Pertemuan 1, 2 BAB I. HIMPUNAN DEFINISI Himpunan (set) adalah kumpulan objek-objek yang didefenisikan dengan jelas. Objek-objek itu kemudian disebut anggota atau elemen yang biasanya dinotasikan dengan huruf kecil, obyek dilambangkan : a, b, c, ..... z Himpunan biasanya di notasikan dengan huruf kapital atau secara umum himpunan dilambangkan : A, B, C, ...... Z Notasi : p ϵ A A B A=B p anggota A A himpunan bagian dari B himpunan A sama dengan B ingkaran Himpunan P disebut himpunan bagian (subset) dari himpunan Q, jika setiap anggota P merupakan anggota Q. Hubungan antara P dan Q tersebut dapat ditulis sebagai P Q. Dengan cara lain, hubungan antara P dan Q tersebut dapat ditulis sebagai Q P dan dibaca Q superset dari P atau P terdapat di dalam Q . Contoh Mahasiswa semester dua dari jurusan manajemen informatika di STMIK Jenderal Achmad Yani merupakan anggota dari himpunan jurusan manajemen informatika di STMIK Jenderal Achmad Yani (M). Jika P merupakan himpunan mahasiswa semester dua tersebut, maka P merupakan himpunan bagian dari himpunan M dan ditulis sebagai P M. Dapat pula ditulis sebagai M P dan dibaca M superset dari P . Dua himpunan dikatakan saling lepas (disjoint) jika mereka tidak memiliki anggota bersama. Contoh Himpunan mahasiswa D3 STMIK Jenderal Achmad Yani dan himpunan dosen D3 STMIK Jenderal Achmad Yani merupakan himpunan yang saling lepas. 1 Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak memiliki anggota dan dinyatakan { } atau . sebagai Contoh 1.5. A = { x x bilangan asli dan x < 1 } = . Dalam rangka menyelidiki hubungan antara beberapa himpunan, seringkali dibutuhkan pendefinisian sebuah himpunan yang disebut himpunan semesta. Himpunanhimpunan lain yang dibicarakan merupakan himpunan bagian dari himpunan semesta tersebut. Himpunan semesta biasanya dinyatakan sebagai himpunan S atau U . Contoh. Himpunan bilangan riil R merupakan semesta dari himpunan bilangan asli N dan himpunan bilangan bulat Z . Dua buah himpunan dikatakan sama jika keduanya memiliki anggota yang benarbenar sama. Contoh { x x + 2 = 4 } = { y 3 y = 6 }. PENYAJIAN HIMPUNAN 1. Enumerasi Menyajikan himpunan dengan menuliskan semua elemen himpunan yang bersangkutan diantara dua buah tanda kurung kurawal. Biasanya suatu himpunan diberi nama dengan huruf kapital. Contoh: Himpunan A yang berisi lima anggota 1, 2, 3, 4, 5 dapat ditulis: A = {1,2,3,4,5} Himpunan B yang berisi lima bilangan genap positip pertama dapat ditulis: B = {2, 4,6,8,10} 2 2. Notasi Pembentuk Himpunan Cara penyajian himpunan ini dengan menuliskan notasi pembentuk himpunan (set builder), dan himpunan dinyatakan dengan menulis syarat yang harus dipenuhi oleh anggotanya. Notasi: {x | syarat yang harus dipenuhi oleh x} Aturan yang digunakan dalam penulisan syarat keanggotaan: Bagian di kiri `|` tanda melambangkan elemen himpunan Tanda `|` dibaca dimana atau sedemikian sehingga Bagian di kanan tanda `|` menunjukkan syarat keanggotaan himpunan Setiap tanda `,` di dalam syarat keanggotaan dibaca sebagai dan Contoh: 1. A adalah himpunan bilangan bulat positif yang kecil dari 5, dinyatakan sebagai A = {x | x adalah himpunan bilangan bulat positif yang kecil dari 5} Atau dalam notasi yang lebih ringkas A = {x | x ϵ P, x < 5} 2. B adalah himpunan bilangan genap positip yang lebih kecil atau sama dengan 8, dinyatakan sebagai B = {x | x adalah himpunan bilangan genap positif yang kecil atau sama dengan 8} Atau dalam notasi yang lebih ringkas B = {x | x ϵ P, x ≤ 8} 3. Diagram Venn Cara penyajian himpunan ini diperkenalkan oleh John Venn dari Inggris pada tahun 1881. Di dalam diagram venn, himpunan semesta (U) digambarkan sebagai suatu segi empat, sedangkan himpunan lainnya digambarkan sebagai lingkaran di dalam segi empat tersebut. Anggota-anggota suatu himpunan berada di dalam lingkaran yang lain pula. Ada kemungkinan dua himpunan mempunyai anggota yang sama, dan hal ini digambarkan dengan lingkaran yang saling beririsan. Anggota U yang tidak termasuk di dalam himpunan manapun digambarkan di luar lingkaran. 3 Contoh: U A B OPERASI HIMPUNAN Dalam pelajaran aljabar dikenal operasi hitung seperti penjumlahan, perkalian, pengurangan, pembagian, operasi itu membentuk bilangan baru dari bilangan yang diketahui. Demikian juga dengan operasi himpunan. Pengertian operasi pada himpunan tidak berbeda dengan operasi pada bilangan. Operasi pada himpunan adalah cara membentuk himpunan baru dari himpunanhimpunan yang diketahui. Operasinya ada yang berbentuk uner dan ada yang berbentuk biner. Operasi uner, bila himpunan baru tersebut dari satu himpunan yang diketahui dan operasi biner bila himpunan baru diperoleh dari dua himpunan. 1. Gabungan Himpunan (Union) Gabungan dua himpunan A dan B yang dilambangkan dengan ”A U B” adalah himpunan baru yang anggota-anggotanya terdiri dari semua anggota A atau anggota B atau anggota kedua-duanya. ”A U B” dibaca A gabungan B atau gabungan A dan B. Jika dinyatakan dengan notasi pembentuk himpunan maka A U B = x x A atau x B atau x A dan B, dan jika dinyatakan dengan diagram Venn maka daerah yang diarsir merupakan daerah gabungan. Diagram Venn A U B 4 Contoh 1. Jika A = a, b, c B = c, d , e Maka A U B = a, b, c, , d Diagram Vennnya A B a d c b e AUB Contoh 2. Jika A = 1,2,3,4 dan B = 1,2,3,4,5,6 berarti A B Maka A U B = 1,2,3,4,5,6 = B Diagram Vennnya Gambar 2 A B .B .5 .A .2 .3 .4 .6 AUB=B .1 AUB Contoh 3. Jika A = 1,2,3 dan B = 4,5,6, maka A U B = 1,2,3,4,5,6 5 Diagram Vennnya A B .4 .1 .5 .2 .6 .3 AUB Contoh 4. Jika A = a, b, c, maka A U A = a, b, c Demikian juga A U = a, b, c Jadi A U A = A dan A U = A Contoh 5. Jika A = a, b, c dan L = a, b, c, d , e Maka A U L = a, b, c, d , e Jadi A U L = L 2. Irisan Himpunan Irisan himpunan A dan B, yang dilambangkan dengan ”A ∩ B” adalah himpunan baru yang anggotanya terdiri dari anggota himpunan A dan anggota himpunan B, atau dengan kata lain anggotanya adalah anggota sekutu A dan B. ”A ∩ B” dibaca ”A irisan B” atau ”irisan A dan B”. Jika dinyatakan dengan notasi pembentuk himpunan maka A B = { x x A dan x B } Jika dinyatakan dengan dengan diagram Venn, irisan himpunan A dan B ditunjukkan dengan daerah yang diarsir. A∩B 6 Contoh 6. Jika A = 1,2,3 dan B = 3,4,5,6 , maka A ∩ B = ?. Diagram Venn A B .4 .1 .5 .3 .2 .6 Contoh 7. Jika A = a, b, c dan B = d , e, f , maka A ∩ B = Diagram Venn A B .a .b .c .d .e .f A B Irisan A dan B tidak ada , hubungan antara A dan B adalah himpunan lepas, yang berarti A B A∩B= Contoh 8. Jika A = 1,2,3,4,5 dan B = x x bilangan asli 8 Maka A ∩ B = 1,2,3,4,5 = A 7 Diagram Venn B A .2 A .3 .1 .4 .5 .6 .7 Ternyata A merupakan bagian B sehingga A ∩ B = A Contoh 9. Jika A = a, i, u maka A ∩ A = a, i, u = A dan bila A ∩ = , berarti tidak ada anggotanya. Jadi A ∩ A = A dan A ∩ = . Contoh 10. Jika U = 1,2,3,4,5 dan A = 1,2,3 maka A ∩ S = ? U = himpunan semesta. Jadi A ∩ U = ?. 3. Selisih Selisih (difference) dari himpunan A dengan himpunan B, ditulis sebagai A - B, adalah sebuah himpunan yang anggotanya merupakan anggota himpunan A yang bukan merupakan anggota himpunan B. A - B = { x x A dan x B }. B - A = { x x B dan x A }. Jelas bahwa Selisih simetri (symetric difference) dari himpunan A dengan himpunan B, ditulis sebagai A B, adalah sebuah himpunan yang anggotanya merupakan anggota gabungan himpunan A dan B, tetapi bukan merupakan anggota irisan himpunan A dan B. AB = (AB)–(AB) atau A B = ( A – B ) ( B - A ). 8 4. Complement Jika U adalah himpunan semesta dan himpunan A U, komplemen dari A, ditulis A’, adalah himpunan dari semua anggota U yang bukan merupakan anggota A . A’ = { x x A } PERHITUNGAN ANGGOTA HIMPUNAN Jika himpunan S memiliki n buah elemen yang berbeda, maka S adalah himpunan berhingga (finite set), dan n adalah kardinalitas (cardinality) dari S, kardinalitas dari S dinyatakan sebagai n(S) atau S. Contoh 1. Hitung kardinalitas dari S =.{ 0,1,2,3,4,5} jawaban n(S) = 6 Contoh 2. Hitung kardinalitas dari M =.{ 0,1,2,3,4,5,4,3,2,1} jawaban n(S) = ? KAIDAH-KAIDAH DALAM OPERASI HIMPUNAN Himpunan di bawah operasi gabungan, irisan dan komplemen memenuhi berbagai hukum aljabar. Tabel berikut menampilkan hukum-hukum yang berlaku pada operasi himpunan tersebut. Hukum Asosiatif (AB) C = A(BC) (A B)C = A(BC) Hukum Komutatif A B = B A A B = BA Hukum Distributif A ( B C ) = ( A B ) (A C ) A ( B C ) = ( A B ) (A C ) (A’) ’ = A Hukum Involusi Hukum Idempoten A A = A A A = A Hukum Identitas A = A A S = A 9 Hukum Komplemen A A’ = S A A’ = Hukum de Morgan ( A B ) ‘ = A’ B’ ( A B )’ = A’ B’ Contoh. Jika P, Q dan R adalah himpunan, tunjukkan bahwa ( P Q ) ( P’ R )’ = P ( Q’ R )’ . Jawab : Pernyataan Alasan ( P Q ) ( P’ R )’ = ( P Q ) ( (P’ )’ R’ ) hukum de Morgan (P’ )’ = P hukum involusi ( P Q ) ( P’ R )’ = ( P Q ) ( P R’ ) substitusi ( P Q ) ( P R’ ) = P ( Q R’ ) hukum distribusi ( Q R’ ) = ( Q’ R )’ hukum de Morgan ( P Q ) ( P’ R )’ = P ( Q’ R )’ substitusi Contoh. Jika P, Q dan R adalah himpunan, tunjukkan bahwa P’ (Q R)’ (P’ Q’ ) = P’ Q’ R’ Jawab : ...diserahkan kepada mahasiswa. he…he .... Soal Latihan . 1. Buktikan bahwa (A B) (A B’ ) = A. 2. Buktikan bahwa, jika A B = S, maka A’ B. (S = semesta). 3. Buktikan bahwa A (A’ B ) = A B. 10