BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gizi a. Definisi Gizi Kata gizi berasal dari bahasa Arab “ghidza” yang berarti makanan. Menurut cara pengucapan Mesir, “ghidza” dibaca “ghizi”. Gizi adalah segala sesuatu yang dikonsumsi oleh manusia yang mengandung unsur-unsur zat gizi yaitu karbohidrat, vitamin, mineral, lemak, protein dan air yang digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan dari organ-organ tubuh manusia (Mitayani, 2010). b. Fungsi Gizi Mitayani (2010) mengatakan bahwa gizi memiliki beberapa fungsi yang berperan dalam kesehatan tubuh makhluk hidup, yaitu: 1) Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan/perkembangan serta mengganti jaringan tubuh yang rusak. 2) Memperoleh energi guna melakukan kegiatan sehari-hari. 3) Mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan air, mineral dan cairan tubuh yang lain. 4) Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit. 5 6 c. Unsur-Unsur Gizi Unsur-unsur zat gizi yang dibutuhkan oleh organ-organ tubuh tersebut menurut ilmu gizi adalah karbohidrat atau hidrat arang, protein, lemak, vitamin dan mineral. Tubuh manusia perlu makanan untuk menyediakan energi bagi seluruh proses kehidupan dan untuk pertumbuhan, memperbaiki dan memelihara sel-sel, jaringan-jaringan dan organ-organ (Mitayani, 2010). Berikut ini adalah kegunaan dari zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk metabolisme : 1) Karbohidrat Karbohidrat merupakan sumber energi untuk tubuh, zat ini terdapat terutama pada bahan makanan yan berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti padi, jagung, singkong, sagu, gandum, talas dan lainnya, dalam tubuh manusia karbohidrat diubah menjadi glikogen yang disimpan dalam hati dan otot, apabila diperlukan glikogen diurai menjadi glukogen yang dikeluarkan dari tempat penyimpanannya yaitu hati dan masuk ke dalam darah dan jaringan, karbohidrat berfungsi sebagai penyedia tenaga/kalori untuk memenuhi kebutuhan kegiatan tubuh dan juga untuk mempertahankan suhu badan. Dalam hal kelebihan, karbohidrat dalam badan dirubah menjadi serta disimpan sebagai lemak (Suma’mur, 2014). 7 2) Protein Zat protein digolongkan menurut protein lengkap, lengkap sebagian dan tidak lengkap. Protein lengkap terdapat terutama pada bahan makanan yang berasal dari hewan, tidak dapat dibentuk oleh dan di dalam badan manusia, sehingga perlu dimasukkan ke dalam tubuh sebagai bahan makanan yang berasal dari luar. Fungsinya membentuk sel-sel baru untuk menggantikan sel-sel tua atau yang sudah rusak (Suma’mur, 2014). 3) Lemak Lemak terdapat pada bahan makanan yang berasal dari hewan, lemak berfungsi sebagai sumber tenaga dan juga mempertahankan dan memelihara suhu badan. Setelah bahan makanan yang mengandung lemak dicerna dalam alat pencernaan, lemak diserap ke dalam tubuh, sesuai dengan kebutuhan lemak dibakar untuk menghasilkan energi, sedangkan selebihnya disimpan sebagai lemak tubuh (Suma’mur, 2014). 4) Vitamin dan Mineral Seperti telah diketahui bersama, vitamin dan mineral memiliki fungsi untuk membantu melancarkan kinerja tubuh. Vitamin dan mineral banyak terdapat pada sayuran dan buah buahan (Depkes RI, 2009). 8 5) Air Fungsi air bagi tubuh adalah membentuk cairan tubuh, sebagai alat pengangkut unsur gizi, katalisator berbagai reaksi biologis dalam sel, sisa pembakaran yang tidak dapat digunakan lagi oleh tubuh dan untuk mengatur panas tubuh (Sunita, 2002). 2. Gizi Kerja Istilah gizi kerja berarti nutrisi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan. Sebagai suatu aspek dari ilmu gizi pada umumnya, maka gizi kerja ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan serta mengupayakan daya kerja tenaga kerja yang optimal. Melalui gizi kerja diharapkan dapat diwujudkan kesehatan dan kesejahteraan faktor manusia pada suatu proses produksi (juga distribusi) dan juga dipelihara kemampuan bekerja dan produktivitas kerjanya pada tingkat yang optimal bahkan apabila mungkin lebih ditingkatkan (Suma’mur, 2014). Tubuh memerlukan zat-zat dari makanan untuk pemeliharaan tubuh, perbaikan kerusakan sel dan jaringan dan juga untuk pertumbuhan, yang banyak sedikitnya kebutuhan akan zat makanan ini sangat tergantung kepada usia, jenis kelamin, beban kerja dan keadaan lingkungan yang berkaitan dengan individu yang bersangkutan. Zat makanan tersebut dan kalori yang ditimbulkan daripadanya penting peranannya untuk memenuhi energi agar pekerjaan dapat dilakukan dan banyaknya energi dimaksud meningkat sepadan dengan lebih beratnya pekerjaan. Pekerjaan 9 mensyaratkan ada dan cukupnya tenaga untuk mampu bekerja yang sumbernya adalah makanan (Suma’mur, 2014). Penyakit gizi kerja merupakan penyakit gizi sebagai akibat kerja ataupun ada hubungan dengan kerja. Pengelolaan makan bagi tenaga kerja adalah suatu rangkaian kegiatan penyediaan makan bagi tenaga kerja di perusahaan yang dimulai dari rencana perencanaan menu hingga disajikan kepada tenaga kerja dengan memperhatikan kecukupan energi dan zat gizi, pemilihan jenis dan bahan makanan, sanitasi tempat pengolahan dan tempat penyajian, waktu dan teknis penyajian bagi tenaga kerja (Dharmawan, 2015). Produktivitas kerja dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya yang mempunyai peranan sangat penting dan menentukan adalah kecukupan gizi. Faktor ini akan menentukan prestasi kerja tenaga kerja karena adanya kecukupan dan penyebar energi yang seimbang selama bekerja. Seseorang yang berstatus gizi kurang tidak mungkin mampu bekerja dengan hasil yang maksimal karena prestasi kerja dipengaruhi oleh derajat kesehatan seseorang. Tenaga kerja yang sehat akan bekerja lebih giat, produktif, dan teliti sehingga dapat mencegah kecelakaan yang mungkin terjadi dalam bekerja (Dharmawan, 2015). Status gizi mempunyai korelasi positif dengan kualitas fisik manusia. Makin baik status gizi seseorang semakin baik kualitas fisiknya. Ketahanan dan kemampuan tubuh untuk melakukan pekerjaan dengan produktifitas yang memadai akan lebih dipunyai oleh individu dengan 10 status gizi baik. Selain itu, peranan gizi dengan produktivitas juga ditunjukkan oleh Darwin Karyadi pada tahun 1984 dalam Dharmawan (2015) dalam penelitiannya dimana dengan penambahan gizi terjadi kenaikan produktivitas kerja. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa para penyadap getah yang tidak menderita anemia memiliki produktivitas 20% lebih tinggi daripada yang menderita anemia. Pemberian diet yang mengandung energi sejumlah yang diperlukan oleh pekerja berat dapat meningkatkan produktivitasnya. Pada dasarnya zat gizi yang dibutuhkan oleh seseorang sangat ditentukan oleh aktifitas yang dilakukannya seharihari. Makin berat aktifitas yang dilakukan maka kebutuhan zat gizi akan meningkat pula terutama energi (Dharmawan, 2015). Manfaat yang diharapkan dari pemenuhan gizi kerja adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan ketahanan tubuh serta menyeimbangkan kebutuhan gizi dan energi terhadap tuntutan tugas pekerja. Gizi kerja erat bertalian dengan tingkat kesehatan tenaga kerja maupun produktivitas tenaga kerja yang berarti akan meningkatkan produktivitas perusahaan serta peningkatan produktivitas nasional (Dharmawan, 2015). 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gizi Tenaga Kerja (Dharmawan, 2015), seperti : a. Jenis kegiatan (ringan, sedang, berat) yang merupakan suatu beban kerja. 11 b. Faktor tenaga kerja, yang meliputi ketidaktahuan, jenis kelamin, umur, hamil, menyusui, kebiasaan makan yang kurang baik, tingkat kesehatan karena tingginya penyakit parasit dan infeksi oleh bakteri pada alat pencernaan, kesejahteraan tinggi tanpa perhatian gizi, mengakibatkan terjadinya salah gizi biasanya dalam bentuk over gizi, disiplin, motivasi dan dedikasi. c. Faktor lingkungan kerja sebagai beban tambahan, yang meliputi fisik, kimia, biologi, fisiologi (ergonomi) dan psikologi. Beban kerja dan beban tambahan di tempat kerja yaitu tekanan panas, bahan-bahan kimia, parasit dan mikroorganisme, faktor psikologis dan kesejahteraan. 4. Pedoman Gizi Kerja Susunan hidangan yang mencukupi kebutuhan badan, dikenal oleh para ahli gizi di Indonesia sebagai susunan “empat sehat”. Kalau susunan empat sehat ini ditambah dengan susunan dalam jumlah yang mencukupi, menjadi “lima sempurna”. Slogan “empat sehat, lima sempurna” ini menggambarkan susunan hidangan Indonesia yang sanggup memberikan kesehatan gizi yang baik, dan dianjurkan kepada seluruh anggota masyarakat untuk mencapainya (Sediaoetama, 2010). Pedoman dalam penyusunan bahan dan zat makanan menurut (Sediaoetama, 2010) yaitu : 12 a. Bahan makanan pokok Bahan makanan pokok merupakan sumber utama energi. Sering pula bahan makanan pokok itu memberikan iuran penting terhadap konsumsi protein, bila termasuk golongan serealia. b. Bahan makanan lauk-pauk Golongan bahan makanan ini disebut lauk-pauk, karena memang mencakup bahan pangan lauk (ikan, daging). Pada umumnya kelompok bahan makanan ini merupakan sumber utama protein di dalam hidangan. Pembagian lauk-pauk berdasarkan sumbernya yaitu : 1) Sumber protein hewani Misal : daging, ikan, telur, dan sebagainya 2) Sumber protein nabati. Bahan pangan yang termasuk sumber protein nabati ialah jenis kacang-kacangan seperti kacang kedelai dan hasil olahannya, yaitu tempe dan tahu. c. Bahan makanan sayur Sayur merupakan berbagai bagian tumbuhan, seperti daun, akar, batang dan bunga, bahkan buahnya yang biasanya masih muda. d. Bahan makanan buah Jenis golongkan bahan makanan buah, biasanya yang sudah matang, atau setidaknya sudah tua. Buah-buahan sebagian besar dimakan “mentah”, dan disebut buah cuci mulut. 13 Hal-hal yang perlu diketahui dalam penyusunan menu bagi tenaga kerja Dharmawan (2015) adalah : a. Pola makan : kebiasaan makanan pokok. b. Kepercayaan atau agama : pantang makanan tertentu. c. Keuangan : ekonomis tetapi tetap bergizi. d. Daya Cerna : makanan yang biasa dimakan masyarakat sekitar. e. Praktis : mudah diselenggarakan. f. Volume : cukup mengenyangkan. g. Variatif : jenis menu bervariasi. Pola menu 4 sehat 5 sempurna adalah pola menu seimbang yang bila disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Selain memperhatikan pola menu seimbang dengan 4 sehat 5 sempurna untuk tenaga kerja yang bekerja lebih dari 8 jam perhari sebaiknya makanan dan minuman yang disediakan di tempat kerja paling sedikit 2/5 (40%) dari kecukupan energi selama 24 jam. Syarat menu yang sehat dan seimbang antara lain (Dharmawan, 2015) : a. Kualitas baik Menu mengandung semua zat gizi (nutrient) sesuai dengan pedoman 4 sehat 5 sempurna (makanan pokok, lauk pauk, hewaninabati, sayur mayor, buah-buahan dan susu). 14 b. Kualitas cukup Jumlah masing-masing zat gizi harus sesuai dengan kebutuhan vitamin dan mineral akan cukup. Catatan : 1) Kalsium : (mineral) fungsi sebagai produksi syaraf dan otot. Sumber: daging dan susu, sayuran hijau, roti, ikan kecil yang dimakan beserta tulangnya. 2) Besi : (mineral) fungsi pembentukan hemoglobin. Sumber : kacang, biji-bijian, organ, daging merah, telur, sayuran hijau. 3) Karoten : (Vitamin A) fungsi proses penglihatan jaringan ikat, kulit. Sumber : hati, telur, wortel, sayuran hijau, susu, keju. 4) Tiamin : (Vitamin B) fungsi metabolism karbohidrat, fungsi susunan syaraf pusat. Sumber : daging, padi-padian, kacang-kacangan. 5) Riboflavin : (vitamin B12) fungsi metabolism karbohidrat, penglihatan, kulit. Sumber : hati, susu, daging, dan sereal. 6) Niasin : (vitamin) metabolism karbohidrat dan lemak. Sumber : hati, daging, kacang tanah, produk sereal. c. Proporsi zat gizi yang mengandung energi harus seimbang, agar zatzat gizi tersebut dapat digunakan di dalam tubuh dengan sempurna yaitu : 15 1) Protein : 12% - 15% untuk orang dewasa proporsi protein hewani dan nabati sama banyaknya. Sedangkan untuk anak-anak sebaiknya protein hewani 2 kali lebih banyak dibanding protein nabati. 2) Lemak : 20% - 25%. 3) Hidrat Arang : 60% - 70% Selain proporsi zat gizi di atas, perlu diperhatikan pula zat gizi lain seperti vitamin berdasarkan AKG 2013 yaitu, kebutuhan gizi bagi pekerja menurut umur, jenis kelamin dan aktivitas fisik. d. Syarat-syarat lain sesuai dengan pola makanan sehari-hari, tidak bertentangan dengan kepercayaan, memenuhi selera makan dan lainlain. 5. Kebutuhan Energi bagi Tenaga Kerja Setiap orang dalam mempertahankan hidup dan dapat melakukan pekerjaan membutuhkan tenaga. Tenaga tersebut diperoleh dari pembakaran zat-zat makanan yang dikonsumsi dengan oksigen. Apabila banyaknya makanan yang dikonsumsi setiap hari tidak seimbang dengan tenaga yang dikeluarkan maka tubuh akan mengalami gangguan kesehatan. Masalah yang timbul akibat ketidakseimbangan antara makanan yang dikonsumsi dengan tenaga yang dikeluarkan sangat beragam. Jika makanan yang dimakan berlebih dibanding tenaga yang dikeluarkan maka tubuh akan menjadi gemuk, sebaliknya jika makanan yang dimakan kurang maka tubuh akan menjadi kurus. Kedua masalah ini akan 16 mempengaruhi derajat kesehatan seseorang dan akhirnya akan berpengaruh pada efisiensi dan produktivitas kerja. Oleh karena itu sedapat mungkin diusahakan agar jumlah makanan yang dikonsumsi baik dalam kualitas maupun kuantitas sesuai dengan kebutuhan khususnya terhadap tenaga yang dikeluarkan (Dharmawan, 2015). Kebutuhan makanan yang dikonsumsi tenaga kerja harus memenuhi gizi yang sesuai, diberikan dalam volume dan kandungan energi yang tepat, serta dihidangkan pada saat yang tepat, makanan harus disajikan secara menarik sehingga akan mempertinggi prestasi kerja. Zat gizi pada proses oksidasi dalam tubuh menghasilkan energi dalam bentuk panas, yang oleh tubuh diubah menjadi energi gerak atau mekanis. Kebutuhan gizi seseorang dengan orang lain belum tentu sama. Menurut Suma’mur (2014), kebutuhan gizi seseorang tergantung beberapa faktor, yaitu : a. Ukuran tubuh Makin besar ukuran tubuh seseorang makin besar pula kebutuhan energinya, meskipun jenis kelamin, kegiatan, dan usianya sama. b. Usia Makin tua usia seseorang makin berkurang kebutuhan energinya, pada anak-anak, dan orang muda yang sedang dalam pertumbuhan membutuhkan energi relatif lebih besar. 17 c. Jenis kelamin Laki-laki lebih banyak membutuhkan energi dari pada wanita. Karena laki-laki lebih banyak mempunyai otot dan lebih aktif melakukan pekerjaan sehingga mengeluarkan energi lebih banyak. d. Kondisi tubuh tertentu Wanita hamil dan menyusui membutuhkan energi dan zat gizi yang lebih besar dari pada keadaan biasa. Demikian pula orang baru sembuh dari sakit memerlukan energi dan zat gizi yang lebih besar guna rehabilitas sel tubuh atau bagian-bagian yang rusak selama sakit. e. Pengaruh pekerjaan Semakin berat pekerjaan atau bagian seseorang sehingga semakin besar pula energi yang dibutuhkan. f. Iklim dan suhu lingkungan Energi yang dibutuhkan di tempat kerja yang dingin lebih tinggi dari pada di tempat panas, karena untuk mempertahankan suhu tubuh. Suma’mur (2014) menyatakan bahwa jumlah energi yang dibutuhkan orang dewasa ditentukan oleh : a. Metabolisme basal, yaitu sejumlah tenaga yang diperlukan oleh tubuh dalam keadaan istirahat. b. Pengaruh makanan atas kegiatan tubuh (aktivitas tubuh), kira-kira 10% dari metabolisme basal. 18 c. Kerja otot. Penilaian kebutuhan energi seseorang berdasarkan tingkat kerja ringan, sedang, dan berat dapat dilakukan dengan memperhatikan standart sebagai berikut. Tabel 1. Kebutuhan Zat Makanan Menurut Jenis Kelamin (AKG 2013) Usia Berat NO Jenis Kelamin Energi (kkal) (Tahun) Badan 1 Laki-Laki 19-29 60 2725 30-49 62 2625 50-64 62 2325 80+ 58 1525 2 Perempuan 19-29 54 2250 30-49 55 2150 50-64 55 1900 65-80 54 1550 80+ 53 1425 3 Hamil (+an) 4 Trimester 1 180 5 Trimeser 2 300 6 Trimester 3 300 7 Menyusui (+an) 8 6 bulan pertama 330 9 6 bulan kedua 400 Sumber : Permenkes RI No 75 Tahun 2013 Standar ini untuk seorang tenaga kerja tertentu harus dikoreksi dengan faktor-faktor sebagai berikut : 1) Usia menurut presentasi (lihat tabel 2). 2) Derajat kegiatan (tabel 3). 19 Tabel 2. Penyesuaian Kebutuhan Energi Menurut Usia NO Usia (Tahun) Presentase (%) 1 20-30 100 2 >30-40 97 3 >40-50 94 4 >50-60 86,5 5 >60-70 79 6 >70 69 Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 1983 Tabel 3. Penyesuaian Kebutuhan Energi Menurut Tingkat pekerjaan Berat Tingkat 0 Tingkat I Tingkat NO Badan (dikurangi) (orang standar) Tingkat II III 1 41-50 -530 0 360 810 2 51-60 -610 0 390 870 3 61-70 -690 0 400 900 4 71-80 -760 0 410 930 Hanya Pekerjaan Tukangpemeliharaan administrasi tukang, 5 Aktivitas tubuh rumah, petani yang (istirahat pengemudi, mempunyai Pekerja tetapi basal mengetik keahlian kasar Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 1983 Kebutuhan kalori per hari atau kalori di tempat kerja dengan memperhatikan faktorfaktor yang mempengaruhi dan tabel-tabel penyesuaikan diatas, dapat dihitung dengan petunjuk sebagai berikut : a. Lihat tabel kebutuhan zat makanan menurut jenis kelamin. b. Penyesuaian menurut usia. c. Penyesuaian menurut tingkat kegiatan. d. Perhitungan porsi/prosentase makanan (makan siang), yaitu Makan pagi : siang : malam = 30% : 40% : 30% (Yusuf, 2008). 20 Misal tenaga kerja laki-laki 39 tahun, berat badan 65 kg, pekerjaan Administrasi. Maka perhitungannya sebagai berikut : Kalori per hari = (65 Kg/62 Kg) X 2625 kalori = 2752 kalori per hari Penyesuaian usia = 97% X 2752 = 2669 kalori per hari Kalori di tempat kerja = 40% X 269 = 1068 kalori 6. Beban Kerja dan Jenis Pekerjaan Setiap jenis pekerjaan apapun merupakan suatu beban bagi pelakunya, beban ini dapat berupa beban fisik, beban mental atau beban sosial sesuai dengan pekerjaan tenaga kerja. Masing-masing orang mempunyai kemampuan yang berbeda dalam hubungannya dengan beban kerja. Ada orang yang lebih cocok untuk melakukan pekerjaan yang banyak pada beban mental, atau fisik atau sosial. Namun pada umumnya mereka hanya mampu memikul beban sampai suatu berat tertentu. Beban kerja adalah beban pekerjaan yang diberikan kepada tenaga kerja dan menjadi tanggung jawabnya, baik berupa fisik maupun mental harus sesuai dengan kemampuan dari tenaga kerja. Manusia dan beban kerja serta faktor-faktor dalam lingkungan kerja merupakan satu-kesatuan yang tak terpisahkan. Kemampuan kerja seorang pekerja dalam melakukan pekerjaan selain ditentukan oleh kapasitasnya juga dipengaruhi oleh 21 pendidikan, pengalaman, kesehatan, gizi, jenis kelamin, dan ukuranukuran tubuh (Suma’mur, 2014). Klasifikasi beban kerja menurut Badan Standarisasi Nasional (2009) adalah sebagai berikut: a. Kerja Ringan 1) Menulis, mengetik. 2) Menjahit, merajut. 3) Mengendarai mobil (sopir) pribadi. 4) Kerja kantor. 5) Kerja laboratorium. 6) Menyapu lantai. 7) Melakukan kerja lain yang sedikit sekali menggunakan otot. b. Kerja Sedang 1) Bertani, berkebun. 2) Mengemudikan traktor dan alat-alat berat. 3) Mencuci, memeras, dan menjemur pakaian. 4) Memotong kayu di hutan. 5) Menarik/mendayung becak. 6) Kerja tambang dan sejenisnya. 7) Kerja-kerja lain. c. Kerja Berat 1) Kerja buruh kasar. 2) Pandai besi. 22 3) Mekanik, angkat-angkut beban berat. 4) Kuli bangunan. Salah satu kebutuhan utama dalam pergerakan otot adalah kebutuhan akan oksigen yang dibawa oleh darah ke otot untuk pembakaran zat dalam menghasilkan energi sehingga jumlah oksigen dapat digunakan sebagai salah satu indikator pembebanan selama bekerja. Dengan demikian, setiap aktivitas pekerjaan membutuhkan energi yang dihasilkan dari pembakaran. Semakin berat pekerjaan yang dilakukan semakin besar juga energi yang dihasilkan. Berdasarkan hal tersebut maka besarnya jumlah energi dapat digunakan sebagai petunjuk untuk menentukan berat ringannya beban kerja (Tarwaka, 2004). Penilaian beban kerja fisik dapat dilakukan dengan dua metode secara objektif, yaitu metode penilaian langsung dan penilaian tidak langsung. Pengukuran tidak langsung adalah dengan menghitung denyut nadi selama kerja. Kecepatan denyut jantung memiliki hubungan yang sangat erat dengan aktivitas fungsi faal manusia lainnya (Tarwaka, 2004). Tarwaka (2004) menyatakan bahwa, kategori beban kerja berdasarkan denyut jantung adalah : a. Kategori beban kerja ringan adalah 75-100 denyut per menit. b. Kategori beban kerja sedang adalah 100-125 denyut per menit. c. Kategori beban kerja berat adalah 125-150 denyut per menit. 23 7. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Penilaian secara langsung antara lain dengan antropometri, secara klinis, biokimia, dan biofisik. Sedangkan penilaian secara tidak langsung dapat dilakukan dengan survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi (Supariasa, 2002). Secara umum antropometri berarti ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi maka antropometri gizi berhubungan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Penggunaan antropometri secara umum adalah untuk melihat keseimbangan asupan protein dan energi. Keseimbangan ini terlihat pada pola perumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa, 2002). Salah satu bentuk penilaian status gizi melalui indeks antropometri adalah dengan menghitung Indeks Masa Tubuh (IMT). Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18 tahun ke atas) merupakan masalah penting, karena selain mempunyai resiko penyakit-penyakit tertentu jug dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Oleh karena itu pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu cara adalah dengan mempertahankan berat badan yang ideal dan normal. 24 Laporan FAO/WHO tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan Body Mass Index (BMI), di Indonesia diterjemahkan menjadi Indeks Massa Tubuh (IMT). Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif. Oleh karena itu, mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang (Supariasa, 2002). Melalui IMT akan diketahui apakah berat badan seseorang dinyatakan normal, kurus atau gemuk. Keterbatasan IMT adalah tidak dapat digunakan bagi anak-anak yang dalam masa pertumbuhan (dibawah 18 tahun), wanita hamil, dan orang yang sangat berotot (olahragawan). Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut : Rumus BMI yang digunakan adalah sebagai berikut : IMT = Berat Badan (kg) Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m) Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Disebutkan bahwa batas ambang normal untuk laki-laki adalah : 20,1–25,0; dan untuk perempuan adalah : 18,7-23,8. Untuk kepentingan pemantauan dan tingkat defesiensi kalori ataupun tingkat 25 kegemukan, lebih lanjut FAO/WHO menyarankan menggunakan satu batas ambang antara laki-laki dan perempuan. Ketentuan yang digunakan adalah menggunakan ambang batas laki-laki untuk kategori kurus tingkat berat dan menggunakan ambang batas pada perempuan untuk kategorigemuk tingkat berat. Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalam klinis dan hasil penelitian dibeberapa negara berkembang. Pada akhirnya diambil kesimpulan, batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut : Tabel 4. Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) NO Kategori 1 Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat Kekurangan berat badan tingkat ringan 2 Normal Gizi normal 3 Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan Kelebihan berat badan tingkat berat Sumber : PMK No. 41 Tahun 2014 IMT <17,0 17,0-18,4 18,5-25,0 25,1-27,0 >27,0 Jika seseorang termasuk kategori : a. IMT < 17,0 : keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat. b. IMT 17,0 – 18,4 : keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK ringan. Catatan : Seseorang yang termasuk kategori kekurangan berat badan tingkat ringan (KEK ringan) sudah perlu mendapat perhatian untuk segera menaikkan berat badannya. c. IMT 18,5 – 25,0 : keadaan orang tersebut termasuk kategori normal. 26 d. IMT 25,1 – 27,0 : keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat ringan. e. IMT > 27,0 : keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat berat. Catatan : Seseorang dengan IMT diatas 25,0 harus berhati-hati agar berat badan tidak naik. Dianjurkan untuk segera menurunkan berat badan dalam batas normal. 27 B. Kerangka Pemikiran Tenaga Kerja Ringan Usia Pekerjaan Sedang Berat Jenis Kelamin Kebutuhan Kalori Berat badan Tinggi badan Pemenuhan Kalori Catering Kurang dari AKG Sesuai AKG Lebih dari AKG Daya tahan tubuh turun Daya tahan tubuh optimal Status Gizi Gambar 1. Kerangka Pemikiran 1. Berat badan meningkat 2. Obesitas 3. Cepat lelah 4. Mudah terserang penyakit degeneratif 5. Kelebihan jaringan lemak yang tidak aktif