VARIASI FONOLOGIS BAHASA ARAB LISAN

advertisement
VARIASI FONOLOGIS BAHASA ARAB LISAN
DIALEK MESIR DAN SAUDI ARABIA
Drs. Kholisin, M.Hum
Abstrak: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bentuk-bentuk variasi
fonologis bahasa Arab lisan dialek Mesir dan Saudi Arabia yang berupa
penggantian bunyi, penambahan bunyi, pelesapan bunyi, dan metatesis.
Korpus data dalam penelitian ini berupa kata-kata dalam tuturan bahasa Arab
dialek Mesir dan Saudi Arabia yang secara fonologis berbeda dengan bahasa
baku. Sumber data penelitian ini adalah bahasa Arab lisan yang dituturkan
oleh penutur asli bahasa Arab dari Mesir dan Saudi Arabia yang terekam
dalam CD interaktif pembelajaran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahasa amiyah dialek Mesir dan
Saudi Arabia mempunyai banyak variasi fonologis yang berbeda dengan
bahasa fusha. Variasi fonologis itu berupa (a) penggantian bunyi, (b)
penambahan bunyi, (c) pelesapan bunyi, dan (d) metatesis (penukaran
tempat). Penggantian bunyi dalam Bahasa Arab dialek Mesir (BADM)
meliputi penggantian konsonan dengan konsonan dan vokal dengan vokal.
Penambahan bunyi meliputi penambahan bunyi di awal kata, di tengah, dan
di akhir. Pelesapan bunyi ada yang di awal kata, di tengah dan di akhir.
Metatesis jarang terjadi dalam BADM. Penggantian bunyi dalam Bahasa
Arab Dialek Saudi (BADS) meliputi penggantian konsonan dengan konsonan
dan vokal dengan vokal. Penambahan bunyi hanya ada di awal dan di akhir
kata, sedangkan penambahan di tengah kata tidak ditemukan. Pelesapan
bunyi meliputi pelesapan bunyi di awal, di tengah, dan di akhir kata. Dalam
BADS tidak ditemukan variasi fonologis yang berupa metatesis. Secara
umum BADM lebih kaya variasi daripada BADS, baik dalam penggantian
bunyi, pelesapan, maupun metatesis.
Kata-kata kunci: fonologi, variasi bahasa, bahasa Arab, amiyah
Salah satu masalah yang dihadapi oleh (hampir) seluruh Program Studi Bahasa
(Sastra) Arab di perguruan tinggi adalah keengganan mahasiswa untuk menggunakan
bahasa Arab dalam komunikasi sehari-hari di kelas, di asrama, atau dalam situasisituasi khusus yang mengggunakan bahasa pengantar bahasa Arab (seperti seminar
khusus bahasa Arab). Padahal mereka telah mendapatkan matakuliah kalam

Dosen Jurusan Sastra Arab Fak. Sastra Universitas Negeri Malang, HP 08155510335, email:
[email protected]
2
(kemahiran berbicara) dengan jumlah satuan kredit semester (sks) yang cukup dan
telah dilatih secara intensif dalam waktu yang cukup memadai.
Keengganan itu menurut Hidayat (2005) disebabkan karena mereka merasa
terlalu sulit untuk berbicara dengan bahasa Arab. Kebekuan perilaku kebahasaan
mereka itu disebabkan karena materi yang diajarkan dan dilatihkan di kelas adalah
ragam bahasa tulis (bahasa Arab fushha, bahasa baku) dengan tingkat formalitas
yang cukup tinggi. Di lain pihak, mereka dipaksa untuk memungsikan bahasa tulis
tersebut sebagai bahasa lisan (spoken language) yang seharusnya bersifat
komunikatif, konsultatif, santai, dan intim, yang secara morfologis maupun sintaksis,
dalam batas-batas tertentu, berbeda dengan bahasa fushha.
Jika dipetakan secara garis besar, bahasa Arab terbagi atas dua ragam, yakni
(a) ragam bahasa Arab baku (fusha) atau sering disebut formal language yang
dipakai sebagai bahasa resmi, yang merupakan perkembangan kembali bahasa Arab
Klasik dan bahasa yang dipakai dalam Al-Qur,an dan Hadits, dan (b) ragam bahasa
Arab 'Amiyah (bahasa sehari-hari, bahasa pasaran, atau bahasa gaul) atau sering
disebut in-formal language yang dipakai sebagai bahasa komunikasi non-formal
sehari-hari. Kedua jenis ini masing-masing mempunyai dialek geografis. Perbedaan
dialek geografis bahasa Arab baku tidak mencolok, misalnya /j/ diucapkan dengan
[g] di Mesir, sementara di daerah Saudi Arabia dan sekitarnya [g] adalah realisasi
pengucapan dari /q/. Perbedaan semacam ini masih mudah dimengerti oleh orangorang non-Arab. Lain halnya dengan bahasa 'Amiyah. Perbedaan bahasa 'amiyah
antara dialek satu dengan lainnya sering kali sangat jauh, sehingga orang non-Arab
akan menemukan banyak kesulitan dalam memahaminya. Misalnya, ungkapan 'ayna
tadzhab? 'Mau pergi ke mana?' dalam dialek amiyah Sudan diucapkan 'masyi wain?',
sementara dalam dialek amiyah Irak diucapkan 'win rayh?' . Kedua variasi di atas
bukan hanya pada segi fonetis, tetapi lebih pada pilihan kata. Ungkapan ‘masyi:
wain?’ pada dialek Sudan di atas jika dilacak ke bahasa baku, berasal dari kalimat
‘(anta) ma:sy:?aina?’ (anda berjalan ke mana?), sedangkan ungkapan ’win rayh?’
berasal dari ‘’aina taru:h’ (kemana Anda pergi?).
Dengan perbedaan seperti itu orang-orang Indonesia (non-Arab pada
umumnya) yang telah belajar bahasa Arab di negaranya, masih akan mengalami
3
kesulitan komunikasi ketika berkunjung ke negara-negara Arab, karena bahasa
sehari-hari yang dipakai adalah bahasa 'amiyah. Akan tetapi untuk mengikuti
pelajaran di sekolah-sekolah atau perguruan tinggi, membaca buku dan majalah, atau
mendengarkan pidato resmi yang menggunakan bahasa baku, mereka akan dapat
memahami (Samsul Hadi 2005). Jadi masalah yang timbul akibat banyaknya variasi
bahasa amiyah lebih banyak pada komunikasi lisan.
Berdasarkan fakta di atas, penulis ingin meneliti salah satu ragam bahasa
Arab lisan yang dituturkan oleh penutur asli dari Mesir dan Saudi Arabia. Setelah
mencermati dua program pembelajaran bahasa Arab melalui CD interaktif, yaitu (1)
program Arabic Made Easy yang diproduksi Smiles Productions dan (2) CD
pembelajaran “Bahasa Arab untuk Jama’ah Haji” yang diterbitkan oleh Granada
Channel Jakarta, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian terhadap
ragam bahasa yang dipakai pada kedua VCD tersebut. Ketertarikan itu disebabkan
oleh beberapa faktor berikut; (1) banyak perbedaan yang tampak pada ragam bahasa
tersebut jika dibanding dengan bahasa fushha (baku) yang selama ini dipelajari
penulis dari buku, baik secara fonologis maupun morfosintaksis, (2) sebagai bahan
ajar matakuliah fonologi bahasa Arab, deskripsi yang mendalam tentang khazanah
fonologis yang dimiliki oleh ragam bahasa Arab lisan dialek Mesir dan Saudi Arabia
merupakan sesuatu yang cukup penting untuk diajarkan, (3) dengan mengetahui
perbedaan-perbedaan fonologis antara bahasa arab fushha dan bahasa Arab dialek
Mesir dan Saudi Arabia, cakrawala kebahasaan (Arab) akan menjadi lebih luas, (4)
selama ini sejauh yang diketahui penulis, khususnya di Indonesia, hampir belum
pernah ditemukan hasil penelitian tentang dialek atau ragam bahasa lisan dari
penutur asli.
Secara umum penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bentuk-bentuk variasi
fonologis bahasa Arab lisan dialek Mesir (BADM) dan bahasa Arab dialek Saudi
Arabia (BADS). Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
bentuk variasi fonologis dalam kedua bahasa tersebut yang meliputi penggantian
bunyi, penambahan bunyi, pelesapan bunyi, dan metatesis.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan ancangan
deskriptif eksplanatoris. Dengan ancangan ini peneliti akan memaparkan secara
4
mendalam bentuk-bentuk variasi fonologis berdasarkan teori fonologi generatif.
Korpus data dalam penelitian ini berupa kata-kata dalam tuturan BADM dan BADS
yang secara fonologis mengandung penyimpangan jika dibandingkan dengan bahasa
baku. Sumber data utama penelitian ini adalah bahasa Arab ragam lisan yang
dituturkan oleh penutur asli bahasa Arab dari Mesir dan Saudi Arabia. Tuturan asli
BADM didapatkan dari VCD interaktif berjudul “Arabic Made Easy” yang
diterbitkan oleh Smiles Productions LLC 4756 University Village Place NE. Suite
223 Seattle WA 98105, sedangkan tuturan asli BADS di dapatkan dari VCD
pembelajaran “Bahasa Arab untuk Jama’ah Haji” yang diterbitkan oleh Granada
Channel Jakarta
Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan teknik representatif, yakni
penelaahan berulang-ulang terhadap sumber data dan berhenti ketika tidak ditemukan
lagi hal yang baru. Prosedur pemerolehan data tersebut secara kronologis meliputi
transkripsi data, pembacaan data secara seksama, klasifiasi data, dan reduksi data.
Setelah diklasifikasi, data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis yang
disarankan oleh Samarin (1988) dengan berbagai adaptasi sesuai dengan tujuan
penelitian ini.
Analisis itu meliputi empat langkah, yaitu (1) tabulasi data dan
penentuan simbol-simbol yang konsisten untuk keperluan analisis, (2) membuat
hipotesis-hipotesis
yang
akan
membantu
penentuan
distribusi
jenis-jenis
penyimpangan, (3) menguji hipotesis dengan menggunakan tabel distribusi yang
dikaitkan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, (4) penerapan prinsip
pasangan minimal dan distribusi komplementer. Empat langkah di atas dipadukan
dengan teknik analisis yang disarankan oleh Trubetskoy (1973), yaitu (1)
inventarisasi, (2) penentuan karakteristik kemunculan, (3) pembuatan tabel
deskriptif, (4) penentuan jenis-jenis dan bentuk penyimpangan berdasarkan kriteria
yang telah dirumuskan, (5) verivikasi, dan (6) perumusan akhir (penyimpulan).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemaparan hasil penelitian dan pembahasan ini dilakukan secara urut sesuai
masalah penelitian, dimulai dari variasi fonologis bahasa Arab lisan dialek Mesir,
kemudian dilanjutkan dengan variasi fonologis bahasa Arab dialek Saudi Arabia.
Contoh-contoh ungkapan dalam BA akan ditulis dengan menggunakan huruf Arab
5
dan disertai trasnkripsi fonetik yang mengacu pada pedoman IPA (International
Phonetics Assosiation).
Variasi Fonologis Bahasa Arab Lisan Dialek Mesir
Variasi fonologis bahasa Arab dialek Mesir (BADM) dapat dikelompokkan
menjadi empat macam, yakni (a) pengantian bunyi, (b) penambahan bunyi, (c)
pelesapan bunyi, dan (d) metatesis (penukaran tempat).
Penggantian Bunyi
Penggantian bunyi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penggantian
bunyi satu dengan bunyi lain, baik penggantian konsonan dengan konsonan, atau
vokal dengan vokal; baik penggantian itu hanya bersifat fonetis maupun fonemis.
Konsonan dalam BADM yang mempunyai variasi fonologis berupa pengantian
meliputi konsonan /ts/, /dz/, /l/, /s/, /j/, /q/, dan /?/. Berikut ini diuraikan masingmasing konsonan yang mempunyai variasi fonologis berupa penggantian.
1) Penggantian /ts/ dari [θ] mejadi [t]. Misalnya:
‫[ ثالثة‬θalaθah] ‫[ تالتة‬talatah]
Dari contoh di atas tampak bahwa konsonan /ts/ (interdental frikatif tak
bersuara) yang dalam bahasa Arab fsuha (BAF) dilafalkan dengan [θ] dalam
BADM dilafalkan dengan [t] (apiko-dental plosif takbersuara). Perubahan bunyi di
sini bukan hanya bersifat fonetis, tetapi juga fonemis, karena baik /ts/ maupun /t/
adalah anggota fonem dalam BA. Namun demikian, perubahan kata θata:θah
menjadi tala:tah dan kaθi:r menjadi kati:r dalam contoh tersebut tidak mengubah
arti, karena dalam BA ternyata tidak ditemukan kata yang berakar t-l-t dan k-t-r.
2) Penggantian /dz/ dari [ð] → [d], misalnya ‫[ هذه‬haðihi] dibaca [dih]
Pada cotoh tersebut konsonan /dz/ (interdental frikatif bersuara) yang dalam
BAF dilafalkan dengan [ð] dalam BADM biasa dilafalkan dengan [d] (apikodental plosif bersuara). Pelafalan ini terjadi baik ketika /dz/ berada di awal, di
tengah, maupun di akhir kata. Perubahan bunyi di sini bukan hanya bersifat
fonetis, tetapi juga fonemis, karena baik /dz/ maupun /d/ adalah anggota fonem
dalam BA. Namun demikian, perubahan kata ha:dzih menjadi di: dan ta’khudz
6
menjadi takhud dalam contoh tersebut tidak mengubah arti, karena dalam BAF
ternyata tidak ditemukan kata di: dan juga kata yang berakar ?-kh-d.
3) Penggantian /s/ dari [s] → [h]
Penggantian [s] dengan [h] terjadi pada morfem sa ‘akan’ yang mendahului
fi’il mudlari’ (verba imperfektif) untuk menunjukkan kala nanti. Misalnya:
‫ سأدفع‬/sa?adfa’/ ’saya akan membayar’ menjadi
‫ حادفع‬/Hadfa’/
Secara fonologis, alasan penggantian tersebut agak sulit dijelaskan, karena
antara /s/ dan /h/ tidak ada kemiripan fonetis. Daerah artikulasi /s/ berada di antar
gigi dan gusi atas, sedangkan /h/ berada di daerah faring.
4) Penggantian /l/ dari [l] → [n]
Dari data BADM ditemukan konsonan /l/ yang diucapkan dengan [n]. Namun
penggantian ini tidak bersifat umum, hanya pada kata-kata tertentu saja, yaitu
pada kata ‫[ برتقال‬burtuqa:l] ‘jeruk’. Pada kata ini /l/ diucapkan menjadi /n/,
sehingga menjadi [burtu?a:n]. Secara fonetik, kedua bunyi tersebut mempunyai
kemiripan ciri distingtif, keduanya adalah buyi alveolar bersuara. Beda antara
keduanya terletak pada cara artikulasi; /l/ diucapkan secara lateral, sedangkan /n/
nasal.
5) Penggantain /j/ dari [j] → [g]
Dalam BADM semua konsonan /j/ (fronto-palatal afrikatif bersuara) selalu
dilafalkan dengan [g] (dorso-velar plosif bersuara). Pelafalan ini terjadi baik
ketika /j/ berada di awal, di tengah, maupun di akhir kata. Contoh:
‫[ مجيل‬jami:l]
dibaca
‫[ اي حاج‬ya: haj] dibaca
[gami:l]
[ya: hag]
Dari contoh di atas tampak bahwa /j/ selalu dilafalkan [g]. Perubahan bunyi di
sini hanya bersifat fonetis, karena dalam BAF tidak ada fonem /g/, yang ada
hanya /j/ . Dengan demikian perubahan tersebut tidak akan berakibat pada
perubahan makna.
6) Penggantian /q/ dari [q] → [?]
7
Hampir semua konsonan /q/ yang dalam BAF dilafalkan [q] dalam BADM
diucapkan [?], baik kosonan tersebut berada di awal, di tengah, maupun di akhir
kata. Contoh:
‫[ حقيقي‬haqiqiy]
‫?[ اىل فندق‬ila: funduq]
dilafalkan
dilafalkan
[ha?i?iy]
[?ila: fundu?]
Secara fonologis, alasan penggantian [q] dengan [?] pada BADM lebih
bersifat fonetis. Dalam hal ini pengucapan [?] yang berada di daerah laring dirasa
lebih ringan daripada [q] yang berada di daerah uvula.
7) Penggantian /?/ → [y]
Sekalipun tidak selalu, konsonan hamzah yang dalam BAF dilafalkan dengan
[?] dalam BADM sering dilafalkan [y], terutama ketika [?] (1) berada di akhir
suku kata pendek tertutup, (2) berada di awal suku kata yang mengiringi suku
kata panjang terbuka, atau (3) berada di awal suku kata yang mengiringi sukukata
yang berakhir vokal /i/. Contoh:
‫[ أان جئت‬ana: ji?tu]
diucapkan
[ana: giyt]
‫[ ستمائة‬sittimi?ah]
diucapkan
[sittimiya]
Secara fonologis proses pergantian /?/ menjadi /y/ pada BADM dapat dikatakan
sebagai proses pelemahan bunyi (lenition). Pengucapan [?] memerlukan energi
yang lebih banyak, karena memerlukan penutupan pita suara kemudian
melepaskannya kembali (plosif), sedangkan pengucapan [y] lebih ringan karena
menyerupai vokal.
Penggantian vokal dengan vokal
Vokal dalam BADM yang diucapkan berbeda dengan BAF meliputi vokal /a/
menjadi /i/, diftong /ai/ menjadi [e:], dan diftong /au/ menjadi /o:/.
1) Penggantian [a] → [i]
Dalam BADM vokal /a/ pada silabel pertama dalam satu nomina, atau pada
ta’ mudlara’ah pada verba, cenderung diucapkan /i/. Contoh:
‫?[ أنت‬anta] ‘kamu’
‫[ ميني‬yami:n] ‘kanan’
2) Penggantian /ai/ → [e:]
diucapkan
[?inta]
diucapkan
[yimi:n]
8
Diftong /ai/ termasuk diftong yang frekuensi kemunculannya cukup tinggi.
Diftong ini biasanya berada pada nomina dan tidak ada pada verba kecuali verba
yang akar kata ketiganya berupa /y/ kemudian diikuti dlamir rafa’ mutahar-rik
(kata ganti orang pertama dan kedua yang menjadi subjek dari verba tersebut).
Dalam BADM diftong tersebut biasa diucapkan /e:/. Contoh:
‫[ الليلة‬al-lailah] diucapkan
‫[ الليلة‬il-le:la]
‫[ البيت‬al-bait]
‫[ البيت‬il-be:t]
diucapkan
Pada kedua contoh di atas tampak bahwa /ai/ dalam BADM selalu diucapkan
/e:/. Penggantian ini tidak bersifat fonemis tetapi hanya fonetis, karena dalam
BAF tidak dikenal adanya vokal /e:/. Dengan demikian perubahan pengucapan
tersebut tidak berimplikasi pada perubahan arti.
3) Pengantian /au/ → [o:]
Selain /ai/, dalam BAF juga dikenal adanya diftong /au/. Diftong ini biasanya
berada pada nomina, kata tugas, dan pada verba yang akar kata ketiganya berupa
/w/ kemudian diikuti dlamir rafa’ mutahar-rik (kata ganti orang pertama dan
kedua yang menjadi subjek dari verba tersebut). Dalam BADM diftong /au/ pada
nomina biasa diucapkan /o:/. Contoh:
‫[ اليوم‬al-yaum] dilafalkan [il-yo:m]
‫[ الدور‬al-daur] dilafalkan [id-do:r]
Penambahan Bunyi
Penambahan bunyi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penambahan satu
atau lebih unsur bunyi pada suatu kata atau frase, baik berupa penambahan vokal,
konsonan, maupun gabungan vokal-konsonan. Variasi bahasa lisan yang berupa
penambahan bunyi dalam BADM meliputi penambahan bunyi di awal kata
(protesis), penambahan bunyi di tengah (epentesis), dan penambahan bunyi di akhir
(paragog).
Dalam BADM terdapat dua bunyi yang ditambahkan di awal kata, yaitu bunyi
?i- yang ditambahkan di awal verba imperatif dan bunyi bi- yang ditambahkan di
awal verba perfektif dan imperfektif. Contoh:
‫[ تفضل‬tafaddal]
diucapkan
‫[ إتفضل‬itfaddal]
9
‫[ تتكلم‬tatakallam]
diucapkan
‫[ بتتكلم‬bitatkallam]
Jika dikembalikan pada BAF, penambahan bi- di depan verba merupakan struktur
BA yang tidak berterima, karena bi dikenal sebagai preposisi yang hanya dapat
mendahului nomina, dan tidak dapat mendahului verba. Namun demikian fenomena
ini merupakan kebiasaan yang lazim terjadi pada BADM.
Penambahan Bunyi di Tengah
Penambahan bunyi di tengah kata (epentesis) dalam BADM hampir tidak
ditemukan. Satu-satunya bentuk penambahan bunyi di tengah kata adalah geminasi
(tasydid) semivokal /y/ pada kata hiya ‘dia perempuan’ dan geminasi /w/ pada kata
huwa ‘dia laki-laki’. Dengan demikian keduanya diucapkan hiyya dan huwwa.
Kebiasaan menggeminasi /y/ dan /w/ ini juga terjadi pada beberapa suku lain di
jazirah Arab, seperti suku Hamdan (periksa Hilal, 1998).
Penambahan Bunyi di Akhir
Penambahan bunyi di akhir kata yang ditemukan dalam BADM dapat dilihat
pada contoh berikut:
‫[ معي‬ma’iy]
‫?[ أخي‬axiy]
diucapkan
diucapkan
‫[ معااي‬ma’ay:a]
‫?[ أخواي‬axuya]
Pada kedua contoh di atas terdapat penambahan vokal /a/ sesudah ya’ mutakallim
/y/. Pada contoh pertama kata ma’iy merupakan frase yang terdiri atas dua kata,
yakni ma’a ‘dan –y ‘ku’ mejadi ma’ay kemudian ditambah vokal /a/ di akhir kata.
Pada contoh kedua, kata akh ‘saudara (lk) digandeng dengan -y mejadi axiy lalu
dalam BADM diucapkan [axuyya].
Pelesapan Bunyi
Pelesapan bunyi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelesapan satu
atau lebih unsur bunyi pada suatu kata atau frase, baik berupa pelesapan vokal
maupun konsonan. Pelesapan bunyi dalam BADM ada yang di awal kata, di tengah
dan di akhir.
Pelesapan Bunyi di Awal Kata
10
Pelesapan bunyi di awal kata yang ditemukan dalam BADM kebanyakan berupa
pelesapan /?/ dan vokal yang mengikutinya. Contoh:
‫[ يف أين‬fi: ?aina]
‫[ من أين‬min ?aina]
diucapkan
diucapkan
‫[ فني‬fi:n]
‫[ منني‬mini:n]
Pada contoh pertama, proses yang terjadi adalah penggabungan dua kata fi: dan
?aina menjadi (seperti) satu kata [fi:n] dengan cara melesapkan silabel awal ?a pada
kata ?aina dan pelesapan vokal /a/ yang berada di akhir kata tersebut. Demikian pula
proses yang terjadi pada contoh 2. Pada contoh tersebut kata min dan ?aina digabung
menjadi satu dengan melesapkan silabel ?a pada kata ?aina. Jadi min ?aina →
[mini:n].
Pelesapan Bunyi di Tengah Kata
Pelesapan bunyi di tengah kata tidak banyak dijumpai dalam BADM. Beberapa
contoh yang ditemukan adalah berikut ini.
1
2
3
4
‫[ أتخذ ين‬ta?xuðuni]
‫?[ أان جئت‬ana ji?tu]
‫?[ أان اتئه‬ana ta:?ih]
‫‘[ عيادته‬ia:datuh]
‫[ ختد ين‬taxudni]
‫?[ أان جيت‬ana gi:t]
‫?[ أان اتيه‬ana ta:?ih]
‫‘[ عيادته‬ia:dtuh]
Kamu membawaku (Pelesapan /?/)
Saya datang
(Pelesapan /?/)
Saya lelah
(Pelesapan /?/)
prakteknya
(Pelesapan /a/)
Pada contoh 1 di atas terjadi pelesapan /?/ pada silabel pertama dari kata ta?xuð
menjadi [taxud]; pada contoh 2 juga terjadi pelesapan /?/ pada verba ji?tu menjadi
[git]; demikian pula pada contoh 3, juga terjadi pelesapan /?/ pada kata ta:?ih
menjadi [ta:ih]. Adapun pada contoh 4 yang dilesapkan adalah vokal /a/ setelah /d/
pada kata ’iya:datuh menjadi [”iya:dtuh]. Pelesapan-pelesapan tersebut jika ditinjau
dari aspek fonologi merupakan usaha untuk mempersingkat penguca-pan. Hal ini
sesuai dengan prinsip bahwa semua orang cenderung untuk mencari cara yang paling
ringan dalam berbahasa.
Pelesapan bunyi di Akhir Kata
Pelesapan bunyi di akhir kata dalam BADM ada yang berupa pelesapan
vokal, pelesapan konsonan, dan pelesapan silabel. Pelesapan konsonan biasanya
11
terjadi pada isim mu’annats (nomina feminin) yaitu dengan cara pelesapan konsonan
/h/ atau /t/ yang merupakan penanda ta’nits. Pelesapan vokal biasanya terjadi di akhir
verba, sedangkan pelesapan silabel terjadi pada kata-kata tertentu. Contoh:
No
BAF
BADM
Arti
Keterangan
1
‫[ أسورة‬aswirah]
‫[ أسورة‬aswira]
Gelang
2
‫[ أي خدمة‬ayy
xidma]
‫[بتتكلم‬bitatkallam]
Perlu dibantu?
3
‫[ أي خدمة‬ayya
xidmah]
‫[ تتكلم‬tatakallamu]
4
‫[ الذي‬al-laði:]
‫[ الذي‬el-li]
Yang (kata
penghubung)
Pelesapan
konsonan /h/
Pelesapan
konsonan /h/
Pelesapan
vokal/u/
Pelesapan
silabel /ði:/
Kamu berbicara
Pada contoh 1 dan 2 di atas terlihat bahwa /h/ atau /t/ penanda ta’nits pada
kata aswirah dan xidmah dilesapkan. Sementara pada contoh 3 vokal /u/ yang berada
di akhir verba imperfektif ta’rif dan tatakallam juga dilesapkan. Contoh 3ada tabel di
atas mengandung pelesapan silabel, yaitu /-ði:/ dari kata al-laði: pada contoh 4 /-tu/
dari kata tasarraqtu pada contoh 6. Alasan pelesapan-pelesapan tersebut tidak lain
adalah untuk efisiensi pengucapan.
2. Metatesis
Metatesis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penukaran tempat,
yakni penukaran tempat (urutan) suatu vokal dengan vokal lain, penukaran konsonan
dengan konsonan lain atau antara vokal dan konsonan yang keduanya merupakan
unsur pembentuk suatu kata.
Metatesis jarang terjadi dalam BADM. Tercatat hanya ada dua kata yang
mengandung proses metatesis, yaitu seperti yang dapat dilihat pada contoh berikut.
No BAF
BADM
Arti
Keterangan
Pertukaran tempat
antara vokal /a/ dan
/i/
Pertukaran tempat
antara vokal /a/ dan
/i/
1
‫‘[ عند حضرتك‬inda
hadratik]
‫‘[ عند حضرتك‬inda
hadritak]
Anda punya ...
2
‫[ ترجع‬tarji’]
‫[ ترجع‬tirga’]
Anda pulang
12
Dari contoh di atas terlihat bahwa kata hadratik dengan struktur vokal a-a-i
pada BAF berubah menjadi [hadritak] dengan struktur vokal a-i-a pada BADM. Pada
contoh 2 kata tarji’ dengan struktur vokal a-i berubah menjadi tirga’ dengan struktur
vokal i-a pada BADM.
Variasi Fonologis Bahasa Arab Lisan Dialek Saudi Arabia
Variasi fonologis Bahasa Arab Dialek Saudi Arabia (BADS) meliputi penggantian bunyi, penambahan bunyi, dan pelesapan.
Penggantian Bunyi
Penggantian dalam BADS meliputi penggantian konsonan dengan konsonan
dan penggantian vokal dengan vokal. Berikut ini dijelaskan hasil analisis data yang
berkaitan dengan proses penggantian tersebut.
Penggantian konsonan dengan konsonan
Penggantian konsonan dengan konsonan pada BADS hanya terjadi pada tiga
konsonan, yaitu konsonan /dz/, /ts/ dan /?/.
1) Perubahan /dz/ dari [ð] → [d]
Dalam BADS konsonan /dz/ (interdental frikatif bersuara) yang secara fusha
diucapkan [ð] sering berubah menjadi /d/ (dentalveolar plosif bersuara). Perubahan
ini biasa terjadi ketika /dz/ berposisi di akhir kata atau berada di akhir suku kata
tertutup. Perhatikan contoh berikut.
‫[تفضل خذ‬tafaddal xuð]
‫[ ذااحلني‬ðal hi:n]
dibaca
[tafaddal xud] 'Silakan ambil'
dibaca
[da hǽn] 'Sekarang'
Pada contoh 1 di atas tampak bahwa [ð] pada kata xuð berubah menjadi [d].
Demikian pula pada contoh 2, /ð/ pada kata ða: ‘ini’ berubah menjadi [d]. Perubahan
ini sama dengan yang terjadi pada dialek Mesir dan tujuannya adalah untuk
memperingan pengucapan, karena secara fonetis fonem /ð/ yang frikatif lebih berat
diucapkan dari pada /d/ yang plosif.
2) Perubahan /ts/ dari [θ] menjadi [t]
13
Dalam BADS / /ts/ (interdendal frikatif tak bersuara) sering dilafalkan dengan
[t] (interdental plosif tak bersuara). Contoh:
‫[ خذ يف ثالجة‬xuð fi: θalla:jah] dibaca [xud fi: talla:jah] 'Ambil di kulkas'
‫[ مثانية عررة‬θama:niya ašrah] dibaca [tama:nta ‘ašr] 'delapan belas'
Dari contoh 1 di atas terlihat bahwa konsonan /ts/ pada kata tsallajah diucapkan
[t]. Demikian juga pada contoh 2, /ts/ pada tsamaniyah diucapkan [t]. Secara
fonologis perubahan tersebut sesuai dengan prinsip perkembangan bunyi bahasa
manusia cenderung menempuh cara yang termudah dalam melakukan segala sesuatu,
termasuk dalam mengucapkan bunyi bahasa (periksa Anis 1979).
3) Perubahan /?/ mejadi [y]
Konsonan /?/ dalam BADS juga sering berubah menjadi [y]. Contoh:
1
‫?[ أبغى ماء‬bgha: ma:?]
2
3
‫[ أان اتئه‬ana: ta:?ih]
‫[ ستمائة‬sittimi?ah]
dibaca ‫?[ أبغى مواي‬abgha: muya] 'saya mau air'
dibaca ‫[ أان اتيه‬ana: ta:yih] 'saya tersesat'
dibaca ‫[ ستمية‬sittimiya] 'enam ratus'
Pada contoh 1 di atas terjadi perubahan pengucapan /?/ menjadi [y]. Selain
perubahan pengucapan dalam contoh tersebut juga terdapat perubahan vokal dari /a/
menjadi /u/ dan penambahan vokal /a/ setelah /y/. Pada contoh 2 /?/ pada kata ta:?ih
diubah menjadi [y] sehingga menjadi ta:yih. Pada contoh 3, /?/ pada kata mi?ah
berubah menjadi [y] sehingga dibaca miyah. Bunyi /y/ adalah bunyi likuida (shaut
ma?i') yang pengucapannya hampir tidak mengalami hambatan pada ruang
resonansi, sedangkan /?/ lebih berat karena mengalami hambatan penuh pada laring.
Penggantian vokal dengan vokal
Penggantian vokal dengan vokal pada BADS meliputi penggantian /a/ dengan
/i/, dan penggantian diftong /au/ dengan /o/ dan /ai/ dengan /e/. Contoh:
‫[ من أنت‬man ?anta]
dibaca
‫[ أي شيئ تبغى‬ayyu šai? tabgha] dibaca
‫[ من أنت‬min inta] 'siapa anda?'
‫[ أيش تبغى‬e:š tibgha] 'perlu apa?'
‫[ الثوب‬al-θaub]
[al-θo:b]
dibaca
'pakaian'
14
Pada contoh 1 di atas vokal /a/ pada kata man diucapkan [i], demikian pula /a/
pada anta juga diucapkan [i]. Pada contoh 2 /a/ yang mengiringi (ta’ mudlara’ah)
pada kata tabga: juga diucapkan [i], sedangkan pada contoh 3 diftong /au/ pada
θau:b diucapkan [o:].
Penambahan Bunyi
Penambahan bunyi dalam BADS hanya ada di awal dan akhir kata, sedangkan
penambahan di tengah kata tidak ditemukan.
Penambahan bunyi di awal
Penambahan bunyi di awal kata dalam BADS jarang terjadi. Satu-satunya
data yang menunjukkan adanya penambahan bunyi di awal adalah pada frase ‫من أين؟‬
[min ?aina?] ’dari mana?’. Frase tersebut dalam BADS diucapkan ‫[ من فني‬min fe:n]. Di
sini tambahannya berupa konsonan /f-/ yang mendahului ?aina setelah /?/ dilesapkan
terlebih dahulu.
Penambahan bunyi di akhir
Penambahan bunyi di akhir kata dalam BADS sama dengan yang terjadi dalam
BADM, yaitu penambahan vokal /a/ setelah ya’ mutakallim (kata ganti orang
pertama tunggal) yang berfungsi sebagai enklitik. Contoh:
1
2
‫[ معي‬ma’iy]
‫?[ أخي‬axiy]
dibaca
dibaca
‫[ معااي‬ma’ay:a] 'Bersamaku'
‫?[ أخواي‬axuya] 'Saudaraku'
Pada kedua contoh di atas terdapat penambahan vokal /a/ sesudah ya’
mutakallim. Pada contoh 1 kata ma’iy merupakan frase yang terdiri atas dua kata,
yakni ma’a dan –y mejadi ma’ay. Kemudian vokal /a/ di akhir kata ma’a diganti
dengan /i/ untuk menyesuaikan dengan /y/. Kemudian frase tersebut diucapkan
ma’a:ya dengan penambahan /a/ sesudah /y/. Pada contoh 2 kata akh digandeng
dengan y mejadi axiy kemudian diucapkan axuyya.
Pelesapan Bunyi
Pelesapan bunyi dalam BADS meliputi pelesapan bunyi di awal, di tengah,
dan di akhir kata.
15
Pelesapan bunyi di awal
Pelesapan bunyi di awal kata hanya ditemukan dalam dua kata, yaitu seperti
dijelaskan pada contoh berikut.
1
2
‫[ اي أخي‬ya ?axiy] dibaca ‫[ اي خوي‬ya xu:ya] 'hai saudaraku!
‫?[ أرين‬ariny]
dibaca ‫[ ريين‬ri:ny] 'tunjukkan padaku'
Pada contoh di atas /?/ pada kata ?axiy ‘saudaraku’ dan pada kata ?ariniy
‘tunjukkan padaku’ dilesapkan. Pada contoh 1 selain terjadi pelesapan /?/ juga terjadi
perubahan vokal setelah kata ax yang sebelumnya berupa /i/ untuk menyesuaikan
dengan y ‘aku’ berubah mejadi /u/, sedangkan pada contoh 2 selain pelesapan /?/
juga terjadi pemanjangan vokal /i/ setelah /r/.
Pelesapan bunyi di tengah
Pelesapan bunyi di tengah kata dalam BADS ada yang berupa pelesapan
konsonan dan ada pelesapan vokal. Contoh:
1
2
3
4
‫‘[ على شأن‬ala: ša?ni]
dibaca
‫[ ما عليه‬ma: ‘alaih]
dibaca
‫ألي شيء‬
ّ [li?ayyi šay’] dibaca
‫[ مخسة عرر‬xamsata ‘ašar] dibaca
‫‘[ علران‬alašan] 'karena'
‫[ معليش‬ma‘leiš] 'tidak apa-apa'
‫[ ليش‬le:š] 'mengapa?'
‫[ مخسة شر‬xamstašar] 'lima belas'
Pada contoh 1 di atas terdapat pelesapan konsonan /?/ pada kata ša?n →
[šan]. Pada contoh 2 terdapat pelesapan vokal /a/ setelah /’/ pada kata ‘alaih →
[‘leiš]. Selain pelesapan, pada kata tersebut juga terdapat penggantian konsonan
/h/ menjadi [š]. Pada contoh 3 frase li ?ayyi šay’ dilafalkan [le:š] dengan
pelesapan /?/ pada ?ay dan pelesapan –ay’ pada šay’. Pada contoh 4 terdapat dua
pelesapan, yaitu (1) pelesapan vokal /a/ pada kata xamsata → [xamsta] dan (2)
pelesapan silabel ’a- pada kata ’ašar sehingga menjadi hanya –šar, jadi xamsata
’ašar → [xamsta šar].
Pelesapan bunyi di akhir
Pelesapan bunyi di akhir kata dalam BADS berupa pelesapan vokal,
pelesapan konsonan, dan ada juga yang berupa pelesapan silabel. Pelesapan
konsonan biasanya terjadi pada isim mu’annats yaitu dengan cara pelesapan
konsonan /h/ atau /t/ yang merupakan penanda feminin. Pelesapan vokal biasanya
16
terjadi di akhir verba, sedangkan pelesapan silabel terjadi pada kata-kata tertentu.
Contoh:
1
2
3
4
‫[ اللغة العربية‬al-lugah al-‘arabiyyah] dibaca
‫[ تسكن‬taskunu] dibaca ‫[ تسكن‬taskun]
‫[ وأنت‬wa ?anta] dibaca ‫[ وأن‬wa ?an]
‫[ الذي‬al-laði:] dibaca ‫[ ّال‬el-le:]
‫العرب‬
ّ ‫[ اللغ‬al-lugal-‘arabiyya]
'Anda tinggal'
'dan kamu?'
'yang (kata penghubung)'
Pada contoh 1 di atas terlihat bahwa /h/ atau /t/ penanda ta’nits (feminin)
pada kata lugah dan ’arabiyyah dilesapkan. Sementara pada contoh 2 vokal /u/ yang
berada di akhir verba imperfektif taskun juga dilesapkan. Contoh 3 mengandung
pelesapan /-ta/ dari kata anta ’kamu’. Sebetulnya dalam kasus seperti ini yang
dilesapkan bukan silabel /-ta/ yang terdiri atas konsonan /t/ dan vokal /a/, tetapi
hanya vokal /a/ saja. Jadi pelafalannya adalah ant. Namun karena silabel ini berada di
akhir kata, sedangkan titik artikulasi /n/ dan /t/ sama, maka seakan-akan /t/ tidak
dilafalkan. Sementara contoh 4 mengandung pelesapan silabel /-ði:/ dari kata allaði:. Setelah pelesapan, pelafalan kata tersebut tidak menjadi [al-la:] tetapi [al-le:]
dengan perubahan vokal /a/ menjadi /e/.
Perbandingan Variasi Fonologis antara BADM dan BADS
Dari pembahasan di atas terlihat adanya berbagai perbedaan variasi fonologis
antara BADM dan BADM. Berikut ini dilakukan analisis kontrastif antara variasi
fonologis pada BADM dan BADS.
Perbandingan Variasi Penggantian Bunyi
Terdapat beberapa persamaan dan perbedaan dalam penggantian bunyi antara
BADM dan BADS. Dalam BADM terdapat tujuh konsonan dan tiga vokal yang
mempunyai variasi berupa penggantian. Konsonan yang mengalami penggantian
adalah /ts/, /dz/, /l/, /s/, /j/, /q/, dan /?/, sedangkan vokal meliputi /a/, /ai/ dan /au/.
Sementara dalam BADS konsonan yang mengalami penggantian hanya ada tiga,
yaitu /dz/, /ts/ dan /?/, sedangkan vokal juga ada tiga, yaitu /a/, /ai/ dan /au.
Untuk lebih jelasnya, perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel 1 berikut.
Tabel 1 Perbedaan penggantian bunyi antara BADM dan BADS.
No Fonem
BAF
Variasi BADM
Variasi BADS
Keterangan
17
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
/ts/
/dz/
/s/
/l/
/j/
/q/
/?/
/a/
/ai/
/au/
[t]
[d]
[H]
[n]
[g]
[?]
[y]
[i]
[e]
[o]
[t]
[d]
[y]
[i]
[e]
[o]
Sama
Sama
Berbeda
Berbeda
Berbeda
Berbeda
Sama
Sama
Sama
sama
Perbandingan Variasi Penambahan Bunyi
Dalam BADM terdapat penambahan bunyi mencakup penambahan di awal, di
tengah, dan di akhir kata. Sementara dalam BADS hanya di awal dan di akhir.
Penambahan bunyi di awal pada BADM meliputi penambahan unsur ?i-, bi- dan fi:,
sementara dalam BADS hanya ada penambahan fi:. Penambahan di akhir kata tidk
ada perbedaan antara BADM dan BADS. Untuk lebih jelasnya, perbedaan tersebut
dapat dilihat pada tabel 2 berikut.
Tabel 2 Perbandingan penambahan bunyi antara BADM dan BADS.
No
Variasi BADM
Tambahan
Contoh
?i
?itfaddal
Di awal BiBitatkallam
Fi:
Fi:n
Di
Syiddah huwwa
tengah
Axu:ya
Di akhir
-a
Ma’a:ya
Tempat
Variasi BADS
Tambahan
contoh
Fi:
Fi:
-a
Keterangan
BADM
lebih
variatif
daripada
BADS
Axu:ya
Ma’a:ya
Perbandingan Variasi Pelesapan Bunyi
Pelesapan bunyi dalam BADM dan BADS terjadi baik di awal kata, di tengah,
maupun di akhir ujaran. Variasinya pun juga hampir sama, ada yang berupa
pelesapan konsonan, vokal, dan silabel. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
3 berikut.
Tabel 3 Perbandingan pelesapan bunyi di awal antara BADM dan BADS
No
Tempat
Variasi BADM
Variasi BADS
Keterangan
18
1
2
3
Asal
?ixda:
Di awal
‘ašar
Di tengah ta?xud
Ji?tu
aswirah
Di akhir ta’rifu
Laði:
Variasi
xida:
-šar
taxuð
Jit
Aswira
ta’rif
Asal
?axiy
‘ašar
ša?n
Ma?alaih
Lugah
taskunu
variasi
Xu:ya
-šar
šan
Ma?leš
luga
taskun
le:
Laði:
le:
Pelesapan /?/
Pelesapan /’a/
Pelesapan /?/
Pelesapan /h/
Pelesapan /u/
pelesapan /-ði/
2. Perbandingan Variasi Metatesis
Variasi fonologis yang berupa metatesis hanya terjadi dalam BADM,
sementara dalam BADS tidak ditemukan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
dalam hal ini BADM lebih variatif daripada BADS.
SIMPULAN
Dari hasil pembahasan di atas disimpulkan bahwa ragam bahasa amiyah
dialek Mesir dan Saudi Arabia mempunyai banyak variasi fonologis yang berbeda
dengan bahasa baku. Variasi fonologis itu dikelompokkan menjadi empat macam,
yakni (a) penggantian bunyi, (b) penambahan bunyi, (c) pelesapan bunyi, dan (d)
metatesis. Dalam BADM terdapat tujuh konsonan yang mengalami penggantian
bunyi, yaitu /ts/ → [t], /dz/→ [d], /l/ → [n], /s/ → /h/, /j/ → [g], /q/→ [?], dan /?/ →
[y], sedangkan vokal yang mempunyai variasi berupa pengganti-an meliputi vokal /a/
→ [i], diftong /ai/ → [e:], dan diftong /au/ → [o:]. Variasi yang berupa penambahan
bunyi dalam BADM meliputi penambahan bunyi di awal kata, di tengah, dan di
akhir. Penambahan bunyi di awal kata meliputi bunyi ?i- yang ditambahkan di awal
verba imperatif dan bunyi bi- yang ditambahkan di awal verba perfektif dan
imperfektif. Penambahan bunyi di tengah kata berupa geminasi (tasydid) semivokal
/y/ pada kata hiya dan geminasi /w/ pada kata. Penambahan bunyi di akhir kata
berupa penambahan vokal /a/ sesudah ya’ mutakallim.
Pelesapan bunyi dalam BADM ada yang di awal kata, di tengah dan di akhir.
Pelesapan bunyi di awal kata kebanyakan berupa pelesapan /?/ dan vokal yang
mengikutinya. Pelesapan bunyi di tengah kata berupa pelesapan /?/ dan vokal /a/.
Metatesis jarang terjadi dalam BADM. Tercatat hanya ada dua kata yang
mengandung proses metatesis, yaitu (a) verba dengan struktur vokal a-a-i pada BAF
19
berubah menjadi a-i-a pada BADM, dan (b) kata dengan struktur vokal a-i berubah
menjadi i-a.
Dalam BADS, variasi yang berupa penggantian bunyi meliputi penggantian
konsonan dengan konsonan dan vokal dengan vokal. Ada tiga konsonan yang
mengalami perubahan, yaitu konsonan /dz/ → [d], /ts/ → [t] dan /?/→ [y], sedangkan
perubahan vokal meliputi vokal /a/ → [i], diftong /ai/ → [e:], dan diftong /au/ → [o:].
Penambahan bunyi dalam BADS hanya ada di awal dan akhir kata, sedangkan
penambahan di tengah kata tidak ditemukan. Penambahan bunyi di awal jarang
terjadi, sedangkan penambahan bunyi di akhir kata berupa penambahan vokal /a/
setelah ya’ mutakallim yang berfungsi sebagai enklitik.
Pelesapan bunyi dalam BADS meliputi pelesapan bunyi di awal, di tengah,
dan di akhir kata. Pelesapan bunyi di awal kata jarang terjadi. Pelesapan bunyi di
tengah kata ada yang berupa pelesapan konsonan dan ada pelesapan vokal. Pelesapan
bunyi di akhir kata berupa berupa pelesapan vokal, pelesapan konsonan, dan
pelesapan silabel. Dalam BADS tidak ditemukan variasi fonologis yang berupa
metatesis. Secara umum BADM lebih kaya variasi daripada BADS, baik dalam
penggantian bunyi, pelesapan, maupun metatesis.
DAFTAR RUJUKAN
Abul Fath, Utsman ibn Ginniy (wafat 392 H). 1985. Sirru Shina'atil I'rab ‘Rahasia
I’rab’. Tahqi:q (Penyuntung): Hasan Handawi. Damaskus: Darul Qalam
Al-Fadlali, Abdul Hadi. 1986. Mara:kiz ad-Dira:sat an-Nahwiyyah. Yordania:
Maktabah Al-Manar
Al-Husain, Sa'ud Abdullah.1991. Al-Lughah al Arabiyyah fi: Muwa: jahah atTahaddiya:t. Makalah disampaikan pada An-Nadwah 'an al-Lughah alArabiyyah bi Munasabat Dzikra: 64 'A:m li Ma'had at-Tarbiyah alIslamiyyah al-Haditsah Gontor.
Ammon, Ulrich; Norbert Dittmar, Klaus J. Mattheier (Eds). 1988. Sociolinguistics;
Second Volume. New York: de Gruyter
Badri, Kamal Ibrahim. 1987. Ilmul Lughah al-Mubarmaj, Al-Ashwa:t ‘Fonologi’..
Riyadh: Jami’atul Imam Muhammad bin Saud.
Hidayat, D. 2005. Mencairkan Kebekuan Komunikasi dalam Bahasa Arab Lisan.
Makalah pada Pertemuan Ilmiah Bahasa Arab III, Jakarta
Hilal, Abdul Ghaffar Hamid. 1998. Al-Lahaja:t al-'Arabiyyah Nasy'atan wa
Tathawwuran. Cairo: Darul Fikr al-Arabi
20
Jensen, John Tillotson. 1990. Morphology, Word Sructure in Generative Grammar.
Amsterdam/Philadelphia: John Benjamins Publishing Company.
Kholisin. 2001. Pola Asimilasi dalam Bahasa Arab: Sebuah Kajian Morfofonemis.
Tesis Program Studi Linguistik Program Pasca Sarjana UI Jakarta, tidak
diterbitkan.
Samarin, William J. 1988. Ilmu Bahasa Lapangan. Terjemahan J. S. Badudu.
Yogyakarta: Kanisius
Syahin, Taufiq M. 1980.‘Awa:mil Tanmiyat al-Luah al-‘Arabiyyah. Cairo:
Maktabah Wahbah
Syamsul Hadi. 2005. Perkembangan Mutakhir dalam Bahasa Arab. Pidato
Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta 2005
Umar, A. Mukhtar. 1985. Dira:satus Shautil Lughawiy ‘Fonologi’. Cairo: Alamul
Kutub.
Versteegh, Kees. 1997. The Arabic Language. Edinburgh: Edinburgh University
Press
Download