pengaruh beberapa jenis pupuk organik terhadap pertumbuhan dan

advertisement
PENGARUH BEBERAPA JENIS PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
HASIL JAGUNG MANIS DI LAHAN KERING DATARAN TINGGI BERIKILM BASAH
I.K. Kariada1, I.B. Aribawa1 dan B. Murdolelono2
1
BPTP Bali
2
BPTP Nusa Tenggara Timur
ABSTRAK
Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan kering dataran tinggi beriklim basah di desa
Kerta, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar pada MT. 2007. Penelitian bertujuan untuk
mengetahui pengaruh beberapa jenis pupuk organik terhadap pertumbuhan dan hasil jagung
manis jenis “sweet boy”. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan lima
perlakuan dan tiga kali ulangan. Perlakuan yang dicoba, yaitu : (a) P0 : penggunaan pupuk kimia
200 kg Urea, 150 kg SP-36 dan 100 kg KCl; (b) P1 : pemberian bio urine sapi 30 l ha-1+ ½ P0;
(c) P2 : pemberian pupuk cair urine sapi 60 l ha -1 yang diencerkan 10 kali; (d) P3 : pemberian
pupuk kandang dari limbah babi 5,0 t ha-1, dan (e) P4: pemberian 5,0 t ha-1 pupuk kascing.
Parameter tanaman jagung manis yang diukur adalah : tinggi tanaman maksimum (menjelang
panen), jumlah tongkol per tanaman, berat tongkol, diameter tongkol, hasil per hektar dan bobot
brangkasan. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan pemberian beberapa jenis pupuk organik
memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap semua parameter yang
diamati. Hasil jagung manis panen muda tertinggi dihasilkan oleh perlakuan p4 (kascing 5,0 t
ha-1) yaitu 10.76 t/ha
Kata kunci : pupuk organik, jagung manis dan lahan kering dataran tinggi beriklim basah.
PENDAHULUAN
Kata kunci teknologi dapat disejajarkan dengan inovasi baru, revitalisasi dan modernisasi
yang mampu memberikan arah pada pengguna untuk melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan.
Pergerakannya mengikuti evolusi dari konsep padat karya menuju efisiensi dengan budaya
padat teknologi yang membutuhkan waktu sehingga dalam menguasai terknologi membutuhkan
pemahaman-pemahaman akan nilai budaya tersebut. Zuhal (2006) dengan jelas menekankan
pembangunan ekonomi wilayah berbasis teknologi seperti terungkap dalam pernyataannya :
”ketika dunia memasuki milenium ketiga, semua bangsa maju sepakat untuk menyatakan bahwa
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) merupakan prasyarat (pre-requisite) dalam
meraih kemakmuran (prosperity). Teknologi, dalam kancah perekonomian global sudah dianggap
sebagai inventasi (capital) dominan dalam pembangunan ekonomi. Kekayaan sumber daya alam
bukan lagi penentu keberhasilan ekonomi suatu bangsa. Bangsa yang menguasai teknologi akan
mampu menguasai bangsa yang walaupun mempunyai sumber daya alam yang besar tetapi
tidak menguasai teknologi. Oleh karena itu, membangun masyarakat berbasis pengetahuan
(knowledge-based society) sangat diperlukan dalam mendorong terciptanya kemampuan
teknologi suatu bangsa”.
Sejalan dengan hal tersebut maka dalam aplikasi konsep pengembangan inovasi
teknologi untuk masyarakat di daerah sentra sayuran di desa Kerta Kecamatan Payangan
Gianyar yang juga merupakan kawasan agropolitan terlihat bahwa strategi pengembanan
teknologi sangat berbeda-beda sesuai dengan kondisi wilayahnya. Hal ini mengindikasikan
bahwa pengembangan potensi lokal sangatlah penting sehingga penerapan teknologipun
menyesuaikan dengan kondisi lokal tersebut. Hal ini disebabkan karena aplikasi teknologi sangat
erat terkait dengan budaya dan ekonomi masyarakat setempat serta terkait dengan rekayasa
pengetahuan tepat guna untuk meningkatkan nilai tambah dari produk-produk lokal. Oleh
karenanya peran teknologi tepat guna (TTG) dalam pembangunan akan membawa dampak yang
signifikan pada peningkatan produktifitas total suatu komoditas sehingga mampu memunculkan
inovasi untuk meningkatkan daya saing produk. Salah satu penentu daya saing adalah
kemampuan teknologi yang menyangkut rekayasa. Beberapa hasil penelitian terkait dengan
rekayasa peningkatan produktivitas lahan kering menunjukkan bahwa pendekatan sistem
usahatani terpadu secara holistik dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi dan pendapatan
petani (Abdulgani, et al., 2000; Suprapto, et al., 2000, Guntoro, et. al., 2000, Kariada, et al.,
2004).
Sehubungan dengan hal itu, rekayasa inovasi teknologi pertanian khususnya kajian
komoditas jagung manis di lahan kering dataran tinggi beriklim basah di daerah Prima Tani
(Kawasan Agropolitan) desa Kerta Kecamatan Payangan Gianyar dilakukan dengan pendekatan
pemanfaatan potensi lokal, partisipasi dengan masyarakat dan menerapkan teknologi tepat guna
yang mampu dilakukan petani. Potensi lokal yang ada antara lain pemanfaatan limbah ternak dan
tanaman sebagai pupuk organik yang diproses dengan cacing tanah (Lumbricus rubellus) untuk
menghasilkan pupuk kascing (Kartini, 2000), kompos RB (Guntoro, et. al., 2000) serta
pemanfaatan urine sapi sebagai pupuk cair. Penggunaan pupuk organik pada beberapa
tanaman sayuran dan palawija ternyata mampu memberikan peningkatan hasil secara nyata
dibandingkan dengan perlakuan yang biasa dilakukan oleh petani (Kariada, et al., 2004).
Adapun tujuan pengkajian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perlakuan beberapa
pupuk organic terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis di daerah Prima Tani lahan
kering dataran tinggi beriklim basah di desa Kerta Payangan Gianyar.
BAHAN DAN METODOLOGI
Rancangan Percobaan
Dalam percobaan ini digunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan lima perlakuan
diulang tiga kali. Perlakuan yang dicoba, yaitu : (a) P0 : penggunaan pupuk kimia 200 kg Urea,
150 kg SP-36 dan 100 kg KCl per hektar; (b) P1 : pemberian bio urine sapi 30 l ha-1+ ½ dosis
pupuk kimia; (c) P2 : pemberian pupuk cair urine sapi 60 l ha-1 yang diencerkan 10 kali; (d) P3 :
pemberian pupuk kandang dari limbah babi 5,0 t ha-1, dan (e) P4: pemberian 5,0 t ha-1 pupuk
kascing. Parameter tanaman jagung manis yang diukur adalah : tinggi tanaman maksimum
(menjelang panen), jumlah tongkol per tanaman, berat tongkol, diameter tongkol, hasil per hektar
dan bobot brangkasan.
Tempat dan Waktu
Kajian beberapa pupuk organik pada tanaman jagung manis dilakukan di lahan petani di
daerah Prima Tani (Kawasan Agropolitan) lahan kering dataran tinggi beriklim basah di desa
Kerta Kecamatan Payangan Gianyar. Pelaksanaan kegiatan dilakukan pada MK 2007. Kajian ini
diharapkan dapat memberikan informasi lebih detail terhadap pengaruh beberapa pupuk organik
pada tanaman jagung manis yang biasa dibudidayakan di daerah yang memiliki FSZ (farming
system zone) yang hampir sama.
Bahan dan Alat
Bahan yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah benih jagung hibrida jenis Sweet
Boy, pupuk urea, SP-36 dan KCl, pupuk organik dan limbah urine sapi. Sedangkan alat yang
digunakan adalah alat untuk bercocock tanam, meteran, timbangan dan alat-alat yang lainnya.
Pelaksanaan Penelitian
Setelah pengolahan tanah dilakukan, maka petak berukuran 3,0 m x 7,0 m dibuat pada
petak alami milik petani, masing-masing ulangan ditempatkan pada petak alami petani. Benih
jagung ditanam secara tugal pada kedalaman ± 2,5 cm dengan jarak tanam 75 cm x 40 cm dan
setiap lubang diisi dua benih, tapi sebelum tanam, lubang tanam diberi pupuk organik sesuai
dengan dosis yang diperlakukan. Pada saat penanaman ditaburi Furadan 3 G dengan dosis 15
kg ha-1. Untuk perlakuan pemberian pupuk anorganik, maka pemupukan pertama dilakukan pada
saat tanaman berumur 14 hari dengan memberikan pupuk urea dengan dosis 25 kg ha-1 yang
dicampur dengan 150 kg SP-36 dan 100 kg KCl dan diberikan secara tugal 5 cm, disebelah
lubang tanam. Pemupukan ke dua dilakukan pada saat tanaman berumur 30 hst dengan
memberikan sisa pupuk urea dengan dosis 125 kg ha -1. Pemupukan ke tiga dilakukan pada saat
tanaman berumur 50 hst dengan memberikan sisa pupuk urea. Pemberian pupuk urine sapi
diberikan dengan frekuensi 1 minggu sekali dan dihentikan pada saat tanaman berumur 50 hari.
Penyiangan dilakukan pada saat tanaman berumur 21 dan 35 hst, bersamaan dengan itu
dilakukan pembubunan pada pangkal tanaman sehingga pertumbuhan tanaman kokoh.
Pengendalian hama dan penyakit menggunakan konsep PHT, sedangkan pengendalian gulma
menggunakan cara mekanis, menyesuaikan dengan keadaan tanaman. Pengamatan dilakukan
terhadap parameter tanaman seperti : tinggi tanaman maksimum (menjelang panen), jumlah
tongkol per tanaman, berat tongkol, diameter tongkol, panjang tongkol, hasil jagung per hektar
dan bobot brangkasan.
Analisis Data
Data yang dikumpulkan dianalisis secara sidik ragam. Uji rata-rata pengaruh perlakuan
dalam hal ini jenis pupuk dan dosis dari masing-masing pupuk organic dilakukan dengan uji BNT
pada taraf 5 % (Gomez dan Gomez, 1984).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Pupuk Organik
Karakteristik beberapa sifat kimia pupuk organik yang dihasilkan dari limbah ternak yang
diaplikasikan, disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik umum kandungan kimia beberapa pupuk organik
Karakteristik
Jenis Pupuk
kimia
Kascing (Suwardi,
Pukan Babi
Bio Urine sapi
2006; Kariada, et.al.,
(Anon. 2005)
(Guntoro, et. al., 2006)
2004)
pH
6.80-8.40
6.6
8.60
C-org (%)
17.64
23.4
3.77
N-tot (%)
1.99
1.64
3.02
P-tsd (%)
3.92
0.80
0.02
K-tsd (%)
0.69
1.30
0.85
Catatan : diolah dari beberapa sumber.
Tabel 1 di atas memperlihatkan, nilai pH dari pupuk organik dari limbah ternak, bereaksi
dari agak alkalis (kascing) sampai alkalis (Hardjowigeno,1987; Suwardi, 2006; Kariada, et al.,
2004, Guntoro et al., 2006). Kadar N-total ke tiga pupuk organik sangat tinggi, sedangkan P-tsd
dan K-tsd ke tiga pupuk organik mempunyai kadar yang juga tinggi. Kandungan ini sangat baik
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi jagung manis.
Karakteristik Tanah
Dari hasil analisis tanah lokasi penelitian sebelum dimulai kegiatan, menunjukkan,
kemasaman tanah (pH tanah) agak masam, P-total rendah, K-total sedang, N-total dan C-organik
tergolong rendah (Tabel 2).
Tabel 2. Karakteristik tanah lokasi pengkajian
Sifat kimia
pH
P-total (ppm)
K-total (ppm)
N-total (%)
C-org (%)
Nilai
6,3
15,86
39,07
0,18
1,8
Sumber : Lab Tanah Faperta Unud
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis
Kriteria
Agak masam
Rendah
Sedang
Rendah
Rendah
Tanaman jagung manis merupakan salah satu komoditas penting untuk memenuhi
kebutuhan pangan di daerah pariwisata sehingga memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi dan
merupakan kebutuhan sehari-hari masyarakat perhotelan dan masyarakat umum. Dari
pengamatan secara langsung di lapangan maka penampilan pertumbuhan jagung secara
keseluruhan menunjukkan pertumbuhan yang seragam dan tumbuh baik.
Komponen pertumbuhan dan hasil jagung tidak dipengaruhi oleh jenis pupuk organik dan
anorganik yang diberikan (Tabel 3 dan 4). Pengamatan terhadap tinggi tanaman menunjukkan,
perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap tinggi maksimum tanaman
jagung. Rata-rata tinggi tanaman jagung berkisar antara 220,85 cm – 249,75 cm. Jumlah tongkol
yang dihasilkan berkisar antara 1,50-1,80 buah per tanaman. Rata-rata diameter tongkol berkisar
antara 4,02-4,18 cm. Bobot tongkol per buah berkisar antara 174,75 g – 231,35 g.
Pada Tabel 4, terlihat perlakuan menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap
parameter tanaman yang diamati seperti, panjang tongkol, berat berangkasan per tanaman dan
per hektar serta hasil jagung manis per hektar. Rata-rata panjang tongkol berkisar antara
19,08-19,20 cm. Rata-rata berat berangkasan per tanaman berkisar antara 572,12-710,25 g.
Rata-rata berat berangkasan per hektar berkisar antara 26,82-33,29 ton per hektar. Sedangkan
hasil jagung yang dihasilkan per hektar berkisar antara 8.13 - 10.76 ton per hektar. Bobot
berangkasan ini dapat memberikan nilai tambah pada penggemukan sapi potong sebagai
sumber pakan sementara dari sapi akan menghasilkan pupuk kascing dan bio urine untuk
jagung.
Komponen pertumbuhan dan hasil tanaman jagung tidak dipengaruhi oleh pemberian
pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik yang ditambahkan ke dalam tanah akan
meningkatkan kadar bahan organik tanah. Bahan organik tanah merupakan timbunan dari sisa
tanaman dan binatang yang sebagian besar telah mengalami pelapukan dan merupakan bahan
utama jasad mikro tanah. Bahan organik akan mengalami perubahan terus menerus oleh
aktivitas jasad mikro dan tidak mantap. Oleh karena itu bahan organik tanah harus selalu
diperbaharui dengan menambah sisa tanaman atau binatang. Kadar bahan organik tanah-tanah
mineral umumnya rendah, tidak melebihi 5 %, tapi pengaruh bahan organik terhadap sifat-sifat
tanah dan produktivitas lahan sangat besar (Hardjowigeno, 1987).
Dalam penelitian ini, seperti telah dikemukakan di atas, jenis pupuk organik tidak
berpengaruh nyata terhadap komponen pertumbuhan dan hasil jagung. Hal ini diduga
disebabkan karena pupuk anorganik yang diberikan (Urea, SP36 dan KCl) sudah mencukupi
untuk pertumbuhan dan produksi tanaman jagung, disamping karena karakteristik umum yang
dimiliki oleh pupuk organik yaitu: (1) kandungan unsur hara ditentukan oleh tingkat kematangan
dekomposisi, (2) penyediaan hara terjadi secara lambat sehingga mampu memenuhi kebutuhan
unsur hara berlanjut, dan (3) menyediakan hara dalam jumlah terbatas (Sutanto, 2002a dan
Sutanto, 2002b). Hara yang berasal dari bahan organik diperlukan untuk kegiatan mikroba tanah
untuk merubah bentuk ikatan komplek organik yang tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman
menjadi bentuk senyawa organik dan anorganik sederhana yang dapat diserap tanaman.
Kebanyakan unsur di dalam tanah biasanya tercuci dalam bentuk unsur tersedia dari hasil
perombakan bahan organik.
Perlakuan beberapa jenis pupuk organik menunjukan pengaruh yang tidak berbeda
nyata terhadap semua parameter tanaman yang diamati. Namun demikian, pupuk organik yang
dihasilkan dari dekomposer cacing tanah yang disebut dengan kascing memberikan hasil jagung
tertinggi yaitu 10.76 ton per ha bobot panen muda. Hal ini disebabkan karena kascing
menyediakan hara (N,P,K, Ca dan Mg) dalam jumlah seimbang dan dalam bentuk yang tersedia
bagi tanaman, disamping menyediakan hormon pertumbuhan tanaman (Sutanto, 2002a dan
Sutanto 2002b). Kascing mempunyai kelebihan dari pupuk organik lainnya, sehingg sering
disebut ” pupuk organik plus” karena unsur hara yang dikandungnya baik unsur makro maupun
mikro dapat langsung terserdia bagi tanaman (Kartini, 2000 dan Trimulat, 2003).
Tabel 3. Pengaruh beberapa jenis pupuk organik terhadap pertumbuhan tanaman jagung manis
di lahan kering desa Kerta, Payangan MT. 2007
Perlakuan Tinggi Tanaman
Jumlah Tongkol Diameter Tongkol
Bobot
(cm)
(buah)
(cm)
Tongkol (g)
P0
220,85a
1,50a
4,02 a
174,75a
P1
P2
P3
P4
234,05a
244,75a
235,40a
249,75a
1,75a
1,70a
1,55a
1,80a
4,03 a
4,04 a
4,10 a
4,06 a
214,00a
193,95a
192,05a
231,35a
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada taraf uji DMRT 5 %.
Dari Tabel 4 terlihat bahwa produksi yang dihasilkan dengan menggunakan pupuk
organic kascing ternyata lebih tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa telah terjadi peningkatan
daya dukung lahan terhadap aspek produksi akibat pengaruh dari kascing terhadap kondisi tanah
di desa Kerta. Hal ini disebabkan oleh kondisi tanah yang semakin baik karena pupuk kascing
mampu menyediakan unsur N, P tersedia dan K serta unsur mikro lainnya yang dapat
merangsang pertumbuhan, pembungaan dan pembuahan. Hal ini menunjukkan bahwa respon
tanaman dengan pemberian pupuk kascing adalah sangat baik. Pupuk kascing merupakan salah
satu pupuk organik yang mempunyai kelebihan dari pupuk organik yang lain sehingga disebut
“Pupuk Organik Plus’ (Kartini, 2000). Kelebihan tersebut antara lain karena pupuk kascing
mempunyai C/N ratio yang rendah sehingga sangat baik sebagai sumber energi yang akhirnya
dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah. Selain itu, pemberian pupuk kascing ke
dalam tanah dapat memperbaiki sifat-sifat fisik tanah (memperbaiki struktur tanah, porositas,
permeabilitas, meningkatkan kemampuan menahan air), sifat kimia (meningkatkan kemampuan
tanah untk menyerap kation, sebagai sumber hara makro dan mikro, menaikkan pH tanah dan
menekan kelarutan Al dengan membentuk kompleks Al-organik), dan sifat biologi tanah
(meningkatkan aktivitas mikroba tanah, sebagai sumber energi bagi bakteri penambat N dan
pelarut fosfat).
Tabel 4. Pengaruh beberapa jenis pupuk organik terhadap komponen hasil tanaman jagung di
lahan kering dataran tinggi beriklim basah desa Kerta, Payangan Gianyar MT. 2007.
Perlakuan
Panjang
Berangkasan per
Berangkasan per
Hasil per
Tongkol (cm)
tanaman (g)
hektar (ton)
Hektar
(ton)
P0
19,12 a
590,45 a
27.68 a
8.13 a
P1
19,20 a
572,12 a
26.82 a
9.95 a
P2
19,08 a
653,00 a
30.61 a
9.02 a
P3
19,10 a
709,08 a
33.24 a
8.93 a
P4
19,12 a
710.25 a
33.29 a
10.76 a
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada taraf uji DMRT 5 %.
Data analisis ekonomi jagung manis dari beberapa perlakuan pupuk organic dan anorganik disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 5. Analisis usaha tani pengkajian beberapa pupuk pada tanaman jagung manis di lahan
kering dataran tinggi beriklim basah desa Kerta Payangan Gianyar TA 2007.
Uraian
Bibit jagung
manis
Pupuk NPK
Bio Urine
Urine sapi
Pukan babi
Pupuk
kascing
TK
Total Biaya
input (000)
Volume
Harga
Satuan
(000)
120
Total
Biaya
(000)
1,440
P0
P1
P2
1,440
1,440
1,440
1 paket
30 liter
60 liter
5000 kg
5000 kg
450
0
0
0.100
0.500
450
0
0
500
2,500
450
0
0
0
0
225
0
0
0
0
0
0
0
0
0
40 HOK
20
800
800
2,690
800
2,465
800
2,240
12 kg
P3
P4
1,440
1,440
0
0
0
500
0
0
0
0
0
2,500
800
2,740
800
4,740
Produksi
(ton/ha)
Nilai
produksi
(ooo)
Keuntungan
per hektar
(000)
Analisis B/C
1 ton
1,500
8.13
9.95
9.02
8.93
10.76
12,195
14,925
13,530
13,395
16,140
9,505
12,460
11,290
10,655
11,400
3,5
5,1
5,0
3,9
2,4
Analisis eknomi jagung manis dalam pengkajian ini menunjukkan bahwa perlakuan P1
(Bio urine) memberikan keuntungan tertinggi yaitu Rp. 12.460.000 per hektar (B/C ratio 5.1),
diikuti oleh perlakuan P4 (kascing) Rp. 11.400.000 (B/C ratio 2.4), P2 (urine sapi diencerkan) Rp.
11.290.000 (B/C ratio 5,0), P3 (pukan babi) Rp. 10.655.000 (B/C ratio 3.9), dan terendah pada
perlakuan P0 (NPK) Rp. 9.505.000 (B/C ratio 3.5). Dari data tersebut di atas ternyata secara
keseluruhan budidaya jagung manis memberikan keuntungan bila dilihat dari nilai B/C ratio yang
>1 yang menunjukkan usaha tani ini layak dilakukan. Keuntungan ini akan menjadi lebih baik
apabila semua pupuk organik tersebut dibuat oleh petani sehingga biaya input pupuk bisa ditekan
agar terjadi efisiensi yang lebih baik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari uraian di atas dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan dan
saran :
1. Pemberian beberapa jenis pupuk organik dan anorganik, menunjukkan pengaruh yang tidak
nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis.
2. Pupuk organik kascing menunjukkan keunggulan dibandingkan dengan jenis pupuk organik
yang lainnya.
3. Hasil tertinggi tanaman jagung manis dihasilkan oleh perlakuan P4 (kascing 5 ton/ha) yaitu
10.76 ton/ha panen muda.
4. Dari analisis usaha tani secara keseluruhan usaha tani jagung manis masih memberikan
keuntungan dengan nilai B/C ratio untuk semua perlakuan >1.
5. Disarankan agar para petani untuk membuat pupuk organik sendiri sehingga input produksi
menjadi rendah. Di daerah ini pupuk kascing sangat diminati, sehingga apabila pupuk
kascing dibuat sendiri oleh petani maka dengan produksi tertinggi akan mampu
menghasilkan keuntungan tertinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulgani dan H. Sembiring, 2000. Potensi pengembangan lahan kering di NTB. Seminar
Nasional IP2TP Denpasar.
Anonimous, 2005. Pengantar Ilmu Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Udayana.
Gomez and Gomez. 1984. Statistical Procedures for Agricultural Research. Second Edition. An
International Rice Research Instute Book. A Wiley Interscience Publ. John Wiley and
Sons. New York. 680 p.
Guntoro, S., I. M. Rai Yasa, I. M. Londra. 2002. Laporan Pengkajian Sistim Usaha Tani ternak.
IP2TP Denpasar, Bali.
Guntoro, S., I. M. Rai Yasa, I. M. Londra. 2006. Hasil analisis limbah ternak. Laporan Pengkajian
Sistim Usaha Tani ternak. BPTP Bali.
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Ilmu Tanah. PT. Medyatama Perkasa. 216. hlm.
Kartini, L. 2000. Pertanian organik sebagai pertanian masa depan. Proseding Seminar Nasional
Pengembangan Teknologi Pertanian dalam Upaya Mendukung Ketahanan Pangan
Nasional. BPTP Bali, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sossial Ekonomi Pertanian.
Bogor. Hal. 98-105.
Kariada, I.K., I.B. Aribawa, I.M. Londra dan I.N. Dwijana. 2004. Laporan Akir Pengkajian Sistim
Usaha Tani Integrasi Ternak Sapi Potong dan Sayuran Pada FSZ Lahan Kering Dataran
Tinggi Beriklim Basah. BPTP Bali.
Suprapto., I.N. Adijaya., dan I.M. Rai Yasa. 2002. Laporan Akhir Penelitian Sistem Usahatani
Diversifikasi Lahan Marginal. BPTP Bali.
Sutanto, R. 2002a. Penerapan Pertanian Organik : pemasyarakatan dan pengembangannya.
Kanisius. Jakarta.
Sutanto, R. 2002b. Pertanian Organik : menuju pertanian alternatif dan berkelanjutan. Kanisius.
Jakarta.
Suwardi, 2006. Teknologi Pengomposan Bahan Organik Sebagai Salah Satu Pilar Pertanian
Organik. Departemen Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Trimulat. 2003. Membuat dan memanfaatkan Kascing. Pupuk Organik Berkualitas. Cetakan I.
Kanisius. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Trimulat. 2003. Membuat dan memanfaatkan Kascing. Pupuk Organik Berkualitas. Cetakan I.
Kanisius. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Zuhal, 2006. Peran IPTEK dalam pembangunan. Suara Pembaharuan.
Download