BOKS PEKDA MENCUKUPI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK DI AMBON Energi listrik menjadi energi vital saat ini. Peranan listrik dalam kehidupan saat ini sudah semakin dominan. Saat ini kebutuhanan masyarakat terhadap listrik sangat tinggi, karena hampir semua aktifitas masyarakat membutuhkan listrik. Dari kegiatan dapur sampai kegiatan rekreasi (menonton tayangan televisi). Bagi kalangan industrI/pelaku dunia usaha, keberadaan energi listrik sangat penting, bahkan telah menjadi salah satu faktor produksi yang utama. Table Kondisi Pasokan dan Kebutuhan Listrik di Kota Ambon Uraian Kebutuhan Beban Puncak (MW) Jumlah Efektif (kapasitas terpasang) Reserve Margin (MW) Reserve Margin (%) 2006 29.05 42.5 13.5 46.3 2007 32.05 42.5 10.5 32.6 2008 33.65 43.3 9.6 28.5 2009 36.19 57.5 21.3 58.9 2010 39.77 87.5 47.7 120.0 * data PLN per Januari 2009 Dari sisi demand, saat ini beban puncak di Kota Ambon berkisar di angka 33,65 MW. Beban puncak ini terjadi pada pukul 17.00 – 22.00 WIT. Sementara beban puncak siang hari adalah sekitar 16,15 MW (dengan load factor saat ini 58%). Kondisi beban yang tinggi di sore sampai malam hari ini mengindikasikan bahwa Kota Ambon masih didominasi oleh sektor rumah tangga. Dari sisi suplai, kapasitas terpasang pada pembangkit di Kota Ambon adalah 43.3 MW. Secara angka kapasitas terpasang pembangkit masih jauh lebih besar dari beban puncak. Namun kapasitas sebesar itu tidak dapat diproduksi secara optimal. Beberapa faktor yang menghambat adalah : mesin mengalami derating /penurunan efisiensi mesin (karena usia mesin yang sudah tua dan adanya kerusakan pada beberapa mesin), serta kualitas bahan bakar yang kurang baik. Kondisi ini membuat PT. PLN (Persero) terpaksa sering melakukan pemadaman bergilir, pada saat beban puncak. Upaya untuk mengatasi krisis energi ini pun sudah dilakukan. PT. PLN (Persero) dengan merencanakan pembangunan PLTU berbahan bakar batubara. PLTU ini nantinya diharapkan menjadi tulang punggung penyediaan energi, tidak saja untuk Pulau Ambon, namun juga akan diinterkoneksikan dengan Pulau Seram. Pemilihan PLTU batubara juga diharapkan akan memberikan kontribusi yang optimal terhadap kondisi keuangan perusahaan, karena dengan batubara maka biaya produksi listrik rendah. Proyek ini juga menjadi bagian dari Proyek Percepatan PLTU 10.000 MW yang ditetapkan melalui Perpres No. 71 Tahun 2006, tentang penugasan kepada PT. PLN (Persero) untuk melakukan percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik dengan menggunakan bahan bakar batubara. Kenyataan di lapangan adalah proyek PLTU ini belum dapat berjalan. Pada mulanya pelaksanaan proyek terhambat oleh proses pembebasan lahan. Rencana pembangunan yang seharusnya dimulai pada bulan Agustus 2008 pun sampai bulan Januari 2009 belum dapat terealisasi. Solusi yang diambil saat ini adalah dengan mencari lokasi baru. Saat ini proses pembebasan lahan sedang berlangsung dan sudah mendekati penyelesaian. Kendala kedua adalah dengan adanya krisis global saat ini, kontraktor proyek yang sebelumnya sudah ditunjuk mengundurkan diri karena kesulitan pendanaan. Untuk itu maka proyek PLTU ini akan dilakukan penawaran (tender) ulang. Proses penawaran ulang ini membutuhkan waktu setidaknya sekitar 4‐6 bulan. Dengan demikian belum terdapat kepastian mengenai proyek PLTU ini. PT. PLN (Persero) juga telah melakukan upaya jangka pendek guna mengatasi krisis energi ini. Upaya tersebut adalah dengan pengadaan (sewa) mesin MFO. Direncanakan pada bulan Mei 2009 mesin tersebut sudah dapat dioperasikan sehingga dapat mengatasi krisis listrik, sebelum proyek PLTU dapat beroperasi. BOKS PEKDA Saat ini, para pengusaha dalam kategori UMKM masih sangat menggantungkan kegiatan usahanya terhadap aliran listrik PLN. Faktor skala usaha mereka yang masih kecil (cotohnya: warnet, salon, rumah makan) membuat mereka belum mempunyai kemampuan untuk menggunakan genset bagi kelancaran usahanya. Penggunaan genset akan menambah beban operasi yang akhirnya mengancam keberlangsungan usahanya. Ketersediaan listrik menjadi sangat krusial bagi para pengusaha dan calon investor. Utamanya bagi para pengusaha dalam skala mikro dan kecil. Saat ini hal yang menjadi penghambat utama kegiatan investasi di Indonesia adalah masalah buruknya infrastruktur (didalamnya termasuk ketersediaan listrik), keamanan dan perijinan. Upaya menjamin ketersediaan listrik yang diimbangi dengan perbaikan dan peningkatan infrastruktur lain, akan menjadikan faktor penarik bagi minat investor berinvestasi di Provinsi Maluku. Peningkatan investasi berarti terjadi pertumbuhan ekonomi yang positif.