PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah gizi dapat mempengaruhi status kesehatan yang pada gilirannya dapat berdampak buruk pada kualitas sumberdaya manusia. Oleh karena itu upaya penanggulangan masalah gizi masyarakat harus ditingkatkan melalui program peningkatan kesehatan dan ekonomi. Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index/HDI) di Indonesia relatif rendah dibandingkan negara- negara lain di dunia. Hasil penelitian UNDP (2004) menempatkan Indonesia pada urutan ke-111 dari 175 negara yang dinilai. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) memasukkan tiga parameter penting dalam menghitung tingkat kesejahteraan, yaitu pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Salah satu peubah kesehatan yang menjadi parameter dalam menentukan Indeks Pembangunan Manusia adalah angka kematian bayi. Kematian bayi berkaitan erat dengan status gizi dan kesehatan bayi lahir. Skor IPM untuk Propinsi Maluku adalah 67.2, dengan angka kematian bayi khususnya di Kota Ambon mencapai 6.3% per 1000 kelahiran hidup (Dinkes Kota Ambon 2006). Sementara itu dari sisi ekonomi jumlah penduduk miskin Propinsi Maluku adalah 176 217 KK (68.65%), dimana sebanyak 57 982 KK atau sekitar 32.9% berada di wilayah Kota Ambon (BPS Kota Ambon 2005-2006), jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan di kota-kota lain di Indonesia Bagian Barat dan Tengah. Kemiskinan dan kurang gizi merupakan suatu fenomena yang saling terkait, oleh karena itu meningkatkan status gizi suatu masyarakat tidak boleh meninggalkan upaya peningkatan ekonomi. Beberapa penelitian di banyak ne gara menunjukkan bahwa proporsi bayi dengan BBLR berkurang seiring dengan peningkatan pendapatan nasional suatu daerah. Akibat konflik sosial yang terjadi di Kota Ambon serta masih tingginya kesenjangan antar daerah menyebabkan prevalensi BUMIL KEK masih cukup tinggi yakni mencapai 10.53% (Dinkes Kota Ambon 2006). Tingginya angka kurang gizi pada ibu hamil ini dapat berdampak pada tingginya angka BBLR yang diperkirakan mencapai 7.1 – 14.2% bayi (mencakup seluruh Indonesia) setiap tahunnya (Depkes 2003). Ibu Hamil yang mengalami 2 KEK mempunyai resiko melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 5 kali lebih besar dibandingkan ibu hamil yang tidak KEK (Mustika, 2004). Jumlah bayi lahir dengan berat badan lahir rendah di Kota Ambon pada tahun 2005 mencapai 2.97% atau terdapat 144 bayi dari 4823 kelahiran hidup (Dinkes Kota Ambon 2006). Kehamilan terkait dengan peningkatan berat badan ibu karena zat gizi yang dikonsumsi ibu hamil selain digunakan untuk pemenuhan gizi ibu juga digunakan untuk pertumbuhan fetus, peningkatan cairan amniotik dan pembentukan jaringan lainnya (Tayie & Lartey 2000). Faktor- faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan adalah status gizi ibu sebelum hamil, etnik, umur dan paritas, aktivitas fisik, status sosial ekonomi dan kebiasaan konsumsi selama kehamilan (merokok dan minum alkohol) (IOM 1990). Anjuran pertambahan berat badan selama kehamilan adalah 12.5 kg (Rosso 1990; Depkes 1997). Penambahan BB yang direkomendasikan untuk ibu hamil saat ini biasanya berpatokan pada indeks massa tub uh (IMT) ibu sebelum hamil. Sub Committee on Nutritional Status and Weight Gain During Pregnancy, Food and Nutrition Board (IOM, 1990) menetapkan anjuran pertambahan berat badan ibu hamil pada trimester kedua dan ketiga masing- masing menurut ukuran indeks massa tubuh (IMT) misalnya untuk ibu hamil dengan IMT normal rata-rata pertambahan berat badan adalah 0.4 kg per minggu, underweight 0.5 kg per minggu, serta obes 0.3 kg per minggu. Dengan demikian bila dikumulatifkan diperoleh rata-rata pertambahan berat badan selama kehamilan pada trimester kedua dan ketiga menurut IMT misalnya untuk ibu hamil dengan IMT normal adalah 4.8 kg dan 5.6 kg; underweight 6 kg dan 7 kg, serta obes 3.6 kg dan 4.2 kg (IOM 1990). Semakin rendah IMT ibu sebelum konsepsi, semakin tinggi kuantitas pertambahan BB yang diharapkan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Abrams et al (2000) anjuran pertambahan berat badan ibu selama kehamilan adalah sebagai berikut : wanita dengan BMI < 20 dianjurkan untuk menambah BB sebesar 12.5 - 18 kg. Wanita yang BMI sebelum hamilnya normal (20.0-26.0) idealnya bertambah BB sekitar 11.5-16 kg. Wanita yang termasuk kategori obes dianjurkan supaya pertambahan BB tak lebih dari 6 kg hingga masa akhir kehamilannya. Kenaikan berat badan selama hamil dapat digunakan sebagai 3 indeks untuk menentukan status gizi ibu hamil dan merupakan indikasi pertumbuhan fetal. Panjang badan dan berat badan lahir serta skor Apgar sering digunakan untuk menilai secara keseluruhan baik fisik maupun adaptasi neonatal atau perkembangan bayi selama beberapa jam sesudah kelahiran. Rata-rata panjang dan berat badan normal untuk bayi baru lahir adalah masing- masing > 48 cm dan > 2500 gr (Depkes 1996). Skor Apgar untuk bayi normal berkisar antara 7-10. Status gizi bayi ditentukan oleh status gizi ibu selama kehamilan yang ditandai dengan pertambahan berat badan ibu serta status gizi ibu sebelum hamil (IMT). Pertambahan berat badan selama kehamilan yang rendah berkaitan dengan peningkatan resiko retardasi pertumbuhan janin dan kematian prenatal (Neufeld dkk 2004). Berdasarkan latar belakang di atas adalah penting untuk mengkaji hubungan antara IMT sebelum hamil dengan pertambahan berat badan ibu selama keha milan yang diduga berhubungan dengan tumbuh kembang bayi lahir. Terkait dengan hal tersebut maka lokasi penelitian yang dipilih adalah Kota Ambon, dengan melihat bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil dan dampaknya terhadap outcome berat bayi lahir adalah pengaruh demografi dan etnik. Tujuan Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) sebelum hamil dengan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan serta dampaknya terhadap tumbuh kembang bayi lahir di Kota Ambon. 4 Tujuan Khusus 1. Menganalisis pertambahan berat badan ibu menurut kategori berat badan, tinggi badan, dan indeks massa tubuh (IMT) serta pertambahan berat badan pada tiap trimester kehamilan 2. Menganalisis faktor- faktor yang berhubungan dengan pertambahan berat badan ibu hamil. 3. Menguraikan masalah gangguan tumbuh kembang pada bayi lahir (berat badan, panjang badan serta skor Apgar) 4. Menganalisis faktor- faktor yang berhubungan dengan gangguan tumbuh kembang bayi lahir. Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan penyusunan program perbaikan gizi yang berkaitan dengan peningkatan derajat gizi dan kesehatan ibu hamil serta implikasinya terhadap peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberi informasi dalam rangka penentuan standar pertambahan berat ibu etnik Ambon selama kehamilan kaitannya berat badan bayi lahir normal.