VARIASI FONOLOGIS BAHASA ARAB LISAN DIALEK MESIR DAN SAUDI ARABIA Drs. Kholisin, M.Hum Abstrak: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bentuk-bentuk variasi fonologis bahasa Arab lisan dialek Mesir dan Saudi Arabia yang berupa penggantian bunyi, penambahan bunyi, pelesapan bunyi, dan metatesis. Korpus data dalam penelitian ini berupa kata-kata dalam tuturan bahasa Arab dialek Mesir dan Saudi Arabia yang secara fonologis berbeda dengan bahasa baku. Sumber data penelitian ini adalah bahasa Arab lisan yang dituturkan oleh penutur asli bahasa Arab dari Mesir dan Saudi Arabia yang terekam dalam CD interaktif pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahasa amiyah dialek Mesir dan Saudi Arabia mempunyai banyak variasi fonologis yang berbeda dengan bahasa fusha. Variasi fonologis itu berupa (a) penggantian bunyi, (b) penambahan bunyi, (c) pelesapan bunyi, dan (d) metatesis (penukaran tempat). Penggantian bunyi dalam Bahasa Arab dialek Mesir (BADM) meliputi penggantian konsonan dengan konsonan dan vokal dengan vokal. Penambahan bunyi meliputi penambahan bunyi di awal kata, di tengah, dan di akhir. Pelesapan bunyi ada yang di awal kata, di tengah dan di akhir. Metatesis jarang terjadi dalam BADM. Penggantian bunyi dalam Bahasa Arab Dialek Saudi (BADS) meliputi penggantian konsonan dengan konsonan dan vokal dengan vokal. Penambahan bunyi hanya ada di awal dan di akhir kata, sedangkan penambahan di tengah kata tidak ditemukan. Pelesapan bunyi meliputi pelesapan bunyi di awal, di tengah, dan di akhir kata. Dalam BADS tidak ditemukan variasi fonologis yang berupa metatesis. Secara umum BADM lebih kaya variasi daripada BADS, baik dalam penggantian bunyi, pelesapan, maupun metatesis. Kata-kata kunci: fonologi, variasi bahasa, bahasa Arab, amiyah Salah satu masalah yang dihadapi oleh (hampir) seluruh Program Studi Bahasa (Sastra) Arab di perguruan tinggi adalah keengganan mahasiswa untuk menggunakan bahasa Arab dalam komunikasi sehari-hari di kelas, di asrama, atau dalam situasisituasi khusus yang mengggunakan bahasa pengantar bahasa Arab (seperti seminar khusus bahasa Arab). Padahal mereka telah mendapatkan matakuliah kalam Dosen Jurusan Sastra Arab Fak. Sastra Universitas Negeri Malang, HP 08155510335, email: [email protected] 2 (kemahiran berbicara) dengan jumlah satuan kredit semester (sks) yang cukup dan telah dilatih secara intensif dalam waktu yang cukup memadai. Keengganan itu menurut Hidayat (2005) disebabkan karena mereka merasa terlalu sulit untuk berbicara dengan bahasa Arab. Kebekuan perilaku kebahasaan mereka itu disebabkan karena materi yang diajarkan dan dilatihkan di kelas adalah ragam bahasa tulis (bahasa Arab fushha, bahasa baku) dengan tingkat formalitas yang cukup tinggi. Di lain pihak, mereka dipaksa untuk memungsikan bahasa tulis tersebut sebagai bahasa lisan (spoken language) yang seharusnya bersifat komunikatif, konsultatif, santai, dan intim, yang secara morfologis maupun sintaksis, dalam batas-batas tertentu, berbeda dengan bahasa fushha. Jika dipetakan secara garis besar, bahasa Arab terbagi atas dua ragam, yakni (a) ragam bahasa Arab baku (fusha) atau sering disebut formal language yang dipakai sebagai bahasa resmi, yang merupakan perkembangan kembali bahasa Arab Klasik dan bahasa yang dipakai dalam Al-Qur,an dan Hadits, dan (b) ragam bahasa Arab 'Amiyah (bahasa sehari-hari, bahasa pasaran, atau bahasa gaul) atau sering disebut in-formal language yang dipakai sebagai bahasa komunikasi non-formal sehari-hari. Kedua jenis ini masing-masing mempunyai dialek geografis. Perbedaan dialek geografis bahasa Arab baku tidak mencolok, misalnya /j/ diucapkan dengan [g] di Mesir, sementara di daerah Saudi Arabia dan sekitarnya [g] adalah realisasi pengucapan dari /q/. Perbedaan semacam ini masih mudah dimengerti oleh orangorang non-Arab. Lain halnya dengan bahasa 'Amiyah. Perbedaan bahasa 'amiyah antara dialek satu dengan lainnya sering kali sangat jauh, sehingga orang non-Arab akan menemukan banyak kesulitan dalam memahaminya. Misalnya, ungkapan 'ayna tadzhab? 'Mau pergi ke mana?' dalam dialek amiyah Sudan diucapkan 'masyi wain?', sementara dalam dialek amiyah Irak diucapkan 'win rayh?' . Kedua variasi di atas bukan hanya pada segi fonetis, tetapi lebih pada pilihan kata. Ungkapan ‘masyi: wain?’ pada dialek Sudan di atas jika dilacak ke bahasa baku, berasal dari kalimat ‘(anta) ma:sy:?aina?’ (anda berjalan ke mana?), sedangkan ungkapan ’win rayh?’ berasal dari ‘’aina taru:h’ (kemana Anda pergi?). Dengan perbedaan seperti itu orang-orang Indonesia (non-Arab pada umumnya) yang telah belajar bahasa Arab di negaranya, masih akan mengalami 3 kesulitan komunikasi ketika berkunjung ke negara-negara Arab, karena bahasa sehari-hari yang dipakai adalah bahasa 'amiyah. Akan tetapi untuk mengikuti pelajaran di sekolah-sekolah atau perguruan tinggi, membaca buku dan majalah, atau mendengarkan pidato resmi yang menggunakan bahasa baku, mereka akan dapat memahami (Samsul Hadi 2005). Jadi masalah yang timbul akibat banyaknya variasi bahasa amiyah lebih banyak pada komunikasi lisan. Berdasarkan fakta di atas, penulis ingin meneliti salah satu ragam bahasa Arab lisan yang dituturkan oleh penutur asli dari Mesir dan Saudi Arabia. Setelah mencermati dua program pembelajaran bahasa Arab melalui CD interaktif, yaitu (1) program Arabic Made Easy yang diproduksi Smiles Productions dan (2) CD pembelajaran “Bahasa Arab untuk Jama’ah Haji” yang diterbitkan oleh Granada Channel Jakarta, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian terhadap ragam bahasa yang dipakai pada kedua VCD tersebut. Ketertarikan itu disebabkan oleh beberapa faktor berikut; (1) banyak perbedaan yang tampak pada ragam bahasa tersebut jika dibanding dengan bahasa fushha (baku) yang selama ini dipelajari penulis dari buku, baik secara fonologis maupun morfosintaksis, (2) sebagai bahan ajar matakuliah fonologi bahasa Arab, deskripsi yang mendalam tentang khazanah fonologis yang dimiliki oleh ragam bahasa Arab lisan dialek Mesir dan Saudi Arabia merupakan sesuatu yang cukup penting untuk diajarkan, (3) dengan mengetahui perbedaan-perbedaan fonologis antara bahasa arab fushha dan bahasa Arab dialek Mesir dan Saudi Arabia, cakrawala kebahasaan (Arab) akan menjadi lebih luas, (4) selama ini sejauh yang diketahui penulis, khususnya di Indonesia, hampir belum pernah ditemukan hasil penelitian tentang dialek atau ragam bahasa lisan dari penutur asli. Secara umum penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bentuk-bentuk variasi fonologis bahasa Arab lisan dialek Mesir (BADM) dan bahasa Arab dialek Saudi Arabia (BADS). Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk variasi fonologis dalam kedua bahasa tersebut yang meliputi penggantian bunyi, penambahan bunyi, pelesapan bunyi, dan metatesis. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan ancangan deskriptif eksplanatoris. Dengan ancangan ini peneliti akan memaparkan secara 4 mendalam bentuk-bentuk variasi fonologis berdasarkan teori fonologi generatif. Korpus data dalam penelitian ini berupa kata-kata dalam tuturan BADM dan BADS yang secara fonologis mengandung penyimpangan jika dibandingkan dengan bahasa baku. Sumber data utama penelitian ini adalah bahasa Arab ragam lisan yang dituturkan oleh penutur asli bahasa Arab dari Mesir dan Saudi Arabia. Tuturan asli BADM didapatkan dari VCD interaktif berjudul “Arabic Made Easy” yang diterbitkan oleh Smiles Productions LLC 4756 University Village Place NE. Suite 223 Seattle WA 98105, sedangkan tuturan asli BADS di dapatkan dari VCD pembelajaran “Bahasa Arab untuk Jama’ah Haji” yang diterbitkan oleh Granada Channel Jakarta Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan teknik representatif, yakni penelaahan berulang-ulang terhadap sumber data dan berhenti ketika tidak ditemukan lagi hal yang baru. Prosedur pemerolehan data tersebut secara kronologis meliputi transkripsi data, pembacaan data secara seksama, klasifiasi data, dan reduksi data. Setelah diklasifikasi, data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis yang disarankan oleh Samarin (1988) dengan berbagai adaptasi sesuai dengan tujuan penelitian ini. Analisis itu meliputi empat langkah, yaitu (1) tabulasi data dan penentuan simbol-simbol yang konsisten untuk keperluan analisis, (2) membuat hipotesis-hipotesis yang akan membantu penentuan distribusi jenis-jenis penyimpangan, (3) menguji hipotesis dengan menggunakan tabel distribusi yang dikaitkan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, (4) penerapan prinsip pasangan minimal dan distribusi komplementer. Empat langkah di atas dipadukan dengan teknik analisis yang disarankan oleh Trubetskoy (1973), yaitu (1) inventarisasi, (2) penentuan karakteristik kemunculan, (3) pembuatan tabel deskriptif, (4) penentuan jenis-jenis dan bentuk penyimpangan berdasarkan kriteria yang telah dirumuskan, (5) verivikasi, dan (6) perumusan akhir (penyimpulan). HASIL DAN PEMBAHASAN Pemaparan hasil penelitian dan pembahasan ini dilakukan secara urut sesuai masalah penelitian, dimulai dari variasi fonologis bahasa Arab lisan dialek Mesir, kemudian dilanjutkan dengan variasi fonologis bahasa Arab dialek Saudi Arabia. Contoh-contoh ungkapan dalam BA akan ditulis dengan menggunakan huruf Arab 5 dan disertai trasnkripsi fonetik yang mengacu pada pedoman IPA (International Phonetics Assosiation). Variasi Fonologis Bahasa Arab Lisan Dialek Mesir Variasi fonologis bahasa Arab dialek Mesir (BADM) dapat dikelompokkan menjadi empat macam, yakni (a) pengantian bunyi, (b) penambahan bunyi, (c) pelesapan bunyi, dan (d) metatesis (penukaran tempat). Penggantian Bunyi Penggantian bunyi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penggantian bunyi satu dengan bunyi lain, baik penggantian konsonan dengan konsonan, atau vokal dengan vokal; baik penggantian itu hanya bersifat fonetis maupun fonemis. Konsonan dalam BADM yang mempunyai variasi fonologis berupa pengantian meliputi konsonan /ts/, /dz/, /l/, /s/, /j/, /q/, dan /?/. Berikut ini diuraikan masingmasing konsonan yang mempunyai variasi fonologis berupa penggantian. 1) Penggantian /ts/ dari [θ] mejadi [t]. Misalnya: [ ثالثةθalaθah] [ تالتةtalatah] Dari contoh di atas tampak bahwa konsonan /ts/ (interdental frikatif tak bersuara) yang dalam bahasa Arab fsuha (BAF) dilafalkan dengan [θ] dalam BADM dilafalkan dengan [t] (apiko-dental plosif takbersuara). Perubahan bunyi di sini bukan hanya bersifat fonetis, tetapi juga fonemis, karena baik /ts/ maupun /t/ adalah anggota fonem dalam BA. Namun demikian, perubahan kata θata:θah menjadi tala:tah dan kaθi:r menjadi kati:r dalam contoh tersebut tidak mengubah arti, karena dalam BA ternyata tidak ditemukan kata yang berakar t-l-t dan k-t-r. 2) Penggantian /dz/ dari [ð] → [d], misalnya [ هذهhaðihi] dibaca [dih] Pada cotoh tersebut konsonan /dz/ (interdental frikatif bersuara) yang dalam BAF dilafalkan dengan [ð] dalam BADM biasa dilafalkan dengan [d] (apikodental plosif bersuara). Pelafalan ini terjadi baik ketika /dz/ berada di awal, di tengah, maupun di akhir kata. Perubahan bunyi di sini bukan hanya bersifat fonetis, tetapi juga fonemis, karena baik /dz/ maupun /d/ adalah anggota fonem dalam BA. Namun demikian, perubahan kata ha:dzih menjadi di: dan ta’khudz 6 menjadi takhud dalam contoh tersebut tidak mengubah arti, karena dalam BAF ternyata tidak ditemukan kata di: dan juga kata yang berakar ?-kh-d. 3) Penggantian /s/ dari [s] → [h] Penggantian [s] dengan [h] terjadi pada morfem sa ‘akan’ yang mendahului fi’il mudlari’ (verba imperfektif) untuk menunjukkan kala nanti. Misalnya: سأدفع/sa?adfa’/ ’saya akan membayar’ menjadi حادفع/Hadfa’/ Secara fonologis, alasan penggantian tersebut agak sulit dijelaskan, karena antara /s/ dan /h/ tidak ada kemiripan fonetis. Daerah artikulasi /s/ berada di antar gigi dan gusi atas, sedangkan /h/ berada di daerah faring. 4) Penggantian /l/ dari [l] → [n] Dari data BADM ditemukan konsonan /l/ yang diucapkan dengan [n]. Namun penggantian ini tidak bersifat umum, hanya pada kata-kata tertentu saja, yaitu pada kata [ برتقالburtuqa:l] ‘jeruk’. Pada kata ini /l/ diucapkan menjadi /n/, sehingga menjadi [burtu?a:n]. Secara fonetik, kedua bunyi tersebut mempunyai kemiripan ciri distingtif, keduanya adalah buyi alveolar bersuara. Beda antara keduanya terletak pada cara artikulasi; /l/ diucapkan secara lateral, sedangkan /n/ nasal. 5) Penggantain /j/ dari [j] → [g] Dalam BADM semua konsonan /j/ (fronto-palatal afrikatif bersuara) selalu dilafalkan dengan [g] (dorso-velar plosif bersuara). Pelafalan ini terjadi baik ketika /j/ berada di awal, di tengah, maupun di akhir kata. Contoh: [ مجيلjami:l] dibaca [ اي حاجya: haj] dibaca [gami:l] [ya: hag] Dari contoh di atas tampak bahwa /j/ selalu dilafalkan [g]. Perubahan bunyi di sini hanya bersifat fonetis, karena dalam BAF tidak ada fonem /g/, yang ada hanya /j/ . Dengan demikian perubahan tersebut tidak akan berakibat pada perubahan makna. 6) Penggantian /q/ dari [q] → [?] 7 Hampir semua konsonan /q/ yang dalam BAF dilafalkan [q] dalam BADM diucapkan [?], baik kosonan tersebut berada di awal, di tengah, maupun di akhir kata. Contoh: [ حقيقيhaqiqiy] ?[ اىل فندقila: funduq] dilafalkan dilafalkan [ha?i?iy] [?ila: fundu?] Secara fonologis, alasan penggantian [q] dengan [?] pada BADM lebih bersifat fonetis. Dalam hal ini pengucapan [?] yang berada di daerah laring dirasa lebih ringan daripada [q] yang berada di daerah uvula. 7) Penggantian /?/ → [y] Sekalipun tidak selalu, konsonan hamzah yang dalam BAF dilafalkan dengan [?] dalam BADM sering dilafalkan [y], terutama ketika [?] (1) berada di akhir suku kata pendek tertutup, (2) berada di awal suku kata yang mengiringi suku kata panjang terbuka, atau (3) berada di awal suku kata yang mengiringi sukukata yang berakhir vokal /i/. Contoh: [ أان جئتana: ji?tu] diucapkan [ana: giyt] [ ستمائةsittimi?ah] diucapkan [sittimiya] Secara fonologis proses pergantian /?/ menjadi /y/ pada BADM dapat dikatakan sebagai proses pelemahan bunyi (lenition). Pengucapan [?] memerlukan energi yang lebih banyak, karena memerlukan penutupan pita suara kemudian melepaskannya kembali (plosif), sedangkan pengucapan [y] lebih ringan karena menyerupai vokal. Penggantian vokal dengan vokal Vokal dalam BADM yang diucapkan berbeda dengan BAF meliputi vokal /a/ menjadi /i/, diftong /ai/ menjadi [e:], dan diftong /au/ menjadi /o:/. 1) Penggantian [a] → [i] Dalam BADM vokal /a/ pada silabel pertama dalam satu nomina, atau pada ta’ mudlara’ah pada verba, cenderung diucapkan /i/. Contoh: ?[ أنتanta] ‘kamu’ [ مينيyami:n] ‘kanan’ 2) Penggantian /ai/ → [e:] diucapkan [?inta] diucapkan [yimi:n] 8 Diftong /ai/ termasuk diftong yang frekuensi kemunculannya cukup tinggi. Diftong ini biasanya berada pada nomina dan tidak ada pada verba kecuali verba yang akar kata ketiganya berupa /y/ kemudian diikuti dlamir rafa’ mutahar-rik (kata ganti orang pertama dan kedua yang menjadi subjek dari verba tersebut). Dalam BADM diftong tersebut biasa diucapkan /e:/. Contoh: [ الليلةal-lailah] diucapkan [ الليلةil-le:la] [ البيتal-bait] [ البيتil-be:t] diucapkan Pada kedua contoh di atas tampak bahwa /ai/ dalam BADM selalu diucapkan /e:/. Penggantian ini tidak bersifat fonemis tetapi hanya fonetis, karena dalam BAF tidak dikenal adanya vokal /e:/. Dengan demikian perubahan pengucapan tersebut tidak berimplikasi pada perubahan arti. 3) Pengantian /au/ → [o:] Selain /ai/, dalam BAF juga dikenal adanya diftong /au/. Diftong ini biasanya berada pada nomina, kata tugas, dan pada verba yang akar kata ketiganya berupa /w/ kemudian diikuti dlamir rafa’ mutahar-rik (kata ganti orang pertama dan kedua yang menjadi subjek dari verba tersebut). Dalam BADM diftong /au/ pada nomina biasa diucapkan /o:/. Contoh: [ اليومal-yaum] dilafalkan [il-yo:m] [ الدورal-daur] dilafalkan [id-do:r] Penambahan Bunyi Penambahan bunyi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penambahan satu atau lebih unsur bunyi pada suatu kata atau frase, baik berupa penambahan vokal, konsonan, maupun gabungan vokal-konsonan. Variasi bahasa lisan yang berupa penambahan bunyi dalam BADM meliputi penambahan bunyi di awal kata (protesis), penambahan bunyi di tengah (epentesis), dan penambahan bunyi di akhir (paragog). Dalam BADM terdapat dua bunyi yang ditambahkan di awal kata, yaitu bunyi ?i- yang ditambahkan di awal verba imperatif dan bunyi bi- yang ditambahkan di awal verba perfektif dan imperfektif. Contoh: [ تفضلtafaddal] diucapkan [ إتفضلitfaddal] 9 [ تتكلمtatakallam] diucapkan [ بتتكلمbitatkallam] Jika dikembalikan pada BAF, penambahan bi- di depan verba merupakan struktur BA yang tidak berterima, karena bi dikenal sebagai preposisi yang hanya dapat mendahului nomina, dan tidak dapat mendahului verba. Namun demikian fenomena ini merupakan kebiasaan yang lazim terjadi pada BADM. Penambahan Bunyi di Tengah Penambahan bunyi di tengah kata (epentesis) dalam BADM hampir tidak ditemukan. Satu-satunya bentuk penambahan bunyi di tengah kata adalah geminasi (tasydid) semivokal /y/ pada kata hiya ‘dia perempuan’ dan geminasi /w/ pada kata huwa ‘dia laki-laki’. Dengan demikian keduanya diucapkan hiyya dan huwwa. Kebiasaan menggeminasi /y/ dan /w/ ini juga terjadi pada beberapa suku lain di jazirah Arab, seperti suku Hamdan (periksa Hilal, 1998). Penambahan Bunyi di Akhir Penambahan bunyi di akhir kata yang ditemukan dalam BADM dapat dilihat pada contoh berikut: [ معيma’iy] ?[ أخيaxiy] diucapkan diucapkan [ معاايma’ay:a] ?[ أخوايaxuya] Pada kedua contoh di atas terdapat penambahan vokal /a/ sesudah ya’ mutakallim /y/. Pada contoh pertama kata ma’iy merupakan frase yang terdiri atas dua kata, yakni ma’a ‘dan –y ‘ku’ mejadi ma’ay kemudian ditambah vokal /a/ di akhir kata. Pada contoh kedua, kata akh ‘saudara (lk) digandeng dengan -y mejadi axiy lalu dalam BADM diucapkan [axuyya]. Pelesapan Bunyi Pelesapan bunyi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelesapan satu atau lebih unsur bunyi pada suatu kata atau frase, baik berupa pelesapan vokal maupun konsonan. Pelesapan bunyi dalam BADM ada yang di awal kata, di tengah dan di akhir. Pelesapan Bunyi di Awal Kata 10 Pelesapan bunyi di awal kata yang ditemukan dalam BADM kebanyakan berupa pelesapan /?/ dan vokal yang mengikutinya. Contoh: [ يف أينfi: ?aina] [ من أينmin ?aina] diucapkan diucapkan [ فنيfi:n] [ مننيmini:n] Pada contoh pertama, proses yang terjadi adalah penggabungan dua kata fi: dan ?aina menjadi (seperti) satu kata [fi:n] dengan cara melesapkan silabel awal ?a pada kata ?aina dan pelesapan vokal /a/ yang berada di akhir kata tersebut. Demikian pula proses yang terjadi pada contoh 2. Pada contoh tersebut kata min dan ?aina digabung menjadi satu dengan melesapkan silabel ?a pada kata ?aina. Jadi min ?aina → [mini:n]. Pelesapan Bunyi di Tengah Kata Pelesapan bunyi di tengah kata tidak banyak dijumpai dalam BADM. Beberapa contoh yang ditemukan adalah berikut ini. 1 2 3 4 [ أتخذ ينta?xuðuni] ?[ أان جئتana ji?tu] ?[ أان اتئهana ta:?ih] ‘[ عيادتهia:datuh] [ ختد ينtaxudni] ?[ أان جيتana gi:t] ?[ أان اتيهana ta:?ih] ‘[ عيادتهia:dtuh] Kamu membawaku (Pelesapan /?/) Saya datang (Pelesapan /?/) Saya lelah (Pelesapan /?/) prakteknya (Pelesapan /a/) Pada contoh 1 di atas terjadi pelesapan /?/ pada silabel pertama dari kata ta?xuð menjadi [taxud]; pada contoh 2 juga terjadi pelesapan /?/ pada verba ji?tu menjadi [git]; demikian pula pada contoh 3, juga terjadi pelesapan /?/ pada kata ta:?ih menjadi [ta:ih]. Adapun pada contoh 4 yang dilesapkan adalah vokal /a/ setelah /d/ pada kata ’iya:datuh menjadi [”iya:dtuh]. Pelesapan-pelesapan tersebut jika ditinjau dari aspek fonologi merupakan usaha untuk mempersingkat penguca-pan. Hal ini sesuai dengan prinsip bahwa semua orang cenderung untuk mencari cara yang paling ringan dalam berbahasa. Pelesapan bunyi di Akhir Kata Pelesapan bunyi di akhir kata dalam BADM ada yang berupa pelesapan vokal, pelesapan konsonan, dan pelesapan silabel. Pelesapan konsonan biasanya 11 terjadi pada isim mu’annats (nomina feminin) yaitu dengan cara pelesapan konsonan /h/ atau /t/ yang merupakan penanda ta’nits. Pelesapan vokal biasanya terjadi di akhir verba, sedangkan pelesapan silabel terjadi pada kata-kata tertentu. Contoh: No BAF BADM Arti Keterangan 1 [ أسورةaswirah] [ أسورةaswira] Gelang 2 [ أي خدمةayy xidma] [بتتكلمbitatkallam] Perlu dibantu? 3 [ أي خدمةayya xidmah] [ تتكلمtatakallamu] 4 [ الذيal-laði:] [ الذيel-li] Yang (kata penghubung) Pelesapan konsonan /h/ Pelesapan konsonan /h/ Pelesapan vokal/u/ Pelesapan silabel /ði:/ Kamu berbicara Pada contoh 1 dan 2 di atas terlihat bahwa /h/ atau /t/ penanda ta’nits pada kata aswirah dan xidmah dilesapkan. Sementara pada contoh 3 vokal /u/ yang berada di akhir verba imperfektif ta’rif dan tatakallam juga dilesapkan. Contoh 3ada tabel di atas mengandung pelesapan silabel, yaitu /-ði:/ dari kata al-laði: pada contoh 4 /-tu/ dari kata tasarraqtu pada contoh 6. Alasan pelesapan-pelesapan tersebut tidak lain adalah untuk efisiensi pengucapan. 2. Metatesis Metatesis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penukaran tempat, yakni penukaran tempat (urutan) suatu vokal dengan vokal lain, penukaran konsonan dengan konsonan lain atau antara vokal dan konsonan yang keduanya merupakan unsur pembentuk suatu kata. Metatesis jarang terjadi dalam BADM. Tercatat hanya ada dua kata yang mengandung proses metatesis, yaitu seperti yang dapat dilihat pada contoh berikut. No BAF BADM Arti Keterangan Pertukaran tempat antara vokal /a/ dan /i/ Pertukaran tempat antara vokal /a/ dan /i/ 1 ‘[ عند حضرتكinda hadratik] ‘[ عند حضرتكinda hadritak] Anda punya ... 2 [ ترجعtarji’] [ ترجعtirga’] Anda pulang 12 Dari contoh di atas terlihat bahwa kata hadratik dengan struktur vokal a-a-i pada BAF berubah menjadi [hadritak] dengan struktur vokal a-i-a pada BADM. Pada contoh 2 kata tarji’ dengan struktur vokal a-i berubah menjadi tirga’ dengan struktur vokal i-a pada BADM. Variasi Fonologis Bahasa Arab Lisan Dialek Saudi Arabia Variasi fonologis Bahasa Arab Dialek Saudi Arabia (BADS) meliputi penggantian bunyi, penambahan bunyi, dan pelesapan. Penggantian Bunyi Penggantian dalam BADS meliputi penggantian konsonan dengan konsonan dan penggantian vokal dengan vokal. Berikut ini dijelaskan hasil analisis data yang berkaitan dengan proses penggantian tersebut. Penggantian konsonan dengan konsonan Penggantian konsonan dengan konsonan pada BADS hanya terjadi pada tiga konsonan, yaitu konsonan /dz/, /ts/ dan /?/. 1) Perubahan /dz/ dari [ð] → [d] Dalam BADS konsonan /dz/ (interdental frikatif bersuara) yang secara fusha diucapkan [ð] sering berubah menjadi /d/ (dentalveolar plosif bersuara). Perubahan ini biasa terjadi ketika /dz/ berposisi di akhir kata atau berada di akhir suku kata tertutup. Perhatikan contoh berikut. [تفضل خذtafaddal xuð] [ ذااحلنيðal hi:n] dibaca [tafaddal xud] 'Silakan ambil' dibaca [da hǽn] 'Sekarang' Pada contoh 1 di atas tampak bahwa [ð] pada kata xuð berubah menjadi [d]. Demikian pula pada contoh 2, /ð/ pada kata ða: ‘ini’ berubah menjadi [d]. Perubahan ini sama dengan yang terjadi pada dialek Mesir dan tujuannya adalah untuk memperingan pengucapan, karena secara fonetis fonem /ð/ yang frikatif lebih berat diucapkan dari pada /d/ yang plosif. 2) Perubahan /ts/ dari [θ] menjadi [t] 13 Dalam BADS / /ts/ (interdendal frikatif tak bersuara) sering dilafalkan dengan [t] (interdental plosif tak bersuara). Contoh: [ خذ يف ثالجةxuð fi: θalla:jah] dibaca [xud fi: talla:jah] 'Ambil di kulkas' [ مثانية عررةθama:niya ašrah] dibaca [tama:nta ‘ašr] 'delapan belas' Dari contoh 1 di atas terlihat bahwa konsonan /ts/ pada kata tsallajah diucapkan [t]. Demikian juga pada contoh 2, /ts/ pada tsamaniyah diucapkan [t]. Secara fonologis perubahan tersebut sesuai dengan prinsip perkembangan bunyi bahasa manusia cenderung menempuh cara yang termudah dalam melakukan segala sesuatu, termasuk dalam mengucapkan bunyi bahasa (periksa Anis 1979). 3) Perubahan /?/ mejadi [y] Konsonan /?/ dalam BADS juga sering berubah menjadi [y]. Contoh: 1 ?[ أبغى ماءbgha: ma:?] 2 3 [ أان اتئهana: ta:?ih] [ ستمائةsittimi?ah] dibaca ?[ أبغى موايabgha: muya] 'saya mau air' dibaca [ أان اتيهana: ta:yih] 'saya tersesat' dibaca [ ستميةsittimiya] 'enam ratus' Pada contoh 1 di atas terjadi perubahan pengucapan /?/ menjadi [y]. Selain perubahan pengucapan dalam contoh tersebut juga terdapat perubahan vokal dari /a/ menjadi /u/ dan penambahan vokal /a/ setelah /y/. Pada contoh 2 /?/ pada kata ta:?ih diubah menjadi [y] sehingga menjadi ta:yih. Pada contoh 3, /?/ pada kata mi?ah berubah menjadi [y] sehingga dibaca miyah. Bunyi /y/ adalah bunyi likuida (shaut ma?i') yang pengucapannya hampir tidak mengalami hambatan pada ruang resonansi, sedangkan /?/ lebih berat karena mengalami hambatan penuh pada laring. Penggantian vokal dengan vokal Penggantian vokal dengan vokal pada BADS meliputi penggantian /a/ dengan /i/, dan penggantian diftong /au/ dengan /o/ dan /ai/ dengan /e/. Contoh: [ من أنتman ?anta] dibaca [ أي شيئ تبغىayyu šai? tabgha] dibaca [ من أنتmin inta] 'siapa anda?' [ أيش تبغىe:š tibgha] 'perlu apa?' [ الثوبal-θaub] [al-θo:b] dibaca 'pakaian' 14 Pada contoh 1 di atas vokal /a/ pada kata man diucapkan [i], demikian pula /a/ pada anta juga diucapkan [i]. Pada contoh 2 /a/ yang mengiringi (ta’ mudlara’ah) pada kata tabga: juga diucapkan [i], sedangkan pada contoh 3 diftong /au/ pada θau:b diucapkan [o:]. Penambahan Bunyi Penambahan bunyi dalam BADS hanya ada di awal dan akhir kata, sedangkan penambahan di tengah kata tidak ditemukan. Penambahan bunyi di awal Penambahan bunyi di awal kata dalam BADS jarang terjadi. Satu-satunya data yang menunjukkan adanya penambahan bunyi di awal adalah pada frase من أين؟ [min ?aina?] ’dari mana?’. Frase tersebut dalam BADS diucapkan [ من فنيmin fe:n]. Di sini tambahannya berupa konsonan /f-/ yang mendahului ?aina setelah /?/ dilesapkan terlebih dahulu. Penambahan bunyi di akhir Penambahan bunyi di akhir kata dalam BADS sama dengan yang terjadi dalam BADM, yaitu penambahan vokal /a/ setelah ya’ mutakallim (kata ganti orang pertama tunggal) yang berfungsi sebagai enklitik. Contoh: 1 2 [ معيma’iy] ?[ أخيaxiy] dibaca dibaca [ معاايma’ay:a] 'Bersamaku' ?[ أخوايaxuya] 'Saudaraku' Pada kedua contoh di atas terdapat penambahan vokal /a/ sesudah ya’ mutakallim. Pada contoh 1 kata ma’iy merupakan frase yang terdiri atas dua kata, yakni ma’a dan –y mejadi ma’ay. Kemudian vokal /a/ di akhir kata ma’a diganti dengan /i/ untuk menyesuaikan dengan /y/. Kemudian frase tersebut diucapkan ma’a:ya dengan penambahan /a/ sesudah /y/. Pada contoh 2 kata akh digandeng dengan y mejadi axiy kemudian diucapkan axuyya. Pelesapan Bunyi Pelesapan bunyi dalam BADS meliputi pelesapan bunyi di awal, di tengah, dan di akhir kata. 15 Pelesapan bunyi di awal Pelesapan bunyi di awal kata hanya ditemukan dalam dua kata, yaitu seperti dijelaskan pada contoh berikut. 1 2 [ اي أخيya ?axiy] dibaca [ اي خويya xu:ya] 'hai saudaraku! ?[ أرينariny] dibaca [ ريينri:ny] 'tunjukkan padaku' Pada contoh di atas /?/ pada kata ?axiy ‘saudaraku’ dan pada kata ?ariniy ‘tunjukkan padaku’ dilesapkan. Pada contoh 1 selain terjadi pelesapan /?/ juga terjadi perubahan vokal setelah kata ax yang sebelumnya berupa /i/ untuk menyesuaikan dengan y ‘aku’ berubah mejadi /u/, sedangkan pada contoh 2 selain pelesapan /?/ juga terjadi pemanjangan vokal /i/ setelah /r/. Pelesapan bunyi di tengah Pelesapan bunyi di tengah kata dalam BADS ada yang berupa pelesapan konsonan dan ada pelesapan vokal. Contoh: 1 2 3 4 ‘[ على شأنala: ša?ni] dibaca [ ما عليهma: ‘alaih] dibaca ألي شيء ّ [li?ayyi šay’] dibaca [ مخسة عررxamsata ‘ašar] dibaca ‘[ علرانalašan] 'karena' [ معليشma‘leiš] 'tidak apa-apa' [ ليشle:š] 'mengapa?' [ مخسة شرxamstašar] 'lima belas' Pada contoh 1 di atas terdapat pelesapan konsonan /?/ pada kata ša?n → [šan]. Pada contoh 2 terdapat pelesapan vokal /a/ setelah /’/ pada kata ‘alaih → [‘leiš]. Selain pelesapan, pada kata tersebut juga terdapat penggantian konsonan /h/ menjadi [š]. Pada contoh 3 frase li ?ayyi šay’ dilafalkan [le:š] dengan pelesapan /?/ pada ?ay dan pelesapan –ay’ pada šay’. Pada contoh 4 terdapat dua pelesapan, yaitu (1) pelesapan vokal /a/ pada kata xamsata → [xamsta] dan (2) pelesapan silabel ’a- pada kata ’ašar sehingga menjadi hanya –šar, jadi xamsata ’ašar → [xamsta šar]. Pelesapan bunyi di akhir Pelesapan bunyi di akhir kata dalam BADS berupa pelesapan vokal, pelesapan konsonan, dan ada juga yang berupa pelesapan silabel. Pelesapan konsonan biasanya terjadi pada isim mu’annats yaitu dengan cara pelesapan konsonan /h/ atau /t/ yang merupakan penanda feminin. Pelesapan vokal biasanya 16 terjadi di akhir verba, sedangkan pelesapan silabel terjadi pada kata-kata tertentu. Contoh: 1 2 3 4 [ اللغة العربيةal-lugah al-‘arabiyyah] dibaca [ تسكنtaskunu] dibaca [ تسكنtaskun] [ وأنتwa ?anta] dibaca [ وأنwa ?an] [ الذيal-laði:] dibaca [ ّالel-le:] العرب ّ [ اللغal-lugal-‘arabiyya] 'Anda tinggal' 'dan kamu?' 'yang (kata penghubung)' Pada contoh 1 di atas terlihat bahwa /h/ atau /t/ penanda ta’nits (feminin) pada kata lugah dan ’arabiyyah dilesapkan. Sementara pada contoh 2 vokal /u/ yang berada di akhir verba imperfektif taskun juga dilesapkan. Contoh 3 mengandung pelesapan /-ta/ dari kata anta ’kamu’. Sebetulnya dalam kasus seperti ini yang dilesapkan bukan silabel /-ta/ yang terdiri atas konsonan /t/ dan vokal /a/, tetapi hanya vokal /a/ saja. Jadi pelafalannya adalah ant. Namun karena silabel ini berada di akhir kata, sedangkan titik artikulasi /n/ dan /t/ sama, maka seakan-akan /t/ tidak dilafalkan. Sementara contoh 4 mengandung pelesapan silabel /-ði:/ dari kata allaði:. Setelah pelesapan, pelafalan kata tersebut tidak menjadi [al-la:] tetapi [al-le:] dengan perubahan vokal /a/ menjadi /e/. Perbandingan Variasi Fonologis antara BADM dan BADS Dari pembahasan di atas terlihat adanya berbagai perbedaan variasi fonologis antara BADM dan BADM. Berikut ini dilakukan analisis kontrastif antara variasi fonologis pada BADM dan BADS. Perbandingan Variasi Penggantian Bunyi Terdapat beberapa persamaan dan perbedaan dalam penggantian bunyi antara BADM dan BADS. Dalam BADM terdapat tujuh konsonan dan tiga vokal yang mempunyai variasi berupa penggantian. Konsonan yang mengalami penggantian adalah /ts/, /dz/, /l/, /s/, /j/, /q/, dan /?/, sedangkan vokal meliputi /a/, /ai/ dan /au/. Sementara dalam BADS konsonan yang mengalami penggantian hanya ada tiga, yaitu /dz/, /ts/ dan /?/, sedangkan vokal juga ada tiga, yaitu /a/, /ai/ dan /au. Untuk lebih jelasnya, perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel 1 berikut. Tabel 1 Perbedaan penggantian bunyi antara BADM dan BADS. No Fonem BAF Variasi BADM Variasi BADS Keterangan 17 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 /ts/ /dz/ /s/ /l/ /j/ /q/ /?/ /a/ /ai/ /au/ [t] [d] [H] [n] [g] [?] [y] [i] [e] [o] [t] [d] [y] [i] [e] [o] Sama Sama Berbeda Berbeda Berbeda Berbeda Sama Sama Sama sama Perbandingan Variasi Penambahan Bunyi Dalam BADM terdapat penambahan bunyi mencakup penambahan di awal, di tengah, dan di akhir kata. Sementara dalam BADS hanya di awal dan di akhir. Penambahan bunyi di awal pada BADM meliputi penambahan unsur ?i-, bi- dan fi:, sementara dalam BADS hanya ada penambahan fi:. Penambahan di akhir kata tidk ada perbedaan antara BADM dan BADS. Untuk lebih jelasnya, perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel 2 berikut. Tabel 2 Perbandingan penambahan bunyi antara BADM dan BADS. No Variasi BADM Tambahan Contoh ?i ?itfaddal Di awal BiBitatkallam Fi: Fi:n Di Syiddah huwwa tengah Axu:ya Di akhir -a Ma’a:ya Tempat Variasi BADS Tambahan contoh Fi: Fi: -a Keterangan BADM lebih variatif daripada BADS Axu:ya Ma’a:ya Perbandingan Variasi Pelesapan Bunyi Pelesapan bunyi dalam BADM dan BADS terjadi baik di awal kata, di tengah, maupun di akhir ujaran. Variasinya pun juga hampir sama, ada yang berupa pelesapan konsonan, vokal, dan silabel. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3 berikut. Tabel 3 Perbandingan pelesapan bunyi di awal antara BADM dan BADS No Tempat Variasi BADM Variasi BADS Keterangan 18 1 2 3 Asal ?ixda: Di awal ‘ašar Di tengah ta?xud Ji?tu aswirah Di akhir ta’rifu Laði: Variasi xida: -šar taxuð Jit Aswira ta’rif Asal ?axiy ‘ašar ša?n Ma?alaih Lugah taskunu variasi Xu:ya -šar šan Ma?leš luga taskun le: Laði: le: Pelesapan /?/ Pelesapan /’a/ Pelesapan /?/ Pelesapan /h/ Pelesapan /u/ pelesapan /-ði/ 2. Perbandingan Variasi Metatesis Variasi fonologis yang berupa metatesis hanya terjadi dalam BADM, sementara dalam BADS tidak ditemukan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam hal ini BADM lebih variatif daripada BADS. SIMPULAN Dari hasil pembahasan di atas disimpulkan bahwa ragam bahasa amiyah dialek Mesir dan Saudi Arabia mempunyai banyak variasi fonologis yang berbeda dengan bahasa baku. Variasi fonologis itu dikelompokkan menjadi empat macam, yakni (a) penggantian bunyi, (b) penambahan bunyi, (c) pelesapan bunyi, dan (d) metatesis. Dalam BADM terdapat tujuh konsonan yang mengalami penggantian bunyi, yaitu /ts/ → [t], /dz/→ [d], /l/ → [n], /s/ → /h/, /j/ → [g], /q/→ [?], dan /?/ → [y], sedangkan vokal yang mempunyai variasi berupa pengganti-an meliputi vokal /a/ → [i], diftong /ai/ → [e:], dan diftong /au/ → [o:]. Variasi yang berupa penambahan bunyi dalam BADM meliputi penambahan bunyi di awal kata, di tengah, dan di akhir. Penambahan bunyi di awal kata meliputi bunyi ?i- yang ditambahkan di awal verba imperatif dan bunyi bi- yang ditambahkan di awal verba perfektif dan imperfektif. Penambahan bunyi di tengah kata berupa geminasi (tasydid) semivokal /y/ pada kata hiya dan geminasi /w/ pada kata. Penambahan bunyi di akhir kata berupa penambahan vokal /a/ sesudah ya’ mutakallim. Pelesapan bunyi dalam BADM ada yang di awal kata, di tengah dan di akhir. Pelesapan bunyi di awal kata kebanyakan berupa pelesapan /?/ dan vokal yang mengikutinya. Pelesapan bunyi di tengah kata berupa pelesapan /?/ dan vokal /a/. Metatesis jarang terjadi dalam BADM. Tercatat hanya ada dua kata yang mengandung proses metatesis, yaitu (a) verba dengan struktur vokal a-a-i pada BAF 19 berubah menjadi a-i-a pada BADM, dan (b) kata dengan struktur vokal a-i berubah menjadi i-a. Dalam BADS, variasi yang berupa penggantian bunyi meliputi penggantian konsonan dengan konsonan dan vokal dengan vokal. Ada tiga konsonan yang mengalami perubahan, yaitu konsonan /dz/ → [d], /ts/ → [t] dan /?/→ [y], sedangkan perubahan vokal meliputi vokal /a/ → [i], diftong /ai/ → [e:], dan diftong /au/ → [o:]. Penambahan bunyi dalam BADS hanya ada di awal dan akhir kata, sedangkan penambahan di tengah kata tidak ditemukan. Penambahan bunyi di awal jarang terjadi, sedangkan penambahan bunyi di akhir kata berupa penambahan vokal /a/ setelah ya’ mutakallim yang berfungsi sebagai enklitik. Pelesapan bunyi dalam BADS meliputi pelesapan bunyi di awal, di tengah, dan di akhir kata. Pelesapan bunyi di awal kata jarang terjadi. Pelesapan bunyi di tengah kata ada yang berupa pelesapan konsonan dan ada pelesapan vokal. Pelesapan bunyi di akhir kata berupa berupa pelesapan vokal, pelesapan konsonan, dan pelesapan silabel. Dalam BADS tidak ditemukan variasi fonologis yang berupa metatesis. Secara umum BADM lebih kaya variasi daripada BADS, baik dalam penggantian bunyi, pelesapan, maupun metatesis. DAFTAR RUJUKAN Abul Fath, Utsman ibn Ginniy (wafat 392 H). 1985. Sirru Shina'atil I'rab ‘Rahasia I’rab’. Tahqi:q (Penyuntung): Hasan Handawi. Damaskus: Darul Qalam Al-Fadlali, Abdul Hadi. 1986. Mara:kiz ad-Dira:sat an-Nahwiyyah. Yordania: Maktabah Al-Manar Al-Husain, Sa'ud Abdullah.1991. Al-Lughah al Arabiyyah fi: Muwa: jahah atTahaddiya:t. Makalah disampaikan pada An-Nadwah 'an al-Lughah alArabiyyah bi Munasabat Dzikra: 64 'A:m li Ma'had at-Tarbiyah alIslamiyyah al-Haditsah Gontor. Ammon, Ulrich; Norbert Dittmar, Klaus J. Mattheier (Eds). 1988. Sociolinguistics; Second Volume. New York: de Gruyter Badri, Kamal Ibrahim. 1987. Ilmul Lughah al-Mubarmaj, Al-Ashwa:t ‘Fonologi’.. Riyadh: Jami’atul Imam Muhammad bin Saud. Hidayat, D. 2005. Mencairkan Kebekuan Komunikasi dalam Bahasa Arab Lisan. Makalah pada Pertemuan Ilmiah Bahasa Arab III, Jakarta Hilal, Abdul Ghaffar Hamid. 1998. Al-Lahaja:t al-'Arabiyyah Nasy'atan wa Tathawwuran. Cairo: Darul Fikr al-Arabi 20 Jensen, John Tillotson. 1990. Morphology, Word Sructure in Generative Grammar. Amsterdam/Philadelphia: John Benjamins Publishing Company. Kholisin. 2001. Pola Asimilasi dalam Bahasa Arab: Sebuah Kajian Morfofonemis. Tesis Program Studi Linguistik Program Pasca Sarjana UI Jakarta, tidak diterbitkan. Samarin, William J. 1988. Ilmu Bahasa Lapangan. Terjemahan J. S. Badudu. Yogyakarta: Kanisius Syahin, Taufiq M. 1980.‘Awa:mil Tanmiyat al-Luah al-‘Arabiyyah. Cairo: Maktabah Wahbah Syamsul Hadi. 2005. Perkembangan Mutakhir dalam Bahasa Arab. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 2005 Umar, A. Mukhtar. 1985. Dira:satus Shautil Lughawiy ‘Fonologi’. Cairo: Alamul Kutub. Versteegh, Kees. 1997. The Arabic Language. Edinburgh: Edinburgh University Press