FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI ENERGI PADA IBU HAMIL DI INDONESIA TAHUN 2010 (Analisis Data Riskesdas Tahun 2010) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) OLEH : KURNIATI ASRIA NIM: 107101000356 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana S1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarata. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 2012 Kurniati Asria ii UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT Skripsi, 10 Mei 2012 KURNIATI ASRIA,NIM : 107101000356 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Energi pada Ibu Hamil di Indonesia Tahun 2010”(Analisis Data Riskesdas Tahun 2010). ( xiv +65 halaman, 11 tabel, 2 bagan, 3 lampiran) ABSTRAK Status gizi ibu hamil merupakan salah satu indikator dalam mengukur status gizi masyarakat. Jika masukan zat gizi untuk ibu hamil dari makanan tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi defisiensi zat gizi. Data nasional departemen kesehatan RI menurut hasil riset kesehatan dasar tahun 2010, menunjukkan bahwa ibu hamil yang mengkonsumsi energi di Indonesia adalah energi 40,7%. Hal ini menunjukkan konsumsi energi yang ada masih dibawah kebutuhan minimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Konsumsi Energi dan Protein pada ibu hamil di Indonesia dengan melakukan analisis data sekunder Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, yang terdiri dari variabel faktor ekonomi (usia ibu, pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga), faktor biologis (paritas, jarak kelahiran, IMT, umur kehamilan). Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional yang dilakukan pada bulan Desember-Januari 2012. Penelitian ini menggunakan penarikan sampel secara two stage sampling. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, didapatkan gambaran wanita hamil mngkonsumsi energi memiliki nilai rata-rata adalah 57.5823 dengan standar deviasi 27.50806. konsumsi energi yang terendah adalah 3.78 dan tertinggi adalah 262.62. Oleh karena itu, disarankan kepada ibu hamil agar selalu menjaga asupan gizi makanan yang masuk kedalam tubuh. Untuk memenuhi konsumsi energi dianjurkan agar mengkonsumsi Daging tanpalemak,ayam dan ikan, kacang-kacangan dan biji-bijian, Susurendah lemak,keju dan yogurt Sayur-sayuran berdaun hijau. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan mengikutsertakan variabel-variabel lain yang tidak diteliti pada penelitian ini, dan melakukan penelitian dengan menggunakan cara lain seperti melihat hubungan ibu hamil mengkonsumsi energi. Kata kunci :Ibu Hamil, Konsumsi Energi, Riskesdas 2010. Daftar Bacaan : 46 (1991-2010) iii SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH Undergraduate Thesis, May, 10 2012 KURNIATI ASRIA, NIM: 107101000356 Overview of EnergyandProteinConsumptionCharacteristics ofPregnant WomeninIndonesiaYear2010"(Data AnalysisRiskesdasof 2010) ( xiv + 65 halaman, 11 tabel, 2 bagan, 3 lampiran) ABSTRACT Nutritional status of pregnant women is one indicator to measure the nutritional status of the community. If the input of nutrients from food to pregnant women is not balanced with the needs of the body there will be a nutrient deficiency. RI health department national data according to the results of medical research foundation in 2010, showed that pregnant women who consume energy and protein energy in Indonesia is 40.7%. This shows the consumption of energy and protein that is still below the minimum requirement. This study aims to know the description of the Energy and Protein Consumption in pregnant women in Indonesia to conduct secondary data analysis Health Research Association (Riskesdas) in 2010, consisting of variable economic factors (maternal age, education, occupation, family size), biological factors (parity, birth spacing, BMI, gestational age). This study uses a cross sectional study design was conducted in December-January 2012. This study uses a two stage sampling. Based on the results of the analysis has been done, get an overview of energy consumption by more than 70% in pregnant women in Indonesia in 2010 were as many as 288 people (92.9%) samples, the rest is as much as 22 people (7.1%) was less than 70% in energy consumption. Therefore, pregnant women are advised to always keep the intake of nutrients that enter the body. To meet the energy consumption is recommended to eat lean meat, chicken and fish, nuts and seeds, low fat milk, cheese and yogurt, green leafy vegetables. For further research are expected to include other variables not examined in this study, and conduct research using other means such as seeing an association or relationship between characteristics of pregnant women with the consumption of energy. Keywords:Pregnant Women, Consumption of Energy and Protein, Riskesdas 2010. References : 46 (1991-2010). iv PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi dengan Judul FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI ENERGI PADA IBU HAMIL DI INDONESIA TAHUN 2010 (Analisis Data RiskesdasTahun 2010) Telah disetujui, diperiksadandipertahankan di hadapan Tim PengujiSkripsi Program StudiKesehatanMasyarakatFakultasKedokterandanIlmuKesehatan Universitas Islam NegeriSyarifHidayatullahJakarta Jakarta, 10 Mei 2012 Mengetahui RatriCiptaningtyas, SKM, S.Sn.Kes YuliAmran, MKM Pembimbing I Pembimbing II v PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Jakarta, Juni2012 Penguji I Raihana N. Alkaff, M.MA Penguji II Drs. M. Farid Hamzens, M.Si Penguji III Hj. FarihahSulasiah, M.K.M vi DAFTAR RIWAYAT HIDUP PERSONAL DATA Nama : Kurniati Asria Jenis Kelamin : Perempuan Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 07 juni 1990 Status : Menikah Agama : Islam Alamat : Jl.Kh Kuding Rt O2 Rw 06 no 50, Kelurahan Belendung Kecamatan Benda Batu Ceper Tangerang 15123 Nomor Telepon/HP : 085772263723 Email : [email protected] RIWAYAT PENDIDIKAN 1. 1994-1996 : TK Attaqwa 2. 1996-2001 : MI Attaqwa 3. 2001-2004 : SMP Asshiddiqiyah II 4. 2004-2007 : SMA Asshiddiqiyah II 5. 2007-sekarang : S-I Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta vii KATA PENGANTAR ا ﻟﺴﻼ م ﻋﻠﯿﻜﻢ ورﺣﻤﺔ ا ﷲ و ﺑﺮ ﻛﺎ ﺗﮫ Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat taufik dan hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan dengan judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Energi pada Ibu Hamil di Indonesia Tahun 2010 (Analisis Data Riskesdas Tahun 2010)”. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat, pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak kekurangannya. Namun berkat bimbingan Ibu Ratri Ciptaningtyas, SKM, S.Sn.Kes dan Ibu Yuli Amran, SKM. MKM serta dorongan dari berbagai pihak maka hambatan itu sedikit banyak dapat diatasi. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi siapa saja yang memerlukannya. Akhir kata pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan yang setinggitingginya dan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Keluarga tercinta, Ibunda dan Ayahanda tercinta, yaitu Almh siti marwah Dan Mulyadi Anhar SE, ke-4 adikku Siti Nurhadianti, Ahmad Adhillah, Annisa Mawaddah,Ahmad Rizaldi Nur, yang selalu mendoakan secara tulus dan memberikan dorongan baik moril maupun materil. 2. Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tajudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. dr. Yuli Prapanca Satar, MARS, selaku ketua program studi Kesehatan Masyarakat. viii 4. Ibu Ratri Ciptaningtyas, SKM, S.Sn.Kes selaku pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberi dorongan, bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Ibu Yuli Amran, SKM. MKM selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberi dorongan, bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Ibu Febrianti selaku Koordinator Program Gizi. Serta Bapak/Ibu Dosen Jurusan Kesehatan Masyarakat, yang telah memberikan ilmu yang sangat berguna khususnya bagi peneliti dan mahasiswa Kesehatan Masyarakat pada umumnya. 7. Litbang Kemenkes RI yang telah mengizinkan penggunaan data Riskesdas 20010 untuk penelitian ini. Terutama buat Ibu Nadia dan bu suparmi yang telah membantu proses pengurusan pengambilan data tersebut. 8. My Husband (Abiqu), yang selalu memberikan semangat ketika berjuang menyelesaikan skripsi, juga perhatian, saran, doa, dan dukungannya untuk Semangat terus. 9. K’ara, Umi, Said, Firman yang telah memberikan motivasi dan sama-sama berjuang untuk menyelesaikan skripsi. 10. My Friend Hani, Ami yang telah memberikan bantuannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. و ا ﻟﺴﻼ م ﻋﻠﯿﻜﻢ ورﺣﻤﺔ ا ﷲ و ﺑﺮ ﻛﺎ ﺗﮫ Jakarta, 2012 Penulis ix DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... ii ABSTRAK .................................................................................................... iii PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................................ v LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... vi DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vii KATA PENGANTAR ................................................................................... viii DAFTAR ISI................................................................................................. x DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii DAFTAR BAGAN ........................................................................................ xiv DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN .........................................................................1 1.1 Latar Belakang ................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 4 1.3 Pertanyaan Penelitian ............................................................ 5 1.4 Tujuan Penelitian ................................................................... 6 1.4.1 Tujuan Umum .............................................................. 6 1.4.2 Tujuan Khusus ............................................................. 6 1.5 Manfaat Penelitian ................................................................ 7 1.5.1 Bagi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia .......... 7 1.5.2 Bagi Peneliti Lain......................................................... 7 1.6 Ruang Lingkup Penelitian ..................................................... 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................8 2.1 Gizi Ibu Hamil ....................................................................... 8 2.2 Gambaran Konsumsi Energi pada Ibu Hamil .......................... 9 2.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Energi ... 11 x 2.3.1 Faktor Ekonomi ............................................................. 11 a. Pendidikan ................................................................ 11 b. Pekerjaan .................................................................. 14 c. Jumlah Anggota Keluarga .......................................... 16 d. Usia Ibu ..................................................................... 18 2.3.2 Faktor Biologis .............................................................. 21 a. Jarak Kelahiran .......................................................... 21 b. Paritas........................................................................ 23 c. IMT ........................................................................... 24 d. Umur Kehamilan ....................................................... 26 2.4 Kerangka Teori ...................................................................... 28 BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL .......29 3.1 Kerangka Konsep .................................................................. 30 3.2 Definisi Operasional .............................................................. 31 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ...................................................33 4.1 Desain Penelitian................................................................... 33 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 33 4.3 Populasi dan Sampel .............................................................. 33 4.3.1 Populasi ......................................................................... 33 4.3.2 Sampel .......................................................................... 33 4.4 Besar Sampel ......................................................................... 34 4.5 Instrumen Penelitian ............................................................... 35 4.6 Pengolahan dan Analisis Data ................................................ 35 4.6.1 Pengolahan Data ............................................................ 35 4.6.2 Analisis Data ................................................................. 36 BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................ 38 5.1 Analisis Univariat ................................................................... 38 5.1.1 Gambaran Konsumsi Energi .......................................... 38 xi 5.1.2 Gambaran Pendidikan .................................................... 38 5.1.3 Gambaran Pekerjaan ...................................................... 39 5.1.4 Gambaran Jumlah Anggota Keluarga ............................. 40 5.1.5 Gambaran IMT .............................................................. 40 5.2 Analisis Bivariat ..................................................................... 41 5.2.1 Hubungan Antara Konsumsi Energi dengan Pendidikan 41 5.2.2 Hubungan Antara Konsumsi Energi dengan Pekerjaan... 42 5.2.3 Hubungan Antara Konsumsi Energi dengan Jumlah Anggota Keluarga ........................................................ 42 5.2.4Hubungan Antara Konsumsi Energi dengan IMT ............ 43 BAB VI PEMBAHASAN ........................................................................ 45 6.1 Keterbatasan Penelitian ......................................................... 45 6.2 Gambaran Konsumsi Energi pada Ibu Hamil ........................ 46 6.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Energi ............................................................................. 49 6.3.1Pendidikan .............................................................. 49 6.3.2Pekerjaan................................................................. 54 6.3.3Jumlah Anggota Keluarga ....................................... 57 6.3.4 IMT ........................................................................ 60 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN.................................................. 64 7.1 Kesimpulan........................................................................... 64 7.2 Saran .................................................................................... 65 DAFTAR PUSTAKA xii DAFTAR TABEL 3.1 Definisi Operasional ............................................................................ 31 4.1 Instrumen Penelitian............................................................................. 35 5.1 Distribusi Frekuensi Konsumsi Energi ................................................. 38 5.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan ........................................................... 39 5.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan ............................................................. 39 5.4 Distribusi Frekuensi Jumlah Anggota Keluarga .................................... 40 5.5 Distribusi Frekuensi IMT ..................................................................... 40 5.6 Hubungan Konsumsi Energi dengan Pendidikan Wanita Hamil ............ 41 5.7 Hubungan Konsumsi Energi dengan Pekerjaan Wanita Hamil .............. 42 5.8 Hubungan Konsumsi Energi dengan Jumlah Anggota Keluarga Wanita Hamil ........................................................................................ 43 5.9 Hubungan Konsumsi Energi dengan IMT Wanita Hamil ...................... 44 xiii DAFTAR BAGAN 2.1 Kerangka Teori ..................................................................................... 28 3.1 Kerangka Konsep Penelitian.................................................................. 30 xiv DAFTAR SINGKATAN AKG Angka Kecukupan Gizi AKB Angka Kematian Bayi AKI Angka Kematian Ibu ANC Ante Natal Care BPS Badan Pusat Statistik BB Berat Badan BBLR Berat Badan Lahir Rendah BKKBN Badan Koordinasi Keluarga dan Sejahtera Depkes RI Deartmen Kesehatan Republik Indonesia Gr Gram IMT Indek Masa Tubuh KEP Konsumsi Energi Protein Kg Kilogram Kkal Kilo Kalori MDGS Millenium Development Goals M² meter² NKKBS Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera Riskesdas Riset Kesehatan Dasar SDKI Survei Demografi Kesehatan Indonesia Sd Stadar Deviasi SDM Sumber Daya Manusia TB Tinggi Badan URT Ukuran Rumah Tangga WHO World Health Organization WNPG Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu periode yang dilalui oleh seorang ibu yang mengandung selama 9 bulan lamanya. Masa kehamilan dapat menjadi masa yang rawan yang dimana masa ini dapat menentukan janin yang akan dilahirkan kemudian akan lahir menjadi bayi yang normal atau ada kelainan. Untuk menghindari adanya resiko bayi lahir dengan kelainan, banyak faktor yang mesti dilalui sang ibu, salah satunya adalah memenuhi nutrisi tubuh yakni gizi energy khususnya saat masa kehamilannya. Agar kesehatan ibu dan bayi saat di masa kehamilan tersebut tetap terjaga dengan baik sampai sibayi lahir dan menjadi bayi yang sehat. Akan tetapi dewasa ini, keadaan kesehatan dan gizi ibu hamil masih banyak ditemukan dalam situasi yang mengkhawatirkan. Menurut WHO dalam (Prambudi, 2003) diperkirakan 585.000 ibu hamil meninggal/tahun akibat masalah-masalah terkait dengan kehamilan. Menurut survei SDKI terakhir tahun 2007 Angka kematian Ibu Indonesia sebesar 228 per 100.000 Kelahiran Hidup, meskipun demikian angka tersebut masih tertinggi diAsia. Ada tiga factor utama penyebab kematian ibu melahirkan yakni pendarahan, hipertensi saat hamil atau pre eklamasi dan infeksi. Pendarahan menempati persentase tertinggi penyebab kematian ibu (28 persen), anemia dan kekurangan energy kronis (KEK) yang menunjukkan kurangnya konsumsi energy pada ibu hamil, merupakan penyebab utama terjadinya pendarahan dan infeksi yang merupakan factor kematian utama ibu. 1 Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 prevalensi ibu hamil yang mengalami Kurang Energi Kronik (KEK) 2007 diperkirakan sebesar 13,6%. Menurut SKRT 2001, prevalensi ibu hamil yang menderita anemia gizi besi adalah 40,1%. Keadaan ini mengindikasikan anemia gizi besi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Dampak lanjut akibat Kurang Energi Kronis dan Anemia akan menganggu perkembangan dan pertumbuhan janin. Hal ini dapat menimbulkan BBLR, lahir mati dan cacat bawaan. Berdasarkan hasil survei Konsumsi Energi pada data Susenas (2005) diketahui bahwa persentase ibu hamil yang bergizi baik/normal sebesar 71,88% pada tahun 2002 dan 69,59% pada tahun 2003 dan mengalami penurunan menjadi 68,48% pada tahun 2005. Prevalensi data dari MDG 2010 yang mengkonsumsi energi adalah 55%. Sedangkan data nasional yang mengkonsumsi energi di indonesia menurut hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) departemen kesehatan RItahun 2010 adalah energi 40,7% perempuan umur 15-49 tahun yang mengkonsumsi energi dibawah kebutuhan minimal (Depkes, 2010). SehinggajikaKurang Energi ini tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan timbulnya komplikasi terhadap beberapa organ seperti saluran pencernaan, pankreas, hati, ginjal, sistem hematologik, sistem kardiovaskuler, sistempernafasaan (Arisman, 2004). Adapun Status gizi pada ibu hamil yang dapat menunjukkan adanya kurang energi dan protein dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor pada masa kehamilan, karenapada masa tersebut banyak terjadi perubahan pada tubuhnya yaitu adanya peningkatan metabolisme energi dan juga berbagai zat gizi diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin yang ada dalam kandungannya. 2 Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah jumlah makanan, beban kerja, pelayanan kesehatan Ante Natal Care (ANC), status kesehatan, absorbsi makanan, jarak kelahiran, konsumsi kafein, merokok, konsumsi tablet besi, faktor sikap dan perilaku yang kurang mendukung misalnya pendidikan yang rendah, sikap atau adanya kebiasan makan yang kurang menguntungkan dari segi gizi(pantangan) (Soetjiningsih, 1995) Faktor ekonomi,faktor biologis, faktor lingkungan. (Notoatmodjo, 2008 dalam Khanzima, 2010). Kemiskinan, kebiasaan makan, pendidikan yang rendah, pengetahuan ibu yang buruk tentang gizi, banyaknya jumlah anak, lingkungan yang buruk(Seno Adji,2005). Berdasarkan hasil penelitian Dyah pada tahun 2008 mengenai konsumsi energi di dapatkan hasil bahwa Tingkat konsumsi energi responden berkisar antara 282,40 Kalori/hari sampai 2375,80 Kalori/hari dengan nilai rata-rata 1300,19 Kalori /hari dan SD 408,9. Sebanyak 83,2 % respondenkonsumsienerginyamasihdibawah 70 % AKG. Berdasarkan hasil penelitian Agustian pada tahun 2010, tentang hubungan Antara Asupan Protein Dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK) Pada Ibu Hamil Di Kecamatan Jebres Surakarta. Angka kejadian KEK di Kecamatan Jebres Surakarta adalah 40 dari 227 ibu hamil (17,6%). Hasil penelitian tersebut menunjukan adanya pengaruh yang signifikan dari jumlah asupan protein terhadap KEK (p=0,01), sedangkan untuk frekuensi asupan protein tidak memberikan pengaruh yang signifikanterhadap KEK (p=0,119). Kemudian berdasarkan hasil penelitian Eriyadi pada tahun 2011, pada 106 ibu hamil di daerah puskesmas Duri Kepa di Jakarta barat, didapatkan hubungan yang bermakna antara responden yang memiliki pendidikan yang rendah, pendapatan diatas garis kemiskinan, 3 pengetahuan yang kurang, pola makan yang kurang baik, dan kunjungan ANC yang kurangdari 4x selama kehamilannya dengan status gizi ibu hamil. Secara keseluruhan di Indonesia pun didapatkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 yang menunjukkan bahwa prevalensi ibu hamil yang mengalami Kurang Energi Kronik (KEK) 2007 diperkirakan sebesar 13,6%.Yang dimana KEK menandakan kurangnya asupan energi dalam makanan sehari-hari. Sedangkan menurut data nasional tentang konsumsi energi dan protein di indonesia menurut hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) departemen kesehatan RI tahun 2010 adalah energi 40,7% perempuan umur 15-49 tahun yang mengkonsumsi energi dibawah kebutuhan minimal (Depkes, 2010). Berdasarkan uraian diatas, sehinggadapat diketahui bahwa prevalensi Konsumsi Energi di Indonesia masih tergolongrendah.Selain itu Penelitian ini pun juga belum pernah dilakukan oleh peneliti lain. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tema konsumsi energi ini dengan judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Energi Pada Ibu Hamil Di Indonesia Tahun 2010”. 1.2 Rumusan Masalah Di Negara Indonesia, Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 masih menunjukkan bahwa prevalensi ibu hamil yang mengalami Kurang Energi Kronik (KEK) 2007 diperkirakan sebesar 13,6%. Yang dimana KEK menandakan kurangnya asupan energi dalam makanan sehari-hari. Kemudian Prevalensi data dari MDG 2010 yang mengkonsumsi energi adalah 55%. Sedangkan data nasional yang mengkonsumsi energi di indonesia menurut hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) 4 departemen kesehatan RI tahun 2010 adalah energi 40,7%. Perempuan umur 15-49 tahun yang mengkonsumsi energi dibawah kebutuhan minimal. Sehingga berdasarkan uraian di atas, peneliti berminat untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi energi pada ibu hamil di Indonesia tahun 2010.Dengan melakukan analisis data sekunder Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010. 1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran konsumsi energi pada ibu hamil di Indonesia tahun 2010? 2. Bagaimana gambaran pendidikan pada ibu hamil di Indonesia tahun 2010? 3. Bagaimana gambaran pekerjaan pada ibu hamildi Indonesia tahun 2010? 4. Bagaimana gambaran jumlah anggota keluarga pada ibu hamil di Indonesia tahun 2010? 5. Bagaimana gambaran IMT pada ibu hamil di Indonesia tahun 2010? 6. Apakah ada hubungan antara konsumsi energi dengan pendidikan pada ibu hamil di Indonesia tahun 2010? 7. Apakah ada hubungan antara konsumsi energi dengan pekerjaanpada ibu hamil di Indonesia tahun 2010? 8. Apakah ada hubungan antara konsumsi energi dengan jumlah anggota keluargapada ibu hamil di Indonesia tahun 2010? 9. Apakah ada hubungan antara konsumsi energi denganIMT pada ibu hamildi Indonesia tahun 2010? 5 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi energi pada ibu hamil di Indonesia tahun 2010. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya gambaran konsumsi energi pada ibu hamil di Indonesia tahun 2010 2. Diketahuinya gambaran pendidikan pada ibu hamil di Indonesia tahun 2010 3. Diketahuinya gambaran pekerjaan pada ibu hamildi Indonesia tahun 2010 4. Diketahuinya gambaran jumlah anggota keluarga pada ibu hamil di Indonesia tahun 2010 5. Diketahuinya gambaran IMT pada ibu hamil di Indonesia tahun 2010 6. Diketahuinya hubungan antara konsumsi energi dengan pendidikan pada ibu hamil di Indonesia tahun 2010 7. Diketahuinya hubungan antara konsumsi energi dengan pekerjaanpada ibu hamil di Indonesia tahun 2010 8. Diketahuinya hubungan antara konsumsi energi dengan jumlah anggota keluargapada ibu hamil di Indonesia tahun 2010 9. Diketahuinya hubungan antara konsumsi energi denganIMT pada ibu hamildi Indonesia tahun 2010 6 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (RI) 1. Hasil analisa penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam penentuan kebijakan kesehatan oleh Kementerian Kesehatan RI; 2. Sebagai bahan masukan dalam evaluasi kebijakan dan pengambilan keputusan oleh Kementerian Kesehatan RI.\ 1.5.2 Bagi Peneliti Lain Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan untuk dilakukannya penelitian lanjutan yang berkaitan dengan konsumsi energi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, terutama dalam hal gizi. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi energi pada ibu hamil tahun 2010. Penelitian dilakukan oleh mahasiswa jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian Riskesdas dilakukan tahun 2010 dan penelitian ini dilakukan pada bulan JanuariDesember 2010. \ 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gizi Ibu Hamil Kehamilan merupakan suatu proses alami pada seorang wanita. Selama masa kehamilan, berbagai kebutuhan dalam tubuh wanita, diantaranya energi dan zat gizi meningkat. Dengan adanya pertumbuhan janin, tubuh wanita akan melakukan berbagai penyesuaian, disamping upaya memenuhi kebutuhan dengan cara menambah konsumsi (Kardjadi, 1991). Gizi ibu hamil mempengaruhi pertumbuhan janin. Perubahan fisiologis pada ibu mempunyai dampak besar terhadap diet ibu dan kebutuhan gizi karena selama kehamilan ibu harus memenuhi kebutuhan janin yang sangat pesat dan agar keluaran kehamilannya berhasil baik dan sempurna. Kehamilan normal selalu disertai dengan perubahan anatomi dan fisiologi yang berdampak pada hampir seluruh fungsi tubuh. Perubahan-perubahan ini umumnya terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan. Ini berarti ada suatu sistem integral antar ibu dan janin untuk membentuk lingkungan yang paling nyaman bagi janin. Perubahan ini berguna untuk mengatur metabolisme ibu, mendukung pertumbuhan janin, persiapan ibu untuk melahirkan, kelahiran dan menyusui. Perubahan-perubahan yang terjadi pada ibu hamil dan mempunyai implikasi gizi adalah perubahan kardiovaskular, pada volume darah, pada tekanan darah selama hamil, penyesuaian pada sistem pernapasan, perubahan pada fungsi gastrointestinal, perubahan pada hormon yang diproduksi oleh plasenta yang mengatur perubahan 8 perkembangan ibu hamil dan merupakan satu-satunya jalan bagi janin untuk pertukaran zat gizi, oksigen dan sisa produk. (Kusharisupeni, 2007 dalam Albugis, 2008) Menurut Huliana (2001) peningkatan kebutuhan gizi ibu hamil sebesar 15%, karena dibutuhkan untuk pertumbuha rahim, payudara, volume darah, plasenta, air ketuban dan pertumbuhan janin. Makanan yang dikonsumsi ibu hamil dipergunakan untuk pertumbuhan janin sebesar 40% , sedangkan untuk memenuhi kebutuhan ibu sebesar 60%. 2.2 Gambaran Konsumsi Energi pada Ibu Hamil Total kebutuhan energi pada individu dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu metabolisme basal, aktifitas fisik dan efek dinamis khusus pada makanan yang mempunyai nilai yang berbeda-beda bagi setiap individu, untuk ibu hamil perlu satu faktor lagi yaitu penambahan energi pada kehamilan trimester II dan trimester III. Tidak tercukupinya energi selama kehamilan dapat menyebabkan masalah yang serius dibandingkan dengan kelebihan energi. Dengan memantau kenaikan berat badan, merupakan cara yang lebih efektif untuk menjaga tingkat konsumsi energi untuk bayi (Eisenberg, 1999). Salah satu metode yang digunakan dalam penentuan status gizi perseorangan atau kelompok adalah survey konsumsi makanan. Tujuan umum survey konsumsi makana dan dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga dan 9 perorangan serta factor - faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut. (Supariasa, 2002) Total kebutuhan energi pada individu dipengaruhi oleh metabolisme basal, aktivitas fisik dan efek dinamis khusus pada makanan yang mempunyai nilai yang berbeda-beda bagi setiap individu (Almatsier, 2006), selain itu kebutuhan energi juga bergantung pada beberapa faktor seperti usia, gender dan berat badan (Almatsier, 2003). Tabel 2.1 Total Kebutuhan Energi Ibu Hamil Usia Kebutuhan energi Trimester 1 1900 + 180 Trimester 2 1900 + 300 Trimester 3 1900 + 300 Sumber: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi Berat badan ibu hamil sedapat mungkin harus dipantau agar pertumbuhan bayi dan kesehatan ibu tidak mengalami suatu masalah. Cara yang mudah mengevaluasi kecukupan tingkat konsumsi energi pada makanan ibu hamil yaitu dengan memantau berat badan. Penambahan berat badan berhubungan dengan penambahan berat janin, darah, kelenjar mamae, dan cairan tubuh yang berbeda-beda pada setiap ibu. Penambahan berat badan sangat dipengaruhi oleh berat badan ibu hamil, apakah ibu termasuk kategori kurus, normal atau baik. Selama kehamilan, wanita memerlukan tambahan energi untuk pertumbuhan janin, plasenta dan jaringanjaringan lainnya. Mereka memerlukan tambahan sekitar selama kehamilan sekitar 285 Kkal (Moehyi, 1997). 10 Menurut Arisman (2004), pada trimester pertama nafsu makan berkurang, hal ini disebabkan karena menimbulkan rasa mual dan muntah. Sedangkan pada trimester kedua metabolisme basal mulai meningkat dan berat badan mulai bertambah, pada masa ini tingkat konsumsi energi memiliki pengaruh terhadap perkembangan janin bahwa ibu hamil yang mengkonsumsi energi sangat rendah, maka bayi akan dilahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR). Pada trimester ketiga metabolisme basal tetap meningkat dan nafsu makan sangat baik. Selain itu, kandungan pada triwulan ini menjadi besar sehingga menyebabkan lambung terdesak 2.3 Faktor-Faktor yang Behubungan dengan Konsumsi energi 2.3.1 Faktor Ekonomi a. Pendidikan Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas konsumsi makanan, karena dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan atau informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi lebih baik. Sering masalah gizi timbul karena ketidaktahuan atau kurang informasi tentang gizi yang memadai (Berg, 1987 dalam Albugis, 2008) Ibu yang mempunyai pendidikan, lebih sedikit dipengaruhi oleh praktik-praktik pendidikan yang merugikan terhadap ibu hamil dalam kualitas maupun kuantitas makanan untuk dikonsumsi setiap harinya (Muharam 1996). 11 Tingkat pendidikan akan mempengaruhi tingkat konsumsi energi dan protein untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ibu hamil yang memiliki pendidikan tinggi cenderung memilih konsumsi energi dan protein yang lebih baik dalam kebutuhannya dibandingkan dengan yang bependidikan rendah (Hardinsyah, 2009). Suhardjo (2004) menyatakan bahwa responden yang berpendidikan tinggi biasanya akan memilih mengkonsumsi energi dan protein yang bernilai gizi tinggi sesuai dengan pangan yang tersedia dan kebiasaan makan sejak kecil, sehingga kebutuhan gizinya tetap terpenuhi. Sedangkan Atmarita (2004) menyatakan bahwa tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan memudahkan untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari dalam kesehatan dan gizi. Pemilihan makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap terhadap makanan dan praktek-praktek pengetahuan tentang nutrisi melandasi pemilihan makanan. Pendidikan formal dari ibu rumah tangga sering kali mempunyai asosiasi yang positif dengan pengembangan pola-pola konsumsi makanan dalam keluarga. Beberapa studi menunjukkan bahwa jika tingkat pendidikan dari ibu meningkat maka pengetahuan nutrisi dan praktik nutrisi bertambah baik. Usaha-usaha untuk memilih makanan yang bernilai nutrisi makin meningkat, ibu-ibu rumah tangga yang mempunyai pengetahuan nutrisi akan memilih 12 makanan yang lebih bergizi dari pada yang kurang bergizi. (Joyomartono, 2004) Pudjiadi (1997) mengemukakan bahwa pendidikan ibu berkaitan dengan konsumsi gizi keluarga. Hal ini disebabkan ibu yang berpendidikan tinggi lebih terbuka dengan informasi-informasi baru tentang makanan sehingga meningkatkan pengetahuan dalam memilih makanan yang baik. Namun menurut (Suhardjo, 1989 dalam Mutiara, 2003) bahwa tidak selalu tingkat pendidikan berhubungan nyata dengan konsumsi pangan. Hal ini disebabkan adanya faktor lain yang lebih mempengaruhi seperti daya beli dan ketersediaan pangan. Pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003). a) Pendidikan dasar Merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madarasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madarasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat. (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 17). b) Pendidikan menengah Merupakan lanjutan pendidikan dasar yang terdiri atas pendidikan menengah umum dan menengah kejuruan yang berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madarasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah 13 Kejuruan (SMK) dan Madarasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 18). c) Pendidikan tinggi Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan Diploma, Sarjana, Magister, Spesialis dan Doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 19). b. Pekerjaan Ketersediaan bahan pangan dalam keluarga sangat dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi rumah tangga. Ibu yang bekerja dan mempunyai penghasilan sendiri akan dapat menyediakan makanan yang mengandung sumber zat gizi dalam jumlah yang cukup dibandingkan ibu yang tidak bekerja (Khumaidi, 1989 dalam Yusril, 2002). Konsumsi energi dan protein pada pekerja merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh pekerja saat hamil karena tercukupinya gizi selama bekerja akan dapat menurunkan kelelahan dan meningkatkan kapasitas kerja. Energi yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Energi tersebut untuk kebutuhan metabolisme tubuh dan energi yang digunakan untuk melakukan pekerjaan (Lubis, 2003). Walaupun tubuh tidak melakukan pekerjaan atau aktifitas tetap menggunakan energi. Energi dan protein dipergunakan untuk kebutuhan metabolisme sel dalam tubuh. Energi dan protein tersebut diperlukan minimal untuk melaksanakan daya hidup biologis. Dalam 14 melakukan suatu pekerjaan atau aktifitas sangat membutuhkan energi atau tenaga, energi tersebut berasal dari makanan yang dikonsumsi saat hamil (Sukarni, 2004). Energi dan protein dalam jumlah besar terutama diperlukan untuk kerja otot yang melakukan pekerjaan saat hamil. Konsumsi energi yang defisit akan berdampak pada berkurangnya glikogen dan oksigen kepada jaringan otot, akibatnya otot akan sulit untuk melakukan kontraksi yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan. Semakin banyak aktivitas fisik yang melibatkan fungsi otot, maka akan semakin banyak energi dan protein yang diperlukan. Upaya untuk mengurangi terjadinya defisit konsumsi energi dan protein pada pekerja saat hamil melalui usaha perbaikan gizi pekerja, oleh karena itu penyediaan makan khusus yang diselenggarakan oleh pekerja saat hamil dapat memenuhi konsumsi energi sesuai dengan angka kebutuhan gizinya. Selain itu juga ada upaya untuk mengurangi terjadinya sakit atau keluhan. (Birowo, 2001) Namun ibu yang bekerja membutuhkan energi dan zat-zat gizi lainnya dalam jumlah yang lebih tinggi dibandingkan dengan ibu rumah tangga. Ibu hamil yang bekerja juga harus mengurangi beban kerjanya selama kehamilan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa beban kerja yang berat pada wanita hamil akan memberikan dampak kurang baik terhadap outcome kehamilannya (Achadi, E.L, 2006) Resiko-resiko yang berhubungan kehamilan termasuk: 15 dengan pekerjaan selama a) Berdiri lebih dari 3 jam sehari. b) Bekerja pada mesin pabrik terutama jika terjadi banyak getaran atau membutuhkan upaya yang besar untuk mengoperasikannya. c) Tugas-tugas fisik yang melelahkan seperti mengangkat, mendorong dan membersihkan. d) Jam kerja yang panjang. (Pramesti, 2009) Pada penelitian Hardinsyah (2000) menyatakan bahwa pada umumnya prevalensi konsumsi energi dan protein tertinggi pada ibu hamil yang bekerja sebagai buruh atau petani baik di daerah perkotaan maupun pedesaan. Hal ini menunjukkan bahwa aktifitas yang berat memerlukan energi yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan dan biasanya mereka berasal dari ekonomi yang lemah. c. Jumlah Anggota Keluarga Keluarga dengan banyak anak dan jarak kehamilan antar anak yang amat dekat akan menimbulkan banyak masalah. Kalau pendapatan keluarga hanya pas-pasan sedangkan anak banyak, maka pemerataan dan kecukupan makanan di dalam keluarga kurang bisa dijamin. Keluarga ini disebut keluarga rawan, karena kebutuhan gizinya hampir tidak pernah tercukupi dan dengan demikian penyakit pun terus mengintai (Apriadji, 1986 dalam Albugis, 2008) Membagi makanan diantara anggota keluarga bila tidak teratur dengan baik akan terjadi persaingan dalam memperoleh bagian masing- 16 masing. Apalagi jika ada kebiasaan untuk lebih mengistimewakan ayah, kepala keluarga, dan pencari nafkah utama (Sajogjo, 1994). Begitu juga menurut Azma (2003) pada status ekonomi rendah keluarga dengan jumlah anggota keluarga besar tentu berbeda dari jumlah anggota keluarga kecil dalam pemerataan makanan. keluarga dengan jumlah anak besar dan jarak kelahiran yang dekat akan menimbulkan masalah. Pendapatan dalam keluarga pas-pasan dan mempunyai keluarga besar maka pemerataan dan kecukupan makanan dalam keluarga kurang sehingga dapat menyebabkan kekurangan gizi. Kekurangan gizi pada wanita makin bertambah apabila ada pendapat bahwa makanan lebih diutamakan pada pria atau bapak yang menafkahi keluarga. Dalam hubungannya dengan pengeluaran rumah tangga, Sanjur (1982 dalam Mutiara, 2003) menyatakan bahwa besar keluarga yaitu banyaknya anggota suatu keluarga, akan mempengaruhi pengeluaran rumah tangga. Harper (1988 dalam Mutiara, 2003) mencoba menghubungkan antara besar keluarga dan konsumsi pangan, diketahui bahwa keluarga miskin dengan jumlah anak yang banyak akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan pangannya, jika dibandingkan keluarga dengan jumlah anak sedikit. Lebih lanjut dikatakan bahwa keluarga dengan konsumsi pangan yang kurang, ibu hamil dan menyusui, bayi dan anak balitanya lebih sering menderita gizi kurang. Jumlah anggota keluarga yang dianjurkan BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) melalui program Norma 17 Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) adalah jumlah anggota keluarga yang optimal ada 4 orang. Jumlah anggota bertambah, maka pangan yang disediakan juga harus bertambah baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Jika pangan yang disediakan bertambah baik kualitas maupun kuantitasnya dapat menyebabkan tingkat konsumsi pangan dalam keluarga rendah. (Harper, Deaton Driskel, 1986 dalam Kamarullah, 2001). d. Usia Ibu Kehamilan pada usia muda (dalam hal ini wanita di bawah usia 20 tahun) merupakan suatu keadaan dengan risiko yang tinggi. Hal ini disebabkan karena pada kelompok ini secara fisiologis belum matang, status gizi umumnya kurang dan kurang menggunakan fasilitas perawatan antenatal (SDKI, 2003 dalam Mulyaningrum, 2009). Menurut Mulyaningrum (2009), kehamilan pada usia muda yaitu pada wanita di bawah usia 20 tahun merupakan suatu keadaan dengan risiko yang tinggi.memiliki status gizi yang kurang, hal ini Bakshi (2000) mengatakn juga bahwa wanita hamil dibawah 20 tahun mempunyai risiko dua kali mengalami gangguan pada bayinya. Menurut Siswosuhardjo (2009), dengan meningkatnya usia ibu hamil maka akan meningkat pula risiko ibu tersebut untuk melahirkan anak yang tidak sehat. Menurutnya, usia kehamilan di atas 35 tahun merupakan keadaan yang berisiko tinggi 18 untuk melahirkan, namun demikian banyak juga wanita hamil pada usia ini dapat melahirkan anak dalam kondisi yang sehat. Remaja berusia 10-19 tahun membutuhkan zat gizi lebih banyak daripada umur sebelumnya atau sesudahnya. Puncak pertumbuhan paling pesat dicapai pada umur-umur tersebut (Apriadji, 1986 dalam Albugis, 2003). Apabila seseorang mengandung sebelum proses pertumbuhannya berhenti, maka kebutuhan pangan dan zat gizi yang cukup diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya untuk tumbuh dan kebutuhan bagi janin yang dikandungnya. Berbagai studi menunjukkan bahwa konsumsi pangan wanita belasan tahun yang mengandung tidak mencukupi kebutuhannya. (Suhardjo, 1989 dalam Mutiara, 2003) Menurut Khomsan (2002) remaja-remaja yang hamil dianggap rawan dalam segala hal termasuk pendidikan, kesehatan, sosial dan gizi. Dari aspek gizi ibu hamil, usia remaja tergolong rawan karena tubuh masih dalam pertumbuhan dan janin yang dikandungnya memerlukan masukan gizi yang tinggi. Tanpa didukung oleh tingkat pendidikan, pengetahuan gizi dan sosial ekonomi yang memadai ibu hamil usia remaja akan mudah mengalami malnutrisi. Penelitian Hardinsyah (2000) menunjukkan proporsi tertinggi ibu hamil yang mengkonsumsi energi dan protein pada kelompok ibu yang berumur <20 tahun yaitu sebesar 66,7 % (perkotaan) dan 67% (pedesaan). Karena pada ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi makanan antara janin dan ibunya sendiri yang masih dalam 19 masa pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan (Soetjiningsih, 1995). Menurut Murphy (2000), wanita hamil pada umumnya memiliki beberapa penurunan dalam hal kesuburan mulai pada awal usia 30 tahun. Hal ini belum tentu berarti pada wanita yang berusia 30 tahunan atau lebih memerlukan waktu lebih lama untuk hamil dibandingkan wanita yang lebih muda usianya. Pengaruh usia terhadap penurunan tingkat kesuburan mungkin saja memang ada hubungan, misalnya mengenai berkurangnya frekuensi ovulasi atau mengarah ke masalah seperti adanya penyakit endometriosis, yang menghambat uterus untuk menangkap sel telur melalui tuba fallopii yang berpengaruh terhadap proses konsepsi. Oleh karena itu, ketika Wanita hamil yang berusia 35-40 tahun memiliki masalah terhadap kesuburan. Namun kasus-kasus kesuburan tersebut dapat ditangani dengan baik dengan mengkonsultasikan kepetugas kesehatan. 2.3.2 Faktor Biologis a. Jarak kelahiran BKKBN (1998) menyatakan bahwa jarak kelahiran yang baik dan tidak mempunyai risiko yaitu bila jarak antara satu kelahiran dengan kehamilan yang lainnya antara 3 sampai 4 tahun. Perempuan perlu waktu untuk memulihkan kekuatannya sebelum kehamilan berikutnya.jarak antar kelahiran selama 2 tahun dipandang waktu terpendek untuk mencapai status kesehatan optimal perempuan sebelum kehamilan berikutnya. Jarak kelahiran 20 yang terlalu dekat juga memungkinkan terjadinya kekurangan gizi pada ibu dan mempengaruhi daya tahan tubuh ibu dimana pada saat itu, seharusnya saat yang baik untuk ibu menyusui anaknya sehingga membutuhkan ekstra kecukupan zat gizi (WHO, 2007). Menurut Lubis (2003), jarak kelahiran tidak secara langsung mengancam jiwa ibu, tetapi memperburuk keadaan komplikasi kehamilan atau persalinan dan berisiko tinggi terhadap kematian. Hal tersebut dapat terjadikarena kesehatan fisik dan rahim ibu masih butuh cukup istirahat untuk mengembalikan kondisi ke semula dan pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi yang belum optimal. Tetapi dalam keadaan ini ibu sudah harus memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang dikandungnya. Pada umumnya risiko kematian dan kesakitan ibu paling rendah jika waktu antara berakhirnya kehamilan dengan permulaan kehamilan berikutnya 2-4 tahun. Risiko kematian dan kesakitan ibu akan meninkat jika jarak kehamilan kurang dari 2 tahun. (Barros, 1987 Ichwanudin, 1997) Jarak melahirkan yang terlalu dekat akan menyebabkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak memperoleh kesempatan untuk memperbaiki tubuhnya sendiri (ibu memerlukan energi yang cukup untuk memulihkan keadaan setelah melahirkan anaknya). Dengan mengandung kembali maka akan menimbulkan masalah gizi bagi ibu dan janin/bayi berikut yang dikandung. (Baliwati, 2004) 21 Hal ini disebabkan kesehatan fisik dan rahim ibu masih butuh cukup istirahat untuk mengembalikan kondisi ke semula dan pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi yang belum optimal. Tetapi dalam keadaan ini ibu sudah harus memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang dikandungnya. (FKM UI, 2007 dalam Pramesti, 2009) Berbagai penelitian membuktikan bahwa status gizi ibu hamil belum pulih sebelum 2 tahun pasca persalinan sebelumnya, oleh karena itu belum siap untuk kehamilan berikutnya (FKM UI, 2007 dalam Pramesti, 2009). Selain itu kesehatan fisik dan rahim ibu yang masih menyusui pada ibu hamil. Ibu hamil dengan persalinan terakhir 10 tahun yang lalu seolah-olah manghadapi kehamilan atau persalinan yang pertama lagi. Umur ibu biasanya lebih bertambah tua. Apabila asupan gizi ibu tidak terpenuhi maka dapat mempengaruhi tigkat konsumsi energi dan protein pada ibu hamil. Kriteria jarak kelahiran dibagi menjadi 2, yaitu : a. Resiko rendah (≥ 2 tahun sampai ≥10 tahun). b. Resiko tinggi (< 2 tahun atau <10 tahun). (Pramesti, 2009) Ibu hamil dianjuran untuk mengatur jarak kelahiran bahwa jarak kelahiran yang aman antara anak satu dengan yang lainnya adalah 27-32 bulan. Pada jarak kelahiran ini kemungkinan besar ibu bisa memiliki bayi yang sehat serta selamat saat melewati proses kehamilannya. Sehingga kemungkinan anak tersebut akan hidup dalam lingkungan yang menyebabkan tumbuh dan berkembang optimal baik secara fisik, mental maupun psikologi (Siswosuhardjo, 2009). 22 b. Paritas Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh ibu baik lahir hidup atau meninggal. Jumlah kehamilan yang terlalu sering menyebabkan risiko sakit dan kematian pada ibu hamil dan juga anaknya. Selain itu, kemungkinan ibu yang sering melahirkan menyebabkan rendahnya status gizi ibu karena pemulihan kesehatan ibu setelah melahirkan tidak maksimal. Menurut Depkes (2001), seorang ibu yang sedang hamil, keadaan rahimnya teregang oleh adanya janin. Bila terlalu sering melahirkan, rahim akan semakin lemah. Bila ibu telah melahirkan 4 anak atau lebih, maka perlu diwasdai adanya gangguan pada waktu kehamilan, persalinan dan nifas. Ibu dengan jumlah kehamilan lebih dari 3 mengalami kesulitan untuk pertambahan berat badan yang diharapkan. (Depkes, 1995) Dalam hal ini ibu dikatakan terlalu banyak melahirkan adalah lebih dari 3 kali. Manfaat riwayat obstetrik ialah membantu menentukan besaran kebutuhan akan zat gizi karena terlalu sering hamil dapat menguras cadangan zat gizi tubuh (Arisman, 2004). Paritas juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil. Paritas merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap hasil konsepsi. Perlu diwaspadai karena ibu pernah hamil atau melahirkan anak 4 kali atau lebih, maka kemungkinan banyak akan ditemui keadaan: a. Kesehatan terganggu : anemia, kurang gizi. b. Kekendoran pada dinding perut dan dinding rahim. 23 Kriteria paritas (jumlah anak) dibagi menjadi 2, yaitu: a. Paritas rendah (< 4 kali kelahiran) b. Paritas tinggi (≥ 4 kali kelahiran). c. IMT Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. IMT dipercayai dapat menjadi indikator atau mengambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang. IMT tidak mengukur lemak tubuh secara langsung, tetapi penelitian menunjukkan bahwa IMT berkorelasi dengan pengukuran secara langsung lemak tubuh seperti underwater weighing dan dual energy x-ray absorbtiometry (Grummer-Strawn LM et al., 2002). IMT merupakan altenatif untuk tindakan pengukuran lemak tubuh karena murah serta metode skrining kategori berat badan yang mudah dilakukan. Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut: Menurut rumus metrik: Berat badan (Kg) IMT = -----------------------------2 [Tinggi badan (m)] Status gizi ibu hamil pada waktu pertumbuhan dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin. Berat badan ibu hamil harus memadai, bertambah sesuai umur kehamilan. Hal ini dikarenakan berat badan yang bertambah normal akan menghasilkan bayi yang normal juga. Di 24 negara maju, rata-rata kenaikan berat badan selama hamil sekitar 12-14 kilogram. Tetapi berdasarkan perkembangan terkini, disampaikan bahwa penambahan berat badan ibu selama hamil tidak terlalu mempengaruhi berat badan bayi.(Francin, 2005) Menurut Hermawan (2009), wanita hamil kenaikan berat badannya berbeda-beda, tergantung pada berat badan sebelum hamil. Jika sebelum hamil berat badan ibu dibawah normal (kurus), Pada trimester awal idealnya 2,25 kg, selanjutnya berat badan akan terus meningkat minimum 450 gram. Dengan demikiantotal kenaikan berat badan selama kehamilan adalah 13-18 kg. Sedangkan kenaikan berat badan ibu normal pada trimester pertama idealnya 1,5 kg. Berat badan pun akan terus meningkat minimum 50 gram per mingunya toal kenaikan berat badan selama kehamilan 11-16 kg. Namun pada ibu hamil di atas normal (gemuk), pada trimester awal idealnya 900 gram. Setelah itu, per minggunya hanya naik 300 gram. Dengan demikian total kenaikan selama kehamilan hanya 7-11 kg. Kekurangan asupan gizi pada trimester I dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum, kelahiran prematur, kematian janin, keguguran dan kelainan pada sistem saraf pusat. Sedangkan pada trimester II dan III dapat mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan janin terganggu, berat bayi lahir rendah. Selain itu, juga akan berakibat terjadi gangguan kekuatan rahim saat persalinan, dan perdarahan post partum. Menurut Manuaba (2007), wanita hamil yang kurus dapat lebih ditingkatkan kenaikan berat badannya dengan memperhatikan dietnya, sehingga tercapai tumbuh kembang janin 25 yang makin sempurna. Sedangkan wanita hamil yang gemuk kenaikan berat badannya harus dikendalikan dengan diet ketat, sehingga tidak menimbulkan banyak komplikasi maternal dan perinatalnya. d. Umur Kehamilan Menurut Surasih (2005) Umur Kehamilan adalah kondisi dimana seorang wanita memiliki janin yang sedang tumbuh di dalam tubuhnya (yang pada umumnya di dalam rahim). Kehamilan pada manusia berkisar 40 minggu atau 9 bulan, dihitung dari awal periode menstruasi terakhir sampai melahirkan. Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu perawatan khusus, agar dapat berlangsung dengan baik kehamilan mengandung kehidupan ibu maupun janin. suatu proses mata rantai yang berkesinambungan terdiri dari ovulasi (pelepasan ovum) terjadi migrasi spermatozoa dan ovum. Terjadinya konsepsi dan pertumbuhan zigot berimplantasi di dalam uterus, yang kemudian terjadi pembentukan plasenta dan tumbuh kembang dari hasil konsepsi sampai aterm. dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam tiga triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan ke-4 sampai ke-6, triwulan ketiga dari bulan ke-7 sampai ke-9. (Surasih,2005) Menurut Hermawan (2002), umur kehamilan berpengaruh terhadap konsumsi energi dan protein, semakin tua umur kehamilan ibu hamil sehingga energi dan protein yang dibutuhkan waktu hamil semakin tinggi. 26 Kecukupan konsumsi energi dan protein berfungsi untuk perkembangan janin, sehingga umur kehamilan mempengaruhi kejadian BBLR karena semakin pendek masa kehamilan semakin kurang sempurna pertumbuhan alat-alat tubuhnya sehingga akan turut mempengaruhi berat badan waktu lahir. Sehingga dapat dikatakan bahwa umur kehamilan merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR terkait dengan kekurangan konsumsi energi dan protein (Rosikin, 2004). Pada umur kehamilan trimester 1 ibu dianjurkan untuk makan dalam porsi kecil tetapi sering, makan makanan yang mudah dicerna dan menghindari makanan yang merangsang (bumbu yang pedas). Pada kehamilan trimester 2 nafsu makan ibu sudah meningkat dan pertumbuhan janin berlangsung dengan cepat sehingga dibutuhkan tambahan makanan yang bergizi dan begitu juga pada trimester 3 kebutuhan gizi ibu sangat diperlukan agar kesehatan ibu dan janin dalam kandungan akan baik. Kekurangan gizi ibu pada trimester 3 menghambat pertumbuhan janin dan dapat menyebabkan bayi dengan berat badan dan panjang badan kurang dari seharusnya. (Pudjiadi, 2000) 27 2.4 Kerangka Teori Bagan 2.1 Kerangka Teori Faktor ekonomi : Pendidikan ibu Pekerjaan ibu Usia ibu Jumlah anggota keluarga (Soetjiningsih, 1995) Konsumsi Energi Pada Ibu Hamil Faktor biologis : Paritas IMT Jarak kelahiran Umur kehamilan (Kardjadi, 1991) 28 BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan dasar pedoman dalam melakukan penelitian dan merupakan acuan untuk menunjukkan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Berdasarkantinjauan kepustakaan pada bab sebelumnya, dapat dijelaskan bahwa masalah ibu hamil yang mengknsumsi energi merupakan masalah yang kompleks. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Energi pada Ibu Hamil di Indonesia Tahun 2010”(Analisis Data Riskesdas Tahun 2010). Variabel independennya adalah pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, IMT, usia ibu. Variabel independen sperti usia ibu, kunjungan ANC, paritas, jarak kelahiran, umur kehamilan tidak diteliti dikarenakan datanya missing, sehingga tidak dapat dianalisis. Adapun Kerangka Konsep dalam penelitian ini dapat dilihat seperti gambar 3.1 kerangka konsep sebagai berikut: 29 Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Pendidikan Pekerjaan Jumlah anggota keluarga Konsumsi Energi Ibu Hamil IMT 30 3.2 Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional No 1. Variabel Definisi Cara Ukur Alat ukur Hasil Ukur Konsumsi Jumlah asupan energi total Pencatatan Kuesioner Kkal energi dalam kkal/hari dalam satu jumlah Konsumsi (Depkes, 2010) makanan makanan inividu dalam URT Blok IX keluargadibagi jumlah anggota keluarga kemudian Skala Rasio dibandingkan dengan AKG yang dianjurkan (Depkes, 2010) 2. Pendidikan Tingkat pendidikan formal Wawancara ibu terakhir yang pernah Kuesioner 0 = Rendah, jika tamat < SMA Blok IV (B4K8) 1 = Tinggi, jika tamat ≥ SMA ditamatkan oleh ibu Ordinal (BPS, 2010) (BPS, 2010) 3. Pekerjaan ibu Status kegiatan pekerjaan yang dimana Wawancara Kuesioner dilakukan Blok IV (B4K9) didalam rumah atau diluar 0 = Tidak bekerja 1 = Bekerja (Depkes, 2008) rumah yang dijadikan sebagai 31 Ordinal No Variabel Definisi sumber Cara Ukur penghasilan menghasilkan uang Alat ukur Hasil Ukur Skala atau untuk memenuhi hidup (Depkes, 2008) 4. Jumlah Banyaknya anggota keluarga Wawancara anggota yang keluarga denganresponden tinggal satu menjadi Kuesioner rumah Rumahtangga dan (B2R2) 0 = Besar, jika anggota keluarga Ordinal >4 orang 1 = Kecil, jika anggota keluarga ≤ 4 orang tanggungan (Monika, 2009) kepalakeluarga (Monika, 2009) 6. IMT Bertambahnya berat badan dan Wawancara tinggi badan darisebelum ibu hamil Kuesioner hamil Individu samapai (B10A3G) waktunya melahirkan 0 = Kurus <18.5 1 = Normal 18.5-25.0 2 = Gemuk >25.0 (Supariasa, 2002) (Supariasa, 2002) 32 Ordinal BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif. Adapun desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian cross sectional, karena variabel dependen konsumsi energi dan independen (pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, IMT). Penelitian ini merupakan studi lanjutan dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 Mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi energi pada ibu hamil di Indonesia Tahun 2010. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah seluruh provinsi (33 provinsi) di Indonesia. Waktu pelaksanaan bulan januari-desember 2010. Penelitian lanjutan ini dilaksanakan pada bulan desember-januari 2012. 4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi Populasi penelitian ini ibu di Indonesia yang sedang hamil tahun 2010 4.3.2 Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap mewakili populasi. 33 Sampel Riskesdas adalah rumah tangga dan anggota rumah tangga identik dengan daftar sampel rumah tangga dan anggota rumah tangga Susenas 2007. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metodologi penghitungan dan cara penarikan sampel untuk Riskesdas 2010 identik pula dengan two stage sampling yang digunakan dalam Susenas 2007. Sampel penelitian lanjutan ini adalah ibu hamil yang menjadi sampel Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010. Jumlah ibu hamil yang menjadi sampel Riskesdas 2010 adalah 2477 ibu hamil, Setelah dilakukan proses cleaning, jumlah sampel ibu hamil dalam penelitian lanjutan ini menjadi 24 69 ibu hamil. 4.4 Besar Sampel Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus uji beda 2 mean independen. Menurut Ariawan (1998) digunakan karena penelitian ini tidak melakukan uji hipotesis : Rumusnya adalah : = ( ) n : Jumlah sampel Z1-α/2 : Nilai Z pada derajat kepercayaan 1-α/2 atau derajat kepercayaan α pada uji dua sisi (two tail), yaitu sebesar 95% (1.96) Z1-β : Kekuatan uji 80% µ1 : Rata-rata konsumsi energi terhadap IMT normal µ2 : Rata-rata konsumsi energi terhadap IMT kurus 34 4.5 Instrumen Penelitian Instrumen pengumpulan data. penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk Intrumen penelitian ini adalah kuesioner dalam Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2010 dengan penjelasan sebagai berikut pada tabel 4.1 : Tabel 4.1 Instrumen Penelitian Variabel Kuesioner dalam Riskesdas 2010 Kuesioner Konsumsi makanan inividu Konsumsi energi Blok IX Pekerjaan ibu Kuesioner Rumah Tangga (B4K8) Pendidikan ibu Kuesioner Rumah Tangga (B4K9) Jumlah anggota keluarga Kuesioner Rumah Tangga(B2R2) IMT Kuesioner Indiidu (B10A3G) Sumber: Depkes, 2010 4.6 Pengumpulan Data Jenis dan teknik pengumpulan data merupakan data sekunder. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber dari data hasil Riskesdas yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2010 dan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan oleh badan pusat statistic Tahun 2010 yang sudah included di dalam laporan hasil Riskesdas yang di keluarkan oleh Depkes. Data yang diperoleh terdiri dari data pekerjaan ibu, jumlah anggota keluarga, IMT sebagai variabel-variabel independen. Di samping itu, diperoleh juga data konsumsi energy sebagai variable dependen. 35 Oleh karena itu, alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner Riskesdas Tahun 2010 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Data untuk masing – masing variable di kumpulkan dengan menggunakan jawaban dari pertanyaan- pertanyaan yang ada dalam kuesioner RiskesdasTahun 2010. 4.7 Pengolahan dan Analisis Data 4.7.1 Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan manual dan menggunakan software komputer. Pengolahan data meliputi: 1. Cleaning Pada tahap ini dilakukan proses pembersihan data. Data sekunder yang diterima perlu dilakukan pemilihan sampel yang dapat dianalisis. Kemudian dilakukan pengecekan data untuk memastikan tidak ada data yang missing. 2. Transformasi Data Data awal yang diperoleh perlu dilakukan pengkodingan ulang atau diklasifikasian sesuai dengan tujuan penelitian. 4.7.2 Analisis Data 1. Analisis Univariat Analisis univariat ini dilakukan pada masing-masing variabel. Karena semua variabel dalam penelitian ini dalam bentuk data kategorik, data disajikan dalam bentuk prosentase. 36 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk melihat kemungkinan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Untuk membuktikan adanya hubungan variabel tersebut, maka dilakukan uji statistik Chi Square. Selain itu, variabel dependen dan variabel independen pada penelitian ini berjenis data kategorik. Uji Chi-Square adalah uji statistik untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun rumus uji Chi-Square adalah sebagai berikut : X2= ∑ (O-E)2 E DF = (k-1) (b-1) Keterangan: X2= nilai kuadrat k= jumlah kolom O= nilai observasi b= jumlah baris E= nilai harapan Dari uji tersebut akan diperoleh nilai probabilitas (Pvalue), lalu dibandingkan dengan nilai α = 0,05 (derajat kepercayaan 95%) untuk melihat ada tidaknya kemaknaan hubungan variabel independen dengan variabel dependen. Jika dalam uji statistik didapatkan p≤ 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan antara variabel independen dengan varaiabel dependen. Dan jika hasil uji statistik nilai p> 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. 37 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Analisis Univariat 5.1.1 Gambaran Konsumsi Energi Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan sebaran data wanita hamil yang mengkonsusmsi energi di Indonesia yang disajikan dalam bentuk tabel 5.1 berikut ini. Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi konsumsi energi pada wanita hamil di Indonesia Tahun 2010 Variabel Mean SD Min-Max 95% CI Konsumsi 57.5823 27.50806 3.78-262.62 56.4967- Energi 58. 6678 Sumber: Data sekunder Berdasarkan tabel 5.1 diketahui Wanita hamil mngkonsumsi energi memiliki nilai rata-rata adalah 57.5823 dengan standar deviasi 27.50806. konsumsi energi yang terendah adalah 3.78 dan tertinggi adalah 262.62. Selain itu, 95% diyakini bahwa rata-rata usia ibu responden berkisar antara 56.4967-58. 6678. 5.1.2 Gambaran Pendidikan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan sebaran data pendidikan ibu pada wanita hamil di Indonesia disajikan dalam bentuk tabel 5.2 berikut ini. 38 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan pada Wanita Hamil di Indonesia Tahun 2010 Tingkat Pendidikan Rendah <SMA Tinggi ≥SMA Jumlah Persen 916 1553 37.1 62.9 2469 100.0 Total Sumber: Data sekunder Dari tabel 5.2 diketahui sebagian besar ibu hamil yang berpendidikan tinggi di Indonesia sebanyak 1553 orang (62.9%). 5.1.3 Gambaran Pekerjaan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan sebaran data pekerjaan wanita hamil di Indonesia yang disajikan dalam bentuk tabel 5.3 berikut ini. Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan pada wanita hamil di Indonesia Tahun 2010 Tingkat Pekerjaan Jumlah Persen Bekerja Tidak Bekerja 1274 1195 51.6 48.4 Total Sumber: Data sekunder 2469 100.0 Berdasarkan table 5.3 diketahui sebagian besar wanita hamil yang bekerja sebanyak 1274 orang (51.6%). 39 5.1.4 Gambaran Jumlah Anggota Keluarga Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan sebaran data jumlah anggota keluarga wanita hamil di Indonesia yang disajikan dalam bentuk tabel 5.4 berikut ini. Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Jumlah Anggota Keluarga pada wanita hamil di Indonesia Tahun 2010 Anggota Keluarga Jumlah Persen Besar > 4 Kecil ≤ 4 1449 1020 58.7 41.3 2469 100.0 Total Sumber: Data sekunder Berdasarkan tabel 5.4 diketahui sebagian besar ibu hamil yang memiliki jumlah anggota keluarga besar yaitu 1449 orang (58.7%). 5.1.5 Gambaran IMT Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan sebaran data IMT pada wanita hamil di Indonesia disajikan dalam bentuk tabel 5.5 berikut ini. Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi IMT pada Wanita Hamil di Indonesia Tahun 2010 IMT Jumlah Persen Kurus Normal Gemuk 115 1521 833 4.7 61.6 33.7 2469 100.0 Total Sumber: Data sekunder 40 Dari tabel 5.5 diketahui sebagian besar IMT ibu hamil yang normal yaitu 1521 orang (61.6%). 5.2 Analisis Bivariat 5.2.1 Hubungan Antara Konsumsi Energi dengan Pendidikan Uji yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara konsumsi energi dengan pendidikan pada penelitian ini, menggunakan uji normalitas terlebih yang selanjutnya dilanjutkan dengan uji mann whitney. Hasil penelitian hubungan antara konsumsi energi dengan pendidikan pada ibu hamil di Indonesia tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 5.6 dibawah ini : Tabel 5.6 Hubungan Konsumsi Energi dengan Pendidikan Wanita Hamil di Indonesia Tahun 2010 Variabel Kategorik N Mean Rank Pvalue Konsumsi Energi pendidikan Rendah 916 1224.89 0.588 Pendidikan Tinggi 1553 1240.96 berdasarkan tabel 5.6 hasil uji statistik mann whitney diketahui bahwa nilai rata-rata rangking konsumsi energi pada wanita hamil yang berpendidikan rendah sebesar 12224.89 orang, sedangkan nilai rata-rata rangking konsumsi energi pada wanita hamil yang berpendidikan tinggi sebesar 1240.96 orang. sehingga berdasarkan uji statistik didapatkan nilai pvalue 0.588, berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata ranking konsumsi energi dengan pendidikan wanita hamil 41 5.2.2 Hubungan Antara Konsumsi Energi dengan Pekerjaan Uji yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara konsumsi energi dengan pekerjaan pada penelitian ini, menggunakan uji normalitas terlebih yang selanjutnya dilanjutkan dengan uji mann whitney. Hasil penelitian hubungan antara konsumsi energi dengan pekerjaan pada wanita hamil di Indonesia tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 5.7 dibawah ini : Tabel 5.7 Hubungan Konsumsi Energi dengan Pekerjaan Wanita Hamil di Indonesia Tahun 2010 Variabel Kategorik N Mean Rank Pvalue Konsumsi Energi Bekerja 1195 1211.94 0.120 Tidak Bekerja 1274 1256.63 berdasarkan tabel 5.7 hasil uji statistik mann whitney diketahui bahwa nilai rata-rata rangking konsumsi energi pada wanita hamil yang tidak bekerja sebesar 1256.63 orang, sedangkan nilai rata-rata rangking konsumsi energi pada wanita hamil yang bekerja sebesar 1211.94 orang. sehingga berdasarkan uji statistik didapatkan nilai pvalue 0.120, berarti tidak tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata ranking konsumsi energi dengan status pekerjaan pada wanita hamil. 5.2.3 Hubungan Antara Konsumsi Energi dengan Jumlah Anggota Keluarga Uji yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara konsumsi energi dengan jumlah anggota keluarga pada penelitian ini, menggunakan uji normalitas terlebih yang selanjutnya dilanjutkan dengan uji mann 42 whitney. Hasil penelitian hubungan antara konsumsi energi dengan jumlah anggota keluarga pada wanita hamil di Indonesia tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 5.8 dibawah ini : Tabel 5.8 Hubungan Konsumsi Energi dengan Jumlah Anggota Keluarga Wanita Hamil di Indonesia Tahun 2010 Variabel Kategorik N Mean Rank Pvalue Konsumsi Energi Besar 1449 1214.89 0.095 Kecil 1020 1263.56 berdasarkan tabel 5.8 hasil uji statistik mann whitney diketahui bahwa nilai rata-rata rangking konsumsi energi pada wanita hamil yang jumlah anggota keluarganya besar yaitu 1214.89 orang, sedangkan nilai rata-rata rangking konsumsi energi pada wanita hamil yang jumlah anggota keluarganya kecil yaitu 1263.56 orang. sehingga berdasarkan uji statistik didapatkan nilai pvalue 0.095, berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata ranking konsumsi energi dengan jumlah anggota keluarga pada wanita hamil. 5.2.4 Hubungan Antara Konsumsi Energi dengan IMT Uji yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara konsumsi energi dengan IMT ibu hamil pada penelitian ini, menggunakan uji normalitas terlebih yang selanjutnya dilanjutkan dengan uji mann whitney. Hasil penelitian hubungan antara konsumsi energi dengan IMT pada wanita hamil di Indonesia tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 5.9 dibawah ini : 43 Tabel 5.9 Hubungan Konsumsi Energi dengan Pendidikan Wanita Hamil di Indonesia Tahun 2010 Variabel Kategorik N Mean Rank Pvalue Konsumsi Energi Kurus 115 1116.55 0.002 Normal 1521 1207.21 Gemuk 833 1302.09 berdasarkan tabel 5.9 hasil uji statistik mann whitney diketahui bahwa nilai rata-rata rangking konsumsi energi pada wanita hamil yang IMT kurus sebesar 1116.55 orang, sedangkan nilai rata-rata rangking konsumsi energi pada wanita hamil yang IMT normal sebesar 1207.21 orang dan nilai ratarata rangking konsumsi energi pada wanita hamil yang IMT gemuk sebesar 1302.09 orang. Sehingga berdasarkan uji statistik didapatkan nilai pvalue 0.002, berarti ada hubungan yang bermakna antara konsumsi energi dengan IMT pada wanita hamil. 44 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini menggunakan data sekunder dari data Riskesdas 2010. Keterbatasan penelitian ini adalah: 1. Variabel-variabel dalam penelitian ini hanya terbatas pada variabel yang terdapat dalam data Riskesdas 2010 sehingga variabel yang lain yang mungkin berpengaruh diabaikan. 2. Kelemahan metode pengukuran konsumsi makanan Konsumsi energi dan protein wanita hamil dalam penelitian ini didapatkan dari total asupan energi dalam satu keluarga dibagi dengan jumlah anggota keluarga. Setelah itu, perkiraan asupan energi tiap anggota keluarga dibandingkan dengan AKG sesuai jenis kelamin dan usia. Pengukuran ini belum dilakukan terhadap konsumsi energi wanita hamil secara faktual. Pengukuran konsumsi energi seharusnya didapatkan dari jumlah asupan energi total wanita hamil dalam kkal/hari kemudian dibandingkan dengan AKG yang dianjurkan. 3. Penggunaan data sekunder ini, membuat penulis tidak bisa mengontrol kualitas data secara maksimal. Upaya untuk memperbaiki kualitas data tersebut adalah dengan melakukan pembersihan data. 4. Pada penelitian ini terdapat sampel ibu hamil sebanyak 2477 namun sampel setelah dilakukan data cleaning didapatkan sampel akhir sebanyak 2469. 45 6.2 Gambaran Konsumsi Energi pada Ibu Hamil Ibu hamil memerlukan makanan lebih dari pada biasanya, karena selain untuk keperluan dirinya, makanan tersebut juga diperlukan untuk janin yang dikandungnya (Moehyi, 1997). Almatsier (2001) juga menyatakan bahwa kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Agar janin dapat berkembang baik, makanan ibu hamil harus memenuhi kebutuhan gizi. Asupan kalori harus ditambah 300 kkal per hari selama kehamilan (Moehyi, 1997). Dalam penelitian ini, konsumsi energi yang dimaksud adalah jumlah asupan energi total dalam kkal/hari dalam satu keluarga dibagi jumlah anggota keluarga kemudian dibandingkan dengan AKG yang dianjurkan (Depkes, 2010). Seseorang dikatakan konsumsi energinya kurang apabila asupan energinya <70% dan dikatakan cukup apabila asupan energinya ≥70%.Konsumsi energi ini diukur dengan melakukan metode pengukuran konsumsi makanan pada tingkat rumah tangga yang dilakukan dengan melakukan pencatatan jumlah makanan dalam URT (Ukuran Rumah Tangga). Menurut Moehji (2003), dalam hal ini pemenuhan kebutuhan energi, manusia tunduk pada hukum termodinamika yaitu untuk menghasilkan energi, manusia hasil menyerap energi dari luar yaitu dari makanan. Jika jumlah energi yang diperoleh tidak cukup, maka tubuh akan melakukan penghematan 46 terhadap pemakaian energi, untuk menjamin berbagai reaksi biokimia dalam tubuh tetap berlangsung secara normal. Untuk menghemat energi, tubuh melakukan berbagai penyesuaian antara lain yaitu memeperlambat kecepatan kerja, membatasi kegiatan otot sampai seminimal mungkin, tidak melakukan hal–hal yang akan menambah pengeluaran energi. Dengan demikian apabila energi yang diperoleh dari makanan tidak cukup, maka orang akan bekerja di bawah kapasitas seharusnya. Berdasarkan data riskesdas 2010 diketahui rata-rata usia ibu hamil adalah 29.30 tahun dan bahwa sebagian besar ibu hamil mengkonsumsi energinya kurang (37.8%), ibu hamil di Indonesia mengkonsumsi energi pada tahun 2010 adalah 57.5823 kkal, konsumsi energi yang terendah adalah 3.78 kkal dan yang tertinggi adalah 262.62 kkal. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat konsumsi energi di kalangan ibu hamil masih kurang dan hal ini tentunya akan berakibat buruk bagi janin yang sedang dikandungnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian birowo (2001) yang menyatakan bahwa konsumsi energi ibu hamil lebih rendah adalah 4.86 kkal. Menurut Lubis (2003) kebutuhan energi meningkat selama kehamilan. Peningkatan konsumsi energi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, bertambah besarnya organ kandungan, serta perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Dampak buruk terhadap ibu dapat menimbulkan keracunan kehamilan (eklampsi), kesulitan waktu melahirkan dan hiperemesis. Sedangkan dampak terhadap bayi dapat menimbulkan berat badan lahir rendah (BBLR), keguguran (abortus), premature dan kematian neonatus. 47 Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, perubahan fisik dari ibu akibat perubahan kadar hormon, peningkatan kebutuhan makanan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil pada dasarnya memerlukan semua tambahan zat, namun yang kekurangan adalah energi, protein dan beberapa mineral seperti zat besi dan kalsium. Ibu hamil akan mengalami penyesuaian fisiologik dan metabolik selama mengandung dengan proses-proses anabolik yang terjadi dalam janin dan plasenta. Hal-hal tersebut perubahan kelenjar-kelenjar endokrin pada ibu hamil, sehingga membesarkan ukuran uterus, payudara dan volume darah ibu, cairan ketuban dan masa jaringan adipose. Sebagai akibat proses-proses anabolik tersebut kebutuhan zat gizi meningkat selama kehamilan, oleh karena itu menganjurkan ibu hamil agar mengkonsumsi makanan cukup kalori serta zat pelindung (Darwin, 1998). Total kebutuhan energi pada individu dipengaruhi oleh metabolisme basal, aktivitas fisik dan efek dinamis khusus pada makanan yang mempunyai nilai yang berbeda-beda bagi setiap individu (Almatsier, 2006), selain itu kebutuhan energi juga bergantung pada beberapa faktor seperti usia, gender dan berat badan (Almatsier, 2003). Berat badan ibu hamil sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila berat badan ibu hamil normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat. Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan barat badan ibu hamil sebelum dan selama hamil. Sehingga kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin lahir dengan berat badan rendah (Almatsier, 2001). 48 Menurut Arisman (2004), pada trimester pertama nafsu makan berkurang, hal ini disebabkan karena menimbulkan rasa mual dan muntah. Sedangkan pada trimester kedua metabolisme basal mulai meningkat dan berat badan mulai bertambah, pada masa ini tingkat konsumsi energi memiliki pengaruh terhadap perkembangan janin bahwa ibu hamil yang mengkonsumsi energi sangat rendah, maka bayi akan dilahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR). Pada trimester ketiga metabolisme basal tetap meningkat dan nafsu makan sangat baik. Selain itu, kandungan pada triwulan ini menjadi besar sehingga menyebabkan lambung terdesak. Untuk menghindari dampak tersebut maka kecukupan konsumsi energi dapat dinilai dengan melakukan pemantauan kecukupan konsumsi energi pada ibu hamil dengan memantau berat badan setiap pemeriksaan yang dilakukan minimal 4 kali dalam masa kehamilan. (Almatsier, 2006) 6.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Energi 6.3.1 Pendidikan Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas konsumsi makanan, karena dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan atau informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi lebih baik. Masalah gizi sering timbul karena ketidaktahuan atau kurang informasi tentang gizi yang memadai (Berg, 1987 dalam Albugis, 2008). Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang pernah ditamatkan oleh ibu (BPS, 2010). 49 Responden dikatakan pendidikannya rendah apabila ia hanya memiliki riwayat pendidikan sampai jenjang SMP (<SMA) dan dikatakan memiliki pendidikan yang tinggi apabila ia mampu mencapai tingkat pendidikan sampai bangku SMA atau lebih tinggi lagi (≥SMA). Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa 37.1% responden memiliki pendidikan yang rendah, sedangkan 62.9% lainnya pendidikannya tinggi. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Endang (2002), dimana proporsi ibu hamil yang berpendidikan <SMA lebih rendah dibandingkan dengan proporsi ibu hamil yang pendidikannya ≥SMA yaitu 59.5%. Rimbawan (2002) dan Birowo (2001) proporsi ibu hamil yang berpendidikan <SMA lebih rendah dibandingkan dengan proporsi ibu hamil yang pendidikannya ≥SMA yaitu berturut-turut sebesar 35,8% dan 49,5%. Hal ini menunjukkan bahwa proporsi konsumsi energi ibu hamil yang pendidikannya rendah 916 dan proporsi energi ibu hamil yang pendidikannya tinggi 1553. Hal ini sejalan dengan penelitiannya yang dilakukan oleh Siregar (2008) bahwa proporsi konsumsi energi ibu hamil yang berpendidikan rendah 813 dan proporsi energi ibu hamil yang berpendidikan rendah 1467. Tabel 5.6 menunjukkan bahwa berdasarkan uji statistik mann whitney didapatkan Pvalue sebesar 0.588, hal ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi energi dengan pendidikan pada wanita hamil di Indonesia tahun 2010. Hal ini sejalan dengan penelitiannya yang dilakukan oleh Suhardjo (2004) mengenai hubungan pendidikan ibu 50 dengan konsumsi energi pada ibu hamil di Kabupaten Merangin Jambi tahun 2004, yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara konsumsi energi dengan pendidikan. Hal ini mungkin terjadi dikarenakan walaupun beberapa pendapat menyatakan ibu dengan pendidikan tinggi akan memudahkan ibu hamil memiliki konsumsi energi yang tinggi, akan tetapi terkadang terdapat beberapa ibu hamil yang memiliki pendidikan tinggi cendrung untuk bekerja dan ketika bekerja mereka disibukkan dengan pekerjaannya sehingga memungkinkan akan makan seadanya tanpa memikirkan zat gizi yang dikandung dalam makanan tersebut. Hal ini dapat terjadi karena waktu makan yang biasanya terbatas pada ibu yang sedang bekerja (Rimbawan, 2002). Ibu hamil yang memiliki pendidikan tinggi cenderung memilih konsumsi energi yang lebih baik dalam kebutuhannya dibandingkan dengan yang bependidikan rendah. Hardinsyah (2009) menyatakan bahwa responden yang berpendidikan tinggi biasanya akan memilih mengkonsumsi energi yang bernilai gizi tinggi sesuai dengan pangan yang tersedia dan kebiasaan makan sejak kecil, sehingga kebutuhan gizinya tetap terpenuhi. Sedangkan Atmarita (2004) menyatakan bahwa tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan memudahkan untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari dalam kesehatan dan gizi. 51 Nizar (2002) juga menyatakan bahwa Pendidikan ibu rumah tangga sering kali mempunyai asosiasi yang positif dengan pengembangan pola-pola konsumsi makanan dalam keluarga. Tingkat pendidikan ibu yang rendah dapat menyebabkan kurangnya pengetahuan ibu tentang kesehatan termasuk di dalamnya tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan. Mutiara (2003) menyatakan bahwa apabila seorang ibu hamil memiliki pengetahuan yang lebih tentang resiko tinggi kehamilan maka kemungkinan besar ibu akan berfikir untuk menentukan sikap, akibat yang sering ditimbulkan dari rendahnya pengetahuan pada ibu hamil adalah kematian, baik pada ibu maupun pada bayi yang dilahirkan atau bahkan pada kedua-duanya. Junaidi (2003) dan Lubis (2003) menyatakan bahwa Semakin tinggi pendidikan ibu hamil maka akan lebih mudah dalam memperoleh informasi mengenai gizi, sehingga ibu hamil akan memiliki pengetahuan gizi yang lebih tinggi, sehingga terdapat hubungan yang positif antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan gizi. Beberapa pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa konsumsi energi ibu hamil hubungannya dengan tingkat pendidikan ibu berkaitan erat dengan pengetahuan dan sikap ibu. Artinya, semakin tinggi pendidikan ibu, maka akan semakin memudahkan ibu dalam mendapatkan informasi mengenai kesehatan terutama yang berkaitan dengan masalah kehamilan. Selain itu, dengan tingginya tingkat pendidikan, maka akan memudahkan ibu dalam menjaring dan memahami informasi yang didapatkan tersebut sehingga ibu memiliki 52 pengetahuan yang lebih mengenai kehamilan. Selanjutnya, berdasarkan pengetahuan yang didapatkan, ibu dapat menentukan sikap dan perilaku untuk menerapkan pengetahuan yang telah didapatkannya terhadap kehamilannya. permasaahannya, meskipun seseorang telah memiliki pengetahuan yang cukup mengenai kehamilan, hal tersebut tidak menjamin orang itu mampu bersikap dan berperilaku seperti apa yang telah ia ketahui. Oleh karena itu peneliti mengasumsikan tidak terdapatnya hubungan antara konsumsi energi ibu hamil dengan pendidikan adalah karena adanya pengaruh dari faktor lain seperti pengetahuan ibu, dan yang paling besar pengaruhnya adalah sikap ibu. Berdasarkan hal tersebut untuk mengatasi tingkat pengetahuan ibu yang rendah dapat ditingkatkan dengan pemberian penyuluhan oleh tenaga kesehatan mengenai pentingnya meningkatkan berat badan selama kehamilan, kebutuhan zat gizi ibu hamil dan cara pemenuhannya (Lubis, 2003). Selain itu ibu hamil dapat mencari tahu tentang bagaimana meningkatkan asupan energi selama masa kehamilan agar kesehatan ibu dan janin dapat terjaga dengan baik selama masa kehamilan. 6.2.4 Pekerjaan Pekerjaan merupakan banyak waktu untuk menyelesaikan pekerjaan yang dianggap penting untuk memerlukan perhatian masyarakat akan memiliki waktu yang sedikit untuk memperoleh informasi, sehingga tingkat pengetahuan yang mereka miliki jadi berkurang (Notoadmodjo, 2003), sedangkan yang dimaksud dengan 53 pekerjaan dalam penelitian ini adalah status pekerjaan dimana kegiatan yang dilakukan di dalam rumah atau di luar rumah yang dijadikan sebagai sumber penghasilan atau menghasilkan uang untuk memenuhi hidup (Depkes, 2008). Tabel 5.3 menggambarkan bahwa sebagian besar ibu hamil di Indonesia tahun 2010 tidak bekerja, walaupun proporsinya hampir berimbang antara ibu hamil yang tidak bekerja dengan yang bekerja yaitu berturut-turut 51.6% dan 48.4%. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Endang (2002), yang menunjukkan bahwa proporsi ibu hamil yang bekerja lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi ibu hamil yang tidak bekerja yaitu 49.8%. Selain itu penelitian ini juga sejalan dengan Rimbawan (2002) dan Banjarnahor (2010) yang menyatakan bahwa proporsi ibu hamil yang bekerja lebih rendah dibandingkan dengan proporsi ibu hamil yang tidak bekerja yaitu berturut-turut sebesar 49,5% dan 38.7%. Hal ini menunjukkan bahwa proporsi konsumsi energi ibu hamil yang bekerja 1195 dan proporsi energi bumil yang tidak bekerja 1274. Hal ini sejalan dengan penelitiannya yang dilakukan oleh Sukarni (2004) bahwa proporsi konsumsi energi ibu hamil yang bekerja 1046 dan proporsi energi bumil yang tidak bekerja 1157. Tabel 5.7 menunjukkan bahwa berdasarkan uji statistik mann whitney didapatkan Pvalue sebesar 0.120, hal ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi energi dengan pekerja pada wanita hamil di Indonesia tahun 2010. Hal ini sejalan dengan penelitiannya yang 54 dilakukan oleh Daryono (2003) mengenai hubungan pekerjaan ibu dengan konsumsi energi pada ibu hamil di Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2003, yang menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara konsumsi energi dengan pekerjaan. Menurut asumsi peneliti bahwa ibu hamil yang bekerja cendrung terlalu banyak melakukan aktivitas dibanding dengan ibu hamil yang tidak bekerja, ibu yang bekerja cukup makan tetapi tanpa memikirkan takaran gizi yang terkandung di dalamnya, hal ini dapat terjadi karena waktu makan yang biasanya terbatas pada ibu yang sedang bekerja. Konsumsi energi pada pekerja merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh pekerja saat hamil karena tercukupinya gizi selama bekerja akan dapat menurunkan kelelahan dan meningkatkan kapasitas kerja. Energi yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Energi tersebut untuk kebutuhan metabolisme tubuh dan energi yang digunakan untuk melakukan pekerjaan (Lubis, 2003). Walaupun tubuh tidak melakukan pekerjaan atau aktifitas tetap menggunakan energi. Energi dipergunakan untuk kebutuhan metabolisme sel dalam tubuh. Energi tersebut diperlukan minimal untuk melaksanakan daya hidup biologis. Dalam melakukan suatu pekerjaan atau aktifitas sangat membutuhkan energi atau tenaga, energi tersebut berasal dari makanan yang dikonsumsi saat hamil (Sukarni, 2004). Energi dalam jumlah besar terutama diperlukan untuk kerja otot yang melakukan pekerjaan saat hamil. 55 Mardayanti (2008) juga menyatakan bahwa pekerja mengkonsumsi energi yang defisit akan berdampak pada berkurangnya glikogen dan oksigen kepada jaringan otot, akibatnya otot akan sulit untuk melakukan kontraksi yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan. Semakin banyak aktivitas fisik yang melibatkan fungsi otot, maka akan semakin banyak energi yang diperlukan. Upaya untuk mengurangi terjadinya defisit konsumsi energi pada pekerja saat hamil melalui usaha perbaikan gizi pekerja, oleh karena itu penyediaan makan khusus yang diselenggarakan oleh pekerja saat hamil dapat memenuhi konsumsi energi sesuai dengan angka kebutuhan gizinya. Selain itu juga ada upaya untuk mengurangi terjadinya sakit atau keluhan. (Birowo, 2001) Menurut Pramitha (2009), ibu yang tidak bekerja cenderung tidak mengalami banyak aktivitas dibanding dengan ibu yang bekerja. Menurut Achadi (2006), ibu hamil yang bekerja harus mengurangi beban kerjanya selama kehamilan, karena dari berbagai penelitian diketahui bahwa beban kerja yang berat pada wanita hamil akan memberikan dampak kurang baik terhadap outcome kehamilannya. Menurut Achadi (2006), ibu yang bekerja membutuhkan energi dan zat-zat gizi lainnya dalam jumlah yang lebih tinggi dibandingkan dengan ibu rumah tangga. Moehji (2003) menambahkan, bahwa secara keseluruhan kandungan energi yang rendah dalam makanan membawa dampak berupa menurunkan kegiatan otot (muscular activities), berkurangnya kekuatan otot (muscular strength), efisiensi kerja otot rendah (muscular efficiency), lama waktu mampu bekerja berkurang 56 (duration of work). Sehingga dengan adanya gangguan itu maka kapasitas kerja secara keseluruhan menjadi berkurang dan keadaan itu tentu saja akan menyebabkan turunnya produktivitas kerja. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapatnya hubungan antara konsumsi energi ibu hamil dengan pekerjaan. Artinya, ibu hamil yang bekerja harus mengurangi beban kerjanya selama kehamilan. Hal ini harus diperhatikan oleh pekerja saat hamil karena tercukupinya gizi selama bekerja akan dapat menurunkan kelelahan dan meningkatkan kapasitas kerja. Oleh karena itu Energi yang dibutuhkan oleh pekerja berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. 6.2.5 Jumlah Anggota Keluarga Jumlah anggota keluarga yang dianjurkan BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) melalui program Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) adalah jumlah anggota keluarga yang optimal ada 4 orang (Mutiara, 2003). Jumlah anggota keluarga yang dimaksud pada penelitian ini adalah Banyaknya anggota keluarga yang tinggal satu rumah dengan responden dan menjadi tanggungan kepala keluarga (Monika, 2009). Seorang responden dikatakan memiliki jumlah anggota keluarga yang besar apabila anggota keluarganya >4 orang dan dikatakan kecil apabila jumlah anggota keluarganya ≤ 4 orang. 57 Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki jumlah anggota keluarga ≤4 lebih besar proporsinya dibandingkan dengan responden yang jumlah anggota keluarga >4 yaitu berturut-turut 58.7% dan 41.3%. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Hardiansyah (2009), dimana proporsi ibu hamil yang jumlah anggotanya >4 lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi ibu hamil yang jumlah anggotanya ≤4 yaitu 49.4%. Selain itu penelitian ini juga sejalan dengan Theresiana (2002) dan Sinambela, (2000) yang menyatakan bahwa proporsi ibu hamil yang jumlah anggotanya >4 lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi ibu hamil yang jumlah anggotanya ≤4 yaitu berturut-turut sebesar 38.4% dan 49.7%. Hal ini menunjukkan bahwa proporsi konsumsi energi ibu hamil yang jumlah anggotanya besar 1449 dan proporsi energi bumil yang jumlah anggota keluarganya kecil 1020. Hal ini sejalan dengan penelitiannya yang dilakukan oleh Halym (2005) bahwa proporsi konsumsi energi ibu hamil yang jumlah anggotanya besar 1367 dan proporsi energi bumil yang jumlah anggota keluarganya kecil 1013. Tabel 5.8 menunjukkan bahwa berdasarkan uji statistik mann whitney didapatkan Pvalue sebesar 0.095, hal ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara konsumsi energi dengan jumlah anggota pada wanita hamil di Indonesia. Hal ini sejalan dengan penelitiannya yang dilakukan oleh khomsan (2008) mengenai hubungan jumlah anggota keluarga dengan konsumsi energi pada ibu hamil di Kecamatan Tembalang Semarang Tahun 2008, yang menyatakan bahwa 58 tidak ada hubungan yang bermakna antara konsumsi energi dengan jumlah anggota keluarga. Jumlah anggota bertambah, maka pangan yang disediakan juga harus bertambah baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Jika pangan yang disediakan tidak bertambah baik kualitas maupun kuantitasnya maka akan dapat menyebabkan tingkat konsumsi pangan dalam keluarga rendah. Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh Azma (2003) yang menyatakan bahwa yang memiliki jumlah anggota keluarga lebih sedikit cendrung mempunyai kesempatan yang lebih banyak dalam memilih pangan yang bermutu. Sehingga berpengaruh terhadap pembagian pangan dalam rumah tangga. Apabila pembagian pangan tidak baik, maka ibu hamil akan mudah tersisihkan dan memperoleh bagian yang kecil sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh untuk tumbuh dan berkembang. Apriadji (1986) mengatakan bahwa keluarga dengan banyak anak dan jarak kelahiran antar anak yang amat dekat akan menimbulkan lebih banyak masalah, termasuk yang berhubungan dengan asupan makanan. Masalah tersebut dapat timbul terutama apabila pendapatan keluarga hanya pas-pasan sedangkan jumlah anak banyak maka pemerataan dan kecukupan makanan di dalam keluarga kurang bisa dijamin, sehingga kebutuhan gizi anggotanya pun hampir tidak pernah terpenuhi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara konsumsi energi dengan jumlah anggota keluarga berkaitan erat dengan pendapatan. Artinya, tingkat pendapatan keluarga 59 sangat mempengaruhi tingkat konsumsi energi ibu hamil, selain itu apabila pendapatan keluarga yang rendah berpengaruh terhadap lemahnya daya beli makanan yang menghalangi perbaikan gizi yang efektif, dapat di ketahui semakin banyak jumlah anggota keluarga maka perhatikan juga asupan gizi si ibu. Oleh karena itu peneliti mengasumsikan tidak terdapatnya hubungan antara konsumsi energi ibu hamil dengan jumlah anggota keluarga adalah karena adanya pengaruh dari faktor lain seperti pengetahuan ibu, dan yang paling besar pengaruhnya adalah pendapatan keluarga. 6.2.9 IMT Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. IMT dipercayai dapat menjadi indikator atau mengambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang (Arisman, 2004). Berdasarkan tabel 5.6dapat dilihat bahwa 4.7% responden memiliki IMT kurus, 61.6% responden memiliki IMT normal sedangkan 33.7% lainnya memiliki IMT gemuk. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil di Indonesia tahun 2010 memiliki IMT normal. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Yulianto (2004), yang menunjukkan bahwa proporsi ibu hamil yang memiliki IMT kurus lebih rendah dibandingkan dengan proporsi ibu hamil yang memiliki IMT normal yaitu sebesar 3.9%. Selain itu penelitian ini juga sejalan dengan Farida (2006) dan Rimbawan (2002) 60 yang menyatakan bahwa proporsi ibu hamil yang memiiki IMT kurus lebih rendah dibandingkan dengan proporsi ibu hamil yang memiliki IMT normal yaitu berturut-turut sebesar 17,8% dan 27.8,0%. Hal ini menunjukkan bahwa proporsi konsumsi energi ibu hamil yang IMT kurus 115, proporsi ibu hamil yang IMT normal 1521 dan proporsi energi bumil yang IMT gemuk 833. Hal ini sejalan dengan penelitiannya yang dilakukan oleh Mutiara (2003) bahwa proporsi konsumsi energi ibu hamil yang IMT kurus 110, proporsi ibu hamil yang IMT normal 1367 dan proporsi energi bumil yang IMT gemuk 745. Tabel 5.9 Pada penelitian ini juga dilakukan analisis bivariat menurut uji statistik kruskal wallis didapatkan Pvalue sebesar 0.002, hal ini menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara konsumsi energi dengan IMT pada wanita hamil di Indonesia. Hal ini sejalan dengan penelitiannya yang dilakukan oleh Mardayanti (2008) mengenai hubungan IMT dengan konsumsi energi pada ibu hamil di Papua Tahun 2008, yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara konsumsi energi dengan IMT. Hal ini perlu mendapat perhatian makanan yang dikonsumsinya dan terjadi peningkatan status gizi ibu hamil karena akan mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungannya. Ibu hamil perlu mengkonsumsi makanan yang beragam ragam dan porsi yang lebih banyak serta sering agar kecukupan gizinya terpenuhi. Ibu hamil yang IMT kurus mengalami resiko tinggi melahirkan bayi yang berat badan lahir rendah dan mengalami perdarahan semasa bersalin. IMT ibu sebelum dan selama hamil sangat 61 mempengaruhi pertumbuhan janindalam kandungannya. Apabila IMT ibu buruk sebelum dan selama kehamilan akan menyebabkan beberapa akibat yang fatal bagi bayi. Akibatnya antara lain BBLR, terhambatnya pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi baru lahir mudah terinfeksi, abortus dan lain-lain (Hardinsyah, 2008). Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh Hermawan (2009), wanita hamil kenaikan berat badannya berbeda-beda, tergantung pada berat badan sebelum hamil. Jika sebelum hamil berat badan ibu dibawah normal (kurus), Pada trimester awal idealnya 2,25 kg, selanjutnya berat badan akan terus meningkat minimum 450 gram. Dengan demikiantotal kenaikan berat badan selama kehamilan adalah 13-18 kg. Sedangkan kenaikan berat badan ibu normal pada trimester pertama idealnya 1,5 kg. Berat badan pun akan terus meningkat minimum 50 gram per mingunya toal kenaikan berat badan selama kehamilan 11-16 kg. Namun pada ibu hamil di atas normal (gemuk), pada trimester awal idealnya 900 gram. Setelah itu, per minggunya hanya naik 300 gram. Dengan demikian total kenaikan selama kehamilan hanya 7-11 kg. Menurut Supariasa (2001), seorang wanita hamil dapat dinilai dengan indek masa tubuh (IMT), khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat mengakibatkan risiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan risiko terhadap penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, tekanan darah tinggi. 62 Menurut Manuaba (2007), wanita hamil yang kurus dapat lebih ditingkatkan kenaikan berat badannya dengan memperhatikan dietnya, sehingga tercapai tumbuh kembang janin yang makin sempurna. Sedangkan wanita hamil yang gemuk kenaikan berat badannya harus dikendalikan dengan diet ketat, sehingga tidak menimbulkan banyak komplikasi maternal dan perinatalnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara konsumsi energi dengan IMT. Artinya, bertambahnya berat badan selama kehamilan sangat penting untuk wanita yang sedang hamil, sehingga bayi yang di lahirkan nanti akan maksimal dan tidak melahirkan berat badan bayi lahir rendah. Oleh karena itu, adanya hubungan antara konsumsi energi dengan IMT yang mempunyai pengaruh cukup besar dengan bertambahnya berat badan saat hamil. 63 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka akan disimpulkan hasil dari penelitian ini mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi energi pada ibu hamil di Indonesia Tahun 2010. Berikut adalah simpulan penelitian ini: 1. Rata-rata konsumsi energi pada ibu hamil di Indonesia sebanyak 57.5823 kkal. 2. Sebagian besar ibu hamil yang berpendidikan tinggi di Indonesia sebanyak 1553 orang (62.9%). 3. Sebagian besar ibu hamil yang bekerja di Indonesia sebanyak 1274 orang (51.6% ). 4. Sebagian besar ibu hamil yang jumlah anggota keluarganya besar di Indonesia sebanyak 1449 orang (58.7% ). 5. Sebagian besar ibu hamil yang IMT normal di Indonesia sebanyak 1521 orang (61.6% ). 6. Terdapat hubungan antara IMT dengan konsumsi energi pada ibu hamil di Indonesia Tahun 2010. Sedangkan tidak terdapat hubungan antara variabel pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga dengan konsumsi energi pada ibu hamil di Indonesia Tahun 2010. 64 7.2 Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti mengajukan saran untuk dipertimbangkan dalam menyelesaikan permasalahan ibu hamil yang mengkonsumsi energi adalah sebagai berikut: 7.2.1 Bagi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (RI) a. Bagi kementerian Kesehatan Republik Indonesia (RI) disarankan agar saat melakukan penelitian selanjutnya mengenai Konsumsi Energi pada Ibu Hamil di Indonesia lebih melengkapi data-data yang ada. Sehingga data-data mengenai ibu hamil lebih lengkap. b. Menyediakan pusat pelayanan lengkap, maksimal dan akses yang mudah dijangkau bagi kesehatan ibu hamil. 7.2.2 Bagi Ibu Hamil a. Ibu hamil yang kurus dapat lebih ditingkatkan kenaikan berat badannya dengan memperhatikan dietnya, sehingga tercapai tumbuh kembang janin yang makin sempurna. Sedangkan wanita hamil yang gemuk kenaikan berat badannya harus dikendalikan dengan diet ketat, sehingga tidak menimbulkan banyak komplikasi maternal dan perinatalnya. 7.2.3 Bagi Peneliti Lain Diharapkan menggunakan desain penelitian atau analisis yang lebih mendalam terhadap variabel yang berhubungan didalam penelitian ini. 65 DAFTAR PUSTAKA Achadi. Endang. L. 2006. Gizi dalam Kaitannya dengan Komplikasi Kehamilan/Menyusui dan Kematian Ibu. FKM UI Anderson. 2006. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Afriani. 2008. Pengantar Outcome Kehamilan. FKM UI . 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat, dalam Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, FKM UI. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC Arisman. 2007. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Atmarita. 2004. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara Almatsier, Sunita. 2006. Penuntun Diet Khusus. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Almatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Ariawan, Iwan 1998. Besar dan Metoda Sampel pada Penelitian kesehatan. Depok: Jurusan Biostatistik dan Kependudukan FKM-UI. Baliwati. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya BKKBN.1998. Gerakan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera. Jakarta: BKKBN BPS.2010. Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia 2005. Jakarta: BPS Bakshi, Sinambela. 2005. Masalah Gizi dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Brown, J.E. 2005. Nutrition During Pregnancy. Nutrition Through the Life Cycle. USA: Thomson Wadsworth Birowo, Masrianto. 2001. Hubungan karakteristik ibu hamil dengan konsumsi pangan. Laporan Hasil Penelitian. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. . 1998. Profil Kesehatan Indonesia 2004. Jakarta: Depkes RI . 1999. Ibu Sehat Bayi Sehat. Jakarta: Depkes RI Depkes RI. 2000. Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Jakarta: Departemen Kesehatan. . 2001. Pedoman Pengenalan Tanda Bahaya pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas. Jakarta: Departemen Kesehatan RI . 2002. Laporan Data Susenas 2002; Status Kesehatan, Pelayanan Kesehatan, Perilaku Hidup Sehat dan Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. . 2003b. Gizi dalam Angka Sampai dengan Tahun 2002. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Direktorat Gizi Masyarakat Depkes, 2004. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta : Depkes Depkes, 2008. Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta : Depkes Depkes, 2011. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta : Depkes Dyah. 2008. Tesis. Kajian Status Gizi Ibu Hamil dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Serta Hubungannya dengan Berat Badan Lahir di Kecamatan Warungkondang, Cianjur, Jawa Barat. IPB Bogor Eisenberg. 1999. Status Gizi Ibu Hamil dan Berat Bayi yang Dilahirkan di 3 Puskesmas di Cirebon. Majalah Medika Edisi Juni Tahun 1992 Effendi. 2009. Patofisiologi Kedokteran Buku 1. Jakarta: Prestasi Pustaka. Fitramaya, 2008. Asuhan Ibu Hamil. Yogyakarta : Dian Press Francin, 2005. Faktor-faktor yang berhubungan dengan IMT ibu hamil di Kota Bukit Tinggi. Tesis. FKMUI Hardinsyah. 2000. Studi Analisis Faktor-Faktor Sosial, Ekonomi dan Biologi yang Mempengaruhi Konsumsi Energi Protein Ibu Hamil. IPB Bogor Handrawan. 1997. Panduan Menjalani Kehamilan Sehat. Dalam ”Gizi dalam Kesehatan Reproduksi”. Jakarta : EGC Hermawan. 2009. Analisa yang Berpengaruh terhadap kejadian BBLR di riau tahun 2006. Tesis. Diakses pada 20 Oktober 2011 Hardinsyah. 2009. Faktor Berhubungan dengan Status Gizi ibu hamil di Padang Propinsi Sumatra Barat Tahun 2002. Pasca Sarjana UI Indeswari. 2008. Pengetahuan pemeiksaan Antenatal Care. Diakses tanggal 15 juni 2011 Joyomartono, Mulyono. 2004. Pengantar Antropologi Kesehatan. Semarang: UNNES Press Kardjadi, S. 1991. Bernagai Hambatan dalam Upaya Peningkatan Status Gizi Ibu Hamil dan Kemungkinan Cara Penanggulangannya. Dalam Peningkatan Kesehatan Ibu Hmail, Persalinan dan Perinatal. Depok: Perkumpulan Perinatologi Indonesia dan Pusat Penelitian Kesehatan Lembaga Penelitian UI. Khomsan. 2002. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Kamaruallah, Birowo. 2001. Pemenuhan Kebutuhan Energi dan Protein Ibu Hamil Dihubungkan dengan Status Gizi Medan Tahun 2005. Skripsi. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Lubis. 2003. Status Gizi Ibu Hamil serta Pengaruhnya terhadap Bayi yang Dilahirkan. Diakses pada 10 Oktober 2011 dalam situs web : www.rudyct.com Moehyi. 2003. Ilmu Gizi 2 Penanganan Balita Gizi Buruk. Jakarta: Papas Sinar Sinanti Moehji, Sjahmien. 2003. Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit Papas Sinar Sinanti. Muharram. 1996. Karakteristik Ibu dan Riwayat Kehamilan dalam Kaitannya dengan Status Kesehatan Ibu Hamil. FKM UI Mutiara. 2003. Tesis. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Pangan Ibu Hamil Keluarga Nelayan Kaitannya dengan Status Gizi Bayi Lahir di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Kota Medan. IPB Bogor Manuaba, 2007. Ilmu Kebidanan, Kandungan dan KB. Jakarta : EGC Mulyaningrum. 2009. Analisa Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap BBLR di Kabupaten Biak tahun 2006. Tesis. Diakses pada 10 Oktober 2011 Monika. 2009, Pengaruh Pengetahuan Terhadap Perilaku. diakses pada tanggal 15 September 2011 Murply. 2000. Kehamilan, Kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi dalam Konteks Budaya. Jakarta: UI Press Neil, W.R. 2001, Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan. Jakarta: Dian Rakyat Notoatmodjo. 2008. Ilmu Gizi untuk Profesi dan Mahasiswa. Jakarta: Dian Rakyat Pudjiadi, S. 2000.Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Edisi Keempat. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI Pranoto, 2007. Ilmu Kebidanan. Yogyakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Pramesti, 2009. Hubungan Antara Konsumsi Makanan Dan Factor Lain Dengan Status Gizi Mahasiswa Pascasarjana FKM UI. Tesis. FKM UI Rosikin. 004. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian BBLR di Puskesmas Cangkol Kota Cirebon tahun 2004. Tesis. Depok: FKM UI Rimbawan, Theresiana. 2002. Hubungan Antara Konsumsi Makanan dan Faktor-Faktor Lain dengan Status Gizi Ibu Hamil di Jambi Tahun 2003. Tesis. Depok: Program Pascasarjana Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Riyadi, Azma. 2003. Masalah pangan dan gizi ibu hamil. Hasil penelitian Bogor: Departemen gizi masyarakat IPB. Seno adji. 2005. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi di Desa Waru Jaya Kecamatan Parung Kabupaaten Bogor. FKM UI Siregar. 2008. Hubungan Faktor Risiko Ibu Hamil dengan Konsumsi Energi dan Protein di Bogor Tahun 2008. Skripsi. Depok: Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Supariasa, IDN. Bakri, Bachyar dan Fajar, Ibnu. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Sutomo. 2003. Penurunan Kematian Ibu: Pencapaian MDGs dalam Perspektif Pemerintah. Diakses pada 26 September 2011 dalam situs web: kgm.bapenas.go.id Sayogyo. 1994. Menuju Gizi Baik yang Merata di Pedesaan dan di Kota. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Sukarni. 2004. Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Zat Gizi Dengan Status Gizi. Skripsi. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC Siswosuhardjo. 2009. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Cetakan ke-4. Jakarta: CV. Sagung Seto Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC Sakinah, 2005. Antenatal Care. Diakses tanggal 25 April 2010 Surasih, Halym. 2005. Skripsi. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Energi dan Protein pada Ibu Hamil di Kabupaten Banjarnegara. Universitas Negeri Semarang Suhardjo. 2004. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara. Suhardjo. 2004. Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak. Yogyakarta: Kanisius. WHO. 2007. Profil Kesehatan dan Pembangunan Perempuan di Indonesia. Wahyudin, Sukarni. 2004. Pola Konsumsi Pangan, Hubungannya dengan Status Gizi di Kecamatan Kerajaan Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara. Laporan Hasil Penelitian Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Output Analisis Univariat Variabel Energi Case Processing Summary Cases Valid N Pencapaian_energi Missing Percent 2469 N 100.0% Total Percent 0 .0% N Percent 2469 100.0% Descriptives Statistic Pencapaian_energi Mean 57.5823 95% Confidence Interval for Lower Bound 56.4967 Mean Upper Bound .55360 58.6678 5% Trimmed Mean 55.7104 Median 52.9602 Variance 756.693 Std. Deviation Std. Error 27.50806 Minimum 3.78 Maximum 262.62 Range 258.84 Interquartile Range 32.59 Skewness 1.415 .049 Kurtosis 4.307 .098 Output Analisis Univariat Variabel Pendidikan KAT_DIDIK Cumulative Frequency Valid RENDAH Percent Valid Percent Percent 916 37.1 37.1 37.1 TINGGI 1553 62.9 62.9 100.0 Total 2469 100.0 100.0 Output Analisis Univariat Variabel Pekerjaan KAT_KERJA Cumulative Frequency Valid Percent Valid Percent Percent TIDAK BEKERJA 1274 51.6 51.6 51.6 BEKERJA 1195 48.4 48.4 100.0 Total 2469 100.0 100.0 Output Analisis Univariat Variabel Jumlah Anggota Keluarga KAT_ANGGOTAKLWRGA Frequency Valid Percent Valid Percent Cumulative Percent BESAR 1449 58.7 58.7 58.7 KECIL 1020 41.3 41.3 100.0 Total 2469 100.0 100.0 Output Analisis Univariat Variabel IMT KAT_BMI Frequency Valid KURUS Percent Valid Percent Cumulative Percent 115 4.7 4.7 4.7 NORMAL 1521 61.6 61.6 66.3 GEMUK 833 33.7 33.7 100.0 2469 100.0 100.0 Total Output Analisis Bivariat Hubungan Konsumsi Energi dengan Pendidikan Descriptive Statistics N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Pencapaian_energi 2469 57.5823 27.50806 3.78 262.62 KAT_DIDIK 2469 .6290 .48317 .00 1.00 Mann-Whitney Test Ranks KAT_DIDIK Pencapaian_energi RENDAH N Mean Rank Sum of Ranks 916 1224.89 1121998.50 TINGGI 1553 1240.96 1927216.50 Total 2469 Test Statisticsa Pencapaian_energi Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Grouping Variable: KAT_DIDIK 702012.500 1121998.500 -.541 .588 Output Analisis Bivariat Hubungan Konsumsi Energi dengan Pekerjaan Descriptive Statistics N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Pencapaian_energi 2469 57.5823 27.50806 3.78 262.62 KAT_KERJA 2469 .4840 .49985 .00 1.00 Mann-Whitney Test Ranks KAT_KERJA Pencapaian_energi N Mean Rank Sum of Ranks TIDAK BEKERJA 1274 1256.63 1600941.50 BEKERJA 1195 1211.94 1448273.50 Total 2469 a Test Statistics Pencapaian_energi Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Grouping Variable: KAT_KERJA 733663.500 1448273.500 -1.556 .120 Output Analisis Bivariat Hubungan Konsumsi Energi dengan Jumlah Anggota Keluarga Descriptive Statistics N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Pencapaian_energi 2469 57.5823 27.50806 3.78 262.62 KAT_ANGGOTAKLWRGA 2469 .4131 .49249 .00 1.00 Mann-Whitney Test Ranks KAT_ANGG OTAKLWR GA Pencapaian_energi N Mean Rank Sum of Ranks BESAR 1449 1214.89 1760382.00 KECIL 1020 1263.56 1288833.00 Total 2469 a Test Statistics Pencapaian_energi Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Grouping Variable: KAT_ANGGOTAKLWRGA 709857.000 1760382.000 -1.670 .095 Output Analisis Bivariat Hubungan Konsumsi Energi dengan IMT Descriptive Statistics N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Pencapaian_energi 2469 57.5823 27.50806 3.78 262.62 KAT_BMI 2469 1.2908 .54728 .00 2.00 Kruskal-Wallis Test Ranks KAT_BMI Pencapaian_energi KURUS N Mean Rank 115 1116.55 NORMAL 1521 1207.21 GEMUK 833 1302.09 Total 2469 a,b Test Statistics Pencapaian_energi Chi-Square df Asymp. Sig. a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: KAT_BMI 12.865 2 .002