dilakukan oleh mereka khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan
yang dilakukan oleh mereka karena tidak dapat memperoleh pkerjaan lain( Nana
Sudjana 1988 dalam Usman, 2005). Profesi seseorang yang mendalami hokum
adalah ahli hokum,seperti jaksa , hakim , dan pengacara. Profesi seseorang yang
mendalami keperawatan adalah perawat. Sementara itu, orang yang menggeluti
dunia pendidikan ( mendidik dan mengajar)adalah guru, dan berbagai profesi
lainnya. 17
Menurut Surya (2005 ), guru profesional akan tercermindalam pelaksanaan
pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun
15
Dr. A. Qodri Azizy, MA, Melawan Globalisasi Reinterpretasi Ajaran Islam, (Jakarta:
Pustaka Pelajar, 2004), Cet. Ke-1, hal.102
16
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, Januari 2005), Cet. Ke-6, hal.113
17
Kunandar, GURU..., hal.45- 46
23
metode. Selain itu ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan
seluruh pengabdiannya. 18
Dengan demikian, yang dimaksud profesionalisme guru adalah derajat
penampilan seseorang yang berprofesi sebagai guru yang harus memiliki
kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan serta menguasai betul
tentang seluk-beluk pendidikan dan pengajaran serta ilmu-ilmu lainnya, juga
orang yang terdidik dan terlatih dengan baik , serta memiliki pengalaman yang
kaya dibidangnya, berpendidikan tinggi, dan menganggap bidang pekerjaannya
sebagai suatu pengabdian sehingga proses belajar-mengajar berjalan dengan baik.
Mengacu pada UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen, pengertian
profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan
menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran,
atau kecakapan yang memenuhi stándar mutu atau norma serta memerlukan
pendidikan profesi.
B.Persyaratan Profesionalisme Guru
Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang gampang, seperti yang
dibayangkan sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi dan
menyampaikan nya kepada siswa sudah cukup, hal ini belumlah dapat
dikategorikan guru yang memiliki pekerjaan profesional, karena guru yang
profesional mereka harus memiliki berbagai keterampilan, kemampuan khusus,
mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik guru, dan lain sebagainya.
Seorang guru profesional, dia memiliki keahlian, keterampilan dan kemampuan
sebagimana filosofi Ki Hajar Dewantara: “Tut wuri handayani, ing ngarso sung
tulodo, ing madya mangun karsa” tidak cukup dengan menguasai materi
pembelajaran akan tetapi mengayomi murid, menjadi contoh atau teladan bagi
murid serta selaku mendorong murid untuk lebih baik dan maju. Guru profesional
selalu
mengembangkan
dirinya
terhadap
pengetahuan
dan
mendalami
keahliannya, kemudian guru profesional rajin membaca literatur-literatur dengan
tidak merasa rugi membeli buku-buku yang berkaitan dengan pengetahuan yng
18
Kunandar, GURU..., hal.47
24
digelutinya. Oemar Hamalik dalam bukunya Proses Belajar Mengajar (2001;118),
guru professional harus memiliki persyaratan, yang meliputi;
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Memiliki bakat sebagai guru
Memiliki keahlian sebagi guru
Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi
Memiliki mental yang sehat
Berbadan sehat
Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas
Guru adalah manusia berjiwa Pancasila
Guru adalah seorang warga negara yang baik. 19
Guru profesional seharusnya memiliki empat
kompetensi,
yaitu
kompetensi pedagogis, kognitif, personaliti, dan sosial. Oleh karena itu, selain
terampil mengajar, seorang guru juga memiliki pengetahuan yang luas, bijak, dan
dapat bersosialisasi dengan baik.Mereka harus (1) memiliki bakat, minat,
panggilan jiwa, dan idealisme, (2) memiliki kualifikasi pendidikan dan latar
belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugasnya, (3) memiliki
kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya. Di samping itu,
mereka juga harus (4) mematuhi kode etik profesi, (5) memiliki hak dan
kewajiban dalam melaksanakan tugas, (6) memperoleh penghasilan yang
ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya, (7)memiliki kesempatan untuk
mengembangkan profesinya secara berkelanjutan, (8) memperoleh perlindungan
hukum dalam melaksanakan tugas profesionalnya, dan (9) memiliki organisasi
profesi yang berbadan hukum (sumber UU No.14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen). Di lapangan banyak di antara guru mengajarkan mata pelajaran yang
tidak sesuai dengan kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan yang
dimilikinya. (2) Tidak memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai bidang tugas.
Guru profesional seharusnya memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi
pedagogis, kognitif, personaliti, dan sosial. Oleh karena itu, seorang guru selain
terampil
mengajar, juga memiliki pengetahuan yang luas, bijak, dan dapat bersosialisasi
dengan baik. Hal itu terindikasi dengan minimnya kesempatan beasiswa yang
diberikan
19
kepada
gurudan
tidak
adanya
program
http://ahmadazhar.wordpress.com/2009/11/07/profesionalisme-guru/
pencerdasan
25
guru, misalnya dengan adanya tunjangan buku referensi, pelatihan berkala.
Profesionalisme dalam pendidikan perlu dimaknai he does his job well. Artinya,
guru haruslah orang yang memiliki insting pendidik, paling tidak mengerti dan
memahami peserta didik. Guru harus menguasai secara mendalam minimal satu
bidang keilmuan. Guru harus memiliki sikap integritas profesional. Dengan
integritas
barulah,
sang
guru
menjadi
teladan
atau
role
model.
Menyadari banyaknya guru yang belum memenuhi kriteria profesional, guru dan
penanggung jawab pendidikan harus mengambil langkah. Salah satu tujuan
pendidikan klasik (Yunani-Romawi) adalah menjadikan manusia makin menjadi
"penganggur terhormat", dalam arti semakin memiliki banyak waktu luang untuk
mempertajam
ntelektualitas
(mind)
dan
kepribadian
(personal).
(4) Peningkatan kesejahteraan. Agar seorang guru bermartabat dan mampu
"membangun" manusia muda dengan penuh percaya diri, guru harus memiliki
kesejahteraan yang cukup.
Guru
Profesional
sebagai
komunikator
dan
Fasilitator
Dilihat dari peran guru di dalam kelas, mereka berperan sebagai seorang
komunikator, mengkomunikasikan materi pelajaran dalam bentuk verbal dan non
verbal. Pesan yang akan disampaikan kepada komunikan berupa buku teks,
catatan, lisan, cerita, dan lain sebagainya, pesan itu telah dikemas, sedemikian
rupa sehingga mudah dipahami, dimengerti, dipelajari, dicerna, dan diaplikasikan
para siswa. Guru sebagai fasilitator memiliki peran memfasilitasi siswa-siswa
untuk belajar secara maksimal dengan mempergunakan berbagai strategi, metode,
media, dan sumber belajar. Dalam proses pembelajaran siswa sebagai titik sentral
belajar, siswa yang lebih aktif, mencari dan memecah permasalahan belajar dan
guru membantu kesulitan siswa-siswa yang mendapat kendala, kesulitan dalam
memahami dan memecahkan permasalahan. 20
Dalam manajemen sumber daya manusia, menjadi profesional adalah
tuntutan jabatan, pekerjaan ataupun profesi. Ada satu hal penting yang menjadi
aspek bagi sebuah profesi, yaitu sikap profesional dan kualitas kerja. Profesional
20
http://ahmadazhar.wordpress.com/2009/11/07/profesionalisme-guru/
26
(dari bahasa Inggris) berarti ahli, pakar, mumpuni dalam bidang yang digeluti.
Menjadi profesional, berarti menjadi ahli dalam bidangnya. Dan seorang ahli,
tentunya berkualitas dalam melaksanakan pekerjaannya. Akan tetapi tidak semua
Ahli dapat menjadi berkualitas. Karena menjadi berkualitas bukan hanya
persoalan ahli, tetapi juga menyangkut persoalan integritas dan personaliti.
Dalam perspektif pengembangan sumber daya manusia, menjadi profesional
adalah satu kesatuan personaliti dan itegritas yang dipadupadankan dengan skil
dankeahliannya.
Menjadi profesional adalah tuntutan setiap profesi, seperti dokter, insinyur,
pilot, ataupun profesi yang telah familiar ditengah masyarakat. Akan tetapi guru.
Sudahkah menjadi profesi dengan kriteria diatas. Guru jelas sebuah profesi. Akan
tetapi sudahkah ada sebuah profesi yang profesional. Minimal menjadi guru harus
memiliki keahlian tertentu dan distandarkan secara kode keprofesian. Apabila
keahlian tersebut tidak dimiliki, maka tidak dapat disebut guru.
Artinya
tidak
sembarangan
orang
bisa
menjadi
guru.
Namun pada kenyataanya, banyak ditemui menjadi guru seperti pilihan profesi
terakhir. Kurang bonafide, kalau sudah mentok tidak ada pekerjaan lain atau
sebuah status sosial yang lekat dengan kemarginalan, gaji kecil, tidak sejahtera
malah dibawah garis kemisikinan. Bahkan guru ada yang dipilih asal comot yang
penting ada yang mengajar. Padahal guru adalah operator sebuah kurikulum
pendidikan.Ujung tombak pejuang pengentas kebodohan. Bahkan guru adalah
mata rantai dan pilar peradaban dan benang merah bagi proses perubahan dan
kemajuan suatu masyarakat atau bangsa. Kalau mengacu pada konsep di atas,
menjadi profesional adalah meramu kualitas dengan intergiritas, menjadi guru
pforesional adalah keniscayaan. Namun demikian, profesi guru juga sangat lekat
dengan peran yang psikologis, humannis bahkan identik dengan citra
kemanusiaan. Karena ibarat sebuah laboratorium, seorang guru seperti ilmuwan
yang sedang bereksperimen terhadap nasib anak manusia dan juga suatu
bangsa.Ada beberapa kriteria untuk menjadi guru profesional.
Guru profesional sebagai pengendali mutu pendidikan dan kompetensi
guru peran guru di sekolah memiliki peran ganda, dipundak merekalah terletak
27
mutu pendidikan. Guru juga seorang manajerial yang akan mengelola proses
pembelajaran,
merencanakan
melaksanakan
aktifitas
pengentorolan
atas
pembelajaran,
pembelajaran
mendesain
bersama
kecakapan
siswa
dan
pembelajaran,
dan
melakukan
prestasi
siswa.
KOMPETENSI GURU Berdasarkan P3G (Proyek Pembinaan Pendidikan Guru)
berangkat dari analisis tugas seorang guru, baik sebagai pengajar, pembimbing,
maupun sebagai administrator kelas, membagi kompetensi guru dalam sepuluh
kompetensi, yaitu :
1. Menguasai bahan
2. Mengelola program belajar mengajar
3. Mengelola kelas
4. Menggunakan media/ sumber belajar
5. Menguasai landasan kependidikan
6. Mengelola interaksi belajar mengajar
7. Menilai prestasi belajar
8. Mengenal fungsi layanan bimbingan dan penyuluhan
9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
10. Memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna keperluan pengajaran. 21
Tiga kemampuan dasar yang seyogyanya dimiliki guru, yakni a) didaktik,
yakni kemampuan untuk menyampaikan sesuatu secara oral atau ceramah, yang
dibantu dengan buku teks, demontrasi, tes, dan alat bantu tradisional lain; b)
coaching, di mana guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih dan
mempraktikan
keterampilannya,
mengamati
sejauh
mana
siswa
mampu
mempraktekkan keterampilan tersebut, serta segera memberikan umpan balik atas
apa yang dilakukan siswa; dan, c) socratic atau mauitic question, di mana guru
menggunakan pertanyaan pengarah untuk membantu siswa mengembangkan
pandangan dan internalisasi terhadap materi yang dipelajari. Tanpa menguasai
tiga kemampuan dasar tersebut, ibaratnya pemain sepakbola yang tidak memiliki
kemampuan dasar bermain bola, seperti bagaimana menendang atau heading yang
baik dan benar, betapapun dididik dengan gaya samba Brazil atau gerendel Italia
21
http://ahmadazhar.wordpress.com/2009/11/07/profesionalisme-guru/
28
tetap saja tidak akan dapat memenangkan pertandingan. Demikian pula untuk
guru, tanpa memiliki tiga kemampuan dasar tersebut, betapapun para guru dilatih
berbagai metode mengajar yang canggih tetap saja prestasi siswa tidak dapat
ditingkatkan. Sebaliknya, dengan menguasai tiga kemampuan dasar tersebut,
metode mengajar apapun akan dapat dilaksananakan dengan mudah oleh yang
bersangkutan. Sudah barang tentu apabila guru telah menguasai dengan baik
materi yang akan disampaikan. 22
Menurut Nana Sudjana, kompetensi guru dibagi menjadi tiga ranah yaitu
kognitif, afektif dan psikomotor.
1. Ranah kognitif, artinya kemampuan intelektual, seperti penguasaan mata
pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan tentang
belajar dan tingkah laku individu, pengetahuan tentang bimbingan belajar
dan lain sebagainya.
2. Ranah afektif, artinya kesipan dan kesediaan guru terhadap berbagai hal
yang berkenaan dengan tugas dan profesinya. Misalnya sikap menghargai
pekerjaannya, mencintai dan memiliki perasaan senang terhadap sesama
teman profesinya, memiliki kemauan yang keras untuk meningkatkan hasil
pekerjaannya.
3. Ranah
psikomotorik,
artinya
kemampuan
guru
dalam
berbagai
keterampilan / berprilaku seperti: keterampilan mengajar, membimbing,
menilai berkomunikasi dengan siswa, menyusun persiapan / perencanaan
mengajar dan lain- lain.
Berdasarkan keragaman pendapat diatas, ternyata pendapat tersebut
memiliki banyak kesamaan dan bahkan saling melengkapi satu sama lainnya.
Sedangkan perbedaannya terletak pada sudut pandang mereka dari segi
pendidikan yang mereka tekuni. Jadi, kompetensi guru itu memiliki tiga
kemampuan profesional yaitu kepribadian guru, penguasaan terhadap ilmu dan
bahan pelajaran yang akan diajarkan serta keterampilan guru dalam mengajar.
22
http://pakguruonline.pendidikan.net/problematika_sptr_guru_23.html
29
Atau dengan kata lain memiliki tiga unsur yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor
yang harus dikembangkan lebih lanjut
Seyogyanya guru mampu memberi pengaruh untuk masa depan anak didik
lewat kata- kata atau bahasanya, adalah guru yang memiliki pribadi yang hangat
dan juga cerdas. Untuk itu adalah sangat ideal bila setiap guru mampu
meningkatkan kualitas pribadinya menjadi guru yang cerdas, yaitu cerdas
intelektual, cerdas emosi dan juga cerdas spiritualnya. Maka guru- guru yang
beginilah yang patut diberi hadiah dengan lagu “guru pahlawan tanpa tanda
jasa”.Kata kata yang diucapkan oleh guru kepada siswa atau anak didik dalam
pergaulan mereka di sekolah sangat menentukan masa depan mereka. Kata kata
yang diucapkan oleh guru pada anak didik ibarat panah yang lepas dari busur.
Kata yang keluar dari mulut guru akan menancap pada hati anak didik. Bila katakata tadi melukai hati mereka, maka goresannya akan membekas sampai tua.
Sering kata kata yang tidak simpatik dari seorang guru telah menghancurkan
semangat hidup mereka. Sebaliknya kata kata yang mampu memberi dorongan
semangat juga sangat berarti dalam menumbuh dan mengembangkan semangat
hidup- semangat belajar dan bekerja mereka. Maka untuk itu guru perlu menjalin
hubungan dengan anak didik lewat kata- kata yang berkualitas. 23
Dari batasan kriteria karakteristik di atas, terlihat jelas bahwa menjadi
seorang guru tidaklah mudah. Ia menghendaki persyaratan tertentu yang perlu
dipenuhi sebelum profesi tersebut ditekuninya.
Untuk menjadi guru yang baik dan dapat melaksanakan pembelajaran
dengan sebaik-baiknya, seorang guru dituntut untuk memiliki kualitas yang
dituntut
(2)
23
dari
memiliki
profil
seorang
pengetahuan
guru,seperti:
dan
(1)
pemahaman
memiliki
profesi
http://www.wikimu.com/ Karakter Guru Berpengaruh Terhadap Masa Depan
SiswaNews/DisplayNews.aspx?id=6068
kepribadian,
kependidikan,
30
(3) memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang bidang spesialisasi,
(4) memiliki kemampuan dan ketrampilan profesi.
Di samping itu guru juga dituntut untuk memiliki beberapa kemampuan seperti:
(a) menguasai materi pembelajaran dan kemampuan untuk memilih, menata, dan
mengemas materi pelajaran ke dalam cakupan dan kedalaman yang sesuai dengan
sasaran
(b)
kurikuler
memiliki
yang
penguasaan
mudah
tentang
teori
dicerna
dan
oleh
siswa
ketrampilan
mengajar
(c) memiliki pengetahuan tentang masa pertumbuhan dan perkembangan siswa
serta memiliki pemahaman tentang bagaimana siswa belajar. 24
Dengan demikian, guru dikatakan profesional apabila memenuhi syarat atau
kriteria sebagai berikut:
1. Memiliki Spesialisasi Ilmu Dengan Latar Belakang Teori yang Baku
2. Memiliki Kode Etik Dalam Menjalankan Profesi
3. Memiliki Organisasi Profesi
4. Diakui Oleh Masyarakat
5. Sebagai Panggilan Hidup
6. Harus Dilengkapi Kecakapan Diaknostik
7. Mempunyai Klien Yang Jelas
Ketujuh kriteria profesi tersebut hanya ada pada setiap profesi pada umumnya.
Apabila hilang salah satunya, maka tampaknya akan kurang sempurna sebuah
profesi itu dijalankan. Oleh karena itu, perpaduan ketujuh syarat tersebut mutlak
adanya.
C. Indikator Profesionalisme Guru
Untuk mewujudkan tuntutan akan guru profesional maka seorang guru
dituntut memiliki lima hal yang menjadi ciri-ciri dari profesional guru yaitu:
24
http://massofa.wordpress.com/2008/10/12/syarat-untuk-menjadi-guru-yang-baik/
31
1. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Ini berarti
bahwa komitmen tertinggi guru adalah kepada kepentingan siswanya.
2. Guru menguasi secara mendalam bahan / mata pelajaran yang
diajarkannya serta cara mengajarkannya kepada siswa. Bagi guru, hal ini
merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
3. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai
teknik evaluasi, mulai pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes hasil
belajar.
4. Guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar
dari pengalamannya. Artinya, harus selalu ada waktu untuk guru guna
mendapatkan refleksi dan koreksi terhadap apa yang telah dilakukannya.
Untuk bisa belajar dari pengalaman, ia harus tahu mana yang benar dan
salah, serta baik dan buruk dampaknya pada proses belajar siswa.
5. Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarkat belajar dalam
lingkungan profesinya, misalnya kalau di kita PGRI dan organisasi profesi
lainnya.
Sepuluh ciri guru profesional yakni:
1. Selalu punya energi untuk siswanya, seorang guru yang baik menaruh
perhatian pada siswa di setiap percakapan atau diskusi dengan mereka.
Guru yang baik juga punya kemampuam mendengar dengan seksama.
2. Punya tujuan jelas untuk pelajaran, seorang guru yang baik
menetapkan tujuan yang jelas untuk setiap pelajaran dan bekerja untuk
memenuhi tujuan tertentu dalam setiap kelas.
3. Punya keterampilan mendisiplinkan yang efektif, seorang guru yang
baik memiliki keterampilan disiplin yang efektif sehingga bisa
mempromosikan perubahan perilaku positif di dalam kelas.
4. Punya keterampilan manajemen kelas yang baik, seorang guru yang
baik memiliki keterampilan manajemen kelas yang baik dan dapat
memastikan perilaku siswa yang baik, saat siswa belajar dan bekerja
sama secara efektif, membiasakan menanamkan rasa hormat kepada
seluruh komponen didalam kelas.
5. Bisa berkomunikasi dengan baik orang tua, seorang guru yang baik
menjaga komunikasi terbuka dengan orang tua dan membuat mereka
selalu update informasi tentang apa yang sedang terjadi di dalam kelas
32
dalam hal kurikulum, disiplin, dan isu lainnya. Mereka membuat diri
mereka selalu bersedia memenuhi panggilan telepon, rapat, email dan
sekarang, twitter.
6. Punya harapan yang tinggi pada siswa nya Seorang guru yang baik
memiliki harapan yang tinggi dari siswa dan mendorong semua siswa
dikelasnya untuk selalu bekerja dan mengerahkan potensi terbaik
mereka.
7. Pengetahuan tentang Kurikulum Seorang guru yang baik memiliki
pengetahuan mendalam tentang kurikulum sekolah dan standar-standar
lainnya. Mereka dengan sekuat tenaga memastikan pengajaran mereka
memenuhi standar-standar itu.
8. Pengetahuan tentang subyek yang diajarkan Hal ini mungkin sudah
jelas, tetapi kadang-kadang diabaikan. Seorang guru yang baik
memiliki pengetahuan yang luar biasa dan antusiasme untuk subyek
yang mereka ajarkan. Mereka siap untuk menjawab pertanyaan dan
menyimpan bahan menarik bagi para siswa, bahkan bekerja sama
dengan bidang studi lain demi pembelajaran yang kolaboratif.
9.
Selalu memberikan yang terbaik untuk Anak-anak dan proses
Pengajaran Seorang guru yang baik bergairah mengajar dan bekerja
dengan anak-anak. Mereka gembira bisa mempengaruhi siswa dalam
kehidupan mereka dan memahami dampak atau pengaruh yang
mereka miliki dalam kehidupan siswanya, sekarang dan nanti ketika
siswanya sudah beranjak dewasa.
10. Punya hubungan yang berkualitas dengan Siswa Seorang guru yang
baik mengembangkan hubungan yang kuat dan saling hormat
menghormati dengan siswa dan membangun hubungan yang dapat
dipercaya. 25
Menurut Artikel dalam International Encyclopedia of education, ada 10 ciri
khas suatu profesi, yaitu:
(1) Suatu bidang pekerjaan yang terorganisir dari jenis intelektual yang terus
berkembang dan diperluas, (2) Suatu teknik intelektual, (3).Penerapan
praktis dari teknik intelektual pada urusan praktis , (4) Suatu periode
panjang untuk pelatihan dan sertifikasi, (5) Beberapa standar dan
pernyataan tentang etika yang dapat diselenggarakan , (6) Kemampuan
untuk kepemimpinan pada profesi sendiri , (7) Asosiasi dari anggota
profesi yang menjadi suatu kelompok yang erat dengan kualitas
komunikasi yang tinggi antar anggotanya, (8) Pengakuan sebagai profesi,
25
http://gurukreatif.wordpress.com/2009/11/06/10-ciri-guru-profesional/
33
(9) Perhatian yang profesional terhadap penggunaan yang bertanggung
jawab dari pekerjaan profesi, (10) Hubungan yang erat dengan profesi
lain. 26
Slogan pahlawan tanpa tanda jasa senantiasa melekat pada profesi guru.
Hal ini didasarkan pada pengabdiannya yang begitu tinggi dan tulus dalam dunia
pendidikan. Tidak hanya itu, sikap kearifan, kedisiplinan, kejujuran, ketulusan,
kesopanan serta sebagai sosok panutan menjadikan profesi satu ini berbeda
dengan yang lain. Lantaran tanggung jawab dari profesi guru tidak berhenti pada
selesai ia mengajar, melainkan keberhasilan siswa dalam menangkap, memahami,
mempraktekkan serta mengamalkan ilmu yang diterima dalam kehidupan seharihari baik langsung maupun tak langsung. Hal ini membuat citra seorang guru di
mata masyarakat selalu berada di tempat yang lebih baik dan mulia. Citra guru
keseluruhan penampilan yang merupakan sosok pengembang profesi ideal dalam
lingkup fungsi, peran dan kinerja. Citra guru ini tercermin melalui keunggulan
mengajar, memiliki hubungan yang harmonis dengan peserta didik, serta memiliki
hubungan yang harmonis pula terhadap sesama teman seprofesi dan pihak lain
baik dalam sikap maupun kemampuan profesional. Dari sudut pandang peserta
didik, citra guru ideal adalah seseorang yang senantiasa memberi motivasi belajar
yang mempunyai sifat-sifat keteladanan, penuh kasih sayang, serta mampu
mengajar di dalam suasana yang menyenangkan. 27
Berdasarkan uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa untuk dapat
dikatakan sebagai guru
yang profesional, harus memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
26
http://rahmatcimande.site88.net/propesi.php
27
http://www.facebook.com/citra guru
34
1. Memiliki komitmen pada siswa dan proses belajarnya.
2. Secara mendalam menguasai bahan ajar dan cara mengajarkan.
3. Bertanggung jawab memantau kemampuan belajar siswa melalui
berbagai teknik evaluasi.
4. Mampu berpikir sistematis dalam melakukan tugas.
5. Seyogyanya menjadi bagian dari masyarakat belajar di lingkungan
profesinya.
Untuk dapat menjadi seorang guru yang profesional, seorang guru dituntut
mampu menguasai bidang studi yang diajarkan secara mendalam, dan harus
memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi pserta didik
agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Dari berbagai uraian teori yang telah dipaparkan, maka yang dimaksud
profesionalisme guru adalah, profesionalisme guru dapat diulas berdasarkan: (1)
memiliki komitmemn pada siswa dan proses belajarnya, (2) menguasai bahan ajar
dan cara mengajarkan secara mendalam, (3) bertanggung jawab dan memantau
kemampuan berlajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi, (4) mampu berpikir
sistematis dalam melakukan tugas, (5) menjadi bagian dari masyarakat belajar
dilingkungan profesinya.
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat profesionalisme guru SMA Negeri 7 Jakarta.
2. Untuk
mengetahui
peran
kepala
sekolah
dalam
mewujudkan
profesionalisme guru di SMA Negeri 7 Jakarta.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian 7 september
s.d Desember
2009. Penelitian ini
dilaksanakan di SMA Negeri 7 Jakarta Jl. Karet Pasar Baru V Tanah Abang
Jakarta Pusat 10220 Telp. (021)5720934.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian. Apabila seorang ingin
meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya
penelitian populasi. 28 Dalam hal ini yang menjadi populasi adalah seluruh guru
bidang studi yang berjumlah 53 orang, Dengan demikian penelitian ini adalah
penelitian populasi. 29
D. Metode Penelitian
Mengingat penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis,
maka penulis menggunakan Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian
28
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta 2002), hal. 130
29
Arikunto, Prosedur..., hal. 131
36
yang paling dasar. Ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan
fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun
rekayasa manusia. Penelitian ini mengkaji bentuk, aktivitas, karakteristik,
perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaannya dengan fenomena lain.
Banyak temuan penting yang dihasilkan dari penelitian deskriptif, umpamanya
temuan-temuan tentang tata surya, peredaran bumi, bulan dan planet-planet
lainnya, pertumbuhan tanaman, kehidupan hewan, kehidupan manusia dalam
berbagai lingkungan kehidupan, bagaimana guru-guru mengajar, bagaimana para
siswa atau mahasiswa belajar. 30
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data, maka teknik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Angket
Angket akan penulis distribusikan kesejumlah guru yang ada, guna
mengetahui tingkat profesionalisme guru SMA Negeri 7 Jakarta.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan penulis kepada kepala SMA Negeri 7 Jakarta, guna
menggali informasi yang akurat, terkait peran beliau dalam mewujudkan
profesionalisme guru
30
Sukmadinata Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, Cet. Ke-4 2008), hal. 72
37
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Variabel Penelitian
Indikator
No. Item
1. Memiliki komitmen pada siswa 1, 2, 3
Profesionalisme Guru
SMA Negeri 7Jakarta
dan proses belajarnya
2. Menguasai bahan ajar dan cara
mengajarkan secara mendalam
3. Bertanggung
jawab
4,10,12
dan
memantau kemampuan belajar 5, 11, 14
siswa melalui berbagai teknik 6, 13, 17
evaluasi
4. Mampu
berpikir
sistematis 7, 15, 20
dalam melakukan tugas
5. Menjadi bagian dari masyarakat 9, 18,16
belajar dilingkungan profesinya
8,19
F. Instrumen Pengumpulan Data
Pada angket penulis menggunakan skala likert, yaitu menentukan sebagai
alternatif jawaban. Untuk variabel profesionalisme guru SMA Negeri 7 Jakarta
menggunakan skal dengan alternatif jawaban positif yang disediakan adalah: slalu
4, sering : 3, kadang-kadang : 2, dan tidak pernah :1, dan skor alternatif jawaban
negatif adalah sebaliknya.
Untuk wawancara kepala sekolah penulis menggunakan pedoman
wawancara sebagaimana terlampir.
G. Teknik Analisis Data
Data-data yang telah diperoleh melalui angket diolah melalui tahap editing
dan tabulasi. Data yang terkumpul melalui angket dianalisa secara kualitatif dan
kuantitatif melalui distribusi frekuensi dengan memberikan presentase, dalam hal
ini penulis menggunakan rumus sebagai berikut:
38
P = f x 100 %
N
Keterangan:
f
= frekuensi yang sedang dicari presentasenya.
N
= Number of Cases ( jumlah frekuensi/ banyaknya individu).
p
= angka presentase.
Setelah
penulis
melakukan
perhitungan,
selanjutnya
penulis
menkatagorikan penilaian tentang kondisi profesionalisme guru berdasarkan skor
yang diperoleh dari angket yang di distribusikan kepada guru .
Batas katagori skor yang digunakan adalah sebagi berikut:
1. Skor 0-25 berarti tidak baik. .
2. Skor 26-60 berarti kurang baik.
3. Skor 51-75 berarti baik.
4. Skor 76-100 berarti sangat baik. 31
31
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan ( Jakarta: PT. Rajawali Pers, 2000), Cet. Ke-10.
hal.43
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMA Negeri 7 Jakarta
1. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 7 Jakarta
SMA Negeri 7 Jakarta didirikan pertama kali dengan nama SMA
Perjuangan, pada tahun 1950, beralamat di Jl. Budi Utomo No. 7, Jakarta Pusat.
Dengan siswa yang notabene eks pejuang kemerdekaan, jam belajar berlangsung
sore hari pukul. 16.00-21.00. SMA Perjuangan kemudian dibagi menjadi SMA 5
A, B, C, dan SMA A/C. 1 Agustus 1956, jurusan A dan C Menjadi SMA 5,
jurusan B menjadi SMA 7. kepala sekolah SMA 7 yang pertama adalah Bapak.
Simorangkir, SH. Sampai dengan tahun 1957 jam sekolah masih sore hari, tahun
1957 s.d 1962 jam sekolah menjadi siang, pukul. 13.00-18.00. Pada tahun 1962,
sekolah dipindahkan kegedung Yayasan Raden Saleh menempati SMA
Mardisunu, yang beralamat di Jl. Medan Merdeka Timur 14. kepala sekolah pada
waktu itu adalah Bapak. M. Oetjoep Ilman. Kemudian pada tahun 1964 kepala
sekoalah diganti oleh Bapak. H.D. Harahap yang memimpin sampai dengan tahun
1980. Seterusnya sampai dengan tahun 1990 secara bertahap SMA Negeri 7
dipindahkan oleh P&K kegedung baru di Jl. Karet Pasar Baru Barat V Tanah
Abang Jakarta Pusat , di kawasan Bendungan Hilir, sampai saat ini SMA Negeri 7
berada
dialamat
baru
dan
sudah
tercatat
20
kepalasekolah
pernah memimpin. SMA Negeri 7 Jakarta memiliki luas tanah 4767 m terbagai
atas; bangunan,Ruang kepala sekolah, ruang guru, kantian, koperasi, Ruang Tata
usaha, ruang BK, halaman, lapangan olaraga, ruang teori, ruang laboratorium
bahasa,komputer, fisika, biologi, kimia, ruang teater, perpustakan lenngkap,
Musholla dan areal parkir.
40
Visi SMA Negeri 7 Jakarta adalah sekolah sebagai wadah pengembangan
IPTEK dan IMTAQ yang memiliki keunggulan dalam berfikir dan bertindak
sesuai dengan norma ketuhanan dan kebudayaan baik lokal maupun nasional.
Misi SMA Negeri 7 Jakarta adalah :
1. Membina dan meningkatkan SDM warga sekolah sesuai dengan kemajuan
IPTEK.
2. Membina dan mengembangkan nilai-nilai religius bagi warga sekolah.
3. Menyiapkan dan meningkatkan sarana dan prasarana untuk menunjang
pendidikan yang bermutu tinggi.
4. Menyiapkan program kurikulum 2006 yang berkualitas baik intrakulikuler
maupun ekstrakulikuler.
5. Menciptakan hubungan yang harmonis antara warga sekolah dan
stakeholder, alumni serta lingkungan sekitar sekolah.
6. Menyiapkan program penunjang dalam meningkatkan kualitas sekolah.
7. Mewujudkan lingkungan sekolah yang bersih, indah, aman, tertib, sehat
dan menyenangkan.
8. Menghasilkan Output yang mampu berkompetensi, baik nasional maupun
internasional.
2. Keadaan Guru
Tenaga pengajar di SMA Negeri 7 Jakarta berjumlah 53 orang terdiri dari
20 orang guru laki-laki dan 33 orang guru perempuan. Rincian selengkapnya
dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini:
Tabel 2
Keadaan Guru SMA Negeri 7 Jakarta
N0
Nama
Guru Bidang Studi
Latar belakang
Pendidikan
41
1.
Drs. Acep Zaenal Abidin
Kepala Sekolah
Pend Bhs indonesia
2.
Dra. Hj. Uken Sukaenah
Ekonomi
Pend IPS
3.
Dra. Resva Pardede
Bahasa Perancis
Pend Bhs Inggris
4.
Dra. Halimah Darmawi
Sejarah
Pend Sejarah
5.
Dra. Maria Zuraida M.Si.
Kimia
Pend Kimia
6.
Dra. Rut Randa Litin
Kimia
Pend Kimia
7.
Mohammad Subandi S.Pd.
Geografi
Pend IPS
8.
Dra. Hendarawati Intan ellya
Sastra Indonesia
Pend Bhs Indonesia
9.
Dra. Hadisyah
Ekonomi
Pend IPS
10.
Drs J.R Simarmata
Matematika
Pend Matematika
11.
Dra.Sri Eko Siswiati
Bahasa Inggris
Pend Bhs Inggris
12.
Euis Rostaty, S.Pd.
BP/BK
Pend Konseling
13.
Dra. Hj. Nurdianah A.
BP/BK
Pend Konseling
14.
Dra. Zubaidah
Bahasa Inggris
Pend Bhs Inggris
15.
Hj. Nurwaty
Kimia
Pend Kimia
16.
Drs. Sastra Sembiring
Fisika
Pend Fisika
17.
Zahri Erita
Geografi
Pend IPS
18.
Drs. Daniel Salmon
Penjaskes
Pend Olaraga
19.
Drs. Ymetra Fidel, M.Si.
Kewarganegaraan
Pend PKN
20.
Matroji, S.Pd.
Biologi
Pend Biologi
21.
Yohana Sian, S.Pd.
BP/BK
PendKonseling
22.
Hj. Srumi Wijayanti S.Pd.
BP/BK
Pend Konseling
23.
Ahmad Hidayat S.Pd.
Matematika
Pend Matematika
24.
Drs. Firdaus
Kewarganegaraan
Pend PKN
25.
F.X Heri Rahadiyanto
Seni Budaya/ Mulok
Pend Kesenian
26.
Artati Arnis S.Pd.
Bahasa Inggris
Pend Bhs Inggris
27.
Alimah
Fisika
Pend Fisika
28.
Dra. Luthfinayati
Matematika
Pend Matematika
29.
Rini Haryanti, S.Pd.
Matematika
Pend Matematika
30
Siti R. Maulina Tamba
Sosiologi
Pend Sosiologi
31.
Darsih Kurniasih, S.Pd.
Sosiologi
Pend Sosiologi
42
32.
Mohammad Rido, S.Pd.
Kewarganegaraan
Pend PKN
33.
Ade Garniati, S.Pd.
Bahasa Indonesia
Pend Bhs Indonesia
34.
Muhammad Fachruddin, S.Ag.
Pend Agama islam
Pend Agama Islam
35.
Johannes M. Lango, S.Th.
Pend Agama Kristen
Pend Agama Kristen
36.
A. Slamet Santoso
Pend Agama Katolik
Pend Agama Kristen
37.
Dra. Julida
Bahasa Indonesia
Pend Bhs Indonesia
38.
Zaenal Mustaqin, S.Pd.
Sejarah
Pend Sejarah
39.
Dra. Haryati
Ekonomi
Pend Ekonomi
40.
Sabarudin S. Lubis
Penjaskes
Pend Olahraga
41.
Mohammad Kahfi, S.Pd.
Fisika
Pend Fisika
42.
Muktianingsi, S.Pd.
Bahasa Inggris
Pend Bhs Inggris
43.
Watini, S.Pd.
Bahasa Inggris
Pend Bhs Inggris
44.
Suprapti, S.Pd
Bahasa Indonesia
Pend Bhs Indonesia
45.
Wati Apnani, S.Si.
Teknik Informatika
Sarjana Sosial Islam
46.
Deden Suryana S.Kom
Teknik Informatika
Sarjana Komputer
47.
Elisa
Bahasa Perancis
Pend Bhs Asing
48.
Slamet Husen S.PdI
Pendi Agama Islam
Pend Agama Islam
49.
Drs. Dede Rahman
Pendi Agama Islam
Pend Agama Islam
50.
Sonya Diah W, S.Pd.
Mulok
Pend Kesenian
51.
Nadina Sukma, S.Pd.
Seni Budaya
Pend Kesenian
52.
Aryani, S.Pd.
Mulok
Pend Kesenian
53.
Fitri Hesti Harjo, S.Pd.
Mulok
Pend Kesenian
Dari data dapat disimpulkan sebagian besar guru telah memenuhi persayratan
sebagai guru professional dilihat dari aspek latar belakang pendidikan, bahkan ada
beberapa orang guru telah perpendidikan S2.
3. Keadaan Siswa
Jumlah siswa-siswi SMA Negeri 7 Jakarta pada tahun pelajaran 2007/2008
berjumlah 571orang siswa-siswi, dengan rincian sebagai berikut:
43
Tabel 4
Keadaan Siswa SMA Negeri 7 Jakarta
Tahun Pelajaran 2009/2010
Kelas X
L
P
Jumlah
1
18
20
38
2
20
16
36
3
18
18
36
4
17
17
34
5
18
17
35
6
17
19
36
Total
108
107
215
Kelas XI
L
P
Jumlah
IPA-1
18
18
36
IPA-2
20
14
34
IPS-1
19
14
33
IPS-2
18
12
30
44
IPS-3
19
11
30
Bahasa
12
10
22
Total
106
79
185
Kelas XII
L
P
Jumlah
IPA
12
28
40
IPS-1
19
14
33
IPS-2
24
10
34
IPS-3
20
12
32
IPS-4
20
12
32
Total
95
76
171
No
Kelas
L
P
Jumlah
1.
X
108
107
215
2.
XI
106
79
185
3.
XII
95
76
171
309
262
571
Total
45
4. Sarana dan Prasarana
Fasilitas merupakan sarana dan prasarana yang dapat mendukung
kelancaran proses pembelajaran, sehingga dapat berjalan sesuai dengan tujuan
pendidikan yang diharapkan secara efektif dan efesien. Adapun sarana dan
prsarana yang dimiliki SMA Negeri 7 Jakarta adalah :
Tabel 5
Sarana dan Prasarana SMA Negeri 7 Jakarta
No
Keterangan
Jumlah
1.
Gedung Sekolah
3 Lantai
2.
Ruang Kepala Sekolah
1
3.
Ruang Guru
2
4.
Ruang TU
1
5.
Ruang BP/BK
1
6.
Lab Biologi
1
7.
Lab Fisika
1
8.
Lab Kimia
1
9.
Lab Bahasa
1
10.
Lab Komputer
1
11.
Lokal Siswa
17
12.
Ruang Istirahat, Guru & Karyawan
2
13.
Ruang Perpustakaan
1
14.
Ruang Teater
1
15.
Ruang Osis
1
16.
Kantin
1
17.
Koperasi Siswa/Guru & Karyawan
1
18.
Ruang Tunggu
1
19.
WC
12
20.
Sarana Ibadah/ Masjid
1
21.
Lapangan Basket
1
22.
Lapangan Futsal
1
23.
Areal Parkir
1
46
Bila dilihat dari sarana dan prasana yang ada, kualifikasi profesionalisme
guru SMA Negeri 7 telah terpenuhi hal tersebut dapat terlihat.
B. Deskripsi dan Analisis Data
Data-data penelitian tentang profesionalisme guru, diperoleh penulis
melalui penyebaran angket yang diberikan kepada seluruh guru yang mengajar di
SMA Negeri 7 Jakarta yang berjumlah 53 orang dengan 20 item pertanyaan. Dari
keseluruhan angket tersebut seluruhnya dikembalikan kepada penulis dan msaingmasing guru mendapatkan kesempatan yang sama untuk menjawab angket,
dimana satu angket diwakili oleh satu orang guru.
Dalam pengelolaan data
profesionalisme guru, penulis menngunakan
perhitungan statistik dalam setiap presentase. Untuk perhitungan presentase setiap
data dipresentasekan setelah data ditabulasi dalam jumlah frekuensi jawaban
responden untuk setiap alternatif jawaban.
Setelah data diperoleh berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada
guru, kemudian data tersebut diolah dalam bentuk tabel dengan menggunakan
teknik presentase.
Tabel 6
Profesionalisme Guru SMA Negeri 7 Jakarta
No
Aspek Pertanyaan / Katagori Jawaban
F
%
1.
Bapak/ Ibu guru bersikap terbuka, demokratis, dan peduli
a. Selalu
35
66%
b. Sering
13
24%
c. Kadang-kadang
5
10%
d. Tidak pernah
-
-
53
100%
terhadap siswa.
Jumlah
2.
Bapak/ Ibu guru melakukan berbagai pendekatan dalam
proses belajar mengajar.
47
a. Selalu
20
38%
b. Sering
13
24%
c. Kadang-kadang
20
38%
d. Tidak pernah
-
-
53
100%
a. Selalu
32
6%
b. Sering
9
17%
c. Kadang-kadang
3
60%
d. Tidak pernah
9
17%
53
100%
a. Selalu
40
76%
b. Sering
13
24%
c. Kadang-kadang
-
-
d. Tidak pernah
-
-
53
100%
a. Selalu
27
50%
b. Sering
21
40%
c. Kadang-kadang
5
10%
d. Tidak pernah
-
-
53
100%
a. Selalu
25
48%
b. Sering
10
18%
Jumlah
3.
Hasil penataran/ seminar yang Bapak/ Ibu guru ikuti sangat
sulit untuk diterapkan dalam proses KBM di kelas.
Jumlah
4.
Bapak/Ibu guru menjalankan peran sebagai fasilitator
dalam proses pembelajaran.
Jumlah
5.
Bapak /Ibu guru setiap kegiatan belajar mengajar di kelas
perlu diadakan Tanya jawab bagi guru dan siswa.
Jumlah
6.
Bapak/ Ibu guru memberikan reward/ punishment kepada
peserta didik.
48
c. Kadang-kadang
18
34%
d. Tidak pernah
-
-
53
100%
a. Selalu
35
66%
b. Sering
11
20%
c. Kadang-kadang
7
14%
d. Tidak pernah
-
-
53
100%
a. Selalu
22
42%
b. Sering
21
40%
c.
10
18%
-
-
53
100%
a. Selalu
24
46%
b. Sering
13
24%
c. Kadang-kadang
11
20%
d. Tidak pernah
5
10%
52
100%
a. Slalu
35
66%
b. Sering
11
20%
Jumlah
7.
Rencana pengajaran yang telah Bapak/Ibu guru buat sesuai
dengan prosedur pengajaran.
Jumlah
8.
Bapak/ Ibu guru melakukan bimbingan untuk mengatasi
kesulitan dalam belajar kepada setiap siswa.
Kadang-kadang
d. Tidak pernah
Jumlah
9.
Bapak/ Ibu guru mengikuti program sertifikasi profesi
keguruan.
Jumlah
10.
Bapak/ Ibu guru membuat satuan acara pembelajaran.
49
c. Kadang-kadang
7
14%
d. Tidak pernah
-
-
53
100%
a. Selalu
38
72%
b. Sering
15
28%
c. Kadang-kadang
-
-
Jumlah
11.
Bapak/ Ibu guru menggunakan hasil evaluasi untuk
kepentingan pembelajaran.
-
d. Tidak pernah
Jumlah
12.
53
100%
a. Selalu
34
64%
b. Sering
19
36%
c. Kadang-kadang
-
-
d. Tidak pernah
-
-
53
100%
a. Selalu
35
66%
b. Sering
11
20%
c. Kadang-kadang
7
14%
d. Tidak pernah
-
-
53
100%
a. Selalu
12
22%
b. Sering
11
20%
c. Kadang-kadang
24
46%
Bapak
/Ibu
guru
memberikan
penguatan
dalam
penyampaian materi pelajaran.
Jumlah
13.
Bapak /Ibu guru melakukan pengukuran kemampuan
peserta didik.
Jumlah
14.
Bapak/Ibu
guru
mengevaluasi
efektifitas
proses
pembelajaran.
50
d. Tidak pernah
6
12%
53
100%
a. Selalu
15
28%
b. Sering
19
36%
c. Kadang-kadang
15
28%
d. Tidak pernah
4
8%
53
100%
a. Selalu
38
72%
b. Sering
15
28%
c. Kadang-kadang
-
-
d. Tidak Pernah
-
-
53
100%
a. Selalu
38
72%
b. Sering
10
18%
c. Kadang-kadang
5
10%
d. Tidak pernah
-
-
53
100%
a. Slalu
12
22%
b. Sering
11
20%
c. Kadang-kadang
24
46%
d. Tidak pernah
6
12%
53
100%
35
66%
Jumlah
15.
Bapak /Ibu guru membuat resume hasil bacaan.
Jumlah
16.
Bapak /Ibu guru harus bertingkah laku sesuai dengan kode
etik keguruan.
Jumlah
17.
Bapak /Ibu guru hadir tepat waktu dalam menjalankan
tugas pembelajaran.
Jumlah
18.
Bapak /Ibu guru aktif diorganisasi profesi.
Jumlah
19.
Bapak /Ibu guru memiliki loyalitas keguruan.
a. Selalu
51
b. Sering
11
20%
c. Kadang-kadang
7
14%
d. Tidak pernah
-
-
53
100%
a. Selalu
-
-
b. Sering
5
10%
c. Kadang-kadang
10
18%
d. Tidak pernah
38
72%
53
100%
Jumlah
20.
Hak individu Bapak /Ibu guru untuk berkreasi mendapat
tekanan dari pihak sekolah.
Jumlah
Profesionalisme guru dalam tulisan ini memiliki indikator sebagai berikut:
a. Memiliki komitmen pada siswa dan proses belajarnya
Butir indikator yang digunakan dalam penelitian ini meliputi; guru
bersikap terbuka demokratis, dan peduli terhadap siswa, melaksanakan berbagai
pendekatan dalam proses belajar mengajar, melakukan pengayaan dan remedial.
Sebanyak 6% responden menjawab selalu apabila guru bersikap terbuka,
demokratis dan care. Sudah selayaknya seorang guru bersikap demokratis dan
memiliki kepekaan agar nilai-nilai pengajaran yang disampaikan mudah
direalisasikan dalam kehidupan pribadi peserta didik.
Guru melakukan berbagai pendekatan dalam proses pembelajaran 38%
responden menjawab selalu. Setiap peserta didik mempunyai karakter yang
berbeda satu sama lain, oleh karene itu seorang guru harus bersikap obyektif
terhadap peserta didik guna mencari solusi jika diantara peserta didik mempunyai
masalah dalam proses pembelajaran.
Guru melakukan pengayaan dan remedial, 60 % responden menjawab
selalu. Hal ini dilakukan sebagai tolak ukur mengetahui pencapaian kemampuan
peserta didik
52
Berdasarkan penjabaran di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa guru telah
memiliki komitmen pada siswa dan proses belajarnya, sudah terlaksana dengan
baik. , hal ini dapat dilihat dari segala kemampuan yang dimiliki guru sebagai
wujud tanggung jawab kepada anak didiknya.
b. Menguasai bahan ajar dan cara mengajarkan secara mendalam
Butir indikator yang digunakan dalam penelitian ini meliputi; Peran
sebagai fasilitator, membuat satuan acara pembelajran, memberikan penguatan
dalam penyampaian materi pelajaran.
Besaran nilai peran guru sbagai fasilitator adalah 76% responden
menjawab selalu. Dalam hal ini peserta didik berperan aktif serta mandiri dalam
pencapaian proses pembelajaran.
Membuat satuan acara pembelajaran sangat perlu dilakukan masingmasing guru, karena dapat dijadikan penduan oleh guru ketika berlangsungnya
KBM. Dalam hal ini 66% responden menjawab selalu.
Sebanyak 64% responden menjawab selalu, memberikan penguatan dalam
peyampaian materi. Guru dituntut memahami scara mendalam bahan ajar, yang
jika direalisasikan secara sinergi akan memberi stimulus peserta didik sehingga
akan memberi feedback bagi guru dan siswa.
Berdasarkan penjabaran
di atas dapat disimpulkan bahwa menguasai
bahan ajar dan cara mengajarkan secara mendalam sudah baik. Hal ini dapat
dilihat dari pekerjaan guru pada saat sebelum dan setelah mengajar, yaitu setiap
guru harus menguasai bidang studi yang akan diajarkan, setiap guru membuat
rencana program pembelajaran serta mengembangkan strategi pembelajaran,
semuanya itu merupakan tugas pokok yang harus diemban seorang guru dalam
rangka menguasai bahan ajar dan cara mengajarkan secara mendalam.
c. Bertanggung jawab dalam memantau kemampuan
belajar siswa melalui
berbagai teknik evaluasi.
Butir indikator yang digunakan dalam penelitian ini meliputi setiap
kegiatan belajar mengajar di kelas perlu dilakukan tanya jawab bagi guru dan
siswa, mampu mengembangkan butir-butir test, pelayanan yang diberikan kepala
sekolah dalam hal kesejahteraan sangat memadai, memberikan reward/
53
punishment kepada peserta didik, melakukan pengukuran kemampuan peserta
didik, hadir tepat waktu dalam menjalankan tugas pembelajaran.
Sebanyak 50% responden memberi jawaban slalu, bahwa setiap proses
pembelajaran di kelas
perlu di lakukan tanya jawab bagi guru dan siswa.
Maksudnya setiap KBM di kelas tanya jawab itu sangat penting dilakukan agar
terjalin keakraban serta interaksi antara guru dan siswa, dan siswa pun akan
berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Sebanyak 72% responden memberi jawaban slalu, dalam hal kemampuan
mengembangkan butir-butir test. Maksudnya mampu dalam mengembangkan
butir-butir test merupakan kemampuan yang mendasar yang harus dimiliki setiap
guru.
Sebanyak 46% responden memberi jawaban kadang-kadang, bahwa
pelayanan yang diberikan kepala sekolah dalam hal kesejahteraan sangat
memadai. Maksudnya masalah tanggung jawab dan profesionalisme yang selama
ini diemban guru tidak bisa dipisahkan dengan kesejahteraan karena
profesionalisme dan tanggung jawab merupakan satu kesatuan yang akhirnya
berdampak pada pemenuhan kebutuhan akan kesejahteraan.
Sebanyak 48% responden memberi jawaban slalu, dalam hal memberikan
reward/ Punishment kapada peserta didik. Maksudnya reward/ punishment adalah
sebuah konsekwensi logis yang diberikan guru kepada peserta didik sebagai
proses pembelajaran.
Sebanyak 66% responden memberi jawaban slalu, dalam melakukan
pengukuran kemampuan peserta didik. Maksudnya dalam hal ini guru
memberikan penilaian untuk mengetahui kemampuan peserta didik.
Sebanyak 72% responden memberi jawaban slalu, apabila Bapak/Ibu guru
hadir tepat waktu dalam menjalankan tugas. Maksudnya setiap guru diwajibkan
untuk hadir tepat waktu, hal ini diharapkan untuk memberikan contoh tauladan
bagi siswa.
Berdasarkan penjabaran di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tanggung
jawab dalam memantau kemampuan belajar siswa melalui berbagai teknik
evaluasi sudah terlaksana dengan baik. Hal ini terlihat dengan besarnya rasa
54
tanggung jawab guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai
pendidik.
d. Mampu berfikir sistematis dalam melakukan tugas
Butir indikator yang digunakan dalam penelitian ini meliputi; Rencana
pengajaran yang Bapak /Ibu buat sesuai dengan prosedur pengajaran, Bapak/ Ibu
guru membuat resume bahan bacaan, hak individu Bapak/ Ibu guru untuk
berkreasi mendapat tekanan dari pihak otoritas sekolah.
Sebanyak 66% responden memberi jawaban slalu, apabila rencana
pengajaran yang Bapak/ Ibu buat sesuai dengan prosedur pengajaran. Maksudnya
rencana program pembelajaran merupakan landasan atau acuan yang harus guru
siapkan sebelum proses pembelajaran berlangsung tentunya dibuat harus sesuai
kurikulum yang berlaku.
Sebanyak 36% responden memberi jawaban sering, apabila membuat
resume bahan bacaan. Maksudnya resume bahan bacaan yang dilakukan guru
bertujuan untuk menambah wawasan guru sekaligus sebagai referensi bidang studi
yang diajarkan.
Sebanyak 72% responden memberi jawaban tidak pernah, apabila
berkreasi mendapat tekanan dari pihak otoritas sekolah. Maksudnya pada saat
guru mempunyai kretifitas tertentu pihak otoritas sekolah senantiasa memberikan
respon positif.
Berdasarkan penjabaran di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kemampuan berfikir sistematis guru dalam melakukan tugas sudah terlealisasi
dengan baik. Hal ini bisa terlihat dari pelaksanaan tugas mengajar dari mulai
membuat
rencana
program
pembelajaran
sampai
melakukan
kreatifitas
pengajaran.
e. Menjadi bagian dari masyarakat belajar dilingkungan profesinya.
Butir indikator yang digunakan dalam penelitian ini meliputi; Bapak/ Ibu
guru memiliki spesialisasi ilmu dengan teori yang baku, Bapak/ Ibu guru aktif
diorganisasi profesi, Bapak/ Ibu guru bertingkah laku sesuai kode etik keguruan,
melakukan bimbingan belajar untuk mengatasi kesulitan dalam belajar bagi setiap
siswa, memiliki loyalitas keguruan.
55
Sebanyak 46% responden memberi jawaban slalu, apabila memiliki
spesialisasi ilmu dengan teori yang baku. Maksudnya guru seharusnya mengajar
sesuai dengan latar belakang pendidikannya agar ada kesesuaian dengan bidang
studi yang diajarkan.
Sebanyak 46% responden memberi jawaban kadang-kadang, apabila aktif
diorganisasi profesi. Maksudnya keaktifan guru dalam sebuah organisasi profesi
merupakan suatu keharusan karena menyangkut status pekerjaan yang diemban
yang mengharuskan guru aktif diorganisasi profesi
Sebanyak 72% responden memberi jawaban slalu, apabila harus
bertingkah laku sesuai dengan kode etik keguruan. Maksudnya sudah menjadi
suatu keharusan bagi seorang guru untuk bertingkah laku baik karena guru
senantiasa menjadi tauladan murid dan orang-orang yang menggunakan jasa
profesinya.
Sebanyak 42% responden memberi jawaban slalu, apabila melakukan
bimbingan untuk mengatasi kesulitan belajar kepada setiap siswa. Maksudnya hal
tersebuat merupakan tugas pokok yang harus diemban guru sebagai pembimbing
bagi anak didik khusunya bagi mereka yang mengalami kesulitan dalam belajar.
Sebanyak 66% responden memberi jawaban slalu, apabila memiliki
loyalitas keguruan. Maksudnya menjadi guru merupakan tugas yang suci serta
panggilan hidup sudah seharusnya guru setia mengabdi demi melaksanakan tugas
profesi.
Bedasarkan penjabaran di atas dapat di simpulkan bahwa guru menjadi
bagian dari masyrakat belajar dilingkunagn profesinya sudah berjalan dengan
baik. Hal ini bisa dilihat dari spesialisasi ilmu yang dimiliki, aktifitas
dioraganisasi profesi, kode etik yang direalisasikan dalam menjalakan profesi
sebagai guru.
Sesuai dengan instrumen yang telah diteliti dengan mengunakan angket
sebanyak 20 item pernyataan mengenai profesionalisme guru yang didistribusikan
kepada seluruh guru yang mengajar di SMA Negeri 7 Jakarta. Maka dapat dilihat
dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan, sehingga diperoleh skor tertinggi
sebesar 100 dan skor terendah sebesar 25.
56
Tabel 7
Skor Profesionalisme Guru
NO
JUMLAH SKOR
NO
JUMLAH SKOR
1.
47
28.
80
2.
56
29.
62
3.
68
30
80
4.
76
31.
76
5.
78
32.
78
6.
71
33.
71
7.
80
34.
80
8.
62
35.
62
9.
80
36.
47
10.
76
37.
56
11.
47
38.
68
12.
47
39.
76
13.
56
40.
78
14.
68
41.
71
15.
76
42.
80
16.
78
43.
62
17.
71
44.
80
18.
80
45.
76
3
62
46.
47
20.
80
47.
47
21.
76
48.
56
22.
47
49.
68
23.
56
50.
76
24.
68
51.
78
25.
76
52
71
26.
78
53.
80
27.
71
57
Dari tabel di atas apabila data tersebut di katagorikan sesuai dengan
teknik analisa data adalah sebagai berikut:
Tabel 8
Katagori Penilaian
Kondisi Profesionalisme Guru SMA Negeri 7 Jakarta
No
Skor
F
Katagori
%
1.
0-25
-
Tidak baik
0%
2.
26-50
7
Kurang baik
13,2%
3.
51-75
21
Baik
39,6%
4.
76-100
25
Sangat baik
47,2%
Jumlah Responden
53
100%
C. Interpretasi Data
Sesuai dengan skor yang diperoleh melalui angket yang didistribusikan
kepada seluruh guru yaitu sebanyak 53 responden mencapai skor (76-100) dngan
presentase 47,2%, yang termasuk katagori penilaian kondisi profesionalisme guru
SMA Negeri 7 Jakarta adalah sangat baik, sebanyak 21 responden mencapai skor
(51-75)
dengan
presentase
39,6%,
yang
termasuk
penilaian
kondisi
profesionalisme guru SMA Negeri 7 Jakarta adalah baik, hanya 7 responden
mencapai skor (26-50) dengan presentase 13,2%, yang termasuk katagori
penilaian kondisi profesionalisme guru SMA Negeri 7 Jakarta dalah kurang baik,
dan 0 responden mencapai skor (0-25) dengan presentase 0%, yang tidak baik.
Dari data diatas dapat penulis simpulkan bahwa penilaian tingkat
profesionalisme guru SMA Negeri 7 Jakarta adalah rata-rata baik.
D. Peran kepala sekolah dalam mewujudkan profesionalisme guru
Di bawah ini akan diuraikan peran kepala SMA Negeri 7 Jakarta dalam upaya
meningkatkan profesionalisme guru yaitu;
58
1. Kepala sekolah sebagai edukator (pendidik)
Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dan guru
merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum di sekolah. Kepala
sekolah yang menunjukkan komitmennya dan fokus terhadap pengembangan
kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di sekolah tentu saja akan sangat
memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki gurunya, sekaligus juga akan
senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat secara
terus menerus meningkatkan kompetensinya, sehingga kegiatan belajar mengajar
dapat berjalan efektif dan efisien.
2. Kepala sekolah sebagai manajer
Dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang dilakukan
kepala sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan
profesi para guru. Dalam hal ini, kepala sekolah memfasiltasi dan memberikan
kesempatan yang luas kepada para guru untuk dapat melaksanakan kegiatan
pengembangan profesi melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik
yang dilaksanakan di sekolah, –seperti : MGMP/MGP tingkat sekolah, in house
training, diskusi profesional dan sebagainya–, atau melalui kegiatan pendidikan
dan pelatihan di luar sekolah, seperti : kesempatan melanjutkan pendidikan atau
mengikuti berbagai kegiatan pelatihan yang diselenggarakan pihak lain.
3. Kepala sekolah sebagai administrator
Khususnya berkenaan dengan pengelolaan keuangan, bahwa untuk
tercapainya peningkatan kompetensi guru tidak lepas dari faktor biaya. Seberapa
besar sekolah dapat mengalokasikan anggaran peningkatan kompetensi guru
tentunya akan mempengaruhi terhadap tingkat kompetensi para gurunya. Oleh
karena itu kepala sekolah mengalokasikan anggaran yang memadai bagi upaya
peningkatan kompetensi guru.
4. Kepala sekolah sebagai supervisor
Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran,
secara berkala kepala sekolah melaksanakan kegiatan supervisi, dilakukan melalui
kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung,
terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan
59
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Dari hasil supervisi ini, dapat
diketahui
kelemahan
pembelajaran,
tingkat
sekaligus
keunggulan
penguasaan
guru
kompetensi
guru
dalam
melaksanakan
yang
bersangkutan,
selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru
dapat
memperbaiki
kekurangan
yang
ada
sekaligus
mempertahankan
keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran.
5. Kepala sekolah sebagai leader (pemimpin)
Dalam teori kepemimpinan setidaknya kita mengenal dua gaya
kepemimpinan
yaitu
kepemimpinan
yang
berorientasi
pada
tugas
dan
kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dalam rangka meningkatkan
kompetensi guru, kepala sekolah menerapkan kedua gaya kepemimpinan tersebut
secara tepat dan fleksibel, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada.
6. Kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja
Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan setiap guru
lebih termotivasi untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul, yang disertai
usaha untuk meningkatkan kompetensinya. Oleh karena itu, dalam upaya
menciptakan
budaya
dan
iklim
kerja
yang
kondusif,
kepala
sekolah
memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : (1) para guru akan bekerja lebih
giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik dan menyenangkan, (2) tujuan
kegiatan perlu disusun dengan dengan jelas dan diinformasikan kepada para guru
sehingga mereka mengetahui tujuan dia bekerja, para guru juga dapat dilibatkan
dalam penyusunan tujuan tersebut, (3) para guru harus selalu diberitahu tentang
dari setiap pekerjaannya, (4) pemberian hadiah lebih baik dari hukuman, namun
sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan, (5) usahakan untuk memenuhi
kebutuhan sosio-psiko-fisik guru, sehingga memperoleh kepuasan.
7. Kepala sekolah sebagai wirausahawan
Dalam menerapkan prinsip-prinsip kewirausaan dihubungkan dengan
peningkatan profesionalisme guru, kepala sekolah menciptakan pembaharuan,
keunggulan komparatif, serta memanfaatkan berbagai peluang. Kepala sekolah
dengan sikap kewirauhasaannya melakukan perubahan-perubahan yang inovatif di
60
sekolah, termasuk perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan proses
pembelajaran siswa beserta kompetensi guru.
Sejauh mana kepala sekolah dapat mewujudkan peran-peran di atas, secara
langsung maupun tidak langsung dapat memberikan kontribusi terhadap
peningkatan prefesionalisme guru, yang pada gilirannya dapat membawa efek
terhadap peningkatan mutu pendidikan skala mikro maupun makro, khususnya
SMA Negeri 7 Jakarta.
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah
penulis
melakukan
penelitian
di
lapangan
mengenai
“
Profesionalisme guru di SMA Negeri 7 Jakarta’’ dan melakukan analisa terhadap
data yang diperoleh, baik data yang berupa kuantitatif maupun data kualitatif.
Langkah selanjutnya adalah mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. secara umum kondisi profesionalisme guru SMA Negeri 7 Jakarta adalah
baik. Hal ini terlihat dari hasil perhitungan angket dan wawancara kepala
sekolah yang penulis lakukan bahwa guru SMA Negeri 7 Jakarta telah
sesuai dengan nilai-nilai profesionalisme dan melaksankan kompetensinya
yaitu kompetensi pribadi, kompetensi sikap dan prilaku, kompetensi
profesional, kompetensi sosial.
2. Upaya kepala SMA Negeri 7 Jakarta dalam meningkatkan profesionalisme
guru melalui berbagai program yaitu:
a. Mengikutsertakan guru pada lomba bidang studi
b
Melakukan monitoring kenerja guru
a. Mengikutsertakan guru pada kegiatan seminar pendidikan
b. Mengikutsertakan guru untuk meningkatkan mutu mereka dengan
cara menyelenggarakan pelatihan-pelatihan dan kursus keahlian.
c. Memberikan kesempatan bagi guru untuk melanjutkan pendidikan
pada jenjang yang lebih tinggi.
62
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ,ada beberapa saran atau masukan yang penulis
pandang sebagai saran positif yang akan dituangkan dalam penulisan skripsi ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengingat telah diterapkannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), maka untuk para guru SMA Negeri 7 Jakarta harus senatiasa
meningkatkan kualitas kinerjanya yang didasarkan pada semangat
profesionalisme, guru melaksanakan tugas sesuai dengan prosedur dan
program kerja serta instrumen pembelajaran yang mengacu pada
kurikulum.
2. Bagi institusi, dalam hal ini SMA Negeri 7 Jakarta agar lebih
meningkatkan
perhatiannya
pada
guru
terutama
dalam
proses
pembelajaran yang harus dilengkapi dengan fasilitas dan media penunjang
agar pemahaman siswa berimbang antara aplikasi dengan teori.
3. Sudah menjadi suatu keharusan bagi guru seorang yang mengemban tugas
sebagai pengajar untuk memiliki penguasaan yang cukup atas ilmu yang
akan diajarkan dan strategi penyampaiannya. Ia juga
harus dapat
mengoperasikan sarana dan prasarana pendukung dalam penyampaikan
ilmu.
4. Seorang guru sudah seharusnya memiliki kepribadian yang kuat serta
berwibawa, sehingga dapat menjaga kewibawaan ilmu dan kewibawaan
seorang yang memiliki ilmu. Selain itu, ia juga harus mempunyai otoritas
dan keberanian penuh dalam mempertahankan kebenaran.
5. Guru harus selalu mengikuti perkembangan Zaman dan mengetahui halhal baru yang berhubungan dengan spesialisasi Ilmu yang diajarkan ,
sehingga Ilmu atau informasi yang disampaikan selalu sesuai dengan
perkembangan zaman (up to date).
6.
Kepala sekolah sebagai pemegang otoritas lembaga pendidikan sudah
seharusnya senantiasa mengikutsertakan Bapak/ Ibu guru dalam kegiatan
seminar atau penataran pendidikan sebagai upaya peningkatan kualitas dan
profesionalisme guru.
63
7. Bagi kepala sekolah sebagai motivator sudah seharusnya memberikan
spirit serta bimbingan kepada Bapak/Ibu guru, agar peningkatan
profesionalisme guru dapat tercapai.
64
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi., Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta, PT.
Rineka Cipta, 1993
Arifin, M. H., Pengantar Filsafat Pendidikan, Jakarta: Bina Aksara, 1987.
Azizy, A, Qodri., Melawan Globalisasi Reinterpretasi Ajaran Islam, Jakarta:
Putaka Pelajar, 2004.
Al Munir, Samir, Mahmud., Guru Teladan dibawah Bimbingan Allah, Jakarta:
Gema Insani, 2004.
Buchori,Mochtar., Ilmu Pendidikan dan Praktek Pendidikan, Jakarta: PT. Tiara
Wacana Yogya, 1994.
Burhanuddin., Analisis Administrasi Manajemen Dan Kepemimpinan Pendidikan,
Jakarta: Bumi Aksara, 1994.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005
Tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Depdiknas.
Handoko,Hani, T., Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia,
Yogyakarta: BPFE, 2000.
Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, Juli 2006 Tahun ke-12, No. 061, Departemen
Pendidikan Nasional.
Mulyasa, E, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT.Remaja Rosda Karya, 2006.
Nasution, S., Dikdaktik Asas-asas Mengajar, Bandung: Jemmars, 1986.
Nurdin, Syarifuddin., H., Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Jakarta:
Ciputat Press, 2003.
Nurdin, Muhamad., Kiat Menjadi Guru Profesional, Jogjakarta: Primasophie,
2004.
65
Nata, Abuddin, H., Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu,
1997.
Nawawi, Hadari, H, Matirni, Mimi,H., Manusia Berkualitas, Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press,1994.
Rosyada, Dede., Paradigma Pendidikan Demokratis, Jakarta: Prenada Media,
2004.
Rohani, Ahmad, H, M, Ahmadi, Abu, H., Pedoman Penyelenggaraan
Administrasi Pendidikan Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara, 1991.
Ramly, Tengku, Amir., Menjadi guru kaya, Bekasi: Pustaka Inti, 2005.
Ramly, Tengku, Amir., Menjadi Guru Idola, Bekasi: Pustaka Inti, 2006.
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kalpataru. Buku Pedoman Penulisan Skripsi.
Jakarta:2007.
Samana., Profesionalisme Keguruan, Yogyakarta: Kanisius, 1994.
Sukma, Dinata, dan, Nana, Syaidhi., Pengembangan Kurikulum, Bandung:
PT.Remaja Rosda Karya, 2004.
SJ. Drost, J., Dari KBK Sampai MBS, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2005.
Syahatah, Husein., Quantum Learning Plus, Bandung: PT. Mizan Publika, 2004
Tafsir, Ahamad., Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 2001.
Usaman, Uzer, Moh., Menjadi Guru Profesional, Bandung:Remaja Rosda Karya,
2006.
Pophan, James, W., Teknik Mengajar Secara Sistematis, Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2001.
Pidarta Made., Landasan Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997.
66
LEMBAR PENGESAHAN
PANITIA UJIAN MUNAQASYAH
Skripsi yang berjudul “Profesionalisme Guru SMA Negeri 7 Jakarta” disusun oleh
Dodi Setiawan, NIM 102018224135, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dinyatakan LULUS pada Ujian
Munaqasyah tanggal 2 September 2010 di hadapan Dewan Penguji. Karena itu,
penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada bidang
Manajemen Pendidikan.
Jakarta, 2 September 2010
Panitia Ujian Munaqasyah
Tanggal
Tanda Tangan
Ketua Jurusan Kependidikan Islam
Rusydy Zakaria, M.Ed, M.Phil.
NIP. 19560530 198503 1 002
22– 09– 2010……………..
Ketua Prodi Manajemen Pendidikan
Drs. Mua’rif Sam, M.Pd.
NIP. 19650717 1994031 005
22– 09– 2010……………..
Penguji I,
Drs. Syafril, M.Pd.
NIP. 19460601 196705 1 001
22– 09– 2010……………..
Penguji II,
Dra. Manerah
NIP. 19680323 199403 2 002
22– 09 - 2010……………..
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A.
NIP. 1957 1005 198703 1 003
67
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta , 23 September 2010
Dodi Setiawan
68
ABSTRAK
Dodi Setiawan (102018224135). Profesionalisme Guru SMA Negeri 7
Jakarta. Skripsi dibawah Bimbingan Drs. Mua’rif Sam M.Pd. Jurusan
Kependidikan Islam. Program Studi Manajemen Pendidikan. Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2010.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan berdasarkan data
atau fakta yang shohih, benar dan dapat dipercaya tentang profesionalisme guru
SMA Negeri 7 Jakarta. Selain itu untuk mengetahui peran kepala sekolah di dalam
mewujudkan profesionalisme guru.
Yang menjadi obyek penelitian ini adalah SMA Negeri 7 Jakarta,
penelitian dilakukan pada bulan September 2009 sampai dengan Desember 2009
tahun pelajaran 2009/2010.
Populasi penelitian ini adalah seluruh guru bidang studi yang berjumlah 53
orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriftif,
sedangkan data untuk analisis yang diperoleh dari pengisian angket oleh guru dan
hasil wawancara kepala sekolah.
Sesuai dengan skor yang diperoleh dari angket yang didistribusi kepada
seluruh guru bidang studi yaitu sebanyak 53 responden mencapai skor (76 – 100)
dengan presentase 47,2 % yang termasuk katagori penilaian profesionalisme guru
adalah sangat baik, 21 responden mencapai skor (51 – 75) dengan presentase 39,6
% termasuk katagori penilaian profesionalisme guru adalah baik, hanya 7
responden mencapai skor (26 – 50) dengan presentase 13,2 % termasuk katagori
kurang baik, dan 0 responden mencapai skor (0 – 25) dengan presentase 0 %
termasuk dalam katagori tidak baik. Dari data ini dapat ditarik kesimpulan bahwa
penilaian profesionalisme guru SMA Negeri 7 Jakarta adalah rata-rata baik.
69
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Ilahi Rabbi yang telah melimpahkan
anugerah dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW,
keluarga, sahabat serta seluruh penerus perjuangannya, yang telah membawa
umatnya menuju jalan kebenaran.
Dalam penyusunan skripsi yang berjudul “Profesionalisme Guru SMA
Negeri 7 Jakarta” tentu tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruaan beserta staf.
2. Ketua Jurusan Kependidikan Islam, Rusydy Zakaria, M.Ed, M.Phil.
3. Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan, Drs. Mua’rif Sam, M.Pd.
4. Dosen Pembimbing Drs. Mua’rif Sam, M.Pd. Yang telah membimbing dan
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran disela-sela kesibukannya untuk
memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Kepala Sekolah, Dewan Guru beserta staf SMA Negeri 7 Jakarta yang
telah menyediakan waktu dan tempatnya untuk penelitian ini.
6. Mamah dan (Alm) Bapak tercinta yang dengan penuh keikhlasan
memberikan do’a dan bantuan baik moril maupun materil tidak hanya itu
saja support yang tidak henti-hentinya selalu diberikan demi anakmu ini.
Hanya skripsi ini yang ananda bisa persembahkan untuk mu.
7. Istriku dan anakku tercinta yang tak pernah lelah menemani penantian
panjang ini
70
8. My sister and My brother KI-MP angkatan 2002 thanks for all atas support
dan motivasinya.
Hanya harapan dan do’a yang dapat disampaikan kepada semua pihak
yang telah bekerjasama dalam membantu penulis guna menyelesaikan skripsi ini
agar mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih
banyak kekurangan baik dari segi isi, bahasa, maupun penulisannya, maka dari itu
dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik
Jakarta, Agustus 2010
Penulis
71
KUESIONER
Kondisi Profesionalisme Guru SMA Negeri 7 Jakarta
Petunjuk Pengisian :
1. Berilah tanda cek (√ ) salah satu alternatif jawaban untuk setiap butir
kemampun.
2. Keterangan : Sl = Selalu, Sr = Sering, Kd = Kadang-kadang, Tp = Tidak
pernah
NO
Alternatif Jawaban
Butir Pertanyaan
1
Bapak/ Ibu guru bersikap terbuka, demokratis, dan peduli
terhadap siswa.
2
Bapak/ Ibu guru melakukan berbagai pendekatan dalam proses
belajar mengajar.
3
Hasil penataran/ seminar yang Bapak/ Ibu guru ikuti sangat
sulit untuk diterapkan dalam proses KBM di kelas.
4
Bapak/Ibu guru menjalankan peran sebagai fasilitator dalam
proses pembelajaran.
5
Bapak/Ibu guru setiap kegiatan belajar mengajar di kelas perlu
diadakan Tanya jawab bagi guru dan siswa
6
Bapak/Ibu guru memberikan reward/ punishment kepada
peserta didik
7
Rencana program pembelajaran yang telah Bapak/Ibu guru
buat sesuai dengan prosedur pengajaran.
Sl
Sr
Kd
Tp
72
8
Bapak/Ibu guru melakukan bimbingan untuk mengatasi
kesulitan dalam belajar kepada setiap siswa.
9
Bapak/ Ibu guru mengikuti program sertifikasi profesi
keguruan.
10
Bapak/ Ibu guru membuat satuan acara pembelajaran.
11
Bapak/Ibu guru menggunakan hasil eveluasi untuk kepentingan
pembelajaran
12
Bapak/Ibu guru memberikan penguatan dalam penyampaian
materi peajaran.
13
Bapak/Ibu guru melakukan pengukuran kemampuan peserta
didik.
14
Bapak/Ibu guru mengevaluasi efektifitas proses pembelajaran
15
Bapak/Ibu guru membuat resume hasil bacaan
16
Bapak/Ibu guru harus bertingkah laku sesuai dengan kode etik
keguruan.
17
Bapak/Ibu
guru
diharuskan
hadir
tepat
waktu
dalam
menjalankan tugas pembelajaran.
18
Bapak/Ibu guru aktif diorganisasi profesi.
19
Bapak/Ibu guru memiliki loyalitas keguruan.
20
Hak individu Bapak/Ibu guru untuk berkreasi mendapat
tekanan dari pihak sekolah.
73
Tabel 8
DAFTAR SKOR
TENTANG KONDISI PROFESIONALISME GURU
SMA NEGERI 7 JAKARTA
No
Butir Pernyataan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Total
Skor
1.
3
3
3
2
2
2
2
4
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
3
2
47
2.
4
2
4
3
2
4
3
4
4
4
4
2
1
4
2
2
2
2
4
1
56
3.
4
4
4
2
4
4
4
3
4
4
3
2
3
4
4
4
4
2
2
4
68
4.
3
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
76
5.
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
78
6.
4
4
4
3
4
4
3
3
4
3
4
3
4
3
4
4
2
4
4
3
71
7.
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
80
8.
4
2
3
4
2
3
4
2
3
4
2
3
4
3
2
3
4
4
4
2
62
9.
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
80
10.
4
4
4
3
2
2
2
2
2
3
3
1
4
1
4
1
2
3
2
2
76
11.
3
3
3
2
2
2
2
4
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
3
2
47
12.
3
3
3
2
2
2
2
4
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
3
2
47
13.
4
2
4
3
2
4
3
4
4
4
4
2
1
4
2
2
2
2
4
1
56
14.
4
4
4
2
4
4
4
3
4
4
3
2
3
4
4
4
4
2
2
4
68
15.
3
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
76
74
16.
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
78
17.
4
4
4
3
4
4
3
3
4
3
4
3
4
3
4
4
2
4
4
3
71
18.
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
80
3
4
2
3
4
2
3
4
2
3
4
2
3
4
3
2
3
4
4
4
2
62
20.
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
80
21.
4
4
4
3
2
2
2
2
2
3
3
1
4
1
4
1
2
3
2
2
76
22.
3
3
3
2
2
2
2
4
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
3
2
47
23.
4
2
4
3
2
4
3
4
4
4
4
2
1
4
2
2
2
2
4
1
56
24.
4
4
4
2
4
4
4
3
4
4
3
2
3
4
4
4
4
2
2
4
68
25.
3
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
76
26.
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
78
27.
4
4
4
3
4
4
3
3
4
3
4
3
4
3
4
4
2
4
4
3
71
28.
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
80
29.
4
2
3
4
2
3
4
2
3
4
2
3
4
3
2
3
4
4
4
2
62
30.
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
80
31
3
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
76
32.
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
78
34.
4
4
4
3
4
4
3
3
4
3
4
3
4
3
4
4
2
4
4
3
71
35.
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
80
36.
4
2
3
4
2
3
4
2
3
4
2
3
4
3
2
3
4
4
4
2
62
37
3
3
3
2
2
2
2
4
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
3
2
47
38
4
2
4
3
2
4
3
4
4
4
4
2
1
4
2
2
2
2
4
1
56
75
39.
4
4
4
2
4
4
4
3
4
4
3
2
3
4
4
4
4
2
2
4
68
40.
3
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
76
41.
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
78
42.
4
4
4
3
4
4
3
3
4
3
4
3
4
3
4
4
2
4
4
3
71
43.
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
80
44.
4
2
3
4
2
3
4
2
3
4
2
3
4
3
2
3
4
4
4
2
62
45.
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
80
46.
4
4
4
3
2
2
2
2
2
3
3
1
4
1
4
1
2
3
2
2
76
47.
3
3
3
2
2
2
2
4
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
3
2
47
48.
3
3
3
2
2
2
2
4
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
3
2
47
49.
4
2
4
3
2
4
3
4
4
4
4
2
1
4
2
2
2
2
4
1
56
50.
4
4
4
2
4
4
4
3
4
4
3
2
3
4
4
4
4
2
2
4
68
51.
3
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
76
52.
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
78
53.
4
4
4
3
4
4
3
3
4
3
4
3
4
3
4
4
2
4
4
3
71
76
PEDOMAN WAWANCARA
Nama Responden
: Drs. Acep Zaenal Abidin
NIP/ NRP
: 131594127/143548
Jabatan
: Kepala SMA Negeri 7 JAKARTA
Tempat Wawancara :
Hari/ Tanggal
:
/
Jenjang Pendidikan
: S1/ Akta. IV
Topik Pembicaraan
: Upaya Kepala SMA Negeri 7 Jakarta dalam meningkatkan
Profesionalisme Guru.
2. Adakah seleksi atau syarat-syarat apa saja untuk menjadi guru yang
profesional di sekolah ini ?
3. Adakah Spesifikasi keahlian atau keterampilan yang harus dimiliki guru
untuk meningkatkan profesionalisme mereka ?
4. Bagaimana Bapak melakukan penilaian terhadap para guru SMA Negeri 7
?
5. Adakah reward atau kenaikan pangkat bagi guru yang berprestasi ? dan
Apa syarat-syaratnya ?
6. Upaya
apa
saja
yang
Bapak
profesionalisme guru di sekolah ini ?
lakukan
dalam
mengembangkan
77
HASIL WAWANCARA
Nama Responden
: Drs. Acep Zaenal Abidin
NIP/ NRP
: 131594127/143548
Jabatan
: Kepala SMA Negeri 7 JAKARTA
Tempat Wawancara : Ruang kepala Sekolah
Hari/ Tanggal
: Sabtu/ 22 desember 2008
Jenjang Pendidikan
: S1/ Akta. IV
Pokok Pembicaraan
: Upaya Kepala SMA Negeri 7 Jakarta dalam meningkatkan
Profesionalisme Guru.
7. Adakah seleksi atau syarat-syarat apa saja untuk menjadi guru yang
profesional di sekolah ini ?
Jawab:
Memiliki Ijazah yang berlatar belakang pendidikan atau memiliki Akta IV
, nilai IPK, menguasai bidang studi yang akan diajarkan, dapat menjadi
taransformator, fasilitator, aktor, inovator serta pendorong kreatifitas
dalam proses pembelajaran, komunikatif, menguasai teknik pembelajaran,
dapat mengembangkan pembelajran yang mengarah kepada praktek
diasamping teori, memiliki pengalaman mengajar, mengikuti interview
yang diselenggarakan pihak sekolah, selanjutnya
menjelaskan kebijakan-kebijakan yang berlaku di sekolah.
kepala sekolah
78
8. Adakah Spesifikasi keahlian atau keterampilan yang harus dimiliki guru
untuk meningkatkan profesionalisme mereka ?
Jawaban:
Guru yang mengajar ilmu komputer selain memiliki ijazah S1 bidang
komputer, guru yang bersangkutan harus pula memiliki Akta IV sebagai
upaya peningkatan profesionalisme mereka, upaya lain yang dilakukan
untuk meningkatkan profesionalisme guru kepala sekolah mewajibkan
setiap guru mengikuti training komputer yang bertujuan setiap guru bidang
studi mmampu
tersebut dilakukan
mengembangkan bahan ajar berbasis komputer hal
sebagai respon positif menghadapi perkembangan
IPTEK.
9. Bagaimana Bapak melakukan penilaian terhadap para guru SMA Negeri 7
?
Jawaban:
Yang utama mereka harus taat pada peraturan-peraturan yang berlaku,
Kepala sekolah Melakukan supervisi kesetiap kelas dengan cara observasi
untuk melihat bagaimana guru melakukan KBM dikelas, menyampaikan
materi pelajaran, mengadakan evaluasi. Penilaian terhadap kelengkapan
adaministrasi pembelajaran seperti rencana progran pembelajaran,
melakukan supervisi klinis yaitu melakukan feedback sabagai input bagi
guru dalam proses pembelajaran.
79
10. Adakah reward atau kenaikan pangkat bagi guru yang berprestasi ? dan
Apa syarat-syaratnya ?
Jawaban:
Penghargaan dan kenaikan pangkat akan diperoleh bagi guru yang
berperestasi yang memiliki kinerja yang baik, maka konvensasinya akan
dipromosikan naik jabatan yaitu menjadi guru pembina, menjadi
koordinator bidang studi, menjadi wakil kepala sekolah dan pemberian
insentif juga dilakukan pada saat pencapain target kelulusan Ujian
Nasional. Reward yang diberikan kepala sekolah dalam hal ini adalah
berupa peningkatan peran guru di sekolah. Hal tersebut dilakukan oleh
kepala sekolah dengan tujuan memberikan stimulus bagi guru.
11. Upaya apa saja yang Bapak lakukan dalam meningkatkan profesionalisme
guru di sekolah ini ?
Jawaban:
1. Mengikutsertakan guru pada lomba bidang studi
2. Mengikutsertakan guru pada kegiatan seminar pendidikan
3. Melakukan eveluasi kinerja guru mlalui absensi kehadiran
4. Melalui program penigkatan mutu guru yaitu:
a. pelatihan: metodelogi pembelajaran, manajemen kelas, dan materi
ajar KTSP.
b. Kursus: keterampilan bahasa inggris ( basic to intermediate general
english/ adavance to academik english skill), pelatihan komputer (
80
word/ excel/power point/ animasi/ web site) yang diperuntukkan
bagi seluruh guru bidang studi.
5. Memfasilitasi guru untuk menyeleggarakan workshop atau seminar
pendidikan.
6. Memberi kesempatan guru untuk mengembangkan ide dan gagasanya
dan dituangkan dalam bentuk karya ilmiah.
7. Memberikan kesempatan bagi guru untuk melanjutkan pendidikan
pada jenjang yang lebih tinggi.
81
Download