PENGARUH BEBERAPA JENIS PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG MANIS DI LAHAN KERING DATARAN TINGGI BERIKILM BASAH I.K. Kariada1, I.B. Aribawa1 dan B. Murdolelono2 1 BPTP Bali 2 BPTP Nusa Tenggara Timur ABSTRAK Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan kering dataran tinggi beriklim basah di desa Kerta, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar pada MT. 2007. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa jenis pupuk organik terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis jenis “sweet boy”. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan lima perlakuan dan tiga kali ulangan. Perlakuan yang dicoba, yaitu : (a) P0 : penggunaan pupuk kimia 200 kg Urea, 150 kg SP-36 dan 100 kg KCl; (b) P1 : pemberian bio urine sapi 30 l ha-1+ ½ P0; (c) P2 : pemberian pupuk cair urine sapi 60 l ha -1 yang diencerkan 10 kali; (d) P3 : pemberian pupuk kandang dari limbah babi 5,0 t ha-1, dan (e) P4: pemberian 5,0 t ha-1 pupuk kascing. Parameter tanaman jagung manis yang diukur adalah : tinggi tanaman maksimum (menjelang panen), jumlah tongkol per tanaman, berat tongkol, diameter tongkol, hasil per hektar dan bobot brangkasan. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan pemberian beberapa jenis pupuk organik memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap semua parameter yang diamati. Hasil jagung manis panen muda tertinggi dihasilkan oleh perlakuan p4 (kascing 5,0 t ha-1) yaitu 10.76 t/ha Kata kunci : pupuk organik, jagung manis dan lahan kering dataran tinggi beriklim basah. PENDAHULUAN Kata kunci teknologi dapat disejajarkan dengan inovasi baru, revitalisasi dan modernisasi yang mampu memberikan arah pada pengguna untuk melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan. Pergerakannya mengikuti evolusi dari konsep padat karya menuju efisiensi dengan budaya padat teknologi yang membutuhkan waktu sehingga dalam menguasai terknologi membutuhkan pemahaman-pemahaman akan nilai budaya tersebut. Zuhal (2006) dengan jelas menekankan pembangunan ekonomi wilayah berbasis teknologi seperti terungkap dalam pernyataannya : ”ketika dunia memasuki milenium ketiga, semua bangsa maju sepakat untuk menyatakan bahwa penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) merupakan prasyarat (pre-requisite) dalam meraih kemakmuran (prosperity). Teknologi, dalam kancah perekonomian global sudah dianggap sebagai inventasi (capital) dominan dalam pembangunan ekonomi. Kekayaan sumber daya alam bukan lagi penentu keberhasilan ekonomi suatu bangsa. Bangsa yang menguasai teknologi akan mampu menguasai bangsa yang walaupun mempunyai sumber daya alam yang besar tetapi tidak menguasai teknologi. Oleh karena itu, membangun masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based society) sangat diperlukan dalam mendorong terciptanya kemampuan teknologi suatu bangsa”. Sejalan dengan hal tersebut maka dalam aplikasi konsep pengembangan inovasi teknologi untuk masyarakat di daerah sentra sayuran di desa Kerta Kecamatan Payangan Gianyar yang juga merupakan kawasan agropolitan terlihat bahwa strategi pengembanan teknologi sangat berbeda-beda sesuai dengan kondisi wilayahnya. Hal ini mengindikasikan bahwa pengembangan potensi lokal sangatlah penting sehingga penerapan teknologipun menyesuaikan dengan kondisi lokal tersebut. Hal ini disebabkan karena aplikasi teknologi sangat erat terkait dengan budaya dan ekonomi masyarakat setempat serta terkait dengan rekayasa pengetahuan tepat guna untuk meningkatkan nilai tambah dari produk-produk lokal. Oleh karenanya peran teknologi tepat guna (TTG) dalam pembangunan akan membawa dampak yang signifikan pada peningkatan produktifitas total suatu komoditas sehingga mampu memunculkan inovasi untuk meningkatkan daya saing produk. Salah satu penentu daya saing adalah kemampuan teknologi yang menyangkut rekayasa. Beberapa hasil penelitian terkait dengan rekayasa peningkatan produktivitas lahan kering menunjukkan bahwa pendekatan sistem usahatani terpadu secara holistik dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi dan pendapatan petani (Abdulgani, et al., 2000; Suprapto, et al., 2000, Guntoro, et. al., 2000, Kariada, et al., 2004). Sehubungan dengan hal itu, rekayasa inovasi teknologi pertanian khususnya kajian komoditas jagung manis di lahan kering dataran tinggi beriklim basah di daerah Prima Tani (Kawasan Agropolitan) desa Kerta Kecamatan Payangan Gianyar dilakukan dengan pendekatan pemanfaatan potensi lokal, partisipasi dengan masyarakat dan menerapkan teknologi tepat guna yang mampu dilakukan petani. Potensi lokal yang ada antara lain pemanfaatan limbah ternak dan tanaman sebagai pupuk organik yang diproses dengan cacing tanah (Lumbricus rubellus) untuk menghasilkan pupuk kascing (Kartini, 2000), kompos RB (Guntoro, et. al., 2000) serta pemanfaatan urine sapi sebagai pupuk cair. Penggunaan pupuk organik pada beberapa tanaman sayuran dan palawija ternyata mampu memberikan peningkatan hasil secara nyata dibandingkan dengan perlakuan yang biasa dilakukan oleh petani (Kariada, et al., 2004). Adapun tujuan pengkajian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perlakuan beberapa pupuk organic terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis di daerah Prima Tani lahan kering dataran tinggi beriklim basah di desa Kerta Payangan Gianyar. BAHAN DAN METODOLOGI Rancangan Percobaan Dalam percobaan ini digunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan lima perlakuan diulang tiga kali. Perlakuan yang dicoba, yaitu : (a) P0 : penggunaan pupuk kimia 200 kg Urea, 150 kg SP-36 dan 100 kg KCl per hektar; (b) P1 : pemberian bio urine sapi 30 l ha-1+ ½ dosis pupuk kimia; (c) P2 : pemberian pupuk cair urine sapi 60 l ha-1 yang diencerkan 10 kali; (d) P3 : pemberian pupuk kandang dari limbah babi 5,0 t ha-1, dan (e) P4: pemberian 5,0 t ha-1 pupuk kascing. Parameter tanaman jagung manis yang diukur adalah : tinggi tanaman maksimum (menjelang panen), jumlah tongkol per tanaman, berat tongkol, diameter tongkol, hasil per hektar dan bobot brangkasan. Tempat dan Waktu Kajian beberapa pupuk organik pada tanaman jagung manis dilakukan di lahan petani di daerah Prima Tani (Kawasan Agropolitan) lahan kering dataran tinggi beriklim basah di desa Kerta Kecamatan Payangan Gianyar. Pelaksanaan kegiatan dilakukan pada MK 2007. Kajian ini diharapkan dapat memberikan informasi lebih detail terhadap pengaruh beberapa pupuk organik pada tanaman jagung manis yang biasa dibudidayakan di daerah yang memiliki FSZ (farming system zone) yang hampir sama. Bahan dan Alat Bahan yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah benih jagung hibrida jenis Sweet Boy, pupuk urea, SP-36 dan KCl, pupuk organik dan limbah urine sapi. Sedangkan alat yang digunakan adalah alat untuk bercocock tanam, meteran, timbangan dan alat-alat yang lainnya. Pelaksanaan Penelitian Setelah pengolahan tanah dilakukan, maka petak berukuran 3,0 m x 7,0 m dibuat pada petak alami milik petani, masing-masing ulangan ditempatkan pada petak alami petani. Benih jagung ditanam secara tugal pada kedalaman ± 2,5 cm dengan jarak tanam 75 cm x 40 cm dan setiap lubang diisi dua benih, tapi sebelum tanam, lubang tanam diberi pupuk organik sesuai dengan dosis yang diperlakukan. Pada saat penanaman ditaburi Furadan 3 G dengan dosis 15 kg ha-1. Untuk perlakuan pemberian pupuk anorganik, maka pemupukan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 14 hari dengan memberikan pupuk urea dengan dosis 25 kg ha-1 yang dicampur dengan 150 kg SP-36 dan 100 kg KCl dan diberikan secara tugal 5 cm, disebelah lubang tanam. Pemupukan ke dua dilakukan pada saat tanaman berumur 30 hst dengan memberikan sisa pupuk urea dengan dosis 125 kg ha -1. Pemupukan ke tiga dilakukan pada saat tanaman berumur 50 hst dengan memberikan sisa pupuk urea. Pemberian pupuk urine sapi diberikan dengan frekuensi 1 minggu sekali dan dihentikan pada saat tanaman berumur 50 hari. Penyiangan dilakukan pada saat tanaman berumur 21 dan 35 hst, bersamaan dengan itu dilakukan pembubunan pada pangkal tanaman sehingga pertumbuhan tanaman kokoh. Pengendalian hama dan penyakit menggunakan konsep PHT, sedangkan pengendalian gulma menggunakan cara mekanis, menyesuaikan dengan keadaan tanaman. Pengamatan dilakukan terhadap parameter tanaman seperti : tinggi tanaman maksimum (menjelang panen), jumlah tongkol per tanaman, berat tongkol, diameter tongkol, panjang tongkol, hasil jagung per hektar dan bobot brangkasan. Analisis Data Data yang dikumpulkan dianalisis secara sidik ragam. Uji rata-rata pengaruh perlakuan dalam hal ini jenis pupuk dan dosis dari masing-masing pupuk organic dilakukan dengan uji BNT pada taraf 5 % (Gomez dan Gomez, 1984). HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Pupuk Organik Karakteristik beberapa sifat kimia pupuk organik yang dihasilkan dari limbah ternak yang diaplikasikan, disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Karakteristik umum kandungan kimia beberapa pupuk organik Karakteristik Jenis Pupuk kimia Kascing (Suwardi, Pukan Babi Bio Urine sapi 2006; Kariada, et.al., (Anon. 2005) (Guntoro, et. al., 2006) 2004) pH 6.80-8.40 6.6 8.60 C-org (%) 17.64 23.4 3.77 N-tot (%) 1.99 1.64 3.02 P-tsd (%) 3.92 0.80 0.02 K-tsd (%) 0.69 1.30 0.85 Catatan : diolah dari beberapa sumber. Tabel 1 di atas memperlihatkan, nilai pH dari pupuk organik dari limbah ternak, bereaksi dari agak alkalis (kascing) sampai alkalis (Hardjowigeno,1987; Suwardi, 2006; Kariada, et al., 2004, Guntoro et al., 2006). Kadar N-total ke tiga pupuk organik sangat tinggi, sedangkan P-tsd dan K-tsd ke tiga pupuk organik mempunyai kadar yang juga tinggi. Kandungan ini sangat baik untuk memenuhi kebutuhan nutrisi jagung manis. Karakteristik Tanah Dari hasil analisis tanah lokasi penelitian sebelum dimulai kegiatan, menunjukkan, kemasaman tanah (pH tanah) agak masam, P-total rendah, K-total sedang, N-total dan C-organik tergolong rendah (Tabel 2). Tabel 2. Karakteristik tanah lokasi pengkajian Sifat kimia pH P-total (ppm) K-total (ppm) N-total (%) C-org (%) Nilai 6,3 15,86 39,07 0,18 1,8 Sumber : Lab Tanah Faperta Unud Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis Kriteria Agak masam Rendah Sedang Rendah Rendah Tanaman jagung manis merupakan salah satu komoditas penting untuk memenuhi kebutuhan pangan di daerah pariwisata sehingga memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi dan merupakan kebutuhan sehari-hari masyarakat perhotelan dan masyarakat umum. Dari pengamatan secara langsung di lapangan maka penampilan pertumbuhan jagung secara keseluruhan menunjukkan pertumbuhan yang seragam dan tumbuh baik. Komponen pertumbuhan dan hasil jagung tidak dipengaruhi oleh jenis pupuk organik dan anorganik yang diberikan (Tabel 3 dan 4). Pengamatan terhadap tinggi tanaman menunjukkan, perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap tinggi maksimum tanaman jagung. Rata-rata tinggi tanaman jagung berkisar antara 220,85 cm – 249,75 cm. Jumlah tongkol yang dihasilkan berkisar antara 1,50-1,80 buah per tanaman. Rata-rata diameter tongkol berkisar antara 4,02-4,18 cm. Bobot tongkol per buah berkisar antara 174,75 g – 231,35 g. Pada Tabel 4, terlihat perlakuan menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap parameter tanaman yang diamati seperti, panjang tongkol, berat berangkasan per tanaman dan per hektar serta hasil jagung manis per hektar. Rata-rata panjang tongkol berkisar antara 19,08-19,20 cm. Rata-rata berat berangkasan per tanaman berkisar antara 572,12-710,25 g. Rata-rata berat berangkasan per hektar berkisar antara 26,82-33,29 ton per hektar. Sedangkan hasil jagung yang dihasilkan per hektar berkisar antara 8.13 - 10.76 ton per hektar. Bobot berangkasan ini dapat memberikan nilai tambah pada penggemukan sapi potong sebagai sumber pakan sementara dari sapi akan menghasilkan pupuk kascing dan bio urine untuk jagung. Komponen pertumbuhan dan hasil tanaman jagung tidak dipengaruhi oleh pemberian pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik yang ditambahkan ke dalam tanah akan meningkatkan kadar bahan organik tanah. Bahan organik tanah merupakan timbunan dari sisa tanaman dan binatang yang sebagian besar telah mengalami pelapukan dan merupakan bahan utama jasad mikro tanah. Bahan organik akan mengalami perubahan terus menerus oleh aktivitas jasad mikro dan tidak mantap. Oleh karena itu bahan organik tanah harus selalu diperbaharui dengan menambah sisa tanaman atau binatang. Kadar bahan organik tanah-tanah mineral umumnya rendah, tidak melebihi 5 %, tapi pengaruh bahan organik terhadap sifat-sifat tanah dan produktivitas lahan sangat besar (Hardjowigeno, 1987). Dalam penelitian ini, seperti telah dikemukakan di atas, jenis pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap komponen pertumbuhan dan hasil jagung. Hal ini diduga disebabkan karena pupuk anorganik yang diberikan (Urea, SP36 dan KCl) sudah mencukupi untuk pertumbuhan dan produksi tanaman jagung, disamping karena karakteristik umum yang dimiliki oleh pupuk organik yaitu: (1) kandungan unsur hara ditentukan oleh tingkat kematangan dekomposisi, (2) penyediaan hara terjadi secara lambat sehingga mampu memenuhi kebutuhan unsur hara berlanjut, dan (3) menyediakan hara dalam jumlah terbatas (Sutanto, 2002a dan Sutanto, 2002b). Hara yang berasal dari bahan organik diperlukan untuk kegiatan mikroba tanah untuk merubah bentuk ikatan komplek organik yang tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman menjadi bentuk senyawa organik dan anorganik sederhana yang dapat diserap tanaman. Kebanyakan unsur di dalam tanah biasanya tercuci dalam bentuk unsur tersedia dari hasil perombakan bahan organik. Perlakuan beberapa jenis pupuk organik menunjukan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap semua parameter tanaman yang diamati. Namun demikian, pupuk organik yang dihasilkan dari dekomposer cacing tanah yang disebut dengan kascing memberikan hasil jagung tertinggi yaitu 10.76 ton per ha bobot panen muda. Hal ini disebabkan karena kascing menyediakan hara (N,P,K, Ca dan Mg) dalam jumlah seimbang dan dalam bentuk yang tersedia bagi tanaman, disamping menyediakan hormon pertumbuhan tanaman (Sutanto, 2002a dan Sutanto 2002b). Kascing mempunyai kelebihan dari pupuk organik lainnya, sehingg sering disebut ” pupuk organik plus” karena unsur hara yang dikandungnya baik unsur makro maupun mikro dapat langsung terserdia bagi tanaman (Kartini, 2000 dan Trimulat, 2003). Tabel 3. Pengaruh beberapa jenis pupuk organik terhadap pertumbuhan tanaman jagung manis di lahan kering desa Kerta, Payangan MT. 2007 Perlakuan Tinggi Tanaman Jumlah Tongkol Diameter Tongkol Bobot (cm) (buah) (cm) Tongkol (g) P0 220,85a 1,50a 4,02 a 174,75a P1 P2 P3 P4 234,05a 244,75a 235,40a 249,75a 1,75a 1,70a 1,55a 1,80a 4,03 a 4,04 a 4,10 a 4,06 a 214,00a 193,95a 192,05a 231,35a Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5 %. Dari Tabel 4 terlihat bahwa produksi yang dihasilkan dengan menggunakan pupuk organic kascing ternyata lebih tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa telah terjadi peningkatan daya dukung lahan terhadap aspek produksi akibat pengaruh dari kascing terhadap kondisi tanah di desa Kerta. Hal ini disebabkan oleh kondisi tanah yang semakin baik karena pupuk kascing mampu menyediakan unsur N, P tersedia dan K serta unsur mikro lainnya yang dapat merangsang pertumbuhan, pembungaan dan pembuahan. Hal ini menunjukkan bahwa respon tanaman dengan pemberian pupuk kascing adalah sangat baik. Pupuk kascing merupakan salah satu pupuk organik yang mempunyai kelebihan dari pupuk organik yang lain sehingga disebut “Pupuk Organik Plus’ (Kartini, 2000). Kelebihan tersebut antara lain karena pupuk kascing mempunyai C/N ratio yang rendah sehingga sangat baik sebagai sumber energi yang akhirnya dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah. Selain itu, pemberian pupuk kascing ke dalam tanah dapat memperbaiki sifat-sifat fisik tanah (memperbaiki struktur tanah, porositas, permeabilitas, meningkatkan kemampuan menahan air), sifat kimia (meningkatkan kemampuan tanah untk menyerap kation, sebagai sumber hara makro dan mikro, menaikkan pH tanah dan menekan kelarutan Al dengan membentuk kompleks Al-organik), dan sifat biologi tanah (meningkatkan aktivitas mikroba tanah, sebagai sumber energi bagi bakteri penambat N dan pelarut fosfat). Tabel 4. Pengaruh beberapa jenis pupuk organik terhadap komponen hasil tanaman jagung di lahan kering dataran tinggi beriklim basah desa Kerta, Payangan Gianyar MT. 2007. Perlakuan Panjang Berangkasan per Berangkasan per Hasil per Tongkol (cm) tanaman (g) hektar (ton) Hektar (ton) P0 19,12 a 590,45 a 27.68 a 8.13 a P1 19,20 a 572,12 a 26.82 a 9.95 a P2 19,08 a 653,00 a 30.61 a 9.02 a P3 19,10 a 709,08 a 33.24 a 8.93 a P4 19,12 a 710.25 a 33.29 a 10.76 a Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5 %. Data analisis ekonomi jagung manis dari beberapa perlakuan pupuk organic dan anorganik disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5. Analisis usaha tani pengkajian beberapa pupuk pada tanaman jagung manis di lahan kering dataran tinggi beriklim basah desa Kerta Payangan Gianyar TA 2007. Uraian Bibit jagung manis Pupuk NPK Bio Urine Urine sapi Pukan babi Pupuk kascing TK Total Biaya input (000) Volume Harga Satuan (000) 120 Total Biaya (000) 1,440 P0 P1 P2 1,440 1,440 1,440 1 paket 30 liter 60 liter 5000 kg 5000 kg 450 0 0 0.100 0.500 450 0 0 500 2,500 450 0 0 0 0 225 0 0 0 0 0 0 0 0 0 40 HOK 20 800 800 2,690 800 2,465 800 2,240 12 kg P3 P4 1,440 1,440 0 0 0 500 0 0 0 0 0 2,500 800 2,740 800 4,740 Produksi (ton/ha) Nilai produksi (ooo) Keuntungan per hektar (000) Analisis B/C 1 ton 1,500 8.13 9.95 9.02 8.93 10.76 12,195 14,925 13,530 13,395 16,140 9,505 12,460 11,290 10,655 11,400 3,5 5,1 5,0 3,9 2,4 Analisis eknomi jagung manis dalam pengkajian ini menunjukkan bahwa perlakuan P1 (Bio urine) memberikan keuntungan tertinggi yaitu Rp. 12.460.000 per hektar (B/C ratio 5.1), diikuti oleh perlakuan P4 (kascing) Rp. 11.400.000 (B/C ratio 2.4), P2 (urine sapi diencerkan) Rp. 11.290.000 (B/C ratio 5,0), P3 (pukan babi) Rp. 10.655.000 (B/C ratio 3.9), dan terendah pada perlakuan P0 (NPK) Rp. 9.505.000 (B/C ratio 3.5). Dari data tersebut di atas ternyata secara keseluruhan budidaya jagung manis memberikan keuntungan bila dilihat dari nilai B/C ratio yang >1 yang menunjukkan usaha tani ini layak dilakukan. Keuntungan ini akan menjadi lebih baik apabila semua pupuk organik tersebut dibuat oleh petani sehingga biaya input pupuk bisa ditekan agar terjadi efisiensi yang lebih baik. KESIMPULAN DAN SARAN Dari uraian di atas dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan dan saran : 1. Pemberian beberapa jenis pupuk organik dan anorganik, menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis. 2. Pupuk organik kascing menunjukkan keunggulan dibandingkan dengan jenis pupuk organik yang lainnya. 3. Hasil tertinggi tanaman jagung manis dihasilkan oleh perlakuan P4 (kascing 5 ton/ha) yaitu 10.76 ton/ha panen muda. 4. Dari analisis usaha tani secara keseluruhan usaha tani jagung manis masih memberikan keuntungan dengan nilai B/C ratio untuk semua perlakuan >1. 5. Disarankan agar para petani untuk membuat pupuk organik sendiri sehingga input produksi menjadi rendah. Di daerah ini pupuk kascing sangat diminati, sehingga apabila pupuk kascing dibuat sendiri oleh petani maka dengan produksi tertinggi akan mampu menghasilkan keuntungan tertinggi. DAFTAR PUSTAKA Abdulgani dan H. Sembiring, 2000. Potensi pengembangan lahan kering di NTB. Seminar Nasional IP2TP Denpasar. Anonimous, 2005. Pengantar Ilmu Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Gomez and Gomez. 1984. Statistical Procedures for Agricultural Research. Second Edition. An International Rice Research Instute Book. A Wiley Interscience Publ. John Wiley and Sons. New York. 680 p. Guntoro, S., I. M. Rai Yasa, I. M. Londra. 2002. Laporan Pengkajian Sistim Usaha Tani ternak. IP2TP Denpasar, Bali. Guntoro, S., I. M. Rai Yasa, I. M. Londra. 2006. Hasil analisis limbah ternak. Laporan Pengkajian Sistim Usaha Tani ternak. BPTP Bali. Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Ilmu Tanah. PT. Medyatama Perkasa. 216. hlm. Kartini, L. 2000. Pertanian organik sebagai pertanian masa depan. Proseding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian dalam Upaya Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. BPTP Bali, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sossial Ekonomi Pertanian. Bogor. Hal. 98-105. Kariada, I.K., I.B. Aribawa, I.M. Londra dan I.N. Dwijana. 2004. Laporan Akir Pengkajian Sistim Usaha Tani Integrasi Ternak Sapi Potong dan Sayuran Pada FSZ Lahan Kering Dataran Tinggi Beriklim Basah. BPTP Bali. Suprapto., I.N. Adijaya., dan I.M. Rai Yasa. 2002. Laporan Akhir Penelitian Sistem Usahatani Diversifikasi Lahan Marginal. BPTP Bali. Sutanto, R. 2002a. Penerapan Pertanian Organik : pemasyarakatan dan pengembangannya. Kanisius. Jakarta. Sutanto, R. 2002b. Pertanian Organik : menuju pertanian alternatif dan berkelanjutan. Kanisius. Jakarta. Suwardi, 2006. Teknologi Pengomposan Bahan Organik Sebagai Salah Satu Pilar Pertanian Organik. Departemen Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Trimulat. 2003. Membuat dan memanfaatkan Kascing. Pupuk Organik Berkualitas. Cetakan I. Kanisius. Agromedia Pustaka. Jakarta. Trimulat. 2003. Membuat dan memanfaatkan Kascing. Pupuk Organik Berkualitas. Cetakan I. Kanisius. Agromedia Pustaka. Jakarta. Zuhal, 2006. Peran IPTEK dalam pembangunan. Suara Pembaharuan.