ATIKELKU - login mahasiswa siakad jurusan mipa stkip

advertisement
PENERAPAN MODEL TALKING STICK TERHADAPA HASIL BELAJAR MATEMATIKA
SISWA KELAS VII SMP XAVERIUS TUGUMULYO TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Oleh
Meilisdia
NPM. 40090920
Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Persatuan Guru Republik Indonesia
(STKIP-PGRI) Lubuklinggau
2016
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Talking Stick Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas VII SMP Xaverius Tahun Pelajaran 2015/2016”. Permasalahan dalam penelitian ini adalah
apakah hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Xaverius setelah diterapkan medel Talking
Stick secara signifikan tuntas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar matematika
siswa kelas VII SMP Xaverius setelah penerapan Model Talking Stick. Metode yang digunakan
adalah eksperimen semu dengan desain Pre-test and Post-test group. Populasinya seluruh siswa
kelas VII SMP Xaverius Tahun Pelajaran 2015/2016 berjumlah 84 siswa dan sebagai sampel kelas
VII.2 yang diambil secara acak. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes. Data yang
terkumpul dianalisis dengan menggunakan uji t. Berdsarakan hasil analisis data dengan taraf
kepercayaan α = 0,05 diperoleh thitung = 5,42 dan ttabel = 1,70, sehingga dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Xaverius setelah diterapkan pembelajaran dengan
Model Talking Stick secara signifikan tuntas. Rata-rata hasil belajar siswa sebesar 84,66%.
Kata Kunci: Talking Stick, Matematika, Hasil Belajar
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kian hari kian bertambah pesat. Salah satu
kunci dari perkembangan tersebut adalah pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan bagi peranannya di
masa yang akan datang (Hamalik 2011:2). Dalam proses belajar mengajar ada beberapa faktor
yang perlu diperhatikan antara lain adalah model pembelajaran. Pemilihan dan penggunaan model
pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran akan memberikan pelajaran yang bermakna
bagi siswa dan menghindarkan rasa kejenuhan pada saat proses belajar mengajar. Oleh karena itu,
dalam kegiatan belajar-mengajar seorang guru selalu berupaya untuk memilih model pembelajaran
yang efektif digunakan sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan lebih mudah dicapai.
Berdasarkan studi pendahuluan di SMP Xaverius Tugumulyo, Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) untuk kelas VII adalah 73. Dari jumlah seluruh siswa kelas VII yaitu 84 siswa,
dengan nilai rata–rata hasil belajar adalah 65,3. Siswa yang mencapai KKM yaitu 35 dengan
presentase (36,84%), dan siswa yang tidak mencapai KKM yaitu sebanyak 49 siswa dengan
presentase (63,16%). Rendahnya hasil belajar siswa dikarenakan kurangnya variasi dalam proses
belajar-mengajar, baik dalam penyampaian materi maupun dalam penggunaan metode
pembelajaran yang kurang efektif dan menarik sehingga siswa menjadi pasif dan kurangnya kerja
sama antar siswa. Seperti yang dikemukakan Trianto (2009:6), menyatakan bahwa salah satu
faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa adalah proses pembelajaran yang
cenderung berpusat pada guru (teacher–centered) sehingga menyebabkan siswa tidak aktif.
Dari permasalahan di atas, Peneliti memilih menggunakan model pembelajaran talking
stick karena peneliti berharap pembelajaran ini dapat memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam
kegiatan belajar-mengajar. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar
matematika siswa setelah penerapan model Talking Stick di kelas VII SMP Xaverius Tugumulyo.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi guru dan pihak sekolah SMP
Xaverius dalam menggunakan model pembelajaran untuk meningkatkan pengetahuan siswa dan
mutu pendidikan sekolah serta bermanfaat bagi pengguna informasi penelitian. Definisi
operasional dalam penelitian ini adalah penerapan, model pembelajaran, model pembejaran
Talking Stick , hasil belajar matematika dan tuntas.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
semu dimana pelaksanaannya hanya menggunakan satu kelas. Desain yang digunakan yaitu
Pre-Test and Post-Test Group. Didalam desain ini observasi dilakukan sebanyak 2 kali yaitu
sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen. Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen
disebut Pre-Test, dan observasi sesudah eksperimen disebut Post-Test. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Xaverius Tugumulyo yang berjumlah 3
kelas. Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas VII.2 yang
berjumlah 27 siswa. Dimana sampel didapat dengan cara pengambilan menggunakan teknik
random atau acak. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik tes. Tes
digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa. Tes dilaksanakan sebanyak dua
kali, yaitu pretes (tes awal) dan postes (tes akhir). Pretes dilakukan sebelum melaksanakan
proses pembelajaran untuk mengetahui kemampuan awal siswa, sedangkan postes dilakukan
setelah melaksanakan proses pembelajaran untuk mengetahui kemampuan akhir siswa.
Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini terhadap data hasil belajar
adalah menentukan rata-rata dan simpangan baku, melakukan uji normalitas dimana dalam
penelitian ini menggunakan rumus chi kuadrat yang bertujuan untuk menguji kesesuaian data
dalam sebaran distribusi normal. Melakukan uji hipotesis dimana kriteria penelitiannya adalah
Kriteria pengujiannya adalah jika ๐‘กโ„Ž๐‘–๐‘ก๐‘ข๐‘›๐‘” ≥ ๐‘ก๐‘ก๐‘Ž๐‘๐‘’๐‘™ maka ๐ป0 ditolak dan ๐ป๐‘Ž diterima dan jika
๐‘กโ„Ž๐‘–๐‘ก๐‘ข๐‘›๐‘” < ๐‘ก๐‘ก๐‘Ž๐‘๐‘’๐‘™ maka ๐ป0 diterima dan ๐ป๐‘Ž ditolak pada taraf signifikan yaitu ๐›ผ = 0,05 dan ( dk
) = n -1. Sebagai bentuk pertanggungjawaban penelitian, sebelum instrument penelitian
digunakan, diuji cobakan terlebih dahulu pada siswa yang sudah mempelajari materi segiempat.
Uji coba dilaksanakan di kelas VIII.1 dengan peserta sebanyak 28 orang. Dari rekapitulasi hasil
uji coba tes, dari tujuh soal yang diujikan, enam soal valid dan dapat digunakan sebagai
instrument, sedangkan satu soal tidak valid. Tiga soal memiliki validitas tinggi, dua soal
memiliki validitas sedang dan satu soal memiliki validitas rendah serta instrument tersebut
memiliki reliabilitas tinggi. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak lima kali pertemuan, dengan
rincian satu kali pre-test diawal pertemuan, dimana tujuan pelaksanaan pre-test ini untuk
mengetahui kemampuan awal siswa dalam penguasaan materi, tiga kali pembelajaran dengan
model Talking Stick dan di akhir pembelajaran diberikan post-test, yang berguna untuk
mengetahui hasil belajar setelah diterapkan model Talking Stick. Berdasarkan rekapitulasi data
pre-test banyak siswa mendapatkan nilai di bawah 73 (KKM). Rata-rata (๐‘ฅฬ… ) nilai secara
keseluruhan adalah 33,63. Jadi secara deskriptif dapat dikatakan bahwa tes awal sebelum
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Talking Stick masih belum baik
karena nilai rata-rata siswa masih kurang dari 73 (๐‘ฅฬ… < 73). Sedangkan dari hasil perhitungan
data post-test, siswa yang mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan 73 (tuntas) sebanyak
20 siswa. . Rata-rata (๐‘ฅฬ… ) nilai secara keseluruhan sebesar 84,66 jadi secara deskriptif dapat
dikatakann bahwa hasil post-test siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Taliking Stick termasuk baik karena nilai rata-ratanya lebih dari 73 (๐‘ฅฬ… ≥ 73).
Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan. dimana
berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pertemuan pertama siswa masih terlihat
pasif dan masih terlihat sifat egoisnya. Siswa yang pandai cenderung tidak mau membantu
siswa yang belum mengerti dalam kelompoknya. Hal ini dikarenakan model Taliking Stick ini
baru pertama kali diterapkan pada siswa. Dengan model pembelajaran ini siswa butuh
penyesuaian diri. Pada pertemuan kedua mengalami peningkatan dari pertemuan sebelumnya,
hal tersebut dapat terlihat dari meningkatnya jumlah soal yang dapat dijawab oleh siswa,
dimana terdapat empat soal yang dapat dijawab. Pada pertemuan ketiga terlihat bahwa adanya
peningkatan dalam menjawab soal, diamana semua soal dapat perlahan dapat dijawab dan
diselesaikan oleh siswa. Hal tersebut terjadi karena adanya peningkatan hasil belajara siswa
dalam belajar. Semakin baik hasil yang dapat dijawab maka hasil yang didapat semakin baik
pula. Adapun saran-saran yang didapat diberikan adalah Model pembelajaran Talking Stick
perlu disosialisasikan agar dapat digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran matematika
agar siswa lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan untuk meningkatkan prestasi
belajar. Guru diharapkan dapat lebih memotivasi siswa untuk lebih aktif sehingga terjalin
komunikasi yang baik antara siswa dengan siswa ataupun antara guru dengan siswa. Model
pembelajaran Talking Stick
ini perlu diterapkan pada materi yang lain sehingga dapat
meningkatkan keaktifan siswa dan dapat memaksimalkan hasil pembelajaran.
Daftar Pustaka
Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar-Mengajar. Bandung: Bumi Aksara
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara
Download