Efektivitas Penggunaan Metode Talking Stick dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman (Studi Penggunaan Metode Talking Stick di SMAN 3 Cimahi) Irma Indriani, Azis Mahfuddin, Irma Permatawati Abstraksi Berbicara merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai dalam pembelajaran bahasa Jerman, namun kebanyakan dari pembelajar bahasa Jerman merasa kesulitan dalam menguasai keterampilan ini. Siswa merasa sulit dan takut untuk berbicara dalam bahasa Jerman. Oleh karena itu, dibutuhkan metode pembelajaran yang tepat untuk membuat siswa lebih banyak berlatih dan berperan lebih aktif dalam pembelajaran keterampilan berbicara. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam peningkatan keterampilan berbicara adalah metode Talking stick. Metode ini bertujuan untuk mendorong siswa agar berani mengemukakan pendapat. Melalui metode ini siswa dapat lebih aktif berbicara dalam kegiatan pembelajaran. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) penguasaan keterampilan berbicara bahasa Jerman siswa sebelum penerapan metode talking stick, 2) penguasaan keterampilan berbicara bahasa Jerman siswa sesudah penerapan metode talking stick, 3) efektivitas penerapan metode talking stick dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jerman siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMAN 3 Cimahi dan sampel yang digunakan adalah siswa kelas XII IPA 4 yang berjumlah 37 orang pada tahun ajaran 2013/2014. Pada penelitian ini digunakan metode kuasi eksperimen dengan satu kelompok. Berikut adalah data hasil penelitian: pada pretest diperoleh nilai rata-rata sebesar 54,34 dan termasuk dalam kategori kurang, dengan nilai tertinggi 69,50 dan terendah 42,00 dari nilai maksimal 100. Pada posttest diperoleh nilai rata-rata sebesar 74,94 dan termasuk dalam kategori cukup, dengan nilai tertinggi 70,00 dan terendah 80,75. Penghitungan uji-t menunjukkan bahwa t hitung > t tabel = 14,73 > 1,69. Hal ini berarti hipotesis penelitian ini dapat diterima yang berarti bahwa metode talking stick efektif digunakan dalam peningkatan keterampilan berbicara bahasa Jerman. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan kepada pengajar bahasa Jerman untuk menggunakan metode pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran berbicara, salah satunya adalah metode talking stick. Selain itu disarankan juga bagi peneliti selanjutnya agar lebih memperhatikan kekurangan dari penggunaan metode talking stick dan meminimalisirnya, serta memberikan treatment yang lebih intensif agar hasil yang diperoleh lebih maksimal. Kata Kunci : metode talking stick, keterampilan berbicara 1 Effektivität der Anwendung der Talking Stick Methode zur Steigerung der Deutschsprechfertigkeit Irma Indriani*), Azis Mahfuddin, Irma Permatawati Abstrakt Sprechen ist eine der Sprachfertigkeiten, die im Deutschunterricht beherrscht werden sollte. Aber die Lernenden haben Schwierigkeiten, diese Fertigkeit zu beherrschen. Sie haben Angst und es fällt ihnen schwierig, Deutsch zu sprechen. Deswegen ist eine richtige Lernmethode gebraucht, mit der die Lernenden mehr üben und aktiver beim Lernen sind. Eine der Methoden, die Sprechfertigkeit steigern kann, ist die Talking Stick Methode. Diese Methode hat das Ziel, die Lernenden zu motivieren, damit sie ihre Meinungen einfach ausdrücken können. Durch diese Methode können die Lernenden aktiver beim Sprechen sein. Die Untersuchung hat folgende Ziele: 1) um die Deutschsprechfertigkeit der Schüler vor der Anwendung der Talking Stick Methode darzustellen. 2) um die Deutschsprechfertigkeit der Schüler nach der Anwendung der Talking Stick Methode zu beschreiben. 3) um die Effektivität der Anwendung der Talking Stick Methode zur Steigerung der Deutschsprechfertigkeit der Schüler zu schildern. Die Population dieser Untersuchung ist alle Schüler der Klasse XII SMAN 3 Cimahi und die Probanden dieser Untersuchung sind die Schüler der Klasse XII IPA 4 SMAN 3 Cimahi des akademischen Jahres 2013/2014, die aus 37 Personen besteht. In dieser Untersuchung wird die Quasi-Experiment Methode angewendet. Folgende ist das Ergebnis der Untersuchung: Von dem Pretest ist die durchschnittliche Note 54,34, die höchste Note ist 69,50 und die niedrigste Note ist 42,00 in der Skala 100. Das Ergebnis vom Posttest zeigt, dass die höchste Note 80,75 und die niedrigste Note 70,00 ist. Der t-Test zeigt, dass t Rechnung gröβer als t Tabelle ist (14,73>1,69). Das bedeutet, die Hypothese dieser Untersuchung ist akzeptiert und das heiβt, die Talking Stick Methode ist zur Steigerung der Deutschsprechfertigkeit effektiv. Aufgrund dem Ergebnis dieser Untersuchung wird es den Deutschlehrenden empfohlen, eine Methode anzuwenden, die die Schülern aktiv machen können, und eine der Methoden ist die Talking Stick Methode. Auβerdem sollte der weitere Forscher die Nachteile der Talking Stick Methode beachten und vermindern, und auch muss der Forscher intensivere Behandlung geben, um besseres Ergebnis bekommen zukönnen. Schlüsswort: Talking Stick Methode, Deutschsprechfertigkeit Pendahuluan Keterampilan berbicara adalah salah satu keterampilan berbahasa yang perlu dikuasai siswa. Dalam keterampilan berbicara diperlukan kemampuan dan keterampilan khusus, seperti pemilihan kosakata, penyusunan kosakata menjadi kalimat terstruktur, dan pengucapan yang sesuai. Hal tersebut menimbulkan 2 kesulitan dalam kemampuan berbicara sehingga menyebabkan rendahnya kualitas keterampilan tersebut. Berdasarkan pengamatan penulis, rendahnya kualitas keterampilan berbicara bahasa Jerman siswa disebabkan oleh kurangnya optimalisasi siswa dalam pembelajaran keterampilan berbahasa Jerman. Pembelajaran yang diberikan, baik melalui lembaga formal maupun informal kurang begitu diaplikasikan oleh siswa. Lebih spesifik lagi, siswa kurang dilatih dalam berbicara pada kegiatan belajar mengajar di kelas. Faktor yang menyebabkan rendahnya penguasaan bahasa Jerman di SMA, terdiri atas faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal mengacu pada kondisi siswa, di antaranya siswa yang pasif, kurang percaya diri atau takut diberi sanksi apabila salah berbicara, sedangkan faktor eksternal berasal dari luar siswa itu sendiri, yang salah satunya mencakup metode pembelajaran yang kurang tepat. Metode dalam pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jerman yang dipergunakan kebanyakan hanya berupa metode ceramah dan metode tanya jawab. Hal tersebut dianggap kurang optimal, karena peningkatan hasil belajar siswa tidak terlalu signifikan, seperti hasil observasi penulis di SMAN 3 Cimahi yang menunjukkan bahwa metode yang sering digunakan oleh pengajar bahasa Jerman di SMA tersebut adalah metode ceramah, tanya jawab, dan dikusi kelompok. Hal ini dianggap kurang efektif dalam pembelajaran keterampilan berbicara. Berdasarkan studi pendahuluan diketahui bahwa dalam pembelajaran bahasa Jerman di sekolah ini jarang digunakan metode-metode lain selain yang telah dipaparkan di atas, dikarenakan guru sulit menerapkan metode lain untuk beberapa tema tertentu. Adapun faktor yang menjadi penghambat siswa, khususnya siswa SMAN 3 Cimahi dalam berbicara, di antaranya siswa takut salah dalam berbicara, siswa kurang memahami pokok pembelajaran yang dipelajari, siswa kurang menguasai kosakata, dan siswa kurang diberikan kesempatan untuk berbicara secara terstruktur. 3 Dari beberapa masalah yang telah dikemukakan di atas, penulis mencoba menerapkan metode pembelajaran yang mampu melibatkan siswa agar dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode talking stick. Metode ini dianggap cocok dengan keterampilan berbicara, karena dalam metode ini siswa dilibatkan secara langsung, sehingga siswa dituntut untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jerman. Sejalan dengan hal tersebut, terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan metode ini, seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Mirajati (2010) yang berupa penerapan metode talking stick untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas 3 SD dalam bercerita. Melalui metode talking stick, aspek kebahasaan pada keterampilan berbicara meningkat secara signifikan dengan persentase keberhasilan 76,19%. Penelitian lainnya mengenai penggunaan metode talking stick juga pernah dilakukan oleh Cahyaningsih (2011), yaitu mengenai penerapan metode talking stick untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Indonesia untuk siswa kelas V SD. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa keterampilan berbicara siswa mengalami peningkatan. Dari berbagai hasil penelitian mengenai penerapan metode talking stick dalam pembelajaran keterampilan berbicara, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan menggunakan metode talking stick dalam pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jerman. Pembahasan Teoretis Metode Pembelajaran “Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran”, Senjaya (Muslihuddin et al., 2012:55). Selain itu pengertian metode pembelajaran yang dikutip dari http://de.wikipedia.org/wiki/Lernmethode adalah, “Lernmethoden sind Werkzeuge bzw. Hilfsmittel, mit denen man effizienter lernen kann, um so Wissen und Fähigkeiten (Kompetenzen) zu erlangen”. Dengan kata lain ‘metode pembelajaran 4 adalah alat seperti sarana, yang mana dengan metode ini orang dapat belajar dengan lebih efisien, untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan (kompetensi)’. Dengan cara ini sebuah proses pencapaian tujuan akan terlaksana dengan baik dan lebih menarik. Metode Talking Stick Knockwood (Hartina, 2012) dalam http://httsthartina09.blogspot.com/2013/02/talking-stick-method.html mendefinisikan talking stick sebagai: Talking stick is a piece of wood used in Talking Stick Ceremony. Anyone with the talking stick would have the right to talk as long as they need to say without fear of being interrupted with question, criticism or scolding. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa ‘talking stick adalah sepotong kayu yang digunakan dalam upacara talking stick. Seseorang dengan sepotong kayu memiliki hak untuk berbicara tanpa takut diinterupsi dengan pertanyaan, kritikan ataupun sanggahan’. Metode talking stick sendiri dalam pendidikan berarti “sebuah pola pengajaran yang melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok” (Muslihuddin et al., 2012: 197). Pesan tersebut berupa pertanyaan yang akan diajukan dan kemudian dijawab oleh siswa yang menerima tongkat sebagai medianya. A. Tujuan Metode Talking Stick Tujuan penggunaan metode talking stick dalam pembelajaran yang dikemukakan oleh Muslihuddin et al. (2012: 197) adalah “untuk melatih kesiapan siswa dalam menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan materi meskipun pertanyaan tersebut harus dijawab secara spontan”. Suprijono dalam Bina (2012) dalam http://eprints.uny.ac.id/9114/ mengemukakan bahwa “metode pembelajaran kooperatif tipe talking stick dapat mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat”. 5 B. Kekurangan dan Kelebihan Metode Talking Stick Terdapat beberapa kelebihan dari penerapan metode talking stick, seperti yang dikemukakan oleh Muslihuddin et al. (2012: 198) sebagai berikut: a. Melatih konsentrasi dan kesiapan siswa; b. Melatih daya ingat siswa; c. Dapat mengukur tingkat pemahaman siswa secara langsung dan secara individu. Sedangkan kekurangannya adalah sebagai berikut: a. Jika guru tidak bisa mengendalikan kondisi kelas, maka suasana kelas akan gaduh; b. Siswa belum terbiasa untuk membuat pertanyaan-pertanyaan secara spontan; C. Langkah-langkah Metode Talking Stick Pendapat mengenai langkah-langkah talking stick menurut Muslihuddin et al. (2012: 197-198), adalah sebagai berikut: a. Guru menyampaikan materi. b. Siswa diberi kesempatan untuk membaca dan mempelajari materi tersebut. c. Guru dan siswa berdiskusi tentang materi yang sedang dipelajari. d. Guru mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada siswa. e. Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya. f. Guru memberikan tongkat tersebut kepada salah seorang siswa secara acak, siswa yang mendapatkan tongkat tersebut kemudian diberi pertanyaan oleh guru dan siswa tersebut harus menjawab pertanyaan yang diberikan. g. Setelah siswa menjawab pertanyaan, kemudian siswa tersebut memberikan tongkat tersebut kepada teman siswa lainnya secara acak. h. Siswa yang mendapat tongkat tersebut harus menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, demikian seterusnya sampai semua pertanyaan semua terjawab. i. Guru bersama siswa menyimpulkan tentang materi yang telah dipelajari. Adapun langkah-langkah yang dilakukan penulis dengan menyisipkan lagu dalam pelaksanaannya guna membuat siswa lebih tertarik, sebagai berikut: a. Guru menyampaikan materi ajar, yang dalam penelitian ini berupa kosakata bertema Familie. 6 b. Siswa diberikan kesempatan oleh guru untuk mempelajari materi yang telah disampaikan, dan mendiskusikan hal yang masih belum dimengerti. c. Guru mempersiapkan tongkat dan pertanyaan berkenaan dengan materi yang telah disampaikan. d. Guru mengatur posisi duduk siswa sesuai dengan kegiatan pembelajaran pada hari-hari biasanya. e. Guru menjelaskan tata cara pelaksanaan metode talking stick pada siswa. f. Guru memperkenalkan sebuah lagu berbahasa Jerman pada siswa, kemudian menyanyikannya dan siswa mengikutinya. g. Siswa bersama guru menyanyikan sebuah lagu sambil mengestafetkan sebuah tongkat yang diawali dari siswa yang berada di sisi paling kanan depan, kemudian tongkat tersebut diestafetkan searah jarum jam. Siswa yang memegang tongkat pada saat lagu berakhir mendapatkan pertanyaan dari guru. h. Apabila siswa tersebut tidak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan, siswa tersebut diperkenankan bertanya pada salah seorang temannya dengan cara mengulang pertanyaan yang telah diberikan kepada temannya, sehingga yang mendapatkan kesempatan berikutnya adalah siswa yang berhasil menjawab pertanyaan. i. Apabila jawaban siswa salah, guru meluruskan dan siswa tersebut mengulang kembali jawaban yang telah dibenarkan. j. Siswa yang berhasil menjawab pertanyaan diberi kesempatan untuk melemparkan tongkatnya pada teman yang dikehendakinya dan mengajukan pertanyaan sederhana seputar tema yang telah dipelajari pada temannya yang menerima tongkat tersebut. k. Siswa dan guru kembali menyayikan lagu yang sama sambil mengestafetkan tongkat, ketika lagu berakhir, siswa yang memegang tongkat diberikan pertanyaan oleh siswa yang sebelumnya menjawab pertanyaan dari tongkat yang dilempar. l. Siswa yang berhasil menjawab melakukan kegiatan yang sama seperti poin j. m. Siswa dan guru mengulang kegiatan yang sama selama 30 menit. 7 n. Siswa bersama guru mengevaluasi, dan menyimpulkan materi yang telah dipelajari. o. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya seputar materi yang telah dipelajari. p. Guru menutup pelajaran. Keterampilan Berbicara “Berbicara merupakan kemampuan mengucapkan kalimat- kalimat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan” (Arsjad dan Mukti, 1991: 23). Berbicara dijadikan alat atau media yang digunakan dalam berkomunikasi. Dalam berbicara, hal yang disampaikan harus sesuai dengan apa yang ingin diutarakan. Sejalan dengan hal tersebut Bolte (1996: 4) mengemukakan “Sprechen ist soziale Interaktion, zum Sprechende gehört der Zuhörende”. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa ‘berbicara merupakan interaksi sosial antara pembicara dan pendengar’. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi experiment (eksperimen semu) dengan satu kelas penelitian tanpa kelas pembanding, serta menggunakan rancangan pretest posttest one group design. Adapun lokasi penelitian ini adalah di SMAN 3 Cimahi, dengan populasinya adalah seluruh siswa kelas XII SMAN 3 Cimahi dan sampel seluruh siswa kelas XII IPA 4 yang berjumlah 37 siswa. Teknik yang dipakai untuk pengambilan sampel adalah teknik Probability Sampling dengan pengambilan sampel secara simple random sampling, di mana setiap populasi diberikan peluang yang sama dan sampel dipilih secara acak. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Instrumen pembelajaran, yaitu berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dijadikan acuan peneliti dalam proses belajar mengajar dengan tiga kali treatmen. 8 2. Instrumen evaluasi, yakni berupa tes lisan atau lebih tepatnya tes keterampilan berbicara bahasa Jerman, di mana tes dilakukan sebanyak dua kali. Tes awal (pretest) dilakukan guna mengetahui kemampuan keterampilan berbicara siswa sebelum diterapkannya metode talking stick. Kemudian tes yang kedua atau tes akhir (posttest) dilakukan guna mengetahui peningkatan keterampilan siswa setelah diterapkannya metode talking stick setelah diberikan perlakuan (treatment) sebanyak lima kali. Tes yang diberikan diambil dari buku Kontakte Deutsch 2 yang merujuk pada Goethe Zertifikat- Fit in Deutsch A1 yang telah disesuaikan dengan pembelajar taraf pemula (SMA). Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data dapat dibuktikan bahwa penggunaan metode talking stick dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jerman. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan hasil belajar siswa setelah perlakuan (treatment), dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 54,34 pada saat pretest dan nilai rata-rata posttest sebesar 74,94. Data ini pun diperkuat dengan analisis pengujian hipotesis dengan teknik uji signifikansi dengan perolehan nilai t hitung yang lebih besar dibandingkan t tabel (14,73 > 1,69). Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pretest dan posttest. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan pada kelas eksperimen setelah perlakuan daripada sebelum perlakuan, dengan kata lain H 1 : μ SsP > μ SbP diterima. Hal ini terjadi karena dalam perlakuan dengan menggunakan metode talking stick siswa banyak berlatih berbicara bahasa Jerman dan siswa pun dibuat menjadi lebih aktif pada kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jerman, sehingga pada kegiatan posttest siswa telah terbiasa dan terlatih untuk berbicara bahasa Jerman. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat berikut, “Dengan metode pembelajaran kooperatif tipe talking stick peserta didik menjadi lebih mudah untuk berbicara pembelajaran”(Bina, serta 2012 berkomunikasi dalam secara aktif dalam http://eprints.uny.ac.id/9114/). 9 proses Hal ini dimaksudkan karena dalam pembelajaran dengan menggunakan talking stick, siswa yang memegang tongkat dituntut aktif dan berbicara. Siswa yang memegang tongkat harus menjawab pertanyaan yang diberikan, tentunya dalam ranah penelitian ini menggunakan bahasa Jerman, kemudian siswa tersebut juga mengajukan pertanyaan kepada teman yang lainnya, dan apabila ia tidak mampu menjawab, ia pun diharuskan meminta bantuan pada temannya dengan menggunakan bahasa Jerman. Pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jerman, merupakan satu pokok pembelajaran bahasa yang cukup penting. Neuner dalam Bina (2012) http://eprints.uny.ac.id/9114/ mengatakan bahwa “Die Hauptwirkung des Fremdsprachunterrichts besteht darin, dass die Schüler eine Fremdsprache in der Lehrplan gefordeten Niveau tatsÓ“chlich in Wort und Schrift beherrschen lernen”. Dengan kata lain dalam ‘pengaruh utama pengajaran bahasa asing antara lain, siswa belajar menguasai bahasa asing dalam bentuk kata dan tulisan sesuai dengan tingkatan yang ditetapkan dalam perencanaan pembelajaran’. Dengan demikian pembelajaran keterampilan berbicara perlu dikuasai sebagai bentuk komunikasi lisan. Dalam pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jerman, hal yang diperlukan adalah banyak berlatih berbicara menggunakan bahasa Jerman. Hal tersebut diperlukan karena dengan banyak berlatih siswa menjadi terbiasa dan tidak takut lagi dalam berbicara bahasa Jerman. Maka dengan demikian melaui penggunaan metode talking stick siswa akan lebih banyak berlatih dalam berbicara bahasa Jerman. Berdasarkan pemaparan di atas dapat dikatakan bahwa metode talking stick cocok digunakan dalam pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jerman. Dengan metode talking stick, kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan dengan cara-cara yang lebih menyenangkan dan mampu melibatkan keaktifan siswa secara langsung. Dengan begitu siswa diharapkan akan semakin menyukai pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa pun meningkat karenanya. 10 Kesimpulan dan Saran Nilai rata-rata siswa pada pretest sebesar 54,34, nilai terendah siswa sebesar 42 dan nilai tertinggi siswa sebesar 69,50, maka berdasarkan klasifikasi tingkat penguasaan, kategori penguasaan keterampilan berbicara siswa tergolong kurang. Nilai rata-rata siswa pada posttest sebesar 74,94, nilai terendah siswa sebesar 70,00 dan nilai tertinggi siswa sebesar 80,75 termasuk dalam kategori cukup. Berdasarkan analisis data penelitian dengan menggunakan uji-t, diperoleh nilai t hitung sebesar 14,73, sedangkan nilai t tabel yang diperoleh dari tabel distribusi T dengan taraf nyata (α) = 0,05 dan dk = 36 adalah sebesar 1,69. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa t hitung > t tabel (14,73 > 1,69). Hal ini berarti H 0 ditolak dan H 1 diterima. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara hasil pretest dan hasil posttest dan berarti bahwa penggunaan metode talking stick efektif dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jerman siswa, sehingga metode talking stick dapat digunakan sebagai salah satu pilihan metode pembelajaran alternatif khususnya dalam pembelajaran keterampilan berbicara. Disarankan bagi peneliti yang akan meneliti dengan pembahasan yang sama, diharapkan memperhatikan kekurangan metode ini, serta dapat meminimalisir dan mencari jalan keluar dari kekurangan-kekurangan tersebut, selain itu disarankan juga agar memberikan perlakuan atau treatment secara lebih intensif, sehingga hasil yang diperoleh akan lebih maksimal. Daftar Pustaka Arsjad, Maidar dan Mukti U.S. 1991. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Bina, Kundhini. 2012. Keefektifan Metode Cooperative Learning Tipe Talking Stick Dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 2 Banguntapan Bantul. [Online]. Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/9114/. [5 Juni 2013]. Bolte, Henning. 1996. Fremdsprache Deutsch: Zeitschrift für die Praxis des Deutschunterricht, Heft 14 Sprechen. Stuttgart: Ernstklett Verag. 11 Cahyaningsih, Putri Dwi. 2011. Penerapan Model Talking Stick Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SDN Jatimulyo 1 Kota Malang. [Online]. Tersedia: http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=48605. [5 Juni 2013]. Hartina, ST. 2013. Talking Stick Method. [online]. Tersedia: http://httsthartina09.blogspot.com/2013/02/talking-stick-method.html. [5 Juni 2013]. Mirajati, Desi. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick Dengan Teknik Story Telling Dalam Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman Orang Lain Siswa Kelas III SDN 1 Karangejo Selomerto Wonosobo. [Online]. Tersedia: http://www.thedigilib.com/doc/233356penerapan-model-pembelajaran-talking-stick-dengan-teknik-story-tellingdalam-meningkatkan-kemampuan-menceritakan-pengalaman-orang-lainsiswa-kelas-iii-sd-n-1-karangrejo-selomerto-wonosobo#.Ua-V44b4Q6B. [5 Juni 2013]. Muslihuddin,et.al,. 2012. Revolusi Mengajar. Bandung: HPD Press. Tn. 2013. Lernmethode. [Online]. http://de.wikipedia.org/wiki/Lernmethode. [2 Juni 2013]. 12 Tersedia: