1 Efektivitas Penggunaan Metode Talking Stick dalam

advertisement
Efektivitas Penggunaan Metode Talking Stick
dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman
(Studi Penggunaan Metode Talking Stick di SMAN 3 Cimahi)
Irma Indriani, Azis Mahfuddin, Irma Permatawati
Abstraksi Berbicara merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai
dalam pembelajaran bahasa Jerman, namun kebanyakan dari pembelajar bahasa
Jerman merasa kesulitan dalam menguasai keterampilan ini. Siswa merasa sulit
dan takut untuk berbicara dalam bahasa Jerman. Oleh karena itu, dibutuhkan
metode pembelajaran yang tepat untuk membuat siswa lebih banyak berlatih dan
berperan lebih aktif dalam pembelajaran keterampilan berbicara. Salah satu
metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam peningkatan keterampilan
berbicara adalah metode Talking stick. Metode ini bertujuan untuk mendorong
siswa agar berani mengemukakan pendapat. Melalui metode ini siswa dapat lebih
aktif berbicara dalam kegiatan pembelajaran. Adapun penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui: 1) penguasaan keterampilan berbicara bahasa Jerman siswa
sebelum penerapan metode talking stick, 2) penguasaan keterampilan berbicara
bahasa Jerman siswa sesudah penerapan metode talking stick, 3) efektivitas
penerapan metode talking stick dalam meningkatkan keterampilan berbicara
bahasa Jerman siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMAN
3 Cimahi dan sampel yang digunakan adalah siswa kelas XII IPA 4 yang
berjumlah 37 orang pada tahun ajaran 2013/2014. Pada penelitian ini digunakan
metode kuasi eksperimen dengan satu kelompok. Berikut adalah data hasil
penelitian: pada pretest diperoleh nilai rata-rata sebesar 54,34 dan termasuk dalam
kategori kurang, dengan nilai tertinggi 69,50 dan terendah 42,00 dari nilai
maksimal 100. Pada posttest diperoleh nilai rata-rata sebesar 74,94 dan termasuk
dalam kategori cukup, dengan nilai tertinggi 70,00 dan terendah 80,75.
Penghitungan uji-t menunjukkan bahwa t hitung > t tabel = 14,73 > 1,69. Hal ini
berarti hipotesis penelitian ini dapat diterima yang berarti bahwa metode talking
stick efektif digunakan dalam peningkatan keterampilan berbicara bahasa Jerman.
Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan kepada pengajar bahasa Jerman untuk
menggunakan metode pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih aktif dalam
pembelajaran berbicara, salah satunya adalah metode talking stick. Selain itu
disarankan juga bagi peneliti selanjutnya agar lebih memperhatikan kekurangan
dari penggunaan metode talking stick dan meminimalisirnya, serta memberikan
treatment yang lebih intensif agar hasil yang diperoleh lebih maksimal.
Kata Kunci : metode talking stick, keterampilan berbicara
1
Effektivität der Anwendung der Talking Stick Methode
zur Steigerung der Deutschsprechfertigkeit
Irma Indriani*), Azis Mahfuddin, Irma Permatawati
Abstrakt Sprechen ist eine der Sprachfertigkeiten, die im Deutschunterricht
beherrscht werden sollte. Aber die Lernenden haben Schwierigkeiten, diese
Fertigkeit zu beherrschen. Sie haben Angst und es fällt ihnen schwierig, Deutsch
zu sprechen. Deswegen ist eine richtige Lernmethode gebraucht, mit der die
Lernenden mehr üben und aktiver beim Lernen sind. Eine der Methoden, die
Sprechfertigkeit steigern kann, ist die Talking Stick Methode. Diese Methode hat
das Ziel, die Lernenden zu motivieren, damit sie ihre Meinungen einfach
ausdrücken können. Durch diese Methode können die Lernenden aktiver beim
Sprechen sein. Die Untersuchung hat folgende Ziele: 1) um die
Deutschsprechfertigkeit der Schüler vor der Anwendung der Talking Stick
Methode darzustellen. 2) um die Deutschsprechfertigkeit der Schüler nach der
Anwendung der Talking Stick Methode zu beschreiben. 3) um die Effektivität der
Anwendung
der
Talking
Stick
Methode
zur
Steigerung
der
Deutschsprechfertigkeit der Schüler zu schildern. Die Population dieser
Untersuchung ist alle Schüler der Klasse XII SMAN 3 Cimahi und die Probanden
dieser Untersuchung sind die Schüler der Klasse XII IPA 4 SMAN 3 Cimahi des
akademischen Jahres 2013/2014, die aus 37 Personen besteht. In dieser
Untersuchung wird die Quasi-Experiment Methode angewendet. Folgende ist das
Ergebnis der Untersuchung: Von dem Pretest ist die durchschnittliche Note 54,34,
die höchste Note ist 69,50 und die niedrigste Note ist 42,00 in der Skala 100. Das
Ergebnis vom Posttest zeigt, dass die höchste Note 80,75 und die niedrigste Note
70,00 ist. Der t-Test zeigt, dass t Rechnung gröβer als t Tabelle ist (14,73>1,69). Das
bedeutet, die Hypothese dieser Untersuchung ist akzeptiert und das heiβt, die
Talking Stick Methode ist zur Steigerung der Deutschsprechfertigkeit effektiv.
Aufgrund dem Ergebnis dieser Untersuchung wird es den Deutschlehrenden
empfohlen, eine Methode anzuwenden, die die Schülern aktiv machen können, und
eine der Methoden ist die Talking Stick Methode. Auβerdem sollte der weitere
Forscher die Nachteile der Talking Stick Methode beachten und vermindern, und
auch muss der Forscher intensivere Behandlung geben, um besseres Ergebnis
bekommen zukönnen.
Schlüsswort: Talking Stick Methode, Deutschsprechfertigkeit
Pendahuluan
Keterampilan berbicara adalah salah satu keterampilan berbahasa yang
perlu dikuasai siswa. Dalam keterampilan berbicara diperlukan kemampuan dan
keterampilan khusus, seperti pemilihan kosakata, penyusunan kosakata menjadi
kalimat terstruktur, dan pengucapan yang sesuai. Hal tersebut menimbulkan
2
kesulitan dalam kemampuan berbicara sehingga menyebabkan rendahnya kualitas
keterampilan tersebut.
Berdasarkan pengamatan penulis, rendahnya kualitas keterampilan
berbicara bahasa Jerman siswa disebabkan oleh kurangnya optimalisasi siswa
dalam pembelajaran keterampilan berbahasa Jerman. Pembelajaran yang
diberikan, baik melalui lembaga formal maupun informal kurang begitu
diaplikasikan oleh siswa. Lebih spesifik lagi, siswa kurang dilatih dalam berbicara
pada kegiatan belajar mengajar di kelas. Faktor yang menyebabkan rendahnya
penguasaan bahasa Jerman di SMA, terdiri atas faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal mengacu pada kondisi siswa, di antaranya siswa yang
pasif, kurang percaya diri atau takut diberi sanksi apabila salah berbicara,
sedangkan faktor eksternal berasal dari luar siswa itu sendiri, yang salah satunya
mencakup metode pembelajaran yang kurang tepat.
Metode dalam pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jerman yang
dipergunakan kebanyakan hanya berupa metode ceramah dan metode tanya
jawab. Hal tersebut dianggap kurang optimal, karena peningkatan hasil belajar
siswa tidak terlalu signifikan, seperti hasil observasi penulis di SMAN 3 Cimahi
yang menunjukkan bahwa metode yang sering digunakan oleh pengajar bahasa
Jerman di SMA tersebut adalah
metode ceramah, tanya jawab, dan dikusi
kelompok. Hal ini dianggap kurang efektif dalam pembelajaran keterampilan
berbicara. Berdasarkan studi pendahuluan diketahui bahwa dalam pembelajaran
bahasa Jerman di sekolah ini jarang digunakan metode-metode lain selain yang
telah dipaparkan di atas, dikarenakan guru sulit menerapkan metode lain untuk
beberapa tema tertentu.
Adapun faktor yang menjadi penghambat siswa, khususnya siswa SMAN
3 Cimahi dalam berbicara, di antaranya siswa takut salah dalam berbicara, siswa
kurang memahami pokok pembelajaran yang dipelajari, siswa kurang menguasai
kosakata, dan siswa kurang diberikan kesempatan untuk berbicara secara
terstruktur.
3
Dari beberapa masalah yang telah dikemukakan di atas, penulis mencoba
menerapkan metode pembelajaran yang mampu melibatkan siswa agar dapat
berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode talking stick. Metode ini dianggap
cocok dengan keterampilan berbicara, karena dalam metode ini siswa dilibatkan
secara langsung, sehingga siswa dituntut untuk berperan aktif dalam kegiatan
pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jerman.
Sejalan dengan hal tersebut, terdapat beberapa penelitian yang relevan
dengan metode ini, seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Mirajati (2010)
yang berupa penerapan metode talking stick untuk meningkatkan keterampilan
berbicara siswa kelas 3 SD dalam bercerita. Melalui metode talking stick, aspek
kebahasaan pada keterampilan berbicara meningkat secara signifikan dengan
persentase keberhasilan 76,19%. Penelitian lainnya mengenai penggunaan metode
talking stick juga pernah dilakukan oleh Cahyaningsih (2011), yaitu mengenai
penerapan metode talking stick untuk meningkatkan keterampilan berbicara
bahasa Indonesia untuk siswa kelas V SD. Dari hasil penelitian dapat dilihat
bahwa keterampilan berbicara siswa mengalami peningkatan.
Dari berbagai hasil penelitian mengenai penerapan metode talking stick
dalam pembelajaran keterampilan berbicara, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan menggunakan metode talking stick dalam pembelajaran
keterampilan berbicara bahasa Jerman.
Pembahasan Teoretis
Metode Pembelajaran
“Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata
dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran”, Senjaya (Muslihuddin et al.,
2012:55). Selain itu pengertian metode pembelajaran yang dikutip dari
http://de.wikipedia.org/wiki/Lernmethode adalah, “Lernmethoden sind Werkzeuge
bzw. Hilfsmittel, mit denen man effizienter lernen kann, um so Wissen und
Fähigkeiten (Kompetenzen) zu erlangen”. Dengan kata lain ‘metode pembelajaran
4
adalah alat seperti sarana, yang mana dengan metode ini orang dapat belajar
dengan lebih efisien, untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan
(kompetensi)’. Dengan cara ini sebuah proses pencapaian tujuan akan terlaksana
dengan baik dan lebih menarik.
Metode Talking Stick
Knockwood
(Hartina,
2012)
dalam
http://httsthartina09.blogspot.com/2013/02/talking-stick-method.html
mendefinisikan talking stick sebagai:
Talking stick is a piece of wood used in Talking Stick Ceremony. Anyone
with the talking stick would have the right to talk as long as they need to
say without fear of being interrupted with question, criticism or scolding.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa ‘talking stick adalah sepotong kayu yang
digunakan dalam upacara talking stick. Seseorang dengan sepotong kayu memiliki
hak untuk berbicara tanpa takut diinterupsi dengan pertanyaan, kritikan ataupun
sanggahan’.
Metode talking stick sendiri dalam pendidikan berarti “sebuah pola
pengajaran yang melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang
lain dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok”
(Muslihuddin et al., 2012: 197). Pesan tersebut berupa pertanyaan yang akan
diajukan dan kemudian dijawab oleh siswa yang menerima tongkat sebagai
medianya.
A. Tujuan Metode Talking Stick
Tujuan penggunaan metode talking stick dalam pembelajaran yang
dikemukakan oleh Muslihuddin et al. (2012: 197) adalah “untuk melatih kesiapan
siswa dalam menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan materi meskipun
pertanyaan tersebut harus dijawab secara spontan”.
Suprijono
dalam
Bina
(2012)
dalam
http://eprints.uny.ac.id/9114/
mengemukakan bahwa “metode pembelajaran kooperatif tipe talking stick dapat
mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat”.
5
B. Kekurangan dan Kelebihan Metode Talking Stick
Terdapat beberapa kelebihan dari penerapan metode talking stick, seperti
yang dikemukakan oleh Muslihuddin et al. (2012: 198) sebagai berikut:
a. Melatih konsentrasi dan kesiapan siswa;
b. Melatih daya ingat siswa;
c. Dapat mengukur tingkat pemahaman siswa secara langsung dan secara
individu.
Sedangkan kekurangannya adalah sebagai berikut:
a. Jika guru tidak bisa mengendalikan kondisi kelas, maka suasana kelas
akan gaduh;
b. Siswa belum terbiasa untuk membuat pertanyaan-pertanyaan secara
spontan;
C. Langkah-langkah Metode Talking Stick
Pendapat mengenai langkah-langkah talking stick menurut Muslihuddin et
al. (2012: 197-198), adalah sebagai berikut:
a. Guru menyampaikan materi.
b. Siswa diberi kesempatan untuk membaca dan mempelajari materi
tersebut.
c. Guru dan siswa berdiskusi tentang materi yang sedang dipelajari.
d. Guru mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan
kepada siswa.
e. Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya.
f. Guru memberikan tongkat tersebut kepada salah seorang siswa secara
acak, siswa yang mendapatkan tongkat tersebut kemudian diberi
pertanyaan oleh guru dan siswa tersebut harus menjawab pertanyaan
yang diberikan.
g. Setelah siswa menjawab pertanyaan, kemudian siswa tersebut
memberikan tongkat tersebut kepada teman siswa lainnya secara acak.
h. Siswa yang mendapat tongkat tersebut harus menjawab pertanyaan
yang diberikan oleh guru, demikian seterusnya sampai semua
pertanyaan semua terjawab.
i. Guru bersama siswa menyimpulkan tentang materi yang telah
dipelajari.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan penulis dengan menyisipkan lagu
dalam pelaksanaannya guna membuat siswa lebih tertarik, sebagai berikut:
a. Guru menyampaikan materi ajar, yang dalam penelitian ini berupa kosakata
bertema Familie.
6
b. Siswa diberikan kesempatan oleh guru untuk mempelajari materi yang telah
disampaikan, dan mendiskusikan hal yang masih belum dimengerti.
c. Guru mempersiapkan tongkat dan pertanyaan berkenaan dengan materi yang
telah disampaikan.
d. Guru mengatur posisi duduk siswa sesuai dengan kegiatan pembelajaran pada
hari-hari biasanya.
e. Guru menjelaskan tata cara pelaksanaan metode talking stick pada siswa.
f. Guru memperkenalkan sebuah lagu berbahasa Jerman pada siswa, kemudian
menyanyikannya dan siswa mengikutinya.
g. Siswa bersama guru menyanyikan sebuah lagu sambil mengestafetkan sebuah
tongkat yang diawali dari siswa yang berada di sisi paling kanan depan,
kemudian tongkat tersebut diestafetkan searah jarum jam. Siswa yang
memegang tongkat pada saat lagu berakhir mendapatkan pertanyaan dari guru.
h. Apabila siswa tersebut tidak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan, siswa
tersebut diperkenankan bertanya pada salah seorang temannya dengan cara
mengulang pertanyaan yang telah diberikan kepada temannya, sehingga yang
mendapatkan kesempatan berikutnya adalah siswa yang berhasil menjawab
pertanyaan.
i. Apabila jawaban siswa salah, guru meluruskan dan siswa tersebut mengulang
kembali jawaban yang telah dibenarkan.
j. Siswa yang berhasil menjawab pertanyaan diberi kesempatan untuk
melemparkan tongkatnya pada teman yang dikehendakinya dan mengajukan
pertanyaan sederhana seputar tema yang telah dipelajari pada temannya yang
menerima tongkat tersebut.
k. Siswa dan guru kembali menyayikan lagu yang sama sambil mengestafetkan
tongkat, ketika lagu berakhir, siswa yang memegang tongkat diberikan
pertanyaan oleh siswa yang sebelumnya menjawab pertanyaan dari tongkat
yang dilempar.
l. Siswa yang berhasil menjawab melakukan kegiatan yang sama seperti poin j.
m. Siswa dan guru mengulang kegiatan yang sama selama 30 menit.
7
n. Siswa bersama guru mengevaluasi, dan menyimpulkan materi yang telah
dipelajari.
o. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya seputar materi yang
telah dipelajari.
p. Guru menutup pelajaran.
Keterampilan Berbicara
“Berbicara merupakan kemampuan mengucapkan kalimat- kalimat untuk
mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan”
(Arsjad dan Mukti, 1991: 23). Berbicara dijadikan alat atau media yang digunakan
dalam berkomunikasi. Dalam berbicara, hal yang disampaikan harus sesuai
dengan apa yang ingin diutarakan. Sejalan dengan hal tersebut Bolte (1996: 4)
mengemukakan “Sprechen ist soziale Interaktion, zum Sprechende gehört der
Zuhörende”. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa ‘berbicara merupakan
interaksi sosial antara pembicara dan pendengar’.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi
experiment (eksperimen semu) dengan satu kelas penelitian tanpa kelas
pembanding, serta menggunakan rancangan pretest posttest one group design.
Adapun lokasi penelitian ini adalah di SMAN 3 Cimahi, dengan populasinya
adalah seluruh siswa kelas XII SMAN 3 Cimahi dan sampel seluruh siswa kelas
XII IPA 4 yang berjumlah 37 siswa. Teknik yang dipakai untuk pengambilan
sampel adalah teknik Probability Sampling dengan pengambilan sampel secara
simple random sampling, di mana setiap populasi diberikan peluang yang sama
dan sampel dipilih secara acak.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Instrumen pembelajaran, yaitu berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang dijadikan acuan peneliti dalam proses belajar mengajar dengan
tiga kali treatmen.
8
2. Instrumen evaluasi, yakni berupa tes lisan atau lebih tepatnya tes keterampilan
berbicara bahasa Jerman, di mana tes dilakukan sebanyak dua kali. Tes awal
(pretest) dilakukan guna mengetahui kemampuan keterampilan berbicara
siswa sebelum diterapkannya metode talking stick. Kemudian tes yang kedua
atau tes akhir (posttest) dilakukan guna mengetahui peningkatan keterampilan
siswa setelah diterapkannya metode talking stick setelah diberikan perlakuan
(treatment) sebanyak lima kali. Tes yang diberikan diambil dari buku
Kontakte Deutsch 2 yang merujuk pada Goethe Zertifikat- Fit in Deutsch A1
yang telah disesuaikan dengan pembelajar taraf pemula (SMA).
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data dapat dibuktikan bahwa penggunaan
metode talking stick dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jerman.
Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan hasil belajar siswa setelah perlakuan
(treatment), dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 54,34 pada saat pretest dan
nilai rata-rata posttest sebesar 74,94. Data ini pun diperkuat dengan analisis
pengujian hipotesis dengan teknik uji signifikansi dengan perolehan nilai t hitung
yang lebih besar dibandingkan t tabel (14,73 > 1,69). Hal ini dapat diartikan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pretest dan posttest. Oleh karena
itu dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan
pada kelas eksperimen setelah perlakuan daripada sebelum perlakuan, dengan kata
lain H 1 : μ SsP > μ SbP diterima.
Hal ini terjadi karena dalam perlakuan dengan menggunakan metode
talking stick siswa banyak berlatih berbicara bahasa Jerman dan siswa pun dibuat
menjadi lebih aktif pada kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara bahasa
Jerman, sehingga pada kegiatan posttest siswa telah terbiasa dan terlatih untuk
berbicara bahasa Jerman.
Hal tersebut diperkuat dengan pendapat berikut, “Dengan metode
pembelajaran kooperatif tipe talking stick peserta didik menjadi lebih mudah
untuk
berbicara
pembelajaran”(Bina,
serta
2012
berkomunikasi
dalam
secara
aktif
dalam
http://eprints.uny.ac.id/9114/).
9
proses
Hal
ini
dimaksudkan karena dalam pembelajaran dengan menggunakan talking stick,
siswa yang memegang tongkat dituntut aktif dan berbicara. Siswa yang
memegang tongkat harus menjawab pertanyaan yang diberikan, tentunya dalam
ranah penelitian ini menggunakan bahasa Jerman, kemudian siswa tersebut juga
mengajukan pertanyaan kepada teman yang lainnya, dan apabila ia tidak mampu
menjawab, ia pun diharuskan meminta bantuan pada temannya dengan
menggunakan bahasa Jerman.
Pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jerman, merupakan satu
pokok pembelajaran bahasa yang cukup penting. Neuner dalam Bina (2012)
http://eprints.uny.ac.id/9114/ mengatakan bahwa “Die Hauptwirkung des
Fremdsprachunterrichts besteht darin, dass die Schüler eine Fremdsprache in der
Lehrplan gefordeten Niveau tatsÓ“chlich in Wort und Schrift beherrschen lernen”.
Dengan kata lain dalam ‘pengaruh utama pengajaran bahasa asing antara lain,
siswa belajar menguasai bahasa asing dalam bentuk kata dan tulisan sesuai dengan
tingkatan yang ditetapkan dalam perencanaan pembelajaran’. Dengan demikian
pembelajaran keterampilan berbicara perlu dikuasai sebagai bentuk komunikasi
lisan.
Dalam pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jerman, hal yang
diperlukan adalah banyak berlatih berbicara menggunakan bahasa Jerman. Hal
tersebut diperlukan karena dengan banyak berlatih siswa menjadi terbiasa dan
tidak takut lagi dalam berbicara bahasa Jerman. Maka dengan demikian melaui
penggunaan metode talking stick siswa akan lebih banyak berlatih dalam
berbicara bahasa Jerman.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat dikatakan bahwa metode talking
stick cocok digunakan dalam pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jerman.
Dengan metode talking stick, kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan dengan
cara-cara yang lebih menyenangkan dan mampu melibatkan keaktifan siswa
secara langsung. Dengan begitu siswa diharapkan akan semakin menyukai
pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa pun meningkat karenanya.
10
Kesimpulan dan Saran
Nilai rata-rata siswa pada pretest sebesar 54,34, nilai terendah siswa
sebesar 42 dan nilai tertinggi siswa sebesar 69,50, maka berdasarkan klasifikasi
tingkat penguasaan, kategori penguasaan keterampilan berbicara siswa tergolong
kurang. Nilai rata-rata siswa pada posttest sebesar 74,94, nilai terendah siswa
sebesar 70,00 dan nilai tertinggi siswa sebesar 80,75 termasuk dalam kategori
cukup.
Berdasarkan analisis data penelitian dengan menggunakan uji-t, diperoleh
nilai t hitung sebesar 14,73, sedangkan nilai t tabel yang diperoleh dari tabel distribusi
T dengan taraf nyata (α) = 0,05 dan dk = 36 adalah sebesar 1,69. Dari data
tersebut dapat disimpulkan bahwa t hitung > t tabel (14,73 > 1,69). Hal ini berarti H 0
ditolak dan H 1 diterima. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan
antara hasil pretest dan hasil posttest dan berarti bahwa penggunaan metode
talking stick efektif dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jerman
siswa, sehingga metode talking stick dapat digunakan sebagai salah satu pilihan
metode
pembelajaran alternatif khususnya dalam pembelajaran keterampilan
berbicara.
Disarankan bagi peneliti yang akan meneliti dengan pembahasan yang
sama,
diharapkan
memperhatikan
kekurangan
metode
ini,
serta
dapat
meminimalisir dan mencari jalan keluar dari kekurangan-kekurangan tersebut,
selain itu disarankan juga agar memberikan perlakuan atau treatment secara lebih
intensif, sehingga hasil yang diperoleh akan lebih maksimal.
Daftar Pustaka
Arsjad, Maidar dan Mukti U.S. 1991. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Bina, Kundhini. 2012. Keefektifan Metode Cooperative Learning Tipe Talking
Stick Dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman Peserta
Didik Kelas XI SMA Negeri 2 Banguntapan Bantul. [Online]. Tersedia:
http://eprints.uny.ac.id/9114/. [5 Juni 2013].
Bolte, Henning. 1996. Fremdsprache Deutsch: Zeitschrift für die Praxis des
Deutschunterricht, Heft 14 Sprechen. Stuttgart: Ernstklett Verag.
11
Cahyaningsih, Putri Dwi. 2011. Penerapan Model Talking Stick Untuk
Meningkatkan Keterampilan Berbicara Dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia Kelas V SDN Jatimulyo 1 Kota Malang. [Online]. Tersedia:
http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=48605. [5 Juni 2013].
Hartina,
ST.
2013.
Talking
Stick
Method.
[online].
Tersedia:
http://httsthartina09.blogspot.com/2013/02/talking-stick-method.html.
[5
Juni 2013].
Mirajati, Desi. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick Dengan
Teknik Story Telling Dalam Meningkatkan Kemampuan Menceritakan
Pengalaman Orang Lain Siswa Kelas III SDN 1 Karangejo Selomerto
Wonosobo. [Online]. Tersedia: http://www.thedigilib.com/doc/233356penerapan-model-pembelajaran-talking-stick-dengan-teknik-story-tellingdalam-meningkatkan-kemampuan-menceritakan-pengalaman-orang-lainsiswa-kelas-iii-sd-n-1-karangrejo-selomerto-wonosobo#.Ua-V44b4Q6B. [5
Juni 2013].
Muslihuddin,et.al,. 2012. Revolusi Mengajar. Bandung: HPD Press.
Tn.
2013.
Lernmethode.
[Online].
http://de.wikipedia.org/wiki/Lernmethode. [2 Juni 2013].
12
Tersedia:
Download