eksistensi grup band violence sovia

advertisement
EKSISTENSI GRUP BAND VIOLENCE SOVIA
SEBAGAI PENYAJI MUSIK POST-HARDCORE
DI SURABAYA
Adhitya Yudhistira/07020134226
Mahasiswa Program Studi Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Surabaya
Agus Suwahyono S.Sn. M.Pd
Dosen Prodi Pendidikan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Surabaya
ABSTRAK
.
Perkembangan musik yang berkembang pesat menghasilkan jenis musik yang semakin
beragam. Dari beberapa jenis musik yang berkembang di kota Surabaya seperti pop, rock, jazz,
metal, jenis musik post-hardcore merupakan jenis muik yang sedang banyak digemari oleh
kalangan anak muda dari pelajar hingga mahasiswa. Sebenarnya jenis musik post-hardcore
merupakan bagian dari jenis musik hardcore. Namun yang membedakan musik hardcore dengan
musik post-hardcore adalah segi musikalitas yang lebih bervariasi dan segi penyanyi yang tidak
selalu mengandalkan teriakan dan politik sebagai tema. Tema cinta dan gaya hidup remaja seharihari adalah hal yang lebih banyak diangkat dalam jenis musik post-hardcore. Sehingga dari segi
lirik maupun segi musik lebih mudah diterima oleh generasi anak muda saat ini.
Pokok masalah di atas dapat di jabarkan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: Bagaimana latar
belakang berdirinya Violence Sovia di Surabaya ? Bagaimana bentuk penyajian grup band Violence Sovia di
Surabaya ? Bagaimanakah eksistensi grup band Violence Sovia di tumbuh kembangkan ?
Kaitan dengan penelitian ini adalah mengacu pada sebuah eksistensi yang terjadi pada
grup band Violence Sovia sebagai penyaji musik post-hardcore di surabaya. Penelitian ini
menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dimana tujuan pendekatan bertujuan
mendeskriptifkan, mencatat dan menganalisis dengan gejala fenomena yang di teliti untuk
menghasilkan data-data yang aktual dan akurat yang benar-benar ilmiah. Instrumen subyek yang
diambil berdasarkan wawancara dan pengamatan dalam penelitian ini adalah para personil grup
band Violence Sovia, beberapa komunitas penyelenggara event musik di Surabaya, dan para
penikmat musik Violence Sovia yang berada di Surabaya.
Violence Sovia adalah salah satu grup musik yang mengusung jenis musik post-hardcore di
Surabaya. Terbentuknya Violence Sovia pada 15 Juli 2009 merupakan dari sekumpulan anak muda
yang sering berlatih di studio musik 21 Surabaya. Rendi dan Tyan yang awalnya hanya saling
berbagi pengetahuan dalam bermusik, mengajak untuk membentuk sebuah grup musik. Dengan
keahlian bermusik dari masing-masing anggota sehingga tercipta sebuah karya musik yang
tergolong baru di kota Surabaya. Dengan karya yang telah mereka buat membawa eksistensi grup
musik mereka semakin berkembang. Salah satunya adalah sebagai band pembuka dari grup musik
Amerika yaitu Alesana dan Set Your Goals yang diadakan Peter Say Denim dan majalah Hai di
Jakarta.
Kata kunci : Eksistensi, Post-Hardcore, Violence Sovia band
0
hardcore itu sendiri yaitu post-hardcore. Posthardcore masih memiliki karakteristik yang
kuat dari musik terdahulunya yaitu hardcore,
namun di dalam musik post-hardcore memilih
untuk sedikit keluar dari karakter jenis musik
hardcore tersebut. Post-hardcore dengan musik
yang lebih dinamis, serta cara-cara kreatif
untuk melepaskan ketegangan yang terekam
kuat pada musik hardcore itu sendiri. Dan
beberapa kelompok musik post-hardcore juga
melakukan eksperimen dengan menyatukan
jenis-jenis musik lain, seperti jazz, funk, hingga
electronic music.
Salah satu kelompok musik yang
mengusung genre post-hardcore di Surabaya
adalah Violence Sovia. Nama Violence Sovia
memiliki makna tersendiri. Terdiri dari dua kata
yaitu Violence dan Sovia, Violence bila di
terjemahkan berarti kekerasan dan Sovia adalah
nama dari seorang wanita, yang seorang wanita
itu sendiri identik dengan kelembutan, sehingga
Violence Sovia memiliki unsur nama yang
seimbang. Sehingga dari nama tersebut sudah
jelas mewakili dari aliran post-hardcore itu
sendiri yaitu memberikan warna musik yang
keras namun tidak menghilangkan sisi lembut.
Sehingga tercipta sebuah musik yang keras
namun masih memiliki alunan musik yang
dinamis serta kreatif yang keluar dari aturan
musik hardcore itu sendiri.
Sebelum Violence Sovia terbentuk menjadi
sebuah grup band, bermula dari pertemanan
Rendi dengan Ryan Sofian Aldi yang sering
berkumpul, dan berdiskusi mengenai musik.
Mereka dipertemukan di Studio Musik 21 yang
beralamatkan di jalan Jemursari II No. 21
Surabaya. Dengan seringnya bertemu dan
berdiskusi mengenai musik sehingga Rendi dan
Ryan memiliki kecocokan dalam hal bermusik.
Kemudian Rendi berniat untuk mengajak Ryan
untuk Jamming bermusik karena menurut
Rendi agar tidak membuang waktu hanya
1. PENDAHULUAN
Perkembangan musik indie di Surabaya
yang dari hari ke hari semakin bervariatif dan
bersamaaan dengan semakin banyaknya bandband indie yang bermunculan, memaksa para
pelaku musik indie untuk berlomba-lomba
menunjukan eksistensinya di blantika musik
Indonesia. Mulai dari musik pop, jazz, rock,
metal,
hingga
hardcore.
Untuk
mempertahankan eksistensinya, sebuah band
harus memiliki ciri khas serta karya yang
berkualitas dengan kelompok musik yang lain.
Salah
satu
cara
untuk
menunjukan
eksistensinya adalah dengan menghasilkan
karya kedalam bentuk lagu. Seperti yang di
utarakan Sukaryono (2009 : 3) bahkan dengan
memilih jalur indie kita di tuntut untuk terus
berkreasi,
demi
mempersiapkan
diri
menghadapi suatu “pertempuran” industri
musik –dimana hukum alam berlaku, yakni
hanya yang terbaiklah yang bertahan– dan
band-band yang dibentuk dengan asal-asalan
akan segera tergeser dan tersingkir.
Dengan seiring berkembangnya musik indie
di Surabaya, maka beragam juga jenis aliran
musik yang di miliki di kota metropolis ini.
Salah satu jenis musik indie yang berkembang
saat ini di Surabaya adalah jenis musik
hardcore. hardcore pada awalnya berkembang
dari negeri Paman Sam atau Amerika Serikat
khususnya New York, Washington DC,
California hingga Australia, Kanada, dan
Inggris pada tahun 1980-an.
Tipikal musik hardcore yang berasal dari
namanya sendiri, yaitu terdiri dari kata hard dan
core bisa di artikan yaitu keras, sehingga musik
yang di bawakan pada aliran musik ini sangat
syarat dengan kekerasan, politik, sosial dan
kebebasan berpendapat. Namun seiring
berjalannya jaman, kini musik hardcore
berkembang dan melahirkan sub-genre dari
1
dengan mengobrol dan sharing lebih baik di
aplikasikan dengan membentuk band. Dengan
posisi yang masih beranggotakan 2 orang maka
Ryan mengajak temannya yaitu Dimas sebagai
posisi drummer dan Rendi mengajak
sahabatnya yang dulu satu sekolah di SMA 5
Surabaya yaitu Rizky sebagai pemain bass.
Awalnya hanya membawakan musik dari bandband populer pada masa itu seperti Muse,
Greenday, dan Saosin. Dengan posisi Ryan
sebagai gitar, vokal dan Rendi sebagai pemain
gitar.
Melalui proses latihan yang rutin Rendi dan
kawan-kawan merasakan kecocokan sehingga
Ryan yang kala itu berada posisi gitar dan
vokal, menyatakan untuk harus memiliki
vokalis. Dikarenakan posisi Ryan kala itu
sebagai gitaris dan juga vokalis merasa kurang
efisien. Maka Ryan mengajak Aristya untuk
bergabung dalam band. Dan menciptakan
sebuah lagu, lagu tersebut berjudul Little
Sacred. Dengan terciptanya lagu tersebut, maka
Rendi dan anggota yang lain sepakat
menggunakan Never Seen Before sebagai nama
grup band mereka. Selanjutnya mereka
berencana untuk membuat lagu Little Sacred
kedalam bentuk audio atau lagu. Maka
dilakukan
proses
rekaman
dengan
menggunakan jasa home recording di Fandi
(gitaris band Embun) di daerah Banyu Urip
Surabaya.
Setelah lagu Little Sacred sudah jadi, Never
Seen Before ingin melakukan rekaman untuk
lagu mereka yang kedua berjudul Survive.
Namun Fandi menyatakan tidak bisa menuruti
keinginan untuk melakukan rekaman karena
kesibukan Fandi sebagai gitaris Embun yang
saat itu jadwal manggung bersama bandnya
sedang padat. Maka mereka menggunakan jasa
rekaman yang lain yaitu di studio Smile di
daerah Rungkut Madya Surabaya. Namun hasil
rekaman sangat kurang memuaskan dari
rekaman yang sebelumnya di lakukan di Fandi.
Sehingga membuat Rendi dan Rizky untuk
melakukan proses rekaman sendiri dengan
membeli perangkat-perangkat yang di butuhkan
untuk home recording. Bertepatan dengan acara
Surabaya Music Expo pada tahun 2010, Rendi
dan Rizky mendapatkan peralatan yang
dibutuhkan
untuk
rekaman.
Dengan
pengalaman dan pengetahuan tentang rekaman
yang sudah di dapat dari proses rekaman yang
sebelumnya dilakukan di Fandi sehingga
mengetahui perangkat apa saja yang di
butuhkan dalam rekaman.
Never Seen Before berjalan selama 2 bulan
setelah didirikan, pada bulan November tahun
2009 Ryan memutuskan untuk mengundurkan
diri dari band, karena jadwal kuliah yang
semakin padat. Saat itu Never Seen Before
yang akan melakukan pementasan di Jember
merasa harus memiliki gitaris untuk
menggantikan posisi Ryan. Kemudian Aristya
mengajak Ishwara untuk bergabung untuk
menggantikan posisi Ryan yaitu sebagai gitaris.
Setelah grup band Never Seen Before
melaksanakan pementasan di Jember dan
kemudian disusul jadwal untuk manggung di
Jogja, Dimas yang juga sebagai sahabat Ryan
juga memutuskan untuk mengundurkan diri.
Alasan Dimas yang dulunya yang diajak oleh
Ryan merasa kurang komunikatif dengan
personil yang lain. Sehingga Dimas lebih baik
mengundurkan diri agar grup band berjalan
dengan lebih baik. Kemudian Rendi dan
Aristya untuk mencari posisi drummer
secepatnya untuk mendukung acara yang akan
di laksanakan di Jogja. Kemudian Aristya
mengajak Muhammad Choilil untuk bergabung
pada tahun 2010.
Violence Sovia
telah melahirkan mini
album pada tahun 2011 yang di luncurkan
dalam bentuk konser bertaraf kecil, yang
dilaksanakan di Magnet Zone yang lokasinya
berada dekat dengan SMA komplek, yakni
SMAN 1, SMAN 2, SMAN 5, dan SMAN 9
Surabaya di jalan BKR Pelajar 30 Surabaya.
Dan beberapa single lagu yang di keluarkan
2
secara bertahap hingga tahun 2014 ini
berjumlah lima lagu. Dalam konser tersebut
dihadiri berbagai band-band indie lokal yang
berada di Surabaya dan Jakarta, Seperti
Amonra, Nyam Nyam Cheese, dan, Victim.
Dalam konser tersebut di hadiri lebih dari 500
orang yang kebanyakan berasal dari kalangan
anak muda, dari pelajar hingga mahasiswa.
Dalam mini album yang berjudul About Love,
Pain, and Hatred Distraction tersebut terdapat
8 buah lagu yaitu (1) intro; (2) little sacred; (3)
demi sebuah kebebasan; (4) survive; (5)
saturday night distortion; (6) zero mind; (7)
keong racun; (8) outro; Tema lagu yang berada
pada album tersebut dalam garis besar
menceritakan tentang cinta, perjuangan, dan
gaya hidup anak muda.
Pada pertengahan tahun 2011 Prambors
Radio di Surabaya pada saat itu memiliki salah
satu segmen acara khusus untuk memutarkan
bermacam-macam jenis musik dari lagu-lagu
band indie di Surabaya yang bernama Tuesday
Outloud. Ketika itu Aristya tidak melewatkan
kesempatan itu untuk ikut mengirimkan demo
lagu mereka. Respon dari pendengar Prambors
Radio sangat baik dengan mengirim pesan
singkat untuk meminta diputarkan lagu dari
grup.Pada event tersebut violence sovia
memperoleh penghargaan sebagai band
“Termetal”.
Majalah Hai pada tanggal 11 september
2011 mengadakan event yang bernama Hai
Demos, yang bekerja sama dengan Peter Say
Denim yang mengundang beberapa grup band
dari Amerika yaitu, Suicide Silence, Alesana,
dan Set your Goals. Majalah Hai mencari 10
band dari Indonesia untuk bergabung sebagai
band opening dari grup band Amerika tersebut.
Dengan cara menyerahkan lagu Demo kepada
pihak panitia Hai Demos. Violence Sovia
mengirim 1 lagu yaitu lagu hasil aransemen
ulang dari lagu yang berjudul Keong Racun
yang telah di populerkan oleh Sinta dan Jojo di
Youtube.
Setelah proses seleksi yang di lakukan oleh
panitia, Violence Sovia terpilih menjadi salah
satu band pembuka pada acara Supergig yang
di adakan Peter Say Denim, yang mengundang
band Suicide Silence, Alesana, dan Set Your
Goals. dan berhak mendapatkan 5 tiket masuk
untuk melihat penampilan Alesana dan Set
Your Goals. Kegiatan Supergig tersebut di
adakan selama dua hari yaitu pada hari pertama
diramaikan oleh band Alesana, dan Set Your
Goals, dan pada hari kedua diramaikan oleh
band Suicide Silence.
Berdasarkan pemaparan latar belakang
masalah di atas maka penulis tertarik untuk
meningkatkan fenomena tentang eksistensi grup
band Violence Sovia sebagai penyaji music
post-hardcore di Surabaya.
Konsep garap eksistensi grup band
Violence Sovia sebagai penyaji musik posthardcore jika dilihat dari temanya maka akan
terkait dengan karya tulis Achmad Jainul Arif
mahasiswa sendratasik 2001 dengan judul
“Eksistensi Kelompok Musik En-Co Gamelan
Performance di Kabupaten Sidoarjo” yang
mengangkat eksistensi kelompok musik. Jika
dilihat dari jenis musik yang di angkat maka
akan terkait dengan penulisan Whilis Tito
Perdana dengan judul ”Bentuk Pertunjukan
Musik Hardcore Etnik Grup Band Boroxides
Dalam Acara Surabaya Troubled Fest #1 di
Surabaya”. Perbedaan dengan karya tulis ini
yaitu kelompok musik dan jenis musik dan
yang usung Violence Sovia adalah posthardcore
2. PEMBAHASAN
Violence Sovia adalah kelompok musik
yang sebelumnya memiliki nama Never Seen
Before yang berdiri pada tanggal 15 Juli 2009.
Kelompok musik ini diprakarsai oleh Rendika
Pratama sebagai gitaris Violence Sovia.
Sebelum Violence Sovia terbentuk
menjadi sebuah grup band, bermula dari
pertemanan Rendi dengan Ryan Sofian Aldi
3
yang sering berkumpul, dan berdiskusi
mengenai musik. Mereka dipertemukan di
Studio Musik 21. Kemudian Rendi berniat
untuk mengajak Ryan untuk Jammin. Dengan
posisi yang masih beranggotakan 2 orang maka
Ryan mengajak temannya yaitu Dimas sebagai
posisi drummer dan Rendi mengajak
sahabatnya yang dulu satu sekolah di SMA 5
Surabaya yaitu Rizky sebagai pemain bass.
Melalui proses latihan yang rutin Rendi
dan kawan-kawan merasakan kecocokan
sehingga Ryan yang kala itu berada posisi gitar
dan vokal, menyatakan untuk harus memiliki
vokalis. Maka Ryan mengajak Aristya untuk
bergabung dalam band. Dan menciptakan
sebuah lagu yang berjudul Little Sacred.
Never Seen Before berjalan selama 2
bulan setelah didirikan. Ryan memutuskan
untuk mengundurkan diri dari band, karena
jadwal kuliah yang semakin padat. Merasa
harus memiliki gitaris untuk menggantikan
posisi Ryan. Kemudian Aristya mengajak
Ishwara untuk bergabung menggantikan posisi
Ryan sebagai gitaris. Dimas yang juga sebagai
sahabat Ryan juga memutuskan untuk
mengundurkan diri. Alasan Dimas karena
merasa kurang komunikatif dengan personil
yang lain. Kemudian Aristya mengajak
Muhammad Choilil untuk bergabung untuk
mengisi posisi drum. Formasi ini bertahan
cukup lama sehingga Never Seen Before beralih
nama menjadi Violence Sovia sebagai image
baru dengan konsep yang berbeda juga.
Dalam setiap kesempatan untuk menjadi
penyaji musik, Violence Sovia berusaha untuk
selalu tampil dalam formasi lengkap. Sehingga
keutuhan musik yang sudah di bangun selama
berlatih dapat dicapai secara maksimal pada
hari pelaksanaannya. Hal itu bisa di capai
kelompok Violence Sovia. dengan dasar atas
kesadaran, rasa kekeluargaan dan tanggung
jawab yang tinggi pada kelompok (wawancara
dengan anggota Violence Sovia bulan Juli
2014).
Kelompok
musik
Violence
Sovia
beranggotakan lima orang. Dalam istilah musik,
kelompok Violence Sovia termasuk penyaji
musik dengan bentuk ansambel rock atau biasa
di sebut band karena memainkan musik secara
bersama-sama dengan anggota kelompok lebih
dari satu orang. Setiap personil dari kelompok
ini mempunyai latar belakang musik dan
spesialisasi pada alat musik yng berbeda-beda.
Ansambel band, biasanya terdiri dari alat musik
gitar elektrik, bass elektrik, dan perkusi atau
drum
Violence Sovia adalah kelompok musik
ansambel atau band yang menyajikan musik
dengan menggunakan beberapa jenis alat
musik. Setiap anggota memiliki perangkat alat
musik sendiri, sehingga memudahkan personil
untuk berlatih dan juga sebagai pegangan saat
melakukan pementasan. Sehingga tidak perlu
lagi beradaptasi dengan instrumen baru yang
sejenis. Berikut alat musik yang digunakan
diantaranya.
 2 Gitar Gibson
 1 Bass Fender
 Snare pearl dan Double Pedal Tama
Post-hardcore adalah jenis musik yang di
usung oleh Violence Sovia. Gaya bermusik
aliran post-hardcore adalah lagu yang berirama
cepat dengan suara gitar yang berdistorsi dan
suara vokal yang menggunakan teknik berteriak
dan biasanya pada bagian reffrain lagu, vokal
membawakannya dengan bernyanyi.
A. Bentuk Sajian Musik grup band Violence
Sovia
Setiap kelompok musik yang akan
menampilkan karyanya selalu mempersiapkan
dan memperhatikan bagaimana bentuk sajian
musik yang akan di tampilkan. Hal ini berlaku
tidak hanya pada kelompok musik beraliran
populer saja, namum kelompok musik yang
beraliran metal atau post-hardcore juga sangat
memperhatikan hal tersebut
4
Violence Sovia memiliki lagu-lagu yang
bertemakan tentang kehidupan anak muda
sehari-hari, seperti cinta, perjuangan, dan gaya
hidup. Sehingga lagu dapat di tangkap dengan
mudah dan berharap lagu yang dibawakan
dapat dengan mudah untuk diingat.
Adapun beberapa lagu yang dibawakan
Violence Sovia yaitu sebagai berikut:
 Little Sacred
 Demi Sebuah Kebebasan
 Survive
 Saturday Night Distortion
 Zero Mind
 Dance Song
 Believe
 The Devil Inside Your Skirt
 Keong Racun (Cover)
Lirik dalam lagu Violence Sovia
menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris. Dan ada juga
lagu yang berjudulkan bahasa Inggris namun
lirik lagu berbahasa Indonesia. Seperti pada
lagu Dance Song dan juga lagu Saturday Night
Distortion. Hal ini dilakukan karena menurut
Violence Sovia adalah untuk mempermudah
dalam mengingat judul lagu dan merasa dengan
menggunakan bahasa Inggris membuat judul
lagu menjadi lebih menarik dan ringkas.
Pada lagu saturday night distortion,
Violence Sovia mengajak pendengar untuk
menikmati hari Sabtu malam Minggu dengan
bersenang-senang. Lagu ini dibuat dikarenakan
acara pementasan yang dilakukan oleh Violence
Sovia sering terjadi pada setiap hari Sabtu
malam Minggu. Sehingga lagu ini khusus untuk
para pendengar yang datang untuk menikmati
sajian Violence Sovia pada saat pementasan,
serta sebuah ajakan agar menikmati hari Sabtu
malam Minggu yang identik dengan hari yang
panjang untuk melepaskan penat pada
kesibukan di hari-hari sebelumnya. Dengan
perasaan senang dan tidak ragu untuk
meluapkan
emosi
kegembiraan
menikmati hari Sabtu malam Minggu.
Saturday Night Distortion
dalam
Siapkan jiwa ragamu
Luapkan emosimu
Hantam yang ada di depan
Bersatu malam ini
I hope you know
This is your choice
I hope you know
This is your voice
Tak perlu kau ragu
Ikuti irama yang menghentak
Distorsi merasuki dirimu
Nada mengoyak jiwa
I hope you know
This is your choice
Luapkanlah isi hatimu
Keluarkan Semua Emosi
Nikmati dan Resapi
Jantung berdetak kencang
Tubuh menari dengan emosi
Hentak, hentakan kaki
Menggugah, menggugah pagi
Violence Sovia mengemas musiknya berada
pada jalur musik Post-hardcore, dengan proses
latihan yang rutin mereka dapat meramunya
dengan eksplorasi dari karakter suara gitar
dengan menggunakan tuning dari “Drop D” dan
sekarang menggunakan tuning pada “Drop C”.
Dalam permainan drum, menggunakan
double pedal, sehingga membantu gaya
bermain bass drum yang cepat dan terkadang
terdapat irama sinkop pada pertengahan lagu
yang
memerlukan
kecepatan
dalam
menghentakan bass drum, sehingga membuat
ciri khas tersendiri pada Violence Sovia.
Aristya sebagai vokalis menggunakan
teknik Inhale dan Exhale, Inhale adalah teknik
5
 Rizky dan Aristya berperan juga sebagai
manajer atau dalam kata lain sebagai orang
yang bisa di hubungi ketika Violence Sovia
menerima tawaran unguk mengisi acara.
 Rendi, Ishwara, Ilil sebagai tim utama untuk
produksi karya musik, dan ide-ide awal
wajib di gali oleh 3 anggota tersebut.
 Rendi dan Rizky memegang peran sebagai
promotor melalui social media.
 Rona, Ilil, dan selaku tim kreatif, mencari
hal baru yang update dan tak jarang juga
membantu di bagian promosi dan produksi.
 Yogi, Irawan dan Dodi selaku kru dalam
pementasan
Dalam melaksanakan pertunjukan grup
band Violence Sovia selalu membawakan
materi lagu sendiri. Hal ini dimaksudkan
untuk mempopulerkan lagu karya
sendiri. Dan beberapa lagu populer yang
di aransemen ulang yang bertujuan agar
penikmat musik tidak merasa bosan dan
bertujuan meningkatkan mood sebagian
penonton yang kurang memahami
dengan lagu yang dibawakan.
Prambors Radio di Surabaya pada tahun
2011 memiliki salah satu segmen acara khusus
untuk memutarkan bermacam-macam jenis
musik dari lagu-lagu band indie di Surabaya
yang bernama Tuesday Outloud. Ketika itu
Aristya tidak melewatkan kesempatan itu untuk
ikut mengirimkan demo lagu mereka. . Saat itu
lagu yang di masukan di Prambors Radio
adalah Little Sacred, Survive, dan Demi Sebuah
Kebebasan. Respon dari pendengar Prambors
Radio sangat baik dengan mengirim pesan
singkat.
Prambors radio dalam acaranya Tuesday
Outloud juga mengadakan event yang berbeda
untuk memberikan penghargaan bagi setiap
grup band yang mendapatkan request terbanyak
dari pendengar radio tersebut. Acara tersebut di
adakan berada di dekat arena futsal Ole-Ole di
kawasan Ngagel Jaya Selatan Surabaya. Pada
berteriak dengan menghisap udara dari luar
mulut dan Exhale adalah teknik berteriak
dengan mengeluarkan udara dari mulut.
Sedangkan Growl dan Scream adalah sebutan
karakter suara yang lebih ditekankan kepada
tinggi rendahnya suara yang dihasilkan.
Karakter Growl yang menggunakan teknik
Exhale menghasilkan suara yang rendah. Dan
karakter Scream yang menggunakan teknik
Inhale menghasilkan suara yang lebih tinggi.
Tata
busana
Violence
Sovia
menggunakan gaya berpakaian kasual. Violence
Sovia juga membebaskan gaya berpakaian
setiap personil. Alasannya adalah agar setiap
anggotanya dapat nyaman dalam bermusik dan
bergerak dengan leluasa.
Gambar. 1 Tata busana Violence Sovia
Terlihat dari foto yang tertera di atas
bahwa gaya berpakaian Violence Sovia
terlihat santai. menggunakan t-shirt, jacket,
kemeja, dan untuk accesoris menggunakan
headban, topi, kacamata . Band metal itu
tidak harus menggunakan pakaian gelap
serba hitam maupun dandan yang seram,
tapi cukup dari jiwa dan gaya permainan
di panggung itu sudah cukup, daripada
dandan menakutkan tapi musik yang
dihasilkan tidak berkualitas sesuai dengan
penampilan yang ditunjukan (wawancara
dengan anggota Violence Sovia 2014).
B. Eksistensi Violence Sovia di Tumbuh
Kembangkan
Dalam pengelolaan grup band, personil
Violence Sovia menerapkan strategi dengan
membagi tugas sebagai berikut:
6
event tersebut Violence Sovia memperoleh
penghargaan sebagai band “Termetal”.
Pada tanggal 19 Maret 2011 Violence Sovia
meluncurkan mini album yang berjudul About
Love, Pain, and Hatred Distraction, yang
dilaksanakan di Magnet Zone di jalan BKR
Pelajar nomor 30 Surabaya. Acara launching
tersebut di dukung oleh Onsterfelijk sebagai
event organizer dan untuk dokumentasi video
di dukung oleh Java Production. Dana untuk
pelaksanaan peluncuran mini album tersebut
berdasarkan keterangan Rendi (gitaris Violence
Sovia) dikumpulkan secara swadaya Violence
Sovia dan Onsterfelijk.
Dalam pelaksanaan peluncuran album
tersebut dihadiri oleh banyak penonton. Event
tersebut di buka untuk umum secara gratis,
lokasi event tersebut di laksanakan di halaman
Magnet Zone. Kegiatan peluncuran album
Violence Sovia adalah event terakhir yang dapat
berlokasi di Magnet Zone. Karena lokasi
Magnet Zone yang berada tepat di pinggir jalan
dan sarana parkir yang tidak memadai.
Sehingga pada acara peluncuran mini album
tersebut membuat macet dari arah jalan
Ketabang Kali hingga jalan arah ke Grandcity
Mall.
Majalah Hai pada tahun 2011 mengadakan
event yang bernama Hai Demos, yang bekerja
sama dengan Peter Say Denim yang
mengundang beberapa grup band dari Amerika
yaitu, Suicide Silence, Alesana, dan Set your
Goals. Majalah Hai mencari 10 band dari
Indonesia untuk bergabung sebagai band
opening dari grup band Amerika tersebut. Dan
Violence Sovia terpilih dalam 10 besar sebagai
band pembuka dalam ajang tersebut setelah
mengirimkan demo lagunya yang berjudul
Demi Sebuah Kebebasan
Dari banyaknya grup band yang ikut serta,
maka pihak Hai Demos melakukan seleksi
dengan mengundang beberapa grup band yang
telah mengirimkan demo lagunya untuk dilihat
live performance-nya sebagai tanggung jawab
pada lagu yang sudah dikirimkan ke pihak
panitia.
Gambar 2 Artikel Majalah Hai
Pada pementasan Violence Sovia di acara
Supergig tersebut, majalah Hai mengomentari
penampilan Violence Sovia dalam bentuk
artikel yang berjudul “Keong Racun Rasa
Hardcore”.
Setelah kegiatan tersebut Violence Sovia
bersama JAVA production memproduksi dua
buah video clip. Video clip pertama yaitu pada
lagu
Demi
Sebuah
Kebebasan
yang
pengambilan gambarnya lebih banyak di
lakukan di makam Belanda di jalan Peneleh
Surabaya. Dan untuk bagian cerita pengambilan
gambar dilakukan pada hari berikutnya dengan
lokasi yang berbeda.
Gambar 3 Salah satu bagian dari video clip
Demi Sebuah Kebebasan
7
Proses rekaman yang dilakukan oleh grup
band Violence Sovia menggunakan teknologi
digital recording, dengan menggunakan
perangkat lunak bernama FL Studio 11.
Pembuatan midi drum sebagai guide, guide
memiliki arti pembimbing, demikian juga
dalam
proses
rekaman
membutuhkan
pembimbing yang berfungsi sebagai panutan
pemain instrument atau vokal untuk
mengetahui kecepatan tempo dan bagian lagu
yang sedang direkam. Dalam membuat beat
drum
menggunakan
software
Superior
Drummer 2.0
Pada tahap recording gitar menggunaan
software Amplitube 3 adalah sebagai Amplifier
Virtual. Alasan menggunakan Amplifier Virtual
adalah selain ringkas dan juga menghemat
biaya. Karena dengan menggunakan Amplitube
3 kita sudah seperti memiliki peralatan yang
lengkap untuk gitar. Di dalam software
Amplitube 3 terdapat berbagai macam efek
stomp box, head cabinet. cabinet, rack yang
dapat dimodifikasi sesuai selera.
Untuk recording bass juga menggunaakn
software Amplitube 3. Dan dalam memainkan
bass, Rizky lebih memilih menggunakan pick
alasannya yaitu untuk mengejar tone agar
terdengar jelas dan aggresive. untuk effect
stompbox, Rizky memilih sedikit menggunakan
overdrive karena dengan memanfaatkan sedikit
frekuensi dari overdrive maka suara yang
dihasilkan akan terdengar lebih jelas.
Proses rekaman vokal Menggunakan
microphone Samson C01 condenser, karena
microphone ini dapat menangkap frekuensi
suara lebih detail. Proses rekaman kali ini
membutuhkan ruangan yang cukup kedap
suara, dikarenakan tipe Samson C01 ini
memiliki jenis supercardioid sehingga cakupan
suara yang di tangkap sangat luas. Sehingga
Violence Sovia mengakalinya dengan cara
microphone di gantungkan di dalam lemari
baju, yang didalamnya diletakan sebuah kasur
lipat. Berharap dapat meredam suara yang
Gambar 4 Proses pengambilan gambar
Saturday Night Distortion
Pada video clip yang kedua yang berjudul
Saturday Night Distortion, Violence Sovia
melakukan pengambilan gambar yang berlokasi
di kota Mojokerto yaitu di bangunan bekas
pabrik spirtus yang berada di daerah Wates
bagian timur. Pada video clip kali ini hanya
fokus pada penampilan dari Violence Sovia,
tanpa di sisipkan sebuah cerita di dalamnya.
Dengan adanya kegiatan seperti di atas
tawaran undangan kepada Violence Sovia untuk
meramaikan event komunitas maupun pensi
sekolah semakin banyak. dan kegiatan Violence
Sovia adalah memproduksi lagu dengan cara
merekamnya sendiri dan berhasil menghasilkan
3 buah lagu yaitu The Devil Inside Your Skirt,
Dance Song, dan Believe.
Sebagai media promosi dan untuk
mempertahankan eksistensinya dalam blantika
musik Indonesia, grup band Violence Sovia
telah mencetak satu album EP yang terdiri dari
8 lagu yang di cetak 100 keping dalam bentuk
compact disc dan 3 lagu sebagai single, yang di
luncurkan secara bertahap dalam bentuk digital
melalui media internet.
Aset Yang Digunakan Dalam Rekaman
 Satu buah laptop merek Thosiba.
 Satu buah soundcard UX2 merek Line 6.
 Dua buah gitar elektrik merek Gibson.
 Satu buah gitar bass merek Fender.
 Satu buah microphone merek Samson C01.
 Satu buah speaker merek Simbada.
8
mengganggu dari luar maupun pantulan suara
di dalam lemari yang berlebihan.
Mixing, kegunaan mixing adalah untuk
mengurangi atau menambahkan frekuensi yang
dibutuhkan. Sehingga ruang dalam sebuah
komposisi audio yang bermacam-macam akan
terdengar
lebih
jelas
dan
seimbang.
Menggunakan equalizer dan compressor.
Mastering, kegunaan mastering adalah
untuk memperkuat karakter sebuah lagu secara
keseluruhan dengan menggunakan compressor,
equalizer, dan limiter. Lagu terdengar lebih
kuat dari hasil mixing sebelumnya. Dalam
proses mastering menggunakan software TRackS 4.
Setelah proses mastering dirasa sudah
cukup memuaskan, langkah selanjutnya adalah
menekan tombol process pada T-Racks.
Sehingga Data file mastering yang berupa WAV
dapat diolah lagi menjadi data audio lainnya,
seperti mp3, m4A, FLAC atau data audio yang
lainnya. Dan hasil lagu oleh Violence Sovia siap
untuk dibagikan ke masyarakat luas melalui
Social media maupun dalam bentuk kepingan
CD sebagai wujud eksistensi Violence Sovia
dalam industri musik Indonesia
Magnet
Zone
Surabaya.
Memperoleh
penghargaan dari Prambors radio sebagai band
“Termetal” pada tahun 2011. Sebagai band
pembuka dari Amerika yaitu Suicide Silence,
Alesana, Set Your Goals, yang dilaksanakan
oleh majalah Hai dan Peter Say Denim pada
tanggal 11 September 2011. Di samping itu,
juga mengeluarkan dua video clip pada lagu
Demi Sebuah Kebebasan dan Saturday Night
Distortion yang di unggah di Youtube.
B. Saran
Setelah
melakukan
penelitian
dan
pengamatan yang membahas tentang eksistensi
grup band Violence Sovia sebagai penyaji
musik post-hardcore di Surabaya, peneliti
masih merasa kurang cukup, karena dalam
sebuah grup band Violence Sovia masih ada
beberapa hal yang dapat digali sebagai
penelitian. Violence Sovia memiliki beberapa
karya musik, sehingga masih dapat dilakukan
sebuah penelitian mengenai bentuk musik dari
karya musik Violence Sovia itu sendiri.
Kemudian mengenai bentuk pertunjukan
Violence Sovia dari beberapa kesempatan
dalam pementasannya di Surabaya juga dapat
dilakukan sebuah penelitian. Sehingga dalam
grup musik Violence Sovia ini masih banyak
hal yang masih dapat diteliti.
Semoga apa yang telah penulis
sampaikan bisa menjadi referensi, menambah
wawasan dan pengetahuan, serta dapat
membawa perubahan yang positif bagi diri
penulis, bagi mahasiswa sendratasik dan bagi
pembaca. Semua yang telah peneliti kerjakan
merupakan sebuah proses pembelajaran. Akhir
kata bila ada kesalahan atau kata-kata yang
kurang berkenan, mohon maaf yang sebesarbesarnya dan terima kasih.
3. PENUTUP
A. Simpulan
Setelah mengalami pembahasan, maka
dapat disimpulkan bahwa grup band Violence
Sovia berdiri pada tanggal 15 Juli 2009 dengan
jumlah personil 5 orang. yaitu Rendi dan
Ishwara pada posisi gitar, Rizky pada posisi
bass, Ilil pada posisi drum, dan Aristya pada
posisi vokal. Manajemen organisasi dikelola
secara sederhana agar mudah dalam
pengelolaan dan memutuskan segala sesuatu
secara kekeluargaan.
Untuk menunjukan eksistensinya dalam
dunia musik indie yaitu dengan penciptaan lagu
dan di rekam secara mandiri dengan teknologi
digital recording. Mengeluarkan mini album
pada tanggal 19 Maret 2011 yang di adakan di
9
RUJUKAN
Banoe, Pono. 2003. Kamus Musik. Yogyakarta:
Kanisius.
Brindle, Reginal, 1986. Musical Composition.
Yogyakarta. BP ISI Yogyakarta
Echols, Jhon M dan Hassan Shadily. 1996.
Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Jamalus. 1988. Pengajaran Musik Melalui
Pengalaman Musik. Jakarta : Depdikbud.
Karl dan Prier, Edmund. 1996. Ilmu Bentuk
Musik. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.
Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Orem, Prosten. 1924. Theory and composition
of Music. Yogyakarta. BP ISI.
Poerwodarminto. 2007. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Saraswati, Sylvia. 2009. Cara Mudah
Menyusun: Proposal, Skripsi, Tesis,
Disertasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Strong. Jeff. 2009. Home Recording For
Musicians For Dummies 3RD Edition.
Canada: Wiley Publishing,. Inc.
Sukaryono, Yoyon. 2009. Memulai Band Indie.
Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.
10
Download