NOTASI GRAFIS SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN MUSIK

advertisement
NOTASI GRAFIS SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN MUSIK
Oleh: Bambang Jasnanto
ABSTRAK
Salah satu media pembelajaran musik yang perlu diperhatikan oleh guru adalah
“Notasi Musik” khususnya “Notasi Grafis”. Terdapat berbagaimacam jenis
notasi musik, tetapi yang kebanyakan dipakai di Indonesia hanyalah “Notasi
Balok” dan “Notasi Angka” yang sebenarnya belum sepenuhnya “Tepat Guna”
khususnya bagi pembelajaran musik untuk anak-anak usia sekolah. Notasi musik
itu apa? Bagaimana jenis-jenis notasi musik itu? Apa pentingnya penggunaan
notasi musik dalam pembelajaran musik? Adakah alternatif lain selain jenis
notasi yang umumnya dikenal di Indonesia? Bagaimana cara penggunaan
“notasi jenis lain” (Notasi Grafis) selain yang telah dikenal di Indonesia itu?
Apa kelebihan Notasi Grafis dibandingkan dengan notasi lain khususnya untuk
pembelajaran musik di sekolah? merupakan beberapa hal yang ingin dibahas
dalam tulisan singkat ini.
PENDAHULUAN
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan teknologi termasuk didalamnya
“Media Pembelajaran Musik” berlangsung dengan sangat cepat. Pembelajaran
musik dengan pemanfaatan teknologi seperti penggunaan media audio, audiovisual, software komputer, maupun pendidikan jarak jauh dengan menggunakan
internet
(Webucation),
merupakan
peluang-peluang
yang memungkinkan
terjadinya proses peningkatan mutu pembelajaran musik di sekolah.
Selain itu pemanfaatan teknologi sederhana untuk pembuatan media
pembelajaran musik dengan menggunakan bahan-bahan sekitar dan yang terpakai
dalam kehidupan sehari-hari, juga merupakan alternatif lain yang senantiasa perlu
diupayakan,
mengingat
keterbatasan
sarana
dan
prasarana
penunjang
pembelajaran musik yang dimiliki oleh sebagian besar sekolah di Indonesia.
Dari sekian banyak jenis media pembelajaran musik yang “juga” perlu
diperhatikan adalah “Notasi Musik”, sayangnya di dalam pembelajaran musik di
Indonesia kurang diperhatikan. Sepanjang sejarah pendidikan musik, pemanfaatan
notasi musik yang dipergunakan di Indonesia hanyalah Notasi Barat (Notasi
Balok), Notasi Angka (Notasi Chéve), Notasi Huruf, Notasi “Tulisan Angin”
(guru/pelatih menunjukkan gerakan melodi dengan tangan di udara) dan Tabulatur
(biasa untuk Gitar), bahkan untuk pembelajaran musik tradisi (karawitan Sunda
dan Jawa) hanyalah notasi angka saja. Beberapa komposer tertentu seperti Harry
Roesli (Sikat Gigi) dan Slamet Abdul Syukur (Tetabeuhan Sungut) memakai
Notasi Grafis Sebagai Media Pembelajaran Musik
1 dari 9
“Notasi Diagram”. Sudah barang tentu notasi bukanlah tujuan utama dalam
pembelajaran musik, melainkan hanya merupakan alat bantu saja, namun
perannya sungguh sama sekali tidak bisa diabaikan.
NOTASI MUSIK DAN MACAMNYA
Notasi musik menyajikan “Phenomena Auditif” kedalam “Tanda-tanda
Visual”. Dengan demikian musik dipindahkan dari sifatnya yang dinamis
kedalam sifat yang statis, dari ukuran waktu ke ukuran ruang. Peristiwa akustik
ditandai dengan tanda-tanda optik. Notasi-notasi adalah sistem tanda yang
senantiasa hadir untuk sesuatu yang lain (aliquid stat pro aliquo) (Rectanus,
1983), yang menurut Aristoteles dibedakan didalam:
a. Simbolik, yaitu notasi yang didalam pengartiannya sesuai dengan perjanjian
ataupun konfensi. Sehingga tidak ada hubungan yang jelas terbaca antara
materi dengan tanda yang dipergunakan (lihat khususnya gambar 8).
b. Ikonik, yaitu notasi yang memiliki kemiripan antara materi dengan tanda
(lihat khususnya gambar 5).
c. Tanda Transmusikal, yaitu tambahan-tambahan verbal atau abreviatura
didalam notasi musik (allegro, cresc, pp dll). (Lihat khususnya gambar 3
dan 4). Catatan: Semua gambar “Notasi Grafis” dibuat oleh siswa SDN 1
Karanganyar, Solo, kelas V dan VI pada saat penulis melakukan penelitian
tahun 1997).
Sistem tanda menurut (Morris, 1972) memiliki beberapa dimensi:
a. Sintaktis, dimana hubungan formal satu sama lain saling diatur dengan
tanda-tanda yang berbeda.
b. Semantis, Tanda menunjukkan musikal. Fakta/keadaan memiliki arti
tertentu.
c. Pragmatis, menunjuk kepada relasi antara tanda dan pemakai tanda.
Jenis-Jenis notasi musik yang sudah dikenal secara internasional antara lain: 1.
Notasi Huruf 2. Notasi Angka (Chéve) 3. Notasi Neuman 4. Notasi Choral 5.
Notasi Tabulatur 6. Notasi Mensural 7. Notasi Balok (Notasi tradisional Barat)
dan 8. Notasi Grafis. Dalam tulisan ini lebih dikonsentrasikan pada “Notasi
Grafis” saja.
Notasi Grafis Sebagai Media Pembelajaran Musik
2 dari 9
Karya musik bisa saja dituliskan dengan beberapa tanda (secara Simbolik,
Ikonik, Transmusikal ataupun campuran antara ke tiganya dll), sebab antara musik
dengan tanda yang dipergunakan sering tidak ada hubungan secara langsung,
sebagai contoh lagu Indonesia Raya yang bisa ditulis dalam notasi balok, tetapi
juga bisa ditulis dalam notasi angka.
ARGUMENTASI PENGGUNAAN NOTASI DALAM PEMBELAJARAN
MUSIK:
1.
Aspek psychologi belajar
1.1. Didalam
pengajaran musik mendengar dan sekaligus melihat, akan
berlangsung lebih efektif. Seseorang bisa memperjelas kesan bunyi yang
kurang jelas melalui notasi. Notasi merupakan alat bantu dalam belajar
mendengar. Artinya belajar dengan “mutli arah” lebih baik daripada “satu
arah”.
1.2. Manusia
secara spychologis belajar melalui mata dan telinga (didalam
belajar musik ada sebagian orang yang lebih menonjol secara akustis
sebagian yang lain menonjol secara optis).
1.3. Dalam
berbagai hal, aspek optis dan akustis saling memperkuat. Dalam
hubungannya “Reseptifitas Multisensoris” ada satu jenis “Mendengarkan
Melalui Mata”.
1.4. Semakin
kaya jaringan asosiasi seorang murid dalam hal informasi,
semakin dia cepat belajar dan semakin lama lupa (Gage, 1979).
1.5. Optimalisasi
prestasi belajar dan daya tangkap bisa dicapai secara optis dan
akustis, lebih-lebih jika dibarengi dengan tindakan tertentu. Berikut ini efek
beberapa cara dari transport informasi yang bisa ditangkap oleh manusia,
sebagaimana diungkapkan oleh (Kulkis/van Bracht, 1981):
1.5.1. Seseorang bisa
menangkap apa-apa yang dia baca sekitar 10%
1.5.2. Seseorang bisa
menangkap apa-apa yang dia dengar sekitar 20%
1.5.3. Seseorang bisa
menangkap apa-apa yang dia lihat sekitar 30%
1.5.4. Seseorang
bisa menangkap apa-apa yang dia lihat dan dengar sekitar
50%
Notasi Grafis Sebagai Media Pembelajaran Musik
3 dari 9
1.5.5. Seseorang
bisa menangkap apa-apa yang dia sajikan sendiri sekitar
70%
1.5.6. Seseorang
bisa menangkap apa-apa yang dia kerjakan sendiri sekitar
90%
2.
Aspek teori pencerapan
Aspek teori pencerapan ini sangat erat berhubungan dengan aspek psychologie
belajar. Abraham Moles mengatakan: “Dalam bidang auditiv, “ngiang” suatu
musik, bisa didengar ulang ataupun diingat lagi secara sadar, melalui bentuk
tertulis” (Moles, 1971). Didalam pencerapan auditiv yang umumnya terbatas
hanya beberapa detik saja, ketidaktelitian kesan inderawi dalam pendengaran,
menuntut adanya operasi spiritual yang kompleks. Sebaliknya mata yang
diarahkan kepada registrasi obyek-obyek, dapat menyerap dalam waktu yang
cukup panjang, dengan demikian kecepatan menangkap secara visual dan
pengolahan kognitif lebih dapat dimungkinkan.
3. Aspek kultur historis
Notasi merupakan bagian penting didalam sejarah musik dan dinamikanya.
“Bentuk musik yang beku” ini sangat membantu di dalam pemahaman struktur
musik dan analisa. Tulisan musik juga sangat membantu didalam pengerjaan,
perubahan dan perbaikan karya musik itu sendiri. Sebagai contoh Beethoven
di dalam pengerjaan sebagian karya musiknya (dari sketsa hingga karya jadi)
hanya melalui bantuan notasi (Khususnya pada saat dia mulai tuli). Carl
Dahlhaus (ilmuan musik) sebagai Apologet “musik kertas”. Dll (Rectanus,
1990).
PENGGUNAAN NOTASI GRAFIS SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
MUSIK
Notasi musik yang biasa dipakai di sekolah-sekolah di Indonesia
sebagaimana telah dikemukakan diatas tentu saja variasinya sangat minim. Dari
sekian jenis itupun yang paling dominan dipakai adalah notasi angka dan notasi
balok. Oleh sebab itu berikut ini diusulkan jenis notasi yang lain yaitu “Notasi
Grafis” dengan harapan proses pembelajaran musik di sekolah lebih bisa
memenuhi 6 tuntutan sebagaimana dikemukakan oleh (Lemmermann, 1984) yaitu
Notasi Grafis Sebagai Media Pembelajaran Musik
4 dari 9
1. Produksi musik, 2. Reproduksi musik, 3. Resepsi/Aksepsi musik, 4. Transposisi
atau Transformasi musik, 5. Refleksi musik, dan 6. Informasi musik, baik untuk
vokal maupun instrumental. Produksi musik yang dimaksud adalah meliputi
membuat komposisi musik, mengaransemen, improvisasi, membuat instrumen
musik, dan membuat notasi musik. Gambar 1,2,6,7,8,9,10 adalah notasi musik
yang diciptakan oleh anak-anak sendiri dalam mata pelajaran komposisi musik
untuk kelas V dan VI SD. Reproduksi musik yang dimaksud adalah meliputi
memainkan atau menyanyikan komposisi musik baik ciptaan sendiri maupun
orang lain. Gambar 1,2,6,7,8,9,10 merupakan karya musik yang dipergelarkan
didepan
kelas
baik
oleh
“komposernya”
sendiri
maupun
murid
lain.
Resepsi/Aksepsi musik yang dimaksud mencakup mendengarkan dengan penuh
perhatian terhadap musik yang diperdengarkan (mendengar secara perseptiv),
musik yang direproduksi sendiri, mendengarkan sambil membaca notasi,
menotasikan musik yang diperdengarkan baik secara verbal maupun gambar.
Gambar 3,4 dan 5 adalah notasi musik yang dibuat oleh anak-anak sendiri dalam
mata pelajaran “mendengarkan musik”. Anak-anak dilatih untuk mendengarkan
musik secara reseptiv (mendengarkan musik dengan penuh perhatian dan sedetail
mungkin). Anak-anak mencoba melukiskan berbagai hal yang mereka dengar.
Anak-anak mendengarkan karya yang sama yaitu “Bulan Gedhe” sebuah lagu
dolanan dari daerah Jawa Tengah, yang direkam oleh Group “Renggaswara”
Pimpinan Hadisukatno, pada perusahaan Lokananta Surakarta No ACD-122, dan
setiap anak mencatat/melukiskan berbagai hal yang mereka dengar secara
individual (ada yang ikonis, ada yang simbolis, ada yang transmusikal dan ada
yang gabungan antara ketiganya). Transposisi/Transformasi musik yang
dimaksud adalah mencakup bermain musik atau menyanyi sambil menggerakkan
badan, menari, dengan memperhatikan mimik dan gestik. Karya yang ditulis
dalam gambar 1 s/d 10 dimainkan didepan kelas dengan memainkan instrumen
dari perkakas kehidupan sehari-hari, sambil bernyanyi, menggerakkan badan
dengan penuh ekspresi, mimik dan gestik. Refleksi musik yang dimaksud adalah
mencakup menganalisa karya musik, membuat kritik musik dan membandingkan
karya-karya musik. Karya yang ditulis dalam gambar 1 s/d 10 dimainkan didepan
kelas, selanjutnya para murid mendiskusikannya, saling memberikan komentar,
Notasi Grafis Sebagai Media Pembelajaran Musik
5 dari 9
kesan dan kritik. Informasi musik yang dimaksud adalah mencakup informasi
musik secara menyeluruh yaitu menganai nama-nama instrument serta cara
memainkannya, penggunaan tanda dinamik, penggunaan tanda tempo, notasi
musik, tangga nada, interval dll. Karya yang ditulis dalam gambar 1 s/d 10
sebelum ataupun sesudah dimainkan didepan kelas, para “komposer” menjelaskan
tentang “sumber bunyi” yang dipergunakan, struktur karya, penggunaan berbagai
unsur musik dll.
Jika diamati dari gambar 1 s/d 10 terlihat jelas hubungan antara musik dan
seni rupa. Para siswa memilih warna tertentu mempunyai arti sendiri, misalnya
warna gelap untuk bunyi yang berfrekwensi rendah dan warna terang untuk bunyi
yang berfrekwensi tinggi, pemilihan titik, garis tipis, garis tebal, symbol
instrumental, symbol vokal dll. Bahkan dalam pelaksanaannya terintegrasi dengan
berbagai bidang seni lainnya, misalnya tari, sastra, acting dll, sayangnya akan
merubah tema pembahasan jika dikemukakan didalam tulisan ini secara detail.
Pada prinsipnya baik secara ikonis, grafis, transmusikal, gabungan antara
ketiganya dll bisa dijadikan sebagai alat bantu pembelajaran musik. Bahkan murid
juga bisa menciptakan sendiri-sendiri simbol-simbol bunyi yang menurut mereka
sesuai. Namun demikian agar simbol-simbol yang dibuat juga mudah dimengerti
orang lain maka perlu juga contoh-contoh simbol yang „logis“. Jika gambar 6
diamati, betapa mudah sebuah „komposisi musik“ dibaca. Gambar tersebut
merupakan „Catatan“ seorang murid SD setelah mendengarkan karya musik
„Bulan Gedhe“, sebagaimana telah disinggung diatas. Karya „Bulan Gedhe“
tersebut dimainkan dengan urutan persis dengan urutan gambar (dibaca dari kiri
ke kanan dan dari atas ke bawah), dan jika dijelaskan secara verbal kurang lebih
sebagai berikut:
1. Suara instrumental motiv A dimainkan sebanyak 20 kali, selanjutnya
Motiv B dimainkan sebanyak 1 kali dan selanjutnya suara vokal
2. Suara vokal, kemudian instrumental, selanjutnya vokal dan instrumental
3. Suara vokal, kemudian instrumental, selanjutnya vokal dan instrumental
lagi,
4. Suara vokal, suara vokal yang keras (juga berbicara), suara vokal dan
suara vokal yang keras (juga berbicara)
Notasi Grafis Sebagai Media Pembelajaran Musik
6 dari 9
5. Suara instrumental, suara instrumental, suara instrumental dan suara vokal
yang keras (juga berbicara)
6. Suara vokal, suara vokal, suara vokal yang keras (juga berbicara) dan
diakhiri dengan suara vokal yang meninggi dan berbagai suara vokal yang
meriah.
Untuk
pembelajaran
musik,
penggunaan
notasi
grafis
sebagaimana
diterapkan di banyak negara barat, memang sangat bermanfaat dan sudah
teruji
keampuhannya.
(Baca:
Vogelsänger,
Siegfried:
Graphische
Darstellungen als Hilfsmittel der Werkinterpretation, dalam: Hans Rectanus
(Hrsg.).: Neue Ansätze im Musikunterricht, (Stuttgart: Ernst Klett Verlag,
1972). Kelebihan dari notasi grafis antara lain:
1. Indera para pelajar lebih dekat ke grafis daripada simbol lainnya.
2. Secara harmonis, metris dan fungsi-fungsi formal atau hubungan dan
keterkaitan melodis dan ritmis relativ lebih mudah ditunjukkan dalam
bentuk grafis.
3. Deferensiasi simbol melalui grafis lebih mudah dikenali daripada
simbol yang lain, dengan demikian pendengaran para siswa lebih
reseptiv.
Untuk itu berikut ini diberikan rambu-rambu dalam penggunaan notasi musik:
1. Simbol harus praktis, sebab simbol tersebut akan kehilangan
maknanya jika nilai ekonomis dari sistem yang baru tersebut tidak lagi
berhubungan dengan kebutuhan waktu para murid.
2. Simbol grafis selalu hanya merupakan „alat bantu“. Teknik kolage
didalam seni rupa dapat dijadikan sebagai alat bantu pendengaran
secara cepat. Pensil dan kertas atau kapur dan papan tulis sangat
memadahi, kesemuanya itu tidak menjadikan alat bantu didaktis
menjadi beku, kesemuanya itu juga tidak membatasi alat fikir anak.
3. Jika simbol diambil dari notasi tradisional (Barat), maka sebaiknya
memakai simbol yang maknanya sudah lazim dipergunakan.
(misalnya: > atau  atau V dll)
4. Prinsip-prinsip dasar notasi tradisional (Barat) sedapat mungkin
dipertahankan. (Tinggi nada ditulis secara vertikal, durasi nada ditulis
Notasi Grafis Sebagai Media Pembelajaran Musik
7 dari 9
secara horisontal, bunyi bersamaan ditulis secara bersusun atas bawah,
garis-garis sebagai pembatas dll.
5. Simbol-simbol harus jelas berbeda antara yang satu dengan yang
lainnya. (Titik-titik untuk berbagai peristiwa bunyi yang pendek, garisgaris-tipis atau semakin tebal bergelombang untuk bunyi-bunyi yang
bergelombang, garis datar untuk suara yang datar) (Klaus Finkel dan
Ulrike Wünnenberg , 1975).
Contoh Notasi Grafis
Gambar 1
Gambar 3
Gambar 2
Gambar 4
Gambar 6
Notasi Grafis Sebagai Media Pembelajaran Musik
Gambar 5
Gambar 7
8 dari 9
Gambar 8
Gambar 9
Gambar 10
Berbagai alternatif “Media Pembelajaran Musik” khususnya dibidang “Notasi” di
program Musik UPI belum ada tempat untuk mengembangkannya, para ahli
pendidikan musik di Indonesiapun tampaknya belum begitu mengenalnya maka
tidak mengherankan jika aplikasi oleh para guru musikpun sama sekali tidak ada.
Sebuah kesempatan dan tantangan yang sangat menarik bagi program Musik UPI
untuk menjadi pionir memperkenalkan ide yang sudah teruji keampuhannya di
negara-negara Barat ini kepada para pendidik musik di seluruh Indonesia.
Demikian tulisan ini semoga bermanfaat bagi perkembangan pembelajaran musik
khususnya dalam bidang media pembelajaran musik yaitu notasi musik.
Sederhana, 25 Maret 2003
Pustaka Rujukan
1. Finkel, Klaus und Ulrike Wünnenberg: Musikalische Struktur und graphische Notierung,
(München-Salzburg: Musikverlag Emil Katzbichler, 1975), hal. 36
2. Gage, N.L./Berliner: Pädagogische Psychologie I, (München, 1979)
3. Kulkis/van Bracht: Morgen wissen wir mehr, (Düsseldorf, 1981)
4. Lemmermann, Heinz: Didaktische Grundrisse, (Julius Klinkhardt, 1984), hal. 193-194
5. Moles, Abraham A.: Informationstheorie und Ästhetische Wahrnehmung, (Köln, 1971)
6. Morris, Charles William: Grundlagen der Zeichentheorie, (München, 1972)
7. Rectanus, Hans: Lexikon der Musikpädagogik (Hrsg. Heise/Helms/Hopf), (Regensburg,
1983)
8. Rectanus, Hans: MP. Praxis, 1990
9. Vogelsänger, Siegfried: Graphische Darstellungen als Hilfsmittel der Werkinterpretation, in:
Hans Rectanus (Hrsg.).: Neue Ansätze im Musikunterricht, (Stuttgart: Ernst Klett Verlag,
1972), hal. 61-65
Riwayat Hidup Penulis
Drs. Bambang Jasnanto, lahir di Karanganyar, 01 Juni 1962. Ia adalah dosen tetap di jurusan
Sendratasik FPBS UPI. Ia memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Musik dari IKIP Jakarta 1986,
dan meneruskan studi S3 di Pädagogische Hochschüle Heidelberg Jerman, Jurusan Pendidikan
Musik (Musikerziehung) sejak 1994 (Belum Selesai).
Notasi Grafis Sebagai Media Pembelajaran Musik
9 dari 9
Download