Pembelajaran Kontekstual Matematika Bermedia Manik

advertisement
250 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 2, Nomor 4, Desember 2014, Halaman 250-259
Jurnal Pendidikan Sains
Vol.2, No.4, Desember 2014, Hal 250-259
Tersedia Online di http://journal.um.ac.id/index.php/jps/
ISSN: 2338-9117
Pembelajaran Kontekstual Matematika Bermedia ManikManik untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SD
Vitiarti
SD Negeri Kalisongo 02 Dau-Malang
E-mail: [email protected]
Abstract: The purpose of this research is to improve the learning process and learning outcomes of
elementary school students in the addition and reduction of integers through the application of contextual learning mathematics with beads media. The type of research is classroom action research
(PTK). This study was conducted in two cycles which each cycle consists of 3 meetings. Based on
the results of data analysis and reflection in this study, it shows that the increasing students’ understanding of concepts of addition and reduction of integers turns higher after obtaining contextual
learning of beads media rather than students who received conventional learning. The improved
cognitive learning outcomes characterized by the increasing of the percentage in classical completeness and the average score of competency test on the second cycle which could exceed the minimum
score (KKM). Also, there is a higher tendency of students in doing learning activities after obtaining
contextual learning with beads media on the second cycle compared to students who obtain teachercentered learning.
Key Words: learning outcomes, beads media, contextual learning
Abstrak: Tujuan penelitian untuk meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa SD
tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat melalui penerapan pembelajaran kontekstual
matematika bermedia manik-manik. Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian
dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 3 kali pertemuan. Hasil analisis data dan refleksi
menunjukkan bahwa peningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep tentang penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat lebih tinggi setelah memperoleh pembelajaran kontekstual bermedia
manik-manik daripada dengan pembelajaran konvensional. Peningkatan hasil belajar kognitif ditunjukkan dengan peningkatan persentase ketuntasan klasikal dan skor rata-rata uji kompetensi pada siklus II yang mampu melampaui Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Peningkatan terhadap aktivitas
siswa dalam belajar setelah memperoleh pembelajaran kontekstual bermedia manik-manik lebih tinggi
pada siklus II daripada aktivitas siswa pada pratindakan yang memperoleh pembelajaran yang berpusat
pada guru (teacher centered).
Kata kunci: hasil belajar, media manik-manik, pembelajaran kontekstual
P
embelajaran matematika hendaknya dimulai
dengan pengenalan masalah yang sesuai
dengan situasi (contextual problem). Dengan
mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga,
atau media lainnya (BNSP, 2006:147-148). Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran matematika Sekolah Dasar (SD) di-
mulai dari lingkungan kehidupan nyata siswa. Segala
kegiatan pembelajaran diawali dengan penyajian masalah konkret. Hal ini sejalan dengan teori Piaget
(dalam Karso, 2002:2.16) bahwa siswa usia SD belum berada pada tahap berpikir formal. Mereka masih
berada pada tingkat operasi konkret. Di lain pihak
bahwa objek matematika adalah abstrak. Dengan
demikian pembelajaran matematika di SD tidak dapat
terlepas dari sifat-sifat matematika yang abstrak dan
sifat perkembangan intelektual siswa yang masih bersifat konkret.
250
250
Artikel diterima 03/03/2014; disetujui 10/09/2014
Vitiarti, Pembelajaran Kontekstual Bermedia Manik-Manik...251
Untuk mewujudkan pembelajaran matematika
di SD yang mampu memberikan makna kepada siswa, maka dalam setiap kegitan pembelajaran harus
mendorong terciptanya keaktifan siswa. Siswa akan
memiliki pengalaman langsung melalui kegiatan nyata,
sehingga siswa dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan baru yang diterimanya dengan melakukan interaksi-interaksi dalam proses pembelajaran. Penerapan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
siswa (student centered) dan penggunaan media
yang mampu memvisualisasikan proses penjumlahan
dan pengurangan bilangan bulat diharapkan dapat
meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa meningkat.
Keaktifan siswa kelas V SDN Karangbesuki
IV Sukun Malang dalam kegiatan pembelajaran sangat kurang karena dalam proses pembelajaran tidak
dibentuk kelompok-kelompok belajar dan tidak digunakannya media yang mampu mengaktifkan siswa.
Dalam proses pembelajaran tidak diawali dengan
pemberian contoh-contoh masalah kontekstual yang
dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa. Konsep
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat umumnya diberikan langsung secara simbolik, sehingga berakibat pada pamahaman siswa terhadap kompetensi
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat tidak
memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang telah ditentukan yaitu 65. Ketuntasan secara klasikal hanya
sebesar 55,8% sementara rata-rata nilai uji kompetensi hanya mencapai 65,1. Perlu adanya perubahan dalam pendekatan pembelajaran matematika pada kompetensi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
pada siswa kelas kelas V SDN Karangbesuki IV
Sukun Malang. Tindakan yang dipilih untuk meningkatkan hasil belajar tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat pada siswa kelas kelas V SDN
Karangbesuki IV Sukun Malang adalah penerapan
pembelajaran kontekstual dengan penggunaan media
manik-manik.
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari (Nurhadi, 2004:5). Media
manik-manik dipilih karena media ini mampu memvisualisasikan proses penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat. Menurut Muhsetyo (2007) bahwa
“ada beberapa media yang dapat digunakan untuk
memvisualisasikan atau menggambarkan secara kon-
kret proses perhitungan pada bilangan bulat diantaranya adalah “manik-manik”.
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran
yang berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa yang saling bekerja sama dan mengalami sendiri
untuk mengkontruksi pengetahuan bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Proses pembelajaran
konsep diawali dengan pemberian contoh-contoh masalah kontekstual yang dikaitkan dengan kehidupan
nyata siswa. Menurut Johnson (2002: 25) komponen
CTL mencakup”To achieve this aim, the system
encompasses the following eight components:
making meaningful connections, doing significant work, self-regulated learning, collaborating,
critical and creative thinking, nurturing the individual, reaching high standards, using authentic
assessment”. Untuk mencapai tujuan pembelajaran,
maka pembelajaran kontekstual akan menuntun
siswa melalui kedelapan komponen utama CTL, yaitu:
(a) melakukan hubungan yang bermakna; (b) mengerjakan pekerjaan yang berarti; (c) mengatur cara
belajar sendiri; (d) bekerja sama; (e) berpikir kritis
dan kreatif; (f) memelihara/membina pribadi siswa;
(g) mencapai standar yang tinggi; (h) menggunakan
asesmen (penilaian) otentik.
METODE
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian
tindakan kelas (PTK) atau classroom action reserch. Menurut Suhardjono (2011:12) “PTK adalah
penelitian tindakan untuk memperbaiki mutu praktik
pembelajaran di kelasnya, sehingga berfokus pada
proses belajar mengajar yang terjadi di kelas”. PTK
adalah proses investigasi terkendali untuk menemukan dan memecahkan masalah pembelajaran di kelas,
proses pemecahan masalah tersebut dilakukan secara
bersiklus dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas
proses dan hasil pembelajaran di kelas tertentu (Akbar, 2010:28).
Penelitian ini dilaksanakan dengan model bersiklus dari Kemmis dan Taggart (1988:11) yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi rencana (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus dan setiap siklus terdiri dari 3 kali
pertemuan. Dalam hal ini kehadiran peneliti di lapangan sangat mutlak dan peneliti sendiri yang melakukan
perencanaan, melaksanaan penelitian, mengumpulan
252 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 2, Nomor 4, Desember 2014, Halaman 250-259
data, menyederhanaan data, menganalisis data, dan
menyimpulkan data. Penelitian ini berlangsung dari
bulan Juli-Oktober 2013 di SDN Karangbesuki IV
Sukun Malang, yang beralamat di Jl. Candi 56 Karangbesuki Kecamatan Sukun Kota Malang. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas V tahun ajaran 2013/
2014 yang berjumlah 26 orang, yang terdiri dari siswa
laki-laki 15 orang dan siswa perempuan 11 orang.
Sumber data dalam penelitian ini ada dua yaitu
guru sebagai pelaksana pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kontekstual matematika bermedia manik-manik dan siswa sebagai subjek penelitian
yang diamati dalam aktivitas belajarnya secara kelompok ataupun secara individu pada saat proses pembelajaran kontekstual berlangsung. Setiap siswa diamati aktivitas belajarnya yang meliputi keaktifan, keberanian, kerja sama, penugasan, dan kemampuan
memperagakan manik-manik dalam proses penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Pengamatan
terhadap guru dan siswa dilakukan oleh 3 orang observer, pada saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran
kontekstual berlangsung.
Analisis data penelitian ini yaitu analisis data lembar validasi terhadap instrumen penelitian, perangkat
pembelajaran yang digunakan, dan analisis data hasil
penelitian yang dilakukan pada setiap berakhirnya
pembelajaran dalam setiap siklus. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah minimum 75% kriteria baik untuk aktivitas guru dan minimum 70%
kriteria baik untuk aktivitas siswa. Ketuntasan klasikal
75% dari jumlah siswa kelas V SDN Karangbesuki
IV Sukun Malang yang memperoleh nilai  65. Ketuntasan individu apabila daya serap siswa telah mencapai nilai 65, sedangkan ketuntasan kelompok apabila kelompok telah mencapai nilai 70. Untuk mengetahui kesan atau tanggapan siswa terhadap pembelajaran kontekstual di akhir siklus II diberikan lembar angket/kuesioner. Kriteria baik apabila 75% dari jumlah
siswa memberikan kesan setuju dengan rerata 3,514,50 atau kriteria sangat baik dengan rerata 4,515,00.
Untuk mengecek keabsahan temuan/data, maka
dilakukan trigulasi data yaitu (1) reduksi data adalah
proses penyederhanaan data yang melalui proses seleksi, pengelompokan, dan pengorganisasian data
mentah menjadi sebuah informasi yang bermakna;
(2) paparan data adalah upaya menampilkan data
secara jelas dan mudah dipahami dalam bentuk naratif, grafik, atau bentuk lainnya; (3) penyimpulan adalah pengambilan intisari dan sajian data yang telah
terorganisasi dalam bentuk pernyataan atau kalimat
yang singkat, padat dan bermakna (Akbar, 2010:72).
HASIL
Hasil observasi dari 3 observer terhadap kegiatan siswa selama mengikuti pembelajaran kontekstual
digunakan untuk mengukur peningkatan aktivitas siswa dalam belajar. Aspek aktivitas siswa yang diamati
meliputi keaktifan, keberanian, kerja sama, penugasan, dan kemampuan memperagakan manik-manik
dalam proses penjumlahan dan pengurangan bilangan
bulat. Hasil uji kompetensi yang dilakukan pada setiap akhir pembelajaran dalam setiap siklus digunakan
untuk mengukur peningkatan pemahaman siswa terhadap kompetensi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Dengan kegiatan ini diharapkan dapat
ditemukan kelemahan atau kekurangan yang terjadi.
Guru sudah melaksanakan langkah-langkah
pembelajaran sesuai RPP dengan baik. Dalam implementasinya sudah mengacu pada delapan komponen
kontekstual, dan menampakkan semua indikator dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan
observer terhadap aktivitas siswa pada pelaksanaan
pembelajaran kontekstual siklus I masih terdapat kekurangan-kekurangan antara lain sebagai berikut.
Pertama, suasana kelas agak gaduh karena setiap kelompok meminta bantuan guru, cara menggambar dan memperagakan manik-manik dalam operasi
pengurangan bilangan bulat. Dengan demikian komponen pembelajaran kontekstual self regulated
learning (belajar yang diatur sendiri), dan komponen
doing significant work (melakukan pekerjaan yang
berarti) perlu ditingkatkan di siklus II.
Kedua, siswa yang pandai mendominasi dalam
diskusi kelompok, karena belum ada pembagian kerja
dalam mengerjakan tugas. Sehingga sebagian besar
siswa masih bergantung pada temannya yang pandai.
Dalam hal ini komponen pembelajaran kontekstual
self regulated learning (belajar yang diatur sendiri)
harus ditingkatkan di pertemuan selanjutnya.
Ketiga, masih banyak siswa yang bermain-main
dengan menumpuk-numpuk manik-manik, terutama
siswa yang tidak dilibatkan dalam diskusi di kelompoknya, sehingga mengganggu aktivitas belajar kelompok. Guru perlu lebih meningkatkan komponen
pembelajaran nurturing the induvidual (memelihara dan membina pribadi) di siklus II.
Keempat, pada saat diskusi kelompok pelaksanaannya sudah baik, meskipun masih ada beberapa
siswa tidak mau aktif dan hanya mengandalkan temannya.
Kelima, berdasarkan hasil observasi aktivitas
belajar siswa yang meliputi: keaktifan, keberanian,
kerjasama, dan penugasan pada siklus I masih belum
Vitiarti, Pembelajaran Kontekstual Bermedia Manik-Manik...253
optimal. Hal ini menunjukkan bahwa komponen pembelajaran kontekstual colaboration (bekerja sama),
nurturing the induvidual (memelihara dan membina
pribadi), dan doing significant work (melakukan
pekerjaan yang berarti) perlu ditingkatkan di siklus
II
Keenam, pelaksanaan pembelajaran matematika tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan
bulat bermedia manik-manik sudah sangat baik, namun dari segi hasil belum didapatkan hasil yang optimal. Rata-rata tingkat pemahaman siswa pada siklus
I mencapai 72,7% dan ketuntasan secara klasikal
mencapai 59,1%.
Sehingga perlu dilakukan perbaikan pada siklus
II. Hal ini menunjukkan bahwa komponen pembelajaran kontekstual critical and cretive thinking (berpikir kritis dan kreatif) dan komponen self regulated
learning (belajar yang diatur sendiri) masih harus
ditingkatkan di siklus II. Contoh hasil diskusi kelompok soal No. 2 yang dikerjakan oleh kelompok V dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 menunjukkan bahwa hanya kelompok
V yang mampu menyelesaikan soal no 2 dengan benar. Sebagian besar siswa masih merasa kebingungan
memahami masalah kontekstual yang dikaitkan dengan pengurangan bilangan bulat negatif yang terdapat dalam lembar kerja kelompok (LKK). Penerapan
komponen pembelajaran kontekstual membuat keterkaitan yang berarti (making meaningfull connection) harus lebih ditingkatkan dan diperhatikan oleh
guru pada siklus II. Masih ada beberapa siswa yang
kebingungan memperagakan media manik-manik dalam pengurangan bilangan bulat terutama jika bilangan
pengurangnya negatif dalam masalah kontekstual.
Hal ini menunjukkan bahwa penerapan komponen
pembelajaran melakukan pekerjaan yang berarti
(doing significant work), belajar yang diatur sendiri
(self regulated learning), berpikir ktritis dan kreatif
(critical and creative thinking) belum optimal, sehingga perlu penekanan kembali penggunaan manikmanik dalam operasi pengurangan bilangan bulat
yang dikaitkan dalam masalah kontekstual pada siklus
II. Peragaan manik-manik dalam proses penjumlahan
Gambar 1. Hasil Diskusi Siswa pada LKK
No. 2
dan pengurangan bilangan bulat dalam pembelajaran
kontekstual dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3.
Kegiatan Belajar 1: Penjumlahan Bilangan Bulat
a. Penyajian masalah
Suhu udara di gunung Bromo seminggu yang lalu
adalah – 30C. Saat ini suhunya mengalami kenaikan 50C. Tuliskan kalimat penjumlahan dari soal di atas, dan berapa suhu saat ini di gunung Bromo?
b. Penyelesaian tahap I: Menggunakan manik-manik.
c. Penyelesaian tahap 2: Menuliskan Kalimat penjumlahannya: -3+5=2
Jawab: Jadi suhu udara di gunung Bromo saat ini
adalah 20C.
Kegiatan Belajar 2: Pengurangan Bilangan Bulat
Tahap-tahap pembelajaran kontekstual dalam
pengurangan bilangan bulat sebagai berikut.
a. Penyajian masalah
Ibu mempunyai 3 kg gula yang akan digunakan
untuk membuat kue, tetapi ibu juga ingin memberikan 5 kg gula kepada nenek. Berapa kg gula yang
harus dimiliki ibu agar dapat membuat kue juga
dapat memberikan kepada nenek? Tuliskan kalimat pengurangannya!
b. Penyelesaian tahap 1: menterjemahkan kalimat.
· Mempunyai 3 kg = positif 3
· Ingin memberikan 5 kg gula kepada nenek artinya
dikurangi (tetapi gulanya belum dimiliki/ada =
(- 5)
c. Penyelesaian tahap 3: menggunakan manik-manik
untuk menentukan hasil
d. Penyelesaian tahap 2: menuliskan kalimat
pengurangannya
· 3 (- 5) = 3 + 5 = 8
· Jawab: Jadi gula yang harus dimiliki ibu adalah 8
kg.
Berdasarkan analisis data dari hasil observasi
dan hasil uji kompetensi pada siklus I didukung dengan
hasil refleksi, maka peneliti perlu melakukan perbaikan pembelajaran yang diprioritaskan pada pengurangan bilangan bulat pada siklus II. Penerapan komponen pembelajaran kontekstual membuat keterkaitan
yang bermakna (making meaningfull connection),
belajar yang diatur sendiri (self regulated learning),
berpikir ktritis dan kreatif (critical and creative
thinking) juga masih harus ditingkatkan di siklus II,
agar hasil belajar siswa dari segi proses maupun hasil
mencapai nilai yang optimal. Beberapa hal yang dilakukan di siklus II adalah sebagai berikut.
1) Memperbaiki dan menyempurnakan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) siklus I
2) Pada komponen belajar yang diatur sendiri (self
254 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 2, Nomor 4, Desember 2014, Halaman 250-259
+
+
-
+
-
+
-
+
-
5
-
–3
–3+5
digabung
hasil setelah digabung
+
melakukan pemetaan
+
sisa 2
Gambar 2. Proses Penjumlahan Bilangan Bulat Menggunakan Manik-manik Sumber: Raharjo
(2010). Muhsetyo (2007). Modivikasi Vitiarti (2013)
1) Langkah pertama
diambil
-
-
+
+
-
3
Sejumlah manik manik yang
bertanda negatif
belum ada
+
–
-
+
-
+
+
(- 5)
=
....
2) Langkah kedua
-
-
3
-
Menambah netral 5
diambil (- 5)
−
(- 5)
hasil 8
=
8
Gambar 3. Proses Pengurangan dengan Menggunakan Media Manik-manik. Sumber: Raharjo
(2010). Muhsetyo (2007). Modivikasi Vitiarti (2013)
regulated learning), dan tahap masyarakat belajar dengan melakukan perubah formasi dan jumlah
anggota kelompok belajar.
3) Pada komponen melakukan pekerjaan yang signifikan (doing significant work), pada tahap pemodelan dengan melakukan penekanan kembali cara
memperagakan manik-manik pada proses pengurangan bilangan bulat.
4) Pada komponen memelihara dan membina pribadi
(nurturing the individu), dengan memberikan
penjelasan dan memotivasi siswa tentang tugas
dan tanggung jawab setiap anggota kelompok dalam diskusi.
5) Lebih sering mengunjungi setiap kelompok belajar
pada saat siswa diskusi kelompok, untuk memonitor siswa yang sering membuat kegaduhan, agar
fokus pada pelajaran dan ikut aktif dalam diskusi.
6) Memberikan motivasi kepada setiap anggota kelompok dari masing-masing kelompok untuk memberikan tanggapan, mengemukakan pendapat, dan
masukan kepada kelompok penyaji saat mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
7) Pada komponen berpikir ktritis dan kreatif (critical
and creative thinking), peneliti memotivasi dan
membimbing siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah kontekstual dan menyimpulkan pelajaran yang telah dipelajarinya.
Vitiarti, Pembelajaran Kontekstual Bermedia Manik-Manik...255
Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran kontekstual matematika bermedia manik-manik pada siklus II, didapatkan
beberapa temuan sebagai berikut.
1) Penerapan pembelajaran yang dilaksanakan oleh
peneliti sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran pada RPP yang telah disusun yang mengacu
pada kedelapan komponen pembelajaran kontekstual pada kategori sangat baik.
2) Guru tidak tergantung pada buku teks karena guru
membelajarkan siswa dengan membimbing siswa
melakukan kegiatan inkuiri melalui penggunaan
media manik-manik.
3) Pembelajaran berpusat pada siswa dan lebih bersifat konstruktivistik, karena siswa mengalami sendiri dengan saling bekerja sama mengkonstruksi
konsep pengurangan bilangan bulat melalui peragaan manik-manik.
4) Situasi pembelajaran terasa lebih menyenangkan,
karena siswa bebas berinteraksi dalam kelompoknya.
5) Selama proses pembelajaran siswa tampak aktif
dan komukatif, karena siswa sudah berani bertanya, memberikan tanggapan, mengemukakan pendapatnya dan memberikan masukan kepada kelompok penyaji yang mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya tanpa diminta guru. Aktivitas
siswa pada kategori baik.
Berdasarkan analisis data terhadap hasil uji kompetensi menunjukkan pemahaman siswa terhadap
konsep pengurangan bilangan bulat menjadi meningkat. Skor rata-rata mencapai 83,6 dari skor maksimal
yang diharapkan. Rata-rata ketuntasan klasikal sebesar 85,9% hal ini menunjukkan bahwa persentase
ketuntasan klasikal melebihi kriteria yang ditentukan
yaitu 75%. Secara garis besar penerapan pembelajaran kontekstual matematika bermedia manik-manik
di kelas V SDN Karangbesuki IV Sukun Malang
dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran kompetensi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
PEMBAHASAN
Keterlaksanaan Penerapan Pembelajaran
Pembelajaran kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang membantu siswa memahami
makna materi pelajaran melalui pengaitan pengetahuan yang dimiliki dengan kehidupan nyata siswa seharihari (daily lives). Kegiatan pembelajaran lebih meng-
utamakan mengkontruksi pengetahuan yang bermakna melalui pengalaman nyata bukan menerima pengetahuan. Sesuai dengan karakteristik siswa SD
yang masih berada pada tahap operasi konkret belum
berada pada operasi formal, maka pembelajaran
kompetensi penjumlahan dan pengurangan bilangan
bulat dalam penelitian ini dimulai dari masalah kontekstual yang dekat dengan kehidupan nyata siswa
dan divisualisasikan penyelesaiannya penyelesaiannya dengan menggunakan media manik-manik.Hal
ini sejalan dengan teori Piaget (dalam Karso, 2002:
2.16) bahwa siswa usia SD belum berada pada tahap
berpikir formal. Mereka masih berada pada tingkat
operasi konkret. Sementara menurut Bunner (Raharjo, 2010:15) bahwa terdapat tiga tahap pembelajaran
matematika di SD yaitu (1) enactive (konkret) berupa
objek sesungguhnya melalui peragaan, (2) econic
(semi kongkrit) menggunakan gambar-gambar yang
mewakili objek sesungguhnya, dan (3) symbolic (abstrak) menggunakan simbol-simbol matematika.
Hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran
selama pelaksanaan tindakan menunjukkan terjadi
peningkatan kualitas proses jika dibanding dengan
ha-sil observasi pada pratindakan. Jika pada pratindakan siswa tidak dibagi dalam kelompok-kelompok
belajar, maka pada pelaksanaan tindakan siswa sudah
belajar dalam kelompoknya masing-masing. Dengan
belajar kelompok meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar. Karena dalam kegiatan kerja kelompok
terbangun interaksi dua arah yaitu antara siswa dengan siswa, dan antara guru dengan siswa. Samawi
(dalam Akbar 2010) bahwa interaksi yang tinggi dapat memberikan stimulasi kreativitas siswa. Melalui
interaksi, siswa akan terdorong untuk mencari dan
menemukan sesuatu yang baru. Penelitian Irsyadi
(2011) menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran interaktif mampu meningkatkan hasil belajar
operasi hitung bilangan bulat. Pada siklus I skor keterlaksanaan pembelajaran mencapai 88,4% dan pada
siklus II adalah 91,1%. Jadi, terdapat peningkatan
keterlaksanaan pembelajaran dari siklus I ke siklus
II sebesar 2,7%.
Pada praktik pembelajaran guru memulai dengan menyajikan masalah kontekstual yang dikaitkan
dengan kehidupan nyata siswa. Pemberian masalah
konteksual ini bertujuan agar siswa memiliki keterampilan memecahkan masalah yang dihadapi seharihari. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Taufiq
(2009) bahwa keterampilan menyelesaikan soal cerita operasi hitung bilangan bulat meningkat melalui
pembelajaran Jigsaw berbasis prolem solving. Lebih
256 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 2, Nomor 4, Desember 2014, Halaman 250-259
lanjut Johnson ( 2002:43–44) menyatakan “membuat
hubungan antara subjek dengan pengalaman yang
bermakna, dan makna ini akan memberi alasan terhadap apa yang dipelajari. Membuat hubungan dengan
subjek kehidupan dunia nyata siswa sehingga hasilnya
akan bermakna (berarti). Hal tersebut akan membuat
siswa merasakan bahwa belajar penting untuk masa
depannya”. Kegiatan ini menunjukkan bahwa guru
telah melaksanakan komponen kontekstual dengan
membuat keterkitan-keterkaitan yang bermakna
(making meaningfull connection). Guru juga memberikan motivasi dengan menjelaskan tugas dan kewajiban dari masing-masing anggota kelompok sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Johnson
(2002:127-128) bahwa “guru harus menjaga dan
mempertahankan kemajuan individu. Hal ini menyangkut pembelajaran yang dapat memotivasi, mendukung, menyemangati memunculkan gairah belajar.
Guru harus memberi stimulasi yang baik terhadap
motivasi belajar siswa dalam lingkungan sekolah”.
Pada kegiatan inti, siswa belajar dengan kelompoknya masing-masing, tampak mereka saling bekerjasama dalam menyelesaikan LKK. Hal ini menunjukkan guru telah membantu siswa untuk mampu belajar mandiri. Johnson (2002:82-84) bahwa “guru
membangun minat individual siswa untuk bekerja sendiri ataupun kelompok dalam rangka mencapai tujuan
yang bermakna dengan mengaitkan antara materi
ajar dengan konteks kehidupan sehari-hari”. Pada
saat siswa berdiskusi hingga siswa mengkonfirmasikan hasil diskusinya guru melakukan penilaian terhadap keaktifan, keberanian, kerjasama, penugasan, dan
kemampuan memperagakan manik-manik yang dibantu oleh 3 observer dengan menggunakan lembar
observasi. Johnson (2002:165) bahwa penilaian sesungguhnya ini berpusat pada tujuan, melibatkan pada
keterampilan tangan, penerapan kerja sama, serta
pemikiran tingkat tinggi yang berulang-ulang. Penilaian bertujuan agar para siswa dapat menunjukkan penguasaan dan keahlian yang sesungguhnya dan kedalaman berpikir dari pengertian, pemahaman, akal budi, kebijaksanaan, dan kesepakatan. Penggunaan media manik-manik bersifat konkret dalam kompetensi
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat yang
dikaitkan dengan masalah kontekstual bertujuan agar
siswa dapat memvisualisasikan dan menemukan sendiri konsep operasi bilangan bulat. Hasil penelitian
Setyawan (2012) menyimpulkan bahwa media lego
bricks yang mengacu pada CTL mampu meningkatkan hasil belajar operasi hitung bilangan bulat. Pada
kegiatan inkuri ini peran guru sebatas sebagai fasilita-
tor, yaitu memfasilitasi segala yang dibutuhkan siswa
dalam menemukan konsep. Menurut Nurhadi (2004)
bahwa “guru memfasilitasi kegiatan penemuan (Inquiry), yaitu agar siswa memperoleh pengetahuan
dan keterampilan melalui penemuannya sendiri (bukan hasil mengingat fakta).
Pada tahap akhir pembelajaran, siswa dibimbing guru dalam kegiatan menyimpulkan pelajaran
dengan mengulas kembali soal-soal yang telah dikerjakan siswa melalui pengajuan pertanyaan. Guru melatih siswa untuk berpikir kritis dan kreatif sehingga
siswa mampu manganalisa terhadap suatu permasalahan. Hal ini sejalan dengan pendapat Johnson (2002:
100-101) bahwa “siswa diwajibkan untuk memanfaatkan berpikir kritis dan kreatif dalam pengumpulan,
analisa, sintesis data, memahami isu dalam fakta dan
pemecahan masalah”. Lebih lanjut Nurhadi (2004)
menyatakan bahwa “mengembangkan sifat rasa
ingin tahu siswa melalui pengajuan pertanyaan
(Questioning). Bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan memahami kemampuan berpikir.
Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Penerapan pembelajaran kontekstual matematika bermedia manik-manik mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa. Keaktifan siswa diawali dari
pembentukan kelompok belajar dan pada saat siswa
memperagakan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan menggunakan media manik-manik untuk memecahkan masalah kontekstual yang
disajikan oleh guru. Keaktifan yang tinggi tampak
pada saat kegiatan diskusi kelas maupun diskusi kelompok. Siswa sangat berantusias untuk menjawab
pertanyaan dan menyelesaikan tugas yang diberikan
guru. Pada saat kegiatan mengkonfirmasi hasil diskusi
kelompok, setiap kelompok saling adu cepat untuk
mendapatkan kesempatan lebih dulu mempresentasikan hasil diskusinya dan kelompok lain berusaha menanggapi pendapat kelompok penyaji. Hal ini sejalan
dengan pendapat Johnson (2002) bahwa proses pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kelompok,
membantu siswa untuk mengerti bagaimana berkomunikasi atau berinteraksi dengan yanag lain dan dampak apa yang ditimbulkan. Nurhadi (2004) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif secara sadar
menciptakan interaksi yang saling menguntungkan
antara siswa yang satu dengan siswa lainnya. Pendapat tersebut sejalan dengan Arends (2008) bahwa
salah satu aspek penting pembelajaran kooperatif
Vitiarti, Pembelajaran Kontekstual Bermedia Manik-Manik...257
adalah bahwa selain membantu meningkatkan perilaku kooperatif dan hubungan kelompok yang lebih baik
di antara para siswa, pada saat yang sama pembelajaran kooperatif juga membantu siswa dalam pembelajaran akademiknya.
Kekurangan yang terjadi pada siklus I adalah
siswa belum berani mengemukakan ide dan menyanggah pendapat dari kelompok penyaji meskipun
tidak sama dengan hasil kelompoknya. Siswa juga
tampak kesulitan dalam memperagakan manik-manik
dalam operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan
bulat dari masalah kontekstual yang disajikan oleh
guru karena baru pertama kalinya siswa menggunakan media konkret. Dengan pemberian motivasi dan
bimbingan guru, pada siklus II kemampuan memperagakan operasi pengurangan bilangan meningkat signifikan. Penerapan pembelajaran kontekstual bermedia
manik-manik mampu meningkatkan rasa ingin tahu
siswa, sehingga keinginan siswa untuk belajar semakin besar. Menurut Johnson (2002: 127-128) bahwa
“guru harus mampu menjaga dan mempertahankan
kemajuan individu. Hal ini menyangkut pembelajaran
yang dapat memotivasi, mendukung, menyemangati
memunculkan gairah belajar. Guru harus memberi
stimulasi yang baik terhadap motivasi belajar siswa
dalam lingkungan sekolah. Lebih lanjut Nurhadi
(2004) menyatakan bahwa “guru harus mampu mengembangkan sifat rasa ingin tahu siswa melalui pengajuan pertanyaan (Questioning). Bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan memahami kemampuan berpikir. Sedangkan bagi siswa kegiatan bertanya untuk menggali informasi, mengkonfirmasi apa yang sudah diketahui dan menunjukkan perhatian pada aspek yang
belum dikuasainya.
Keceriaan siswa selama proses pembelajaran
tampak ketika mereka sedang memperagakan manik-manik dan mengerjakan LKK. Mereka tampak
bersorak, bertepuk tangan saat mereka berhasil
memperagakan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat menggunakan manik-manik dengan benar dalam menyelesaikan masalah kontekstual yang
disajikan oleh guru. Rasa senang pada diri siswa sangat penting dalam pembelajaran, karena dapat meningkatkan perhatian siswa terhadap materi pelajaran. Zulaicha (dalam Akbar, 2010) bahwa pembelajaran yang menyenangkan dapat memusatkan perhatian siswa secara penuh dalam belajar sehingga waktu
curah perhatiannya sangat tinggi yang akhirnya memudahkan siswa dalam mempelajari materi pembelajaran.
Interaksi antar siswa pada siklus II sudah berjalan baik, semua siswa sudah terlibat aktif sudah tidak
tampak siswa yang bermain-main sendiri ketika anggota kelompok lain menyelesaikan LKK. Peranan
guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran benarbenar nampak, karena siswa tidak lagi tergantung
dengan bantuan guru, mereka telah mampu berkoordinasi dengan anggota kelompok lainnya. Volume interaksi antara siswa dengan guru juga menunjukkan
peningkatan. Hal ini ditandai keberanian siswa mengajukan pertanyaan maupun menjawab pertanyaan dari guru atau menyanggah pendapat dari kelompok
lain. Johnson (2002) menyatakan bahwa proses pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kelompok,
membantu siswa untuk mengerti bagaimana berkomunikasi atau berinteraksi dengan yang lain dan dampak apa yang ditimbulkan.
Kegiatan pada tahap akhir pembelajaran adalah
siswa dibimbing untuk membuat kesimpulan terhadap
kompetensi yang telah selesai dipelajari. Pada siklus
II siswa sudah berani menjawab pertanyaan dari guru tanpa diminta terkait dengan kegiatan menyimpulkan pelajaran. Hal ini menandakan bahwa siswa sudah mampu untuk berpikir kritis dan kreatif dalam
memecahkan masalah. Johnson (2002:100-101) bahwa siswa diwajibkan untuk memanfaatkan berpikir
kritis dan kreatif dalam pengumpulan, analisa, sintesis
data, memahami isu dalam fakta dan pemecahan masalah. Kegiatan selanjutnya guru membimbing siswa
untuk melakukan refleksi. Refleksi bertujuan untuk
mengetahui kedalaman pemahaman siswa dan melatih keterampilan siswa mengaplikasikan konsep yang
telah dipelajari. Nurhadi (2004) mengemukakan bahwa refleksi merupakan cara berpikir tentang apa
yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang
apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu, kuncinya
adalah bagaimana pengetahuan itu mengendap di
pikiran siswa. Pada siklus II, keberanian siswa dalam
menjawab pertanyaan semakin meningkat. Begitu
guru memberikan pertanyaan terkait dengan pengurangan bilangan bulat, tanpa diminta guru, siswa secara spontan langsung mengangkat tangannya, hal
ini menunjukkan siswa sudah menguasai kompetensi
tentang pegurangan bilangan bulat. Nurhadi (2004)
menyatakan bahwa bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan memahami kemampuan berpikir. Sedangkan bagi siswa kegiatan bertanya untuk menggali informasi, mengkonfirmasi apa yang sudah diketahui dan menunjukkan
perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
258 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 2, Nomor 4, Desember 2014, Halaman 250-259
Hasil Belajar Siswa
Peningkatan pemahaman siswa terhadap konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat ditunjukkan dengan peningkatan skor nilai uji kompotensi dari pratindakan ke siklus I, dan dari siklus I ke
siklus II. Penerapan pembelajaran kontekstual bermedia manik-manik dapat meningkatkan hasil belajar
kognitif tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat bagi siswa kelas V SDN Karangbesuki IV
Sukun Malang. Peningkatan skor rata-rata nilai uji
kompetensi yang terjadi pada siklus II cukup signifikan
yang mampu melampaui KKM jika dibanding dengan
pratindakan dan siklus I. Dengan kata lain telah terjadi peningkatan kemampuan berpikir siswa setelah
melalui pembelajaran kontekstual matematika bermedia manik-manik. Adapun indikator lain yang dapat
digunakan untuk membuktikan kualitas pembelajaran
adalah terjadinya peningkatan skor dari aspek keaktifan, keberanian, kerjasama, penugasan, dan kemampuan memperagakan manik-manik. Dimyati dan Mudjiono (2002:3) menyimpulkan “hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa,
hasil belajar merupakan barakhirnya pengalaman belajar dari proses belajar”. Menurut Sudjana (2012:22)
bahwa “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Kegiatan ini merupakan bentuk
implementasi dari komponen pendekatan kontekstual
yaitu penilaian yang sebenarnya (Using Authentic
Assesment). Penilaian keberhasilan belajar tidak hanya ditentukan oleh hasil belajar melalui tes tetapi
juga proses belajar melalui penilaian autentik (Sanjaya, 2006). Tes hanya salah satu cara guru untuk mengetahui perkembangan hasil belajar siswa, yang dilakukan setiap akhir pembelajaran. Kemajuan belajar
dinilai dari proses bukan hanya hasil. Tes hanya salah
satunya, itulah hakikat penilaian yang sebenarnya (Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 2004:10-20).
Kendala-kendala Penelitian dan Solusinya
Pembelajaran kompetensi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan pendekatan kontekstual bermedia manik-manik dalam penelitian ini
telah memenuhi kriteria ketuntasan. Dalam pelaksanaannya terdapat kendala-kendala dan perlu segera
diselesaikan sehingga tidak menghambat penelitian.
Kendala yang ditemui selama penelitian dan solusinya disajikan dalam Tabel 1.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
sebelumnya secara umum dapat disimpulkan bahwa
Tabel 1. Kendala dan Solusi dalam Penelitian
No
1.
2.
3.
4.
Kendala
Pada pertemuan I dan II siklus I aktivitas siswa
yang mengacu pada komponen citical and
creative thinking (berpikir kritis dan kreatif)
masih sangat rendah, sehingga menyebabkan
pemahaman siswa belum optimal.
Pada pertemuan II siklus I aktivitas siswa yang
mengacu pada komponen doing significant work
(melakukan pekerjaan yang berarti) masih
belum efektif. Siswa belum mampu
memvisualisasikan pengurangan bilangan
negatif dengan media manik-manik. Sebagian
siswa masih merasa kebingungan.
Pada pertemuan I siklus I aktivitas siswa yang
mengacu pada komponen collaborating
(bekerjasama) masih belum efektif sesuai
harapan peneliti. Dalam proses pembelajaran
masih didominasi siswa yang pandai belum ada
koordinasi antar anggota kelompok.
Pada pertemuan I silkus I aktivitas siswa yang
mengacu pada komponen self-regulated
learning masih rendah. Dalam preses
pembelajaran ada beberapa siswa yang hanya
mengandalkan temannya.
Solusi
Guru memotivasi siswa dan membimbing
siswa untuk mencoba menuangkan ide atau
pendapatnya dalam memecahkan masalah
kontekstual dengan kelompok belajarnya
masing-masing.
Guru menjelaskan tahap-tahap pengurangan
dengan bilangan bulat negatif, dan
mendemontrasikannya kembali di papan
planel dengan melibatkan sebagian siswa
yang belum paham untuk memperagakan
proses pengurangan bilangan bulat dengan
menggunakan manik-manik pada papan
planel.
Guru memotivasi siswa dengan menjelaskan
tugas dan tanggung jawab dari setiap anggota
kelompok dalam menyelesaikan tugas
kelompok/LKK.
Guru memotivasi siswa agar mampu belajar
mandiri, tidak menggantungkan pada teman
dengan cara berperan aktif dalam
kelompoknya, sehingga mampu menguasai
konsep penjumlahan bilangan bulat
Vitiarti, Pembelajaran Kontekstual Bermedia Manik-Manik...259
penerapan pembelajaran kontekstual bermedia manik-manik dapat meningkatkan hasil belajar tentang
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat bagi
siswa kelas V SDN Karangbesuki IV Sukun Malang.
Peningkatan hasil belajar secara khusus yang mengacu kepada tujuan penelitian ini, dapat disimpulkan
bahwa penerapan pembelajaran kontekstual matematika bermedia manik-manik bagi siswa kelas V SDN
Karangbesuki IV Sukun Malang dapat meningkatkan:
1) keaktifan belajar siswa; 2) kualitas interaksi dalam
proses pembelajaran dan belajar; 3) rasa senang siswa dalam belajar; dan 4) meningkatkan pemahaman
konsep tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat ditandai dengan peningkatan skor rata-rata
uji kompetensi dari pratidakan dengan siklus II yang
mampu melampaui KKM yang ditentukan.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan dibagian sebelumnya, maka disarankan beberapa
hal kepada guru, yaitu: 1) dapat menerapkan pembelajaran kontekstual sebagai salah satu alternatif pendekatan pembelajaran di sekolah; 2) menggunakan media manik-manik sebagai salah satu alternatif pemilihan media pembelajaran dalam kompetensi operasi
bilangan bulat; 3) perlu membiasakan siswa untuk
mengkontruksi sendiri pengetahuannya, melalui pengalaman langsung dan menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar; 4) perlu adanya penelitian
lebih lanjut pada pembelajaran matematika dengan
penerapan pembelajaran kontektual bermedia manikmanik untuk meningkatkan hasil belajar tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat; 5) pembelajaran kontekstual perlu dikembangkan pada mata
pelajaran lain untuk meningkatkan hasil belajar.
DAFTAR RUJUKAN
Akbar, S. 2010. Penelitian Tindakan Kelas Filosofi, Metodologi, dan Implementasinya. Malang: Surya Pena
Gemilango.
Arend, R.I. 2008. Learning to Teach: Belajar untuk Mengajar. (Edisi Ketujuh). Terjemahan oleh Helly. P.S
dan Sri Mulyanti. S. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Bruner, J. 1967. Toward The Theory of Instruction.New
York: John Wiley & Sons.
Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. 2004. Kompetensi
Pembelajaran Pelatihan Terintegrasi Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Bagian Proyek Pengembangan Sistem dan Pengendalian Program SLTP.
Irsyadi, M.K. 2011. Penerapan Model pembelajaran untuk Meningkatkan Hasil Belajar Operasi Hitung
Bilangan Bulat Siswa Kelas SD Islam Kardina
Massa Blitar. Tesis tidak diterbitkan. Malang:
Pascasarjana Universitas Negeri Malang.
Johnson, E.B. 2002.Contextual Teaching and Learning:
what it is and why it’s hare to stay. California: A
Sage Publication Company.
Johnson, E.B. 2002.Contextual Teaching and Learning:
Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikan dan Bermakna. Terjemahkan oleh Ibnu Setiawan, 2009. Bandung: MLC.
Karso. 2002. Pendidikan Matematika I. Jakarta: Universitas Terbuka.
Kemmis, W.C. & Taggart, R.M. 1988. The Action Research
Planner. Melbourne: Deakin University Press.
Dimyati & Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: Rineka Cipta.
Muhsetyo. 2007. Pendidikan Matematika di SD. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Nurhadi, Y.B., Senduk, G.A. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang:
Pascasarjana Universitas Negeri Malang.
Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Setyawan, D. 2012. Pembelajaran dengan Media Lego
Bricks yang Mengacu pada CLT untuk Meningkatkan Hasil Belajar Operasi Hitung Bilangan
Bulat Siswa Kelas 4 SD. Tesis tidak diterbitkan.
Malang: Pascasarjana Universitas Negeri Malang.
Sihanto, A. 2010. Meningkatkan Hasil Belajar Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Melalui
Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching
and Learning) pada Siswa SDN Kesamben 03
Kec. Kesamben Kab. Blitar. (Online), (http://library
.um.ac.id, diakses tanggal 25 Juni 2013).
Sudjana, N. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Taufiq, I. 2009. Pembelajaran Jigsaw Berbasis Problem
Solving untuk Meningkatkan Keterampilan Menyelesaikan Soal Cerita Operasi Hitung Bilangan
Bulat Siswa SD Islam Sabilillah Malang. Tesis
tidak diterbitkan. Malang: Pascasarjana Universitas
Negeri Malang.
Download